Spesifikasi Teknis
Spesifikasi Teknis
Pekerjaan
Lokasi
Anggaran
1. URAIAN UMUM
Kontraktor melakukan layanan Jasa Konstruksi yang meliputi dari memperkerjakan tenaga
kerja sesuai dengan ketrampilan yang dibutuhkan, menyediakan kebutuhan material dan
peralatan yang dibutuhkan. Untuk melaksanakan pekerjaan berdasarkan gambar bestek,
bill of quantity dan spesifikasi teknis. Sebelum menawarkan pekerjaan ini diharapkan
Kontraktor berinisiatif sendiri untuk melihat kondisi dilapangan.
2. LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup pekerjaan Pengecoran Areal Adepan Kios Nelayan, Gudang Pengepakan dan
Tempat Perbaikan Jaring PP Lampulo sesuai dengan Bill of Quantity dan Gambar Bestek.
3. PERATURAN TEKNIS BANGUNAN YANG DIGUNAKAN
Kecuali ditentukan lain dalam RKS ini, berlaku dan mengikat ketentuan-ketentuan tersebut
dibawah ini (termasuk segala perubahan dan tambahannya) juga berlaku dan mengikat :
3.1. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007 tanggal 27 Desember 2007.
3.2.
Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI 1991) SK SNI T-15.1991.03.
3.3.
Tata cara pengadukan dan pengecoran beton SNI 03-3976-1995.
3.4.
Peraturan Muatan Indonesia NI.8 dan Indonesian Loading Code 1987 (SKBI1.2.53.1987).
3.5.
Ubin lantai keramik, mutu dan cara uji SNI 03-0106-1987.
3.6.
Ubin semen polos SNI 03-0028-1987.
3.7.
Peraturan Konstruksi Kayu di Indonesia (PKKI) NI 5.
3.8.
Mutu Kayu Bangunan SNI 03-3527-1994.
3.9.
Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) SNI 04-0225-1987.
3.10. Tata Cara Perencanaan Tangki Septick SNI 03-2398-1991.
3.11. Peraturan Umum Keselamatan Kerja dari Departemen Tenaga Kerja.
3.12. Peraturan Semen Portland Indonesia NI 8 tahun1972.
3.13. Peraturan Bata merah sebagai bahan bangunan NI 10.
3.14. Peraturan Plumbing Indonesia.
3.15. Tata Cara Pengecatan Kayu Untuk Rumah dan Gedung SNI 03-2407-1991.
3.16. Tata Cara Pengecatan Dinding Tembok dengan Cat Emulsi SNI 03-2410-1991.
3.17. Pedoman Perencanaan Penanggulangan Longsoran SNI 03-1962-1990
Peraturan dan ketentuan yang dikeluarkan pemerintah Daerah setempat yang
bersangkutan dengan permasalahan bangunan.
Apabila penjelasan dalam RKS tidak sempurna atau belum lengkap sebagaimana ketentuan
dan syarat dalam peraturan diatas, maka Kontraktor wajib megikuti ketentuan peraturanperaturan yang disebutkan diatas.
1
4.
5.
ALAT-ALAT PRODUKSI
Kontraktor harus menyediakan segala alat produksi yang diperlukan secukupnya
untuk pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan. Direksi boleh meminta kepada
Kontraktor untuk menyediakan alat produksi tambahan dan peralatan lain bilamana
menurut pertimbangannya penting untuk pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan
Kontrak. Kontraktor harus menyediakan seluruh peralatan serta suku cadang dan
harus menjaga persediaan yang cukup untuk tidak memperlambat pelaksanaan
pekerjaan.
6.
MATERIAL PENGGANTI
Kontraktor harus berusaha mendapat material yang ditentukan, bilamana material
yang ditentukan tidak mungkin diperoleh dengan alasan yang dapat diterima,
Kontraktor dapat menggunakan material pengganti, tetapi harus terlebih dahulu
mendapat persetujuan tertulis dari Direksi. Harga satuan penawaran pada Daftar
Kuantitas dan Harga Pekerjaan tidak diperkenankan untuk dinaikkan akibat
penggantian material.
Letak bangunan sesuai site plan akan dijelaskan pada saat rapat penjelasan lapangan.
Pemborong harus melihat langsung di lapangan terutama situasi lapangan yang
menyangkut penyimpanan bahan, penempatan peralatan, dan pelaksanaan pekerjaan.
PASAL 1
PEKERJAAN PERSIAPAN
1.1.
Lapangan Pekerjaan
1.1.1. Pekerjaan persiapan,, Kontraktor harus menyediakan gudang, bangsalbangsal kerja kecuali tempat kerja yang akan ditetapkan pada waktu
penunjukan setempat (BUILDING PLOT)
1.1.2. Semua benda-benda tak berguna, tumbuh-tumbuhan, akar, alang-alang dan
lain-lain harus dibersihkan/ disingkirkan dari lapangan dan apabila perlu
dengan menggalinya.
1.1.3. Semua lapisan atas dari tanah dan tumbuh-tumbuhan di lapangan
disingkirkan, kemudian permukaan tanahnya di sesuaikan dengan tinggi duga
yang dikehendaki.
1.1.4. Bila Kontraktor membutuhkan bangunan sementara, maka kontraktor diberi
kesempatan untuk mendirikannya atas beban sendiri dengan persetujuan
pengawas.
1.1.5. Kontraktor harus menutup, memagar lapangan kerja, pagar penutup harus
memenuhi syarat- syarat yang ditentukan pemerintah setempat, kontraktor
diwajibkan untuk membuat pintu masuk sendiri.
1.2.
b.
c.
d.
e.
f.
pada setiap pekerjaan yang akan dikerjakan sesuai dengan yang telah
direncanakan.
Setiap tahap pengukuran dan opname harus disetujui oleh Direksi
sebelum pekerjaan pengukuran berikutnya
dilanjutkan,
setiap
kesalahan/keraguan hasil pengukuran harus diulang kembali.
Dalam hal Direksi tidak dapat hadir pada saat pengukuran, Direksi dapat
menunjuk/menguasakan wakilnya secara tertulis dan mempunyai hak
yang sama dengan Direksi. Pelaksanaan pengukuran dan opname
dianggap benar dan setelah dibuat berita acara serta ditanda tangani oleh
kedua belah pihak dan disetujui oleh Pihak Proyek.
Sesudah pekerjaan pemerataan tanah selesai dikerjakan , pemborong
diharuskan melakukan pengukuran situasi tanah lokasi lengkap. Untuk
diplotkan tata letak bangunan sesuai dengan gambar rencana.
Perletakan bangunan baru supaya di cocokkan dengan ukuran-ukuran
pada rencana, akan tetapi apabila ada. Selisih/ perbedaan maka
peletakannya dapat diubah dan disesuaikan dengan kondisi dan situasi
tanah yang ada berdasarkan petunjuk-petunjuk serta persetujuan
Bouwheer/ Direksi.
Perubahan mengenai tata letak bangunan maupun ukuran-ukurannya
harus diterapkan pada gambar rencana yang ada lengkap dengan tandatandanya serta harus dilegalisir oleh Direksi dan disetujui oleh
Bouwheer/ Pemberi Tugas.
1.3.
1.4.
1.5.
PASAL 2
PEKERJAAN TANAH/URUGAN
2.1.
Lingkup Pekerjaan :
Meliputi semua pekerjaan, peralatan, bahan-bahan yang berhubungan dengan galian
dan urugan untuk konstruksi seperti tercantum dalam spesifikasi dan gambargambar rencana.
2.2.
PASAL 3
PEKERJAAN PONDASI
3.1.
Lingkup Pekerjaan :
Meliputi semua pekerjaan, peralatan, bahan-bahan yang berhubungan dengan
pekerjaan Pondasi, sesuai dengan gambar-gambar denah, gambar potongan dan
gambar detail.
5
3.2.
3.3.
Untuk pemasangan pondasi batu gunung atau batu kali dipakai pasangan
batu gunung dengan spesi 1 Pc : 4 Ps.
3.3.2.
Batu gunung/kali yang dipergunakan berkualitas baik dari jenis yang keras
dan tidak terdapat tanah dengan ukuran tidak boleh lebih dari 25 cm.
3.3.3.
3.3.4.
Untuk pemasangan pondasi rolag (batu bata) dipakai pasangan bata batu
dengan spesi 1 Pc : 2 Ps.
3.3.5.
Untuk pemasangan pondasi beton cyclope dipakai 40% batu gunung yang
dicampur dengan spesi 1 Pc : 4 Ps.
bertumpuan
atau
PASAL 4
PEKERJAAN BETON
4.1.
kejutan gaya yang diterima tanpa berubah bentuk. Khusus untuk bekisting
plat lantai harus dilapis dengan tripek pada bagian bawah. Kerapian dan
ketelitian pemasangan bekisting harus diperhatikan agar setelah bekisting
di bongkar memberikan bidang- bidang yang rata.
e. Celah-celah antara papan harus rapat agar pada waktu pengecoran air
tidak merembes keluar. Sebelum pengecoran, bagian dalam bekisting
harus bersih dari kotoran dan sebaiknya dilapis dengan terpal plastik.
f. Permukaan cetakan dapat diberi minyak yang biasa diperdagangkan
(form oil) untuk mencegah lekatnya beton pada cetakan.
g. Pelaksanaannya harus berhati-hati jangan terjadi kontak dengan besi
yang dapat mengurangi daya lekat besi pada beton.
h. Permukaan cetakan harus dibasahi dengan rata. Hal ini dilakukan untuk
menghindari terjadinya penyerapan air beton oleh permukaan cetakan
yang dapat menyebabkan menurunnya daya lekat besi dengan beton
tersebut.
i. Cetakan beton dapat digunakan kayu kelas II, Multipleks atau plat baja.
4.1.2. P e n u l a n g a n
a. Baja tulangan harus memenuhi persyaratan Perhitungan Struktur Beton
Bertulang disesuaikan dengan SKSNI T-15-1991-03.
b. Besi beton.
Besi beton yang digunakan adalah baja lunak dengan mutu U-24
untuk besi yang berukuran 12 mm (Tegangan Leleh
Karakteristik minimum 2400 kg/cm2), sedangkan untuk besi yang
berukuran > 12 menggunakan baja lunak dengan mutu U- 32
(Tegangan Leleh Karakteristik minimum 3200 kg/cm2) atau lazim
disebut besi ulir.
c. Pelaksanaan penyambungan/ pemotongan, pembengkokan dan
pemasangan harus sesuai dengan persyaratan dalam Perhitungan
Struktur Beton Bertulang Indonesia disesuaikan dengan SKSNI T - 15 1991 - 03.
d. Selimut beton harus mempunyai ketetapan sebagai berikut :
- Beton tanpa cetakan, kontak langsung dengan tanah = 50 mm
- Beton dengan cetakan, kontak langsung dengan tanah = 50 mm
- Balok, kolom tidak kontak langsung dengan tanah = 30 mm
- Plat, dinding tidak kontak langsung dengan tanah = 25 mm
e.. Mutu beton
Mutu beton yang digunakan adalah perbandingan 1 Pc : 2 Ps : 3 Kr.
4.1.3. S e m e n
a. Semen kecuali tercantum lain dalam spesifikasi harus digunakan semen
portland dengan persyaratan Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 152049-1994 dan ASTM C150-84.
b. Cara pengaturan dan cara penyimpanan semen harus sedemikian rupa
pada tempat-tempat yang baik untuk memudahkan pekerjaan dan setiap
saat semen terlindung dari kelembaman hujan. Untuk seluruh proyek ini
hanya dipilih 1 (satu) merk semen. Pemakaian semen diusahakan
menurut urutan kedatangannya.
1. Beton harus dibentuk dari campuran semen, agregat, air dalam suatu
perbandingan yang tepat sehingga
karakteristik bk = 225 kg/cm2.
didapat
kekuatan
tekan
b. Perlengkapan Mengaduk
1. Kontraktor harus menyediakan peralatan dan perlengkapan yang
mempunyai ketelitian cukup untuk menetapkan dan mengawasi jumlah
dari
masing-masing bahan pembentuk beton. Perlengkapanperlengkapan tersebut dan cara pengerjaannya selalu harus mendapat
persetujuan dari Direksi Lapangan.
2. Bahan-bahan pembentuk beton harus dicampur dan diadukkan dalam
mesin pengaduk beton, yaitu "Batch Mixer" atau Portable Continious
Mixer selama sedikitnya 1,5 menit sesudah semuanya bahan ada dalam
mixer (air dicampur sekaligus). Mesin pengaduk tidak boleh dibebani
melebihi dari kapasitas yang telah ditentukan.
3. Setiap mesin pengaduk diperlengkapi dengan alat mekanis untuk
mengukur waktu dan menghitung jumlah adukan. Waktu pengadukan
ditambah bila mesin pengaduk berkapasitas lebih besar dari 1,5 m3 .
Direksi Lapangan berwenang untuk menambah waktu pengadukan jika
pemasukan bahan dan cara pengadukan gagal untuk mendapatkan
hasil adukan dengan susunan kekentalan dan warna yang merata
seragam. Beton harus seragam dalam komposisi dan konsistensi dari
adukan ke adukan. Pengadukan yang berlebihan (lamanya) yang
membutuhkan penambahan air untuk mendapatkan konsistensi beton
yang dikehendaki tidak dibenarkan.
4. Pengangkutan Adukan :
Pengangkutan adukan dengan truck pengaduk (truck mixer) dari
tempat pengadukan (Batching Plant) ke tempat pengecoran harus
diatur sedemikian rupa sehingga waktu antara pengadukan dan
pengecoran tidak lebih dari 1 jam dan tidak terjadi perbedaan waktu
pengikatan yang menyolok antara beton yang sudah di cor dengan yang
akan di cor.
11
4.3
Pekerjaan Jalan dari beton ini menggunakan beton dengan mutu K.250 dengan tulangan
dari Wiremess
4.3.1
b.
c.
Material urugan sirtu yang dipakai untuk pekerjaan ini adalah pasir batu
untuk timbunan jalan setebal 5 cm untuk lantai kerja dari permukaan tanah
asli dan ditimbun sampai batas areal yang dicor.
d.
12
Apabila sumber material urugan sirtu berubah maka setiap kali ada
perubahan ketentuan mengenai persetujuan harus disetujui oleh Direksi.
e.
roller
sampai
benar-benar
padat
dan
disiram
dengan
13
Air untuk adukan dan merawat beton harus bersih dan bebas dari bahan-bahan
yang merusak atau campuran-campuran yang mempengaruhi daya lekat semen.
d. Besi beton
i.Kualitas besi beton yang dipergunakan adalah U.24
ii.Besi beton harus dari baja dengan tegangan leleh 2400 kg/m dan tegangan
maksimum 3600 kg/m.
Besi beton ini dalam segala hal harus memenuhi ketentuan PBI-1971 (NI-2).
iii.Membengkok dan meluruskan besi beton harus dilakukan dalam keadaan
dingin, besi beton dipotong dan dibengkokkan harus sesuai dengan gambar
rencana.
iv.Besi beton harus bebas kotoran, karat, minyak, cat, kulit serat bahan lain yang
mengurangi daya lekat semen.
v.Harus dipasang sedemikian rupa sehingga sebelum dan selama pengecoran
tidak berubah tempat.
vi.Baja tulangan tidak boleh disimpan diudara terbuka untuk jangka waktu yang
panjang.
vii.Kawat beton digunakan yang lazim dipakai untuk mengikat besi beton
/tulangan, ikatan antara tulangan harus kuat agar tidak mudah lepas, selama
pekerjaan pengecoran.
e. Cetakan
i. Bahan :
Cetakan untuk beton finishing harus dibuat dari papan kayu klas II dan
mutipleks 12 mm. Tebalnya tergantung dari kualitas dan jarak rangka
penguat cetakan tersebut. Dan untuk beton finishing kasar harus dbuat dari
papan terentang, lain-lain jenis yang digunakan harus seizing Pengawas
Lapangan.
ii. Konstruksi :
Cetakan harus dibuat dan disanggah sedemikian rupa hingga dapat dicegah
getaran yang merupakan lengkung akibat tekanan adukan beton yang cair
ataupun sudah padat. Cetakan harus dibuat sedemikian rupa hingga
mempermudah pemadatan pengecoran tanpa merusak konstruksi. Kayu
yang dipergunakan untuk menunjang harus terdiri dari kayu yang bermutu
baik, sehingga dapat menjamin kekakuan dan kekuatannya. Bambu sama
sekali tidak dipergunakan sebagai tiang penyangga.
iii. Pelapis Cetakan
14
Adukan Beton
i.
Rencana Adukan
Jenis adukan beton yang dipergunakan adalah sesuai dengan table berikut
ini :
JENIS ADUKAN
MUTU BETON
KOMPOSISI ADUKAN
C.1
C.2
C.3
* C.4
* C.5
* C.6
K -125
K -175
K -225
K -300
K -350
1 Pc : 3 Ps : 6 Kr
1 Pc : 3 Ps : 5 Kr
1 Pc : 3 Ps : 3 Kr
1 Pc : 2 Ps : 3 Kr
1 Pc : 1.5 Ps : 2 Kr
1 Pc : 1 Ps : 1,5 Kr
ii.
Kekuatan Beton
Tidak dibuat ketentuan khusus mengenai kekuatan kubus dari jenis adukan
C.1 dan C.2, sedangkan untuk jenis C.3,C.4,C5 dan C6 adalah sesuai dengan
PB -1971 (NI -2 K -300).
iii.
Untuk semua beton yang langsung terkena air dan Lantai parkir (Rigid
Pavement) yang menerima beban berat .
iv.
Pengadukan :
Semua pengadukan beton untuk jenis adukan C.2, C3 dan C.4 harus
dilakukan dengan mesin pengaduk (mollen) yang berkapasitas tidak kurang
dari 350 liter.
Semua pengadukan beton untuk jenis adukan C.5 dan C.6 harus dilakukan
dengan mesin pengaduk (Bathing Plant Ready Mix) yang berkapasitas tidak
kurang dari 5000 liter.
v.
Beton decking :
a. Beton decking/ganjal, harus dibuat/disediakan/dicetak terlebih dahulu
1 Pc : 3 Ps, dicetak semacam tahu lengkap dengan tali kawatnya, sesudah
mengeras dan mongering udara, harus direndam terlebih dahulu dalam
air.
b. Ketebalan beton decking untuk kolom dan balok adalah 3 cm, dipasang 3
buah untuk setiap 1m. Ketebalan beton decking untuk plat adalah 2 cm,
dipasang sebanyak 5 buah untuk 1 m2.
c. Selain beton decking, harus pula dipasang ganjal-ganjal tulangan dari
tulangan beton (angker decking).
Digunakan untuk :
Bila didalam balik terdapat tulangan dua baris atau lebih, harus diganti
dengan diameter tulangan, untuk plat beton dengan tulangan rangkap
(atas dan bawah) harus diganjal dengan cakar ayam sebanyak 3 buah
setiap 1 m.
4.3.3
(lewatan-lewatan)
antar
wiremess
harus
telah disediakan.
e. kedalam drum pengaduk, adukan harus memperlihatkan susunan dan
warna yang merata/sama.
f.
17
j.
Penggetaran tidak boleh dilakukan langsung menembus tulangantulangan kebagian-bagian yang sudah mengeras. Kecepatan menaruh
adukan harus disesuaikan dengan kapasitas vibrator, dan tidak boleh
ada adukan yang tergetar lebih dari 7,5 cm tebalnya, bila terlalu banyak
yang harus dipadatkan.
Apabila ada pertemuan pada beton yang sudah dicor, bidang pertemuan
harus disiram dengan air semen kental dan harus dipasang waterstop
sebelumnya.
Dalam hal pengecoran karena volume yang dibutuhkan besar untuk
menjaga beton yang homagen dianjurkan menggunakan READY MIX
CONCRETE dengan tidak mengurangi mutu beton K .350 dan K.300 yang
ditentukan dengan menunjukkan SERTIFIKAT PEMAKAIAN MUTU
BETON dari produsennya kepada Pemberi Tugas dan pengawas
Lapangan.
m. Pengecoran lantai jalan ini diberikan kemiringan antara kedua sisi lebar
jalan sebesar 1 % untuk alira air hujan agar tidak tergenang.
4.4
18
5. PEKERJAAN SALURAN
5.1
5.1.3 Kontraktor harus menjaga agar seluruh galian tidak digenangiair dengan jalan
menimba, memompa atau cara-cara lain yang dianggap baik dengan beban
atas biaya kontraktor.
5.1.4
5.1.5
5.1.6 Untuk lapisan tanah yang diragukan kekerasannya harus dipasang cerucuk
dari kayu dolken dengan diameter minimum 75 mm. Kayu yang dipakai
adalah jenis kayu bakau/kayu laut/kayu galam.
PEKERJAAN URUGAN PASIR
5.2.1
Urugan pasir dipergunakan untuk jenis pasir urug atau pasir pasang dan
disesuaikan dengan kebutuhan.
5.2.2
Pasir urug harus bebas dari kotoran-kotoran atau biji-bijian yang dapat
tumbuh dikemudian hari.
5.2.3
5.3
Pekerjaan untuk saluran pada pekerjaan ini ialah beton bertulang dengan mutu beton k 175
19
a) Komposisi semen, pasir dan kerikil adalah minimum, jadi tidak diizinkan
sama sekali untuk dikurangi.
b) Sebelum adukan beton dicor, kayu-kayu bekisting harus bersih dari
kotoran seperti bekas serbuk gergaji, tanah, minyak dan lain-lain serta
harus dibasahi secukupnya.
Perlu diadakn tindakan-tindakan untuk menghindarkan mengumpulnya
air pembasahan pada sisi bawah.
c) Sebelum melaksanakan
Penggetaran tidak boleh dilakukan langsung menembus tulangantulangan kebagian-bagian yang sudah mengeras. Kecepatan menaruh
adukan harus disesuaikan dengan kapasitas vibrator, dan tidak boleh
20
ada adukan yang tergetar lebih dari 7,5 cm tebalnya, bila terlalu banyak
yang harus dipadatkan.
j) Adukan beton harus diangkut sedemikian rupa, sehingga dapat dicegah
adanya pemisahan bagian-bagian bahannya dan tidak boleh dijatuhkan
dari ketinggian lebih dari 2 meter.
k) Apabila ada pertemuan pada beton yang sudah dicor, bidang pertemuan
harus disiram dengan air semen kental dan harus dipasang waterstop
sebelumnya.
6.PEKERJAAN BAJA/BESI
6.1.
KETENTUAN UMUM
1. Persyaratan-persyaratan konstruksi baja dan istilah-istilah teknik secara umum
menjadi satu-kesatuan dalam bagian dalam buku persyaratan teknis ini.
Kecuali ditentukan lain dalam buku teknis ini, maka semua pekerjaan baja
harus mengacu pada standar di bawah ini :
3. Semua material yang digunakan harus baru dengan kualitas terbaik sesuai
dengan persyaratan dan diketahui oleh pengawas. Pengawas berhak untuk
meminta adakan pengujian atas bahan-bahan tersebut dan Penyedia Jasa harus
bertanggung jawab atas segala biaya untuk keperluan tersebut.
21
: Sesuai Gambar
- Jenis Baja
: Profil Siku,
baru
PASAL 6
PEKERJAAN PASANGAN DAN PLESTERAN
5.1.
5.1.3. Bahan-bahan :
a. Semen Portland Type I antara lain Semen Andalas Indonesia.
b. Agregat halus seperti yang dipersyaratkan dalam pekerjaan beton.
c. Agregat kasar seperti yang dipersyaratkan dalam pekerjaan beton.
d. Air seperti yang dipersyaratkan dalam pekerjaan beton.
e. Batu bata harus digunakan batu bata biasa dari tanah liat buatan pabrik
dengan ukuran 6 x 12 x 24 cm dan harus kuat. Tidak mudah patah,
dibakar dengan baik, mempunyai ukuran yang tepat, bentuk yang
teratur tidak mempunyai cacat dan mempunyai kekuatan tekan minimum
30 kg/cm2.
5.1.4. Pemasangan dan Tata Kerja :
a. Adukan semen harus diaduk dengan mesin pengaduk seperti yang
dipersyaratkan dalam pekerjaan beton.
b. Semua pemasangan harus diletakkan tegak lurus, datar dalam satu garis
lurus dan berjarak sama. Sebelum dipasang batu bata harus dibasahi
dengan air. Tebal spesie adalah 1 cm - 2 cm.
c. Hubungan kolom dengan dinding harus dipasang besi angker (steek)
setiap jarak 75 cm, sesuai dengan gambar bestek.
d. Untuk dinding-dinding biasa yang di atas tanah pasangan kedap air
dengan perbandingan 1 semen : 2 pasir ( 1pc : 2ps ) dimulai dari sloof
sampai 30 cm di atas lantai dan 20 cm dibawah lantai.
e. Pasangan biasa dengan adukan 1 semen : 4 pasir ( 1pc : 4ps ) berada di
atas pasangan kedap air tersebut.
f. Penyetelan dan pemasangan besi tulangan
Semua tulangan harus pada posisi yang tepat hingga tidak dapat berubah
dan bergeser pada waktu adukan digetarkan. Penyetelan besi tulangan
harus diperhitungkan dengan tebal selimut beton terhadap ukuran yang
ditentukan.
g. Benda-benda yang tertanam, pasang semua penulangan, baut-baut,
angker dan barang-barang lain yang diperlukan untuk pekerjaan lain
ditempatkan pada tempat yang telah ditentukan.
h. Perawatan :
Sebelum diplester pasangan bata harus dibasahi terlebih dahulu dengan
air.
i. Contoh :
Kontraktor harus memberikan contoh dari batu bata yang digunakan
untuk mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas.
5.2.
Pekerjaan Plesteran
5.2.1. Lingkup Pekerjaan :
Meliputi semua pekerjaan, peralatan dan bahan-bahan yang berhubungan
dengan pekerjaan Plesteran seperti yang tercantum dalam spesifikasi dan
gambar.
5.2.2. Syarat-syarat :
a. Semua permukaan pasangan batu bata, kecuali bagian-bagian yang tidak
perlu diplester seperti yang tercantum dalam gambar.
b. Semua kolom, balok, dinding dan langit-langit dari beton.
23
5.2.3. Bahan-bahan :
a. Semen Portland (PC) Type I seperti yang disyaratkan Standar Nasional
Indonesia (SNI) No. 15-2049-1984 dan ASTM C.150-84.
b. Agregates :
- Pasir seperti yang tercantum dalam Pasal 4 kecuali bahwa pasir harus
dicuci dan kecuali apabila ditentukan lain oleh Konsultan Pengawas.
- Pasir untuk lapisan terakhir harus bersih dicuci dan jenis silikat putih.
c. Air bersih, bebas dari minyak-minyak, asam alkali dan barang-barang
organik lainnya (PUBI 1982).
5.2.4. Penyerahan dan penyimpanan :
a. Bahan-bahan jadi harus dalam bungkus dan ikatan asli yang masih ada
nama dan merk dari pabrik.
b. Simpanlah bahan-bahan untuk plesteran, sehingga tidak kena tanah, jauh
dari tembok basah dan harus ditutup rapat sehingga tidak kena air.
b. Mencampur plesteran
- Ukurlah bahan-bahan dengan tepat dan campuran menurut proporsi
yang sesuai. Cara pengukuran harus
disetujui oleh Konsultan
Pengawas.
- Campurlah lebih dahulu bahan-bahan kering sebelum diberi air.
- Pergunakan alat-alat pencampur mekanis dari type yang disetujui
untuk segala macam campuran plesteran
- Campur plesteran dengan jumlah air yang sesuai sehingga diperoleh
campuran yang baik.
- Tidak diizinkan untuk memakai kembali adukan yang sudah
mengeras.
24
c. Proporsi plesteran :
Plesteran semen portland (pc)
- Standar berdasarkan volume ; 1 bagian semen : 4 bagian pasir.
- Trassram berdasarkan volume ; 1 bagian semen : 2 bagian pasir.
Plesteran trassram dilakukan pada daerah 30 cm diatas dan dibawah
permukaan tanah atau pada daerah yang basah. Plesteran trassram toilet
harus setinggi 1,5 m.
d. Penggunaan :
- Permukaan beton ; tebal min. 0,05 cm dan max. 0,8 cm.
- Permukaan batu bata; tebal min. 1,5 cm dan max. 2 cm.
- Logam pelindung plesteran :
Tempelkan tepat pada pasangan batu bata dengan menggunakan
baut-baut pengikat sedemikian rupa sehingga lurus dan tidak miring.
Logam pelindung harus rata dengan plesteran sekitarnya.
e. Perawatan :
Jagalah agar permukaan yang baru diplester tetap basah selama 48 jam.
Basahilah secukupnya tiap-tiap plesteran, bila plesteran tersebut mulai
mengeras, untuk mencegah kerusakan. Lindungilah plesteran dari
penguapan yang berlebihan selama udara panas dan kering.
f.
Penambalan :
Sesudah pekerjaan selesai dilakukan, penambalan dan pelaburan yang
dibutuhkan, tambalkan sebaik-baiknya agar tambalan tidak tampak.
Pekerjaan yang sudah selesai harus bersih dan tidak ada kerusakan.
PASAL 6
PENGECATAN MARKA
A.
Lingkup pekerjaan sebagaiman tertera pada gambar kerja dan uraian pekerjaan yang tercantum
didalam Rencana Anggaran Biaya Pelaksanaan antara lain:
I.
II.
PEKERJAAN PERSIAPAN
PEKERJAAN PENGECATAN
Marka lambang
Marka lainnya
1. Marka garis utuh, garis putus-putus dan garis ganda:
Marka membujur garis utuh berfungsi sebagai larangan bagi kenderaan yang
melintas garis tersebut seperti pada daerah tikungan atau tanjakan horizontal
dimana jarak pandang, juga untukmenandakan tepi jalur lalu lintas dan
pengaturan lalu lintas dalam keadaan daruratatau sementara waktu dapat
digunakan alat pemisah lajuryang berfungsi sebagai marka jalan.
2. Marka membujur garis putus-putus berfungsi mengarahkan lalu lintas dan
memperingatkan pengendaraan akan ada marka membujur berupa garis utuh
didepan serta sebagai pembatas jalur pada dua arah.
3. Marka melintang garis utuh dan garis ganda putus-putus.
Marka melintang berupa garis utuh menyatakan batas henti kenderaan yang
diwajibkan oleh alat pemberi isyarat lalu lintas atau rambu larangan.
4. Marka melintang garis putus-putus.
Marka melintang berupa garis putus-putus menyatakan batas henti kenderaan
sewaktu mendahului kenderaan lain yang diwajibkan oleh rambu larangan dan
apabila tidak dilengkapi dengan rambu larangan maka harus didahului dengan
marka lambang berupa segitiga yang salah satu alasnya sejajar dengan marka
melintang tersebut.
5. Marka serong.
Marka serong berupa garis utuh dilarang dilintasi kendaraan dan untuk
menyatakan pemberitahuan awal atau akhir pemisah jalan, pengatur lalu lintas
dan pulau lalu lintas, sedang marka serong yang dibatasi dengan rangka garis
utuh menggunakan untuk menyatakn daerah yang tidak boleh dimasuki
kenderaandan sebagai pemberitahuan awal sudah mendekati pulau lalu lintas.
6. Marka Lambang
Marka lambang berupa garis panah, segitiga atau tulisan digunakan untuk
mengulangi maksud dari rambu-rambu lalu lintas atau untuk memberitahu
pemakai jalan yang tidak dinyatakan dengan rambu lalu lintas.
7. Marka lainnya.
Marka lainnya diantaranya adalah marka untuk penyeberangan peljalan kaki
menyatakan dengan zebra cross yaitu marka berupa garis-garis utuh yang
membujur tersusun melintang jalir lalu lintas dan marka berupa garis utuh
melintang jalur lalu lintas.
UKURAN MARKA JALAN
Ukuran marka jalan untuk garis melintang, membujur dan serong dengan menggunakan
garis utuh, putus-putus maupun ganda serta lambang dan marka lainnya dapat digunakan
standar yang telah ditetapkan sesuai dengan Keputusan Menteri Perhubungan KM 60 1993
tentang marka jalan.
B. PENJELASAN GAMBAR DAN RKS
a.
b.
c.
Kontraktor wajib meneliti semua gambar dan RKS termasuk tambahan dan
perubahan yang tercantum dalam berita acara penjelasan pekerjaan (aanwijzing)
Bilamana ada ketidaksesuaian antara gambar dan RKS, maka yang mengingat adalah
RKS dan Rancana Anggaran Biaya (RAB)
Bila perbedaan dapat menimbulkan kesalahan, kontraktor dapat menanyakan pada
konsultan perencana atau pengawas dan mengikutinya
C. JADWAL PELAKSANAAN
a.
b.
c.
d.
e.
Rencana kerja yang telah disetujui pengawas akan diberi kepada pemberi tugas
Kontraktor wajib memberikan salinan rencana kerja yang telah disahkan oleh
pemberi tugas dalam 4 (empat) rangka kepada pengawas, dan satu salinan harus
ditempelkan dibangsal kontraktor dilapangan yangselalu diikuti dengan grafik
kemajuan pekerjaan (Prestasi Kerja)
Pengawas akan menilai prestasi pekerjaan kontraktor berdasarkan grafik rencana
kerja tersebut dan kemajuan kerja dilapangan
b.
E. KEAMANAN KEGIATAN
a.
b.
F.
ALAT-ALAT PELAKSANAAN
a.
b.
Semua alat-alat untuk pelaksanaan pekerjaan, baik berupa alat0alat kecil maupun
besar, harus disediakan oleh kontraktor dalam keadaan baik dan siap pakai sebelum
pekarjaan fisik bersangkutan dimulai.
Pekerjaan Pengecatan Marka Jalan dikerjakan dengan menggunakan alat-alat
mekanis (Khusus untuk Cat Marka)
Semua ukuran yang tercantum dalam Rencana Kerja dan syarat-syarat ini dinyatakan
dalam sentimeter (cm) dan meter (m)
Lebar Marka Jalan adalah menurut gambar bestek dan petunjuk direksi lapangan
27
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.
Ketentuan letak pengecatan diukur dibawah pengawasan direksi dengan ukuranukuran yang telah ditentukan oleh direksi, Pemborong harus menyediakan paling
sedikit 3 orang pembantu yang paham dalam pengukuran Pengecatan Marka Jalan.
Lebar Marka Jalan sekurang-kurangnya 12 cm
Panjang garis utuh sekurang-kurangnya 20 Meter
Jarak antara 2 ( dua ) garis membujur yang berdampingan atau garis ganda, sekurangkurangnya 10 cm dan tidak lebih dari 18 cm.
Panjang masing-masing garis pada garis putus-putus harus sama, berdasarkan
kecepatan rencana:
Kurang dari 60 km per jam, panjang garis putus-putus 3.0 meter
60 km per jam atau lebih, panjang garis putus-putus 5.0 meter
Panjang celah diantara garis putus-putus harus sama, berdasarkan kecepatan rencana
:
Kurang dari 60 km per jam, panjang celah garis putus-putus 5 meter
60 km per jam atau lebih, panjang celah garis putus-putus 8 meter.
Ukuran panjang garis putus-putus dan panjang celah adalah :
Untuk garis yang di cat adalah sepanjang 3 meter.
Untuk celah antara garis adalah 5 meter.
Panjang garis putus-putus yang digunakan untuk mengarahkan arus lalu lintas
sekurang-kurangnya 1 meter dengan jarak celah antara 2 ( dua ) sampai 4 ( empat )
kali panjang garis dan tidak boleh lebih dari 12 meter.
Panjang garis pada garis putus-putus yang digunakan sebagai peringatan sekurangkurangnya 2 (dua) atau tidak lebih 4 (empat) kali dari jarak celahnya.
Lebar batas tepi jalan melingkupi :
- Lebar garis tepi jalur lalu lintas sekurang-kurangnnya 12 cm.
Panjang garis peringatan berupa garis putus-putus sebelum suatu garis utuh
sekurang-kurangnya 50 meter.
Ukuran tanda melintang melingkupi :
Lebar garis berhenti yang di tetapkan untuk pekerjaan ini adalah lebar 30 cm;
Bila garis berhenti dileengkapi dengan perkataan Stop dan garis berhenti 1
(satu) m sampai dengan 2,5 m.
Lebar garis ganda putus-putus sebagai garis berhenti untuk mendahulukan
kenderaan lain sekurang-kurangnya 0,20 m, panjang 0,60 m jarak antara garis
putusyang membujur dan yang melintang 0,30 m.
Jarak antara alas segitiga yang sejajar dengan garis tanda melintang berupa
tanda garis berhenti antara 1 (satu) m sampai dengan 2,5 m.
Alas segitiga sekurang-kurangnya 1 (satu) m dan tingginya 3 (tiga) kali alas
segitiga.
Ukuran tanda pengarah lajur berupa panah harus memiliki panjang sekurangkurangnya 5 (lima) m untuk jalan dengan kecepatan rencana kurang dari 60 km per
jam dan 7,50 m untuk jalan dengan kecepatan rencana lebih dari 60 km per jam.
Ukurang untuk marka lambang berupa tulisan meliputi :
Marka lambang berupa tulisan harus memiliki tinggi huruf sekurang-kurangnya
1,6 m , untuk kecepatan rencana kurang dari 60 km perjam dan sekuramgkuramgnya 2,5 m untuk jalan dengan kecepatan rencana 60 km perjam atau
lebih.
Lebar huruf marka lambang berupa tulisan sesuai jenis huruf dan sekurangkurangnya 290 mm.
Tata cara penempatan marka jalan melingkupi ;
Jalur lalu lintas harus ditandai dengan marka membujur berupa garis putusputus atau garis utuh.
Marka melimtang ditrmpatkan bersama dengan rambu larangan berupa wajib
berhenti sesaat, dan / atau alat pemberi isyarat lalu lintas pada tempat yang
memungkinkan pengemudi dapat melihat dengan jelas lalu lintas yang datang
dari cabang persimpangan lain.
Marka melintang berupa garis berhenti dapat dilengkapin dengan garis
membujur arau tulisan Stop .
28
Pada jalur yang mempunyai lebih dari satu lajur, pemisahaan kenderaan yang
mendekati persimpangan, dinyatakan dengan marka lambang berupa panah
yang ditempatkan pada permukaan jalan.
Marka lambang berupa kata-kata dapat digunakan untuk mempertegas
penggunaan ruang jalan, dengan ketentuaan;
1. Untuk mengatur lalu lintas atau memperingatkan atau menuntun pemakai
jalan, dapat dipergunakan kata-kata yang menunjukan nama
tempat,jurusan,jalan,atau kata Stop dan Bus .
2. Bentuk huruf harus memanjang ke jurusan arah lalu lintas.
PEKERJAAN PERSIAPAN
PEKERJAAN PENGECATAN
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Marka jalan adalah suatu tanda yang berada dipermukaan jalan yang meliputi
peralatan atau tanda yang membentuk garis tegak lurus ( 900 ), garis serong ( 450)
dan garis lurus berbentuk sisik serta lambang lainya yang berfungsi untuk
mengarahkan kenderaan untuk berhenti dan membatasi Daerah Kepentingan Lalu
Lintas.
Marka tegak lurus ( 900) adalah tanda yang tegak lurus terhadap sumbu jalan.
Marka serong ( 450) adalah tanda dimana kemiringannya sebesar 45 0 dari sumbu
jalan
Marka serong ( 600) adalah tanda dimana kemiringannya sebesar 600 dari sumbu
jalan
Marka sisi adalah tanda dimana kemiringanya sebesar 450 dan 600 dari sumbu jalan
ditambah garis lurus pembatas ban kenderaan roda empat.
Ketentuan pemberlakuan Marka Parkir:
- Marka Parkir berlaku bagi kenderaan yang berhenti
- Lokasi penempatan marka jalan harus mempertimbangkan:
a. Kondisi jalan dan lingkungan
b. Kondisi lalu lintas
c. Aspek keselamatan, keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas
Bingkai jalan adalah batas bahu jalan yang pada umumnya terletak pada
sisi kanan atau kiri badan jalan.
8.
Kontraktor wajib meneliti semua gambar dan RKS termasuk tambahan dan
perubahan yang tercantum dalam berita acara penjelasan pekerjaan (aanwijzing)
Bilamana ada ketidaksesuaian antara gambar dan RKS, maka yang mengingat adalah
RKS dan Rancana Anggaran Biaya (RAB)
Bila perbedaan dapat menimbulkan kesalahan, kontraktor dapat menanyakan pada
konsultan perencana atau pengawas dan mengikutinya
C. JADWAL PELAKSANAAN
1.
2.
3.
4.
5.
2.
E. KEAMANAN KEGIATAN
1.
2.
F.
ALAT-ALAT PELAKSANAAN
1.
2.
Semua alat-alat untuk pelaksanaan pekerjaan, baik berupa alat0alat kecil maupun
besar, harus disediakan oleh kontraktor dalam keadaan baik dan siap pakai sebelum
pekarjaan fisik bersangkutan dimulai.
Pekerjaan Pengecatan Marka Jalan dikerjakan dengan menggunakan alat-alat
mekanis (Khusus untuk Cat Marka)
Marka Parkir harus terbuat dari bahan yang tidak licin dan tidak boleh menonjol melebihi
3mm dari permikaan jalan
3. SITUASI
1.1
Lokasi Pengecatan yang akan dilaksanakan terletak pada lokasi Banda Aceh
Lahan untuk Pengecatan akan diserahkan kepada pelaksana sebagaimana adanya
pada waktu rapat penjelasan pekerjaan, untuk itu para calon kontraktor wajib
meneliti situasi medan, terutama kondisi tanah bangunan, sifat dan luasnya pekerjaan
dan hal lain yang berpengaruh terhadap harga penawaran.
Kelalaian dan kekurangnan telitiar. Dalam hal ini tidak dapat dijadikan alasan untuk
Klaim di kemudian hari
Dalam rapat penjelasan akan ditunjukkan dimana akan dilaksanakan.
4. UKURAN LEBAR MARKA PARKIR
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Semua ukuran yang tercantum dalam Rencana Kerja dan syarat-syarat ini dinyatakan
dalam sentimeter (cm) dan meter (m)
Lebar Marka Parkir adalah menurut gambar bestek dan petunjuk direksi lapangan
Ketentuan letak pengecatan diukur dibawah pengawasan direksi dengan ukuranukuran yang telah ditentukan oleh direksi, Pemborong harus menyediakan paling
sedikit 3 orang pembantu yang pahan dalam pengukuran Pengecatan Marka Jalan
Lebar Marka Parkir sekurang-kurangnya 12 cm
Panjang garis utuh sekurang-kurangnya 3 Meter
Jarak antara 2 (dua) garis membujur yang berdampingan atau garis ganda, sekurangkurangnya 2,00 M dan tidak lebih dari 2,50M
- Pekerjaan
: Pengecetan Trotoar dan Median Jalan
- Lokasi : Kota Banda Aceh
Lingkup Pekerjaan sebagaimana tertera pada gambar kerja dan uraian pekerjaan yang
tercantum didalam Rencana Anggaran Biaya Pelaksanaan antara lain :
I.
PEKERJAAN PERSIAPAN
II.
PEKERJAAN PENGECATAN
1. Pengecatan Trotoar dan Median Jalan adapun cat yang digunakan didalam
pekerjaan ini termasuk cat berstandar polimik
2. Untuk Pengecatan Trotoar dan Median Jalan harus sesuai dengan ukuran yang
telah ditetapkan, untuk tinggi 40 Cm Lebar 15 Cm cian panjang 80 cm
3. Pekerjaan Pengecatan Trotoar dan Median Jalan digunakan ada dua warna yaitu
putih dan hitam
4. Cat warna hitam adalah cat minyak minyak seperti cat guda terbang sejenis
lainnya yang dianggap berkualitas
5. Segala keraguan dilapangan pelaksanaan dapat mengkoordinasikan pada pihak
panitia atau reaksi pengawas
31
6. Sebelum
pekerjaan
pengecatan
pelaksanaan
harus
terlebih
dahulu
8. Pelaksana untuk pekerjaan ini dapat disesuiakan dengan kondisi yang ada
dilapangan
C. PENJELASAN GAMBAR DAN RKS
1.
2.
3.
Kontraktor wajib meneliti semua gambar dan RKS termasuk tambahan dan
perubahan yang tercantum dalam berita acara penjelasan pekerjaan (aanwijzing)
Bilamana ada ketidak sesuaian antara gambar dan RKS, maka yang mengikat adalah
RKS dan rencana anggaran biaya (RAB)
Bila perbedaan perbedaan itu menimbulkan keragu raguan sehingga didalam
pelaksanaan dapat menimbulkan kesalahan, kontraktor dapat menanyakan pada
konsultan perencana atau pengawas dan mengikutinya.
D. JADWAL PELAKSANAAN
1. Sebelum pekerjaan dimulai, kontraktor wajib membuat rencana pelaksanaan
terperinci berupa Time Schedulle
2. Rencana kerja tersebut harus sudah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari
pengawas, paling lambat dari waktu 7 (tujuh) hari kelender sejak SPK diterima
kontraktor
3. Rencana kerj yang telah disetijui pengawas akan akan diberiokan kepada pemberi
tugas
4. Kontraktor wajib memberikan salinan rencana kerja Syang telah di sahkan oleh
pemberi tugas dalam 4 ( empat) rangkap kepada pengawas, dan satu salinan harus
ditempelkandi bangsal kontrakrordi lapangan yang selalu diikuti dengan grafik
kemajuan pekerjaan ( Prestasi kerja ).
5. Pengawas akan menilai pretasi pekerjaan kontraktor berdasarkan grafik rencana
kerja tersebut dan kemajuan kerja di lapangan.
E. SUSUNAN PERSONIL LAPANGAN
1.
32
F. KEAMANAN KEGIATAN
1. Sejumlah obat-obatan dan perlengkapan medis menurut syarat-syarat pertolongan
pertama pada kecelakaan (P3K) dalam keadaan siap pakai harus tetep tersedia di
lapangan.
2. Segala hal yang menyangkut jaminan soal dan kelamatan para pekerja, wajib
diberikan oleh kontraktor sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku.
G. ALAT-ALAT PELAKSANAAN
1. Semua alat-alat untuk pelaksanaan, baik berupa alat-alat kecil maupun besar, harus
disediakan oleh kontraktor dalam keadaan baik dan siap pakai sebelum pekerjaan fisik
bersangkutan dimulai.
1.3
Lokasi pengecatan yang akan dilaksanakan terletak pada lokasi Kota Banda
Aceh.
Lahan untuk pengecatan akan diserahkan kepada pelaksanaan sebagaimana
adanya pada waktu rapat penjelasan pekerjaan, untuk itu para calon
kontraktor wajib menelitian situasi medan, terutama lokasi pengecatan hal
lain yang berpengaruh terhabap harga penawaran.
Kelalain dan kekurangtelitian dalam hal ini tidak dapat dijadikan alasan
untuk klaim di kemudian hari.
Dalam rapat penjelasan akan diunjukkan lokasi di mana akan dilaksanakan
1.4
2. UKURAN PEKERJAAN PENGECATAN
2.1 Semua ukuran yang dicantum dalam Rencana Kerja dan Syarat-Syarat ini di
nyatakan dalam sentimeter (cm) dan meter (m).
Lebar trotoar, median jalan dan tembok keliling Blang Padang dapat dilihat
2.2 pada gambar bestek.
Ketentuan lokasi pengecatan diukur dibawah pengawasan direksi dengan
2.3 ukuran-ukuran yang telah ditentukan oleh direksi.Pelaksana harus
menjediakan paling sedikit 3 orang pembantu yang paham dengan pekerjaan
pengecatan, median jalan dan tembok keliling Blang Padang.
Pengecatan trotoar dan median jalan cat berwarna putih adalah cat tembok
yang berkualitas sedangkan cat warna hitam adalah cat minyak.Panjang
2.4
PASAL 7
PEKERJAAN LAIN-LAIN DAN FINISHING
7.1
Lingkup pekerjaan
Meliputi semua pekerjaan, peralatan dan bahan-bahan untuk railing pada ram
seperti yang tergambar dan tercantum dalam rencana kerja dan syarat- syarat
(RKS).
33
7.2
Persiapan pekerjaan dibuat los kerja, gudang bahan dan kamar direksi dalam
bentuk darurat dan papan nama proyek.
7.3
7.4
Buku harian yang dipersiapkan oleh pemborong selalu siap dilapangan, setiap hari
diisi dan ditanda tangani oleh Direksi dan Pemborong.
7.5
7.6
Apabila ternyata tidak terdapat kesesuaian antara gambar dengan bestek, maka
diambil pada gambar detail. Apabila kurang jelas maka yang berlaku adalah yang
tercantum dalam bestek ini, terkecuali Direksi memberi keputusan lain.
7.7
PASAL 8
PENUTUP
1.
2.
3.
4.
Demikianlah Rencana Kerja dan Syarat-Syarat ini kami buat dan apabila ada hal-hal
yang tidak tercantum dalam dalam RKS dan gambar bestek, kontraktor wajib
melaporkan / mengkonsultasikan dengan pihak Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh
dan Konsultan pengawas dalam hal penyelesaian masalah tersebut.
34