Anda di halaman 1dari 34

SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN

Pekerjaan
Lokasi
Anggaran

: Pengecoran Area Depan Kios Nelayan PP Lampulo


: PP Lampulo Banda Aceh
: Tahun 2015

1. URAIAN UMUM
Kontraktor melakukan layanan Jasa Konstruksi yang meliputi dari memperkerjakan tenaga
kerja sesuai dengan ketrampilan yang dibutuhkan, menyediakan kebutuhan material dan
peralatan yang dibutuhkan. Untuk melaksanakan pekerjaan berdasarkan gambar bestek,
bill of quantity dan spesifikasi teknis. Sebelum menawarkan pekerjaan ini diharapkan
Kontraktor berinisiatif sendiri untuk melihat kondisi dilapangan.

2. LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup pekerjaan Pengecoran Areal Adepan Kios Nelayan, Gudang Pengepakan dan
Tempat Perbaikan Jaring PP Lampulo sesuai dengan Bill of Quantity dan Gambar Bestek.
3. PERATURAN TEKNIS BANGUNAN YANG DIGUNAKAN
Kecuali ditentukan lain dalam RKS ini, berlaku dan mengikat ketentuan-ketentuan tersebut
dibawah ini (termasuk segala perubahan dan tambahannya) juga berlaku dan mengikat :
3.1. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007 tanggal 27 Desember 2007.
3.2.
Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI 1991) SK SNI T-15.1991.03.
3.3.
Tata cara pengadukan dan pengecoran beton SNI 03-3976-1995.
3.4.
Peraturan Muatan Indonesia NI.8 dan Indonesian Loading Code 1987 (SKBI1.2.53.1987).
3.5.
Ubin lantai keramik, mutu dan cara uji SNI 03-0106-1987.
3.6.
Ubin semen polos SNI 03-0028-1987.
3.7.
Peraturan Konstruksi Kayu di Indonesia (PKKI) NI 5.
3.8.
Mutu Kayu Bangunan SNI 03-3527-1994.
3.9.
Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) SNI 04-0225-1987.
3.10. Tata Cara Perencanaan Tangki Septick SNI 03-2398-1991.
3.11. Peraturan Umum Keselamatan Kerja dari Departemen Tenaga Kerja.
3.12. Peraturan Semen Portland Indonesia NI 8 tahun1972.
3.13. Peraturan Bata merah sebagai bahan bangunan NI 10.
3.14. Peraturan Plumbing Indonesia.
3.15. Tata Cara Pengecatan Kayu Untuk Rumah dan Gedung SNI 03-2407-1991.
3.16. Tata Cara Pengecatan Dinding Tembok dengan Cat Emulsi SNI 03-2410-1991.
3.17. Pedoman Perencanaan Penanggulangan Longsoran SNI 03-1962-1990
Peraturan dan ketentuan yang dikeluarkan pemerintah Daerah setempat yang
bersangkutan dengan permasalahan bangunan.
Apabila penjelasan dalam RKS tidak sempurna atau belum lengkap sebagaimana ketentuan
dan syarat dalam peraturan diatas, maka Kontraktor wajib megikuti ketentuan peraturanperaturan yang disebutkan diatas.
1

4.

BAHAN-BAHAN DAN ALAT YANG HARUS DISEDIAKAN KONTRAKTOR


Kontraktor harus menyediakan seluruh alat produksi dan material yang dibutuhkan
untuk pelaksanaan pekerjaan kecuali bila disebutkan tersendiri di dalam Kontrak. Jika
tidak ditentukan lain, segala peralatan dan material yang membutuhkan bagian
pekerjaan baru dan harus disesuaikan dengan standar menurut dokumen lelang.
Bahan-bahan yang akan digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan harus mengutamakan
produksi dalam negeri.
Apabila disebabkan karena sesuatu hal sehingga bahan yang dimaksud tidak dapat
diperoleh di dalam negeri, maka Kontraktor dapat melakukan pemesanan dari luar
negeri setelah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Pemberi Pekerjaan.
Kontraktor harus melaporkan kepada Direksi, bilamana bermaksud untuk mensuplai
peralatan dan material yang tidak sesuai dengan standar sebagai tersebut di atas dan
harus mendapat persetujuan tertulis dari Direksi.

5.

ALAT-ALAT PRODUKSI
Kontraktor harus menyediakan segala alat produksi yang diperlukan secukupnya
untuk pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan. Direksi boleh meminta kepada
Kontraktor untuk menyediakan alat produksi tambahan dan peralatan lain bilamana
menurut pertimbangannya penting untuk pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan
Kontrak. Kontraktor harus menyediakan seluruh peralatan serta suku cadang dan
harus menjaga persediaan yang cukup untuk tidak memperlambat pelaksanaan
pekerjaan.

6.

MATERIAL PENGGANTI
Kontraktor harus berusaha mendapat material yang ditentukan, bilamana material
yang ditentukan tidak mungkin diperoleh dengan alasan yang dapat diterima,
Kontraktor dapat menggunakan material pengganti, tetapi harus terlebih dahulu
mendapat persetujuan tertulis dari Direksi. Harga satuan penawaran pada Daftar
Kuantitas dan Harga Pekerjaan tidak diperkenankan untuk dinaikkan akibat
penggantian material.

Letak bangunan sesuai site plan akan dijelaskan pada saat rapat penjelasan lapangan.
Pemborong harus melihat langsung di lapangan terutama situasi lapangan yang
menyangkut penyimpanan bahan, penempatan peralatan, dan pelaksanaan pekerjaan.

PASAL 1
PEKERJAAN PERSIAPAN
1.1.

Lapangan Pekerjaan
1.1.1. Pekerjaan persiapan,, Kontraktor harus menyediakan gudang, bangsalbangsal kerja kecuali tempat kerja yang akan ditetapkan pada waktu
penunjukan setempat (BUILDING PLOT)
1.1.2. Semua benda-benda tak berguna, tumbuh-tumbuhan, akar, alang-alang dan
lain-lain harus dibersihkan/ disingkirkan dari lapangan dan apabila perlu
dengan menggalinya.
1.1.3. Semua lapisan atas dari tanah dan tumbuh-tumbuhan di lapangan
disingkirkan, kemudian permukaan tanahnya di sesuaikan dengan tinggi duga
yang dikehendaki.
1.1.4. Bila Kontraktor membutuhkan bangunan sementara, maka kontraktor diberi
kesempatan untuk mendirikannya atas beban sendiri dengan persetujuan
pengawas.
1.1.5. Kontraktor harus menutup, memagar lapangan kerja, pagar penutup harus
memenuhi syarat- syarat yang ditentukan pemerintah setempat, kontraktor
diwajibkan untuk membuat pintu masuk sendiri.

1.2.

Pengukuran dan Opname


1.2.1. Lingkup Pekerjaan
a. Meliputi : Pekerja-pekerja, ahli, bahan, peralatan dan kegiatan-kegiatan
yang diperlukan untuk menyelesaikan semua pekerjaan pengukuran
sesuai dengan RKS dan gambar-gambar.
b. Pekerjaan pengukuran antara lain :
- Penentuan lokasi bangunan, jalan, landscaping dan lain-lain.
- Penentuan duga
1.2.2. Syarat-syarat :
a. Pengukuran harus dilakukan oleh tenaga yang betul-betul ahli dalam
bidangnya dan pengalaman.
b. Pemeriksaan ; Hasil pengukuran segera dilaporkan kepada Konsultan
Pengawas dan dimintai persetujuan Konsultan.
c. Pengukuran harus diketahui dan disetujui oleh Instansi yang berwenang
dalam pengurusan IMB.
1.2.3. Bahan-bahan dan peralatan :
Theodolit, water pass serta peralatan dan patok-patok yang kuat yang
diperlukan untuk pengukuran. Semua peralatan ini harus dimiliki Pemborong
dan harus selalu ada apabila sewaktu-waktu memerlukan pemeriksaan.

1.2.4. Tata Kerja :


a. Segera setelah diterima surat perintah kerja dari Pemimpin Proyek,
Kontraktor diharuskan untuk melaksanakan pengukuran dan opname
3

b.

c.

d.

e.

f.

pada setiap pekerjaan yang akan dikerjakan sesuai dengan yang telah
direncanakan.
Setiap tahap pengukuran dan opname harus disetujui oleh Direksi
sebelum pekerjaan pengukuran berikutnya
dilanjutkan,
setiap
kesalahan/keraguan hasil pengukuran harus diulang kembali.
Dalam hal Direksi tidak dapat hadir pada saat pengukuran, Direksi dapat
menunjuk/menguasakan wakilnya secara tertulis dan mempunyai hak
yang sama dengan Direksi. Pelaksanaan pengukuran dan opname
dianggap benar dan setelah dibuat berita acara serta ditanda tangani oleh
kedua belah pihak dan disetujui oleh Pihak Proyek.
Sesudah pekerjaan pemerataan tanah selesai dikerjakan , pemborong
diharuskan melakukan pengukuran situasi tanah lokasi lengkap. Untuk
diplotkan tata letak bangunan sesuai dengan gambar rencana.
Perletakan bangunan baru supaya di cocokkan dengan ukuran-ukuran
pada rencana, akan tetapi apabila ada. Selisih/ perbedaan maka
peletakannya dapat diubah dan disesuaikan dengan kondisi dan situasi
tanah yang ada berdasarkan petunjuk-petunjuk serta persetujuan
Bouwheer/ Direksi.
Perubahan mengenai tata letak bangunan maupun ukuran-ukurannya
harus diterapkan pada gambar rencana yang ada lengkap dengan tandatandanya serta harus dilegalisir oleh Direksi dan disetujui oleh
Bouwheer/ Pemberi Tugas.

1.3.

Pemasangan Papan Nama Proyek


Papan nama Proyek dipasang harus mengikuti peraturan-peraturan pemerintah
setempat, sepenuhnya menjadi beban kontraktor.

1.4.

Gudang/Pondok Kerja dan Fasilitas Penunjang


1.4.1. Gudang penyimpanan bahan.
Gudang ini bertujuan untuk menyimpan semen dan bahan-bahan lain yang
perlu perlindungan cuaca. Untuk itu perlu dibuat panggung yang kuat lebih
kurang 0,3 meter, tinggi dari muka tanah agar semen dan bahan bangunan
lainnya tidak tersinggung dengan tanah.
1.4.2. Kontraktor harus membangun sebuah bangunan sementara untuk Kantor/
Bangsal pengawas dan Kantor Pelaksana serta gudang-gudang bahan, yang
akan dipergunakan selama masa membangun, dengan persetujuan pengawas.
1.4.3. Barak/ tempat kerja.
Apabila tenaga kerja menginap di lapangan (harus dengan izin Direksi),
Kontraktor harus menyediakan barak dengan fasilitas lengkap tanpa
mengganggu fasilitas Direksi Keet. Tempat kerja harus disiapkan oleh
Kontraktor untuk keperluan pekerjaan besi, pekerjaan kayu, dan sebagainya.
1.4.4. Kontraktor harus menyediakan petugas keamanan untuk menjaga
keselamatan Proyek dari gangguan pencurian, pengerusakan dan lain-lain
siang maupun malam. Pada pintu gerbang lokasi proyek harus disediakan
sebuah gardu jaga dan ditempatkan satu orang petugas sepanjang hari.
1.4.5. Kontraktor harus menyediakan fasilitas penerangan pada waktu malam hari.
Penerangan tersebut harus terdapat pada setiap bagian bangunan permanen
dan bangunan sementara.
4

1.5.

Jalan Sementara dan Jembatan


Apabila di lokasi proyek belum tersedianya sarana penunjang jalan dan jembatan
maka Kontraktor harus menyediakannya seperti jembatan sementara, saluransaluran dan pengerasan jalan yang sifatnya sementara, yang bertujuan untuk lebih
mudah masuknya alat-alat pengangkutan bahan-bahan bangunan, di semua sarana
tersebut harus dipelihara selama berlangsungnya pekerjaan setelah selesai saranasarana yang tidak digunakan supaya di bongkar/ dibersihkan, kecuali bagian-bagian
yang dapat digunakan tidak dibongkar selanjutnya akan di pergunakan.

PASAL 2
PEKERJAAN TANAH/URUGAN
2.1.

Lingkup Pekerjaan :
Meliputi semua pekerjaan, peralatan, bahan-bahan yang berhubungan dengan galian
dan urugan untuk konstruksi seperti tercantum dalam spesifikasi dan gambargambar rencana.

2.2.

Tata laksana kerja :


2.2.1. Dalam dan bentuk galian pondasi dan letaknya sesuai dengan gambar, tanah
galian harus dibuang keluar lokasi, sehingga tidak mengganggu jalannya
pekerjaan.
2.2.2. Pengurugan dengan tanah timbun dilaksanakan lapis demi lapis, tebal
timbunan tiap lapis 15 - 20 cm, lalu disiram dengan air sampai merata
kemudian digiling atau ditumbuk sehingga mencapai kepadatan yang
optimum.
2.2.3. Dibawah lantai setinggi 10 cm di urug dengan pasir urug lapis demi lapis
dipadatkan sampai pada pemasangan lantai.
2.2.4. Pasir urug dan tanah timbun tidak mengandung kotoran-kotoran akar-akar
kayu serta sampah-sampah.
2.2.5. Pengurugan kembali dengan tanah bekas galian pondasi dapat dipergunakan
atas persetujuan Direksi pengawas.

PASAL 3
PEKERJAAN PONDASI
3.1.

Lingkup Pekerjaan :
Meliputi semua pekerjaan, peralatan, bahan-bahan yang berhubungan dengan
pekerjaan Pondasi, sesuai dengan gambar-gambar denah, gambar potongan dan
gambar detail.
5

3.2.

Bahan Yang Harus disediakan :


3.2.1. Pasir dan kerikil harus bermutu baik, tidak mengandung bahan organik,
lumpur dan sejenisnya menurut PBI-1971. Kerikil yang digunakan
mempunyai ukuran butir yang lebih besar dari 5 mm menurut PBI-1971.
3.2.2. Semen yang dapat digunakan dalam pekerjaan ini harus memenuhi
persyaratan Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 15-2049-1994 dan ASTM
C.150-84. Sangat diharapkan semen yang dipergunakan menurut urutan
kedatangannya untuk menghindari pengerasan semen yang lebih awal
datangnya.

3.3.

Tata laksana kerja :


3.3.1. Tempat yang akan dipasang harus dipersiapkan terlebih dahulu dengan teliti
(ketebalan dasar dan puncak , tinggi serta panjang) bersih dari segala macam
kotoran (bekas tumbuh-tumbuhan dan akar-akar), bersih dari lumpur dan
sebagainya.
Sebelum
memulai
pemasangan
Kontraktor
harus
memberitahukan dahulu kepada Pengawas Lapangan.
3.3.1.

Untuk pemasangan pondasi batu gunung atau batu kali dipakai pasangan
batu gunung dengan spesi 1 Pc : 4 Ps.

3.3.2.

Batu gunung/kali yang dipergunakan berkualitas baik dari jenis yang keras
dan tidak terdapat tanah dengan ukuran tidak boleh lebih dari 25 cm.

3.3.3.

Dalam pemasangan tidak dibenarkan batu gunung


beradu satu dengan yang lain tanpa spesi.

3.3.4.

Untuk pemasangan pondasi rolag (batu bata) dipakai pasangan bata batu
dengan spesi 1 Pc : 2 Ps.

3.3.5.

Untuk pemasangan pondasi beton cyclope dipakai 40% batu gunung yang
dicampur dengan spesi 1 Pc : 4 Ps.

bertumpuan

atau

PASAL 4
PEKERJAAN BETON
4.1.

Syarat-Syarat Umum dan Bahan :


4.1.1. Bekesting (Cetakan Beton).
a. Rencana (design) seluruh cetakan menjadi tanggung jawab kontraktor
sepenuhnya.
b. Bahan bekisting yang dipakai kayu kelas II yang cukup kering dan keras
serta untuk penggunaannya harus mendapatkan persetujuan dari direksi.
c. Cetakan harus sesuai dengan bentuk, ukuran batas-batas bidang dari
hasil beton yang diinginkan oleh pihak perencana.
d. Cetakan bekisting sedemikian rupa harus rapi, cukup kuat dan kaku untuk
menghasilkan muka beton yang rata dan tahan terhadap getaran dan
6

kejutan gaya yang diterima tanpa berubah bentuk. Khusus untuk bekisting
plat lantai harus dilapis dengan tripek pada bagian bawah. Kerapian dan
ketelitian pemasangan bekisting harus diperhatikan agar setelah bekisting
di bongkar memberikan bidang- bidang yang rata.
e. Celah-celah antara papan harus rapat agar pada waktu pengecoran air
tidak merembes keluar. Sebelum pengecoran, bagian dalam bekisting
harus bersih dari kotoran dan sebaiknya dilapis dengan terpal plastik.
f. Permukaan cetakan dapat diberi minyak yang biasa diperdagangkan
(form oil) untuk mencegah lekatnya beton pada cetakan.
g. Pelaksanaannya harus berhati-hati jangan terjadi kontak dengan besi
yang dapat mengurangi daya lekat besi pada beton.
h. Permukaan cetakan harus dibasahi dengan rata. Hal ini dilakukan untuk
menghindari terjadinya penyerapan air beton oleh permukaan cetakan
yang dapat menyebabkan menurunnya daya lekat besi dengan beton
tersebut.
i. Cetakan beton dapat digunakan kayu kelas II, Multipleks atau plat baja.

4.1.2. P e n u l a n g a n
a. Baja tulangan harus memenuhi persyaratan Perhitungan Struktur Beton
Bertulang disesuaikan dengan SKSNI T-15-1991-03.
b. Besi beton.
Besi beton yang digunakan adalah baja lunak dengan mutu U-24
untuk besi yang berukuran 12 mm (Tegangan Leleh
Karakteristik minimum 2400 kg/cm2), sedangkan untuk besi yang
berukuran > 12 menggunakan baja lunak dengan mutu U- 32
(Tegangan Leleh Karakteristik minimum 3200 kg/cm2) atau lazim
disebut besi ulir.
c. Pelaksanaan penyambungan/ pemotongan, pembengkokan dan
pemasangan harus sesuai dengan persyaratan dalam Perhitungan
Struktur Beton Bertulang Indonesia disesuaikan dengan SKSNI T - 15 1991 - 03.
d. Selimut beton harus mempunyai ketetapan sebagai berikut :
- Beton tanpa cetakan, kontak langsung dengan tanah = 50 mm
- Beton dengan cetakan, kontak langsung dengan tanah = 50 mm
- Balok, kolom tidak kontak langsung dengan tanah = 30 mm
- Plat, dinding tidak kontak langsung dengan tanah = 25 mm
e.. Mutu beton
Mutu beton yang digunakan adalah perbandingan 1 Pc : 2 Ps : 3 Kr.
4.1.3. S e m e n
a. Semen kecuali tercantum lain dalam spesifikasi harus digunakan semen
portland dengan persyaratan Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 152049-1994 dan ASTM C150-84.
b. Cara pengaturan dan cara penyimpanan semen harus sedemikian rupa
pada tempat-tempat yang baik untuk memudahkan pekerjaan dan setiap
saat semen terlindung dari kelembaman hujan. Untuk seluruh proyek ini
hanya dipilih 1 (satu) merk semen. Pemakaian semen diusahakan
menurut urutan kedatangannya.

4.1.4. Aggregat Beton


a. Agregat beton berupa batu alam yaitu hasil desintegrasi alam atau batu
pecah yang diperoleh dari mesin pemecah batu (Stone Crusher).
b. Agregat yang digunakan harus sesuai dengan spesifikasi menurut PBI1971.
c. Agregat kasar adalah agregat dengan ukuran butir lebih besar dari 5 mm
menurut PBI (1971).
d. Sistem penyimpanan harus sedemikian rupa agar memudahkan pekerjaan
dan sebaiknya dialas dengan tepas agar agregat tersebut tidak tercampur
dengan tanah.
4.1.5. Agregat Kasar
a. Agregat kasar untuk beton harus terdiri dari butir-butir yang kasar, keras,
tidak berpori dan bersudut. Bila ada butir-butir yang pipih jumlahnya
lebih berat tidak boleh melebihi 20 % dari jumlah berat seluruhnya.
b. Agregat kasar tidak boleh mengalami pembubukan hingga melebihi 50 %
kehilangan berat menurut test.
4.1.6. Agregat Halus
a. Agregat halus dapat digunakan pasir alam atau pasir yang dihasilkan dari
mesin pemecah batu.
b. Pasir harus bersih dari bahan organik, lumpur, zat-zat alkali dan subtansisubtansi yang merusak beton. Pasir tidak boleh mengandung segala jenis
subtansi tersebut lebih dari 5 % (PBI-1971).
c. Pasir laut tidak boleh digunakan untuk beton.
d. Pasir harus terdiri dari partikel-partikel yang tajam dan kasar.
e. Cara dan penyimpanan harus sedemikian rupa agar menjamin
kemudahan pelaksanaan pekerjaan dan sebaiknya dialas dengan tepas
agar tidak tercampur dengan tanah.
4.1.7. Air
Air untuk pembuatan beton dan perawatan beton harus bersih, tidak
mengandung minyak, garam, zat-zat kimia yang dapat merusak beton dan
baja (PUBI-1982).
4.1.8. Peraturan
a. Persyaratan-persyaratan konstruksi beton, istilah-istilah teknik serta
syarat-syarat pelaksanaan beton secara umum menjadi suatu kesatuan
dalam bagian dokumen ini.
b. Kecuali tercantum lain dalam spesifikasi ini maka semua pekerjaan beton
harus sesuai dengan standar di bawah ini.
- Tata Cara Penghitungan Struktur untuk Bangunan Gedung SKSNI T15-1991- 03.
- Standar Nasional Indonesia yang telah disahkan.
- Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI-1971)
- Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBI-1982)
4.2.

Syarat - Syarat Pelaksanaan


4.2.1. Persiapan Pengecoran.
a. B e t o n
8

1. Beton harus dibentuk dari campuran semen, agregat, air dalam suatu
perbandingan yang tepat sehingga
karakteristik bk = 225 kg/cm2.

didapat

kekuatan

tekan

b. Perlengkapan Mengaduk
1. Kontraktor harus menyediakan peralatan dan perlengkapan yang
mempunyai ketelitian cukup untuk menetapkan dan mengawasi jumlah
dari
masing-masing bahan pembentuk beton. Perlengkapanperlengkapan tersebut dan cara pengerjaannya selalu harus mendapat
persetujuan dari Direksi Lapangan.
2. Bahan-bahan pembentuk beton harus dicampur dan diadukkan dalam
mesin pengaduk beton, yaitu "Batch Mixer" atau Portable Continious
Mixer selama sedikitnya 1,5 menit sesudah semuanya bahan ada dalam
mixer (air dicampur sekaligus). Mesin pengaduk tidak boleh dibebani
melebihi dari kapasitas yang telah ditentukan.
3. Setiap mesin pengaduk diperlengkapi dengan alat mekanis untuk
mengukur waktu dan menghitung jumlah adukan. Waktu pengadukan
ditambah bila mesin pengaduk berkapasitas lebih besar dari 1,5 m3 .
Direksi Lapangan berwenang untuk menambah waktu pengadukan jika
pemasukan bahan dan cara pengadukan gagal untuk mendapatkan
hasil adukan dengan susunan kekentalan dan warna yang merata
seragam. Beton harus seragam dalam komposisi dan konsistensi dari
adukan ke adukan. Pengadukan yang berlebihan (lamanya) yang
membutuhkan penambahan air untuk mendapatkan konsistensi beton
yang dikehendaki tidak dibenarkan.
4. Pengangkutan Adukan :
Pengangkutan adukan dengan truck pengaduk (truck mixer) dari
tempat pengadukan (Batching Plant) ke tempat pengecoran harus
diatur sedemikian rupa sehingga waktu antara pengadukan dan
pengecoran tidak lebih dari 1 jam dan tidak terjadi perbedaan waktu
pengikatan yang menyolok antara beton yang sudah di cor dengan yang
akan di cor.

4.2.2. Pengecoran Beton


a. Memberi tahu Direksi Lapangan selambat-lambatnya 24 jam sebelum
suatu pengecoran beton dilaksanakan. Persetujuan Direksi Lapangan
untuk mengecor beton berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan cetakan
dan pemasangan besi serta bukti bahwa kontraktor dapat
melaksanakan pengecoran tanpa gangguan.
b. Adukan beton tidak boleh dituang bila waktu sejak dicampurnya air
pada semen dan agregat telah mencapai 1 jam dan waktu ini dapat
berkurang lagi jika Direksi Lapangan menganggap perlu berdasarkan
kondisi tertentu.
c. Beton harus di cor sedemikian rupa sehingga menghindari terjadinya
pemisahan material (segregation) dan perubahan letak tulangan. Cara
penuangan dengan alat-alat pembantu seperti talang, pipa, chute dsb,
harus mendapat persetujuan Direksi Lapangan.
d. Alat-alat penuang seperti talang, pipa, chute, dsb harus selalu bersih dan
bebas dari lapisan-lapisan beton yang mengeras. Adukan beton tidak
boleh dijatuhkan secara bebas dari ketinggian lebih dari 2 m. Selama
9

dapat dilaksanakan sebaiknya digunakan pipa yang berisi penuh, aduk


dengan pangkalnya yang terbenam dalam adukan yang baru dituang.
e. Penggetaran tidak boleh dilaksanakan pada beton yang telah mengalami
"initial set" atau yang telah mengeras dimana beton akan menjadi plastis
karena getaran.
f. Semua pengecoran bagian dasar konstruksi beton menyentuh tanah
harus diberi lantai kerja setebal 5 cm agar menjadi duduknya tulangan
dengan baik dan untuk menghindari penyerapan air semen oleh tanah.
g. Bila pengecoran beton harus berhenti sementara sedang beton sudah
menjadi keras, dan tidak berubah bentuk, harus dibersihkan dari lapisan
air semen (laitance) dan partikel-partikel yang terlepas sampai suatu
kedalaman yang cukup sampai tercapai beton yang padat. Segera setelah
pemberhentian pengecoran ini maka adukan yang melekat pada tulangan
dan cetakan harus dibersihkan.
h. Pemadatan Beton.
- Kontraktor harus bertanggung jawab untuk
mengangkut dan
menuangkan beton dengan kekentalan secukupnya agar didapat beton
yang padat tanpa menggetarkan secara berlebihan.
- Pelaksanaan penulangan dan penggetaran beton adalah sangat
penting. Hasil beton yang berongga-rongga dan terjadi pengantongan
beton-beton tidak akan diterima.
- Pada daerah pembesian yang penuh (padat) harus digetarkan
dengan penggetar berfrekwensi tinggi agar dijamin pengisian beton
dan pemadatan yang baik, tetapi tidak mengenai tulangan.
- Penggetaran beton harus dilaksanakan oleh tenaga kerja yang
mengerti dan terlatih.
- Suhu.
Suhu beton waktu di cor tidak boleh dari 32 0 C (ACI-1977), bila suhu
dari yang ditaruk berada antara 27 0 C dan 32 0 C, beton harus diaduk
ditempat pekerjaan untuk kemudian langsung di cor. Bila beton di cor
pada waktu iklim sedemikian sehingga suhu beton melebihi 32 0 C,
kontraktor harus mengambil langkah-langkah yangefektif, misalnya
mendinginkan agregat, mengecor pada waktu malam hari.
4.2.3. Construction Joint (Sambungan Beton)
a. Rencana atau
Schedule
pengecoran harus dipersiapkan untuk
menyelesaikan suatu struktur secara menyeluruh. Dalam schedule itu
Direksi Lapangan akan memberikan persetujuan dimana letak
construction joint tersebut.
b. Permukaan Construction Joint harus bersih dan dibuat kasar dengan
mengupas seluruh permukaan sampai didapat permukaan beton yang
padat dengan menyemprot air pada permukaan beton, sesudah 2 jam
tetapi kurang dari 4 jam sejak beton dituang.
c. Bila cara tersebut tidak berhasil, maka dapat digunakan cara lain yang
disetujui Direksi Lapangan seperti dipahat. Harus dibasahi dan diberi
lapisan grout segera sebelum beton dituang. Grout terdiri dari 1 bagian
semen dan 2 bagian pasir.
e. Sebelum pengecoran dilanjutkan, permukaan beton harus dibasahi dan
diberi lapisan grout segera sebelum beton dituang. Grout terdiri dari 1
bagian semen dan 2 bagian pasir.
f. Construction Joint harus diusahakan semaksimal mungkin berbentuk
garis tegak atau horizontal. Bila construction joint tegak diperlukan,
tulangan harus menonjol sedemikian rupa sehingga didapatkan suatu
10

struktur yang monolit. Sedapat mungkin dihindarkan pada construction


joint yang horizontal, walaupun ada prosedurnya harus disetujui oleh
Direksi Lapangan.
4.2.4. Benda-Benda Yang Tertanam dalam Beton
a. Semua anker-anker, baut-baut, pipa-pipa, dan sebagainya
yang
diperlukan tertanam dalam beton harus terikat dengan baik pada
cetakan sebelum beton di cor.
b. Benda-benda tersebut di atas harus dalam keadaan bersih dari karat dan
kotoran lain pada waktu beton di cor.
c. Baut-baut anker harus dipasang dalam posisi yang akurat dan diikat pada
tempatnya dengan menggunakan template.
4.2.5. Pengeringan Beton
a. Semua pekerjaan beton harus dirawat dengan baik cara yang disetujui
oleh Direksi Lapangan. Segera setelah beton di cor dan difinis, maka
permukaan-permukaan yang tidak tertutup oleh cetakan harus dijaga
kehilangan kelembabannya dengan menjaga agar tetap basah secara
terus menerus selama 7 (tujuh) hari.
b. Permukaan-permukaan yang dibongkar cetakannya sedang masa
perawatan beton belum dilampaui harus dirawat dan dilindungi seperti
permukaan-permukaan beton yang tidak tertutup oleh cetakan untuk
menghindari terjadinya retak rambat (internal crack).
c. Cetakan beton yang dilindungi terhadap penguapan dan tidak dibongkar
selama masa perawatan. Beton harus selalu dibasahi dengan air untuk
mengurangi retak, terjadinya celah-celah pada sambungannya.
d. Lantai beton dan permukaan beton lainnya yang tidak tersebut di atas
harus dirawat dengan air atau ditutupi dengan membran yang basah.
e. Melapisi permukaan beton dengan bahan khusus perawat beton (curring
compound) hanya diperbolehkan pada bagian-bagian beton yang tidak
ditonjolkan secara estetika. Kecuali dapat dibuktikan pada Direksi
Lapangan bahwa bahan-bahan tersebut tidak memberi pengaruh buruk
pada permukaan beton.
4.2.6. Pembukaan Bekesting
a. Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari Direksi
Lapangan atau jika umur beton telah melampaui waktu sebagai berikut :
- Bagian sisi balok 48 jam
- Balok tanpa beban konstruksi 7 hari
- Balok dengan beban konstruksi 21 hari
- Pelat lantai/atap 21 hari
Dengan persetujuan direksi lapangan cetakan beton dapat dibongkar
lebih awal asal benda uji yang kondisi perawatannya sama dengan beton
sebenarnya telah mencapai kekuatan 75 % dari kekuatan pada umur 28
hari. Segala izin yang diberikan oleh Direksi Lapangan sekali-kali tidak
boleh menjadi bahan untuk mengurangi/ membebaskan tanggung jawab
kontraktor dari adanya kerusakan-kerusakan
yang timbul akibat
pembongkaran cetakan tersebut. Pembongkaran cetakan beton harus
dilaksanakan dengan hati-hati sedemikian rupa sehingga tidak
menyebabkan cacat pada permukaan beton, tetap dihasilkan sudut-sudut
yang tajam dan tidak pecah.

11

b. Berkas cetakan beton untuk bagian-bagian konstruksi yang terpendam


dalam tanah harus dicabut dan dibersihkan sebelum dilaksanakan
pengurugan tanah kembali.
c. Bekesting bagian konstruksi yang memikul beban pelaksanaan lantai
diatasnya tidak boleh dibongkar sebelum beton lantai di atasnya tersebut
mencapai 75 % dari kekuatan umur 28 hari dan lantai itu sendiri sudah
mencapai kekuatan 75 % dari kekuatan umur 28 hari.
d. Semua beton yang tampak dalam pandangan, pertemuan dua bidang
harus tajam dan halus di bidang-bidangnya. Segera setelah cetakan dibuka
dan beton masih relatif segar semua bidang-bidangnya harus dipahat
sedangkan lekukan serta lubang-lubang harus diisi dengan adukan satu
semen dan satu pasir. Sebelum pelaksanaan pekerjaan tersebut di atas
harus dibasahi secara menyeluruh. Semua bagian-bagian atau permukaan
yang kasar harus digosok dengan batu karburandum dengan air dan
ditinggalkan dalam warna yang merata. Penggosokan hanya diperlukan
pada permukaan yang kasar akibat cetakan atau tetesan air semen.
e. Permukaan lantai beton harus mempunyai permukaan bentuk fisik yang
rata dan halus. Menaburkan semen kering pada permukaan beton dengan
maksud menyerap kelebihan air tidak dibenarkan sama sekali.

4.3

PEKERJAAN LAPISAN JALAN BETON/LAHAN PARKIR

Pekerjaan Jalan dari beton ini menggunakan beton dengan mutu K.250 dengan tulangan
dari Wiremess
4.3.1

PEKERJAAN TIMBUNAN PILIHAN/SIRTU


a.

Sebelum pekerjaan dimulai, daerah yang akan ditimbun harus dibersihkan


dari material organic seperti sampah, sisa-sisa kayu, humus dan lain-lain
serta bila terdapat Lumpur ataupun tanah lunak harus digali/disingkirkan
serta dibuang terlebih dahulu agar tidak membahayakan konstruksi.
Pekerjaan timbunan baru boleh dilakukan apabila sudah ada perssetujuan
dari Direksi.

b.

Sebelum dilaksanakan penimbunan, pada areal untuk penimbunan dibuat


patok-patok sejarak 5 10 m, pada patok-patok tersebut dibuat ukurannya
sehingga dapat diketahui kedalaman dan peil rencana.

c.

Material urugan sirtu yang dipakai untuk pekerjaan ini adalah pasir batu
untuk timbunan jalan setebal 5 cm untuk lantai kerja dari permukaan tanah
asli dan ditimbun sampai batas areal yang dicor.

d.

Pemborong harus melakukan tes terhadap material Sirtu yang diajukan


kepada Direksi dan apabila memenuhi syarat untuk disetujui oleh Direksi.
Persetujuan pemilihan material itu harus dibuat tertulis oleh Direksi.

12

Apabila sumber material urugan sirtu berubah maka setiap kali ada
perubahan ketentuan mengenai persetujuan harus disetujui oleh Direksi.
e.

Material sirtu tersebut harus dipadatkan dengan mesin pemadat jenis


virbrator

roller

sampai

benar-benar

padat

dan

disiram

dengan

menggunakan water tanker secara bersamaan.


4.3.2

PEKERJAAN LAPISAN BETON K 250 DENGAN TULANGAN WIREMESS


BAHAN DAN PERSYARATANNYA
Bahan dan Persyaratannya
a. Semen
i. Semen yang dipakai harus Portland Cement satu merek dan kualitas No 1
yang disahkan/disetujui yang berwenang, damn memenuhi syarat
sebagaimana diuraikan dalam PBI 1971 (NI 2).
ii. Dalam pengangkutan semen harus terlindung dari hujan, dan harus diterima
dalam kantong asli dari pabriknya dan dalam keadaan tertutup darat.
iii. Kantong-kantong semen yang rusak jahitannya dan robek-robek, tidak
diperkenankan dipergunakan, kecuali untuk pekerjaan bukan beton.
iv. Semen yang sebagian sudah membatu dalam kantong, sama sekali tidak
boleh dipergunakan.
v. Harus disimpan dalam gudang yang mempunyai ventilasi yang cukup dan
tidak kena air, diletakkan di tempat pada ketinggian paling sedikit 30 cm
dari lantai, tidak boleh ditumpuk sampai tingginya melampaui 2 m dan
setiap pengiriman baru harus dipisahkan dan diberi urutan pengirimannya.
b. Pasir Pasang
i. Pasir harus bersih dan bebas dari segala macam kotoran, baik bahan organic
maupun lumpur, tanah, karang, garam dan sebagainya sesyau dengan starat
di dalam PBI-1971 (NI-2).
ii. Pasir laut sma sekali tidak boleh dipergunakan.
iii. Bahan pengisi harus disimpan ditempat yang bersih, yang keras
permukaannya dan dicegah supaya tidak terjadi percampuran dengan tanah
dan kotoran.
iv. Hanya pasir beton yang dapat dipergunakan untuk pekerjaan beton.
v. Hanya kerikil beton 2/3 cm yang dapat dipergunakan untuk pekerjaan beton
atau sesuai dengan PBI-1971 (NI-2)
c. Air

13

Air untuk adukan dan merawat beton harus bersih dan bebas dari bahan-bahan
yang merusak atau campuran-campuran yang mempengaruhi daya lekat semen.
d. Besi beton
i.Kualitas besi beton yang dipergunakan adalah U.24
ii.Besi beton harus dari baja dengan tegangan leleh 2400 kg/m dan tegangan
maksimum 3600 kg/m.
Besi beton ini dalam segala hal harus memenuhi ketentuan PBI-1971 (NI-2).
iii.Membengkok dan meluruskan besi beton harus dilakukan dalam keadaan
dingin, besi beton dipotong dan dibengkokkan harus sesuai dengan gambar
rencana.
iv.Besi beton harus bebas kotoran, karat, minyak, cat, kulit serat bahan lain yang
mengurangi daya lekat semen.
v.Harus dipasang sedemikian rupa sehingga sebelum dan selama pengecoran
tidak berubah tempat.
vi.Baja tulangan tidak boleh disimpan diudara terbuka untuk jangka waktu yang
panjang.
vii.Kawat beton digunakan yang lazim dipakai untuk mengikat besi beton
/tulangan, ikatan antara tulangan harus kuat agar tidak mudah lepas, selama
pekerjaan pengecoran.
e. Cetakan
i. Bahan :
Cetakan untuk beton finishing harus dibuat dari papan kayu klas II dan
mutipleks 12 mm. Tebalnya tergantung dari kualitas dan jarak rangka
penguat cetakan tersebut. Dan untuk beton finishing kasar harus dbuat dari
papan terentang, lain-lain jenis yang digunakan harus seizing Pengawas
Lapangan.
ii. Konstruksi :
Cetakan harus dibuat dan disanggah sedemikian rupa hingga dapat dicegah
getaran yang merupakan lengkung akibat tekanan adukan beton yang cair
ataupun sudah padat. Cetakan harus dibuat sedemikian rupa hingga
mempermudah pemadatan pengecoran tanpa merusak konstruksi. Kayu
yang dipergunakan untuk menunjang harus terdiri dari kayu yang bermutu
baik, sehingga dapat menjamin kekakuan dan kekuatannya. Bambu sama
sekali tidak dipergunakan sebagai tiang penyangga.
iii. Pelapis Cetakan
14

Untuk mempermudah penyingkiran penutup-penutup pelapis cetakan,


dapat dipergunakan dari bahan-bahan yang telah disetujui. Minyak pelumas
baik yang sudah dipakai atau yang belum tidak boleh digunakan untuk
pekerjaan ini.
f.

Adukan Beton
i.

Rencana Adukan
Jenis adukan beton yang dipergunakan adalah sesuai dengan table berikut
ini :

JENIS ADUKAN

MUTU BETON

KOMPOSISI ADUKAN

C.1
C.2
C.3
* C.4
* C.5
* C.6

K -125
K -175
K -225
K -300
K -350

1 Pc : 3 Ps : 6 Kr
1 Pc : 3 Ps : 5 Kr
1 Pc : 3 Ps : 3 Kr
1 Pc : 2 Ps : 3 Kr
1 Pc : 1.5 Ps : 2 Kr
1 Pc : 1 Ps : 1,5 Kr

*). Komposisi campuran beton harus mengikuti Mix Design/Jobmix Formula


yang dikeluarkan oleh Laboratorium Resmi/Instansi PemerintahTerkait.

ii.

Kekuatan Beton
Tidak dibuat ketentuan khusus mengenai kekuatan kubus dari jenis adukan
C.1 dan C.2, sedangkan untuk jenis C.3,C.4,C5 dan C6 adalah sesuai dengan
PB -1971 (NI -2 K -300).

iii.

Penggunaan Jenis Adukan :


Adukan C.1 :
Beton lantai kerja, tebal 5 cm dibawah semua beton bertulang, yang tidak
dicor kedalam cetakan.
Adukan C.2 :
Pengisi Pondasi Cincin Sumuran, Rabat beton keliling bangunan, gudang, hal
dan lain-lain yang direncanakan.
Adukan C.3 :
Pondasi beton, kolom, ring balk, plat lantai work shop, plat lantai untuk
lantai II, tangga, plat bordes, sloof beton, portal dan lain-lain yang
direncanakan menerima beban langsung (structural).
Adukan C.4 :
Untuk semua beton yang langsung terkena air, parkir kendaraan Roda Dua
Adukan C.5 dan C6 :
15

Untuk semua beton yang langsung terkena air dan Lantai parkir (Rigid
Pavement) yang menerima beban berat .
iv.

Pengadukan :
Semua pengadukan beton untuk jenis adukan C.2, C3 dan C.4 harus
dilakukan dengan mesin pengaduk (mollen) yang berkapasitas tidak kurang
dari 350 liter.
Semua pengadukan beton untuk jenis adukan C.5 dan C.6 harus dilakukan
dengan mesin pengaduk (Bathing Plant Ready Mix) yang berkapasitas tidak
kurang dari 5000 liter.

v.

Beton decking :
a. Beton decking/ganjal, harus dibuat/disediakan/dicetak terlebih dahulu
1 Pc : 3 Ps, dicetak semacam tahu lengkap dengan tali kawatnya, sesudah
mengeras dan mongering udara, harus direndam terlebih dahulu dalam
air.
b. Ketebalan beton decking untuk kolom dan balok adalah 3 cm, dipasang 3
buah untuk setiap 1m. Ketebalan beton decking untuk plat adalah 2 cm,
dipasang sebanyak 5 buah untuk 1 m2.
c. Selain beton decking, harus pula dipasang ganjal-ganjal tulangan dari
tulangan beton (angker decking).
Digunakan untuk :
Bila didalam balik terdapat tulangan dua baris atau lebih, harus diganti
dengan diameter tulangan, untuk plat beton dengan tulangan rangkap
(atas dan bawah) harus diganjal dengan cakar ayam sebanyak 3 buah
setiap 1 m.

4.3.3

PELAKSANAAN PEKERJAAN PENGECORAN


A.

PEMBESIAN DARI WIREMESS


a. Wiremess yang digunakan ialah wiremess ulir diameter 10 mm untuk
k.250 dengan ukuran panjang 5,4 m dan lebar 2,1 m setiap lembarnya.
b. Wiremes dibentangkan diatas timbunan sirtu/Timbunan Pilihan yang
telah dipadatkan dengan memberi batasan pada segmen-segmen untuk
pengecoran.
c. Penyusunan wiremess harus rapi dengan memberi spasi untuk
16

pengecoran selanjutnya dan diawasi oleh Konsultan Pengawas.


d. Sambungan-sambungan

(lewatan-lewatan)

antar

wiremess

harus

diperhatikan secara baik minimal 15 cm atau satu lubang jaring


wiremess satu sama lainnya.
e. Penempatan semua plat wire mesh, Dowel, Angker Decking dikerjakan
seperti gambar rencana.
4.3.4

PENGECORAN DENGAN MUTU BETON K 250

a. Komposisi campuran beton (semen, pasir dan kerikil) mengikuti Mix


design/Jobmix Formula yang telah ditetapkan.
b. Komposisi semen, pasir dan kerikil adalah minimum, jadi tidak diizinkan
sama sekali untuk dikurangi.
c. Sebelum adukan beton dicor, kayu-kayu bekisting harus bersih dari
kotoran seperti bekas serbuk gergaji, tanah, minyak dan lain-lain serta
harus dibasahi secukupnya.
Perlu diadakn tindakan-tindakan untuk menghindarkan mengumpulnya
air pembasahan pada sisi bawah.
d. Sebelum melaksanakan

pengecoran beton pada bagian utama dari

pekerjaan, kontraktor harus membertahu Pengawas Lapangan dan


mendapatkan persetujuan. Jika tidak ada pemberitahuan yang
semestinya atau persiapan pengecoran tidak disetujui Pengawas
Lapangan, maka kontraktor mungkin diperintahkan membongkar beton
yang baru dicor atas biaya sendiri. Pengadukan beton harus dilakukan
dengan mesin pengaduk (mollen) sekurang-kurangnya 5 menit setelah
semua bahan

dimasukkan atau dengan menggunakan Ready Mix yang

telah disediakan.
e. kedalam drum pengaduk, adukan harus memperlihatkan susunan dan
warna yang merata/sama.
f.

Adukan beton harus dicor dalam waktu 1 jam setelah pengadukan


dengan air dimulai. Bila adukan digerakkan secara continue, jangka
waktu ini bias diperpanjang sampai 2 jam.

g. Pengecoran suatu unit atau bagian dari pekerjaan harus dilanjutkan


tanpa terhenti dan tidak boleh terputus tanpa adanya persetujuan
Pengawas Lapangan. Tidak boleh mengecor beton waktu hujan, kecuali

17

jika kontraktor telah mengambil tindakan-tindakan pencegahan


kerusakan yang disetujui oleh Pengawas Lapangan.
h. Adukan harus dipadatkan dengan baik dan memakai alat penggetar
(vibrator) yang berfrekuensi dalam adukan paling sedikit 3.000 putaran
permenit. Penggetaran harus dimulai pada waktu adukan dimasukkan
dan dilanjutkan dengan adukan berikutnya.
i.

Dalam permukaan yang vertical, vibrator harus dekat dengan sisi


cetakan (bekisting) tapi tidak menyentuhnya. Juga tidak boleh
menggetarkan pada suatu bagian adukan lebih dari 20 detik.

j.

Penggetaran tidak boleh dilakukan langsung menembus tulangantulangan kebagian-bagian yang sudah mengeras. Kecepatan menaruh
adukan harus disesuaikan dengan kapasitas vibrator, dan tidak boleh
ada adukan yang tergetar lebih dari 7,5 cm tebalnya, bila terlalu banyak
yang harus dipadatkan.

k. Adukan beton harus diangkut sedemikian rupa, sehingga dapat dicegah


adanya pemisahan bagian-bagian bahannya dan tidak boleh dijatuhkan
dari ketinggian lebih dari 2 meter.
l.

Apabila ada pertemuan pada beton yang sudah dicor, bidang pertemuan
harus disiram dengan air semen kental dan harus dipasang waterstop
sebelumnya.
Dalam hal pengecoran karena volume yang dibutuhkan besar untuk
menjaga beton yang homagen dianjurkan menggunakan READY MIX
CONCRETE dengan tidak mengurangi mutu beton K .350 dan K.300 yang
ditentukan dengan menunjukkan SERTIFIKAT PEMAKAIAN MUTU
BETON dari produsennya kepada Pemberi Tugas dan pengawas
Lapangan.

m. Pengecoran lantai jalan ini diberikan kemiringan antara kedua sisi lebar
jalan sebesar 1 % untuk alira air hujan agar tidak tergenang.
4.4

LUBANG DAN BALOK KLOS


Kontraktor harus menentukan tempat dan memasang lubang-lubang dengan
kayu-kayu keras dan paku, atau klos-klos angker dan sebagainya, yang
diperlukan untuk tempat-tempat pipa-pipa bersilang, memasang rangka-rangka
atau lain-lain pekerjaan kayu halus. Alat-alat yang salah penempatannya harus
disingkirkan jika memang diperintahkan oleh Pengawas Lapangan.

18

5. PEKERJAAN SALURAN
5.1

PEKERJAAN GALIAN TANAH


5.1.1 Semua pekerjaan galian tanah dilaksanakan sesuai dengan gambar kerja dan
tanah kelebihannya harus digunakan untuk mengurug kembali atau dibuang
dengan persetujuan Pengawas Lapangan.
5.1.2

Penggalian untuk pondasi harus mempunyai lebar yang cukup untuk


kelancaran pelaksanaan pekerjaan, memasang maupun memindahkan
bekisting yang diperlukankan serta pembersihannya.

5.1.3 Kontraktor harus menjaga agar seluruh galian tidak digenangiair dengan jalan
menimba, memompa atau cara-cara lain yang dianggap baik dengan beban
atas biaya kontraktor.
5.1.4

Apabila terjadi kesalahan dalam penggalian tanah untuk dasar pondasi,


sehingga mencapai kedalaman yang melebihi apa yang tertera dalam
gambar, maka kelebihan diatas harus ditimbun dengan pasir yang
dipadatkan tanpa menimbulkan pekerjaan tambahan.

5.1.5

Apabila dijumpai kondisi yang tidak memuaskan pada kedalaman yang


diperlihatkan dalam gambar-gambar rencana, maka penggalian harus
diperdalam, diperbesar atau diubah sampai disetujui oleh Pengawas
Lapangan.

5.1.6 Untuk lapisan tanah yang diragukan kekerasannya harus dipasang cerucuk
dari kayu dolken dengan diameter minimum 75 mm. Kayu yang dipakai
adalah jenis kayu bakau/kayu laut/kayu galam.
PEKERJAAN URUGAN PASIR
5.2.1

Urugan pasir dipergunakan untuk jenis pasir urug atau pasir pasang dan
disesuaikan dengan kebutuhan.

5.2.2

Pasir urug harus bebas dari kotoran-kotoran atau biji-bijian yang dapat
tumbuh dikemudian hari.

5.2.3

Urugan pasir dipergunakan untuk mengurug/menguatkan lapisan tanah di


bawah pondasi, di bawah lantai dan lain-lain yang dianggap perlu.

5.3

PEKERJAAN BETON BERTULANG SALURAN DAN LAPANGAN PARKIR

Pekerjaan untuk saluran pada pekerjaan ini ialah beton bertulang dengan mutu beton k 175
19

a) Komposisi semen, pasir dan kerikil adalah minimum, jadi tidak diizinkan
sama sekali untuk dikurangi.
b) Sebelum adukan beton dicor, kayu-kayu bekisting harus bersih dari
kotoran seperti bekas serbuk gergaji, tanah, minyak dan lain-lain serta
harus dibasahi secukupnya.
Perlu diadakn tindakan-tindakan untuk menghindarkan mengumpulnya
air pembasahan pada sisi bawah.
c) Sebelum melaksanakan

pengecoran beton pada bagian utama dari

pekerjaan, kontraktor harus membertahu Pengawas Lapangan dan


mendapatkan persetujuan. Jika tidak ada pemberitahuan yang
semestinya atau persiapan pengecoran tidak disetujui Pengawas
Lapangan, maka kontraktor mungkin diperintahkan membongkar beton
yang baru dicor atas biaya sendiri.
d) Pengadukan beton harus dilakukan dengan mesin pengaduk (mollen)
sekurang-kurangnya 5 menit setelah semua bahan dimasukkan kedalam
drum pengaduk, adukan harus memperlihatkan susunan dan warna
yang merata/sama.
e) Adukan beton harus dicor dalam waktu 1 jam setelah pengadukan
dengan air dimulai. Bila adukan digerakkan secara continue, jangka
waktu ini bias diperpanjang sampai 2 jam.
f) Pengecoran suatu unit atau bagian dari pekerjaan harus dilanjutkan
tanpa terhenti dan tidak boleh terputus tanpa adanya persetujuan
Pengawas Lapangan. Tidak boleh mengecor beton waktu hujan, kecuali
jika kontraktor telah mengambil tindakan-tindakan pencegahan
kerusakan yang disetujui oleh Pengawas Lapangan.
g) Adukan harus dipadatkan dengan baik dan memakai alat penggetar
(vibrator) yang berfrekuensi dalam adukan paling sedikit 3.000 putaran
permenit. Penggetaran harus dimulai pada waktu adukan dimasukkan
dan dilanjutkan dengan adukan berikutnya.
h) Dalam permukaan yang vertical, vibrator harus dekat dengan sisi
cetakan (bekisting) tapi tidak menyentuhnya. Juga tidak boleh
menggetarkan pada suatu bagian adukan lebih dari 20 detik.
i)

Penggetaran tidak boleh dilakukan langsung menembus tulangantulangan kebagian-bagian yang sudah mengeras. Kecepatan menaruh
adukan harus disesuaikan dengan kapasitas vibrator, dan tidak boleh

20

ada adukan yang tergetar lebih dari 7,5 cm tebalnya, bila terlalu banyak
yang harus dipadatkan.
j) Adukan beton harus diangkut sedemikian rupa, sehingga dapat dicegah
adanya pemisahan bagian-bagian bahannya dan tidak boleh dijatuhkan
dari ketinggian lebih dari 2 meter.
k) Apabila ada pertemuan pada beton yang sudah dicor, bidang pertemuan
harus disiram dengan air semen kental dan harus dipasang waterstop
sebelumnya.
6.PEKERJAAN BAJA/BESI

6.1.

KETENTUAN UMUM
1. Persyaratan-persyaratan konstruksi baja dan istilah-istilah teknik secara umum
menjadi satu-kesatuan dalam bagian dalam buku persyaratan teknis ini.
Kecuali ditentukan lain dalam buku teknis ini, maka semua pekerjaan baja
harus mengacu pada standar di bawah ini :

- Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI 1983).


- Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung (PPIUG 1983).
- Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBBI NI-3 1971).
- American Society For Testing Material (ASTM).
- Standar Industri Indonesia (SII).
2. Penyedia Jasa harus melaksanakan pekerjaan ini dengan ketepatan dan
kesesuaian yang tinggi menurut persyaratan teknis ini, gambar rencana dan
instruksi-instruksi yang diberikan pengawas.

3. Semua material yang digunakan harus baru dengan kualitas terbaik sesuai
dengan persyaratan dan diketahui oleh pengawas. Pengawas berhak untuk
meminta adakan pengujian atas bahan-bahan tersebut dan Penyedia Jasa harus
bertanggung jawab atas segala biaya untuk keperluan tersebut.

21

6.2. LINGKUP PEKERJAAN


1. Bagian ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan peralatan dan alat
bantu yang dibutuhkan dalam melaksanakan pekerjaan baja dan atap yang
disebutkan/ditunjukkan dalam gambar atau sesuai petunjuk pengawas.
2. Pelaksanaan pekerjaan pengecatan (protecting painting) pada seluruh bidang
konstruksi baja.
3. Erection, pemasangan konstruksi baja sampai keseluruhan komponen
terpasang sesuai dengan gambar rencana.
6.3. BAHAN-BAHAN
1. Spesifikasi Bahan
- Ukuran

: Sesuai Gambar

- Jenis Baja

: Profil Siku,

Semua material untuk konstruksi baja harus menggunakan baja yang

baru

dan memenuhi mutu baja.


2. Penyedia Jasa harus menyerahkan sertifikat test dari pabrik pembuat baja
tersebut untuk

disetujui oleh direksi/pengawas sebelum pemesanan meterial

oleh Penyedia Jasa.


3. Penyedia Jasa harus menyerahkan 2 (dua) copy ketentuan dan persyaratan
teknis operatif dari pabrik/produsen sebagai informasi bagi Pengawas.
4. Bahan lain yang tidak terdapat pada daftar di atas, tetapi diperlukan dalam
penyelesaian/penggantian pekerjaan, harus baru, kualitas terbaik dan harus
disetujui Pengawas.
5. Semua material baja harus bersih dari karat, lubang-lubang serta bebas dari
tekukan, puntiran dan kerusakan lainnya.

PASAL 6
PEKERJAAN PASANGAN DAN PLESTERAN
5.1.

Pekerjaan Pasangan Batu Bata


5.1.1. Lingkup Pekerjaan :
Meliputi semua pekerjaan, peralatan dan bahan-bahan yang berhubungan
dengan pekerjaan pasangan dan plesteran seperti yang tercantum dalam
spesifikasi dan gambar.
5.1.2. Syarat-syarat :
Standar umum pekerjaan ini harus mengikuti persyaratan pekerjaan beton.
22

5.1.3. Bahan-bahan :
a. Semen Portland Type I antara lain Semen Andalas Indonesia.
b. Agregat halus seperti yang dipersyaratkan dalam pekerjaan beton.
c. Agregat kasar seperti yang dipersyaratkan dalam pekerjaan beton.
d. Air seperti yang dipersyaratkan dalam pekerjaan beton.
e. Batu bata harus digunakan batu bata biasa dari tanah liat buatan pabrik
dengan ukuran 6 x 12 x 24 cm dan harus kuat. Tidak mudah patah,
dibakar dengan baik, mempunyai ukuran yang tepat, bentuk yang
teratur tidak mempunyai cacat dan mempunyai kekuatan tekan minimum
30 kg/cm2.
5.1.4. Pemasangan dan Tata Kerja :
a. Adukan semen harus diaduk dengan mesin pengaduk seperti yang
dipersyaratkan dalam pekerjaan beton.
b. Semua pemasangan harus diletakkan tegak lurus, datar dalam satu garis
lurus dan berjarak sama. Sebelum dipasang batu bata harus dibasahi
dengan air. Tebal spesie adalah 1 cm - 2 cm.
c. Hubungan kolom dengan dinding harus dipasang besi angker (steek)
setiap jarak 75 cm, sesuai dengan gambar bestek.
d. Untuk dinding-dinding biasa yang di atas tanah pasangan kedap air
dengan perbandingan 1 semen : 2 pasir ( 1pc : 2ps ) dimulai dari sloof
sampai 30 cm di atas lantai dan 20 cm dibawah lantai.
e. Pasangan biasa dengan adukan 1 semen : 4 pasir ( 1pc : 4ps ) berada di
atas pasangan kedap air tersebut.
f. Penyetelan dan pemasangan besi tulangan
Semua tulangan harus pada posisi yang tepat hingga tidak dapat berubah
dan bergeser pada waktu adukan digetarkan. Penyetelan besi tulangan
harus diperhitungkan dengan tebal selimut beton terhadap ukuran yang
ditentukan.
g. Benda-benda yang tertanam, pasang semua penulangan, baut-baut,
angker dan barang-barang lain yang diperlukan untuk pekerjaan lain
ditempatkan pada tempat yang telah ditentukan.
h. Perawatan :
Sebelum diplester pasangan bata harus dibasahi terlebih dahulu dengan
air.
i. Contoh :
Kontraktor harus memberikan contoh dari batu bata yang digunakan
untuk mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas.

5.2.

Pekerjaan Plesteran
5.2.1. Lingkup Pekerjaan :
Meliputi semua pekerjaan, peralatan dan bahan-bahan yang berhubungan
dengan pekerjaan Plesteran seperti yang tercantum dalam spesifikasi dan
gambar.
5.2.2. Syarat-syarat :
a. Semua permukaan pasangan batu bata, kecuali bagian-bagian yang tidak
perlu diplester seperti yang tercantum dalam gambar.
b. Semua kolom, balok, dinding dan langit-langit dari beton.
23

5.2.3. Bahan-bahan :
a. Semen Portland (PC) Type I seperti yang disyaratkan Standar Nasional
Indonesia (SNI) No. 15-2049-1984 dan ASTM C.150-84.
b. Agregates :
- Pasir seperti yang tercantum dalam Pasal 4 kecuali bahwa pasir harus
dicuci dan kecuali apabila ditentukan lain oleh Konsultan Pengawas.
- Pasir untuk lapisan terakhir harus bersih dicuci dan jenis silikat putih.
c. Air bersih, bebas dari minyak-minyak, asam alkali dan barang-barang
organik lainnya (PUBI 1982).
5.2.4. Penyerahan dan penyimpanan :
a. Bahan-bahan jadi harus dalam bungkus dan ikatan asli yang masih ada
nama dan merk dari pabrik.
b. Simpanlah bahan-bahan untuk plesteran, sehingga tidak kena tanah, jauh
dari tembok basah dan harus ditutup rapat sehingga tidak kena air.

5.2.5. Tata kerja :


a. Pemeriksaan permukaan yang akan diplester :
- Periksa semua permukaan yang akan diplester dan pekerjaan yang
berhubungan sebelum melakukan pekerjaan plesteran. Berikan laporan
kepada Konsultan Pengawas semua kondisi yang tidak memungkinkan
terlaksananya pekerjaan tersebut dengan baik.
- Bila Pemborong mulai mengerjakan pekerjaan ini tanpa berhubungan/
melaporkan adanya hal-hal yang tidak memenuhi syarat kepada
Konsultan Pengawas Pemborong bertanggung jawab sepenuhnya akan
hasil pekerjaan tersebut. Setiap perbaikan yang diperlukan untuk
penyempurnaan pekerjaan buruk sebelumnya, harus dikerjakan oleh
Pemborong tanpa adanya biaya tambahan.
- Persiapan dinding yang akan di plester
1. Semua siar dipermukaan dinding batu bata hendaknya
dikerok sedalam 10 mm.
2. Permukaan dinding beton yang diplesteran harus diketrik (dibuat
kasar) agar bahan plesterannya dapat mereket.
3. Semua pekerjaan yang akan diplesteran harus disikat sampai bersih
dan disiram air sebelum bahan plesterannya di tempelkan
(permukaan dindingnya harus dipelihara kelembabannya selama
seminggu semenjak penempelan plesterannya.

b. Mencampur plesteran
- Ukurlah bahan-bahan dengan tepat dan campuran menurut proporsi
yang sesuai. Cara pengukuran harus
disetujui oleh Konsultan
Pengawas.
- Campurlah lebih dahulu bahan-bahan kering sebelum diberi air.
- Pergunakan alat-alat pencampur mekanis dari type yang disetujui
untuk segala macam campuran plesteran
- Campur plesteran dengan jumlah air yang sesuai sehingga diperoleh
campuran yang baik.
- Tidak diizinkan untuk memakai kembali adukan yang sudah
mengeras.
24

c. Proporsi plesteran :
Plesteran semen portland (pc)
- Standar berdasarkan volume ; 1 bagian semen : 4 bagian pasir.
- Trassram berdasarkan volume ; 1 bagian semen : 2 bagian pasir.
Plesteran trassram dilakukan pada daerah 30 cm diatas dan dibawah
permukaan tanah atau pada daerah yang basah. Plesteran trassram toilet
harus setinggi 1,5 m.
d. Penggunaan :
- Permukaan beton ; tebal min. 0,05 cm dan max. 0,8 cm.
- Permukaan batu bata; tebal min. 1,5 cm dan max. 2 cm.
- Logam pelindung plesteran :
Tempelkan tepat pada pasangan batu bata dengan menggunakan
baut-baut pengikat sedemikian rupa sehingga lurus dan tidak miring.
Logam pelindung harus rata dengan plesteran sekitarnya.
e. Perawatan :
Jagalah agar permukaan yang baru diplester tetap basah selama 48 jam.
Basahilah secukupnya tiap-tiap plesteran, bila plesteran tersebut mulai
mengeras, untuk mencegah kerusakan. Lindungilah plesteran dari
penguapan yang berlebihan selama udara panas dan kering.

f.

Penambalan :
Sesudah pekerjaan selesai dilakukan, penambalan dan pelaburan yang
dibutuhkan, tambalkan sebaik-baiknya agar tambalan tidak tampak.
Pekerjaan yang sudah selesai harus bersih dan tidak ada kerusakan.

g. Perlindungan untuk pekerjaan lain :


Tutuplah pekerjaan lain dengan kantung semen atau yang lain.
Singkirkan sisa-sisa plesteran yang masuk dalam lubang-lubang yang
disiapkan untuk panel listrik.

PASAL 6
PENGECATAN MARKA
A.

PEKERJAAN PENGECATAN MARKA JALAN

Lingkup pekerjaan sebagaiman tertera pada gambar kerja dan uraian pekerjaan yang tercantum
didalam Rencana Anggaran Biaya Pelaksanaan antara lain:
I.
II.

PEKERJAAN PERSIAPAN
PEKERJAAN PENGECATAN

A. Teknis Teknis Pengecatan Marka Jalan


Marka jalan adalah suatu tanda yang berada dipermukaan jalan atau diatas permukaan jalan
yang berfungsiuntuk mengarahkan arah lalu lintas dan membatasi daerah kepentingan lalu
lintas,marka ini terdiri dari:
Marka garis membujur
Marka garis melintang
Marka garis serong
25

Marka lambang
Marka lainnya
1. Marka garis utuh, garis putus-putus dan garis ganda:
Marka membujur garis utuh berfungsi sebagai larangan bagi kenderaan yang
melintas garis tersebut seperti pada daerah tikungan atau tanjakan horizontal
dimana jarak pandang, juga untukmenandakan tepi jalur lalu lintas dan
pengaturan lalu lintas dalam keadaan daruratatau sementara waktu dapat
digunakan alat pemisah lajuryang berfungsi sebagai marka jalan.
2. Marka membujur garis putus-putus berfungsi mengarahkan lalu lintas dan
memperingatkan pengendaraan akan ada marka membujur berupa garis utuh
didepan serta sebagai pembatas jalur pada dua arah.
3. Marka melintang garis utuh dan garis ganda putus-putus.
Marka melintang berupa garis utuh menyatakan batas henti kenderaan yang
diwajibkan oleh alat pemberi isyarat lalu lintas atau rambu larangan.
4. Marka melintang garis putus-putus.
Marka melintang berupa garis putus-putus menyatakan batas henti kenderaan
sewaktu mendahului kenderaan lain yang diwajibkan oleh rambu larangan dan
apabila tidak dilengkapi dengan rambu larangan maka harus didahului dengan
marka lambang berupa segitiga yang salah satu alasnya sejajar dengan marka
melintang tersebut.
5. Marka serong.
Marka serong berupa garis utuh dilarang dilintasi kendaraan dan untuk
menyatakan pemberitahuan awal atau akhir pemisah jalan, pengatur lalu lintas
dan pulau lalu lintas, sedang marka serong yang dibatasi dengan rangka garis
utuh menggunakan untuk menyatakn daerah yang tidak boleh dimasuki
kenderaandan sebagai pemberitahuan awal sudah mendekati pulau lalu lintas.
6. Marka Lambang
Marka lambang berupa garis panah, segitiga atau tulisan digunakan untuk
mengulangi maksud dari rambu-rambu lalu lintas atau untuk memberitahu
pemakai jalan yang tidak dinyatakan dengan rambu lalu lintas.
7. Marka lainnya.
Marka lainnya diantaranya adalah marka untuk penyeberangan peljalan kaki
menyatakan dengan zebra cross yaitu marka berupa garis-garis utuh yang
membujur tersusun melintang jalir lalu lintas dan marka berupa garis utuh
melintang jalur lalu lintas.
UKURAN MARKA JALAN
Ukuran marka jalan untuk garis melintang, membujur dan serong dengan menggunakan
garis utuh, putus-putus maupun ganda serta lambang dan marka lainnya dapat digunakan
standar yang telah ditetapkan sesuai dengan Keputusan Menteri Perhubungan KM 60 1993
tentang marka jalan.
B. PENJELASAN GAMBAR DAN RKS
a.
b.
c.

Kontraktor wajib meneliti semua gambar dan RKS termasuk tambahan dan
perubahan yang tercantum dalam berita acara penjelasan pekerjaan (aanwijzing)
Bilamana ada ketidaksesuaian antara gambar dan RKS, maka yang mengingat adalah
RKS dan Rancana Anggaran Biaya (RAB)
Bila perbedaan dapat menimbulkan kesalahan, kontraktor dapat menanyakan pada
konsultan perencana atau pengawas dan mengikutinya

C. JADWAL PELAKSANAAN
a.
b.

Sebelum pekerjaan dimulai, kontraktor wajib membuat rencana pelaksanaan


terperinci berupa time Schedulle
Rencana kerja tersebut harus sudah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari
Pengawas, paling lambat dalam waktu 7 (tujuh) hari Kelender sejak SPK diterima
kontraktor
26

c.
d.

e.

Rencana kerja yang telah disetujui pengawas akan diberi kepada pemberi tugas
Kontraktor wajib memberikan salinan rencana kerja yang telah disahkan oleh
pemberi tugas dalam 4 (empat) rangka kepada pengawas, dan satu salinan harus
ditempelkan dibangsal kontraktor dilapangan yangselalu diikuti dengan grafik
kemajuan pekerjaan (Prestasi Kerja)
Pengawas akan menilai prestasi pekerjaan kontraktor berdasarkan grafik rencana
kerja tersebut dan kemajuan kerja dilapangan

D. SUSUNAN PERSONIL LAPANGAN


a.

b.

Kontraktor wajib menetapkan seorang kuasanya dilapangan atau biasa disebut


pelaksana, yang cakap untuk memimpin dan bertanggung jawab penuh terhadap
pelaksana pekerjaan.
Pelaksana harus berpendidikan minimal Sarjana Muda Teknik Sipil atau sederajat
dengan pengalaman kerja lapangan minimal 3 (tiga) tahun atau STM Bangunan
dengan pengalaman minimal 7 (tujuh) tahun

E. KEAMANAN KEGIATAN
a.

b.
F.

Sejumlah obat-obatan dan perlengkapan medis menurut syarat-syarat Pertolongan


Pertama pada Kecelakaan (P3K) dalam keadaan siap pakai harus tetap tersedia di
lapangan.
Segala hal yang menyangkut jaminan sosial dan keselamatan para pekerja, wajib
diberikan oleh kontraktor sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku.

ALAT-ALAT PELAKSANAAN
a.

b.

Semua alat-alat untuk pelaksanaan pekerjaan, baik berupa alat0alat kecil maupun
besar, harus disediakan oleh kontraktor dalam keadaan baik dan siap pakai sebelum
pekarjaan fisik bersangkutan dimulai.
Pekerjaan Pengecatan Marka Jalan dikerjakan dengan menggunakan alat-alat
mekanis (Khusus untuk Cat Marka)

G. BAHAN-BAHAN PENGECATAN MARKA JALAN


Pembuatan Marka Jalan dapat menggunakan bahan-bahan sebagai berikut:
a.
Glass Beats
b.
Thermoplastik
Marka Jalan harus terbuat dari bahan yang tidak licin dan tidak boleh menonjol melebihi
3mm dari permikaan jalan
1. SITUASI
1.1
Lokasi Pengecatan yang akan dilaksanakan terletak pada lokasi Banda Aceh. Lahan
untuk Pengecatan akan diserahkan kepada pelaksana sebagaimana adanya pada waktu rapat
penjelasan pekerjaan, untuk itu para calon kontraktor wajib meneliti situasi medan,
terutama kondisi tanah bangunan, sifat dan luasnya pekerjaan dan hal lain yang
berpengaruh terhadap harga penawaran.
Kelalaian dan kekurang telitian dalam hal ini tidak dapat dijadikan alasan untuk Klaim
di kemudian hari. Dalam rapat penjelasan akan ditunjukkan dimana akan dilaksanakan.
2. UKURAN LEBAR MARKA JALAN
a.
b.

Semua ukuran yang tercantum dalam Rencana Kerja dan syarat-syarat ini dinyatakan
dalam sentimeter (cm) dan meter (m)
Lebar Marka Jalan adalah menurut gambar bestek dan petunjuk direksi lapangan

27

c.

d.
e.
f.
g.

h.

i.

j.

k.
l.
m.
n.

o.

p.

q.

Ketentuan letak pengecatan diukur dibawah pengawasan direksi dengan ukuranukuran yang telah ditentukan oleh direksi, Pemborong harus menyediakan paling
sedikit 3 orang pembantu yang paham dalam pengukuran Pengecatan Marka Jalan.
Lebar Marka Jalan sekurang-kurangnya 12 cm
Panjang garis utuh sekurang-kurangnya 20 Meter
Jarak antara 2 ( dua ) garis membujur yang berdampingan atau garis ganda, sekurangkurangnya 10 cm dan tidak lebih dari 18 cm.
Panjang masing-masing garis pada garis putus-putus harus sama, berdasarkan
kecepatan rencana:
Kurang dari 60 km per jam, panjang garis putus-putus 3.0 meter
60 km per jam atau lebih, panjang garis putus-putus 5.0 meter
Panjang celah diantara garis putus-putus harus sama, berdasarkan kecepatan rencana
:
Kurang dari 60 km per jam, panjang celah garis putus-putus 5 meter
60 km per jam atau lebih, panjang celah garis putus-putus 8 meter.
Ukuran panjang garis putus-putus dan panjang celah adalah :
Untuk garis yang di cat adalah sepanjang 3 meter.
Untuk celah antara garis adalah 5 meter.
Panjang garis putus-putus yang digunakan untuk mengarahkan arus lalu lintas
sekurang-kurangnya 1 meter dengan jarak celah antara 2 ( dua ) sampai 4 ( empat )
kali panjang garis dan tidak boleh lebih dari 12 meter.
Panjang garis pada garis putus-putus yang digunakan sebagai peringatan sekurangkurangnya 2 (dua) atau tidak lebih 4 (empat) kali dari jarak celahnya.
Lebar batas tepi jalan melingkupi :
- Lebar garis tepi jalur lalu lintas sekurang-kurangnnya 12 cm.
Panjang garis peringatan berupa garis putus-putus sebelum suatu garis utuh
sekurang-kurangnya 50 meter.
Ukuran tanda melintang melingkupi :
Lebar garis berhenti yang di tetapkan untuk pekerjaan ini adalah lebar 30 cm;
Bila garis berhenti dileengkapi dengan perkataan Stop dan garis berhenti 1
(satu) m sampai dengan 2,5 m.
Lebar garis ganda putus-putus sebagai garis berhenti untuk mendahulukan
kenderaan lain sekurang-kurangnya 0,20 m, panjang 0,60 m jarak antara garis
putusyang membujur dan yang melintang 0,30 m.
Jarak antara alas segitiga yang sejajar dengan garis tanda melintang berupa
tanda garis berhenti antara 1 (satu) m sampai dengan 2,5 m.
Alas segitiga sekurang-kurangnya 1 (satu) m dan tingginya 3 (tiga) kali alas
segitiga.
Ukuran tanda pengarah lajur berupa panah harus memiliki panjang sekurangkurangnya 5 (lima) m untuk jalan dengan kecepatan rencana kurang dari 60 km per
jam dan 7,50 m untuk jalan dengan kecepatan rencana lebih dari 60 km per jam.
Ukurang untuk marka lambang berupa tulisan meliputi :
Marka lambang berupa tulisan harus memiliki tinggi huruf sekurang-kurangnya
1,6 m , untuk kecepatan rencana kurang dari 60 km perjam dan sekuramgkuramgnya 2,5 m untuk jalan dengan kecepatan rencana 60 km perjam atau
lebih.
Lebar huruf marka lambang berupa tulisan sesuai jenis huruf dan sekurangkurangnya 290 mm.
Tata cara penempatan marka jalan melingkupi ;
Jalur lalu lintas harus ditandai dengan marka membujur berupa garis putusputus atau garis utuh.
Marka melimtang ditrmpatkan bersama dengan rambu larangan berupa wajib
berhenti sesaat, dan / atau alat pemberi isyarat lalu lintas pada tempat yang
memungkinkan pengemudi dapat melihat dengan jelas lalu lintas yang datang
dari cabang persimpangan lain.
Marka melintang berupa garis berhenti dapat dilengkapin dengan garis
membujur arau tulisan Stop .
28

Pada jalur yang mempunyai lebih dari satu lajur, pemisahaan kenderaan yang
mendekati persimpangan, dinyatakan dengan marka lambang berupa panah
yang ditempatkan pada permukaan jalan.
Marka lambang berupa kata-kata dapat digunakan untuk mempertegas
penggunaan ruang jalan, dengan ketentuaan;
1. Untuk mengatur lalu lintas atau memperingatkan atau menuntun pemakai
jalan, dapat dipergunakan kata-kata yang menunjukan nama
tempat,jurusan,jalan,atau kata Stop dan Bus .
2. Bentuk huruf harus memanjang ke jurusan arah lalu lintas.

B. PEKERJAAN PENGECATAN MARKA PARKIR KENDARAAN


Lingkup pekerjaan sebagaiman tertera pada gambar kerja dan uraian pekerjaan yang
tercantum didalam Rencana Anggaran Biaya Pelaksanaan antara lain:
III.
IV.

PEKERJAAN PERSIAPAN
PEKERJAAN PENGECATAN

A. TEKNIS TEKNIS PENGECATAN MARKA PARKIR


1.

2.
3.
4.
5.
6.

7.

Marka jalan adalah suatu tanda yang berada dipermukaan jalan yang meliputi
peralatan atau tanda yang membentuk garis tegak lurus ( 900 ), garis serong ( 450)
dan garis lurus berbentuk sisik serta lambang lainya yang berfungsi untuk
mengarahkan kenderaan untuk berhenti dan membatasi Daerah Kepentingan Lalu
Lintas.
Marka tegak lurus ( 900) adalah tanda yang tegak lurus terhadap sumbu jalan.
Marka serong ( 450) adalah tanda dimana kemiringannya sebesar 45 0 dari sumbu
jalan
Marka serong ( 600) adalah tanda dimana kemiringannya sebesar 600 dari sumbu
jalan
Marka sisi adalah tanda dimana kemiringanya sebesar 450 dan 600 dari sumbu jalan
ditambah garis lurus pembatas ban kenderaan roda empat.
Ketentuan pemberlakuan Marka Parkir:
- Marka Parkir berlaku bagi kenderaan yang berhenti
- Lokasi penempatan marka jalan harus mempertimbangkan:
a. Kondisi jalan dan lingkungan
b. Kondisi lalu lintas
c. Aspek keselamatan, keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas
Bingkai jalan adalah batas bahu jalan yang pada umumnya terletak pada
sisi kanan atau kiri badan jalan.

8.

Marka parkir menyatakan garis-garis pada permukaan jalan dapat digantikan


dengan paku jalan atau kerucut Lalu Lintas
9. Jenis, warna dan fungsi marka jalan meliputi:
- Marka parkir sesuai dengan fungsinya dikelompokkan menjadi 4
(empat)jenis:
a. Marka parkir tegak lurus(900)
b. Marka parkir serong (450)
c. Marka parkir sisik
d. Marka parkir lainnya
- Marka parkir pada dasarnya berwarna putih
10. Untuk pelaksanaan pekerjaan berlaku dan mengingat pula:
- Gambar bestek yang di buat oleh konsultan perencanaan dan telah disahkan
oleh pembari tugas.
- Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
- Surat penewaran beserta lampiran-lampirannya.
29

B. PENJELASAN GAMBAR DAN RKS


1.
2.
3.

Kontraktor wajib meneliti semua gambar dan RKS termasuk tambahan dan
perubahan yang tercantum dalam berita acara penjelasan pekerjaan (aanwijzing)
Bilamana ada ketidaksesuaian antara gambar dan RKS, maka yang mengingat adalah
RKS dan Rancana Anggaran Biaya (RAB)
Bila perbedaan dapat menimbulkan kesalahan, kontraktor dapat menanyakan pada
konsultan perencana atau pengawas dan mengikutinya

C. JADWAL PELAKSANAAN
1.
2.

3.
4.

5.

Sebelum pekerjaan dimulai, kontraktor wajib membuat rencana pelaksanaan


terperinci berupa time Schedulle
Rencana kerja tersebut harus sudah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari
Pengawas, paling lambat dalam waktu 7 (tujuh) hari Kelender sejak SPK diterima
kontraktor
Rencana kerja yang telah disetujui pengawas akan diberi kepada pemberi tugas
Kontraktor wajib memberikan salinan rencana kerja yang telah disahkan oleh
pemberi tugas dalam 4 (empat) rangka kepada pengawas, dan satu salinan harus
ditempelkan dibangsal kontraktor dilapangan yangselalu diikuti dengan grafik
kemajuan pekerjaan (Prestasi Kerja)
Pengawas akan menilai prestasi pekerjaan kontraktor berdasarkan grafik rencana
kerja tersebut dan kemajuan kerja dilapangan

D. SUSUNAN PERSONIL LAPANGAN


1.

2.

Kontraktor wajib menetapkan seorang kuasanya dilapangan atau biasa disebut


pelaksana, yang cakap untuk memimpin dan bertanggung jawab penuh terhadap
pelaksana pekerjaan.
Pelaksana harus berpendidikan minimal Sarjana Muda Teknik Sipil atau sederajat
dengan pengalaman kerja lapangan minimal 3 (tiga) tahun atau STM Bangunan
dengan pengalaman minimal 7 (tujuh) tahun

E. KEAMANAN KEGIATAN
1.

2.
F.

Sejumlah obat-obatan dan perlengkapan medis menurut syarat-syarat Pertolongan


Pertama pada Kecelakaan (P3K) dalam keadaan siap pakai harus tetap tersedia di
lapangan.
Segala hal yang menyangkut jaminan sosial dan keselamatan para pekerja, wajib
diberikan oleh kontraktor sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku.

ALAT-ALAT PELAKSANAAN
1.

2.

Semua alat-alat untuk pelaksanaan pekerjaan, baik berupa alat0alat kecil maupun
besar, harus disediakan oleh kontraktor dalam keadaan baik dan siap pakai sebelum
pekarjaan fisik bersangkutan dimulai.
Pekerjaan Pengecatan Marka Jalan dikerjakan dengan menggunakan alat-alat
mekanis (Khusus untuk Cat Marka)

G. BAHAN-BAHAN PENGECATAN MARKA PARKIR


Pembuatan Marka Parkir dapat menggunakan bahan-bahan sebagai berikut:
1. Cat
2. Thermoplastik
3. Reflectorization
4. Prefabricated Marking
5. Cold Applied Resin Based Markings
30

Marka Parkir harus terbuat dari bahan yang tidak licin dan tidak boleh menonjol melebihi
3mm dari permikaan jalan
3. SITUASI
1.1

Lokasi Pengecatan yang akan dilaksanakan terletak pada lokasi Banda Aceh
Lahan untuk Pengecatan akan diserahkan kepada pelaksana sebagaimana adanya
pada waktu rapat penjelasan pekerjaan, untuk itu para calon kontraktor wajib
meneliti situasi medan, terutama kondisi tanah bangunan, sifat dan luasnya pekerjaan
dan hal lain yang berpengaruh terhadap harga penawaran.
Kelalaian dan kekurangnan telitiar. Dalam hal ini tidak dapat dijadikan alasan untuk
Klaim di kemudian hari
Dalam rapat penjelasan akan ditunjukkan dimana akan dilaksanakan.
4. UKURAN LEBAR MARKA PARKIR
a.
b.
c.

d.
e.
f.

Semua ukuran yang tercantum dalam Rencana Kerja dan syarat-syarat ini dinyatakan
dalam sentimeter (cm) dan meter (m)
Lebar Marka Parkir adalah menurut gambar bestek dan petunjuk direksi lapangan
Ketentuan letak pengecatan diukur dibawah pengawasan direksi dengan ukuranukuran yang telah ditentukan oleh direksi, Pemborong harus menyediakan paling
sedikit 3 orang pembantu yang pahan dalam pengukuran Pengecatan Marka Jalan
Lebar Marka Parkir sekurang-kurangnya 12 cm
Panjang garis utuh sekurang-kurangnya 3 Meter
Jarak antara 2 (dua) garis membujur yang berdampingan atau garis ganda, sekurangkurangnya 2,00 M dan tidak lebih dari 2,50M

- Pekerjaan
: Pengecetan Trotoar dan Median Jalan
- Lokasi : Kota Banda Aceh
Lingkup Pekerjaan sebagaimana tertera pada gambar kerja dan uraian pekerjaan yang
tercantum didalam Rencana Anggaran Biaya Pelaksanaan antara lain :
I.

PEKERJAAN PERSIAPAN

II.

PEKERJAAN PENGECATAN

A. TEKNIS TEKNIS PENGECATAN TROTOAR DAN MEDIAN JALAN

1. Pengecatan Trotoar dan Median Jalan adapun cat yang digunakan didalam
pekerjaan ini termasuk cat berstandar polimik
2. Untuk Pengecatan Trotoar dan Median Jalan harus sesuai dengan ukuran yang
telah ditetapkan, untuk tinggi 40 Cm Lebar 15 Cm cian panjang 80 cm
3. Pekerjaan Pengecatan Trotoar dan Median Jalan digunakan ada dua warna yaitu
putih dan hitam
4. Cat warna hitam adalah cat minyak minyak seperti cat guda terbang sejenis
lainnya yang dianggap berkualitas
5. Segala keraguan dilapangan pelaksanaan dapat mengkoordinasikan pada pihak
panitia atau reaksi pengawas

31

6. Sebelum

pekerjaan

pengecatan

pelaksanaan

harus

terlebih

dahulu

membersihkan semua lokasi pengecatan termasuk rumput yang menutupi pada


trotoar dan median jalan.
7. Untuk melaksanakan pekerjaan berlaku dan menikat pula
-

Gambar Bestet yang dibuat oleh konsultan perencanaan dan telah


disahkan oleh pemberi tugas.

Rencana kerja dan syarat syarat (RKS)


Surat Penawaran beserta lampiran lampirannya

Jadwal Pelaksanaan (tentativeTime Schedulle) yang sudah disetujui


Direksi.

8. Pelaksana untuk pekerjaan ini dapat disesuiakan dengan kondisi yang ada
dilapangan
C. PENJELASAN GAMBAR DAN RKS
1.
2.
3.

Kontraktor wajib meneliti semua gambar dan RKS termasuk tambahan dan
perubahan yang tercantum dalam berita acara penjelasan pekerjaan (aanwijzing)
Bilamana ada ketidak sesuaian antara gambar dan RKS, maka yang mengikat adalah
RKS dan rencana anggaran biaya (RAB)
Bila perbedaan perbedaan itu menimbulkan keragu raguan sehingga didalam
pelaksanaan dapat menimbulkan kesalahan, kontraktor dapat menanyakan pada
konsultan perencana atau pengawas dan mengikutinya.

D. JADWAL PELAKSANAAN
1. Sebelum pekerjaan dimulai, kontraktor wajib membuat rencana pelaksanaan
terperinci berupa Time Schedulle
2. Rencana kerja tersebut harus sudah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari
pengawas, paling lambat dari waktu 7 (tujuh) hari kelender sejak SPK diterima
kontraktor
3. Rencana kerj yang telah disetijui pengawas akan akan diberiokan kepada pemberi
tugas
4. Kontraktor wajib memberikan salinan rencana kerja Syang telah di sahkan oleh
pemberi tugas dalam 4 ( empat) rangkap kepada pengawas, dan satu salinan harus
ditempelkandi bangsal kontrakrordi lapangan yang selalu diikuti dengan grafik
kemajuan pekerjaan ( Prestasi kerja ).
5. Pengawas akan menilai pretasi pekerjaan kontraktor berdasarkan grafik rencana
kerja tersebut dan kemajuan kerja di lapangan.
E. SUSUNAN PERSONIL LAPANGAN
1.

Kontraktor wajib menetapkan seorang kuasa di lapangan atau biasa disebut


pelaksanaan, yang calap untukmemimpin dan bertanggung jawab penuh terhadap
pelaksanaan pekerjaan.
2. Pelaksanaan harus berpendidikan minimal Sarjana Muda Teknik Sipil atau sederajat
dengan pengalaman kerja lapangan minimal 3 ( tiga ) tahun atau STM Bangunan
dengan pengalaman minimal 7 ( tujuh ) tahun.

32

F. KEAMANAN KEGIATAN
1. Sejumlah obat-obatan dan perlengkapan medis menurut syarat-syarat pertolongan
pertama pada kecelakaan (P3K) dalam keadaan siap pakai harus tetep tersedia di
lapangan.
2. Segala hal yang menyangkut jaminan soal dan kelamatan para pekerja, wajib
diberikan oleh kontraktor sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku.
G. ALAT-ALAT PELAKSANAAN
1. Semua alat-alat untuk pelaksanaan, baik berupa alat-alat kecil maupun besar, harus
disediakan oleh kontraktor dalam keadaan baik dan siap pakai sebelum pekerjaan fisik
bersangkutan dimulai.

H. BAHAN-BAHAN PENGECETAN TROTOAR DAN MEDIAN JALAN


Pengecetan Trotoardan median jalan dapat mengunakan bahan cat minyak.
Pengecatan trotoar dan median jalan harus dicat minimal 2x ( dua kali )
1. SITUASI
1.1
1.2

1.3

Lokasi pengecatan yang akan dilaksanakan terletak pada lokasi Kota Banda
Aceh.
Lahan untuk pengecatan akan diserahkan kepada pelaksanaan sebagaimana
adanya pada waktu rapat penjelasan pekerjaan, untuk itu para calon
kontraktor wajib menelitian situasi medan, terutama lokasi pengecatan hal
lain yang berpengaruh terhabap harga penawaran.
Kelalain dan kekurangtelitian dalam hal ini tidak dapat dijadikan alasan
untuk klaim di kemudian hari.
Dalam rapat penjelasan akan diunjukkan lokasi di mana akan dilaksanakan

1.4
2. UKURAN PEKERJAAN PENGECATAN
2.1 Semua ukuran yang dicantum dalam Rencana Kerja dan Syarat-Syarat ini di
nyatakan dalam sentimeter (cm) dan meter (m).
Lebar trotoar, median jalan dan tembok keliling Blang Padang dapat dilihat
2.2 pada gambar bestek.
Ketentuan lokasi pengecatan diukur dibawah pengawasan direksi dengan
2.3 ukuran-ukuran yang telah ditentukan oleh direksi.Pelaksana harus
menjediakan paling sedikit 3 orang pembantu yang paham dengan pekerjaan
pengecatan, median jalan dan tembok keliling Blang Padang.
Pengecatan trotoar dan median jalan cat berwarna putih adalah cat tembok
yang berkualitas sedangkan cat warna hitam adalah cat minyak.Panjang
2.4

PASAL 7
PEKERJAAN LAIN-LAIN DAN FINISHING

7.1

Lingkup pekerjaan
Meliputi semua pekerjaan, peralatan dan bahan-bahan untuk railing pada ram
seperti yang tergambar dan tercantum dalam rencana kerja dan syarat- syarat
(RKS).

33

7.2

Persiapan pekerjaan dibuat los kerja, gudang bahan dan kamar direksi dalam
bentuk darurat dan papan nama proyek.

7.3

Pemasangan bowplank harus disahkan oleh direksi, konsultan dan pengelola,


mengingat ada kaitannya dengan peil yang sudah ditentukan.

7.4

Buku harian yang dipersiapkan oleh pemborong selalu siap dilapangan, setiap hari
diisi dan ditanda tangani oleh Direksi dan Pemborong.

7.5

Guna untuk mendapatkan hasil pekerjaan yang baik, untuk kesempurnaan


pekerjaan, ternyata tidak disebut dalam uraian ini, maka bagian tersebut harus
dilaksanakan oleh pemborong.

7.6

Apabila ternyata tidak terdapat kesesuaian antara gambar dengan bestek, maka
diambil pada gambar detail. Apabila kurang jelas maka yang berlaku adalah yang
tercantum dalam bestek ini, terkecuali Direksi memberi keputusan lain.

7.7

Untuk dokumentasi, pemborong diharuskan mengadakan opname photo grafi


sekurang-kurangnya 3 (tiga) kali (sebelum dimulai, sedang dalam pelaksanaan dan
setelah selesai) pandangan yang sama 4 (empat) arah muka, belakang, samping kiri
dan samping kanan.

PASAL 8
PENUTUP
1.
2.

3.
4.

Sebelum penyerahan pertama pekerjaan, pemborong wajib meneliti semua


bagian pekerjaan yang belum sempurna dan harus diperbaiki.
Meskipun telah ada pengawas dan unsur-unsur lainnya, semua penyimpangan
dari ketentuan bestek dan gambar-gambar menjadi tanggung jawab pelaksana.
Untuk itu pelaksana harus melaksanakan pekerjaan pengecatan marka jalan
tersebut sesempurna mungkin sebagaimana yang telah diatur dalam ketentuan
yang berlaku.
Semua yang belum tecantum dalam rencana dan syarat-syarat ini akan
ditentukan kemudian dalam rapat penjelasan pekerjaan.
Semua yang belum tecantum dalam rencana dan syarat-syarat ini akan
ditentukan kemudian dalam rapat penjelasan pekerjaan.

Demikianlah Rencana Kerja dan Syarat-Syarat ini kami buat dan apabila ada hal-hal
yang tidak tercantum dalam dalam RKS dan gambar bestek, kontraktor wajib
melaporkan / mengkonsultasikan dengan pihak Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh
dan Konsultan pengawas dalam hal penyelesaian masalah tersebut.

Banda Aceh, April 2015


Kuasa Pengguna Anggaran
Program Pengembangan Perikanan Tangkap

Aliman, S.Pi, M.Si


Nip. 19750210 200312 1 005

34

Anda mungkin juga menyukai