Anda di halaman 1dari 7

ACARA V

KULTUR JARINGAN WORTEL (Daucus carota)


A Pendahuluan
1 Latar Belakang
Wortel (Daucus carota) adalah tumbuhan sayur yang ditanam
sepanjang tahun terutama di daerah pegunungan yang memiliki suhu udara
dingin dan lembab, kurang lebih pada ketinggian 1200 di atas permukaan
laut. Tumbuhan wortel membutuhkan sinar matahari dan dapat turnbuh
pada sernua musim. Wortel merupakan tanaman sayuran termasuk ke
dalam jenis tanaman semak, dan tumbuh baik pada musim kemarau
maupun musim hujan. Tanaman wortel mempunyai struktur batang yang
pendek, serta akar yang berakar tunggang dapat berubah bentuk menjadi
bulat dan disebut dengan umbi. Umbi wortel ini tampak berwarna kuning
kemerah-merahan, yang berarti mengandung tinggi senyawa karoten dan
flavonoid yang berfungsi sebagai antioksidan.
Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman
secara vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman
dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta
menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik
yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang
tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan
bergenerasi menjadi tanaman lengkap. Prinsip utama dari teknik kultur
jaringan adalah perbayakan tanaman dengan menggunakan bagian
vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang dilakukan di tempat
steril.
2

Tujuan Praktikum
Tujuan Praktikum Kultur Jaringan Wortel adalah:
a. Mengetahui teknik kultur jaringan wortel
b. Mengetahui pengaruh BAP terhadap pertumbuhan dan perkembangan
eksplan wortel

B Tinjauan Pustaka

Tanaman wortel diperbanyak dengan bijinya. Biji untuk penanaman ini


dikenal dengan istilah benih. Benih wortel berwarna cokelat, ukurannya keci,
berbulu dan saling melekat satu sama lain. Setiap 1 gr benih terdapat 200 biji.
Benih wortel dapat diperoleh dengan cara membeli di kios atau toko-toko
pertanian. Kebutuhan benih wortel untuk setiap hektarnya sekitar 1,5 kg-3 kg
(Ali et al. 2003).
Media MS paling banyak digunakan untuk berbagai tujuan kultur pada
tahun-tahun sesudah penemuan media MS, sehingga dikembangkan mediamedia lain berdasarkan media MS tersebut seperti Lin dan Staba. Lin & Staba
menggunakan media dengan setengah dari komposisi unsur makro MS, dan
memodifikasi : 9 mM ammonium nitrat yang seharusnya 10mM, sedangkan
KH2 PO4 yang dikurangi menjadi 0.5 Mm, tidak 0.625 mM. Larutan senyawa
makro dari media Lin & Staba, kemudian digunakan oleh Halperin untuk
penelitian embryogenesis kultur jaringan wortel (Wetherell 1976).
Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) sangat penting dalam pembutan media
kultur jaringan. Zat pengatur tumbuh adalah suatu persenyawaan organik yang
dalam jumlah sedikit (1 mM) dapat merangsang, menghambat atau mengubah
pola pertumbuhan dan perkembangan tanaman.Dalam kultur jaringan ZPT
penting:

sitokinin (Kinetin, BA, Zeatin, 2iP, Thidiazuron), auksin (IAA,

NAA, IBA, 2.4-D, 2.4.5-T, Dicamba, Picloram). Kedua ZPT ini mempunyai
fungsi masing-masing yang berbeda, sitokinin mempengaruhi pembelahan sel
serta pembentukan organ seperti pembentukan embrio somatik. Auksin
dipakai untuk menginduksi pembentukkan sel dan akar (Indrianto 2002).
Zat pengatur tumbuh dari golongan auksin berperan antara lain dalam
pembentukan kalus, morfogenesis akar dan tunas serta embriogenesis.
Pemilihan konsentrasi dan jenis auksin ditentukan antara lain oleh tipe
pertumbuhan dan perkembangan eksplan yang dikehendaki. Penggunaan
auksin dengan daya aktivitas kuat (antara lain 2,4-D, NAA atau
dikombinasikan dengan sitokinin dengan konsentrasi rendah) umumnya
digunakan untuk induksi kalus embriogenik. Selain itu, jenis dan konsentrasi

hormon, jenis asam amino serta rasio auksin dan sitokinin sangat menentukan
dalam menginduksi pembentukan kalus (Purnamaningsih 2006).
C Metode Praktikum
1 Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Kultur Jaringan Wortel dilaksanakan pada hari Selasa, 16
April 2013 pukul 13.00 - 15.00 WIB di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan
dan Bioteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Alat
a. LAFC lengkap dengan lampu bunsen
b. Petridish dan botol-botol kultur
c. Peralatan diseksi, yaitu pinset besar/kecil dan pisau pemes
3 Bahan
a. Eksplan : pucuk batang pohon wortel (Daucus carota)
b. Media kultur
c. Alkohol 70 %
d. Aquadest steril
e. Spirtus
f. Chlorox (Sunclin)
4 Cara Kerja
a. Persiapan eksplan
b. Sterilisasi eksplan (dilakukan dalam LAFC)
1) Merendam eksplan dalam larutan Dithane M-45 3 mg/l selama + 12
2

jam, dilanjutkan dengan chlorox 5,25 % (Sunclin 100 %) selama + 3


menit.
2) Membilas eksplan dengan aquadest steril.
c. Penanaman eksplan
1) Membuka plastik penutup botol media kultur.
2) Mengambil eksplan dan menanamnya di media kultur dengan pinset.
Setelah digunakan, pinset harus selalu dibakar di atas api.
3) Selama penanaman, mulut botol harus selalu dekat dengan api untuk
menghindari kontaminasi.
d. Pemeliharaan
1) Botol-botol media berisi eksplan ditempatkan di rak-rak kultur.
2) Lingkungan di luar botol harus dijaga suhu, kelembaban dan
cahayanya.
3) Penyemprotan botol-botol kultur dengan spirtus dilakukan 2 hari
sekali untuk mencegah kontaminasi.
e. Pengamatan selama 5 minggu, yang diamati:
1) Saat muncul akar, tunas, daun dan kalus (HST), diamati setiap hari.
2) Jumlah akar, tunas dan daun, diamati 1 minggu sekali.

3) Deskripsi kalus (struktur dan warna kalus), dilakukan pada akhir


pengamatan.
4) Persentase keberhasilan, dilakukan pada akhir pengamatan
D Hasil Pengamatan dan Pembahasan
1 Hasil Pengamatan
Tabel 5.1 Pengaruh BAP Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan
Eksplan Pucuk Batang Pohon Wortel
Eksplan

Tanggal

Wortel

16-04-13
23-04-13
26-04-13
30-04-13
3-05-13
7-5-13

Akar
-

Saat Muncul (HST)


Tunas
Daun
-

Kalus
-

Akar
-

Jumlah
Tunas
-

Keterangan
Daun
-

Masih baik
Masih baik
Kontaminasi
Kontaminasi
Kontaminasi
Kontaminasi

Sumber: Laporan Sementara

Gambar 5.1 Eksplan Wortel Gambar 5.2 Eksplan Wortel


(Daucus carota) Awal Pengamatan
(Daucus carota) Akhir Pengamatan
Pembahasan.
Keberhasilan penanaman eksplan dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu sterilisasi, pemilihan bahan eksplan, faktor lingkungan seperti pH,
cahaya dan temperatur, serta kandungan ZPT (Zat Pengatur Tumbuh)
dalam medium kultur. Faktor yang mempengaruhi kegagalan dalam
penanaman eksplan adalah media dan alat yang tidak steril, perlakuan,
pengovenan

yang

kurang

baik

serta

lingkungan

yang

mudah

mengkontaminasi bagi media penanaman.


Zat pengatur tumbuh (ZPT) yang diberikan dalam penanaman
ekspan

wortel

bermanfaat

untuk

mengendalikan

dan

mengatur

pertumbuhan kultur tanaman. Zat ini mempengaruhi pertumbuhan dan


morfogenesis dalam kultur sel, jaringan dan organ. Jenis dan konsentrasi
ZPT tergantung pada tujuan dan tahap pengkulturan.
Secara umum, zat pengatur tumbuh yang digunakan dalam kultur
jaringan ada tiga kelompok besar, yaitu auksin, sitokinin dan giberelin.

Auksin digunakan secara luas dalam kultur jaringan untuk merangsang


pertumbuhan kalus, akar, suspensi sel dan organ. Sitokinin berperan untuk
menstimulus pembelahan sel dan merangsang pertumbuhan tunas pucuk.
Sitokinin yang biasa digunakan dalam kultur jaringan adalah kinetin,
ziatin,benzilaminopurine (BAP) dan giberelin untuk diferensiasi atau
perbanyakan fungsi sel terutama pembentukan kalus.
Sterilisasi eksplan dilakukan menggunakan clorox (sunclin)
dengan melakukan perendaman selama 3 menit pada eksplan dan
membilas bahan dengan aquadest. Sterilisasi bahan harus dilakukan
dengan tepat, apabila perendaman clorox terlalu lama maka jaringan dari
bahan tanam akan mengalami kematian (browning) sehingga tidak mampu
membentuk individu baru, apabila sterilisasi terlalu singkat maka bahan
tanam yang digunakan akan membawa bibit bibit kontaminasi
(George 2006).
Kontaminasi dari eksplanlah yang paling sulit diatasi, walaupun
sterilisasi telah dilakukan dengan berbagai cara, namun kadang-kadang
kontaminasi tetap saja terjadi. Cara penanggulangannya dilakukan
perlakuan pada tanaman yang akan dijadikan sebagai sumber eksplan
dengan mencuci eksplan pada larutan fungisida dan bakterisida. Untuk
menanggulangi kontaminasi setelah ekspaln dikulturkan maka dilakukan
pemeliharaan secara dengan melakukan penyemprotan spirtus ataupun
alkohol pada permukaan botol kultur dua hari sekali (Rahardja 2005).
Eksplan wortel tidak mengalami kontaminasi. Eksplan wortel
membusuk di dalam botol setelah satu minggi berada dalam eksplan. Hal
ini dimungkinkan karena terlalu lama direndam dalam Clorox.
Perendaman terlalu lama data menyebabkan jaringan eksplan mati.
E Kesimpulan dan Saran
1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dapat diambil kesimpulan, yaitu:
a. Kultur wortel menggunakan bagian wortel yang telah dipotong
b. Persentase keberhasilan 0%.

c. Pemilihan eksplan yang tepat mempengaruhi keberhasilan kultur


jaringan.
d. Jaringan eksplan membusuk
2

Saran
Dalam proses penanaman sebaiknya dicontohkan oleh co-assisten
terlebih dahulu cara penanaman eksplan yang benar itu yang bagaimana,
sehingga tidak terjadi kesalahan sterilisasi bahan yang berakibat terjadinya
kontaminasi ataupun browning.

DAFTAR PUSTAKA
Ali, N. B.V., Estu R., Hendro S. 2003. Wortel dan Lobak. Bogor : Panebar
Swadaya.
George, E.F. and P.D. Sherrington 2006. Plant Propagation by Tissue Culture.
England : Handbook and Directory of Commercial Laboratories. Exegetics
Limited.
Indrianto, Yuni.2002. Pembiakan Tanaman Melalui Kultur Jaringan. Jakarta:
Gramedia.
Purnamaningsih, R. 2006. Induksi Kalus dan Optimasi Regenerasi Empat Varietas
Padi melalui Kultur In Vitro. Jurnal AgroBiogen 2 (2): 74-80.
Rahardja, P.C 2005. Kultur Jaringan, Teknik Perbanyakan Tanaman Secara
Modern. Jakarta : Penebar swadaya.
Wetherell, D. F. 1976. Plant Tissue Culture Series. New York : Avery Publishing
Group Inc.

Anda mungkin juga menyukai