Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN MINI CEX

IMPETIGO
DAN
HEMANGIOMA

PEMBIMBING
DR. RIZQA HAERANI SAENONG, Sp.
KK, M.KES
Oleh
RINA MARDIANA
2009730110

KEPANITERAAN ILMU KULIT DAN KELAMIN


RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA SUKAPURA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
MUHAMMADIYAH JAKARTA
Oktober 2014

KATA PENGANTAR
Pertama kami ucapkan terima kasih kepada Allah SWT.
karena atas rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
Laporan Kasus yang berjudul IMPETIGO DAN HEMANGIOMA
tepat pada waktunya. Adapun tujuan pembuatan Laporan Kasus
ini adalah sebagai salah satu syarat dalam mengikuti dan
menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Ilmu Kulit dan Kelamin di
Rumah Sakit Islam Jakarta Sukapura
kami mengucapkan terima kasih kepada dr.Rizqa Haerani
Saenong, Sp.KK, M. Kes, yang telah meluangkan waktunya untuk
kami dalam menyelesaikan Laporan Kasus ini. Kami menyadari
banyak sekali kekurangan dalam refreshing ini, oleh karena itu
saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan.
Semoga Laporan Kasus ini dapat bermanfaat bukan hanya untuk
kami, tetapi juga bagi siapa pun yang membacanya.
Jakarta, Oktober 2014

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
Impetigo
infeksi

secara

menular

pada

klinis
kulit

didefinisikan
yang

sebagai

superfisial

penyakit

yaitu

hanya

menyerang epidermis kulit, yang menyebabkan terbentuknya


lepuhan-lepuhan kecil berisi nanah (pustula) seperti tersundut
rokok/api. Penyakit ini merupakan salah satu contoh pioderma
yang sering dijumpai di bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Terdapat

dua

jenis

impetigo

yaitu

impetigo

bulosa

yang

disebabakan oleh Stafilokokus aureus dan non-bulosa yang


disebabkan oleh Streptokokus hemolitikus. 1,2 Dasar infeksinya
adalah kurangnya hygiene dan terganggunya fungsi kulit.4
Insiden impetigo ini terjadi hampir di seluruh dunia. Paling
sering mengenai usia 2-5 tahun, umumnya mengenai anak yang
belum sekolah, namun tidak menutup kemungkinan untuk
semua umur dimana frekuensi laki-laki dan wanita sama. Di
Amerika Serikat, merupakan 10% dari masalah kulit yang
dijumpai pada klinik anak.

Di Inggris kejadian impetigo pada

anak sampai usia 4 tahun sebanyak 2,8% pertahun dan 1,6%


pada anak usia 5-15 tahun. Impetigo nonbullous atau impetigo
krustosa meliputi kira-kira 70 persen dari semua kasus impetigo.
Kebanyakan kasus ditemukan di daerah tropis atau beriklim
panas serta pada negara-negara yang berkembang dengan
tingkat ekonomi masyarakatnya masih tergolong lemah atau
miskin.3
Tempat predileksi tersering pada wajah terutama sekitar
mulut dan hidung, pada ketiak, dada serta punggung. Gambaran
klinisnya berupa vesikel, bula atau pustul yang apabila pecah

membentuk krusta tebal kekuningan seperti madu atau berupa


koleret di pinggirnya.3
Terapi

umumnya

berupa

medikamentosa

dan

non

medikamentosa dengan prinsip tetap menjaga higiene tubuh


penderita agar tidak mudah terinfeksi penyakit kulit. Prognosis
umumnya baik. Impetigo umumnya sembuh tanpa penyulit
dalam 2 minggu apabila diobati secara teratur. Komplikasi
berupa radang ginjal pasca infeksi Streptococcus terjadi pada 15% pasien terutama usia 2-6 tahun dan hal ini tidak dipengaruhi
oleh pengobatan antibiotik. Gejala berupa bengkak dan kenaikan
tekanan darah, pada sepertiga terdapat urine seperti warna the.
Keadaan ini umumnya sembuh secara spontan walaupun gejalagejala tadi muncul. Komplikasi lainnya yang jarang terjadi adalah
infeksi tulang (osteomielitis), radang paru-paru (pneumonia),
selulitis, psoriasis, Staphylococcal scalded skin syndrome, radang
pembuluh limfe atau kelenjar getah bening.3
Dalam makalah ini dilaporkan kasus seorang anak berusia
7 tahun yang menderita penyakit impetigo krustosa dan
vesikobulosa. Diharapkan makalah ini dapat membantu dokter
umum dalam menegakkan diagnosis, mengobati penyakit ini
dengan baik dan mengedukasi pasien dengan benar sehingga
penyakit ini tidak menyebabkan komplikasi lain yang serius.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.

Definisi

Impetigo
infeksi

secara

menular

pada

klinis
kulit

didefinisikan
yang

sebagai

superfisial

penyakit

yaitu

hanya

menyerang epidermis kulit, yang menyebabkan terbentuknya


lepuhan-lepuhan kecil berisi nanah (pustula) seperti tersundut
rokok/api. Penyakit ini merupakan salah satu contoh pioderma
yang sering dijumpai di bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Terdapat

dua

jenis

impetigo

yaitu

impetigo

bulosa

yang

disebabakan oleh Stafilokokus aureus dan non-bulosa yang


disebabkan oleh Streptokokus hemolitikus. Dasar infeksinya
adalah kurangnya hygiene dan terganggunya fungsi kulit.1,3
B.

Sinonim

Impetigo bulosa umumnya dikenal sebagai cacar monyet.


Sedangkan impetigo non bulosa dikenal sebagai impetigo
krustosa/kontagiosa/Tillbury Fox/vulgaris.3
C.

Etiologi
Organisme
Streptococcus

penyebab

adalah

beta-hemolyticus

Streptococcus

pyogenes),

Staphylococcus

grup

atau

(dikenal

kombinasi

aureus,
dengan

keduanya.

Staphylococcus dominan ditemukan pada awal lesi. Jika kedua


kuman

ditemukan

bersamaan,

maka

infeksi

streptococcus

merupakan infeksi penyerta. Kuman S. pyogenes menular ke


individu yang sehat melalui kulit, lalu kemudian menyebar ke
mukosa saluran napas. Berbeda dengan S. aureus, yang berawal
dengan kolonisasi kuman pada mukosa nasal dan baru dapat
ditemukan pada isolasi kuman di kulit pada sekitar 11 hari
kemudian.4
Impetigo menyebar melalui kontak langsung dengan lesi
(daerah

kulit

yang

terinfeksi).

Pasien

dapat

lebih

jauh

menginfeksi dirinya sendiri atau orang lain setelah menggaruk


lesi. Infeksi seringkali menyebar dengan cepat pada sekolah atau
tempat penitipan anak dan juga pada tempat dengan higiene
yang buruk atau tempat tinggal yang padat penduduk. Faktor
predisposisi

antara

lain

kontak

langsung

dengan

pasien

impetigo, kontak tidak langsung melalui handuk, selimut, atau


pakaian

pasien

impetigo,

cuaca

panas

maupun

kondisi

lingkungan yang lembab, kegiatan/olahraga dengan kontak


langsung antar kulit, pasien dengan dermatitis.4
D.

Patofisiologi
Pada impetigo krustosa (non bullous), infeksi ditemukan
pada bagian minor dari trauma (misalnya : gigitan serangga,
6

abrasi, cacar ayam, pembakaran).

Trauma membuka protein-

protein di kulit sehingga bakteri mudah melekat, menyerang dan


membentuk infeksi di kulit. Pada epidermis muncul neutrofilik
vesikopustules. Pada bagian atas kulit terdapat sebuah infiltrat
yang hebat yakni netrofil dan limfosit. Bakteri gram-positif juga
ada dalam lesi ini. Eksotoksin Streptococcus pyrogenic diyakini
menyebabkan ruam pada daerah berbintik merah, dan diduga
berperan

pada

saat

kritis

dari

Streptococcal

toxic

shock

syndrome. Kira-kira 30% dari populasi bakteri ini berkoloni di


daerah nares anterior. Bakteri dapat menyebar dari hidung ke
kulit yang normal di dalam 7-14 hari, dengan lesi impetigo yang
muncul 7-14 hari kemudian.4

E.

Gejala Klinis dan Diagnosis


1.

Impetigo Krustosa
Tempat predileksi tersering pada impetigo krustosa
adalah di wajah, terutama sekitar lubang hidung dan
mulut,

karena

dianggap

sumber

infeksi

dari

daerah

tersebut. Tempat lain yang mungkin terkena, yaitu anggota


gerak (kecuali telapak tangan dan kaki), dan badan, tetapi
umumnya terbatas, walaupun penyebaran luas dapat
terjadi. Kelainan kulit didahului oleh makula eritematus
kecil, sekitar 1-2 mm. Kemudian segera terbentuk vesikel
atau pustule yang mudah pecah dan meninggalkan erosi.
Cairan serosa dan purulen akan membentuk krusta tebal
berwarna

kekuningan

yang

memberi

gambaran

karakteristik seperti madu (honey colour). Lesi akan


melebar sampai 1-2 cm, disertai lesi satelit disekitarnya.
Lesi tersebut akan bergabung membentuk daerah krustasi

yang lebar. Eksudat dengan mudah menyebar secara


autoinokulasi.3,5
2.

Impetigo Bulosa
Tempat predileksi tersering pada impetigo bulosa
adalah di ketiak, dada, punggung. Sering bersama-sama
dengan miliaria. Terdapat pada anak dan dewasa. Kelainan
kulit berupa vesikel (gelembung berisi cairan dengan
diameter 0,5cm) kurang dari 1 cm pada kulit yang utuh,
dengan kulit sekitar normal atau kemerahan. Pada awalnya
vesikel berisi cairan yang jernih yang berubah menjadi
berwarna keruh. Atap dari bulla pecah dan meninggalkan
gambaran

collarette

pada

pinggirnya.

Krusta

varnishlike terbentuk pada bagian tengah yang jika


disingkirkan memperlihatkan dasar yang merah dan basah.
Bulla yang utuh jarang ditemukan karena sangat rapuh.3,5
Diagnosis
gambaran

ditegakkan

klinis

dari

lesi.

berdasarkan
Kultur

anamnesa

dilakukan

bila

dan

terdapat

kegagalan pengobatan dengan terapi standar, biopsi jarang


dilakukan. Biasanya diagnosa dari impetigo dapat dilakukan
tanpa adanya tes laboratorium. Namun demikian, apabila
diagnosis tersebut masih dipertanyakan, tes mikrobiologi pasti
akan sangat menolong.2,3
F.

Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari impetigo antara lain adalah ektima,
dermatitis atopi, dermatofitosis, pemfigus vulgaris, dermatitis
seboroik dengan infeksi sekunder, varisela.2,3

G.

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada kasus impetigo dapat dilakukan baik
secara medikamentosa (antibiotik topikal maupun sistemik)

maupun non-medikamentosa dengan prinsip menjaga higiene


tubuh agar tidak mudak terinfeksi penyakit kulit.2,3

BAB III
KASUS
IDENTITAS
Nama

: An. Z H

Jenis Kelamin
Umur
Alamat

: Perempuan

: 7 Bulan
: Jl. Alur Laut I, RT.02/03 No. 7,
Kel. Rawa Badak, Kec.Koja, Jakarta Utara

Agama

: Islam

Tanggal Pemeriksaan : 10 Oktober 2014 di Poli Kulit & Kelamin RSIJ


Sukapura
KELUHAN UTAMA:
9

Gatal pada punggung tangan kiri, sejak 1 bulan yang lalu


KELUHAN TAMBAHAN
Merah pada punggung tangan kiri sejak usia 2 hari
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien datang diantar oleh nenek dan ibu karena keluhan gatal pada
punggung tangan kiri sejak 1 bulan yang lalu. Awalnya timbul
plenting-plenting kecil berisi air lama-lama semakin besar. Ibu tidak
menyadari sampai plenting-plenting pecah menjadi luka yang makin
melebar. Pada punggung tangan dimana terdapat melenting dan luka
tersebut terdapat jaringan pembuluh darah yang menebal yang telah
ada sejak pasien berusia 2 hari, yang berwarna kemerahan. Ibu pasien
mengagap

kemerahan tersebut sebagai tanda lahir. Karena lokasi

mlenting tersebut tepat berada diatas jaringan pembuluh darah yang


menebal, kadang-kadang bintik kecil akibat gesekan mengeluarkan
darah. Terlihat mengering dan kehitaman serta mengelupas.
Ibu pasien pernah membawa pasien berobat ke Bidan diberi
salep 2 minggu akan tetapi Semakin hari bintik kecil menjadi
melebar dan meluas. Setiap kali menyusui tangan yang gatal digosokgosokkan ke baju ibu, sehingga sering kali berdarah
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Riwayat sakit dengan keluhan serupa (-)

Riwayat Alergi Makanan dan Susu(-), obat-obatan (-)

Riwayat Digigit Serangga (-)

Riwayat Atopik : Asma (-),Rhinitis (-)

Riwayat Batuk dan Pilek (+) tapi sudah lama sembuh

Riwayat Trauma (-)

10

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Riwayat penyakit serupa disangkal
RIWAYAT PENGOBATAN
Pernah berobat ke Bidan 2 minggu yang lalu diberi Cream (tidak
tahu isinya) akan tetapi tidak ada perbaikan
RIWAYAT KELAHIRAN
Pasien merupakan anak pertama yang lahir saat ibu berusia 20 tahun.
Saat kelahiran pasien dilahirkan secara Sectio Casearean karena
plasenta melilit janin dan belum masuk jalan lahir saat usia kandungan
telah cukup bulan dengan BB 3000gr, PB 49cm. Selama kehamilan ibu
pasien tidak pernah sakit atau mengkomsumsi obat-obatan
RIWAYAT ALERGI
Alergi obat disangkal
Alergi Makanan disangkal
RIWAYAT PSIKOSOSIAL

Minum ASI sampai usia sekarang

Sejak 1 bulan lalu mulai makan-makanan lunak

STATUS GENERALIS
Keadaan umum

: Tidak tampak sakit

Kesadaran

: Composmentis

Status gizi : Baik

Kepala

:Normocephal

Leher

: T.A.K

Thorax

: T.A.K

Abdomen

: T.A.K

Genital

: T.A.K
11

Ekstremitas

: T.A.K

PEMERIKSAAN PENUNJANG

12

Pemeriksaan Mikrobiologi
Pemeriksaan Sediaan Basah/Langsung : tidak dilakukan
Pewarnaan dengan KOH

: tidak dilakukan

Pewarnaan GRAM

: tidak dilakukan

Pewarnaan GIEMSA

: tidak dilakukan

Pewarnaan Ziehl Neelsen

: tidak dilakukan

Pemeriksaan Saraf Tepi

Tidak dilakukan

Tes Sensibilitas Kulit

Tes Lain

Kelaianan Selaput/Mukosa

tidak ada kelainan

Kelainan Kuku

Kelainan Rambut
Pembesaran KGB (-)

Kelainan Kelenjer Lymfe

RESUME
Seorang anak perempuan berumur 7 bulan, agama Islam, di bawa ke
poli Penyakit Kulit dan Kelamin RSIJ Sukapura pada tanggal 10 Oktober
2014 dengan keluhan gatal pada punggung telapak tangan kiri sejak
1bulan SMRS. Pada awalnya hanya berupa bintik kecil yang makin
lama makin meluas dan melebar. Pada punggung tangan kiri tersebut
ada penebalan pembuluh darah yang telah dimiliki pasien sejak
berusia 2 hari. Karena gatal pasien sering mengosok-gosokkan
kepakaian

ibu

pasien

saat

menyusui

yang

kadang-kadang

mengakibatkan berdarah.Keluarga sempat membawa pasien berobat

13

2 minggu yang lalu ke Bidan akan tetapi tidak ada perubahan. Bekas
luka menjadi melebar, terlihat terkelupas dan menghitam.
DIAGNOSA KERJA
IMPETIGO BULOSA
HEMANGIOMA KAPILER
DIAGNOSA BANDING

Ektima

Impetigo Krustosa

TERAPI
UMUM
1. Menjelaskan kepada orang tuanya perihal penyakitnya.
2. Menghindari terjadinya trauma pada daerah lesi
3. Menjelaskan untuk tidak menggaruk pada daerah-daerah yang gatal
tersebut supaya tidak terjadi infeksi lagi yang lebih parah
4. Bila luka akibat garukan membaik untuk menggompres dengan air
dingin
SISTEMIK
Amxan Drop secondary infection
TOPIKAL
Cream Dermosolone + Bactoderm dioles tipis-tipis 2 kali sehari
PROGNOSIS
Qua ad Vitam Bonam
Qua ad fungitionam Bonam
Qua as sanationam - Bonam

14

ANALISA MASALAH IMPETIGO


Berdasarkan Anamnesis:
Pasien didiagnosa dengan Impetigo karena berdasarkan gejala klinis
sering terjadi pada bayi
Awalnya didahului dengan kelainan kulit berbentuk vesikel pecah
gambaran Collarette pada piggir Krusta Varnishlike
ANALISA MASALAH HEMANGIOMA
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik didapat kemerahan
timbul beberapa hari setelah lahir
Strawberry nevus terlihat sebagai bercak merah yang makin lama
makin besar.
Warna merah menyala, tegang dan berbentuk lobular, berbatas tegas,
dan keras pada perabaan.

15

DAFTAR PUSTAKA
Adhi Djuanda, Mochtar Hamzah, Siti Aisah. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin. Edisi ke-4. Jakarta : FKUI. 2006.
Wahid, Dian Ibnu. Impetigo: Terapi dan Penggunaan Antibiotika Topikal
Berdasarkan Evidence Based Medicine.
Arthur Rook, D.S. Wilkinson, F.J.G Ebling. Impetigo. Textbook of
Dermatology. Edisi ke-3, Vol 2, Hal 338-341. 1979.
Freedberg , Irwin M. (Editor), Arthur Z. Eisen (Editor), Klauss Wolf
(Editor), K. Frank Austen (Editor), Lowell A. Goldsmith (Editor), Stephen
Katz (Editor). Fitzpatrick's Dermatology In General Medicine (Two Vol.
Set). 6th edition (May 23, 2003): By McGraw-Hill Professional.
Sander Koning, Lisette W.A. van suijlekom-Smit, Jan L Nouwen, Cees M
Verduin, Roos M.D Bernsen, Arnold P Oranie, Siep Thomas, and
Johannes C van der Wouden. Fusidic acid cream in the treatment of
impetigo in general practice: double blind randomised placebo
controlled trial.

16

Anda mungkin juga menyukai