Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah cabang kehidupan manusia.
Dengan adanya pendidikan, manusia dikatakan hidup.
Pendidikan akan menghasilkan individu-individu yang
bermanfaat, baik bagi dirinya sendiri maupun sekitarnya.
Proses pendidikan tidak hanya berlaku di sekolah saja,
melainkan di salah satu pihak yang telah bersamanya
sejak balita, sangat berpengaruh atas proses pendidikan
pribadi anak.
Proses pembelajaran anak menjadi salah satu bahan
diskusi bagi pengajar untuk menilai seberapa baik proses
belajar anak tersebut. Menurut Winkel (2012: 26-29),
bahwa belajar, perkembangan, dan pendidikan saling
terhubung satu sama lain. Pendidikan sekolah dibutuhkan
dalam aspek perkembangan kognitif, konatif, dan afektif
yang mengarahkan anak untuk memperoleh pengetahuan,
pemahaman, keterampilan, sifat, dan nilai yang
menunjang perkembangan.

Masa anak dikenal sebagai masa sekolah yaitu masa


anak belajar menghadapi perubahan tingkah laku karena
kematangan, berbagai pembatasan, kesempatan, serta
tuntutan lingkungan. Pada dasarnya merupakan periode
transisi fisik, kemampuan kognitif dan belajar, relasi
dengan orang lain dan berbagai hal baru diantaranya
berupa kesempatan dan tuntutan (Setiono, 2011: 61).
Perubahan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor
yang terjadi dalam diri siswa merupakan bagian dari
proses belajar (Purwanto, 1996: 102). Proses belajar
melalui tiga tahap yaitu, tahap informasi (penerimaan
materi), tahap transformasi (tahap pengubahan materi),
dan sampai tahap evaluasi nantinya akan dilakukan
penilaian terhadap penguasaan materi siswa,
menggambarkan prestasi yang dicapai seorang siswa.
(Sertina, 2014: 60)
Dalam hal penilaian terhadap penguasaan materi,
Dalyono (2007: 55-60) mengatakan bahwa prestasi belajar
dipengaruhi beberapa faktor yaitu faktor internal yang
berasal dari dalam diri seperti kesehatan, intelegensi,
bakat, minat, motivasi, dan cara belajar, serta faktor

eksternal yang berasal dari luar diri, seperti keluarga,


sekolah, masyarakat, lingkungan sekitar. Diantara
berbagai faktor tersebut, orangtua menempati posisi
penting. (Sertina, dkk., 2014: 60)
Keluarga mempunyai peranan penting dalam
pendidikan, baik dalam lingkungan masyarakat Islam
maupun non-Islam. Karena keluarga merupakan tempat
pertumbuhan anak yang pertama di mana dia
mendapatkan pengaruh dari anggota-anggotanya pada
masa yang amat penting dan paling kritis dalam
pendidikan anak, yaitu tahun-tahun pertama dalam
kehidupannya (usia pra-sekolah). Sebab pada masa
tersebut apa yang ditanamkan dalam diri anak akan
sangat membekas, sehingga tak mudah hilang atau
berubah sudahnya. (Yusuf Muhammad al-Hasan: 6)
Menurut UU RI No. 23 Tahun 2003, Bag.2 Hal. 4
tentang Hak dan Kewajiban Orang Tua No. 2, bahwa orang
tua dari anak usia wajib belajar, berkewajiban memberikan
pendidikan dasar kepada anaknya.

Dalam penerapannya, tipe pola asuh orang tua ada


beberapa macam, yaitu: pertama, otoriter; kedua,
demokrasi.
Barnadib (Zahroh, 2003) mengatakan bahwa pola
asuh orangtua yang otoriter adalah anak harus memahami
peraturan-peraturan orangtua dan tidak boleh
membantah. Menurut Waruan (Utami, 2009) aspek pola
asuh demokratis orangtua yaitu kasing sayang,
komunikasi, kontrol, tuntutan kedewasaan.
Pola hubungan antara
anak dan orang tua seringkali terasa tidak nyaman (misscommunication) antar kedua pihak. Sehingga proses
hubungan komunikasi antara anak dan orang tua terlihat
tegang atau kaku. Anak merasa tertekan dengan situasi
yang menyeka mereka. Sebaliknya, pola hubungan anak
dan orang tua yang harmonis antar keduanya akan
menghasilkan kenyamanan tersendiri bagi anak, sehingga
anak tidak perlu khawatir dalam berkomunikasi dengan
orang tuanya.
Komunikasi antar kedua pihak sangat berperan
dalam proses perkembangan kecerdasan kognitif, afektif

dan prikomotorik anak. Dengannya, anak-anak bisa


berbagi pengalaman, maupun permasalahan yang sedang
dihadapinya. Proses pendidikan yang hanya berlangsung
sebentar di sekolah sangatlah berbeda kesan dengan
proses pendidikan di rumah bersama orang tua. Hal ini
dapat dilihat dari proses pendidikan formal dan informal.
Di sekolah, anak-anak dituntut untuk bisa berpendapat
secara formal, sedangkan bila bersama orang tua anakanak tidak dituntut untuk berbicara secara formal.
Dalam prinsip kehidupan disiplin anak, terkadang
orang tua lebih memilih bersikap otoriter daripada
demokrasi. Sikap otoriter sebagaimana dijelaskan
sebelumnya, terasa tidak nyaman dibandingkan dengan
sikap demokrasi. Ketidaknyamanan dalam komunikasi
menjadi pembatas hubungan komunikasi terbuka antara
anak dan orang tua. Akibatnya, anak merasa takut untuk
terbuka mengenai apa yang sedang dihadapinya. Hal ini
bisa mengakibatkan seorang anak untuk memecahkan
permasalahannya hanya secara individu, begitupun juga
antara anak dan pemahaman materi pelajaran bisa
menjadi permasalahan olehnya.

Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti ingin


mengetahui seberapa besar pengaruh pola asuh orang tua
terhadap prestasi anak pada siswa SD N Ngemplak II,
Yogyakarta.
2. Rumusan Masalah
2.1.

Seberapa efektif (Not undisagreement)

komunikasi antara siswa dan orang tua?


2.2.

Seberapa besar kesan sikap orang tua

terhadap siswa SD N Ngemplak II, Yogyakarta?


2.3.

Bagaimana sikap siswa SD N Ngemplak II,

Yogyakarta dalam menyikapi sikap orang tuanya?


2.4.

Bagaimana nilai yang dibangun dalam

berkomunikasi antara siswa dan orang tua?


3. Tujuan Penelitian
3.1.

Mengetahui efektif (Not undisagreement)

komunikasi antara siswa dan orang tua.


3.2.

kesan sikap orang tua terhadap siswa SD N

Ngemplak II, Yogyakarta.

3.3.

Bagaimana sikap siswa SD N Ngemplak II,

Yogyakarta dalam menyikapi sikap orang tuanya.


3.4.

Bagaimana nilai yang dibangun dalam

berkomunikasi antara siswa dan orang tua.

4. Manfaat Penelitian
4.1.

Hasil penulisan proposal ini dapat memberikan

pengetahuan positif kepada setiap pendidik,


khususnya kepada orang tua dalam berupaya
mendidik anaknya dengan menggunakan pola asuh
yang baik.
4.2.

Memberikan pengetahuan mengenai pengaruh

pola asuh yang bisa memberikan kontibusi positif


bagi prestasi anak di sekolah.
5. Telaah Pustaka (Literature Review)
Berdasarkan penelusuran yang penulis lakukan di
jurnal-jurnal, maupun penelitian terdahulu, maka didapat
pembahasan yang berkaitan dengan penelitian contoh
yang penulis lakukan, referensi tersebut diantaranya:

Menurut Samsul Munir Amin (2007:18), bahwa


perubahan arus informasi dalam masyarakat yang
semakin transparan diperlukan kondisi keluarga yang
memiliki daya tahan yang cukup tinggi dan
kedewasaan bersikap dalam berkeluarga. Tanpa
disadari pengaruh orang tua terhadap anak semakin
menipis, sementara orang tua kehilangan kepercayaan
diri dalam mendidik anaknya.
Peranan pola asuh orang tua terhadap anak, baik
sejak di dalam rahim hingga usia tertentu dalam
mengasuh anak akan tetap dibutuhkan guna
perkembangan generasi masa depan. Keserasian hidup
memperkuat antara hak anak dan kewajiban orang tua
untuk mendidik anak-anaknya menjadi cendikiawan anak
bangsa yang cerdas dan berakhlak mulia. Menurut Putri
(2013: 9) akan tetapi, saat ini sebagian besar orang tua
hampir kehilangan fungsi utamanya dalam keluarga yaitu
mendidik anak-anaknya.
Pendidikan merupakan salah satu cara
meningkatkan potensi manusia untuk bangkit dari
dunia kebodohan. Di era global seperti ini individu

tidak akan mencapai kehidupannya secara maksimal


dan puas tanpa adanya pendidikan. Pendidikan
Sekolah Dasar (SD) adalah jenjang paling dasar pada
pendidikan formal di Indonesia. Sekolah dasar
ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1
sampai kelas 6. Pelajar sekolah dasar umumnya
berusia 7-12 tahun. Pendidikan SD dibedakan menjadi
dua sistem yaitu sistem reguler dan full-day. (Nurina,
2013: 286-287)
Pendidikan sekolah pada dasarnya merupakan
kelanjutan dari pendidikan orang tua atau keluarga.
Karena itu para guru hanya sebagai penerus dari
proses pendidikan yang telah diawali dan berlangsung
di dalam suatu keluarga, sehingga walaupun tidak
secara sistematis anak telah memperoleh bekal
pengetahuan dan kebiasaan yang ditanamkan oleh
orang tua dalam keluarga. (Juwariyah, 2010: 82-83)
Pendidikan sebagaimana disampaikan oleh dua
sumber, bahwa peranan orang tua sebagai pelaku utama
sangat produktif dibandingkan guru di sekolah.

Namun, keterbatasan komunikasi antara orang tua dan


anak menjadi pembatas (Rules of Family Discipline) dalam
membangun keterbukaan dalam berkomunikasi aktif.
Apabila orang tua belajar bagaimana mengungkapkan
melalui kata- kata suatu perasaan tulus menerima
seorang anak, maka mereka memiliki alat yang dapat
memberikan hasil-hasil yang menakjubkan. Ini dapat
memberikan pengaruh dalam usahanya untuk
menerima dan menyukai diri sendiri serta untuk
memiliki harga diri. Itu juga dapat mendorong ia
berkembang serta mengaktualisasikan potensi
potensinya. (Thomas, 1999: 29)
Berdasarkan penjelasan oleh Thomas, bahwa pentingnya
komunikasi sebagai suatu ungkapan hati maupun segala
yang dipikirkan oleh anak.
Berdasarkan dari berbagai sumber, peneliti juga
menelaah dari beberapa sumber seperti skripsi, salah
satunya ialah skripsi berjudul "pengaruh pola asuh orang
tua terhadap prestasi hasil belajar siswa kelas X dan XI
MAN Wonosari Gunung Kidul" oleh Undhan Putri
Febriandari. Mahasiswi Jurusan Kependidikan Islam

10

Fakultas Ilmu tarbiyah dan keguruan UIN Sunan Kalijaga,


Yogyakarta.
dan skripsi berjudul Hubungan antara pola asuh otoriter
orang tua dengan depresi pada remaja oleh Shella lestari
latuconsina. Mahasiswi fakultas Psikologi, Universitas
Katolik Soegijapranata, Semarang.
Serta, skripsi berjudul Hubungan pola didik orang tua
dengan sikap tawadhu anak pada guru di sekolah dasar
negeri giyanti candimulyo magelang oleh Siti Chumaidah.
Program studi agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri (SNTAIN) Salatiga.
Peneliti lebih mengarah kepada pola asuh orang tua
pada siswa SD Ngemplak II baik secara otoriter maupun
demokrasi, untuk mengetahui seberapa besar
pengaruhnya dengan prestasi belajar anak-anak.
6. Landasan Teori
1. Pengertian Pola Asuh Orang Tua
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pola
diartikan sebagai bentuk (struktur) yang tetap (DPK, 1989:

11

692). Sedangkan asuh diartikan membimbing (membantu


atau melatih) supaya dapat berdiri sendiri (DPK, 1989: 54).
Sedangkan, orang tua adalah orang yang
bertanggung jawab dalam keluarga atau rumah tangga.
dalam arti sempir, maka orang tua adalah ibu bapak, yaitu
yang memiliki andil langsung atas keberadaan kelahiran
sang anak. (Poerwadarminta, 1985: 688)
Orang tua adalah orang dewasa yang memiliki tugas
mengantarkan kedewasaan anak-anak menuju tingkat
kedewasaan yang diharapkan dan orang tua itu meliputi
ibu, bapak, kak, paman, nenek, kakek, dan orang tua
lainnya yang berperan dalam pendidikan seorang anak.
Akan tetapi, orang tua yang dimaksud di disi adalah orang
tua yang berperan dalam mendidik anak dalam sebuah
keluarga yaitu bapak dan ibu. (Eka, 2014: 13)
Pola asuh orang tua sangat berperan dalam proses
pendidikan anak, baik dalam keluarga maupun sekolah,
karena hal ini mencerminkan sejauh mana keterlibatan
pendidik secara emosional terhadap anak didik. Orang tua
selalu dituntut untuk memberikan yang terbaik bagi
anaknya, termasuk dalam pendidikan. Tetapi, banyak

12

orang tua yang kurang memahami betapa pentingnya


aspek pendekatan mengasuh dan membimbing anakanaknya. (Eka, 2014: 16)
Pola asuh adalah cara, bentuk atau strategi dalam
pendidikan keluarga yang dilakukan oleh orangtua kepada
anaknya. Dengan demikian merupakan suatu hak dan
kewajiban orangtua sebagai penanggung jawab yang
utama dalam mendidik anaknya (Shochib, 2010). Menurut
Baumrind (dalam Gustiany, 2003) dan juga Hurlock
(2004), pola asuh demokratis menekankan kepada aspek
edukatif atau pendidikan dalam membimbing anak
sehingga orangtua lebih sering memberikan pengertian,
penjelasan, dan penalaran untuk membantu anak
mengerti mengapa perilaku tersebut diharapkan. Pola
asuh otoriter menurut Baumrind (Surbakti, 2012) adalah
pola asuh yang menetapkan standar yang mutlak harus
dituruti, dan biasanya diikuti dengan ancaman-ancaman
dari orangtua.
Pendampingan orang tua dalam pendidikan anak
diwujudkan dengan suatu cara-cara tersendiri yang
dimiliki orang tua dalam mendidik anak. Cara orang tua

13

berusaha menggunakan cara yang paling baik menurut


mereka dalam mendidik anak. Untuk mencari pola yang
terbaik, maka hendaklah orang tua mempersiapkan diri
dengan beragam pengetahuan untuk menemukan pola
asuh yang tepat dalam mendidik anak. Menurut Rani
(2012: 31-40) mengatakan macam-macam pola asuh
orang tua dalam mendidik dan mengembangkan anaknya,
antara lain:
a. Pola Asuh Otoritative (Otoriter)
Pola asuh ini cenderung tidak memikirkan apa yang
terjadi di kemudian hari, lebih fokus pada masa kini atau
sedang dijalani. Dijalankan untuk kemudahan orang tua
dalam pengasuhan, akan tetapi orang tua tidak
memperhatikan apakah pengasuhan ini juga mudah untuk
anaknya. Selain itu Pola asuh ini bersifat menilai dan
menuntut anak untuk memenuhi standar mutlak yang
ditentukan sepihak oleh orang tua. (Rani, 2012: 32)
Menurut Eka (2014: 16) mengatakan bahwa ada
beberapa akibat atau efek yang didapatkan dari pola asuh
otoriter terhadap perilaku anak, antara lain:

14

a. Anak menjadi tidak percaya diri, kurang spontan,


ragu-ragu dan pasif, serta memiliki masalah
konsentrasi dalam belajar.
b. Ia menjalankan tugas-tugasnya lebih disebabkan
oleh takut hukuman.
c. Di Sekolah memiliki kecendrungan berperilaku
antisosial, agresif, impulsive dan perilaku negatif
lainnya.
d. Anak perempuan cenderung pendiam.
Menurut teori dari Frazier (2000) dan Baumrind
(dalam Zulaifah, 1992). Mengatakan bahwa skala pola
asuh otoriter meliputi beberapa aspek yang ada dalam
pola asuh otoriter, yaitu: batasan perilaku (behavioral
guidelines), kualitas hubungan emosional orangtua-anak
(emotional quality of parent-child relationship), perilaku
mendukung (behavioral encouraged), tingkat konflik
orangtua-anak (levels of parent-child conflict), pandangan
orangtua terhadap anak, komunikasi orangtua terhadap
anak, penerapan disiplin, aturan atau kontrol dan
pemenuhan kebutuhan (Nurina, 2013: 289).

15

b. Pola Asuh Autoritatif (Demokratis)


Orang tua menerima anak dengan sepenuh hati,
memiliki wawasan kehidupan masa depan yang
dipengaruhi oleh tindakan-tindakan masa kini. Orang tua
memprioritaskan kepentingan anak, tapi tidak ragu-ragu
mengendalikan anak. Membimbing anak ke arah
kemandirian, lebih menghargai anak yang memiliki emosi
dan pendapat atau pikirannya sendiri, membebaskan anak
berkreasi, dan orang tua terbuka dalam berkomunikasi.
(Rani, 2012: 38)
Menurut Rani (2012: 40) mengatakan bahwa efek
atau akibat dari pola asuh autoritatif terhadap perilaku
belajar anak antara lain:
a. Anak lebih mandiri, tegas terhadap diri sendiri, dan
memiliki kemampuan intropeksi serta pengendalian
diri.
b. Mudah bekerjasama dengan orang lain dan
kooperatif terhadap aturan.
c. Lebih percaya diri akan kemampanannya
menyelesaikan tugas-tugas.

16

d. Mantap, merasa aman dan menyukasi serta


semangat dalam tugas-tugas belajar.
e. Memiliki keterampilan sosial yang baik dan trampil
menyelesaikan permasalahan.
f. Tampak lebih kreatif dan memiliki motivasi
berprestasi.

2. Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai dari
latihan, kegiatan mengobservasi, membaca, mencoba
sesuatu sendiri, mendengarkan, mengikuti arahan,
mempelajari tugas, yang melibatkan proses kognitif serta
menimbulkan perubahan pada tingkah laku atau
kecakapan dan dinilai oleh guru-guru lewat tes-tes
terstandar untuk mendapatkan hasil kecakapan.
Prestasi belajar dipengaruhi beberapa faktor yaitu
faktor internal yang berasal dari dalam diri seperti
kesehatan, intelegensi, bakat, minat, motivasi, dan cara
belajar, serta faktor eksternal yang berasal dari luar diri,
17

seperti keluarga, sekolah, masyarakat, lingkungan sekitar


(Dalyono, 2007: 55-60). Diantara berbagai faktor tersebut,
orangtua menempati posisi penting. (Sertina, dkk., 2014:
60)
Menurut Nurina (2013: 287) mengatakan bahwa
keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang
terbentuk akibat adanya perkawinan berdasarkan agama
dan hukum yang sah. Pengaruh dari keluarga sangatlah
penting karena keluarga merupakan awal dari
pembelajaran seorang anak. Dorongan dari keluarga
kepada anaknya salah satunya adalah dengan
memberikan pendidikan yang terbaik sejak dini.
Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seseorang
dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam
raport, sehingga dapat dikatakan bahwa prestasi belajar
seorang siswa dapat dilihat dari nilai hasil belajar yang
dicantumkan pada raport (Purwanto, 2011). Aspek aspek
prestasi belajar menurut Syah (2011) adalah:
a. Aspek Kognitif (cognitive domain) meliputi :
pengamatan, ingatan, pemahaman, penerapan,
analisis sintesis.

18

b. Aspek Afektif (affective domain) meliputi :


menerima, sambutan, apresiasi, internalisasi,
karakteristik. c. Aspek Psikomotor (psychomotor
domain). Kemampuan psikomotor adalah
kemampuan yang menyangkut kegiatan otot dan
kekuatan fisik.
Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut Syah
(2011) berupa :
a. Faktor internal meliputi aspek fisiologis dan aspek
psikologis; dan
b. Faktor eksternal meliputi lingkungan sosial dan
lingkungan non sosial.
7. Hipotesis
Penelitian ini menggunakan Hipotesis Asosiatif, yakni:
Ho

: Tidak adanya hubungan antara pengaruh pola asuh

orang tua
Ha

dengan prestasi siswa SD Ngemplak II;

: Adanya hubungan antara pengaruh pola asuh

orang tua

dengan prestasi siswa SD Ngemplak II.

19

8. Metode Penelitian
Penelitian (researching) merupakan kegiatan ilmiah
dalam rangka pemecahan suatu permasalahan. Fungsi
penelitian adalah mencarikan penjelasan dan jawaban
terhadap permasalahan serta memberikan alternatif bagi
kemungkinan yang dapat digunakan untuk pemecahan
masalah. (Saifuddin, 1998: 1)
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD N Ngemplak II, Jl.
Kaliurang KM. 15, Sleman, Yogyakarta. Dalam kurun waktu
hingga 30 Januari 2015, peneliti mengumpulkan data-data
yang diperlukan berkaitan dengan pola asuh yang
digunakan oleh siswa SD Ngemplak II dan prestasi
akademik yang telah dicapai siswa pada semester genap
2014/ 2015.
2. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat kuantitatif. Sampel yang
diambil dari populasi siswa kelas IV dan V SD N Ngemplak
II. Sedangkan metode pengumpulan data dengan
menggunakan metode angket, kuesioner, dan

20

dokumentasi. Data yang telah terkumpul pada angket


selanjutnya akan di-coding melalui aplikasi SPSS
(Statistical Package for Social Science) untuk menentukan
indeks pola asuh orang tua sebagai dependent variable
dan indeks prestasi siswa sebagai independent variable.
9. Sistematika Penulisan
Dikarenakan penelitian pada proposal bersifat
contoh proposal atau manufaktur dari proposal
sungguhan. Maka, peneliti hanya menulis pada BAB I saja,
yaitu:
BAB I berisi tentang pendahuluan. Meliputi, latar
belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, telaah pustaka, landasan teori, hipotesis,
metode penelitian, dan sistematika penulisan.

21

10. Daftar Pustaka

Purwindarini, Serina Septi, dkk. 2014. Pengaruh


Keterlibatan
Ayah Dalam Pengasuhan Terhadap
Prestasi Belajar Anak Usia Sekolah.
Developmental and Clinical Psychology. 3
(1),
59-65

Winkel, W.S. 2012. Psikologi Pengajaran, Terjemahan


Kartini Kartono. Yogyakarta: Media Abadi

Setiono, K. 2011. Psikologi Keluarga. Bandung: P.T.


Alumni.

Purwanto. 1996. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT.


Remaja
Rosdakarya

Dalyono, M. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta:


Rineka Cipta

Muhammad, Yusuf. Pendidikan Anak dalam Islam.


Serial Keluarga Islami

Hakim, Siti Nurina. 2013. "Peran Pola Asuh Orangtua


Terhadap Prestasi Belajar Siswa". Prosiding
Seminar Nasional
Parenting. A.26, 287-292

Samsul Munir Amin. Menyiapkan Masa Depan Anak


secara
Islami. (Jakarta: Amzah, 2007)

Undhan Putri Febriandari. 2013. Pengaruh Pola Asuh


Orangtua Terhadap Prestasi Hasil Belajar Siswa
Kelas X dan XI
MAN Monosari Gunung Kidul.
Skripsi Sarjana S-1 pada
Fakultas Ilmu Tarbiyah
22

dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga


diterbitkan

Yogyakarta: tidak

Departemen Agama. 2003. Undang-Undang


Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta:
Depag

Juwariyah. Dasar-Dasar Pendidikan Anak dalam


Qur'an.
(Yogyakarta: Teras. 2010)

Thomas Gordon. 1999. Menjadi Orang Tua Efektif.


(Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama)

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1989.


Kamus Besar
Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai
Pustaka)

Eka Nirmalasari. 2014. Pola Asuh Orangtua Dalam


Membentuk
Kecerdasan Emosional Anak
(Kajian Kitab Tarbiyah alAuld F al-Islm karya
Abdullah Nashih Ulwan). Skripsi
Sarjana S-1 pada
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta: tidak diterbitkan

Surbakti, E. B. 2012. Parenting anak-anak. Jakarta:


PT. Gramedia

Frazier, B. M. S. W. ( 2000). Parenting Styles:


Assesing Your
ParentingStyle.
http://www.thesuccesfullparent.com/articles/styles.ht
ml

23

Anda mungkin juga menyukai