PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Osteoporosis dapat dijumpai tersebar di seluruh dunia dan sampai saat
ini masih merupakan masalah dalam kesehatan masyarakat terutama di negara
berkembang. Prevalensi osteoporosis untuk umur kurang dari 70 tahun untuk
wanita sebanyak 18-36%, sedangkan pria 20-27%, untuk umur di atas 70
tahun untuk wanita 53,6%, pria 38%.Jumlah usia lanjut di Indonesia
diperkirakan akan naik 414 persen dalam kurun waktu 1990-2025, sedangkan
perempuan menopause yang tahun 2000 diperhitungkan 15,5 juta akan naik
menjadi 24 juta pada tahun 2015. Berdasarkan studi di Indonesia lebih dari
50% keretakan osteoporosis pinggang di seluruh dunia kemungkinan terjadi
di Asia pada 2050, Mereka yang terserang rata-rata berusia di atas 50 tahun,
satu dari tiga perempuan dan satu dari lima pria di Indonesia terserang
osteoporosis atau keretakan tulang. Dapat dibayangkan betapa besar jumlah
penduduk yang dapat terancam penyakit osteoporosis.(Yayasan Osteoporosis
Internasional).
Pada umumnyapenyakit osteoporosis lebih banyak menyerang wanita,
tetapi pria tetap memiliki risiko terkena penyakit osteoporosis. Sama seperti
pada wanita, penyakit osteoporosis pada pria juga dipengaruhi estrogen.
Bedanya, laki-laki tidak mengalami menopause, sehingga osteoporosis datang
lebih lambat.
Penderita osteoporosis sering di jumpai dengan gejala-gejala awal
yang menyebabkan terjadinya perubahan pada penderita osteoporosis. Gejala
gejala awal tersebut dapat berupa nyeri, perubahan bentuk tubuh, fraktur,
hilngnya tinggi badan dan lain lain. Gejala gejala tersebut dapat
menimbulkan masalah masalah keperawatan yang baru misalnya
immobilitas fisik, konstipasi, personal hygien serta masalah keperawatan
lainnya. Sehingga permasalahan ini sangat menarik untuk di bahas.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1
tentang
judul
asuahan
keperawatan
ganguan
Sistem
Skeletal(Osteoporosis).
E. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan makalah ini adalah :
BAB I
: Pengetahuan yang berisikan latar belakang, tujuan
penulisan, ruang lingkup penulisan, metode penulisan dan
sistematis penulisan.
BAB II
: Anatomi fisiologi sistem skeletal dan konsep dasar penyakit
BAB III
: Asuhan keperawatan pada osteoporosis
BAB IV
: Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
KONSEP DASAR TEORI
Sebelum memberikan asuhan keparawatan pada klien dengan gangguan
sistemskeletal ( Osteoporosis ), maka terlebih dahulu perawat harus memahami
teori - teori yang mendasarinya. Pada bab II ini penulis akan menguraikan tentang
anatomi fisiologi sistem skeletal dan konsep penyakit osteoporosis.
rawan
2. Tulang Keras
Mineral yang terdapat dalam matriks tulang terutama adalah
calsium dan fosfat. Unit dasar dari kortek tulang disebut sistem haversian.
Yang terdiri dari saluran haversian (yang berisi pembuluh darah, saraf dan
lymphatik), lacuna (berisi osteosit), lamella, canaliculi (saluran kecil yang
menghubungakan lacuna dan saluran haversian.
Bentuk dan kontruksi tulang tertentu ditentukan oleh fungsi dan
Gambar 1. Struktur
Tulang manusia
dapat di kelompokan
menjadi
beberapa
bagian diantaranya :
1) Tulang panjang
Misalnya
femur
berbentuk
seperti
dengan
ujung
yang
membulat.
Batang
atau
diafasis
tulang
panjang
dinamakan
fibrosa, ligamen, tendon, fasia atau otot. Sendi dapat dibedakan menjadi
tiga tipe yaitu :
1) Sendi Fibrosa
Merupakan sendi yang tidak dapat bergerak, misalnya persambungan
pada tulang bergigi ( satura ) yang terdapat pada kepala sela antara
tulang pipih yang menyatukan os frontal, os parietal, os temporal dan
os etmoidal.
2) Sendi Tulang Rawan ( amfiartrosis )
Merupakan sendi dengan gerak sedikit, permukaan dipisahkan oleh
bahan antara yang memungkinkan sedikit gerakan. Misalnya, sendi
pada simfisis pubis yag dipisahkan oleh tulang rawan.
3) Sendi sinovial ( diartrosis )
Merupakan persendian bergerak bebas dan terdapat banyak
ragamnya. Sendi sinovial terdiri dari :
a. Sendi putar, bengkol sendi putar tepat masuk dalam mangkok
sendi yang dapat memberikan gerak seluruh arah, misalnya sendi
panggul, dan sendi peluru yang terdapat di bahu.
b. Sendi engsel, satu permukaan bundar diterima oleh yang lain
sedemikian rupa sehingga dalam satu bidang dan dua arah,
misalnya sendi sendi siku dan lutut.
c. Sendi kondiloid, seperti sendi engsel tapi dapat bergerak dua
bidang dan empat arah lateral kedepan dan lateral ke belakang,
misalnya pergelangan tangan.
d. Sendi berporos atau sendi putar, pergerakan sendi memutar
seperti pergerakan kepala sendi. Contoh sendinya adalah gerakan
radius disekitar ulna.
e. Sendi pelana misalnya sendi ranhan dan tulang metakarpalia
pertama ( pergelangan tangan ) yang banyak memberikan
kebebasan untuk bergerak.
B. Konsep dasar Penyakit
1. Pengertian Osteoporosis
Osteoporosis didefinisikan sebagai kelainan skeletal yang ditandai
dengan adanya gangguan kekuatan tulang yang mengakibatkan tulang
2. Etiologi
a. Osteoporosis postmenopausal terjadi karena kekurangan estrogen
(hormon
utama
pada
wanita),
yang
membantu
mengatur
memiliki
risiko
yang
sama
untuk
menderita
osteoporosis
postmenopausal.
b. Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan
kalsium yang berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan
diantara kecepatan hancurnya tulang dan pembentukan tulang yang
baru. Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut.
Penyakit ini biasanya terjadi pada usia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih
sering menyerang wanita. Wanita seringkali menderita osteoporosis
senilis dan postmenopausal.
c. Osteoporosis sekunder dialami kurang dari 5% penderita osteoporosis,
yang disebabkan oleh keadaan medis lainnya atau oleh obat-obatan.
Penyakit osteoporosis bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan
kelainan hormonal (terutama tiroid, paratiroid dan adrenal) dan obatobatan (misalnya kortikosteroid, barbiturat, anti-kejang dan hormon
tiroid yang berlebihan). Pemakaian alkohol yang berlebihan dan
merokok bisa memperburuk keadaan osteoporosis.
d. Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang
penyebabnya tidak diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak dan
dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal,
kadar vitamin yang normal dan tidak memiliki penyebab yang jelas
dari rapuhnya tulang.
3. Fakor Resiko
Faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya osteoporosis :
1. Wanita
Osteoporosis lebih banyak terjadi pada wanita. Hal ini disebabkan
pengaruh hormon estrogen yang mulai menurun kadarnya dalam
tubuh sejak usia 35 tahun. Selain itu, wanita pun mengalami
menopause yang dapat terjadi pada usia 45 tahun.
2. Usia
Seiring dengan pertambahan usia, fungsi organ tubuh justru menurun.
Pada usia 75-85 tahun, wanita memiliki risiko 2 kali lipat
10
11
e. Kurang Kalsium
Jika kalsium tubuh kurang maka tubuh akan mengeluarkan hormon
yang akan mengambil kalsium dari bagian tubuh lain, termasuk
yang ada di tulang.
6. Mengkonsumsi Obat
Obat kortikosteroid yang sering digunakan sebagai anti peradangan
pada penyakit asma dan alergi ternyata menyebabkan risiko penyakit
osteoporosis. Jika sering dikonsumsi dalam jumlah tinggi akan
mengurangi massa tulang. Sebab, kortikosteroid menghambat proses
osteoblas. Selain itu, obat heparin dan antikejang juga menyebabkan
penyakit
osteoporosis.
Konsultasikan
ke
dokter
sebelum
mengkonsumsi obat jenis ini agar dosisnya tepat dan tidak merugikan
tulang.
7. Kurus dan Mungil
Perawakan kurus dan mungil memiliki bobot tubuh cenderung ringan
misal kurang dari 57 kg, padahal tulang akan giat membentuk sel asal
ditekan oleh bobot yang berat. Karena posisi tulang menyangga bobot
12
Hasil interaksi kompleks yang menahun antara faktor genetikdan faktor lingkungan
Melemahnya
daya serap
seldefisiensi
terhadap kalsium
tulang
Merokok,
alcohol,
vitamindari
dandarah
gizi, ke
gaya
hidup (imobilitas), anoreksia
is kelamin, ras, keluarga, bentuk
tubuh, dan
tidakkopi
pernah
melahirkan
Peningkatan pengeluaran kalsium bersama urine tidak tercapainya massa tulang yang maksimal resorpsi tulang menjadi lebih c
4. Pathway
Penyerapan tulang lebih banyak daripada pembentukan baru
Osteoporosis
Kolaps bertahap tulang vertebra
Tulang menjadi rapuh dan mudah patah
Kifosis progresif
Fraktur lumballsi
kompresi veterbra torakalis
Fraktur collesFraktur
Fraktur
komperasi vertebra
femur
Kifosis progresif
Perubahan postural
konstipsi
Nyeri
Deformitas skelet
5. gangguan eliminasi
alvi
6. gangguan
citra diri
7. ansietas
Penurunan kemampuan pergerakan
Insufisiensi paru
Kelemahan dan perasaan mudah lelah
13
Proses
memeriksakan
pengeroposan
penanda
tulang
biokimia
dapat
CTx
diketahui
(C-Telopeptide).
dengan
CTx
15
16
alkohol
yang
berlebihan
selama
bertahun-tahun
tulang.
Hyperthyroidism
beraksi
secara
langsung,
18
19
masa
otot,
dan
hilangnya
masa
otot
dapat
20
a) Estrogen
Estrogen memiliki sifat anti resorptif yang kuat pada sel tulang
dan penurunan kadar estrogen pada saat menopause merupakan
penyebab utama kehilangan masa tulang pada wanita. Bagaimana
mekanisme estroge menghambat resorpsi tulang hingga kini masih
belum dapat di jelaskan dengan pasti. Respon peningkatan masa
tulang pada penggunaan HRT bergantung pada dosis dan lamanya
pemberian estrogen. Pada umumnya pengaruh estrogen baru
terlihat setelah diberikan selama 5 tahun. Pada pasca menopause
estrogen diberikan selama 10 tahun, setelah 10 tahun hasilnya di
evaluasi untuk menentukan pengobatan selanjutnya bermanfaat
dan aman untuk diteruskan.
Dosis yang diberikan dapat berupa estrogen terkonjugasi
(preparin, wyeth Ayers, tablet 0,625 mg) dan estradiol 2 mg.
b) Kombinasi estrogen dengan progesteron
Dalam dosis yang tinggi progesteron dapat menghambat resorpsi
dan meransang formasi tulang.
Beberapa preparat progesteron yang yang umum digunakan antara
lain :
a. Noretisteron (primolut N, Schering AG, tablet 5 mg). jika ada
b. Midroksiprogesteron asetat (Provera, Uphjohn, tablet 5 mg)
c) Testosteron
Untuk mengatasi osteoporosis pada pria dapat diberikan :
b. Ester testosterone (sustanon, organon, ampul 250 mg/ml IM)
c. Terapi non hormonal
a) Kalsitonin
Kalsitonin bekerja menghambat resorpsi tulang sehingga
menurunkan kadar kalsium plasma dengan cepat sehingga
menyebabkan terjadinya hiperparatiroidisme sekunder. Untuk
mencegahnya sering kali pemberian kalsitonin disertai dengan
suplementasi kalsium dan vitamin D. Kalsitonin umumnya
diberikan dalam dosis 50 100 mg IM selama 14 hari. Efek
sampingnya nausea, muntah, diare dan nyeri lokal.
b) Bifosfonat
Penggunaan intermitten pada osteoporosis akan menurunan turn
over tulang dan mungkin dapat menyebabkan terjadinaya sedikit
21
22
Anjurkan pasien untuk makan diet kaya kalsium dan berikan pada
pasien daftar makanan yang kaya kalsium. Jelaskan bahwa
osteoporosis tipe II dapat dicegah dengan asupan kalsium dalam diet
yang adekuat dan latihan yang teratur. Terapi hormone dan fluoride
juga dapat membantu mencegah osteoporosis.
Jika pasien meminum suplemen kalsium , anjurkan asupan cairan
yang banyak untuk membantu mempertahankan haluran urine yang
adekuat sehingga menghindari batu ginjal, hiperkalsemia, dan
hiperkalsuria.
Anjurkan pasien tidur pada matras yang keras dan menghindari tirah
baring yang berlebihan .
Jelaskan bahwa osteoporosis sekunder dapat dicegah dengan terapi
efektif yang mendasari, mobilasi dini setelah pembedahan atau
trauma, penurunan konsumsi alcohol, observasi dengan cermat tandatanda malabsorbsi, dan terapi hipotiroidisme dengan cepat.
Perkuat upaya pasien untuk beraptasi, dan tunjukkan pada pasien
bahwa kondisinya membaik atau stabil. Jika perlu, rujuk pasien ke
ahli terapi okupasi atau perawat kesehatan dirumah untuk membantu
melakukan koping terhadap aktivitas harian.
Pastikan pasien dan keluarganya memahami dengan jelas regimen
obat yang diresepkan. Beri tahu cara mengenali reaksi merugikan
yang bermakna dan instruksikan mereka untuk melaporkan reaksi
merugikan tersebut dengan segera.
Ajarkan pasien dan anggota keluarganya aktivitas pengalihan
perhatian untuk mengubah persepsi nyeri pasien.
Instruksikan pasien untuk menghindari aktivitas yang memperburuk
nyeri dan yang menciptakan lebih banyak tekanan pada sendi.
23
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN
SISTEM SKELETAL OSTEOPOROSIS
A. Kasus
Ny.Marian adalah wanita berusia 65 tahun, dengan tinggi 115
cm dan berat 75 kg, bekerja sebagai tukang cuci pakaian
karena
Ny.Marian
menopouse
pada
tamatan
SD.
usia
tahun.
57
Ny.Marian
Pola
memasuki
hidup
klien
berjalan
berkonsultasi
ke
sudah
agak
puskesmas
membungkuk.
dan
dokter
Ny.Marian
mendiagnosa
B. Pengkajian
1. IDENTITAS KLIEN
Nama
: Ny.M
Umur
: 57 Tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
24
Agama
: Kristen
Bangsa / S u k u
: Indonesia/Dayak
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
Status Perkawinan
: Belum Kawin
Alamat
No.90
Ruangan
: Dahlia
No. RM
: 536764
Tanggal Masuk
: 5 Oktober 2013
: Osteoporosis
25
b. Pola Eliminasi
-
Saat sakit klien hanya satu kali BAB dan BAK, selama di
rumah sakit.
Sebelum sakit, sewaktu dirumah klien istirahat tidur 68 jam perhari pada malam hari.
Ketika dirumah sakit klien mengatakan susah tidur karena
nyeri
d. Pola Kebersihan
-
e. Pola Aktifitas
-
5. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum
: Lemah
b. Kesadaran
:Kesadaran Penuh
27
: 87 kali
: 36,5 c
: 22 kali
e. M a t a
bantu
f. Telingga
sedikit berurang
dibagian sebelah kiri.
g. Hidung
terdapat polip.
h. Mulut
a. Abdomen
28
simetris
b. Punggung
b. Bawah
lemah
c. Kekuatan otot : 2 2
2 2
6. DATA PSIKOLOGIS
a. Status Emosi
: klien tenang
yang
melakukan
7. DATA SOSIAL
a. Pendidikan dan Pekerjaan
b. Hubungan Sosial :
29
klien.
:
9. DATA PENUNJANG
Foto rontgen
10.
PENGOBATAN
Steroids
Suplemen ca & vitamin D
Kontak sinar matahari
Menghindari alkohol, kopi dan rokok
30
C. PATHWAY KASUS
Etilogi sekunder
Usia
Konsumsi
Alkohol,
merokok,
Jenis Kelamin
Kekurangan Kalsium
Pengaruh Hormon ( estrogen
) dan PTH menurun
dan
Resorpsi Ca tulang
Menurun
Gangguan pembentukan
tulang osteoblast dan
osteoklast
Nyeri
Penurunan Masa
tulang
Pengeroposan
Meningkatkan
pengeluaran
kalsitonin dan
bradikinin
tulang
Tulang Rapuh
Kepadatan tulang
berkuang
Resiko cedera
Osteoporosis
deformitas
Perubahan
citra Tubuh
tubuh
Informasi yang
kurang tentang
pengobatan
Inefektif
Regiment
pengobatan
D.Diagnosa Keperawatan
1. Diagnosa yang dapat muncul dari buku Arif Mutaqqin yaitu (hal 377-378)
Masalah yang bisa terjadi pada klien osteoporosis adalah sebagai berikut.
a. Nyeri yang berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur
vertebra
b. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan disfugsi sekunder
akibat perubahan skeletal (kifosis), nyeri sekunder, atau fraktur baru.
c. Risiko cedera yang beruhubungan dengan dampak sekunder perubahan
skeletal dan ketidakseimbangan tubuh.
d. Kurang perawatan diri yang berhubungan dengan keletihan atau
gangguan gerak.
31
E. Intervensi
Intervensi adalah rencana tindakan keperawatan yang
menggunakan tehnik ONEC (Observation, Nursing, Education,
and
Colaboration).
Muttaqin
(2009),
Menurut
Intervensi
Doengoes
dan
(2000)
dan
RasionalAritmia
Arif
adalah
sebagai berikut:
1. Nyeri berhubungan dengan agen pencendera : usia lanjut
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
nyeri berkurang
Kriteria :
32
Rasional
pada
periode
selam
posisi
kurang
Laternatif
lain
untuk
mengatasi
nyeri
pengaturan posisi, kompres
hangat dan sebagainya.
Keyakinan klien tidak dapat
mentolelir akanb obat yang
adequaty
atau
tidak
adequat untuk mengatasi
nyerinya.
Kelelahan dan keletihan
klien
istirahat
terlentang
lebih
dapat
menurunkan
minat
15
menit
2. Perubahah mobilitas fisik berhubungan dengan disfungsi
sekunder terhadap perubahan skletal (kiposis), nyeri sekunder
atau frkatur baru.
Tujuan :
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24
jam, melakukan aktivits fisik.
Kriteria :
-Klien dapat meningkatkan mobilitas fisik
-Klien mampu melakukan ADL secara independent
33
Intervensi
Rasional
Kaji
tingkat
kemampuan
klien yang masih ada
Rencanakan
tentang
pemberian program latihan :
bantu klien jika diperlukan
latihan
lebih besar
memberikan
pada
Program
latihan
merangsang pembentukan
tulang
Gerakan
menibulkan
Kriteria :
34
Intervensi
-
Rasional
mengandung
kalsium
-
banyak
predisposisi
klien
untuk
jatuh.
Ajarkan
klien
untuk
mengurangi atau berhenti
menggunakan rokok atau
kopi
Ajarkan efek dari rokok
terhadap pemulihan tulang
Observasi efek samping
dari
obat-obtan
yang
digunakan
F. Evaluasi
1. Mendapatkan peredaan nyeri
a.
b.
c.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
3. Kifosis berkurng.
4. Mengungkapkan pearasaan tentang penyakit yang dialami, mampu
menerima keadaan.
5. Mendapatkan
pengetahuan
mengenai
oesteoporosis
dan
program
penanganannya.
36
a.
b.
c.
d.
e.
BAB IV
PENUTUP
37
A. Kesimpulan
Tulang merupakan penunjang, tempat melekatnya otot otot,
pembentuk rangka manusia dan pelindung bagi tubuh serta organ organ
didalamnya. Komponennya berupa mineral dan jaringan organ ( prolaktin dan
kolagen ). Tulang tulang tersusun dari osteoblast, osteosit dan osteoklas.
Kerapuhan tulang dapat menyebabkan berbagai pennyakit misalnya
osteoporosis. Osteoporosis adalah kelainan di mana terjadi penurunan masa
tulang total. Osteoporosis merupakan kelainan yang terjadi pada tulang
diakibatkan oleh penurunan masa tulang sehingga tulang tersebut menjadi
keropos. Osteoporosis juga bisa dibagi menjadi tiga macam yaitu
osteoporosis primer, sekunder dan idiopatik. Banyak faktor yang dapat
menyebabkan osteoporosis tersebut terjadi lebih cepat misalnya pengaruh
hormon, kekurangan kalsium akibat dari rendahnya asupan kalsium dan
akibat dari obat obatan misalnaya kortikosteroid.
Gejala yang ditimbulkan oleh kerapuhan tulang tersebut bisa patah
tulang, nyeri, hilngnya tinggi badan dan lain lain. Osteoporosis meningkat
pada wanita terutama pada pengkonsumsi alkohol yang berlebihan dan juga
perokok. Tidak hanya wanita tetapi pria juga memiliki resiko terkena
osteoporosis. Faktor resiko lainnya adalah usia, ras atau suku, keturunan,
serta gaya hidup yang kurang baik. Pencegahan osteoporosis bisa merupakan
pencegahan primer dan sekunder. Pengobatan yang dilakukan bisa
menggunakan
terapi
hormonal
seperti
estrogen,
progesteron
atau
38
yang mengandung kalsium rendah protein, olah raga yang teratur dan lain lain.
B. Saran
Dari penjelasan diatas ada beberapa saran yang bermanfaat untuk kita :
a. Makanlah makanan yang berkalisum tinggi
b. Olah raga yang teratur
c. Minumlah suplemen yang mengandung kalsium
d. Hindari rokok dan minuman yang beralkohol
e. Pada orang yang menderita osteoporosis diharapkan menjalankan terapi
dengan baik.
39