ANESTESI LOKAL
Asisten :
Ainul Mardliyah
Kelompok A2:
Desty Ari Sandi
Hana Khairunnisa
Revi Oktapratiwi
Mohammad Rifqie NK
Giga Hasabi Alkarani
Denny Bimatama Pradita
Putra Achsanul Huda
Rosiana Dian Pratiwi
(G1A012012)
(G1A012013)
(G1A012014)
(G1A012015)
(G1A012137)
(G1A012138)
(G1A012139)
(G1A012140)
BLOK DERMATOMUSKULOSKELETAL
JURUSAN KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2013
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh :
Kelompok A2
Desty Ari Sandi
Hana Khairunnisa
Revi Oktapratiwi
Mohammad Rifqie NK
Giga Hasabi Alkarani
Denny Bimatama Pradita
Putra Achsanul Huda
Rosiana Dian Pratiwi
(G1A012012)
(G1A012013)
(G1A012014)
(G1A012015)
(G1A012137)
(G1A012138)
(G1A012139)
(G1A012140)
Ainul Mardliyah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Judul Percobaan
Anestesi Lokal.
B. Tanggal Percobaan
Senin, 25 November 2013.
C. Tujuan Percobaan
1. Tujuan Umum
Memahami prinsip kerja dan melatih teknik anestesi lokal sederhana.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan tindakan anestesi permukaan pada manusia.
b. Melakukan tindakan anestesi blok pada n. Ischiadicus katak sebagai dasar
pemahaman dalam melakukan anestesi blok pada saraf tertentu manusia.
c. Melakukan anestesi spinal pada katak dan menjelaskan kegunaan anestesi
spinal pada manusia.
D. Definisi
1. Anestesi lokal
Obat yang mampu menghambat konduksi saraf (terutama nyeri) secara reversibel
pada bagian tubuh yang spesifik.
2. Anestesi blok n. Ischiadicus
Larutan anestesi diberikan dengan cara menyuntikannya pada n. Ischiadicus.
3. Anestesi topikal
Larutan anestesi diberikan melalui membran mukosa baik hidung, mulut,
tenggorokan, trakeobronkial, esofagus, dan traktus genitourinaria.
4. Anestesi spinal
Larutan anestesi diberikan dengan cara memasukannya dalam cerebrospinal fluid
(CSF).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anestesi Lokal
Anestesi local adalah obat yang digunakan untuk mencegah resa nyeri dengan cara
membok konduksi sepanjang serabut saraf secara reversible. Obat anestesi local tersebut
bekerja didalam akson dengan membentuk beberapa molekul terionisasi yang akan
memblok kanan Na+ sehingga potensial aksi tidak mungkin terjadi (Raharjo,2009).
Struktur
kimia anestesi local berupa ester atau amida dari derivate benzene
sederhana. Rumus dasarnya berupa gugus amin hidrofil gugus antara, dan gugus residu
aromatic lipofil. Gugus amin hidrofil berupa amin tersier atau sekunder, sedangkan gugus
antara dan gugus aromatil kipofil dihubungkan dengan ikatan amida atau ikatan ester
yang akan menentukan sifat farmakologi obat anestesi local (Raharjo,2009).
Yang termasuk obat anestesi local ester berupa prokain, klorofokain, benzokain,
kokain dan tetrakain. Sedangkan yang berupa goloanestesi local golongan amid adalah
lidokain, bupivakain, mepivakain, prilokain dan dibukain (Raharjo,2009).
Terdapat beberapa sifat anestesi local, berupa: (Raharjo,2009)
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Farmakokinetik obat anestesi local golongan amid lebih sering dibahas, berbeda
dengan golongan ester karena obat tipe ester lebih cepat dipecah dalam plasma. Meski
begitu, absorbsi dan distribusi yang paling dipandang untuk menentukan akhir masa kerja
anelgesik local dibanding aspek farmakokinetik lainnya. Fakmakokinetik tersebut berupa:
a. Absorbbsi
Absorbsi anestesi local dari tempat penyuntikan dipengaruhi oleh beberapa
factor, seperti dosis, tempat penyuntikan, ikatan obat dengan jaringan, aliran
darah settempat, penggunaan fasokontriktor dan sifat fisikokimiawi obat. Jika
anestesi dilakukan pada tempat yang vaskularisasinya banyak, makan kadar obat
yang diterima lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian anestes local pada
tempat yang perfusinya buruk seperti tendon, dermis atau lemak subkutan
(Katzung, 2010).
b. Distribusi
Anestesi lokal tipe amid terdistribusi luas setelah pemberian bolum
intravena. Fase distribusi terjadi awal cepat jika melibatkan organ yang
perfusinya tinggi seperti otak, hati, ginjal dan jantung. Sedangkan fase
distribusinya lebih lambat jika melibatkan jaringan yang perfusinya sedang
seperti otot dan saluran cerna (Katzung, 2010).
c. Metabolisme dan ekskresi
Anestesi local tipe amida akan diubah dalam hati sedangkan tipe ester akan
diubah dalam plasma menjadu metabolit yang lebih larut dalam air sehingga
bisa dikskresikan dalam urin (Katzung, 2010).
Anestesi local tipe ester sangat cepat dihidrolisis
dalam
darah
oleh
butirilkolinesterase menjadi metabolit yang tidak aktif, sehingga obat obat tipe ester
seperti prokain adan kloropokain memiliki waktuparuh yang sangat singkat, kurang dari
1 menit. Sedangkan Anestesi local tipe amida akan dihidrolisis oleh isozim mikrosomal
hati sitokrom P450 (Katzung, 2010).
Mekanisme anestesi local bekerja dalam membokade kanal natrium. ketika
membrane
akson
syaraf
yang
mudah
tereksitasi
mempertahankan
potensial
transmembran istirahatnya sekitar -90 sampai -60 mV. Pada waktu eksitasi, kananl
natrium terbuka dan arus natrium yang masuk ke dalam sel membuat depolarisasi
membrane dengan cepat yang mengakibatkan kanal natrium tertutup dank anal kalium
terbuka. Aliran kalium yang keluar akan merepolarisasi membrane kearah keseimbangan
kalium dan mengembalikan kanal natrium dalam keadaan istirahat (Katzung, 2010).
Gangguan pada kanal tersebut dimulai dengan menghambat kanal natrium. Jika
kadaar anestesi local terus ditambah, makan nilai ambang eksitasi akan meningkat,
konduksi impuls melambat, laju munvulnya potensial aksi menurun, ambang antipludo
potensial mengecil sehingga kemampuan menghasilkan potensial aksi akan hilang
(Katzung, 2010).
Anestetik lokal merupakan gabungan dari garam laut dalam air dan alkaloid larut
dalam lemak dan terdiri dari bagian kepala cincin aromatik tak jenuh bersifat lipofilik,
bagian badan sebagai penghubung terdiri dari cincin hidrokarbon dan bagian ekor yang
terdiri dari amino tersier bersifat hidrofilik. Anestetik lokal menurut Ratno Samodro
dibagi menjadi dua golongan:
1. Golongan ester (-COOC-)
Obat obat ini termetabolisme melalui hidrolisis. Yang termasuk kedalam
golongan ester, yakni :
a. Kokain
b. Benzokain
c. Ametocaine
d. Prokain
e. Piperoain
f. Tetrakain
g. Kloroprokain (Samodro, 2011)
2. Golongan amida (-NHCO-)
Obat obat ini termetabolisme melalui oksidasi dealkilasi di dalam hati. Yang
termasuk kedalam golongan amida, yakni :
a. Lidokain
b. Mepivakain
c. Prilokain
d. Bupivacain
e. Etidokain
f. Dibukain
g. Ropivakain
h. Levobupivacaine
Kecuali kokain, maka semua anestesi lokal bersifat vasodilator (melebarkan
pembuluh darah). Sifat ini membuat zat anestesi lokal cepat diserap, sehingga
toksisitasnya meningkat dan lama kerjanya jadi singkat karena obat cepat masuk ke
dalam sirkulasi. Untuk memperpanjang kerja serta memperkecil toksisitas sering
ditambahkan vasokonstriktor (Samodro, 2011).
C. Teknik Pemberian Anestesi Lokal
Ada dua teknik anestesi lokal yang memberikan hasil yang baik, yaitu blok dan
infiltrasi. Kedua cara ini masing-masing mempunyai keuntungan dan kerugian.
Berikut adalah sedikit penjabaran untuk kedua teknik tersebut (Sjamsuhidajat, 2010).
1.
Blok
Dilakukan dengan menyuntikkan obat anestesi di area tertentu dimana saraf
yang mempersarafinya di blok adar rangsang nyeri tidak dilanjutkan. Jadi dengan
teknik blok ini anestesi yang dilakukan adalah di bagian promsimal daerah
operasi. Pada daerah operasinya dapat pula ditambahkan anestesi infiltrasi jika
memang diperlukan (Syarief, 2007).
1.
a. Keuntungan
Keberhasilan cukup tinggi.
2. Area yang teranestesi relatif bisa lebih luas dibandingkan dengan
anestesi infiltrasi.
3.
b. Kerugian
Teknik lebih rumit
2.
3.
4.
Gambar 1. Anestesi pada jari tangan dan kaki sangat penting untuk memperhatikan
struktur anatomis dan persyarafan jalannya saraf dari lateral dan medial setiap jari.
Gambar 2. Perhatikan pula pola penyuntikan, suntikan di arah lateral dan medial.
cukup besar, kemungkinan diperlukan infiltrasi beberapa lingkaran, agar area yang
diinfiltrasi menjadi luas. Kedalaman infiltrasi tergantung dari jenis operasi. Jika
masa yang diambil cukup dalam, maka perlu juga dilakukan infiltrasi lebih dalam,
bahkan sampai otot atau periosteum (Sjamsuhidajat, 2010).
a. Teknik atau cara kerja :
Hematom
Terjadi karena pecahnya pembuluh darah ketika anestesi yang kemudian darah
berkumpul di submukosa sehingga menimbulkan benjolan. Hematom ini dapat
terus membesar atau berhenti tergantung dari besarnya pembuluh darah yang
terkena. Pada pembuluh darah kecil biasanya hematom tidak membesar karena
platelet plug sudah cukup untuk menghentikan kebocoran tadi. Jika terjadi
hematom, kita evaluasi beberapa saat apakah hematom itu terus membesar atau
tetap. Jika terus membesar, kita harus berusaha mencari pembuluh darah yang
pecah dan mengikatnya kemudian membuang bekuan darah yang terkumpul
(Syarief, 2007).
2.
Oedem
Disebabkan terlalu banyaknya obat anestesi yang diberikan sehingga obat
tersebut berkumpul dalam jaringan ikat longgar mukosa dan sub mukosa. Hal ini
akan mempersulit ketika melakukan penjahitan. Udem akibat anestesi ini
diabsorpsi dalam 24 jam (Sjamsuhidajat, 2010).
3.
Syok Anafilaktik
Syok anafilaksis disebabkan oleh reaksi hipersensitifitas type I. Terjadi
vasodilatasi perifer sehingga terjadi pengumpulan darah di perifer. Akibatnya
terjadi penurunan venous return sehingga cardiac output pun menurun.
7.
yang
mempengaruhi
CNS
dan
kardiovaskuler.
Bupivakain
dapat
Levobupokain
Jarang terjadi reaksi efek samping jika pemberian obat ini benar. Beberapa
efek samping yang terjadi berhubungan dengan teknik pemberian (dihasilkan pada
systemic exposure) atau efek farmakologikal dari anestesi yang diberikan, tetapi reaksi
alergi jarang terjadi.Systemic exposure untuk jumlah yang berlebih dari bupivakain
terutama dihasilkan di sistem saraf pusat dan efek kardiovaskular. Efek sistem
saraf pusat biasanya terjadi pada konsentrasi pembuluh darah yang lebih
rendah,sementara efek kardiovaskuler tambahan terdapat pada konsentrasi yanglebih
tinggi, sebelumnya kolaps kardiovaskular dapat juga terjadi dengan konsentrasi yang
rendah. Efek sistem saraf pusat meliputi eksitasi sistem saraf pusat (gelisah, gatal
disekitar mulut, tinnitus, tremor, pusing, penglihatan kabur, seizure) dan diikuti oleh
depresi (perasaan kantuk, kehilangan kesadaran, penurunanpernafasan dan apnea).
Efek kardiovaskular meliputi hipotensi, bradikardi,aritmia, dan atau henti jantung.
Provakain
Efek sampingnya yang serius adalah hipertensi, yang kadang-kadang
padadosis rendah sudah dapat mengakibatkan kolaps dan kematian. Efek samping
yang harus dipertimbangkan pula adalah reaksi alergi terhadap sediaan kombinasi
Obat
Onset (menit)
Durasi (menit)
Dosis Maksimum
(mg/kg)
Lidokain
5
30-60
4,5
Bupivakain
10-15
200
3
Prokain
15-20
40
7
Tetrakain
15
200
1,5
prokain-penisilin. Berlainan dengan kokain zat ini tidak memberikan adiksi. Reaksi
alergi ini dapat juga terjadi karena pemakaiansecara berulang preparat prokain bagi
tubuh. Dosis : anestesi infiltrasi 0,25-0,5 %, blockade saraf 1-2 % (Latief, 2007).
5.
Tetrakain
Tetrakain yang potensiasinya lebih tinggi dibandingkan dengandua jenis obat
anestesi lokal golongan ester lainnya ini memiliki efek samping berupa rasa seperti
tersengat. Namun efek ini tidak membuattetrakain jarang digunakan, hal ini karena
salah satu kelebihannya adalahtidak menyebabkan midriasis. Tetrakain biasanya
digunakan untuk anestesipada pembedahan mata, telinga, hidung, tenggorok, rectum,
dan kulit.Salah satu anestesi lokal yang dapat digunakan secara topikal pada
mataadalah tetrakain hidroklorida. Untuk pemakaian topikal pada matadigunakan
larutan tetrakain hidroklorida 0,5%. Kecepatan anastetik tetrakain hidroklorida 25
detik dengan durasi aksinya selama 15 menit atau lebih (Muhiman, 2004).
acid (PABA)
yang
dikenal
sebagai
allergen.
Pada
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
: Hana Khairunnisa
NIM
: G1A012013
Umur
: 17 Tahun
D. Hasil Percobaan
Dalam praktikum anestesi lokal didapatkan:
No
Menit Ke-
Efek Anestesi
Permukaan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12.
13.
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
12
14
Efek Anestesi
Spinal
+
+
+
+
Tabel 1. Hasil praktikum anestesi lokal
+
+
E. Pembahasan
Pada praktikum di atas, ada dua jenis anastesi yang dilakukan. Anestesi
permukaan dan anestesi spinal. Anastesi spinal (blokade subarachnoid atau
intratechal) merupakan anestesi blok yang luas. Anestesi spinal sesudah
penyuntikan intratekal, yang dipengaruhi lebih dulu yaitu saraf simpatis dan
parasimpatis, dan diikuti dengan saraf rasa dingin, panas, raba, dan tekanan
dalam, yang mengalami blokade terakhir yaitu serabut motoris, rasa getar dan
prioreseptif. Setelah anestesi selesai, pemulihan terjadi dengan urutan sebaliknya
(Farmakologi FK UI, 2009).
Anestesi spinal membutuhkan anestetik lokal untuk diinjeksikan pada ruang
subarakhnoid setinggi ruang lumbal tiga atau empat. Jika anestetik lokal
diberikan terllalu tinggi pada kolumna spinalis, maka dapat mempengaruhi otot otot pernapasan dan dapat terjadi distres atau gagal pernapasan. Sakit kepala
mungkin timbul setelah pemberian anestesi spinal, mungkin karena penurunan
tekanan cairan serebrospinal akibat bocornya cairan pada tempat jarum
disuntikkan. Berbagai tempat pada kolumna spinalis dapat dipakai untuk
memblok saraf dengan anestetik lokal. Blok spinal adalah penetrasi anestetik ke
dalam membran subarakhnoid, lapisan kedua dari korda spinalis.
Anestesi spinal dapat digunakan pada hampir semua operasi abdomen bagian
bawah, perineum dan kaki. Anestesi ini memberikan relaksasi yang baik, tetapi
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kerja klor etil sebagai anestesi
permukaan diantaranya:
1.
5.
6.
Aplikasi Klinis
1. Sirkumsisi
Anestesi pada sirkumsisi dapat dilakukan secara umum dan lokal. Anestesi
secara umum dilakukan apabila pasien masih anak-anak, punya riwayat alergi dengan
anestesi lokal dan pasien sangat cemas. Anestesi secara lokal dilakukan bila penderita
dalam keadaan sadar berupa spinal, epidural, dan modifikasinya; dan kombinasi blok
saraf dorsalis penis dan infiltrasi (Abbas,2010)
Teknik anestesi yang digunakan pada sirkumsisi terdapat 3 jenis yaitu, blok
nervus dorsalis penis, infiltrasi di frenulum prepusium, dan infiltrasi di batang penis.
Dari semua anestesi yang disebutkan, cara kombinasi blok saraf dorsalis penis dan
infiltrasi yang paling banyak disukai karena relatif mudah dilakukan, komplikasi
anestesi umum (mual, muntah, dan sebagainya) tidak dijumpai, secara ekoomis lebih
murah, dan alat yang diperlukan lebih sedikit. Pada cara ini dapat dilakukan
kombinasi antara blok saraf dorsalis penis, infiltrasi frenulum penis, infiltrasi batang
penis atau blok melingkar (ring-block) pada batang penis (Hutcheson, 2004).
BAB IV
KESIMPULAN
1. Prinsip kerja pada anestesi lokal sederhana ada beberapa macam, pada anestesi spinal
dengan anestesi lokal disuntikkan ke ruang subarachnoid, pada anestesi epidural
dengan anestesi lokal disuntikan ke ruang epidural, pada anestesi kaudal dengan
anestesi lokal disuntikan ke dalam kanalis sakralis melalui hiatus sakralis, dan pada
anestesi permukaan dengan disemprotkan pada permukaan kulit.
2. Anestesi spinal (blockade intratechal) adalah teknik anestesi blok, dimana obat
anestesi diinjeksikan kedalam cairan serebrospinal dalam ruang subarachnoid.
3. Anestesi permukaan dilakukan dengan cara memberikan larutan anestesi pada mukosa
tubuh.
BAB V
EVALUASI
Anestesi infiltrasi
Anestesi blok
untuk menimbulkan
pengaruhi konduksi
menghilangkan nyeri
saraf otonom
di selaput lendir
melalui kontak
maupun somatis.
mulut, faring,
langsung dengan
digunakan pada
obat. Digunakan
tindak pembedahan
padatindakan operasi
maupun diagnostik
tanpa mengganggu
proses penyembuhan
luka
Anestesi spinal
Anestesi epidural
Anestesi kaudal
melalui potensi elektrik. Ini berperan untuk menjaga agar kondisi intrasel bersifat
negative terhadap bagian ekstraselnya. Konsentrasi ion kalium di dalam sel
biasanya tiga puluh kali lebih besar daripada di luar sel. Ion natrium akan keluar
dari dalam sel melalui mekanisme pompa natrium, sehingga natrium intraseluler
tetap rendah. Konsentrasi ion natrium di luar sel biasanya sepuluh kali lebih besar
daripada konsentrasi di dalam sel. Membran sel saraf umumnya permeable
terhadap ion kalium namun relative tidak permeable terhadap ion natrium. Pada
saraf sensoris dan motoris, stimulasi saraf dapat dianggap sebagai gelombang
aktivita selektrik yang berjalan sepanjang serabut saraf sebagai akibat dari
pertukaran kation (natrium dan kalium) melalui membrane permukaan sel saraf
(Latief, 2001).
Saluran natrium yang terdiri dari lima subunit (dua subunit alfa, satu subunit
beta, satu subunit gama, dan satu subunit teta). Terdapat H sebagai subunit alfa
yang berhubungan dan mengikat agen anestesi lokal, dengan jenis ikatan yang
stereotipik dan bergantung pada tingkat adaptasi dari saluran natrium sendiri,
walaupun demikian subunit beta memodulasi ikatan antara subunit alfa dan agen
anestesi lokal (Ririe, 2000).
Molekul anestetik lokal dan reseptor spesifik dengan ikatan selektif pada
subunit alfa (internal gate/H gate) akan menstabilkan saluran natrium dan
mencegah terjadinya depolarisasi. Keadaan ini yang menyebabkan konduksi saraf
tidak menyebar dan mempertahankan saluran natrium pada keadaan inaktif atau
saluran natrium menutup (Ririe, 2000).
4. Apa perbedaan antara anestesi spinal dan anestesi epidural?
Perbedaan antara anestesi spinal dan anestesi epidural adalah sebagai berikut
(Syarif, 2007).
Teknik
Anestesi spinal
anestesi dengan
cara
Teknik
Anestesi epidural
anestesi dengan
cara
ruang epidural
Lokasi dibawah L2
biasanya L3 dan L4
Timbul sakit kepala dan gejala
neurologik
dapat terhindarkan
Pembeda
Jenis
Ikatan
Golongan Ester
Golongan Amid
Ikatan Ester
Ikatan Amid
Dibukain,
Contoh
Tetrakain,
obat
kokain
prokain,
benzokain,
prilokain,
lidokain,
bupivakain,
mepivakain
Sifat
Kurang
stabil
dan
mudah
mengalami metabolisme
Lebih stabil
DAFTAR PUSTAKA