Anestesi Lokal (Golongan, Indikasi-Kontra, Macam) - Enokinasih
Anestesi Lokal (Golongan, Indikasi-Kontra, Macam) - Enokinasih
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang maha esa. yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan sebuah makalah Anestesi
Lokal,
dengan
judul
Macam-macam
Anestesi
Lokal
beserta
Indikasi
dan
Kontraindikasinya.
Melalui kata pengantar ini kami lebih dahulu mohon maaf apabila terdapat kekurangan
atau kesalahan kata pada makalah ini.
Dengan ini kelompok kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa
terimakasih dan semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan
manfaat.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
1.1
1.2
1.3
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
TUJUAN PENULISAN
RUANG LINGKUP PENULISAN
3
3
4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 GOLONGAN ANESTETIKUM LOKAL
2.2 MACAM ANESTESI LOKAL INDIKASI DAN KONTRA INDIKASINYA
2.3 INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI ANESTETIKUM LOKAL
5
7
10
13
DAFTAR PUSTAKA
14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
2
Anestesi lokal sangat erat kaitannya dengan bidang kedokteran gigi dalam melaksanakan
tindakan-tindakan seperti pencabutan gigi. Definisi dari anestesi lokal ini sendiri adalah cara
menghilangkan rasa sakit setempat dengan memakai suatu zat yang merintangi penerusan
impuls ke susunan saraf pusat tanpa menghilangkan kesadaran.
Anestesi lokal terdiri dari 3 macam yaitu anestesi lokal topikal, anestesi lokal infiltrasi,
dan anestesi lokal blok. Masing-masing dari macam anestesi lokal tersebut mempunyai
indikasi dan kontraindikasi masing-masing. Zat anestesi lokal mempunyai sifat yang umum
yaitu pertama, menghambat hantararan saraf, bila dikenakam dengan konsentrasi cukup, bila
zat anestetikum dikenakan pada kortex motoris, impuls yang dialirkan dari daerah tersebut
terhenti dan bila disuntikan kekulit maka transmisi impuls sensorik terhambat. Dan yang
kedua, zat anestetikum bersifat reversible, karena fungsi saraf dapat pulih tanpa disertai
kerusakan serabut atau sel saraf.
Anestetikum lokal dibagi menjadi 2 golongan yaitu golongan ester dan golongan amide.
Larutan anestesi lokal yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi umumnya mengandung
4 zat yaitu: zat anestetikum, zat vasokonstriktor, zat stabilator, dan zat pengawet. Zat anestesi
yang ideal mempunyai 4 kandungan zat diatas.
BAB II
ISI
Prokain (Novokain)
4
Prokain disintesis dan diperkenalkan dengan nama dagang novokain. Lama kerja prokain
selama 30-60 menit. Sebagai anestetik lokal, prokain pernah digunakan untuk anestesi
infiltrasi, anestesi blok saraf, anestesi spinal, anestesi epidural, dan anestesi kaudal. Namun
karena potensinya rendah, mula kerja lambat, serta masa kerja pendek maka penggunaannya
sekarang hanya terbatas pada anestesi infiltrasi dan kadang- kadang untuk anestesi blok saraf.
Di dalam tubuh prokain akan dihidrolisis menjadi PABA (Para Amino Benzoik Acid) yang
dapat
menghambat
kerja
sulfonamik.
Efek
samping
yang
sering
terjadi
yaitu
hipersensitif/alergi yang terkadang pada dosis rendah sudah menimbulkan anaphilaktik shock
yang jika tidak cepat ditangani dapat menimbulkan kematian
c.
Tetrakain
Mempunyai khasiat 10 kali lebih kuat dari prokain, mulai kerjanya cepat dan berlangsung
lama. Resorbi pada mukosa lebih baik daripada prokain. Karena bersifat toksis maka jarang
dipakai sebagai obat suntik, tapi dalam bentuk salep atau obat tetes mata dengan dosis
rendah.
d.
Benzokain
Zat anestesi ini resorbsinya lama dan khasiat anestesinya lemah sehingga digunakan dalam
bentuk salep atau bedak talek. Mempunyai kegunaan untuk menghilangkan gatal-gatal dan
rasa nyeri.
e.
Butakain
Mempunyai khasiat yang sama dengan kokain. Mempunyai masa kerja yang lama dan mula
kerjanya cepat. Digunakan sebagai obat mata dan dibidang THT.
2. Golongan Amide
a.
Lidokain (Lignokain/Xylokain)
Senyawa amide ini adalah zat pilihan utama untuk anestetikum lokal. Dibanding dengan
prokain, lidokain mempunyai khasiat yang lebih kuat, kerjanya lebih cepat dam bertahan
lebih lama. Lama kerjanya 60-90 menit. Konsentrasi yang dipakai yaitu 2%. Dosis yang
digunakan tanpa vasokonstriktor yaitu 4,4 mg/kg berat badan, dengan vasokonstriktor
7mg/kg. Efek samping lidokain biasanya berkaitan dengan efeknya terhadap SSP, misalnya
mengantuk, pusing, parastesia, kedutan otot, gangguan mental, dan koma.
b.
Prilokain
Mulai bekerja dan kekuatan sama dengan lidokain, toksisitas terhadap SSP lebih ringan,
penggunaan intravena blokade regional lebih aman. Prilokain juga menimbulkan kantuk
seperti lidokain. Konsentrasinya adalah 4%. Dosis maksimalnya 7,9 mg/kg berat badan.
5
c.
Mepivakain
Mulai kerja dan kekuatan sama dengan lidokain tetapi masa kerjanya sedikit lebih lama.
Konsentrasinya yaitu 2%, pada orang dewasa indeks terapinya lebih tinggi daripada lidokain.
Dosis maksimal 6,6 mg/kg berat badan.
d.
Bupivakain
Mempunyai kekuatan 4 kali lebih kuat dari lidokain. Dosis maksimalnya yaitu 2mg/kg berat
badan.
2.2
Indikasinya:
1. Pencabutan gigi susu atau gigi tetap dengan goyang 3-4 derajat. Gerakan
pencabutannya harus cepat.
2. Cara pemakaian: chloretyl
Ginggiva bagian bukal/labial dan ginggiva bagian palatal/lingual, dikeringkan lebih
dulu, kemudian kapas diberi chloretyl dengan jalan menyemprotkan dan kapas ditaruh
dibagian bukal dan palatal untuk gigi atas, sedangkan untuk gigi bawah kapas yang
3.
a.
Infiltrasi Anestesi
Yaitu anestesi yang diberikan di sekitar serabut saraf atau cabang-cabang saraf yang
kecil.
Macamnya:
1. Submukosa injeksi
Yaitu penyuntikan dilakukan dibawah mukosa membran
2. Supraperiostal injeksi
Yaitu penyuntikan dilakukan disebelah luar/diatas periosteum.
3. Sub periostal injeksi
6
Penyuntikan dilakukan diantara periosteum dan cortical plate. Penyuntikan ini sukar
dan sakit sekali.
4. Interseptal injeksi
Jarum suntik dimasukkan pada papil gigi dan terus ke tulang yang lunak pada alveolar
crest (puncak tulang alveolar).
5. Intraoseus injeksi
Terlebih dahulu dilakukan supraperiostal injeksi kemudian mukosa diinsisi dan dibuat
flap lalu tulang alveolar dibor baru jarum dimasukan kedalam tulang.
6. Perisemental injeksi
Penyuntikan dilakukan pada tepi jaringan periodonsium. Kalau blok anestesi tidak
berhasil maka perisemental injeksi sebagai tambahan suntikan.
b.
Indikasi:
1. Natal tooth/neonatal tooth
- Natal tooth : gigi erupsi sebelum lahir.
- Neonatal tooth : gigi erupsi setelah 1 bulan lahir dan biasanya gigi:
Mobiliti
Dapat mengiritasi : menyebabkan ulserasi pada lidah
Mengganggu untuk menyusui
2. Gigi dengan karies luas, karies mencapai bifurkasi dan tidak dapat di restorasi
sebaiknya dilakukan pencabutan. Kemudian dibuatkan space maintainer.
3. Infeksi di periapikal atau di interradikular dan tidak dapat disembuhkan kecuali
dengan pencabutan.
4. Gigi yang sudah waktunya tanggal dengan catatan bahwa penggantinya sudah mau
erupsi.
5. Gigi sulung yang persistensi.
6. Gigi sulung yang mengalami impacted, karena dapat menghalangi pertumbuhan gigi
tetap.
7. Gigi yang mengalami ulkus decubitus.
8. Untuk perawatan ortodonsi.
9. Supernumerary tooth.
10. Gigi penyebab abses dentoalveolar.
c.
Kontraindikasi:
Ada beberapa kasus dimana penggunaan anestesi infiltrasi tidak diperbolehkan, kasuskasus ini perlu diketahui sehingga gejala-gejala yang tidak menyenangkan dan akibat
yang tidak diinginkan bisa dihindari. Kontra indikasi antara lain :
1. Anak yang sedang menderita infeksi akut di mulutnya. Misalnya akut infektions
stomatitis, herpetik stomatitis. Infeksi ini disembuhkan dahulu baru dilakukan
pencabutan.
2. Blood dyscrasia atau kelainan darah, kondisi ini mengakibatkan terjadinya
perdarahandan infeksi setelah pencabutan.
3. Pada penderita penyakit jantung. Misalnya : Congenital heart disease, rheumatic heart
disease yang akut.kronis, penyakit ginjal/kidney disease.
4. Pada penyakit sistemik yang akut pada saat tersebut resistensi tubuh lebih rendah dan
dapat menyebabkan infeksi sekunder.
5. Adanya tumor yang ganas, karena dengan pencabutan tersebut dapat menyebabkan
metastase.
6.Pada penderita Diabetes Mellitus (DM), tidaklah mutlak kontra indikasi.
7.Kurangnya kerjasama atau tidak adanya persetujuan dari pihak penderita.
3. Blok Anestesi
Secara garis besar blok anestesi ada 2 macam yaitu nerve blok (anestesi diberikan
disekitar batang saraf) dan field blok (anestesi yang diberikan disekitar cabang batang
saraf yang besar).
a.Macamnya:
1. Blok anestesi rahang atas:
- Infra orbital blok anestesi
- Naso palatinal blok anestesi
- Zygomatik blok Posterior superior alveolar blok
- High tuberosity
- Foramen palatinus mayus blok = greater palatal canal teknik
2.
-
b.Indikasi:
1.
Dapat menganestesi tempat-tempat yang merupakan kontraindikasi Injeksi
Supraperiosteal.
Jika sulit melakukan anestesi gigi atas dengan menggunakan Injeksi Supraperiosteal
atau jika diperlukan anestesi untuk beberapa gigi sekaligus, akan lebih efektif bila
digunakan Injeksi Infraorbital atau Zigomatik.
2. Bila penderita dalam keadaan trismus sehingga tidak dapat membuka mulut lebar
(untuk mandibular blok anestesi ekstraoral).
3. Bila daerah tempat masuknya jarum suntik terdapat peradangan seperti perikoronitis
(untuk mandibular blok anestesi ekstraoral).
c. Kontraindikasi:
8
10
BAB III
KESIMPULAN
Anestesi lokal sangat erat kaitannya dengan bidang kedokteran gigi dalam melakukan
tindakan-tindakan yang memerlukan anestesi. Anestesi lokal yang ideal mempunyai
kandungan zat anestesi, zat vasokonstriktor, zat stabilator dan zat pengawet didalamnya.
Anestesi lokal dibagi menjadi dua golongan yaitu golongan ester dan golongan amide.
Anestesi terdiri dari 3 macam yaitu anestesi lokal topikal, anestesi lokal infiltrasi, dan
anestesi lokal blok. Masing-masing dari anestesi lokal tersebut mempunyai indikasi dan
kontraindikasi yang harus diperhatikan saat penggunaannya agar anestesi tersebut dapat
bekerja dan berjalan dengan baik sehingga tindakan yang dilakukan mendapatkan hasil yang
bagus.
11
DAFTAR PUSTAKA
1. Anestesi Lokal Infiltrasi, tersedia di:
http://dentistexellent.wordpress.com/kesehatan-gigi/oral-sugery/anastesi-infiltrasi/
(dikunjungi pada tanggal 10 November 2013)
2. Anestesi Lokal Topikal, tersedia di:
dokter-gigi-semarang.blogspot.com/2013/08/anestesi-lokal-bentuk-dan-caratopikal.html (dikunjungi pada tanggal 10 November 2013)
3. Untary, drg. Buku Penuntun Kuliah Anestesi Lokal. 2001. FKG UPDMB
4. Indikasi dan Kontraindikasi pada anestesi lokal, tersedia di: http://techarahma.blogspot.com/p/indikasi-kontra-indikasi-obat-anastesi.html
(dikunjungi
12