TRAUMA KEPALA
Dilakukan tindakan
cranitomy
Terputusnya kontinuitas
jaringan
Pengeluaran mediator
kimia
Rangsangan pada
ujung saraf
reseptor
trandu
transmi
medula
Terbukanya jalan
masuk
mikroorganisme
Perubahan status
kesehatan
Kurang terpajannya
informasi
RESIKO TINGGI
INFEKSI
kerusakkan
integritas
jaringan
Aspek
psikologis
KURANG
PENGETAHUAN
persep
si
NYE
Penurunan
kekuatan otot/
ANSIET
AS
Kelemahan otot
mengunyah/
menelan
Intake tak
adekuat
Penurunan
kemampuan
bergerak
Gangguan
mobilitas fisik
Diagnosa keperawatan
A) Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontuinitas jaringan
Rencana keperawatan :
1. Kaji tipe/ lokasi nyeri.perhatikan intensitas pada skala 0-10.
perhatikkan respon terhadap obat.
R/ beguna dalam membedakan ketidaknyamanan pasca operasi dari
terjadinya komplikasi dan evaluasi keefektifan intervensi.
2. Berikan informasi tentang ketidaknyamanan yang di antisipasi dan
intervensi penghilangan
R/ mengetahui apa yang diharapkan dapat mencegah terkejut dan
ansietas.
3. Lakukan rentang gerak pasif atau aktif untuk ekstermitas/ sendi.
Dorong perubahan posisi meskipun saat duduk dikursi
R/ menurunkan ketidaknyamanan dan kekakuan, merangsang sirkulasi
yang mungkin melambat sehubungan dengan tirah baring.
4. Berikan tindakan kenyamanan contoh pijatan punggung, aktivitas
terapeutik.
R/ meningkatkan relaksasi dan memfokuskan kembali perhatian
5. Berikan waktu untuk ekspresi perasaan, dalam tingkat kemampuan
berkomunikasi
R/ ekspresi masalah atau rasa takut menurunkan ansietas / siklus
nyeri.
6. Dorong menggunakan teknik manajemen stress, contoh napas dalam,
visualisasi, aktifitas terapeutik.
R/ meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali perhatian, dan
dapat meningkatkan kemampuan koping, menghilangkan nyeri.
7. Kolaborasi pemberian obat analgesik sesuei indikasi
R/ mungkin dibutuhkan untukn memberikkan penghilangan nyeri/
ketidaknyamanan.
B) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan menurunnya kemampuan/
kelemahan otot
Rencana keperawatan :
1. Kaji
derajat
imobilisasi
pasien
dengan
menggunakan
skala
ketergantungan (0-4)
R/ pasien mampu mandiri (nilai o); atau memerlukanm bantuan/
peralatan yang minimal (nilai 1); memerlukkan bantuan sedang dengan
dengan pengawasan/ diajarkan (nilai 2); memerlukkan bantuan secara
terus menerus /alat khusus (nilai 3); atau tergantung secara total pada
pemberian asuhan (nilai 4).kategori 2-4 memiliki resiko terbesar untuk
terjadinya bahaya sehubungan dengan imobilisasi
2. Letakkan pasien pada posisi tertentu untuk menghindari kerusakkan
karena tekanan.
R/ perubahan posisi yang teratur menyebabkan penyebaran terhadap
berat badan dan meningkatkan sirkulasi pada seluruh bagian tubuh.
3. Berikan atau bantu pasien untuk melakukan latihan rentang gerak
R/ mempertahankan mobilisasi dan fungsi sendi/ posisi normal
ekstermitas.
4. Instruksikan/ bantu pasien dengan program latihan dan penggunaan
alat mobilisasi.
R/ keterlibatan pasien dalam perencanaan dan kegiatan adalah sangat
penting untuk meningkatkan kerjasama pasien atau keberhasilan dari
suatu program tersebut.
5. Berikan perawatan kulit dengan cermat, massase dengan pelembab.
R/ meningkatkan sirkulasi dan elastisitas kulit dan menurunkan resiko
terjadinya ekskoriasi kulit.
6. Pantau haluaran urine. Catat warna dan bau dari urine.
R/ pemakaian kateter folley selama fase akut mungkin dibutuhkan
untuk jangka waktu yang panjang sebelum memungkinkan untuk
melakukan latihan kandung kemih.
C) Kerusakkan
integritas
jaringan
berhubungan
dengan
terputusnya
kontinuitas jaringan.
Rencana keperawatan :
1. Beri penguatan pada balutan awal/ penggantian sesuei indikasi.
Gunakan teknik aseptic yang ketat.
R/ lindungi luka dari perlukaan mekanis dan kontaminasi.
luka
dan
menfalitasi
proses
penyembuhan luka.
D) Ansietas berhubungan dengan perubahan pada status kesehatan, peran
fungsi, pola interaksi, status sosioekonomik, lingkungan.
Rencana keperawatan:
1. Berikan pasien/ orang terdekat salinan hak-hak pasien dan tinjau
bersama mereka. Diskusikan kebijakkan fasilitas, mis., jadwal
kunjungan.
R/ memberikkan informasi yang dapat membantu perkembangan
kerahasiaan pasien dimana hak-hak pasien akan terus dijaga selama
masa perawatan dan pasien akan tetap menjadi dirinya sendiri dan
memiliki control terhadap apa yang terjadi.
2. Tentukkan sikap pasien/ orang terdekat kearah penerimaan pada
fasilitas dan harapan masa depan.
5. Identifikasi
pelayanan
sumber-sumber
social
program
yang
berada
pasien
diluar
dimsyarakat,
rumah
seperti
sakit,fasilitas
rehabilitative.
R/ memberikkan bantuan perawatan secara fisik, penangganan
dirumah, perubahan dalam gaya hidup baik secara emosional maupun
financial.
6. Rujuk/tegaskan kembali pentingnya untuk melakukan evaluasi dengan
tim rehabilitasi.
R/ kerja keras (seringkali selama beberapa tahun dengan pemberi
asuhan
ini)
akhirnya
menghasilkan
deficit
neurologis
dan
Rencana keperawatan:
1. Kaji kemampuan pasien untuk mengunyah atau menelan, batuk dan
mengatasi secret.
R/ factor ini menentukkan pemilihan terhadap jenis makanan
sehingga pasien harus terlindung dari aspirasi.
2. Auskultasi bising usus, catat adanya penurunan/ hilangnya atau suara
yang hiperaktif.
R/ bising usus membantu dalam menentukkan respons untuk makan
atau berkembangnya komplikasi.
3. Timbang berat badan sesuei indikasi.
R/ mengevaluasi keefektifan atau kebutuhan mengubah pemberian
nutrisi.
4. Jaga keamanan saat memberikkan makanan kepada pasien, seperti
tinggikan kepala tempat tidur selama mkan atau selama pemberian
lewat selang NGT.
R/ menurunkan resiko terjadinya aspirasi.
5. Berikan makan dalam jumlah kecil dalam waktu yang sering dengan
teratur.
R/ meningkatkan proses pencernaan dan toleransi pasien terhadap
nutrisi yang diberikan dan dapat meningkatkan kerjasama pasien saat
makan.
6. Tingkatkan kenyamanan, lingkungan yang santai termasuk sosialisasi
saat makan.
R/ sosialisasi waktu makan dengan orang terdekat atau teman dapat
meningkatkan pemasukkan dan menormalkan fungsi makan.
7. Konsultasi dengan ahli gizi.
R/ merupakan sumber yang efektif untuk mengidentifikasi kebutuhan
kalori/ nutrisi tergantung pada usia, berat badan, ukuran tubuh,
keadaan penyakit sekarang.
8. Pantau pemeriksaan laboratorium, seperti albumin darah, transferin,
keadaan asam amino, zat besi, ureum/ kreatinin, keseimbangan
nitrogen (CCT), glukosa, AST/ALT dan elektrolit darah.
R/ mengidentifikasi defisiensi nutrisi, fungsi organ, dan respons
terhadap terapi nutrisi tersebut.
9. Berikan makan dengan cara yang sesue, seperti melalui selang NGT,
melalui Oral dengan makanan lunak dan cairan yang agak kental.
R/
kemampuan pasien.