Anda di halaman 1dari 11

RANCANGAN PERCOBAAN *

Oleh:

Netti Herawati**

Percobaan pada umumnya dilakukan untuk menemukan sesuatu. Oleh karena itu
secara teoritis, percobaan diartikan sebagai tes (Montgomery, 1991) atau penyelidikan
terencana untuk mendapatkan fakta baru (Steel dan Torrie, 1995). Dan rancangan
percobaan dapat diartikan sebagai tes atau serangkaian tes dimana perubahan yang
berarti dilakukan pada variabel dari suatu proses atau sistem sehingga kita dapat
mengamati dan mengidentifikasi alasan-alasan perubahan pada respon output
(Montgomery, 1991). Sedangkan menurut Milliken dan Johnson (1992) rancangan
percobaan merupakan hal yang sangat berhubungan dengan perencanaan penelitian
untuk mendapatkan informasi maksimum dari bahan-bahan yang tersedia. Dan dapat
juga diartikan sebagai seperangkat aturan/cara/prosedur untuk menerapkan perlakuan
kepada satuan percobaan (Steel dan Torrie, 1995).

Dari berbagai definisi di atas jelas bahwa tujuan percobaan adalah serupa yaitu
menjawab satu atau lebih pertanyaan untuk mendapatkan informasi maksimum dengan
cara: (1) Menentukan variabel mana yang paling berpengaruh terhadap tanggapan
(respon), y; (2) Menentukan bagaimana menset pengaruh X’s sehingga y mendekati
nilai nominal yang didinginkan; (3) Menentukan bagaimana men set pengaruh X’s
sehingga ragam y kecil. (4) Menentukan bagaimana men set X’s sehingga pengaruh
variabel tak terkontrol z1, z2,…zq sekecil mungkin.

Dalam merancang suatu penelitian, peneliti sering melakukan kontrol terhadap


pengaruh-pengaruh tertentu seperti perlakuan, populasi, atau kombinasi perlakuan.
Oleh karena itu, sebelum penelitian berlangsung timbul beberapa pertanyaan yang
harus dijawab: (1) Berapa banyak perlakuan yang harus diterapkan; (2) Berapa kali
setiap perlakuan harus diamati; (3) Apa saja satuan percobaannya; (4) Bagaimana
menerapkan perlakuan ke satuan percobaan dan mengamati responnya; (5) Dapatkah
hasil rancangan tadi dianalisis dan dibandingkan?

Untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan ini tidak harus secara langsung dan tidak
dapat dijawab secara umum. Di sinilah rancangan percobaan digunakan sehingga dapat
memainkan peranan penting dalam proses pengembangan dan proses mencari dan
memecahkan kesulitan guna meningkatkan penelitian.

-----------------------------------------------------------
*Makalah disajikan pada Penataran Metodologi Penelitian untuk Dosen Muda di
Lingkungan Universitas Lampung yang diselenggarakan oleh Universitas Lampung
tanggal 23- 31Juli 2007

**Dosen Jurusan Matematika, FMIPA_Unila


2

TIGA PRINSIP UTAMA DALAM RANCANGAN PERCOBAAN

1. ULANGAN
Ulangan adalah diterapkannya satu perlakuan kepada lebih dari satu satuan
percobaan. Ulangan merupakan hal yang penting dalam suatu penelitian dan
mempunyai fungsi untuk (1) Menyediakan galat percobaan; (2) Meningkatkan presisi
dengan menurunkan simpangan baku); (3) Meningkatkan generalisasi (kalau ulangan
dilakukan a.l. pada tempat, waktu, bahan yang berbeda).

Besarnya ulangan ditentukan oleh: (1) besarnya perbedaan yang ingin dideteksi; dan
(2) keragaman data dan jumlah perlakuan.

2. PENGACAKAN
Pengacakan adalah yang mendasari metode statistika dalam rancangan percobaan.
Pengacakan adalah penerapan perlakuan kepada satuan percobaan sehingga
semua/setiap satuan percobaan mempunyai peluang yang sama untuk menerima suatu
perlakuan. Konsep pengacakan ini berlaku juga untuk pengambilan subsampel atau
penentuan satuan pengamatan.

Pengacakan berfungsi: (1) Menghindarkan bias yaitu menjamin penduga tidak bias
untuk nilai tengah perlakuan dan galat percobaan; (2) Menjamin adanya kebebasan
antarpengamatan; (3) Mengatasi sumber keragaman yang diketahui namun tidak dapat
diduga pengaruhnya

3. PENGELOMPOKAN
Pengelompokan adalah teknik yang digunakan untuk meningkatkan ketelitian
percobaan. Pengelompokan dilakukan kalau terdapat sumber keragaman yang dapat
diketahui dan pengaruhnya dapat diperkirakan. Bahan percobaan disusun ke dalam
kelompok-kelompok satuan percobaan yang relatif seragam.

Fungsi pengelompokan:
1. Meningkatkan presisi. Pengelompokan meningkatkan presisi (sensitivitas
percobaan dalam mendeteksi perbedaan) dengan memisahkan keragaman
antarkelompok (sumber keragaman yang dapat diduga pengaruhnya) dari galat
percobaan sehingga galat percobaan dapat diperkecil. Dalam hal ini perlakuan
dibandingkan pada kondisi yang hampir sama.
2. Meningkatkan informasi. Pengelompokan dapat meningkatkan informasi karena
kelompok dapat diletak-kan pada tempat, waktu, dan bahan yang berbeda.

PETUNJUK UNTUK MERANCANG PERCOBAAN


1. Pengenalan dan pernyataan tentang masalah. Peneliti harus mengerti betul
tentang masalah yang akan diteliti dan harus dinyatakan dengan jelas.
2. Pemilihan faktor dan level. Pilih faktor dan level secara bervariasi.
3. Pemilihan variabel respon. Peneliti harus yakin bahwa variabel tersebut akan
memberikan informasi yang berguna bagi percobaannya. Umumnya rata-rata
dan STD digunakan untuk mengukur karaktetistik bagaimana respon variabel
akan berprilaku.
4. Pemilihan rancangan percobaan. Pilihlah rancangan percobaan yang sesuai
dengan ukuran sample, jumlah ulangan, dan apakah perlu dilakukan
pengelompokan.

2
3

5. Pelaksanaan penelitian. Sangat penting untuk memonitor proses penelitian


secara detail.
6. Analisis data.
7. Kesimpulan dan rekomendasi.

RANCANGAN PERCOBAAN
Rancangan percobaan terdiri dari dua struktur dasar yaitu struktur perlakuan
(Treatment structure) dan struktur rancangan (Design structure) yang dapat
digambarkan dalam hubungan sebagai berikut:

Experimental Design

Treatment Structure Design Structure

Randomization

I. Struktur perlakuan. Struktur perlakuan terdiri dari set perlakuan, kombinasi


perlakuan, atau populasi yang telah dipilih oleh peneliti untuk dipelajari atau
dibandingkan. Struktur perlakuan yang berupa sekumpulan t perlakuan disebut sebagai
struktur perlakuan satu arah (tunggal), bila terdiri dari sebuah set kombinasi perlakuan
disebut dengan faktorial. Struktur perlakuan kadang disebut juga dengan rancangan
perlakuan. Dalam struktur perlakuan/rancangan perlakuan berlaku ketentuan bahwa
setiap perlakuan mewakili satu populasi (bandingkan dengan isitilah sampel). Struktur
perlakuan/rancangan perlakuan disusun untuk:
1. Menjawab pertanyaan/perumusan masalah percobaan/penelitian.
2. Mencapai tujuan percobaan/penelitian.
3. Menguji hipotesis penelitian.

Struktur perlakuan/rancangan perlakuan ini yang akan sangat membantu dalam


menentukan teknik pemisahan nilai tengah.

II. Struktur rancangan meliputi pengelompokan satuan-satuan percobaan dalam


kelompok-kelompok yang homogen. Bila satuan percobaan relatif homogen maka tidak
perlu dilakukan pengelompokan, tetapi bila tidak maka satuan-satuan percobaan yang
homogen dimasukkan kedalam satu kelompok yang berbeda dengan kelompok lainnya.
Berikut ini adalah beberapa contoh rancangan percobaan (struktur rancangan):
1. Rancangan teracak sempurna (completely/fully randomized design)
2. Rancangan kelompok lengkap teracak (completely randomized block design)
3. Rancangan bujur sangkar latin (latin square design)
Setelah struktur perlakuan dan struktur rancangan ditentukan, rancangan percobaan
dipilih sesuai dengan metode yang digunakan untuk menerapkan secara acak perlakuan
dari struktur pelakuan ke satuan percobaan pada struktur rancangan. Jadi, rancangan
percobaan meliputi: (1) pemilihan struktur perlakuan, (2) pemilihan struktur rancangan,
(3) metode pengacakan.

3
4

Dalam rancangan percobaan model merupakan hal yang penting untuk mendapatkan
hasil analisis yang benar. Untuk membangun model, dua hal mendasar harus dipatuhi.
pertama, diasumsikan bahwa komponen-komponen dalam struktur rancangan (design
structure) adalah acak, yaitu kelompok merupakan sampel acak dari populasi
kelompok-kelompok satuan percobaan. Kedua, tidak ada interaksi antara struktur
perlakuan dan struktur rancangan.

ANALISIS RAGAM

Analisis ragam merupakan pemisahan jumlah kuadrat total ke dalam komponen-


komponennya yang berhubungan dengan sumber keragaman yang diketahui. Dalam
analisis ragam yang melibatkan uji nyata asumsi dasarnya adalah:
1. Pengaruh perlakuan dan lingkungan aditif
2. Galat percobaan bersifat acak, menyebar bebas dan normal di sekitar nilai
tengah nol dan ragam umum (sama).

Asumsi-asumsi dasar ini merupakan hal mutlak yang harus dipenuhi dalam penggunaan
analisis ragam. Tidak terpenuhinya satu atau lebih asumsi dapat mempengaruhi baik
tingkat nyatanya (level of significance) maupun kepekaan F atau t terhadap
penyimpangan sesungguhnya dari hipotesis nol.

Dalam kasus ketidaknormalan, tingkat nyata yang sesungguhnya biasanya lebih besar
daripada yang dinyatakan. Ini mengakibatkan peluang ditolaknya hipotesis nol padahal
hipotesis itu benar lebih besar; dengan kata lain terlalu sering dikatakan berbeda nyata
padahal sesungguhnya tidak. Peneliti mungkin berpikir bahwa ia menggunakan taraf
nyata 5 persen, padahal sesungguhnya 7 atau 8 persen.

Bila asumsi aditifitas tidak terpenuhi akan mengakibatkan keheterogenan galat.


Komponen ragam galat yang disumbangkan oleh berbagai pengamatan tidak menduga
ragam yang sama. Hal ini mengakibatkan asumsi ragam umum secara otomatis
menjadi tidak terpenuhi juga. Sedangkan asumsi kebebasan galat akan didapat secara
langsung bila pengacakan dilakukan.

Karena asumsi-asumsi dasar ini bersifat mutlak, setelah data didapatkan dari hasil
penelitian maka langkah awal adalah menguji dulu apakah data tersebut memenuhi
asumsi-asumsi yang ada. Saat ini banyak sekali software-software statistic yang dapat
membantu peneliti melakukan pengujian asumsi-asumsi ini dengan lebih mudah. Dan
bila asumsi-asumsi tersebut setelah pengujian ternyata tidak terpenuhi salah satu cara
mengatasinya adalah dengan melakukan transformasi data.

4
5

RANCANGAN TERACAK SEMPURNA


Rancangan ini digunakan bila satuan percobaannya homogen, artinya keragaman
antarsatuan percobaan tersebut kecil dan mengelompokkannya ke dalam kelompok
tidak memeberi manfaat. Dalam Rancangan Teracak Sempurna (RTS) perlakuan
diterapkan kepada satuan percobaan seluruhnya secara acak (satu kali pengacakan)
sehingga setiap satuan percobaan mendapat peluang yang sama untuk menerima
setiap perlakuan. Dan satuan-satuan percobaan harus diproses menurut urutan acak
yang sudah dilakukan sekiranya diduga urutan akan mempengaruhi pengamatan.
Urutan kegiatan itu misalnya urutan menyiram, membumbun, memanen, dan semua
kegiatan lain yang harus dikerjakan dalam suatu percobaan.

RTS baik untuk percobaan: (1) Mempunyai bahan percobaan yang homogen misalnya
media agar yang dikocok sempurna rata, (2) Percobaan kecil yaitu percobaan yang
menyediakan derajat kebebasan untuk galat < 20. Dalam hal ini, peneliti harus benar-
benar mempertimbangkan antara penggunaan rancangan lain agar memisahkan galat
dari pengaruh lain dan kehilangan derajat kebebasan untuk galat dengan tidak
menggunakan RTS.

MODEL GEMARIS MENAMBAH:

xij = µ + τ i + ε ij
Xij = nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
i = 1, 2, ... , t; j = 1, 2, ... , rI
µ = nilai tengah umum (populasi) dapat terdiri atas beberapa populasi
τi =pengaruh perlakuan ke-i
εij =pengaruh galat percobaan pada perlakuan ke-i ulangan ke-j dengan asumsi
galat menyebar normal dengan nilai tengah 0 dan ragam σ2

RANCANGAN KELOMPOK LENGKAP TERACAK


Rancangan ini digunakan bila satuan percobaan dapat dikelompokkan secara berarti,
biasanya banyaknya satuan percobaan dalam setiap kelompok sama dengan
banyaknya perlakuan. Tujuan pengelompokan adalah untuk memperoleh satuan
percobaan yang seseragam mungkin dalam setiap kelompok, sehingga beda yang
teramati sebagian besar disebabkan oleh perlakuan. Rancangan ini tidak bisa
digunakan bila terdapat interaksi antar perlakuan dan kelompok.

5
6

MODEL GEMARIS MENAMBAH:

xij = µ + β i + τ j + ε ij
Xij = nilai pengamatan pada kelompok ke-i dan perlakuan ke-j
i = 1, 2, ... , b; j= 1,2,3,…, t
µ = nilai tengah umum (populasi) dapat terdiri atas beberapa populasi
β = pengaruh kelompok ke=i
τi = pengaruh perlakuan ke-j
εij = pengaruh galat percobaan pada kelompok ke-i perlakuan ke-j dengan
asumsi galat menyebar normal dengan nilai tengah 0 dan ragam σ2

RANCANGAN BUJUR SANGAKAR LATIN


Rancangan ini digunakan bila terdapat dua sumber keragaman luaran selain dari
perlakuan. Dalam rancangan bujur sangkar latin perlakuan disusun menurut kelompok-
kelompok dalam dua cara berbeda yaitu menurut baris dan kolom. Setiap perlakuan
muncul sekali dan hanya sekali dalam setiap baris dan kolom. Setiap baris, begitu pula
setiap kolom, merupakan satu kelompok yang lengkap.

Rancangan ini tepat digunakan bila peneliti dapat mengasumsikan bahwa interaksi
antara sembarang dua atau semua kriteria yaitu baris, kolom, dan perlakuan tidak ada.

MODEL GEMARIS MENAMBAH:

xijk = µ + β i + δ j + τ k + ε ijk
Xijk = nilai pengamatan pada baris ke- I, kolom ke-j, dan perlakuan ke-k
i = 1, 2, ... , b; j=1,2,3,…,k k= 1,2,3,…, t
µ = nilai tengah umum (populasi) dapat terdiri atas beberapa populasi
βi = pengaruh baris ke=i
δj = pengaruh kolom ke-j
τk = pengaruh perlakuan ke-k
εij = pengaruh galat percobaan pada baris ke- I, kolom ke-j, dan perlakuan
ke-k dengan asumsi galat menyebar normal dengan nilai tengah 0 dan
ragam σ2

RANCANGAN PERCOBAAN MANA YANG BAIK?


1. Semua rancangan pecobaan mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-
masing.
2. Rancangan percobaan seyogianya dipilih yang sesuai (tepat) dengan kondisi fisik
percobaan yang dihadapai (keterbatasan alat, tempat, bahan, tenaga, biaya).

6
7

3. Pada dasarnya, rancangan percobaan yang lebih sederhana lebih baik untuk dipilih
a. Penentuan rancangan percobaan yang “canggih” sebaiknya hanya kalau
terpaksa.
b. Semakin “canggih” suatu rancangan percobaan biasanya semakin banyak
kehilangan informasi dan semakin meningkat kesulitan dalam perhitungan dan
pengambilan kesimpulan.

PEMISAHAN NILAI TENGAH


Setelah data hasil penelitian didapat peneliti melakukan: (1) Pengujian keabsahan
asumsi analisis ragam, (2) Melakukan analisis ragam untuk mendapatkan penduga
ragam alat dan menguji pengaruh perlakuan secara umum (Uji F-serentak), dan (3)
Melakukan pemisahan nilai tengah.

Pemisahan nilai tengah diperlukan karena dari hasil analisis ragam dan uji F-serentak
pada suatu penelitian, peneliti umumnya hanya mendapatkan bahwa hipotesis nol (tidak
ada pengaruh perlakuan) diterima atau ditolak. Bila hipotesis nol tidak ditolak, apakah
benar bahwa seluruh perlakuan yang dicobakan tidak mempunyai pengaruh yang
berbeda satu sama lainnya. Bila hipotesis nol ditolak, peneliti tidak dapat mengetahui
mana perlakuan yang benar-benar memberikan pengaruh yang berbeda dari lainnya.
Dan bila terjadi interaksi, peneliti tidak mengetahui bagaimana bentuk interaksinya. Hal
ini terjadi karena analisis ragam hanya memberikan kesimpulan secara umum.

Pemisahan nilai tengah dapat dibagi dalam 2 bagian yaitu (1) Pembandingan Ganda
dan (2) Kontras (orthogonal kontras dan orthogonal polinomial). Untuk dapat
mengetahui teknik pemisahan nilai tengah mana yang sesuai untuk digunakan pada
suatu penelitian kita harus melihat kepada struktur dari perlakuannya atau rancangan
perlakuannya.

STRUKTUR PERLAKUAN/ PROSEDUR PEMISAHAN NILAI


RANCANGAN PERLAKUAN TENGAH
1. Tidak terstruktur Pembandingan ganda (multiple
comparision)

2. Terstruktur berkelompok Ortogonal kontras

3. Terstruktur bertingkat 1. Ortogonal polynomial


2. Analisis regresi

PEMBANDINGAN GANDA

Ada banyak macam teknik pembandingan ganda seperti: BNT (Beda Nyata Terkecil), Uji
jarak ganda Duncan yang baru, Uji Student Newman Keuls, Uji Tukey, Uji Sheffe, Uji
Dunnet. Tidak ada peraturan yang mengharuskan peneliti untuk menggunakan teknik
pembandingan ganda tertentu. Untuk menentukan pembandingan ganda mana yang
harus digunakan pada suatu penelitian peneliti dapat menentukan dari beberapa kriteria
berikut:

7
8

1. Perlindungan terhadap kesalahan jenis I (BNJ>SHEFFE>SNK>UJBD>BNT)


2. Perlindungan terhadap kesalahan jenis II (BNT>UJBD>SNK>BNJ>SCHEFFE)
3. Kuasa Uji (BNT>UJBD>SNK>BNJ>SCHEFFE)
4. Sifat percobaan
5. Konstruksi selang kepercayaan

Dari criteria-kriteria di atas peneliti dapat menentukan sendiri pembandingan ganda


mana yang akan digunakan.

ORTOGONAL KONTRAS DAN ORTOGONAL POLINOMIAL


Orthogonal kontras sesuai digunakan untuk jenis perlakuan yang berstruktur atau
berkelompok. Pemakaian teknik ini sangat direkomendasikan untuk membuat terlebih
dahulu perbandingan-perbandingan yang akan dilakukan sebelum penelitian
berlangsung. Hal ini untuk menghindari kesimpulan yang bias. Dan jumlah
perbandingan yang diijinkan sebanyak t-1.

Ortogonal polinomial sesuai digunakan untuk perlakuan terstruktur bertingkat seperti


dosis, konsentrasi, dan lain-lain dengan jarak/interval yang sama.

8
9

CONTOH KASUS

PROBLEM 1. (ENGINEERING CASE)

The efects of four type of graphite coaters on light box readings are to be studied. As
these reading might differ from day to day, observations are to be taken on each of four
types every three days. The order of testing of the four type on any given day can be
randomized. The result are
________________________________________________
Graphite Coater Type
_______________________________________
Day M A K L
________________________________________________
1 4.0 4.8 5.0 4.6
2 4.8 5.0 5.2 4.6
3 4.0 4.8 5.6 5.0
________________________________________________

a. Analyze these data as a randomized bloc design and state your


conclusions.
b. Use LSD to compare the four coater-types means.
c. Set up at least three contrast and test the significance of these.
d. What was the ω2 for this experiment ? How should this statistic
be interpreted ?
e. Calculate the power of the test for testing the four coater means?

2. An engineer suspect that the surface finish of a metal part is influenced by the feed
rate and the depth of cut. She selects three feed rates and randomly chooses four
depths of cut. She then conducts a factorial experiment and obtain the following data:

Depth of Cut (in)


Feed Rate(in/min) 0.15 0.18 0.20 0.25
0.20 75 78 80 99
65 73 82 100
68 68 90 97
64 70 88 96
68 75 86 102
0.25 93 98 98 106
94 106 96 98
87 99 102 100
85 104 100 97
90 92 97 108
0.30 96 104 108 113
98 108 106 115
100 98 104 108
102 104 98 110
99 97 99 107

9
10

Problem 2: Health science


1. A remotivation team in a psychiatric hospital conducted an experiment to compare
five methods for remotivation patients. Patients were grouped according to level of initial
motivation. Patients in each group were randomly assigned to the five methods. At the
end of experimental period the patients were evaluated by a team composed of a
psychiatrist, a psychologist, a nurse, and a social worker, none of whom was aware of
the method to which patients had been assigned. The team assigned each patient a
composite score as a measure of his or her level of motivation. The result were as
follows:

Level of Remotivation method


Initial A B C D E
motivation
Nil 58 68 60 68 64
Very low 62 70 65 80 69
Low 67 78 68 81 70
Average 67 81 70 89 74

a. Do this data provide sufficient evidence to indicate a difference in mean scores


among methods?
b. Do multiple comparison?
c. Evaluate the association between the independent variable and dependent variable?
d. Evaluate the effect size? And Power?

2. The aim of study by Makynen et,al was to investigate whether increased dietary
calcium as a nonpharmacologycal treatment of elevated blood pressure could
beneficially influence endhotelial function in experimental mineralocorticoid-NaCL
hypertension. The researchers divided seven-week-old male Wistar Kyoto rat (WKY)
into four groups with equal mean systolic blood presures: untreated rats on normal
(WKY) and high calcium (WKY-Ca) diets, and deoxycorticosterone-NaCl-treated rats on
normal (DOC) and high calcium diets (DOC-Ca). We wish to know if the four conditions
have different effects on mean weights of male rats.

Table 1. End-of-Study Weights, in Grams, of


wistar-Kyoto Rats Studied Under Four
Different Conditions.
Condition
DOC WKY DOC-Ca WKY-Ca
336 328 304 342
346 315 292 284
269 343 299 334
346 368 293 348
323 353 277 315
309 374 303 313
322 356 303 301
316 339 320 354
300 343 324 346
309 343 340 319

10
11

276 343 299 289


306 333 279 322
310 313 305 308
302 333 290 325
269 372 300
311 312

Problem 4: Psychology RCD EXAMPLE


Assume that we are interested in the effects of sleep deprivation, treatment A, on hand
steadiness. The four level of sleep deprivation of interest are 12, 18,24 and 30 hours,
which denoted by A1, A2, A3 and A4, respectively. Suppose that we have conducted
an experiment in which 32 subjects were randomly assigned to each level. The
dependent variable is the number of times during a two minute interval that a stylus
makes contact with the side of a ½-inch hole. The original research hypothesis that led
to this experiment was based on the idea that sleep deprivation would affect hand-
steadiness. A hypothetical data given bellow. Analyze the data ?

Sleep Deprivation

A1 A2 A3 A4

4 4 5 3
6 5 6 5
3 4 5 6
3 3 4 5
1 2 3 6
3 3 4 7
2 4 3 8
2 3 4 10

DAFTAR PUSTAKA

1. Steel, R.G.D. dan Torrie, J.H. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistika: suatu
pendekatan biometrik. Gramedia, Jakarta.
2. Montgomery, D.C. 1991. Experimental Design. John Wiley and Sons, New
York.
3. Milleken dan Johnson. 1992. Analysis of Messy Data. John Wiley and Sons,
New York.
4. Gomez, K.A. dan Gomez, A.A. 1986. Prosedur Statistik untuk Penelitian
Pertanian. Universitas Indonesia, Jakarta.

11

Anda mungkin juga menyukai