Makalah Energi Pasang Surut Ombak Laut 1 Rev 1
Makalah Energi Pasang Surut Ombak Laut 1 Rev 1
Disusun oleh :
Ariep Soelaiman Setiadi
(H1C009040)
(H1C009038)
Heru Budianto
(H1C009033)
Muhammad Abduh
(H1C009003)
KATA PENGANTAR
Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring perkembangan zaman, kebutuhan akan energi semakin meningkat. Tetapi hal ini
tidak diimbangi oleh pasokan energi yang memadai karena terbatasnya energi fosil. Untuk itu
kita harus menemukan alternatif sumber energi lain yang dapat menghasilkan energi secara
kontinu demi berlangsungnya kehidupan manusia, yaitu menggunakan energi terbarukan
yang tersedia sepanjang tahun.
Indonesia sebagai negara maritim, 2/3 wilayahnya terdiri dari laut. Sebagai akibatnya
Indonesia memiliki pantai kedua terpanjang didunia setelah Kanada. Panjang pantai
Indonesia sekitar 80.000 Km dan luas lautnya adalah sekitar 52 juta Km2. Diantara lautnya
ada yang memiliki potensi untuk digali energi gelombangnya karena memiliki gelombang
laut yang cukup potensial dikonversikan menjadi energi listrik sebagai sumber energi
alternatif pengganti bahan bakar fosil seperti di daerah pantai barat P. Sumatra, pantai selatan
Jawa, Kepulauan Nusa Tenggara Timur, di perairan laut Kepulauan Natuna dan di laut di
wilayah Indonesia Bagian Timur. Oleh karena itu energi dari laut ini adalah sebuah solusi
yang sangat tepat dan strategis bagi bangsa dan negara Indonesia untuk memenuhi
kelangsungan kehidupan manusia akan energi.
Energi dari laut ini ada 3 macam, yaitu: energi ombak, energi pasang surut dan energi
panas laut. Dan yang akan dibahas kali ini adalah energi ombak (wave energy) dan energi
pasang surut (tidal wave). Ombak merupakan sumber energi yang cukup besar. Ombak
merupakan gerakan air laut yang turun-naik atau bergulung-gulung. Energi ombak adalah
energi alternatif yang dibangkitkan melalui efek gerakan tekanan udara akibat fluktuasi
pergerakan gelombang. Energi pasang surut adalah energi kinetik dari pemanfaatan beda
ketinggian pasang permukaan laut antara saat pasang dan surut. prinsip kerja dari energi
pasang surut ini sama dengan pembangkit listrik tenaga air (PLTA).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana potensi sumber energi gelombang laut di dunia?
2. Bagaimana teknik konversi energi gelombang laut menjadi listrik?
3. Bagaimana jika Indonesia memanfaatkan konversi energi gelombang menjadi listrik?
4. Bagaimana kekurangan dan kelebihan teknik konversi energi gelombang menjadi
listrik?
5. Bagaimana prinsip kerja pembangkit listrik tenaga ombak?
6. Bagaimana prinsip kerja pembangkit listrik tenaga pasang surut?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sabagai berikut:
1. Memahami potensi sumber energi gelombang laut di dunia.
2. Memahami teknik konversi energi gelombang laut menjadi listrik.
3. Dapat menganalisis apakah Indonesia dapat memanfaatkan konversi energi
gelombang menjadi listrik.
4. Memahami kekurangan dan kelebihan teknik konversi energi gelombang menjadi
listrik.
5. Memahami prinsip kerja pembangkit listrik tenaga ombak.
6. Memahami prinsip kerja pembangkit listrik tenaga pasang surut.
D. Manfaat
Manfaat dari penyusunan makalah ini adalah untuk memberikan pengetahuan
kepada pembaca tentang teknik konversi energi khususnya mengenai konversi energi
gelombang laut menjadi energi listrik.
BAB II
PEMBAHASAN
Sistem yang berfungsi mengkonversi energi mekanik menjadi listrik terletak di atas permukaan
laut dan terisolasi dari air laut dengan meletakkannya di dalam ruang khusus kedap air, sehingga
bisa dipastikan tidak bersentuhan dengan air laut.
Dengan sistem yang dimilikinya, pembangkit listrik tersebut bisa memanfaatkan efisiensi
optimal dari energi gelombang dengan meminimalisir gelombang-gelombang yang ekstrim.
Efisiensi optimal bisa didapat ketika gelombang dalam kondisi normal. Hal tersebut bisa dicapai
dengan digunakannya katup khusus yang menghindarkan turbin tersebut dari overspeed.
Energi gelombang
Energi kinetik yang ada pada gelombang laut digunakan untuk menggerakkan turbin.
Ombak naik ke dalam ruang generator, lalu air yang naik menekan udara keluar dari ruang
generator dan menyebabkan turbin berputar.ketika air turun, udara bertiup dari luar ke dalam
ruang generator dan memutar turbin kembali.(lihat gambar di sampin
datang ke pantai, air pasang ditampung di dalam reservoir. Kemudian ketika air surut, air di
belakang reservoir dapat dialirkan seperti pada PLTA biasa. Agar bekerja optimal, kita
membutuhkan gelombang pasang yang besar. dibutuhkan perbedaan kira-kira 16 kaki antara
gelombang pasang dan gelombang surut. Hanya ada beberapa tempat yang memiliki kriteria ini.
Beberapa pembangkit listrik telah beroperasi menggunakan sistem ini. Sebuah pembangkit listrik
di Prancis sudah beroperasi dan mencukupi kebutuhan listrik untuk 240.000 rumah.
perbedaan suhu di laut. Jika kita berenang dan menyelam di laut kita akan merasakan bahwa
semakin kita menyelam suhu laut akan semakin rendah (dingin).
Suhu yang lebih tinggi pada permukaan laut disebabkan sinar matahari memanasi
permukaan laut. Tetapi, di bawah permukaan laut, suhu sangat dingin. Itulah sebabnya penyelam
menggunakan baju khusus ketika mereka menyelam. Baju tersebut akan menjaga agar suhu tubuh
mereka tetap hangat.
Pengkonversian energi gelombang terdiri dari 3 (tiga) sistem dasar yaitu : sistem
kanal yang menyalurkan gelombang ke dalam reservoir atau kolam, sistem pelampung
yang menggerakan pompa hidrolik, dan sistem osilasi kolom air yang memanfaatkan
gelombang untuk menekan udara di dalam sebuah wadah. Tenaga mekanik yang
dihasilkan dari sistem-sistem tersebut ada yang akan mengaktifkan generator secara
langsung atau mentransfernya ke dalam fluida kerja, air atau udara, yang selanjutnya akan
menggerakan turbin atau generator
Daya total dari gelombang pecah di garis pantai dunia diperkirakan mencapai 2
hingga 3 juta megawatt. Pada tempat-tempat tertentu yang kondisinya sangat bagus,
kerapatan energi gelombang dapat mencapai harga rata-rata 65 megawatt per mil garis
pantai. Ada 3 cara untuk menangkap energi gelombang, yaitu:
1. Dengan pelampung.
Dimana alat ini akan membangkitkan listrik dari hasil gerhana vertikal dan
rotasional pelampung. Alat ini dapat ditambatkan pada sebuah rakit yang
mengambang atau alat yang tertambat di dasar laut.
2. Kolom air yang berosilasi (Oscillating Water Column).
Alat ini membangkitkan listrik dari naik turunnya air akibat gelombang
dalam sebuah pipa silindris yang berlubang. Naik turunnya kolom air ini akan
mengakibatkan keluar masuknya udara di lubang bagian atas pipa dan
menggerakkan turbin.
ini
yang
digunakan
untuk
membangkitkan
listrik
dengan
kota. Stasiun ini merupakan proyek pencontohan untuk pemasangan dalam skala
yang lebih besar yang akan dibangun di pantai selatan Australia. Minat untuk
membangun tempat yang sama telah berdatangan dari Hawai, Spanyol, Afrika
Selatan, Meksiko, Cili, dan Amerika Serikat. John Bell, Direktur Keuangan
Energetech yang mengembangkan stasiun tersebut, mengatakan bahwa Energi
gelombang merupakan sumber energi yang tiada habisnya dibandingkan sumber
energi alam lainnya. Gelombang selalu ada dan tidak hilang seperti matahari dan
angin.
Universitas
Oregon
mempublikasikan
temuan
teknologi
terbarunya yang diberi nama Permanent Magnet Linear Buoy. Diberi nama buoy
karena memang pada prinsip dasarnya, teknologi terbaru tersebut dipasang untuk
memanfaatkan gelombang laut di permukaan. Berbeda dengan buoy yang
digunakan untuk mendeteksi gelombang laut yang menyimpan potensi tsunami.
Peneliti Oregon menjelaskan prinsip dasar buoy penghasil listrik tersebut yaitu
dengan mengapungkannya di permukaan. Gelombang laut yang terus mengalun
dan berirama bolak-balik dalam buoy ini akan diubah menjadi gerakan harmonis
listrik. Sekilas bila dilihat dari bentuknya, buoy ini mirip dengan dlinamo sepeda
Bentuknya silindris dengan perangkat penghasil listrik pada bagian
dalamnya. Buoy diapungkan di permukaan laut dengan posisi sebagian tenggelam
dan sebagian lagi mengapung. Kuncinya, terdapat pada perangkat elektrik yang
berupa koil (kumparan yang mengelilingi batang magnet di dalam buoy). Saat
ombak mencapai pelampung, maka pelampung akan bergerak naik dan turun
secara relatif terhadap batang magnet sehingga bisa menimbukan beda potensial
dan listrik dibangkitkan.Tentu saja agar dapat bergerak koil tersebut ditempelkan
pada pelampung yang dikaitkan ke dasar laut, kata Annette von Jouanne, teknisi
dari Oregon State University (OSU). Jouanne menuturkan dalam percobaan
sistem ini diletakkan kurang lebih satu atau dua mil laut dari pantai. Kondisi
ombak yang cukup kuat dan mengayun dengan gelombang yang lebih besar akan
menghasilkan listrik dengan tegangan yang lebih tinggi. Berdasarkan hasil
penelitian Universitas Oregon, setiap pelampung mampu menghasilkan daya
sebesar 250 kilowatt.
Ada beberapa pilihan untuk menghasilkan daya tersebut, ujar Jouanne.
Penjelasan di atas menggunakan teknik koil yang bergerak naik turun, tetapi bisa
juga dengan teknik batang magnet yang bergerak naik turun. Pilihan kedua
dengan menggunakan pelampung, penempatan koil dan batang magnet bisa juga
ditempatkan di dasar atau di permukaan laut. Jouanne menuturkan, teknologi
yang ditawarkannya tersebut memiliki banyak keuntungan dibandingkan dengan
teknologi laut.
Ketersediaan teknologi ini mencapai 90 persen dan kerapatan energi yang
dihasilkannya lebih tinggi,katanya. Mesin sendiri juga dapat dirakit dan
digunakan dalam skala kecil maupun besar tergantung pada energi yang
dibutuhkan. Potensi penggunaan energi pun bisa diterapkan di banyak negara
terutama yang memiliki kawasan pantai. Dibandingkan dengan energi angin atau
matahari, energi gelombang laut kerapatannya jauh lebih tinggi. Peneliti yang
sama dari OSU, Alan Wallace menyebutkan penyediaan energi gelombang ini
dengan hanya 200 buoy yang diapungkan, satu buah pelabuhan atau kota besar
seperti Portland sudah dapat memanfaatkan energinya dengan sangat melimpah
tanpa harus menarik bayaran. Peneliti percaya jika hasil penelitian tersebut benarbenar dioptimalkan di sepanjang pantai, seluruh energi listrik di dunia sudah bisa
terpenuhi. Jumlah ini ditaksir hanya mengambil 0,2 persen energi pantai, kata
Kekurangan:
1. Diperlukan alat khusus yang memerlukan teknologi tinggi, sehingga tenaga
ahli sangat diperlukan.
2. Output dari pembangkit listrik tenaga pasang surut mengikuti grafik
sinusoidal sesuai dengan respons pasang surut akibat gerakan interaksi BumiBulan-Matahari.
3. Biaya instalasi dan pemeliharaannya yang cukup besar.
4. Tantangan teknis tersendiri untuk para insinyur dalam desain sistem turbin,
sistem roda gigi, dan sistem generator yang dapat bekerja secara terusmenerus selama lebih kurang lima tahun.
5. Menggunakan pasang surut gelombang sebagai pembangkit energi listrik, bisa
mengakibatkan rotasi bumi melambat 24 jam tiap 2000 tahun.
sangat bergantung pada cuaca. Sedangkan OTEC, energi perbedaan tinggi pasang surut
serta energi arus laut dapat diprediksi kapasitasnya dengan tepat di atas kertas. Untuk
mendukung kebijaksanaan pemerintah, perlu dilakukan langkah-langkah pencarian
sumber-sumber energi alternatif yang ramah lingkungan serta terbarukan. Berdasarkan
tempatnya, ada dua sumber energi alternatif, yakni sumber energi alternatif yang berasal
dari daratan dan sumber energi yang berasal dari laut. Untuk Jawa yang padat
penduduknya, pembangunan fasilitas pembangkit listrik dengan energi alternatif yang
berasal dari daratan kemungkinan Dari penelitian PL Fraenkel (J Power and Energy Vol
216 A, 2002) lokasi yang ideal untuk instalasi pembangkit listrik tenaga arus mempunyai
kecepatan arus dua arah (bidirectional) minimum 2 meter per detik. Yang ideal adalah 2.5
m/s atau lebih. Kalau satu arah (sungai/arus geostropik) minimum 1.2-1.5 m/s.
Kedalaman tidak kurang dari 15 meter dan tidak lebih dari 40 atau 50 meter. Relatif dekat
dengan pantai agar energi dapat disalurkan dengan biaya rendah. Cukup luas sehingga
dapat dipasang lebih dari satu turbin dan bukan daerah pelayaran atau penangkapan ikan.
Gelombang laut sangat potensial dikonversikan menjadi energi listrik, khususnya karena
Indonesia memiliki pantai yang sangat panjang yang bisa diberdayakan sebagai sumber
energi alternatif pengganti bahan bakar fosil. Balai Pengkajian Dinamika Pantai BPPT
beberapa tahun yang lalu sudah melakukan kajian Hybrid Power Energy dengan
mendisain dan membangun sistem energi gelombang laut dengan peralatan berbasis
Oscilating Water Column (OWC).
OWC merupakan salah satu sistem dan peralatan yang dapat mengubah energi
gelombang laut menjadi energi listrik dengan menggunakan kolom osilasi. Alat OWC ini
akan menangkap energi gelombang yang mengenai lubang pintu OWC, sehingga terjadi
fluktuasi atau osilasi gerakan air dalam ruang OWC, kemudian tekanan udara ini akan
menggerakkan baling-baling turbin yang dihubungkan dengan generator listrik sehingga
menghasilkan listrik. Sistem ini diakuinya belum pernah dibangun di Indonesia sehingga
pelaksanaan disain dan pembangunan prototipe sistem OWC ini adalah yang pertama kali
dilaksanakan. Rencananya pada 2007 akan dilaksanakan pengembangan rancang bangun
Pembangkit Listrik Energi Gelombang untuk menghasilkan listrik 2,5 KVA hingga 500
kVA yang disesuaikan dengan pendanaan yang tersedia, pemerintah ataupun swasta.
Prototipe yang telah diujicobakan adalah dengan struktur baja yang untuk output 1KVA
dicapai efisiensi 30 persen dan dengan struktur beton yang untuk output 1KVA dicapai
efisiensi 45 persen. Jika didayagunakan secara optimal maka energi konversi gelombang
laut akan menjamin ketersediaan energi listrik sepanjang tahun sehingga suplai listrik
tidak akan tergantung pada pergantian dan perubahan musim, ujarnya. Fenomena fisik
laut seperti pergerakan pasang surut, gelombang, panas laut, angin laut dan perubahan
salinitas seluruhnya bisa dikonversikan menjadi listrik.
E. Prinsip Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Ombak
Energi gelombang laut/ombak laut adalah energi yang dihasilkan dari pergerakan
gelombang laut menuju daratan dan sebaliknya. Pada dasarnya pergerakan laut yang
menghasilkan gelombang laut terjadi akibat dorongan pergerakan angin. Angin timbul
akibat perbedaan tekanan pada 2 titik yang diakibatkan oleh respons pemanasan udara
oleh matahari yang berbeda di kedua titik tersebut. Mengingat sifat tersebut maka energi
gelombang laut dapat dikategorikan sebagai energi terbarukan.Gelombang laut secara
ideal dapat dipandang berbentuk gelombang yang memiliki ketinggian puncak
maksimum dan lembah minimum.
gelombang laut yang teramati pada sebuah selang tertentu, maka dapat diketahui potensi
energi gelombang laut di titik lokasi tersebut. Potensi energi gelombang laut pada satu
titik pengamatan dalam satuan kw per meter berbanding lurus dengan setengah dari
kuadrat ketinggian signifikan dikali waktu yang diperlukan untuk terjadi sebuah
gelombang laut. Berdasarkan perhitungan ini dapat diprediksikan berbagai potensi energi
dari gelombang laut di berbagai tempat di dunia. Dari data tersebut, diketahui bahwa
pantai barat Pulau Sumatera bagian selatan dan pantai selatan Pulau Jawa bagian barat
berpotensi memiliki energi gelombang laut sekitar 40 kw/m.
Pada dasarnya prinsip kerja teknologi yang mengkonversi energi gelombang laut
menjadi energi listrik adalah mengakumulasi energi gelombang laut untuk memutar
turbin generator. Karena itu sangat penting memilih lokasi yang secara topografi
memungkinkan akumulasi energi. Meskipun penelitian untuk mendapatkan teknologi
yang optimal dalam mengkonversi energi gelombang laut masih terus dilakukan, saat ini,
ada beberapa alternatif teknologi yang dapat dipilih.
Alternatif teknologi yang diprediksikan tepat dikembangkan di pesisir pantai
selatan Pulau Jawa adalah Teknologi Tapered Channel (Tapchan). Prinsip teknologi ini
cukup sederhana, gelombang laut yang datang disalurkan memasuki sebuah saluran
runcing yang berujung pada sebuah bak penampung yang diletakkan pada sebuah
ketinggian tertentu (lihat gambar a). Air laut yang berada dalam bak penampung
dikembalikan ke laut melalui saluran yang terhubung dengan turbin generator penghasil
energi listrik. Adanya bak penampung memungkinkan aliran air penggerak turbin dapat
beroperasi terus menerus dengan kondisi gelombang laut yang berubah-ubah. Teknologi
ini tetap memerlukan bantuan mekanisme pasang surut dan pilihan topografi garis pantai
yang tepat. Teknologi ini telah dikembangkan sejak tahun 1985.
Alternatif teknologi pembangkit tenaga gelombang laut yang lebih banyak
dikembangkan adalah teknik osilasi kolom air (the oscillating water column).
Teknologi ini telah dikembangkan BPPT dengan didirikannya sebuah Pembangkit Listrik
Bertenaga Ombak (PLTO) di Yogyakarta, yaitu model Oscillating Water Column. Kolom
air yang berosilasi (Oscillating Water Column). Alat ini membangkitkan listrik dari naik
turunnya air akibat gelombang dalam sebuah pipa silindris yang berlubang. Naik
turunnya kolom air ini akan mengakibatkan keluar masuknya udara di lubang bagian atas
pipa dan menggerakkan turbin.
Tujuan didirikannya PLTO ini adalah untuk memberikan model sumber energi
alternatif yang ketersediaan sumbernya cukup melimpah di wilayah perairan pantai
Indonesia. Model ini menunjukan tingkat efisiensi energi yang dihasilkan dan parameterparameter minimal hiroosenografi yang layak, baik itu secara teknis maupun ekonomis
untuk melakukan konversi energi.
sebuah saluran di atas ruang khusus tersebut. Apabila diletakkan sebuah turbin di ujung
saluran tersebut, maka aliran udara yang keluar masuk akan memutar turbin yang
menggerakkan generator. Kelemahan dari model ini adalah aliran keluar masuk udara
dapat menimbulkan kebisingan, akan tetapi karena aliran ombak sudah cukup bising
umumnya ini tidak menjadi masalah besar.
F. Prinsip Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Pasang Surut.
Cara kerjanya adalah sebagai berikut. Apabila muka air laut (surut) sama
tingginya dengan muka air dalam waduk maka aluran air ke turbin ditutup. Sementara itu
muka air laut (pasang) naik terus. Ketika tinggi muka air laut mencapai kira-kira setengah
tinggi air pasang maksimum, maka katup saluran air ke turbin dibuka dan air laut masuk
ke dalam waduk melalui saluran air ke turbin, dan menjalankan turbin dan generator
dalam hal tersebut tinggi muka air di dalam waduk akan naik. Apabila muka air laut telah
mencapai ketinggian maksimumnya tetapi masih lebih dari muka air dalam waduk, turbin
generator dan air dalam waduk menjadi sangat kecil.
Sehingga turbin generator tidak bekerja pada keadaan tersebut katup simpang
(bypass valve) yang menghubungkan laut dengan waduk dibuka, sehingga air laut lebih
cepat masuk mengisi waduk,ketika muka air laut dan air di dalam waduk sama tingginya,
baik katup simpang maupun katup saluran turbin ditutup. Pada keadaan tersebut tinggi
muka air dalam waduk tetap konstan sedangkan inggi muk air laut terus surut. Apabila
pebedaan tinggi antara permukaan air laut dan permukaan air dalam waduk sudah cukup
besar maka turbin dijalankan dengan membuka katup air ke turbin pada keadaan tersebut
air mengalir dari waduk ke laut melalui turbin sehingga turbin berputar dan permukaan
air dalam waduk turun. Proses ini terus berlangsung sampai tinggi air dalam waduk tidak
cukup untuk menjalankan turbin, dan katup simpang dibuka supaya air yang masih ada di
dalam waduk cepat keluar mengalir ke laut.
Dalam keadaan tersebut air laut masih surut atau telah naik tetapi masih belum
mencapai tinggi turbin setelah waduk kosong atau ketika permukaan air laut dalam
waduk sama tingginya dengan muka air laut, katup simpang dan katup masuk turbin
ditutup kembali. Demikianlah proses tersebut terjadi berulang-ulang mengisi dan
mengosongkan air dalam waduk untuk menjalankan turbin generator dengan
memanfaatkan proses air pasang dan air surut. Pusat listrik tenaga pasang surut biasanya
dibuat dengan waduk berukuran besar supaya dapat dibuat secara ekonomis dengan
menghasilkan listrik yang banyak.
grafik yang mana dalam grafik itu menjelaskan urutan operasi turbin-pompa di La-Rance
dalam grafik tersebut terlukis garis tinggi permukaan air laut, berupa suatu sinusoida,
yang titik tertinggi berupa situasi pasang. Dengan garis-garis terputus dilukis tinggi
permukaan ari dalam waduk. Pada asasnya, antara tenaga pasang surut dan tenaga air
konvensional terdapat persamaan, yaitu kedua-duanya adalah tenaga air yang
memanfaatkan gravitasi tinggi jatuh air untuk pembangkit tenaga listrik.
Perbedaan-perbedaan utama, secara garis besar, antara pembangkit listrik tenaga
pasang surut disbanding pembangkit listrik tenaga air konvensional adalah:
Pasang surut menyangkut arus air periodik dwi-arah dengan dua kali pasang dan dua
kali surut tiap hari.
Operasi di lingkungan air laut memerlukan bahan-bahan konstruksi yang lebih tahan
korosi daripada dimiliki material untuk air tawar.
Tinggi air jatuh relatif sangat kecil (maksimal 11meter) bila dibandingkan dengan
instalasi-instalasi hidro lainnya.
Kesimpulan
1. Ada tiga cara membangkitkan listrik dengan tenaga ombak :
a. Energi gelombang
b. Pasang surut
c. Memanfaatkan perbedaan temperatur air laut (Ocean Thermal Energy).
Daftar Pustaka
Teguh Wahyono, Prinsip Dasar dan Teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut ,
Graha Ilmu. 2003.
Bedard, Roger. At al., Ocean Wave Energy Conversion Technology, White Paper Submited
to the western Governor Asscotiation Clean and Diversified Energy Advisory
Commite. EPRI. 2005
Kadir, Abdul. Energi : Sumber Daya, Inovasi, Tenaga listrik dan Potensi Ekonomi, Edisi ke2. UI Press. Jakarta. 1995.
Link situs : http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._TEKNIK_ELEKTRO/197407162001121HASBULLAH/ENERGI_DAN_KONVERSI/MATERI_ENERGI_DAN_KONVERSI/ENERGI_SAMU
DERA.pdf
(note:
-
Sebagai contoh ketika menjelaskan teknik konversi energi gelombang maka fokus
kerangka pemikiran adalah pada teknik konversinya misal : jenis teknik konversi,
penjelasan umum teknik konversi tersebut, penjelasan detil bisa dilengkapi gambar
untuk tiap teknik, kelebihan dan kekurangan masing2 teknik dsb disajikan secara
sistematik.
Kesimpulan : disimpulkan dari pembahasan tidak hanya sekedar menyalin apa yang
ada dalam pembahasan.
Daftar pustaka dilengkapi, Setiap sitasi referensi harus dicantumkan di daftar pustaka