Anda di halaman 1dari 19

Nama

Nim

Kelompok

Asisten

MATERI I
PENDAHULUAN
A. Hama Gudang (Hama Pasca Panen)
Hama adalah hewan atau organisme yang aktivitasnya dapat menurunkan nilai
ekonomis dan merusak kualitas juga kuantitas produk pertanian. Hama berdasarkan
tempat penyerangannya dibagi menjadi 2 jenis yaitu hama lapang dan hama
gudang/hama pasca panen. Hama lapang adalah hama yang menyerang produk
pertanian pada saat masih di lapang. Hama gudang adalah hama yang merusak produk
pertanian saat berada di gudang atau pada masa penyimpanan.
Menurut Kertasapoetra(1991), hama pasca panen merupakan salah satu faktor
yang memegang peranan penting dalam peningkatan produksi. Hasil panen yang
disimpan khususnya biji-bijian setiap saat dapat diserang oleh berbagai hama gudang
yang dapat merugikan.
Hama gudang berpotensi menyebabkan kehilangan hasil selama produk dalam
penyimpanan. Kehilangan hasil yang disebabkan oleh hama gudang dapat mencapai 1015% dari isi gudang. Serangga hama gudang adalah serangga yang telah teradaptasi
pada lingkungan penyimpanan dengan baik.
B. Sejarah Infestasi Hama Gudang
Dahulu pada saat petani bercocok tanam, hama pasca panen sangat sedikit sekali
ditemui, mereka bertahan hidup dengan tumbuh pada biji-bjian, seresah, kayu bekas
pohon,kotoran binatang,tanah dan terbawa oleh binatang lain seperti burung dan tikus.
Pada saat itu nenek moyang kita bertani hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,
jadi hasil panen mereka tidak memerlukan perlakuan khusus dalam sistem
penyimpanannya. Seiring berkembangnya jaman yang menyebabkan hasil pertanian
tidak hanya untuk kebutuhan sehari-hari melainkan juga karena desakan ekonomi yang
didukung melimpahnya pakan, terjadinya kelangkaan air dan berkembangnya perlakuan
dalam sistem penyimpanan, para petani mulai menyimpan hasil panen mereka pada
tempat penyimpanan yang biasa kita sebut gudang.
Pengertian gudang dapat dikemukakan bahwa gudang tidak hanya terbatas pada
wujud suatu bangunan yang dapat dipergunakan untuk menyimpan produk pertanian

1|TEKNOLOGI

PRODUKSI

BENIH

(HPT)2015

yang biasanya tertutup rapat, melainkan pula meliputi setiap tempat penyimpanan,
tempat apapun tanpa memperdulikan bentuk, ukuran serta letaknya yang ada kaitannya
dengan hama gudang dapat dianggap sebagai gudang.
Menurut Franklin G. Moore dalam Production Control (1961), gudang pada
umumnya terbagi atas gudang terbuka dan gudang tertutup. Pada gudang terbuka
biasanya ditempatkan bahan-bahan yang baru diambil, guna melindunginya sebelum
dilakukan proses pemilihan atau sebelum dilemparkan pada pedagang dan konsumen,
nilai dari bahan-bahan di sini dapat dianggap masih dalam transisi untuk dipersiapkan
agar dapat dimasukkan gudang tertutup.
Gudang tertutup adalah suatu tempat tertutup yang keadaan di dalamnya lebih
terpelihara, bahan-bahan yang disimpan ditempat ini biasanya yang telah disortir dan
memperoleh pengolahan-pengolahan, seperti pengeringan, pembersihan dari berbagai
kotoran dan biasanya ditempatkan lagi dalam tempat-tempat yang khusus (bakul, peti,
karung, belek dan lain sebagainya). Jadi hama gudang akan tetap ada walaupun bahan
disimpan dalam gudang tertutup dan telah mengalami beberapa pengolahan
sebelumnya.
C. Klasifikasi Hama Gudang
Berbagai hama dalam gudang dapat diklasifikasikan menurut beberapa sifat dan
morfologi dari hama tersebut, yang dimaksud dengan klasifikasi atau penggolongan
ialah pengaturan individu dalam kelompok, penyusunan kelompok, penyusunan
kelompok dalam suatu sistem, data individu dan kelompok menentukan hama itu dalam
sistem tersebut. Letak hama itu dalam sistem sudah memperlihatkan sifatnya.
Berdasarkan hasil penggolongan para taksom, hama gudang yang penting/primer
terbatas pada serangga, burung dan mamalia. Kelompok pada serangga tergolong dalam
2 ordo yaitu Coleoptera dan Lepidoptera. Hama gudang yang tergolong hama sekunder
merupakan hama gudang yang kurang penting, artinya sifat kerusakannya merupakan
gejala sekunder pada bahan simpanan, seperti: Mites (kelas Arachnoidea, ordo Acarina),
Kecoak (ordo Orthoptera), Renget/gegat (ordo Thysanura), Collembola (ordo
Collembola), Semut (ordo Hymenoptera) dan lain-lain, akan tetapi walaupun hama yang
kurang penting daya perusakannya dan hanya bersifat sekunder saja, kalau terlalu

2|TEKNOLOGI

PRODUKSI

BENIH

(HPT)2015

banyak

populasinya

tentunya

kerusakan

sekunder

yang

dilakukannya

akan

menimbulkan kerugian yang cukup besar.


Menurut Linsley(1944), hama pasca panen dapat dikelompokkan menjadi
delapan, yaitu:
1. Spesies yang menginvestasi biji-bijian, yaitu spesies dari family Gelechiidae
,Bruchidae dan Curculionidae.
2. Spesies pemakan jamur, yaitu ordo Lepidoptera dan Coleoptera.
3. Spesies pemakan tanaman mati, yaitu larva ngengat yang termaduk dalam
familyPhytidae.
4. Spesies pemakan binatang mati yaitu kumbang dari family Dermestidae dan beberapa
jenis ngengat dari family Tineidae.
5. Cucujidae dan Tenebrionidae (Tribolium spp., Cryptoleste sp., Tenebroides
mauritanicus, Palorus sp., Gnatocerus sp. Dan Latheticus sp.)
6. Penggerek binatang dan pemakan kayu, yaitu beberapa spesies serangga dalam famili
Anobiidae

yaituLasoderma

serricornedanStegobium

panecium

dan

famili

Bostrichidae yaitu Rhyzopertha dominica.


7. Scavenger pada sarang serangga lain, contohnya sarang tawon, dalam
familiGalleriidae, Phycitidae, Ptinidae dan Dermesitidae.
8.PredatordanParasitoid, dalamordoHemiptera(kepik),DipteradanHymenoptera(tawon).

3|TEKNOLOGI

PRODUKSI

BENIH

(HPT)2015

D. Faktor Yang Mempengaruhi Penyebaran Dan Kelimpahan Hama Gudang


1. Suhu, Kadar Air Biji Dan Sumber Makanan
Masa perkembangan, ketahanan hidup dan produksi telur serangga hama
pascapanen tergantung pada kesesuaian lingkungan dan makanan. Laju populasi
serangga dapat meningkat sebagai hasil dari masa perkembangan yang singkat,
ketahanan hidup yang meningkat atau produksi telur yang lebih banyak. Dalam kondisi
normal, gudang adalah sumber makanan sehingga permasalahan utama bagi serangga
adalah suhu dan kadar air/kelembaban. Walaupun demikian, sebagian besar serangga
hama pascapanen dapat hidup pada berbagai bahan simpan dan terdapat variasi
kelimpahan serangga pada tiap-tiap bahan simpan.

a. Masa Perkembangan
Suhu lingkungan dan kadar air bahan simpan merupakan faktor utama yang
mempengaruhi masa perkembangan. Pada coleoptera, kadar air lebih dominan
pengaruhnya dibanding suhu dan makanan, demikian pula pada lepidoptera.
Lepidoptera pascapanen menghabiskan sebagian besar masa perkembangannya
sebagai larva. Stadium larva lepidoptera pascapanen lebih lama daripada larva
coleoptera karena nutrisinya digunakan untuk produksi telur. Imago lepidoptera sendiri
berumur pendek dan tidak makan.

Coleoptera berumur panjang (Cryptolestes,

Oryzaephilus, Sitophilus, Tribolium, Rhyzopertha) makan selama periode imago, karena


itu dapat memproduksi telur selama hidupnya. Seperti lepidoptera, stadium larva
coleoptera berumur pendek (Callosobruchus, Lasioderma, Stegobium) cenderung lebih
lama (walaupun tidak selama lepidoptera), akibatnya produksi telurnya pun tidak
sebanyak lepidoptera.

4|TEKNOLOGI

PRODUKSI

BENIH

(HPT)2015

Hingga batas tertentu, kenaikan suhu lingkungan meningkatkan aktivitas


makan. Hal ini menjelaskan sebagian pengaruh suhu terhadap pemendekan masa
perkembangan serangga pascapanen.

Fluktuasi suhu harian juga berpengaruh.

Serangga yang hidup pada suhu konstan tinggi masa perkembangannya lebih
singkat daripada suhu fluktuatif (walaupun dengan rata-rata suhu yang sama tinggi).
Sementara itu pada suhu konstan rendah, masa perkembangannya lebih lama
dibandingkan suhu fuktuatif dengan rata-rata sama rendah.
Kadar air bahan simpan/kelembaban udara mempengaruhi lama stadium larva.
Kadar air bahan simpan yang rendah memperlama stadium larva, tetapi stadium telur
dan pupa tidak terpengaruh sehingga hal ini mengubah keseimbangan struktur umur
dalam populasi yang sudah stabil.
Seperti

dijelaskan

sebelumnya,

suhu

lingkungan

dan

kelembaban

di

penyimpanan bisa saja sebagai sebab atau akibat dari keberadaan hama. Serangga
membutuhkan kisaran suhu dan kelembaban optimum untuk perkembangannya.
Sementara itu metabolisme serangga juga menghasilkan kalor dan uap air ke
lingkungannya.

Gambar 2. Hubungan masa perkembangan dengan suhu lingkungan

5|TEKNOLOGI

PRODUKSI

BENIH

(HPT)2015

b. Ketahanan hidup/survival
Serangga biasanya memiliki kisaran suhu optimum. Sedikit saja di luar kisaran
suhu

tersebut,

terjadi

penurunan

populasi

yang

sangat

besar

Contohnya

pada Tribolium, suhu optimum pertumbuhan adalah 25-37.5C. Ketahanan hidup akan
turun drastis di luar kisaran tersebut. Kematian terbesar terjadi pada larva instar awal.
Pola

serupa

tampaknya

terjadi

pada

spesiesRhyzopertha,

Oryzaephilus,

Cryptolestes dan Tribolium (coleoptera berumur panjang) .

Gambar 3. Hubungan suhu lingkungan dengan ketahanan hidup


Kadar air biji berkorelasi positif dengan ketahanan hidup. Kadar air meningkat,
kondisi lingkungan makin baik untuk serangga sehingga ketahanan hidupnya pun
meningkat. Sebaliknya, ketahanan hidup hama pascapanen menurun bila kadar air biji
rendah.

Implikasinya, kalaupun pengendalian hama tidak bisa dilakukan dengan

menurunkan suhu (pendinginan), pengeringan dan pemanasan dapat pula bermanfaat.


Kematian hama pascapanen pada suhu rendah merupakan fungsi dari laju
pendinginan, lama waktu pendinginan, suhu dan spesies. Serangga akan punya
kesempatan menyesuaikan diri (aklimasi) bila laju pendinginan lambat.
c. Produksi telur
Serangga memerlukan nutrisi yang cukup untuk memproduksi telur.
Lepidoptera biasanya mengakumulasi nutrisi pada saat larva, dan memproduksi telur
dalam jumlah banyak hanya pada hari-hari pertama menjadi imago. Coleoptera
biasanya hidup lebih lama dan memproduksi telur sepanjang hidupnya dalam proporsi
yang lebih merata. Dengan demikian, coleoptera berumur panjang membutuhkan
nutrisi sepanjang hidupnya.

6|TEKNOLOGI

PRODUKSI

BENIH

(HPT)2015

Peningkatan suhu dan kadar air bahan simpan meningkatkan produksi telur,
hanya saja produksi telur tertinggi dan ketahanan hidup tertinggi tidak terjadi pada satu
titik suhu atau kadar air yang sama. Pada Tribolium, kombinasi ketahanan hidup dan
produksi telur yang menghasilkan tingkat reproduksi maksimum terjadi pada suhu 27 0C
dan kadar air 16%.
Sejumlah ngengat diketahui meningkat produksi telurnya bila menemukan
sumber air, demikian pula kumbang Dermestes. Callosobruchus juga meningkat
produksi telurnya karena nutrisi.
2. Interaksi Antar Individu Dan Antar Spesies
Intraspesifik (antarindividu)
Interaksi antarindividu dalam satu spesies menentukan distribusi dan kelimpahan
serangga. Pada kepadatan populasi rendah, laju pertumbuhan biasanya kecil karena
kesulitan untuk menemukan pasangan seksual misalnya. Ketika populasi bertambah,
laju pertumbuhan meningkat secara eksponensial karena kelimpahan sumber makanan
dan kesesuaian lingkungan. Sejalan dengan pertambahan populasi yang tinggi, terjadi
kompetisi/persaingan untuk makan dan perkawinan sehingga menimbulkan efek negatif
bagi populasi. Pada spesies tertentu bahkan terjadi kanibalisme terhadap serangga
dalam stadium inaktif (telur dan pupa). Walaupun demikian, tekanan populasi seperti
ini jarang terjadi karena kecenderungan migrasi bila populasi meningkat. Kompetisi
umumnya terjadi pada populasi di penyimpanan yang kosong, sarana transportasi
maupun peralatan pengolahan di mana jumlah makanan relatif sedikit.

Interspesifik (antarspesies)
Interaksi antarspesies juga mempengaruhi laju pertumbuhan suatu spesies

serangga. Berbagai pola interaksi ditemukan di penyimpanan, yaitu:


Suksesi, yaitu pergantian dominansi spesies pada pernyimpanan kerena perubahan
lingkungan dan sumber makanan. Pada saat awal yang dominan adalah hama
primer, kemudian digantikan hama sekunder, selanjutnya mungkin serangga
pemakan cendawan atau sisa-sisa.
Kompetisi, terjadi bila dua spesies hama memiliki relung ekologis yang sama
(bandingkan dengan suksesi dimana masing-masing spesies memiliki peran
berbeda.)

7|TEKNOLOGI

PRODUKSI

BENIH

(HPT)2015

Predasi, bisa oleh spesies predator (misal kepik Xylocoris sp.) atau spesies hama
yang menjadi karnivor fakultatif pada kondisi ekstrim.
Parasitisme, kebanyakan Hymenoptera famili Trichogrammatidae, Bethylidae, dan
Pteromalidae menjadi parasitoid hama gudang. Termasuk parasitisme adalah
serangan mikroorganisme seperti protozoa, bakteri dan cendawan entomophaga
penyakit terhadap hama pascapanen

E. Faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi serangga terhadap inang.


Painter (1951) dan Beck (1965) mengemukakan bahwa preferensi serangga
terhadap inangnya banyak dipengaruhi oleh faktor biofisik dan biokimia tanaman. Pada
saat serangga mencari makanan, serangga melakukan serangkaian proses yaitu proses
pengenalan atau orientasi yang kemudian disusul dengan menggigit atau menusukkan
alat mulutnya ke dalam jaringan tanaman (Atkins , 1980).Pada proses ini yang mulamula berperan adalah faktor biofisik tanaman yaitu serangga mulai merasakan adanya
rambut-rambut pada bagian tanaman, lapisan lilin, kekerasan jaringan tanaman dan lainlain (Painter, 1951). Fase selanjutnya, yang berperan adalah faktor biokimia tanaman.
Apabila dalam inang terdapat senyawa-senyawa yang menarik maka serangga akan
menetap (arrestant) dan bila ada senyawa-senyawwa yang merangsang (feeding
stimulant) maka serangga akan meneruskan makannya pada inang tersebut. Jika pada
fase ini makanan tidak sesuai maka serangga akan meninggalkan inangnya, dan
sebaliknya bila makanan sesuai maka serangga akan menetap pada inang tersebut.

TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk mengetahui hubungan antara jenis pakan terhadap tingkat preferensi hama
Callosobruchus chinensis pada benih kacang hijau dalam simpanan.

8|TEKNOLOGI

PRODUKSI

BENIH

(HPT)2015

METODOLOGI
ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan antara lain : gelas plastik, kuas gambar, kain kasa, karet gelang,
kertas label.
Bahan yang digunakan antara lain : Callosobruchus chinensis, kacang hijau (varietas
vima, murai, dan konsumsi).
PELAKSANAAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Ambil 100 gram kacang hijau untuk tiap varietas.


Sediakan 3 gelas plastik berisi masing-masing dengan 100 gram kacang hijau.
Masukkan 10 Callosobruchus chinensis ke dalam masing-masing gelas plastik.
Berilah label untuk masing-masing jenis kacang hijau.
Tutup gelas plastik dengan kain kasa dan ikat dengan karet gelang.
Pengamatan dilakukan setiap 1 minggu sekali sampai dengan 4 kali pengamatan.
Setiap pengamatan amati bobot dan jumlah imago Callosobruchus chinensis pada

masing-masing gelas plastik yang berisi benih kacang hijau.


8. Dokumentasi pengamatan

9|TEKNOLOGI

PRODUKSI

BENIH

(HPT)2015

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Pengamatan Berdasarkan Kualitas Kacang Hijau
Varietas
Awal

Berat Kacang Hijau


Minggu I
Minggu II
Minggu III

Minggu IV

Jumlah Hama
Minggu II

Minggu IV

Kacang hijau
Kacang hijau
(Murai)
Kacang hijau (Fima)

Varietas
Kacang hijau
Kacang hijau (Murai)
Kacang hijau (Fima)

Awal
10 imago
10 imago
10 imago

Minggu I

Minggu III

GRAFIK
Grafik Hasil Pengamatan Mingguan Berat Kacang Hijau

Kacang Hijau konsumsi


Berat

Kacang hijau (Murai)


Kacang hijau (Vima)

MI

M2

M3

M4

Grafik Hasil Pengamatan Mingguan Jumlah Hama Callosobruchus chinensis

10 | T E K N O L O G I

PRODUKSI

BENIH

(HPT)2015

Kacang hijau Konsumsi

ham
a

Kacang hijau (Murai)


Kacang hijau (Vima)

M1

M2

M4

M3

Bahan diskusi yang merupakan pembahasan meliputi :


1. Dari grafik pengamatan saudara, apakah ada penambahan populasi Callosobruchus
chinensis pada ketiga jenis kacang hijau? mengapa demikian? Apakah variable
tersebut sudah menunjukkan bahwa varietas

tertentu yang disukai oleh

Callosobruchus chinensis?
2. Dari ketiga jenis kacang hijau, manakah yang memiliki kualitas bagus, sehingga
disukai oleh Callosobruchus chinensis? Apakah kualitas pada kacang hijau
mempengaruhi

preferensi

Callosobruchus

chinensis?

Jelaskan

Alasannya?

Bagaimana kualitas (kondisi) ketiga jenis beras setelah akhir pengamatan?


3. Berdasarkan hasil pengamatan Callosobruchus chinensis bagaimana hubungannya
jumlah populasi hama terhadap penurunan kualitas benih kacang hijau? Jelaskan pula
faktor apa saja yang mempengaruhinya!
4. Carilah jurnal yang berhubungan dengan soal materi ini. Sertakan print out jurnal
sebagai acuan dalam menjawab soal. Berilah tanda (garis bawah atau stabilo) pada
kata yang menjadi acuan untuk menjawab.
5. Ambil 5-10 sample dari masing-masing jenis kacang hijau yang telah rusak,
*dokumentasikan secara jelas gejala yang terdapat pada permukaan beras. *gunakan
kamera dgn resolusi yang bagus untuk hasil dokumentasi yang jelas.

MATERI II
PENDAHULUAN

11 | T E K N O L O G I

PRODUKSI

BENIH

(HPT)2015

Sekilas Pandang Mengenai Patologi Benih


Seperti telah diketahui bermacam-macam jasad renik dapat terbawa pada
benih dan sebagian besar bersifat patogen. Penyakit yang ditimbulkan dapat
terjadi pada kecambah, tanaman muda, dan pada tanaman dewasa. Patogenpatogen yang terdapat pada biji dapat menimbulkan berbagai kerusakan. Bentuk
kerusakan yang ditimbulkan sangat bervariasi, tergantung macam patogennya,
macam biji, dan lingkungannya. Bentuk kerusakan tersebut dapat berupa bercak
(nekrose), perubahan warna, dan busuk.
Biji-biji membawa beberapa patogen yang sering menyebabkan beberapa
penyakit pada pertanaman yang tumbuh dari biji yang tersebut. Seperti halnya
penyakit-penyakit pada biji sorgum dapat menyebabkan kehilangan hasil secara
individual di lapangan sampai lebih dari 5 persen dan kadang-kadang infeksinya
dapat sebersar 50 persen. Penyakit-penyakit pada biji (benih) disamping
menderita kerusakan juga menghasilkan sejumlah spora yang selanjutnya dapat
menyebabkan penyakit pada tanaman sehat di lapang, sebagai contoh penyakit
bercak coklat pada padi dan antraknosa pada chili. Biji-biji juga dapat
menyebabkan penyakit pada embrio.
Ada beberapa biji yang terinfeksi dan dikonsumsi akan menyebabkan
penyakit pada manusia atau hewan.sebagai contoh penyakit ergot pada bajra dan
kudis pada gandum. Biji-biji gandum yang terserang ergot akan menyebabkan
binatang atau manusia menjadi sakit. Hal ini dilaporkan juga bahwa dengan
memakan gandum yang terkena kudis, meskipun dalam jumlah yang kecil akan
menyebabkan keracunan makanan. Selain itu biji-biji yang terinfeksi
menurunkan nilai pemasarannya. Campuran biji-biji yang sehat dan terinfeksi
akan

menyebakan

penurunan

mutu.

Biasanya

biji-biji

gandum

yang

terkontaminasi dengan jamur sampai 5 persen, akan menyebabkan perubahan


warna pada tepung, sehingga akan menyebabkan tepung tersebut tidak disukai
oleh konsumen.

12 | T E K N O L O G I

PRODUKSI

BENIH

(HPT)2015

Patogen yang terbawa oleh biji dapat mengurangi nilai biji dan juga
mengurangi daya tumbuhnya. Patogen dapat menimbulkan penyakit pada
tanaman sebelum benih berkecambah, pada tanaman muda, atau pada tanaman
dewasa. Jika patogen menyerang tanaman dewasa, maka kerugian akan menjadi
lebih besar lagi. Patogen-patogen tersebut selain menimbulkan penyakit pada
tanaman itu sendiri, dapat pula menjadi sumber infeksi bagi tanaman lain.
Dengan demikian patogen tersebut dapat menginfeksi tanaman yang sehat.
Penyebaran ini dapat dilakukan dengan perantara angin, air, insekta, hewan, dan
manusia.
Mengenai lokasinya dari patogen tersebut pada benih dapat berbeda-beda
tergantung dari macamnya patogen dan macamnya tanaman yang diserang.
Patogen dapat mempertahankan diri dalam bentuk lain dalam embrio,
endosperm, kulit biji atau pada permukaan biji. Tetapi tidak jarang patogen
tertentu dapat berada pada berbagai macam bagian dari biji tersebut. Sebagai
contoh beberapa infeksi langsung ialah: Yellow Mosaic Virus pada kacangkacangan yang penularannya lewat pollen (tepung sari) Kebanyakan patogen
yang terbawa oleh benih menjadi aktif segera setelah benih disebar atau
disemaikan. Sebagai akibatnya benih menjadi busuk atau terjadi damping off
sebelum atau sesudah benih berkecambah

13 | T E K N O L O G I

PRODUKSI

BENIH

(HPT)2015

MATERI
Seed patologi atau penyakit benih merupakan cabang Ilmu Penyakit
Tanaman yang mempunyai tujuan untuk mengadakan determinasi terhadap
kesehatan dan perlakuan benih.
Patogen-patogen benih
Semua golongan patogen (jasad renik) seperti halnya jamur, bakteri, virus,
dan nematoda dapat terbawa oleh benih. Hal ini terjadi karena benihnya telah
terinfeksi atau karena kontaminasi dengan permukaannya saja. Ada pula yang
terbawa bersama benih dalam bentuk skierotia.
Terjadinya infeksi dan kontaminasi pada benih (biji)
Patogen yang terbawa biji pada prinsipnya dapat dibedakan dalam 2
macam yaitu:
1.

Biji yang terinfeksi (infected)

2.

Biji yang mengalami kontaminasi (infested)


Pada biji-biji yang terinfeksi, patogen mengadakan penetrasi pada jaringan

atau biji atau dapat juga menetap dalam bentuk resting stage (tingkat istirahat).
Sedang biji yang terinfestasi (terkontaminasi) oleh patogen biasanya terjadi
dipermukaan biji. Sebagai contoh dalam bentuk spora, sclerotia, gall, dan buah
yang tercampur dengan biji.
Mekanisme dan penyebaran patogen dapat dibedakan dalam 2 proses
yaitu:
a Penetapan (Establishment) adalah patogen berada pada biji, atau
tercampur dengan biji dan keadaan ini atau proses ini biasanya disebut
dengan seed borne disease (patogen yang terbawa biji).
b Penyebaran (transfer) adalah patogen yang lewat biji, dan dalam hal ini
patogen tersebut adalah seed transmitted (dipindahkan lewat biji).

14 | T E K N O L O G I

PRODUKSI

BENIH

(HPT)2015

Infeksi dan kontaminasi pada benih dapat terjadi :


1 Secara langsung menginfeksi benih dan berada di dalam jaringan.
2 Secara tidak langsung mengkontaminasi pada permukaan benih.
Sumber inokulumnya tersebut kemungkinan berasal dan tanaman inangnya
sendiri atau dan tanaman lain.
Sedang asal infeksi dapat berasal dari:
1 Dari lapang-field pathogen, berkembang sebelum panen
2 Dari gudang-strorage pathogen, berkembang sesudah panen / selama
penyimpanan.
Terdapatnya patogen dalam biji dapat dibedakan menjadi:
1 Tercampur dengan biji (Admixed). contoh : Anguina tritici
2 Melekat pada permukaan hiji (Adherent), contoh Helminthosporium sp.;
Alternaria sp. ; Smut sp.
3 Tertanam dalam biji (Embedded). contoh : Alternaria sp. ; Cercospora sp.
, Helminthosporium sp.; Septoria sp, Phoma sp, culvuria sp.
4 Embrionie seed born, dimana inokulum dan patogen berada dalam embrio,
contoh : virus.

15 | T E K N O L O G I

PRODUKSI

BENIH

(HPT)2015

PRAKTEK PENGUJIAN BENIH


Untuk mengetahui patogen yang terbawa benih dapat dilakukan pengujian
benih. Pemeriksaan kesehatan dapat dipakai untuk berbagai tujuan, antara lain:
1

Mengevaluasi kesehatan benih sebelum disebarkan ke berbagai tempat untuk


keperluan pertanaman.

Mengevaluasi efek dan fungisida untuk keperluan perlakuan benih.

Mengevaluasi usaha pemberantasan penyakit di lapang dalam rangka mencegah


penyakit yang ditularkan ke biji.

Usaha mengadakan survey penyakit pada tingkat nasional atau regional sehingga
bisa mengetahul penyebaran patogen terutama yang terbawa biji.

Karantina tumbuh-tumbuhan, untuk mencegah masuknya/ keluamya patogen


yang membahayakan
Pengujian benih dengan metode inkubasi:
1 Pengujian dengan media kertas
2 Pengujian dengan media agar
Metode ini didasarkan pada pertumbuhan inokulum. Dengan cara ini dapat
dilihat macamnya jamur patogen yang menyerang benih
1 Media kertas
a Pengamatan biji dilakukan setelah biji diinkubasi pada kertas. Kertas
umumnya adalah kertas yang mengisap air. Kertas whatman, kertas
merang, kertas buram, dll.
b Biji diletakkan pada medium kertas dan diletakkan dalam cawan Petri.
Kertas medium terdiri atas beberapa lapis, dan dibasahi sebelumnya.
c Tebarkan beberapa benih dan diinkubasi 7- 8 hari.
d Diamati jumlah dan macam jamur (cendawan) dengan mikroskop.
2 Media agar
a Biji.biji ditempatkan pada cawan Petri yang berisi agar. Macam agar
yang digunakan dapat berupa : PDA (Potato Dextrose Agar) atau MEA
(Malt Extract Agar).
16 | T E K N O L O G I

PRODUKSI

BENIH

(HPT)2015

b Tebarkan beberapa benih. Inkubasi pada suhu 20-28C selama 5- 8


hari.
c Pengamatan dapat secara makroskopis maupun mikroskopis
TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk mengetahui metode pengujian patogen benih dan macam-macam
patogen yang terdapat dalam benih.
METODOLOGI
ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakaan antara lain: Cawan Petri, plastik wrap, bunsen, pinset,
korek api, kertas label.
Bahan yang digunakan antara lain: Benih, Media PDA, Air, Alkohol 96% (bisa
diganti dengan 70%), aquades steril, chlorox,
PELAKSANAAN
1 Sterilkan meja kerja dengan alkohol.
2 Sterilkan 2 benih dengan merendam benih yang akan diisolasi dengan
chlorox, aquades, dan aquades steril secara berurutan masing-masing
selama 1 menit.
3 Siapkan media PDA dan buka plastik wrapnya, kemudian panaskan bibir
cawan dengan api bunsen.
4 Sterilkan pinset dengan merendam alkohol dan membakarnya pada api
bunsen.
5 Buka media dengan membuat celah pada cawan (sekiranya pinset bisa
masuk), dan tanam 2 benih yang telah disterilkan dengan tetap didekat api
bunsen.
6 Tutup kembali media dan panaskan kembali bibir cawan.
7 Tutup dengan plastik wraping dan beri label sesuai dengan kelas masingmasing.
17 | T E K N O L O G I

PRODUKSI

BENIH

(HPT)2015

8 Pengaatan dilakukan setiap hari selama seminggu dan didokumentasikan.


HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel Pengamatan.
N

Perlakuan

o
1

Benih ....

Benih ...

Benih

Patogen yang

Dokumentasi

Keterangan

ditemukan

Bahan diskusi:
1 Amati benih dibawah mikroskop. Apakah terdapat patogen pada benih
yang diuji pada media agar? Apa saja jenis patogen yang ditemukan?
Bandingkan data anda dengan kelompok lain?
2 Apakah patogen yang saudara temukan merupakan dalam golongan
patogen penyebab penyakit benih (seedborne)? Dampak apa yang
ditimbulkan oleh patogen tersebut bagi benih?
3 Bagaimana patogen tersebut bisa menginfeksi benih yang disimpan?
4 Bagaimana upaya pengendalian terhadap patogen pada benih tersebut?
Format Laporan

18 | T E K N O L O G I

PRODUKSI

BENIH

(HPT)2015

1. PENDAHULUN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Hama Gudang (3 Ing + Terjemah)
2.2 Definisi Penyakit Benih (3 Ing + Terjemah)
2.3 Callosobruchus chinensis meliputi, morfologi, daur hidup, dan
pengendaliannya +Gambar literatur)
2.4 Macam-Macam Penyakit Benih (+cotoh dan Gambar literatur)
3. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
3.2 Alat dan Bahan
3.3 Cara Kerja (Diagram alir)
3.4 Analisa Perlakuan
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil (Berupa tabel dan grafik)
4.2 Pembahasan Praktikum (dibandingkan dengan literatur)
4.3 Pembahasan Soal
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran (Asisten dan Praktikum)
DAFTAR PUSTKA
LAMPIRAN (Dokumentasi, dan Jurnal internasional)
(Diketik A4, Margin 4,3,3,3, Times New Roman 12, Spasi 1,5, Before dan after 0 pt)
Catatan: karena laporan akan dikoreksi secara bersama-sama tim asisten TPB HPT, jika
ditemukan adanya laporan yang sama antar praktikan satu angkatan maka yang
bersangkutan akan dikurangi nilainya 50%.

19 | T E K N O L O G I

PRODUKSI

BENIH

(HPT)2015

Anda mungkin juga menyukai