Nim
Kelompok
Asisten
MATERI I
PENDAHULUAN
A. Hama Gudang (Hama Pasca Panen)
Hama adalah hewan atau organisme yang aktivitasnya dapat menurunkan nilai
ekonomis dan merusak kualitas juga kuantitas produk pertanian. Hama berdasarkan
tempat penyerangannya dibagi menjadi 2 jenis yaitu hama lapang dan hama
gudang/hama pasca panen. Hama lapang adalah hama yang menyerang produk
pertanian pada saat masih di lapang. Hama gudang adalah hama yang merusak produk
pertanian saat berada di gudang atau pada masa penyimpanan.
Menurut Kertasapoetra(1991), hama pasca panen merupakan salah satu faktor
yang memegang peranan penting dalam peningkatan produksi. Hasil panen yang
disimpan khususnya biji-bijian setiap saat dapat diserang oleh berbagai hama gudang
yang dapat merugikan.
Hama gudang berpotensi menyebabkan kehilangan hasil selama produk dalam
penyimpanan. Kehilangan hasil yang disebabkan oleh hama gudang dapat mencapai 1015% dari isi gudang. Serangga hama gudang adalah serangga yang telah teradaptasi
pada lingkungan penyimpanan dengan baik.
B. Sejarah Infestasi Hama Gudang
Dahulu pada saat petani bercocok tanam, hama pasca panen sangat sedikit sekali
ditemui, mereka bertahan hidup dengan tumbuh pada biji-bjian, seresah, kayu bekas
pohon,kotoran binatang,tanah dan terbawa oleh binatang lain seperti burung dan tikus.
Pada saat itu nenek moyang kita bertani hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,
jadi hasil panen mereka tidak memerlukan perlakuan khusus dalam sistem
penyimpanannya. Seiring berkembangnya jaman yang menyebabkan hasil pertanian
tidak hanya untuk kebutuhan sehari-hari melainkan juga karena desakan ekonomi yang
didukung melimpahnya pakan, terjadinya kelangkaan air dan berkembangnya perlakuan
dalam sistem penyimpanan, para petani mulai menyimpan hasil panen mereka pada
tempat penyimpanan yang biasa kita sebut gudang.
Pengertian gudang dapat dikemukakan bahwa gudang tidak hanya terbatas pada
wujud suatu bangunan yang dapat dipergunakan untuk menyimpan produk pertanian
1|TEKNOLOGI
PRODUKSI
BENIH
(HPT)2015
yang biasanya tertutup rapat, melainkan pula meliputi setiap tempat penyimpanan,
tempat apapun tanpa memperdulikan bentuk, ukuran serta letaknya yang ada kaitannya
dengan hama gudang dapat dianggap sebagai gudang.
Menurut Franklin G. Moore dalam Production Control (1961), gudang pada
umumnya terbagi atas gudang terbuka dan gudang tertutup. Pada gudang terbuka
biasanya ditempatkan bahan-bahan yang baru diambil, guna melindunginya sebelum
dilakukan proses pemilihan atau sebelum dilemparkan pada pedagang dan konsumen,
nilai dari bahan-bahan di sini dapat dianggap masih dalam transisi untuk dipersiapkan
agar dapat dimasukkan gudang tertutup.
Gudang tertutup adalah suatu tempat tertutup yang keadaan di dalamnya lebih
terpelihara, bahan-bahan yang disimpan ditempat ini biasanya yang telah disortir dan
memperoleh pengolahan-pengolahan, seperti pengeringan, pembersihan dari berbagai
kotoran dan biasanya ditempatkan lagi dalam tempat-tempat yang khusus (bakul, peti,
karung, belek dan lain sebagainya). Jadi hama gudang akan tetap ada walaupun bahan
disimpan dalam gudang tertutup dan telah mengalami beberapa pengolahan
sebelumnya.
C. Klasifikasi Hama Gudang
Berbagai hama dalam gudang dapat diklasifikasikan menurut beberapa sifat dan
morfologi dari hama tersebut, yang dimaksud dengan klasifikasi atau penggolongan
ialah pengaturan individu dalam kelompok, penyusunan kelompok, penyusunan
kelompok dalam suatu sistem, data individu dan kelompok menentukan hama itu dalam
sistem tersebut. Letak hama itu dalam sistem sudah memperlihatkan sifatnya.
Berdasarkan hasil penggolongan para taksom, hama gudang yang penting/primer
terbatas pada serangga, burung dan mamalia. Kelompok pada serangga tergolong dalam
2 ordo yaitu Coleoptera dan Lepidoptera. Hama gudang yang tergolong hama sekunder
merupakan hama gudang yang kurang penting, artinya sifat kerusakannya merupakan
gejala sekunder pada bahan simpanan, seperti: Mites (kelas Arachnoidea, ordo Acarina),
Kecoak (ordo Orthoptera), Renget/gegat (ordo Thysanura), Collembola (ordo
Collembola), Semut (ordo Hymenoptera) dan lain-lain, akan tetapi walaupun hama yang
kurang penting daya perusakannya dan hanya bersifat sekunder saja, kalau terlalu
2|TEKNOLOGI
PRODUKSI
BENIH
(HPT)2015
banyak
populasinya
tentunya
kerusakan
sekunder
yang
dilakukannya
akan
yaituLasoderma
serricornedanStegobium
panecium
dan
famili
3|TEKNOLOGI
PRODUKSI
BENIH
(HPT)2015
a. Masa Perkembangan
Suhu lingkungan dan kadar air bahan simpan merupakan faktor utama yang
mempengaruhi masa perkembangan. Pada coleoptera, kadar air lebih dominan
pengaruhnya dibanding suhu dan makanan, demikian pula pada lepidoptera.
Lepidoptera pascapanen menghabiskan sebagian besar masa perkembangannya
sebagai larva. Stadium larva lepidoptera pascapanen lebih lama daripada larva
coleoptera karena nutrisinya digunakan untuk produksi telur. Imago lepidoptera sendiri
berumur pendek dan tidak makan.
4|TEKNOLOGI
PRODUKSI
BENIH
(HPT)2015
Serangga yang hidup pada suhu konstan tinggi masa perkembangannya lebih
singkat daripada suhu fluktuatif (walaupun dengan rata-rata suhu yang sama tinggi).
Sementara itu pada suhu konstan rendah, masa perkembangannya lebih lama
dibandingkan suhu fuktuatif dengan rata-rata sama rendah.
Kadar air bahan simpan/kelembaban udara mempengaruhi lama stadium larva.
Kadar air bahan simpan yang rendah memperlama stadium larva, tetapi stadium telur
dan pupa tidak terpengaruh sehingga hal ini mengubah keseimbangan struktur umur
dalam populasi yang sudah stabil.
Seperti
dijelaskan
sebelumnya,
suhu
lingkungan
dan
kelembaban
di
penyimpanan bisa saja sebagai sebab atau akibat dari keberadaan hama. Serangga
membutuhkan kisaran suhu dan kelembaban optimum untuk perkembangannya.
Sementara itu metabolisme serangga juga menghasilkan kalor dan uap air ke
lingkungannya.
5|TEKNOLOGI
PRODUKSI
BENIH
(HPT)2015
b. Ketahanan hidup/survival
Serangga biasanya memiliki kisaran suhu optimum. Sedikit saja di luar kisaran
suhu
tersebut,
terjadi
penurunan
populasi
yang
sangat
besar
Contohnya
pada Tribolium, suhu optimum pertumbuhan adalah 25-37.5C. Ketahanan hidup akan
turun drastis di luar kisaran tersebut. Kematian terbesar terjadi pada larva instar awal.
Pola
serupa
tampaknya
terjadi
pada
spesiesRhyzopertha,
Oryzaephilus,
6|TEKNOLOGI
PRODUKSI
BENIH
(HPT)2015
Peningkatan suhu dan kadar air bahan simpan meningkatkan produksi telur,
hanya saja produksi telur tertinggi dan ketahanan hidup tertinggi tidak terjadi pada satu
titik suhu atau kadar air yang sama. Pada Tribolium, kombinasi ketahanan hidup dan
produksi telur yang menghasilkan tingkat reproduksi maksimum terjadi pada suhu 27 0C
dan kadar air 16%.
Sejumlah ngengat diketahui meningkat produksi telurnya bila menemukan
sumber air, demikian pula kumbang Dermestes. Callosobruchus juga meningkat
produksi telurnya karena nutrisi.
2. Interaksi Antar Individu Dan Antar Spesies
Intraspesifik (antarindividu)
Interaksi antarindividu dalam satu spesies menentukan distribusi dan kelimpahan
serangga. Pada kepadatan populasi rendah, laju pertumbuhan biasanya kecil karena
kesulitan untuk menemukan pasangan seksual misalnya. Ketika populasi bertambah,
laju pertumbuhan meningkat secara eksponensial karena kelimpahan sumber makanan
dan kesesuaian lingkungan. Sejalan dengan pertambahan populasi yang tinggi, terjadi
kompetisi/persaingan untuk makan dan perkawinan sehingga menimbulkan efek negatif
bagi populasi. Pada spesies tertentu bahkan terjadi kanibalisme terhadap serangga
dalam stadium inaktif (telur dan pupa). Walaupun demikian, tekanan populasi seperti
ini jarang terjadi karena kecenderungan migrasi bila populasi meningkat. Kompetisi
umumnya terjadi pada populasi di penyimpanan yang kosong, sarana transportasi
maupun peralatan pengolahan di mana jumlah makanan relatif sedikit.
Interspesifik (antarspesies)
Interaksi antarspesies juga mempengaruhi laju pertumbuhan suatu spesies
7|TEKNOLOGI
PRODUKSI
BENIH
(HPT)2015
Predasi, bisa oleh spesies predator (misal kepik Xylocoris sp.) atau spesies hama
yang menjadi karnivor fakultatif pada kondisi ekstrim.
Parasitisme, kebanyakan Hymenoptera famili Trichogrammatidae, Bethylidae, dan
Pteromalidae menjadi parasitoid hama gudang. Termasuk parasitisme adalah
serangan mikroorganisme seperti protozoa, bakteri dan cendawan entomophaga
penyakit terhadap hama pascapanen
TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk mengetahui hubungan antara jenis pakan terhadap tingkat preferensi hama
Callosobruchus chinensis pada benih kacang hijau dalam simpanan.
8|TEKNOLOGI
PRODUKSI
BENIH
(HPT)2015
METODOLOGI
ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan antara lain : gelas plastik, kuas gambar, kain kasa, karet gelang,
kertas label.
Bahan yang digunakan antara lain : Callosobruchus chinensis, kacang hijau (varietas
vima, murai, dan konsumsi).
PELAKSANAAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
9|TEKNOLOGI
PRODUKSI
BENIH
(HPT)2015
Minggu IV
Jumlah Hama
Minggu II
Minggu IV
Kacang hijau
Kacang hijau
(Murai)
Kacang hijau (Fima)
Varietas
Kacang hijau
Kacang hijau (Murai)
Kacang hijau (Fima)
Awal
10 imago
10 imago
10 imago
Minggu I
Minggu III
GRAFIK
Grafik Hasil Pengamatan Mingguan Berat Kacang Hijau
MI
M2
M3
M4
10 | T E K N O L O G I
PRODUKSI
BENIH
(HPT)2015
ham
a
M1
M2
M4
M3
Callosobruchus chinensis?
2. Dari ketiga jenis kacang hijau, manakah yang memiliki kualitas bagus, sehingga
disukai oleh Callosobruchus chinensis? Apakah kualitas pada kacang hijau
mempengaruhi
preferensi
Callosobruchus
chinensis?
Jelaskan
Alasannya?
MATERI II
PENDAHULUAN
11 | T E K N O L O G I
PRODUKSI
BENIH
(HPT)2015
menyebakan
penurunan
mutu.
Biasanya
biji-biji
gandum
yang
12 | T E K N O L O G I
PRODUKSI
BENIH
(HPT)2015
Patogen yang terbawa oleh biji dapat mengurangi nilai biji dan juga
mengurangi daya tumbuhnya. Patogen dapat menimbulkan penyakit pada
tanaman sebelum benih berkecambah, pada tanaman muda, atau pada tanaman
dewasa. Jika patogen menyerang tanaman dewasa, maka kerugian akan menjadi
lebih besar lagi. Patogen-patogen tersebut selain menimbulkan penyakit pada
tanaman itu sendiri, dapat pula menjadi sumber infeksi bagi tanaman lain.
Dengan demikian patogen tersebut dapat menginfeksi tanaman yang sehat.
Penyebaran ini dapat dilakukan dengan perantara angin, air, insekta, hewan, dan
manusia.
Mengenai lokasinya dari patogen tersebut pada benih dapat berbeda-beda
tergantung dari macamnya patogen dan macamnya tanaman yang diserang.
Patogen dapat mempertahankan diri dalam bentuk lain dalam embrio,
endosperm, kulit biji atau pada permukaan biji. Tetapi tidak jarang patogen
tertentu dapat berada pada berbagai macam bagian dari biji tersebut. Sebagai
contoh beberapa infeksi langsung ialah: Yellow Mosaic Virus pada kacangkacangan yang penularannya lewat pollen (tepung sari) Kebanyakan patogen
yang terbawa oleh benih menjadi aktif segera setelah benih disebar atau
disemaikan. Sebagai akibatnya benih menjadi busuk atau terjadi damping off
sebelum atau sesudah benih berkecambah
13 | T E K N O L O G I
PRODUKSI
BENIH
(HPT)2015
MATERI
Seed patologi atau penyakit benih merupakan cabang Ilmu Penyakit
Tanaman yang mempunyai tujuan untuk mengadakan determinasi terhadap
kesehatan dan perlakuan benih.
Patogen-patogen benih
Semua golongan patogen (jasad renik) seperti halnya jamur, bakteri, virus,
dan nematoda dapat terbawa oleh benih. Hal ini terjadi karena benihnya telah
terinfeksi atau karena kontaminasi dengan permukaannya saja. Ada pula yang
terbawa bersama benih dalam bentuk skierotia.
Terjadinya infeksi dan kontaminasi pada benih (biji)
Patogen yang terbawa biji pada prinsipnya dapat dibedakan dalam 2
macam yaitu:
1.
2.
atau biji atau dapat juga menetap dalam bentuk resting stage (tingkat istirahat).
Sedang biji yang terinfestasi (terkontaminasi) oleh patogen biasanya terjadi
dipermukaan biji. Sebagai contoh dalam bentuk spora, sclerotia, gall, dan buah
yang tercampur dengan biji.
Mekanisme dan penyebaran patogen dapat dibedakan dalam 2 proses
yaitu:
a Penetapan (Establishment) adalah patogen berada pada biji, atau
tercampur dengan biji dan keadaan ini atau proses ini biasanya disebut
dengan seed borne disease (patogen yang terbawa biji).
b Penyebaran (transfer) adalah patogen yang lewat biji, dan dalam hal ini
patogen tersebut adalah seed transmitted (dipindahkan lewat biji).
14 | T E K N O L O G I
PRODUKSI
BENIH
(HPT)2015
15 | T E K N O L O G I
PRODUKSI
BENIH
(HPT)2015
Usaha mengadakan survey penyakit pada tingkat nasional atau regional sehingga
bisa mengetahul penyebaran patogen terutama yang terbawa biji.
PRODUKSI
BENIH
(HPT)2015
PRODUKSI
BENIH
(HPT)2015
Perlakuan
o
1
Benih ....
Benih ...
Benih
Patogen yang
Dokumentasi
Keterangan
ditemukan
Bahan diskusi:
1 Amati benih dibawah mikroskop. Apakah terdapat patogen pada benih
yang diuji pada media agar? Apa saja jenis patogen yang ditemukan?
Bandingkan data anda dengan kelompok lain?
2 Apakah patogen yang saudara temukan merupakan dalam golongan
patogen penyebab penyakit benih (seedborne)? Dampak apa yang
ditimbulkan oleh patogen tersebut bagi benih?
3 Bagaimana patogen tersebut bisa menginfeksi benih yang disimpan?
4 Bagaimana upaya pengendalian terhadap patogen pada benih tersebut?
Format Laporan
18 | T E K N O L O G I
PRODUKSI
BENIH
(HPT)2015
1. PENDAHULUN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Hama Gudang (3 Ing + Terjemah)
2.2 Definisi Penyakit Benih (3 Ing + Terjemah)
2.3 Callosobruchus chinensis meliputi, morfologi, daur hidup, dan
pengendaliannya +Gambar literatur)
2.4 Macam-Macam Penyakit Benih (+cotoh dan Gambar literatur)
3. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
3.2 Alat dan Bahan
3.3 Cara Kerja (Diagram alir)
3.4 Analisa Perlakuan
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil (Berupa tabel dan grafik)
4.2 Pembahasan Praktikum (dibandingkan dengan literatur)
4.3 Pembahasan Soal
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran (Asisten dan Praktikum)
DAFTAR PUSTKA
LAMPIRAN (Dokumentasi, dan Jurnal internasional)
(Diketik A4, Margin 4,3,3,3, Times New Roman 12, Spasi 1,5, Before dan after 0 pt)
Catatan: karena laporan akan dikoreksi secara bersama-sama tim asisten TPB HPT, jika
ditemukan adanya laporan yang sama antar praktikan satu angkatan maka yang
bersangkutan akan dikurangi nilainya 50%.
19 | T E K N O L O G I
PRODUKSI
BENIH
(HPT)2015