Regulasi Pangan
Regulasi Pangan
Pangan adalah hak asasi setiap rakyat Indonesia karena pangan merupakan
kebutuhan manusia yang sangat mendasar yang berpengaruh terhadap ekstensi dan ketahanan
hidupnya. Tersedianya pangan yang cukup, aman dan bermutu, dan bergizi merupakan
prasyarat utama yang harus terpenuhi. Oleh karena itu pemerintah Indonesia mengaturnya
dalam Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, dan standar-standar yang digunakan pada
lembaga pemerintah yang mengawasi bidang pangan seperti: BPOM, Kemenkes, Kemenag
(MUI). Dalam menetapkan standar keamanan pangan tersebut pemerintah juga beracuan
terhadap regulasi pangan internasional yang dikeluarkan oleh CODEX ( FAO WHO).
Regulasi Pangan di Indonesia diatur dalam:
Khusus :
Umum :
Produk Produk Susu dan Analognya, Susu (Plain) Termasuk susu skim, susu
skim-sebagian, susu rendah lemak dan susu lemak penuh.
1. Susu segar :
o Kadar lemak susu tidak kurang dari 3%;
o Total padatan bukan lemak tidak kurang dari 8%;
Catatan : pengujian kolustrum tidak perlu dilakukan, cukup dengan
evaluasi dari Cara Produksi Susu Segar yang Baik.
2.
3.
Susu Pasteurisasi
Kadar lemak susu tidak kurang dari 3%;
Total padatan bukan-lemak tidak kurang dari 8%;
Susu UHT (Ultra High Temperature)
Kadar lemak susu tidak kurang dari 3%;
Total padatan bukan-lemak tidak kurang dari 8%.
Uji reduktase: warna biru metilen tidak hilang dalam waktu kurang dari 5
4.
jam
Susu Steril
Kadar lemak susu tidak kurang dari 3%;
Total padatan bukan-lemak tidak kurang dari 8%.
Uji reduktase: warna biru metilen tidak hilang dalam waktu kurang dari 5
jam
5. Susu Tanpa Lemak atau Susu Skim
Kadar lemak susu tidak lebih dari 1,25%;
Kadar protein tidak kurang dari 2,7%.
6.
7.
8. Susu Rekombinasi
Mengacu pada karakteristik dasar susu segar atau susu skim atau susu rendah
lemak.
9. Susu Lemak Nabati /Susu Minyak Nabati (Filled Milk)
Kadar lemak tidak kurang dari 3,25%;
Total padatan bukan-lemak tidak kurang dari 8,25%.
Keju dan Keju Analog, Keju adalah produk segar atau hasil pemeraman berbentuk
padat atau semi padat yang diperoleh dengan cara menggumpalkan susu, krim, susu
skim, komponen susu, susu rekombinasi, susu rekonstitusi atau campurannya dengan
rennet atau enzim penggumpal (asal hewan, tanaman atau mikroba) atau asam
dengan persyaratan kadar lemak susu dan kadar air yang tergantung dari jenisnya.
Termasuk keju lunak, keju agak keras (semi-hard) dan keju keras (hard) serta sangat
keras (very hard). Keju lunak mengandung air lebih dari 67% dihitung berdasarkan
padatan tanpa lemak (PTL). Keju agak keras mengandung 54% hingga 69% PTL,
keju keras mengandung 49% hingga 56% PTL, dan keju sangat keras mengandung
kurang dari 51% PTL. Terdiri dari:
1. Keju Analog:
Definisi : Keju analog adalah produk serupa keju yang dibuat dari emulsi
minyak dalam air.
2. Keju Fontinella
3. Keju Haloumy
4. Keju Tanpa Pemeraman (Keju Mentah):
Definisi : Keju tanpa pemeraman (keju mentah) adalah keju yang tidak
diperam (dimatangkan) yang siap santap, termasuk diantaranya adalah keju
cottage, keju cottage yang ditambah krim, keju krim, keju neufchatel,
mozzarella.
5. Keju Cottage (Cottage Cheese):
Definisi : Keju cottage (cottage cheese) adalah keju lunak tanpa pemeraman
yang dibuat dari susu segar atau susu segar yang dihilangkan lemaknya atau
susu rekombinasi.
6. Keju Krim (Cream Cheese):
Definisi : Keju krim (cream cheese) adalah keju lunak tanpa pemeraman
yang dibuat dari krim atau susu yang ditambah dengan krim dengan
penambahan kultur bakteri asam laktat dan enzim penggumpal (rennet, atau
enzim penggumpal lainnya).
7. Keju Mozzarella:
Definisi : Keju mozzarella adalah keju lunak yang dibuat dengan starter
Lactobacillus bulgaricus dan Steptococcus thermophilus atau bakteri asam
laktat lainnya yang sesuai
8. Keju Bocconcini
Tepung dan Pati
Definisi : Tepung dan pati adalah produk dasar dari biji serealia, akar, umbi,
kacang atau polong kacang serta empulur batang tanaman yang diperoleh dari proses
penggilingan/penumbukan yang digunakan sebagai bahan baku/ ingredien
Tepung Beras
Kadar air tidak lebih dari 11%; Kehalusan : tidak kurang dari 99% lolos
2.
3.
4.
5.
menerapkan pedoman cara yang baik. Pasal 4sampai Pasal 9 berisi tentang
tata cara pedoman yang baik pada pasal 3. Pasal 10 berisi tentang Menteri
yang bertanggung jawab di bidang pertanian, perikanan, kehutanan,
perindustrian, kesehatan atau Kepala Badan sesuai dengan bidang tugas dan
kewenangan masing-masing dapat menetapkan pedoman cara yang baik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 untuk diterapkan secara wajib.
o
Bagian Kedua:
Terdiri dari, Pasal 11 sampai Pasal 13 yang berisi tentang pengaturan
Bagian Kelima
Terdiri dari Pasal 15 sampai Pasal 20 yang berisi tentang peraturan
produk pangan.
Bagian Kedua
Terdiri dari Pasal 32 yang berisi tentang peraturan dan pengaturan
sertifikasi mutu pangan.
Bagian Ketiga
Terdiri dari pasal 33 sampai Pasal 35 yang berisi tentang Gizi suatu
produk pangan.
Bab 4. Pemasukan dan Pengeluaran Pangan ke Dalam dan Dari Wilayah
Indonesia, terdiri dari:
o Bagian Pertama
Terdiri dari Pasal 36 sampai Pasal 40 yang berisi tentang peraturan
dan tata cara pemasukan pangan ke dalam wilayah Indonesia.
Bagian Kedua
Terdiri dari Pasal 41 yang berisi tentang peraturan dan tata cara
Bagian kedua
Terdiri dari Pasal 51 yang berisi tentang pembinaan terhadap para
Keracunan makanan, sering kali disebabkan oleh bakteri dari makanan yang
ditangani. Terdapat gejala gejala yang ditimbulkan dari kercuna makanan