Dalam penelitian ini membahas tentang degradasi termal polimer HCN dalam
lingkungan inert (Argon) dan tidak (Oxygen). TG-MS digunakan untuk analisa senyawa yang
terbentuk ketika terjadi dekomposisi termal atau proses terfragmentasinya polimer HCN.
DTA dan DSC digunakan untuk mengkaji sifat termal lebih dalam pada polimer ini. Hasil
dalam analisa termal ini dapat memberikan informasi terkait hubungan sifat fisika material ini
dan struktur kimia dan untuk mengetahui mekanisme dekomposisi material ini.
Metode pada penelitian ini adalah mensintesa tiga macam polimer HCN dengan cara
memvariasikan waktu reksinya. Senyawa awal yang digunakan adalah larutan yg
molaritasnya sama antara NH4Cl dan natrium sianida dalam aqua bidest. Campuran larutan
ini dibiarkan selama tiga hari, 10 hari dan satu bulan tanpa pengadukan denga suhu 38C.
Kemudian padatan hitam yang terbentuk disaring dan dikeringkan. Analisa kandungan C,H
dan N dilakukan dengan alat LEC-elemental analyzer. Analisa termal dengan TG, DTG dan
DTA dilakuakn secara non isothermal dengan temperatur 25- 1000 c dan heating rate sebesar
10 derajat celcius per menit. Dengan berat sampel 10 mg, laju alir oksigen dan argon adalah
100 ml / menit. TG-MS digunakan untuk menganalisa senyawa yang terbentuk selama proses
dekomposisi termal. Dekomposisi termal akan menyebabkan terjadinya pirolisis polimer
yang akan terdeteksi gas apa saja yang terpirolisis. Kalibrasi alat digunakan indium (5 mg)
pada 10 c/ menit dalam nitrogen dengan laju alir 100 ml per menit.
Hasil analisa termogravimetri dan DSC menunjukkan bahwa pada ketiga sampel
memiliki jenis kurva degradasi termal yang hampir sama. Kurva degradasi termal sampel ini
terbagi menjadi tiga yaitu fasa pengeringan pada suhu <50C, fasa pirolisis pada suhu 150
500C, karbonisasi pada suhu > 500C. Pada fasa awal dengan mass loss sekitar 9% berat
diakibatkan oleh menguapnya mlekul air dan senyawa volatil organik. Karena fasa awal ini
pada temperatur yang rendah, maka menunjukkan bahwa sampel ini adalah hidrofilik.
Kemudian sampel ini akan mulai terdegradasi pada suhu sekitar 150C. Pada fasa kedua
dengan mass loss sekitar 25% berat. Pada fasa ketiga adalah fasa dekomposisi mayor dengan
mass loss sekitar 50% berat. Pada analisa dengan DTG didapatkan tiga macam puncak dalam
kurva DTG. Puncak yang pertama pada suhu 80C yang kemungkinan besar adalah karena
desrpsi air dan menguapnya molekul volatil organik. Pada puncak kedua terdapat puncak
ganda dengan puncak yang pertama dalam suhu 260C dan 334-371C. Pada puncak ketiga
adalah kemungkinan besar terjadinya degradasi termal utama dalam rentang suhu 651-658C
dan puncak akhir pada suhu 810C. Ketiga sampel menunjukkan kesamaan fasa pirolisis,
namun terdapat sedikit perbedaan yaitu polimer yang terbentuk akan terdegradasi pada suhu
yang lebih rendah daripada sampel yang disintesa dengan waktu yang lama.
Pada analisa DTA didapatkan kurva endoterm dengan rentang yang lebar, pada suhu
80C menunjukkan bahwa terevaporasinya air dari sampel, dan peak pada suhu 265,
675,885C karena dekomposisi termal sampel tersebut. Pada kurva DSC didapatkan sedikit
perbedaan dari kurva DTA yang dimungkinkan karena perbedaan metode analisa dari
keduanya.
Analisa menggunakan MS didapatkan bahwa sampel polimer ini akan terdegradasi
membentuk senyawa air, HCN, formamida, asam isosianat dan ammonia. Namun analisa ini
perlu dimengerti bahwa produk dekomposisi termal bukanlah hanya satu satunya sebagai
elemen penyusun material polimer ini karena terdapat senyawa produk samping yang dapat
menyusun polimer HCN ini yang terbentuk pada saat sintesa dan terjebak pada matriks
polimer namun dapat mudah terdekomposisi membentuk asam sianat dan amonia. Salah satu
produk samping dalam sintesa polimer HCN adalah urea.
Sehingga dapat disimpulkan pada hasil akhir jurnal ini adalah teknik analisa
menggunakan TG-MS, TG, DTA, DSC digunakan untuk karakterisasi sampel polimer yang
bervariasi. Analisa TG menunjukkan presentase hilangnya massa pada dekomposisi setiap
sampel sama. DTA dan DSC menunjukkan sistem endotermik untuk semua proses
dekomposisi termal. TG-MS digunakan untuk mengetahui stabilitas termal dari sistem
makromolekular yang kompleks dan heterogen ini. Polimer ini sanat penting karena dapat
dijadikan landasan teori menjelaskan terbentuknya protein makhluk hidup.