BAB I
PENDAHULUAN......................
BAB II
BAB III
12
BAB IV
13
BAB V
14
Latar Belakang
14
Pengertian PKRS
14
14
BAB VI
24
BAB VII
25
BAB VIII
28
28
29
30
32
34
40
44
45
45
49
50
50
BAB IX
52
BAB X
53
BAB XI
PENUTUP
54
BAB I
PENDAHULUAN
Di masa yang lampau sistem kesehatan lebih banyak berorientasi pada penyakit yaitu
hanya menunggu sampai ada yang sakit, barulah kemudian yang bersangkutan diberi
pengobatan. Dalam keadaaan yang memerlukan, si sakit dirawat di rumah sakit. Sesudah
sembuh dipulangkan, lalu kambuh dengan penyakit yang sama sehingga yang bersangkutan
dirawat kembali di rumah sakit. Demikian siklus ini berlangsung terus, kemudian disadari,
bahwa untuk memelihara kesehatan masyarakat diperlukan sesuatu rangkaian usaha yang
lebih luas, dimana perawatan dan pengobatan rumah sakit hanyalah salah satu bagian kecil
dari rangkaian usaha tersebut.
Efektivitas suatu pengobatan, selain dipengaruhi oleh pola pelayanan kesehatan yang
ada serta sikap dan keterampilan para pelaksanannya, juga sangat dipengaruhi oleh
lingkungan, sikap, pola hidup pasien dan keluarganya. Selain itu, tergantung juga pada
kerjasama yang positif antara petugas kesehatan dengan pasien dan keluarganya. Kalau
pasien dan keluarganya memiliki pengetahuan tentang cara-cara penyembuhan dan
pencegahan penyakitnya, serta keluarga pasien mampu dan mau berpartisipasi secara
positif, maka hal ini akan membantu peningkatan kualitas kesahatan masyarakat pada
umumnya. Promosi Kesehatan rumah sakit (PKRS) berusaha mengembangkan pengertian
pasien, keluarga, dan pengunjung rumah sakit tentang penyakit dan pencegahannya. Selain
itu,PKRS juga berusaha menggugah kesadaran dan minat pasien, keluarga, dan pengunjung
rumah sakit untuk berperan secara positif dalam berusaha penyembuhan dan pencegahan
penyakit. Oleh karena itu, PKRS merupakan bagian yang tidak terpisah dari program
pelayanan kesehatan rumah sakit.
Isu Strategis
Promosi Kesehatan di Rumah sakit telah diselanggarakan sejak tahun 1994 dengan nama
Penyuluhan
Kesehatan
Masyarakat
Rumah
Sakit
(PKMRS).
Seiring
dengan
2
pengembangannya, pada tahun 2003, isitlah PKMRS berubah menjadi Promosi Kesehatan
Rumah sakit (PKMRS). Seiring dengan pengembangannya, pada tahun 2003, istilah PKMRS
berubah menjadi promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS). Berbagai kegiatan telah
dilakuakan untuk mengembangkan PKRS seperti penyusunan pedoman PKRS, advokasi dan
sosialisasi PKRS kepada Direktur rumah sakit pemerintah, pelatihan PKRS, pengembangan
dan distribusi media serta pengembangan model PKRS antara lain di Rumah Sakit Pasar
Rebo di Jakarta dan Rumah Sakit Syamsuddin, SH di Sukabumi. Namun pelaksanaan PKRS
dalam kurun waktu lebih dari 15 tahun belum memberikan hasil yang maksimal dan
kesinambungannya di rumah sakit tidak terjaga dengan baik tergantung pada kuat tidaknya
komitmen Direktur rumah sakit.
Berdasarkan hal tersebut, beberapa isu strategis yang muncul dalam Promosi Kesehatan di
Rumah sakit, yaitu:
1. Sebagian besar Rumah Sakit belum menjadikan PKRS sebagai salah
satu kebijakan
pemberian
promosi
kesehatan yang menyeluruh kepada pasien mengenai merupakan HAK pasien dan
KEWAJIBAN Rumah Sakit dan seluruhTIM medis Rumah sakit. Informasi yang diberikan
dapat mencakup upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan kesehatan (preventif),
penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitative). Promosi kesehatan
harus dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan, serta dilaksanakan
bersama antara unit-unit rumah sakit yang terkait sesuai dengan keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia nomor 1426/MENKES/SK/XII/2006 tentang Petunjuk Teknis
promosi Kesehatan Rumah Sakit.
3
Pemberian informasi medis yang menyeluruh juga dapat membantu pasien untuk
menentukan pilihan diagnostik, terapi maupun rehabilitasi yang nantinya akan mempengaruhi
prognosisnya, sehingga sejalan dengan etika kedokteran mengenai autonomi pasien. Hal ini
juga diharapkan akan membangun hubungan dokter dan rumah sakit kepada pasien,
meningkatkan mutu pelayanan serta menimbulkan rasa percaya dan aman sehingga
komplians pasien juga diharapkan akan lebih baik. Berdasarkan hal tersebut diatas dan
dalam rangka peningkatan mutu pelayanan medis rumah sakit, maka dibentuklah TIM
Promosi Kesehatan oleh Rumah Sakit (PKRS).
Dasar hukum
1. Undang-undang RI nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan:
a. Pasal 7
Setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi dan edukasi tentang kesehatan
yang seimbang dan bertanggungjawab.
b. Pasal 8
Setiap orang berhak memperoleh informasi tentang data kesehatan dirinya termasuk
tindakan dan pengobatan yang telah maupun yang akan diterimanya dari tenaga
kesehatan
c. Pasal 10
Setiap
orang
berkewajiban
menghormati
hak
orang
lain
dalam
upara
orang
berkewajiban
berperilaku
hidup
sehat
untuk
mewujudkan,
fasilitas
pelayanan
kesehatan
untuk
meningkatkan
dan
memelihara
bertanggungjawab
memberdayakan
dan
mendorong
peran
aktif
masyarakat dalam
4
b. Pasal 4
Rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna
c. Pasal 10, ayat 2
Bangunan Rumah Sakit paling sedikit terdiri atas ruang , butir m) ruang penyuluhan
kesehatan masyarakat rumah sakit
d. Pasal 29
Setiap Rumah Sakit mempunyai kewajiban; butir a)memberikan informasi yang benar
tentang pelayanan Rumah sakit kepada masyarakat.
e. Pasal 32
Setiap pasien mempunyai hak, buti d) memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu
sesuai dengan stadar profesi danpstandar prosedur operasional.
3. Surat Keputusan Menteri kesehatan Nomor 267/MENKES/SK II/2010 tentang Penetapan
Road Map Reformasi Kesehatan Masyarakat,dimana hal ini tidak terpisahkan dengan
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2010-2014. Salah satu Prioritas Reformasi
Kesehatan yang dimaksud adalah Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia (World Class
Hospital).
4. Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan( Lembaran negara Tahun 1992
nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495)
6
5. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kehatan (Lembaran Negara
Tahun 1996 nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3637)
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 159b/MENKES/PER/ II/ 1988
tentang Rumah Sakit.
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 574/MENKES/SK/ VI/2000
tentang Kebijakan Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010.
8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 004/MENKES/ SK/ I/2003
tentang Kebijakan dan Strategi Desentralisasi bidang Kesehatan.
9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1547/MENKES/SK/X/2004
tentang Standard Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/kota.
10. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1114/MENKES/SK/VIIX/2004
tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah
11. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1193/MENKES/SK/X/2004
tentang Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan
12. Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
BAB II
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT
ajudan dan penyaring dan malahan kadang-kadang mengatakan bahwa ayahnya sedang
tidur, atau juga sedikit berbohong dengan mengatakan bahwa ayahnya sedang pergi keluar
apabila tamu itu tidak begitu dikenal.
Pada suatu hari Jaury pulang sekolah yang seperti biasanya duduk dibonceng sepeda
dan entah mengapa, salah satu kakinya masuk ke terali sepeda yang menyebabkan luka.
Sampai dirumah Jaury dibawa ke Rumah sakit untuk diobat, karena obat-obatan di Makassar
waktu itu amat langka, maka pengobatan terhadap luka dikaki tersebut tidak bisa sempurna
betul. Apalagi sifat dari Jaury yang tidak bisa tenang sehingga memperbesar resiko luka itu
menjadi lebih terbuka dan terkena kotoran. Luka Jaury kemudian menjadi infeksi yang parah
(Titanus) sehingga akhirnya pada tanggal 31 Oktober 1960 Jaury meninggal dunia.
Dengan
adanya
perkembangan
pertambahan
penduduk
dalam
Kotamadya
tidak patut lagi dan dari segi tata kota sehingga lahannya lebih baik dimanfaatkan untuk
kepentingan umum.
Dengan rampungnya persiapan-persiapan pertama, maka pada tanggal 10 Juli 1962
dilakukan peletakan batu pertama oleh Bapak M. Jusuf/ Panglima Kodam XIV/ Hasanuddin.
Turut menyaksikan Rektor Unhas Prof. Mononutu dan Kepala Depkes Sulawesi Selatan dan
Tenggara Dr. Siregar.
Ketika Bapak M. Jusuf meletakkan batu pertama pembangunan rumah sakit ini, beliau
menegaskan bahwa Rumah Sakit akademis Jaury Jusuf Putera mempunyai 3 (tiga) misi
utama yaitu :
Pertama
Kedua
Ketiga
tanpa
memandang
golongan,
keturunan,
pangkat
dan
kemampuan.
Tugas Pokok Dan Fungsi Rumah Sakit Akademis Jaury Jusuf Putera
Rumah Sakit Akademis Jaury Jusuf Putera merupakan rumah sakit umum dengan
kapasitas 206 tempat tidur, merupakan milik Yayasan Jaury Jusuf Putera. RS. Akademis
Jaury Jusuf Putera mempunyai fungsi memberikan pelayanan kesehatan paripurna dengan
motto SIKAMASEANG :
Senyum, Sapa, Salam adalah bagian dari pelayananmu.
Itikat baik dalam berprilaku.
Kasih pada sesamamu
Awali tugasmu dengan niat dan doa.
Mantap dalam bertindak
Ambil hikmah dari semua tindakan yang dilakukan.
Setia dan jujur dalam tugas.
Emban tugas muliamu dengan penuh rasa tanggung jawab.
Amalkan Sapta Prasetya Rumah Sakit akademis Jaury Juusuf Putera
Nyatakan ucapan dalam perbuatan yang tulus dan ikhlas.
Gagal adalah tantanganmu.
10
Dalam mengemban fungsi tersebut di atas, RS. Akademis Jaury Jusuf Putera
mempunyai tugas pokok berupa :
1 Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu tinggi.
2 Senantiasa meningkatkan kompetensi sumber daya manusia RS. Akademis Jaury Jusuf
Putera agar selalu memberikan pelayanan secara profesional, etis dan bemartabat.
3 Menyediakan wahana bagi pendidikan tenaga kesehatan, dalam turut serta menyumbang
upaya mencerdaskan bangsa.
11
BAB III
VISI, MISI DAN FALSAFAH
RUMAH SAKIT AKADEMIS JAURY JUSUF PUTERA
VISI
Sebagai Rumah Sakit Memorial dalam melaksanakan misinya yang memberikan
pelayanan bermutu dan terjangkau, serta menyediakan fasilitas untuk pendidikan
MISI
1. Memberi pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat
dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
2. Sebagai Rumah Sakit Memorial untuk mengenang Jaury Jusuf Putera yang
meninggal pada tanggal 31 Oktober 1960.
3. Mencerdaskan bangsa dengan menyediakan fasilitas untuk pendidikan kedokteran
dan bidang kesehatan lainnya.
FALSAFAH
1. Landasan idiil dan konstitusional Pancasila dan UUD 1945 mengharuskan untuk
selalu menjunjung tinggi nilai luhur etika profesi yang mengutamakan kepentingan
penderita.
2. Menghindari terjadinya tambahan beban penderitaan yang diupayakan dengan
mengatasi secara sungguh- sungguh.
3. Kegiatan di rumah sakit menjunjung tinggi Etika Rumah Sakit (ERSI)
BAB IV
12
STRUKTUR ORGANISASI
RUMAH SAKIT AKADEMIS JAURY JUSUF PUTERA MAKASSAR
BAB V
PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT
(PKRS)
Latar Belakang
Pembangunan Kesehatan diarahkan untuk meningkatkankesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar penignktan derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya dapat terwujud.Pembanguanan kesehatan diselenggarakandengan
berdasarkan pada perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata,serta
pengutamaan dan manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan, anatar lain ibu,
bayi, anak, lanjut usia (lansia), dan keluarga miskin.
13
Pengertian PKRS
Promosi kesehatan di Rumah Sakit adalah upaya Rumah Sakit untuk meningkatkan
kemampuan pasien, klien, dan kelompok-kelompok masyarakat, agar pasien dapatmandiri
dalammempercepat kesembuhan dan rehabilitasinya, klien dan kelompok-kelompok
masyarakat dapat mandiri dalam meningkatkan kesehatan,mencegah masalah-msalah
kesehatan, dan mengembangkan upayakesehatan bersumberdaya masyarakat, melalui
pembelajaran dari oleh, untuk dan bersama mereka, sesuai sosial budaya mereka, serta
didukung kebijakan publik yang berwawasana kesehatan.
Visi
Oleh karena itu Kementeriaan Kesehatan menetapkan visi yaitu Masyarakat Sehat
yang mandiri dan Berkeadilan.
Visi PKRS RS. Akademis Jaury Jusuf Putera
Memberikan pelayanan edukasi informasi medis yang profesional dan meyeluruh
mengenai kondisi kesehatan pasien untuk meningkatkan kualitas mutu pelayanan serta
menjunjung tinggi autonom pasien.
Misi
Dalam mencapai visi tersebut Kementerian Kesehatan juga mentetapkan 4 misi yaitu:
1) Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan masyarakat,
termasuk swasta dan masyarakat madani
2) Melindungi kesehatan masayarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang
paripurna, merata,bermutudan berkeadilan
3) Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumberdaya kesehatan
4) Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik.
Misi PKRS RS. Akademis Jaury Jusuf Putera
1 Menyelenggarakan pelayanan edukasi informasi medis yang meyeluruh dan berorientasi
pada ilmu kedokteran berbasis bukti kepada pasien dan keluarga
14
2 Meningkatkan kualitas dan mutu pelayanan medis dengan cara memberikan informasi
terpadu yang dibutuhkan pasien dan keluarga mengenai kondisi kesehatannya dan
memfasilitasi pemilihan rencana promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
3 Memfasilitasi pengendalian mutu dan biaya kesehatan melalui transparansi informasi
sehingga pasien dan keluarganya mendapatkan rasa aman dan percaya
Rumah sakit merupakan sarana kesehatan yang termasuk dalam subsistem Upaya
Kesahatan. Rumah Sakit tidak boleh dipandang sebagai suatu entitasyang terpisah dan
berdiri sendiri dalam sektor kesehatan. Peran rumah sakit adalah mendukung pelyanana
kesehatan dasar melalui penyediaan fasilitas rujukan dan mekanisme bantuan. Menurut
WHO, Rumah sakit harus terintegrasi dalam sistem kesehatan dimana ia berada. Fungsinya
adalah sebagai pusat sumber daya bagi peningktana kesehatan masyarakat di wilayah yang
bersangkutan. Reformasi perumahsakitan di Indonesia sangat diperlukan mengingat masih
banyaknya rumah sakit yang hanya menekankan pelayanannya kepda aspek kuratif dan
rehabilitatif
saja.
Padahalkeadaan
ini
menyebabkan
rumah
sakti
menjadi
sarana
Informasi medis yang diberikan adalah unik bagi setiap individu dan berdasarkan
hanya yang terkait dengan kondisi kesehatannya dan apa yang dibutuhkan oleh
pasien tersebut .
b Menyeluruh
Meliputi setiap aspek yang dibutuhkan pasien maupun keluarganya seperti rencana
promotif, diagnosis kerja, rencana diagnostik, rencana terapi, prognosis, rencana
rehabilitatif dan rencana preventif.
c
Terpercaya
Informasi medis yang diberikan berdasarkan ilmu kedokteran berbasis bukti dan
komprehensif.
d Profesional
Dalam memberikan pelayanan edukasi informasi medis dilakukan secara profesional.
e Efektif dan efisien
Memberikan pelayanan pasien dan keluarga serta bekerjasama dengan mittra kerja
secara efektif dan efisien .
Tujuan
Terciptanya masyarakat rumah sakit yang menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat melalui perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku pasien RS serta pemeliharaan
lingkungan RS dan termanfaatkannya dengan baik semua pelayanan yang disediakan
Rumah sakit. Meningkatkan kualitas pelayanan medis dengan memberikan informasi
medis yang selektif, terpercaya dan menyeluruh kepada setiap pasien dan keluarganya
yang datang ke rumah sakit dengan cara menyediakan informasi yang dibutuhkan pasien
maupun keluarganya seperti rencana promotif, diagnosis kerja, rencana diagnostik,
rencana terapi, prognosis, rencana rehabilitatif dan rencana preventif.
Sasaran PKRS
Sasaran Promosi Kesahatan di Rumah sakit adalah masyarakat di rumah sakit, yang
terdiri dari:
Petugas
Pasien
16
Keluarga pasien
Pengunjung
PKRS dalam pelayanan Rawat Inap bagi pasien, yaitu di ruang-ruang gawat
darurat, rawat intensif dan rawat inap.
PKRS dalam pelayanan bagi klien (Orang sehat), yaitu seperti di pelayanan KB,
konseling gizi, bimbingan senam, pemeriksaan kesehatan jiwa, konseling
kesehatan remaja, dan lain-lain.
PKRS di ruang Pembayaran rawat inap, yaitu di ruang di mana pasien rawat inap
harsu menyelesaikan pembayaranrawat inap, sebelum meninggalkan RS.
Promosi kesehatan oleh TIM PKRS dalam pelayanan-pelayanan diatas ditangani oleh
unit unit TIM PKRS.
b. Di luar gedung
Kawasan luar gedung RS yang dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk PKRS,
yaitu:
17
PKRS di tempat parkir, yaitu pemanfaatan ruang yang ada di lapangan/gedung parkir
sejak dari bangunan gardu parkir sampai ke sudut-sudut lapangan/ gedung parkir.
PKRS di taman RS, yaitu baik taman-taman yang ada di depan, samping/sekitar
maupun di dalam/halaman dalam RS.
TIM PKRS berada dibawah naungan pelayanan medis Rumah Sakit Akademis
Jusuf Putera dan berkoordinasi dengan DPJP,
Jaury
pelayanan Rumah Sakit dalam menyampaikan informasi medis kepada pasien. Informasi
medis tertulis yang diberikan meliputi 10 penyakit terbanyak di
Putera yaitu: stroke, diabetes melitus, hipertensi, paska operasi appendiks, paska operasi
hernia, paska operasi hemoroid, paska operasi sumbing , demam berdarah, demam tiphoid
dan diare. Pemberian promosi kesehatan dapat dilaksanakan di setiap instalasi rumah sakit
dan oleh personel medis yang berkompetensi di bidang tersebut terutama rawat inap, rawat
jalan, penunjang medis, fisioterapi, farmasi dan lain-lain. Informasi diluar kategori 10 penyakit
terbanyak disampaikan secara lisan oleh sub unit TIM PKRS baik di seluruh instalasi rumah
sakit maupun di suatu ruangan PKRS khusus.
Denah ruangan
Ruang penyuluhan PKRS dapat digunakan oleh setiap unit PKRS dan terletak di sebelah
administrasi rawat jalan/RI dan customer service unit. Suasana dalam ruang PKRS dibina
sedemikian rupa sehingga tenang dan kondusif dalam menyampaikan informasi dan promosi
kesehatan bagi pasien dan klien.
kursi
meja
Ruang penyuluhan
PKRS
Customer Service/
Informasi
M
A
S
U
K
18
Pendaftaran
Tatalaksana
Promosi kesehatan Rumah sakit adalah suatuTIM rumah sakit yang terdiri dariTIM medis dan
non medis
pasien di area rumah sakit yaitu rawat inap (saat dirawat dan sebelum pasien pulang), rawat
jalan, IGD dan penunjang medis.TIM tersebut merupakan titik akhir pelayananTIM medis RS
RS. Akademis Jaury Jusuf Putera. Pelayanan TIM PKRS terdiri dari pelayanan promosi
kesehatan dan informasi yang berhubungan dengan pasien.
Tujuan:
Memberikan edukasi dan informasi kepada pasien yang perlu penjelasan lebih dalam
tentang penyakitnya secara holistik
Tujuan Khusus
Rawat inap : memberikan edukasi dan informasi kepada pasien yang perlu penjelasan
lebih dalam mengenai penyakitnya pada saat awal perawatan, selama perawatan dan
ketika pasien akan pulang
Rawat jalan:
19
Rawat inap
1. Apabila pasien baru masuk kedalam kategori 10 penyakit terbanyak di ruang rawat
inap RS RS. Akademis Jaury Jusuf Putera, perawat mengidentifikasi kebutuhan
informasi dan edukasi yang dibutuhkan oleh pasien sebagai edukasi kolaboratif yaitu
pemberian edukasi kepada pasien yang membutuhkan informasi dari lebih dari satu
subunit PKRS yaitu
keperawatan, PPI dan Gizi. Hal ini dimaksudkan untuk memastikan informasi dan
edukasi yang diberikan kepada pasien baik di rawat inap maupun rawat jalan, sesuai
dengan kondisi penyakitnya dan diberikan secara holistik. Maka perawat memberikan
edukasi sesuai SPO pemberian edukasi kolaboratif.
2. Apabila pasien baru tidak masuk kedalama kategori 10 penyakit terbanyak maka
edukasi diserahkan kepada DPJP atau dokter ruangan atau subunit PKRS yang
terkait.
3. Apabila pasien dan/ keluarga yang sedang dirawat di ruang rawat inap membutuhkan
informasi yang lebih dalam mengenai perjalanan penyakit, evaluasi, rencana terapi
dan lain-lain, maka perawat dapat meminta bantuan DPJP/ dokter ruangan atau
subunit TIM PKRS yang terkait.
4. Apabila pasien sudah diperbolehkan pulang oleh DPJP, maka pemberian informasi
akan diberikan sesuai dengan poin 1-3 diatas ( apabila masih membutuhkan).
5. Pemberi informasi medis dan edukasi yang berhubungan dengan Clinical pathway
adalah dokter ruangan/ DPJP dan informasi pulang pasine dapat diberikan oleh
perawat.
6. Setiap pasien yang diedukasi WAJIB di catat nama, no rekam medik, DPJP, diagnosa
dan kode pamflet pemberian edukasi (bila tersedia) atau ringkasan poin-poin edukasi
secara tertulis abaila tidak terdapat dalam pamflet yang tersedia.
7. Pemberian edukasi dan informasi dilaksanakan sesuai dengan SPO pemberian
edukasi dan SPO pemberian edukasi kolaboratif.
8. Pencatatan pasien yang teredukasi sesuai dengan SPO pencatatan LOGBOOK
9. Pemberian edukasi harus dilakukan selambat-lambatnya 1 x 24 jam dari waktu DPJP
mendiagnosis pasien
20
10. Apabila ada pertanyaan pasien yang tidak dapat dijawab saat itu juga oleh DPJP,
PPJP, dokter ruangan atau subunit TIM PKRS terkait, maka jawaban standard yang
akan diberikan adalah sebagai berikut: Saya belum ada jawaban mengenai
pertanyaan tersebut namun akan saya konfirmasikan kepada dokter spesialis yang
merawat anda dan akan saya sampaikan jawaban pertanyaan anda secepatnya.
Mohon memberikan nomer telpon yang dapat dihubungi.
11. Disetiap unit terkait akan disediakan 1 folder berisi lembar edukasi dari unit yang
bersangkutan, dijaga agar tetap tersedia ( 50 lembar per materi/bulan)
ALUR PELAYANAN PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT
Pasien
masuk
Penyakit lainnya
10 penyakit
terbanyak
Diagnosis
DPJP
Diagnosis
DPJP
PROMOSI KESEHATAN
Dokter
ruangan
Clinical
pathway
Unit PKRS
terkait
Materi
edukasi
Formulir edukasi
kolaboratif
DPJP
Edukasi
pulang
Dokter
ruangan
Unit PKRS
terkait
Formulir pemberian
edukasi
LOGBOOK
Unit terkait
21
LOGBOOK
Edukasi kolaboratif
LAPORAN BULANAN
Rawat jalan
1. Apabila pasien rawat jalan yang datang berobat masuk kedalam kategori 10 penyakit
terbanyak, maka di ruang rawat jalan RS RS. Akademis Jaury Jusuf Putera, perawat
mengidentifikasi kebutuhan informasi dan edukasi yang dibutuhkan oleh pasien sebagai
edukasi kolaboratif yaitu pemberian edukasi kepada pasien yang membutuhkan
informasi dari lebih dari satu subunit PKRS yaitu Customer service, Medical Informasi,
farmasi, fisiotererapi, keperawatan, PPI dan Gizi. Hal ini dimaksudkan untuk memastikan
informasi dan edukasi yang diberikan kepada pasien baik di rawat inap maupun rawat
jalan, sesuai dengan kondisi penyakitnya dan diberikan secara holistik. Maka perawat
memberikan edukasi sesuai SPO pemberian edukasi kolaboratif.
2. Apabila pasien datang pada saat jam kerja (Senin- Jumat, pkl 08.00-17.00) maka pasien
dapat dijelaskan verbal dan diberikan leaflet edukasi sesuai dengan penyakitnya oleh
subunit PKRS terkait.
3. Apabila pasien datang diluar jam kerja seperti tertera diatas, maka pasien akan
mendapatkan informasi tertulis (leaflet) dan verbal oleh perawat unit terkait.
4. Apabila pasien ini dijelaskan lebih dalam mengenai informasi terkait penyakitnya oleh
subunit tertentu, maka pasien diharuskan membuat perjanjian pada hasi kerja berikutnya.
Apabila pasien tidak masuk kedalam 10 penyakit terbanyak maka informasi akan
diberikan oleh DPJP terkait/ dokter jaga atau dokter medical information (pada jam kerja)
5. Apabila pasien rawat jalan datang untuk menanyakan rencana diagnosis atau konsulatasi
awal mengenai kondisi penyakitnya tanpa berobat, maka informasi akan diberikan oleh
dokter medical information sesuai dengan SPO pemberian edukasi.
22
BAB VI
STRUKTUR ORGANISASI TIM PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT
DIREKTUR
UNIT PELAYANAN
PENYULUHAN
Mustaking
Jamaluddin
23
BAB VII
URAIAN TUGAS TIM PKRS
1. K e t u a
1. Memimpin
Tim PKRS
agar
selalu
dalam
keadaan
siap
untuk
keperluan pengembangan
peralatan
dan
bahan-bahan
guna
penyelenggaraan
pelayanan
penyuluhan.
3. Dalam perencanaan tersebut dan dalam menjaga
kesiapan fasilitas
untuk
4. penyelengggaraan
berkoordinasi dan
pelayanan
mengadakan
penyuluhan,
kerjasama
kepala
dengan
instalasi
kepala
selalu
SMF, kepala
operasional
untuk
penyelenggaraan
pelayanan
penyuluhan
24
profesional
untuk
meningkatkan
mutu
profesional
SDM
dan
pelatihan
dapat
juga
dilakukan
terhadap
kelompok-
5. Mengkoordinasikan
penelitian,
menyusun
usulan
penelitian
untuk
bahan
dokumentasi
kegiatan
Direktur
dan
seluruh
memberikan edukasi dan informasi kepada pasien rawat jalan dan pasien rawat inap yang
perlu penjelasan lebih dalam tentang penyakitnya dan pada saat pasien akan pulang tentang
tata cara perawatan dirumah seperti: apa yang harus dilakukan, apa yang harus dihindari,
jadwal kontrol kembali, tata cara minum obat, perubahan perilaku dan gaya hidup, dll.
Informasi yang disediakan oleh medical information dan dapat berikan oleh DPJP/ dokter
jaga kepada pasien adalah sebagai berikut:
1. Daily plan demam thypoid
2. Daily plan demam berdarah dengue/demam dengue
3. Daily plan gastroenteritis
4. Daily plan stroke iskemik
5. Daily plan haemorroid
6. Daily plan appendisitis akut
7. Daily plan hernia
8. Daily plan caesarian section
9. Daily plan labio/palatoschizis
10. Daily plan tumor jinak payudara
Informasi yang disediakan oleh medical information dan dapat berikan oleh perawat kepada
pasien adalah sebagai berikut:
1. Panduan edukasi pasien pulang post perawatan demam thyphoid
2. Panduan edukasi pasien pulang post perawatan demam dengue/ demam berdarah
dengue
3. Panduan pasien pulang post perawatan diare
4. Panduan pasien pulang post perawatan stroke iskemik
5. Panduan edukasi pasien pulang post hemorrhoidectomy
6. Panduan edukasi pasien pulang post operasi appendictomy
7. Panduan pasien pulang post operasi hernitomy
8. Panduan edukasi pasien pulang post operasi sesar
9. Panduan pasien pulang post operasi bibir sumbing
10. Panduan pasien pulang post perawatan hipoglikemia
11. Panduan pasien pulang post perawatan hipertensi
28
Medical information for patient care berperan sebagai penrencana program promosi
kesehatan dan memonitor dan mengevaluasi pelaksanaannya.
PANDUAN PELAYANAN KEROHANIAN
Pengertian
Pelayanan kerohanian adalah suatu usaha bimbingan yang diberikan oleh pihak
rumah sakit RS. Akademis Jaury Jusuf Putera
bidang kerohanian, untuk mendampingi dan menemui pasien rawat inap, agar mampu
memahami arti dan makna hidup sesuai dengan keyakinan dan agama yang dianut masingmasing. Pelayanan ini sangat berarti sebagai upaya meningkatkan rasa percaya diri kepada
Tuhan Yang Maha Esa yang menentukan kehidupan manusia, sehingga motivasi ini dapat
menjadi pendorong dalam proses penyembuhan.
Pelayanan bimbingan rohani dilakukan oleh pihak luar yang berkerja sama Rumah
Sakit RS. Akademis Jaury Jusuf Putera dengan menggunakan tanda pengenal khusus.
Pelayanan bimbingan rohani dapat diselenggarakan atas permintaan pasien / keluarga
pasien dengan mengisi form yang diberikan dari REKAM MEDIS, dan ditindaklajuti oleh
bagian Customer Service.
Jaury
Jusuf Putera .
Tujuan khusus
Agar pasien bisa mendapatkan ketenangan batin dan mempercepat proses kesembuhannya.
29
Tata Laksana
1. Perawat memberikan informasi kepada pasien tentang pelayanan kerohanian di rumah sakit
RS. Akademis Jaury Jusuf Putera, serta membantu mengisikan formulir request permintaan
tersebut.
2. Pasien meminta
tersebut. Setelah formulir tersebut diisi oleh perawat, maka segera formulir tersebut diberikan
ke customer service untuk di tindaklanjuti.
3. Customer service akan koordinasi dari daftar yang tersedia berdasarkan requestTIMe di
formulir tersebut.
4. Costumer service akan konfirmasi nama & waktu petugas pelayanan ini kepada pasien dan
keluarga pesien penanggung jawab. Setelah itu Formulir akan diserahkan kepada nurse
station.
5. Kerohanian akan daftar ke security dan security akan konfirmasi ke nurse station rawat inap
tentang permintaan pelayanan kerohanian.
6. Di Nurse station petugas kerohanian akan tanda tangan di formulir untuk di arsip di rekam
medis pasien, setelah itu petugas kerohanian akan di antar oleh perawat ke kamar pasien.
PANDUAN MANAGEMEN KONFLIK
Pengertian
Dalam memberikan pelayanan kesehatan di rumah sakit, tidak terlepas adanya konflik
yang terjadi antara pasien dan rumah sakit. Konflik merupakan akibat situasi dimana
keinginan atau kehendak yang berbeda atau berlawanan antara pasien dengan pihak rumah
sakit, sehingga keduanya saling terganggu. Untuk itu konflik tersebut perlu diselesaikan
dengan baik sehingga tidak melebar terlalu jauh dari pokok permasalahannya.
Konflik ini terjadi karena ketidakcocokan antar nilai atau tujuan-tujuan yang ingin diharapkan
oleh pasien terhadap pihak rumah sakit. Hal ini dapat mengganggu bahkan membuat emosi
atau stres yang mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja.
Untuk itu perlu dibuat suatu pedoman manajemen konflik dalam mengatasi konflik
tersebut agar semuanya bisa diatasi. Pasien yang merasa tidak puas akan mengambil sikap
untuk complain terhadap pihak rumah sakit atas keluahannya, dan sudah menjadi kewajiban
pihak rumah sakit untuk menjawab dan menjelaskan complain dari pihak pasien. Dalam
30
setiap complain yang diberikan oleh pasien terhadap rumah sakit RS. Akademis Jaury Jusuf
Putera , selalu ditanggapi dengan baik dan diselesaikan dengan cepat. Hal ini memang
dilakukan agar tidak sampai terjadi konflik yang serius terhadap pasien. Setiap permasalahan
yang terjadi diusahakan diselesaikan dengan standar di pedoman ini.
Ruang lingkup khusus
Ruang lingkup untuk konflik ini hanya diwilayah rumah sakit RS. Akademis Jaury Jusuf Putera
dalam hal pelayanan terhadap pasien.
Tujuan umum
Secara umum, tujuannya adalah menangani semua keluhan dari pasien agar bisa
diselesaikan secara professional dan kekeluargaan.
Tujuan khusus
Agar pasien yang tidak puas bisa mendapat jawaban dan penjelasan dari pihak rumah sakit.
Tata Laksana
1. Pasien akan mengisi form complain dari customer service.
2. Customer service akan menyampaikan kepada pihak yang terkait atas complain tersebut
dan meminta jawabannya 2x24 jam.
3. Apabila jawaban sudah diterima, akan disampaikan kepada pasien langsung atau pihak
yang bersangkutan akan menyampaikan langsung dengan didampingi oleh customer
service.
4. Complain yang bersifat medis, akan disampaikan kepada dokter medical information
yang dimana akan di rapatkan di komite medik (jika perlu) untuk memberikan jawaban
dan penjelasannya berdasarkan standar Rumah Sakit RS. Akademis Jaury Jusuf
Putera .
Komplain yang tidak bersifat medis, akan diatasi oleh Customer service dengan pihak
yang terkait berdasarkan standar Rumah Sakit RS. Akademis Jaury Jusuf Putera .
31
5. Bila complain tidak ada SPO-nya, Customer Service akan melaporkan ke Sekretariat
untuk mengatasi permasalahannya. (Bila perlu diskusikan solusi dengan Direktur Rumah
Sakit RS. Akademis Jaury Jusuf Putera ).
6. Semua complain yang terjadi akan di data oleh customer service untuk direkap menjadi
laporan bulanan customer service kepada manajemen.
PANDUAN PELAYANAN PENANGULANGAN ANCAMAN PASIEN KE MEDIA
Pengertian
Komitmen seluruh keluarga besar RS. Akademis Jaury Jusuf Putera
adalah melayani
dengan penuh cinta kasih dari sisi pelayanan medis dan non medis, dari awal pasien masuk
ke pintu rumah sakit sampai pasien pulang. Semua masalah harus diselesaikan dengan
penuh cinta kasih.
Penting sekali untuk customer service manager (yang langsung menghadapi customer) dan
marketing manager (yang langsung berhubungan dan menghadapi media) untuk mengerti
hak pasien dan rumah sakit sepenuhnya sehingga kami dapat menghadapi masyarakat
dengan cara yang sesuai berdasarkan hukum undang undang rumah sakit di Republik
Indonesia.
Tata Laksana
Cara mengatasi masalah dengan pasien dengan komunikasi yang jelas dan transparan:
1. Customer Service (staff atau manager) mendengar dengan baik dan mengerti hal yang
di keluhkan oleh pasien
2. Mengulang
meminta tanda
5. Bila pasien ingin melibatkan media, Sekretariat harus bertemu dengan yang pasien,
mendengarkkan keluhan dengan penuh dengan cinta kasih dan menjawab sebagai
berikut:
-Terima kasih informasinya dan mohon maaf atas ketidaknyamannya Bpk/Ibu. Kami
sangat tidak mengharapkan keterlibatan media tapi tentunya kami tetap bertanggung
jawab untuk memberikan informasi sepenuhnya kepada Bpk/Ibu. Sekiranya
kami
dapat mengetahui lebih lanjut hal apa saja yang Bapak & Ibu keluhkan ke media
sehingga kami juga bisa memberikan informasi secara jelas dan detail kepada Bapak
& Ibu mengenai undang undang rumah sakit tentang keterlibatan media.
(Disini, Sekretariat menyarankan kepada pasien akan keluhan dan penjelasannya)
Bila pasien tetap akan ke media, Sekretariat harus menginformasikan mengenai Pasal
44 undang-undang Rumah sakit:
Ayat 1
Ayat 2 : Apabila pasien dan/atau keluarga yang menuntut Rumah sakit dan
menginformasikannya melalui media massa, dianggap telah melepaskan hak
rahasia kedokterannya kepada umum.
Ayat 3 : Penginformasian kepada media massa sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
memberikan kewenangan kepada Rumah Sakit untuk mengungkapkan rahasia
kedokteran pasien sebagai hak jawab Rumah Sakit.
Dimana hal tersebut diatas adalah pilihan terakhir yang akan dipilih oleh Rumah Sakit
untuk selalu dapat melayani dengan penuh cinta kasih.
33
Komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima dan dimengerti sebagaimana dimaksud oleh
pengirim pesan, pesan ditindaklanjuti dengan sebuah perbuatan oleh penerima pesan dan
tidak ada hambatan untuk hal itu (Hardjana, 2003).
Gambar
Oh saya
mengerti..o
Dia Mengerti
Umpan Balik
Gangguan
Komunikat
or
Pesa
n
Saluran
Komunika
n
Unsur komunikasi
1. Sumber/komunikator (dokter,perawat, admission,Adm.Irna,Kasir,dll)
2. Isi pesan
3. Media/saluran (Elektronic,Lisan,dan Tulisan).
4. Penerima/komunikan (pasien, keluarga pasien, perawat, dokter, Admission, Adm.Irna).
Sumber / komunikator
Sumber
(yang
menyampaikan
informasi):
adalah
orang
yang
menyampaikan
isi
pernyataannya kepada penerima. Hal-hal yang menjadi tanggung jawab pengirim pesan
adalah mengirim pesan dengan jelas, memilih media yang sesuai, dan meminta kejelasan
apakah pesan tersebut sudah di terima dengan baik. (konsil kedokteran Indonesia, hal.8)
34
Komunikator yang baik adalah komunikator yang menguasai materi, pengetahuannya luas
dan dalam tentang informasi yang yang disampaikan, cara berbicaranya nya jelas dan
menjadi pendengar yang baik saat dikonfirmasi oleh si penerima pesan (komunikan)
Isi Pesan (apa yang disampaikan)
Panjang pendeknya, kelengkapannya perlu disesuaikan dengan tujuan komunikasi, media
penyampaian, penerimanya.
Media
Media berperan sebagai jalan atau saluran yang dilalui isi pernyataan yang disampaikan
pengirim atau umpan balik yang disampaikan penerima. Berita dapat berupa berita lisan,
tertulis, atau keduanya sekaligus. Pada kesempatan tertentu, media dapat tidak digunakan
oleh pengirim yaitu saat komunikasi berlangsung atau tatap muka dengan efek yang mungkin
terjadi berupa perubahan sikap. (konsil kedokteran Indonesia, hal.8).
Media yang dapat digunakan: Melalui telepon, menggunakan lembar lipat, buklet, vcd,
(peraga).
Penerima / komunikan
Penerima berfungsi sebagai penerima berita. Dalam komunikasi, peran pengirim dan
penerima
bergantian
sepanjang
pembicaraan.
Tanggung
jawab
penerima
adalah
berkonsentrasi untuk menerima pesan dengan baik dan memberikan umpan balik kepada
pengirim. Umpan balik sangat penting sehingga proses komunkasi berlangsung dua arah.
(konsil kedokteran Indonesia, hal.8).
Pemberi/komunikator yang baik adalah
Pada saat melakukan proses umpan balik, diperlukan kemampuan dalam hal-hal berikut
(konsil kedokteran Indonesia, hal 42):
1. Cara berbicara (talking), termasuk cara bertanya (kapan menggunakan pertanyaan
tertutup
dan
kapan
memakai
pertanyaan
terbuka),
menjelaskan,
klarifikasi,
paraphrase, intonasi.
2. Mendengar (listening), termasuk memotong kalimat.
35
3. Cara mengamati (observation) agar dapat memahami yang tersirat di balik yang
tersurat (bahasa non verbal di balik ungkapan kata/kalimatnya, gerak tubuh).
4. Menjaga sikap selama berkomunikasi dengan komunikan (bahasa tubuh) agar tidak
menggangu komunikasi, misalnya karena komunikan keliru mengartikan gerak tubuh,
raut tubuh, raut muka, dan sikap komunikator.
Sifat Komunikasi
Komunikasi itu bisa bersifat informasi (asuhan) dan edukasi (Pelyanan promosi).
3.1. Komunikasi yang bersifat infomasi asuhan didalam rumah sakit adalah:
3.1.1 Jam pelayanan
3.1.2 pelayanan yang tersedia
3.1.3 Cara mendapatkan pelayanan
3.1.4 Sumber alternative mengenai asuhan dan pelayanan yang diberikan ketika
kebutuhan asuhan pasien melebihi kemampuan rumah sakit. Akses informasi ini
dapat di peroleh melalui Customer Service, Admission, dan Website.
3.2. Komunikasi yang bersifat Edukasi (Pelayanan Promosi):
3.2.1. Edukasi tentang obat. (Lihat pedoman pelayanan farmasi)
3.2.2. Edukasi tentang penyakit. (Lihat Pedoman Pasien)
3.2.3. Edukasi pasien tentang apa yang harus di hindari. (Lihat Pedoman
Pelayanan, Pedoman Fisioterapi)
3.2.3. Edukasi tentang apa yang harus dilakukan pasien untuk meningkatkan
qualitas hidupnya pasca dari rumah sakit. (Lihat Pedoman Pelayanan,
Pedoman Gizi, Pedoman Fisioterapi, Pedoman Farmasi).
3.2.4. Edukasi tentang Gizi. (Lihat Pedoman Gizi).
Akses untuk mendapatkan edukasi ini bisa melalui medical information dan nantinya akan
menjadi sebuah unit PKRS (penyuluhan kesehatan Rumah Sakit).
Komunikasi yang efektif
36
Komunikasi efektif adalah: tepat waktu, akurat, jelas, dan mudah dipahami oleh penerima,
sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan (kesalahpahaman).
4.1. prosesnya adalah:
1. Pemberi pesan secara lisan memberikan pesan, setelah itu dituliskan secara
lengkap isi pesan tersebut oleh si penerima pesan.
2. Isi pesan dibacakan kembali (Read Back) secara lengkap oleh penerima pesan.
3. Penerima pesan mengkonfirmasi isi pesan kepada pemberi pesan.
Gambar:
Yah..
benar.
Dikonfirmasik
an
Komunikat
or
Isi
pesan
Dituli
s
Dibacaka
n
Komunika
n
Dalam menuliskan kalimat yang sulit, ,maka komunikan harus menjabarkan hurufnya satu
persatu dengan menggunakan alfabeth yaitu:
Kode Alfabet International:
37
Sumber: Wikipedia
Komunikasi saat memberikan edukasi kepada pasien & keluarganya berkaitan dengan
kondisi kesehatannya.
Prosesnya:
38
Tahap asesmen pasien: Sebelum melakukan edukasi, petugas menilai dulu kebutuhan
edukasi pasien & keluarga berdasarkan: (data ini didapatkan dari RM):
1. Keyakinan dan nilai-nilai pasien dan keluarga.
2. Kemampuan membaca, tingkat pendidikan dan bahasa yang digunakan.
3. Hambatan emosional dan motivasi. (emosional: Depresi, senang dan marah)
4. Keterbatasan fisik dan kognitif.
5. Ketersediaan pasien untuk menerima informasi.
Tahap Cara penyampaian informasi dan edukasi yang efektif. Setelah melalui tahap asesmen
pasien, di temukan :
1. Pasien dalam kondisi baik semua dan emosionalnya senang, maka proses
komunikasinya mudah disampaikan.
2. Jika pada tahap asesmen pasien di temukan hambatan fisik (tuna rungu dan tuna
wicara), maka komunikasi yang efektif adalah memberikan leaflet kepada pasien dan
keluarga
sekandung
(istri,anak,
ayah,
ibu,
atau
saudara
sekandung)
dan
Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, kondisi pasien
baik dan senang, maka verifikasi yang dilakukan adalah: menanyakan kembali eduksi
yang telah diberikan.
Pertanyaannya adalah: Dari materi edukasi yang telah disampaikan, kira-kira apa
yang bpk/ibu bisa pelajari ?.
2.
Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, pasiennya
mengalami hambatan fisik, maka verifikasinya adalah dengan pihak keluarganya
dengan pertanyaan yang sama: Dari materi edukasi yang telah disampaikan, kirakira apa yang bpk/ibu bisa pelajari ?.
39
3.
Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, ada hambatan
emosional (marah atau depresi), maka verifikasinya adalah dengan tanyakan kembali
sejauh mana pasiennya mengerti tentang materi edukasi yang diberikan dan pahami.
Proses pertanyaan ini bisa via telepon atau datang langsung ke kamar pasien setelah
pasien tenang.
40
Assessment Gizi
Definisi
Proses pengumpulan data, verifikasi dan interprestasi data secara sistematis dalam rangka
membuat keputusan mengenai penyebab masalah gizi.
Komponen Assessment Gizi
1. Riwayat gizi/makanan
Asupan makanan
Yaitu komposisi dan kecukupan gizi, pola makan dan snack, kebiasaan makan
di rumah, pantangan/alergi makanan, diet yang pernah dilakukan
Kesadaran terhadap gizi dan kesehatan
Yaitu pengetahuan dan kepercayaan terhadap makanan, konsultasi dan
pendidikan gizi yang pernah didapat.
Aktifitas fisik dan exercise
Yaitu status fungsional, pola aktifitas, jumlah waktu santai, intensitas, frekwensi
dan lamanya.
Ketersediaan makanan
Yaitu
perencanaan
makan,
pembelian,
kemampuan
dan
keterbatasan
IMT
Perubahan Berat Badan
Pertumbuhan
LILA
Massa Otot
Lingkar Perut/Pinggang
Tebal Lemak/Skinfold Thickness
4. Hasil pemeriksaan fisik
Kesehatan mulut : gigi, lidah, gusi
Penampilan Fisik Secara Umum
Otot dan Lemak Subkutan
Mata
Kulit
Kemampuan mengunyah dan menelan
Kebiasaan buang air
5. Riwayat Pasien
Riwayat sosial
status ekonomi, budaya, kepercayaan, situasi rumah.
Riwayat individu
umur, pekerjaan, tingkat pendidikan, kedudukan dalam keluarga.
Riwayat kesehatan
penyakit saat ini dan dulu, riwayat operasi, penyakit keluarga.
Riwayat
Pemakaian
obat
dan
Suplemen
apakah
obat
sesuai
resep
dokter/suplemen diet/herbal.
42
Diagnosa Gizi
Tujuan
Identifikasi masalah gizi yang dapat diatasi atau diperbaiki melalui intervensi gizi oleh
seorang dietisien.
Komponen Diagnosa Gizi
(P) Problem/Masalah
Yaitu Perubahan meningkat/menurun, kekurangan/kelebihan, tidak seimbang,
tidak tepat, gangguan dan kesulitan.
(E) Etiology
Yaitu Penyebab atau factor yang berhubungan dengan penyakit.
2.
Menawarkan Menu Makanan ke Pasien Rawat Inap bahwa ada menu pengganti
apabila pasien tidak menyukai menu harian. (Lihat SPO)
4.
Memberikan Konsultasi Gizi Kepada Pasien Rawat Inap dan Pasien Rawat Jalan.
5.
6.
7.
yang mencakupi:
1. Masalah pada bayi dan solusinya
45
diberikannya
treatment,persiapan
sebelum
treatment,
selama
ini
diberikan
sedemikian
rupa
sehingga
memudahkan
mereka
fisioterapi dapat diberikan secara tepat, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal.
Adapun informasi yang diperoleh berupa :
a. Anamnesa pasien secara umum,
yang meliputi : nama,tempat dan tanggal lahir,pekerjaan dan hobi,alamat, agama dan
pendidikan terakhir.
b. Anamnesa khusus
Yaitu informasi berupa keluhan utama,lokasi keluhan,sifat keluhan dan berapa lama
keluhan tersebut telah berlangsung.
c. Inspeksi
Pemeriksaan dengan cara melihat kondisi pasien secara keseluruhan.
d. Quick Test/Test Cepat
Pemeriksaan
keluhan pasien.
e. Test Gerak Pasif, Aktif dan Isometric
Test yang dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai ada tidaknya gangguan
gerak pada suatu kondisi.
f. Test Spesifik
Adalah test yang dilakukan secara khusus terkait langsung dengan kondisi pasien
untuk lebih menegakkan diagnosa penyakit secara tepat.
g. Pemeriksaan Lain
47
j. Rencana Tindakan/Intervensi
Penjelasan tentang rencana tindakan dan hasil yang diharapkan terkait dengan
diagnosa penyakit.
k. Intervensi/Tindakan
Penerapan Tindakan fisioterapi yang telah ditentukan sesuai dengan perencanaan.
l. Evaluasi
informasi
yang
diberikan
kepada
pasien/klien
terkait
dengan
SPO
e. Teknik penggunaan dan manfaat alat bantu seperti splint, support untuk ektremitas
atas dan bawah ,TLSO,alat bantu jalan,dll.
INFORMASI PROGRAM DIRUMAH/DILUAR RUMAH SAKIT/KLINIK
Informasi ini
Aplikasi terapi panas dan dingin dengan teknik kompres, perendaman. (lihat SPO
Rehab Medik)
b.
c.
d.
Latihan gerak aktif dengan ataupun tanpa beban (lihat SPO Rehab Medik)
e.
Latihan jalan baik dengan alat bantu maupun tanpa alat bantu
Medik)
f.
g.
BAB IX
MONITORING DAN EVALUASI
Monitoring kinerja PKRS dilakukan dengan pemantauan setiap hari oleh setiap PJ
unit terkait, dokumentasi permintaan PKRS di status pasien, pencatatan pasien yang
teredukasi di LOGBOOK (unit dan edukasi kolaboratif) dan formulir pemberian
informasi dan formulir pemberian edukasi kolaboratif. Monitoring jumplah pamflet
yang tersedia dilakukan dengan penyediaan 50 lembar untuk setiap topik materi
edukasi disetiap unit terkait setiap bulannya dan dilakukan refill atau pengisian ulang
setiap bulannya. Apabila pamflet habis sebelum sebulan, maka permintaan pamflet
dapat dilakukan ke TIM PKRS (lihat lembar permintaan pamflet edukasi)
Evaluasi kualitas sumberdaya manusia dan fasilitas dilakukan dengan survey
lapangan setiap bulan dan pelatihan mengnai materi edukasi unit-unit PKRS setiap 6
bulan sekali. Evaluasi kinerja TIM PKRS dilakukan dengan laporan bulan dari setiap
unit PKRS, laporan bulanan TIM PKRS dan survery kepuasan pelanggan setiap 3
bulan.
52
BAB X
DOKUMEN BUKTI
Dokumen bukti adalah segala bentuk informasi tertulis dalam rangka promosi
kesehatan yang dibuat oleh dan dari unit-unit PKRS yang meliputi:
1 Materi edukasi
2 Standard prosedur Operasional (SPO)
3 Formulir
4 Lembar permintaan
5 Dan lain sebagainya
Semua dokumen ini disertakan dalam appendix dan digunakan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan PKRS dan penerapan pelayanan PKRS bagi setiap pasien.
53
BAB XI
PENUTUP
Pedoman Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) ini disusun agar menjadi acuan
dalam pengembangan kegiatan PKRS dan pengembangan Akreditasi Rumah Sakit
yang berhubungan dengan promosi kesehatan. Pedoman ini merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dengan upaya meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan
Rumah sakit.
Sebagai penutup kiranya dapat diingatkan kembali bahwa PKRS bukanlah urusan
mereka yang bertugas di unit PKRS saja, PKRS adalah tanggung jawab dari Direksi
RS, dan menjadi urusan (tugas) bagi hampir sleuruh jajaran RS. Yang plaing penting
dilaksanakan dalam rangka PKRS adalah upaya-upaya pemberdayaan, baik
pmeberdayaan terhadap pasien (rawat jalan dan rawat inap) maupun terhadapa
klien sehat.
Namun demikian, upaya-upaya pemberdayaan ini akan lebih berhasil, jika didukung
oleh upaya-upaya bina suasana dan advokasi. Bina suasana dilakukan terhadapa
mereka yang paling berpengaruh terhadap pasien/klien. Sedangkan advokasi
dilakukan terhadap mereka yang dapat mendukung.membantu RS dari segi
kebijakan (peraturan perundang-undangan) dan sumber daya, dalam rangka
memberdayakan pasien/klien.
Banyak sekali peluang untuk melaksanakan PKRS, dan peluang-peluang tersebut
harus dapat dimanfaatkan dengan baik, sesuai dengan fungsi dari peluang
yangbersangkutan.
54