Dasar Teori Tambahan Ekstraksi Teh
Dasar Teori Tambahan Ekstraksi Teh
Kafein merupakan jenis alkaloid yang secara alamiah terdapat dalam biji
kopi, daun teh, daun mete, biji kola, biji coklat dan beberapa minuman penyegar.
Kafein memiliki berat molekul 194,19 gram/mol. Dengan rumus kimia C 8H10N8O2
dan pH 6,9 (larutan kafein 1% dalam air). Secara ilmiah, efek kafein terhadap
kesehatan sebetulnya tidak ada, tetapi yang ada adalah efek tak langsungnya
seperti menstimulasi pernafasan dan jantung, serta memberikan efek samping
berupa rasa gelisah (nevroses), tidak dapat tidur ( insomnia), dan denyut jantung
tak beraturan (tachycardia). Kopi dan teh banyak mengandung kafein
dibandingkan jenis tanaman lain, karena tanaman kopi dan teh menghasilkan biji
kopi dan daun teh yang sangat cepat, sementara penghancurannya sangat lambat.
(Hermanto, 2007 : 1)
Percobaan ini bertujuan untuk mendapatkan kafein dari teh kering dan
untuk menentukan kafein dari daun teh. Kafein merupakan alkaloid yang
mengandung nitrogen dan memiliki properti basa amina organik. Kafein dapat
larut dalam pelarut organik seperti CaCO3 dan dalam air, kafein juga dapat terikat
oleh senyawa non polar seperti kloroform. Kloroform dapat memisahkan kafein
dari zat lain di dalam teh. Pemisahan kafein dari teh dilakukan dengan cara
ekstraksi.
Ekstraksi adalah mengambil suatu zat terlarut dari dalam larutan air oleh
suatu plarut yang tak dapat bercampur dengan air sehingga dapat dipisahkan.
Ekstraksi adalah suatu produk pemisahan suatu zat dan campurannya dengan
pembagian sebuah zat terlarut tersebut dari suatu pelarut ke pelarut yang lain.
Seringkali campuran bahan padat dan cair tidak dapat atau sukar sekali dipisahkan
dengan metode pemisahan mekanis atau termis. Misalnya komponen bercampur
sangat erat, peka terhadap panas, beda sifat fisiknya terlalu kecil atau tersedia
dalam konsentrasi yang terlalu rendah. Dalam hal semacam itu, seringkali
ekstraksi adalah satu-satunya proses yang dapat digunakan atau yang paling
ekonomis. Sebagai contoh pembuatan ester untuk essence pada sirup.
Pengambilan kafein dari daun teh dan pelarutan komponen-komponen kopi
dengan menggunakan air panas. Saat ekstraksi larutan ekstrak yang tercemar
harus dibersihkan. Suatu pelarut yang digunakan sedapat mungkin memiliki
erat, peka terhadap panas, beda sifat-sifat fisiknya terlalu kecil, atau tersedia
dalam konsentrasi yang terlalu rendah (Suparni, 2009).
Pada sistem heterogen, reaksi berlangsung antara dua fase atau lebih. Jadi
pada sistem heterogen dapat dijumpai reaksi antara padat dan gas, atau antara
padat dan cairan. Cara yang paling mudah untuk menyelesaikan persoalan pada
sistem heterogen adalah menganggap komponen-komponen dalam reaksi bereaksi
pada fase yang sama.
Kesetimbangan heterogen ditandai dengan adanya beberapa fase. Antara
lain fase kesetimbangan fisika dan kesetimbangan kimia. Kesetimbangan
heterogen dapat dipelajari dengan 3 cara :
1. Dengan mempelajari tetapan kesetimbangannya, cara ini digunakan untuk
kesetimbangan kimia yang berisi gas.
2. Dengan hukum distribusi Nersnt, untuk kesetimbangan suatu zat dalam 2
pelarut.
3. Dengan hukum fase, untuk kesetimbangan yang umum.
Hukum distribusi adalah suatu metode yang digunakan untuk menentukan
aktivitas zat terlarut dalam satu pelarut jika aktivitas zat terlarut dalam pelarut lain
diketahui, asalkan kedua pelarut tidak tercampur sempurna satu sama lain. Faktorfaktor yang mempengaruhi koefisien distribusi diantaranya:
1. Temperatur yang digunakan. Semakin tinggi suhu maka reaksi semakin
cepat sehingga volume titrasi menjadi kecil, akibatnya berpengaruh
terhadap nilai k.
2. Jenis pelarut. Apabila pelarut yang digunakan adalah zat yang mudah
menguap maka akan sangat mempengaruhi volume titrasi, akibatnya
berpengaruh pada perhitungan nilai k.
3. Jenis terlarut. Apabila zat akan dilarutkan adalah zat yang mudah menguap
atau higroskopis, maka akan mempengaruhi normalitas (konsentrasi zat
tersebut), akibatnya mempengaruhi harga k.
4. Konsentrasi. Makin besar konsentrasi zat terlarut makin besar pula harga
k. Harga K berubah dengan naiknya konsentrasi dan temperatur. Harga k
tergantung jenis pelarutnya dan zat terlarut. Menurut Walter Nersnt,
hukum diatas hanya berlaku bila zat terlarut tidak mengalami disosiasi
atau asosiasi, hukum di atas hanya berlaku untuk komponen yang sama.
Hukum distribusi banyak dipakai dalam proses ekstraksi, analisis dan
penentuan tetapan kesetimbangan. Hukum Distribusi Nernst ini menyatakan
bahwa solut akan mendistribusikan diri di antara dua pelarut yang tidak saling
bercampur, sehingga setelah kesetimbangan distribusi tercapai, perbandingan
konsentrasi solut di dalam kedua fasa pelarut pada suhu konstan akan merupakan
suatu tetapan, yang disebut koefisien distribusi (KD), jika di dalam kedua fasa
pelarut tidak terjadi reaksi-reaksi apapun. Akan tetapi, jika solut di dalam kedua
fasa pelarut mengalami reaksi-reaksi tertentu seperti assosiasi, dissosiasi, maka
akan lebih berguna untuk merumuskan besaran yang menyangkut konsentrasi total
komponen senyawa yang ada dalam tiap-tiap fasa, yang dinamakan angka banding
distribusi (D).
Teknik ekstraksi, tiga metode dasar pada ektraksi cair adalah : ekstraksi
bertahap (batch), ekstraksi kontinyu, dan ekstraksi counter current. Ekstraksi
bertahap merupakan cara yang paing sederhana. Caranya cukup dengan
menambahkan pelarut pengektraksi yang tidak bercampur dengan pelarut semula
kemudian dilakukan pengocokan sehingga terjadi kesetimbangan konsentrasi zat
yang akan diekstraksi pada kedua lapisan. Setelah ini tercapai, lapisan didiamkan
dan dipisahkan. Metode ini sering digunakan untuk pemisahan analitik.
Kesempurnaan ektraksi akan tergantung pada banyaknya ektraksi yang dilakukan.
Hasil yang baik diperoleh jika jumlah ektraksi yang dilakukan berulang kali
dengan jumlah pelarut sedikit-sedikit. Ektraksi bertahap baik digunakan jika
perbandingan distribusi besar. Alat yang biasa digunakan pada ekstraksi bertahap
adalah corong pemisah (Day, 2002).
Ekstraksi adalah proses penarikan suatu zat dengan pelarut. Ekstraksi
menyangkut distribusi suatu zat terlarut (solut) diantara dua fasa cair yang tidak
saling bercampur. Teknik ekstraksi sangat berguna untuk pemisahan secara cepat
dan bersih, baik untuk zat organik atau anorganik, untuk analisis makro maupun
mikro. Selain untuk kepentingan analisis kimia, ekstraksi juga banyak digunakan
untuk pekerjaan preparatif dalam bidang kimia organik, biokimia, dan anorganik
di laboratorium. Alat yang digunakan berupa corong pisah (paling sederhana), alat
ekstraksi soxhlet, sampai yang paling rumit berupa alat counter current craig.
Secara umum, ekstraksi adalah proses penarikan suatu zat terlarut dari larutannya
di dalam air oleh suatu pelarut lain yang tidak bercampur dengan air. Tujuan
ekstraksi ialah memisahkan suatu komponen dari campurannya dengan
menggunakan pelarut. Proses ekstraksi dengan pelarut digunakan untuk
memisahkan dan isolasi bahan-bahan dari campurannya yang terjadi di alam,
untuk isolasi bahan-bahan yang tidak larut dari larutan dan menghilangkan
pengotor yang larut dari campuran. Berdasarkan hal di atas, maka prinsip dasar
ekstraksi ialah pemisahan suatu zat berdasarkan perbandingan distribusi zat yang
terlarut dalam dua pelarut yang tidak saling melarutkan. Perbandingan distribusi
ini disebut koefisien distribusi (K).
Ekstraksi digolongkan menjadi dua macam ekstraksi yaitu:
1. Ekstraksi jangka pendek atau disebut juga proses pengocokan
Hampir
dalam
semua
reaksi
organik,
dalam
proses
Pembuatan
ester,
untuk
memisahkan
ester
dari
pencampurnya.
-
mencampurkan pelarut yang lebih baik bila didiamkan larutan akan membentuk
dua lapisan. Cara melakukan ekstraksi jangka pendek (pengocokan) menggunakan
corong pisah:
2. Ekstraksi jangka panjang
Ekstraksi jangka panjang biasa dilakukan untuk memisahkan bahan
alam yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan atau hewan. Senyawa
organik yang terdapat dalam bahan alam seperti kafein dari daun teh dapat
diambil dengan cara ekstraksi jangka panjang dengan menggunakan suatu
alat ekstraksi yang disebut alat soxhlet. (Nurul, 2011).
Proses ekstraksi pelarut berlangsung dalam 3 tahap, yaitu :
1. Pembentukkan kompleks yidak bermuatan yang merupakan golongan
ekstraksi.
2. Distribusi dari kompleks yang terekstraksi
3. Interaksinya yang mungkin dalam fase organik. (Khopkar, 2003 : 79).
Tiga metode dasar dalam ekstraksi cair-cair adalah ekstraksi bertahap (batch)
ekstraksi kontinyu dan conter current. Ekstraksi bertahap merupakan cara yang
paling sederhana. Caranya cukup dengan menambahkan pelarut pengekstraksi
yang tidak bercampur dengan pelarut semula. Kemudian dilakukan pengocokan
sehingga terjadi kesetimbangan konsentrasi zat yang akan di ekstraksi pada kedua
lapisan. Setelah ini tercapai, lapisan didiamkan dan dipisahkan. Metode ini sering
digunakan untuk pemisahan analitik. Kesempurnaan ekstraksi tergantung pada
banyaknya ekstraksi yang dilakukan. Hasil yang baik diperoleh jika jumlah
ekstraksi yang dilakukan berulang kali dengan jumlah pelarut sedikit-sedikit
(Khopkar, 2003 : 75).
Khasiat Teh
Teh yang biasa kita konsumsi, khususnya teh hijau, banyak mengandung
khasiat,
sebuah
riset
Erasmus
University
Medical
School,
Rotterdam
mengungkapkan pembuluh darah baik besar (aorta) pada responden yang gemar
meminum teh hijau, memiliki lapisan yang melindungi terjadinya penggumpalan
Cl
Cl
Nama IUPAC
Nama lain
Chloroform
Formyl
trichloride,
trichloride,
Methyl
Methane
trichloride,
CHCl3
Massa Molar
119,38 gr/mol
Penampilan
Densitas
1,48 gr/cm3
Titik leleh
63,5 C
Titik didih
61,2 C
Titik nyala
non-flammable
0,8 gr/100 ml at 20 C