Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KIMIA SINTETIK ANORGANIK

“KARAKTERISASI KRISTAL DENGAN


INSTRUMEN DTA DAN TGA”

OLEH
NURLAILA
1513141011
SAINS

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca dalam menambah pengetahuan mengenai
instrumen DTA dan TGA
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
saya miliki sangat kurang. Oleh karena itu saya harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Makassar, April 2018

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Analisis termal adalah teknik yang mempelajari sifat-sifat fisik bahan
yang berubah terhadap suhu. Analisis termal dilakukan untuk mempelajari sifat-
sifat fisik materi terhadap kontrol temperatur program. Apabila material
dipanaskan dengan laju pemanasan tetap, terjadi perubahan kimia, seperti oksidasi
dan degradasi, dan atau perubahan fisika, seperti transisi gelas pada polimer,
konversi/inversi pada keramik dan perubahan fase pada logam. Analisis termal
digunakan sebagai pelengkap analisis difraksi sinar-X. Mikroskopi optik dan
elektron digunakan untuk pengembangan material baru dan untuk pengendalian
produksi, kadang-kadang digunakan untuk menetapkan perubahan temperatur dan
energi berkaitan dengan perubahan struktural; pada kesempatan lain digunakan
secara kualitatif untuk menetapkan jejak ”sidik jari” karakteristik material
tertentu.
Berbagai tekhnik analisis termal digunakan untuk mengukur satu atau
lebih sifat fisik dari sampel sebagai fungsi temperatur. Beberapa metode umum
yang dapat digunakan untuk menganalisis sifat bahan secara termal yaitu
Differential Thermal Analysis (DTA), Differential Scanning Calorimeter (DSC),
Thermogravimetric Analysis (TGA), Dilatometry (DIL), Evolved Gas Analysis
(EGA), Dynamic Mechanical Analysis (DMA), Dielectric Analysis (DEA).
DTA dan TGA merupakan teknik analisa termal, yaitu analisa yang
berkaitan dengan panas. Setiap perubahan akan melibatkan panas atau energi
sehingga perubahan panas atau energi dapat dijadikan dasar untuk analisa
kualitatif maupun kuantitatif khususnya dalam bidang kimia. Kelompok teknik
analisa ini menggunakan temperatur atau perubahan temperatur yang
dimanipulasi untuk menghasilkan parameter yang dapat diukur.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian DTA dan TGA?
2. Apa prinsip dari instrumen DTA dan TGA?
3. Apa saja penyusun dari instrumen DTA dan TGA?
4. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari instrumen DTA dan TGA?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian DTA dan TGA
2. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip dari instrumen DTA dan TGA
3. Mahasiswa dapat mengetahui instrumentasi DTA dan TGA
4. Mahasiswa dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan instrumen DTA
dan TGA.
BAB I
PEMBAHASAN

1. Pengertian DTA dan TGA


DTA merupakan analisis termal menggunakan referensi (bahan
pembanding) dimana sampel dan bahan referensi yang dipanaskan dalam satu
tungku. Perbedaan suhu sampel dan suhu bahan referensi dicatat dalam program
selama siklus pemanasan dan pendinginan dimana laju pemanasan yang dilakukan
konstan. dengan laju pemanasan konstan. Ketika struktur kristal atau ikatan kimia
dari suatu material berubah, perubahan tersebut akan berimbas kepada perubahan
penyerapan atau pelepasan panas yang mengakibatkan perubahan suhu material
yang terjadi tidak linier/tidak sebanding dengan referensi inert. Dengan
menganalisa data rekam perubahan tersebut, dapat diketahui suhu di mana suatu
struktur kristal atau ikatan kimia berubah, perhitungan kinetik energi, entalpi
energi dll. DTA dapat digunakan untuk analisa struktur gelas, transisi fasa
polimorfik, penentuan diagram fasa, jalur dekomposisi, kinetika energi,
perhitungan entalpi dan kapasitas panas. Data yang dihasilkan berupa kurva aliran
panas ke sampel minus aliran panas ke reference terhadap waktu atau temperatur.
TGA merupakan pengukuran perubahan berat suatu bahan sebagai fungsi
waktu. Hasil analisis berupa rekaman diagram yang kontinu dimana reaksi
dekomposisi. Berat suatu bahan yang dibutuhkan saat dianalisis beberapa
milligram, yang dipanaskan pada laju konstan. Karakterisasi ini digunakan untuk
mengetahui berapa hilangnya berat (emisi uap) ataupun bertambahnya berat
sampel materi (fiksasi gas). Teknik ini biasa digunakan untuk mengetahui
kemurnian sampel, perilaku dekomposisi, degradasi thermal, reaksi kimia yang
melibatkan perubahan berat materi akibat adsorpsi, desorpsi dan kinetika kimia.
Data yang dihasilkan berupa kurva berat terhadap waktu maupun temperatur.

2. Prinsip instrumen DTA dan TGA


Prinsip analisis DTA adalah pengukuran perbedaan temperatur yang
terjadi antara material sampel dan pembanding sebagai hasil dari reaksi
dekomposisi. Sampel adalah material yang akan dianalisis, sedangkan material
referensi adalah material dengan substansi yang diketahui dan tidak aktif secara
termal. Dengan menggunakan DTA, material akan dipanaskan pada suhu tinggi
dan mengalam reaksi dekomposisi. Dekomposisi material ini diamati dalam
bentuk kurva DTA sebagai fungsi temperatur yang diplot terhadap waktu. Reaksi
dekomposisi dipengaruhi oleh efek spesi lain, rasio ukuran dan volume, serta
komposisi materi.
Prinsip penggunaan TGA ialah mengukur kecepatan rata-rata perubahan
massa suatu bahan/cuplikan sebagai fungsi dari suhu atau waktu pada atmosfir
yang terkontrol. Pengukuran digunakan khususnya untuk menentukan komposisi
dari suatu bahan atau cuplikan dan untuk memperkirakan stabilitas termal pada
suhu lebih besar dari 1000oC. Metode ini dapat mengarakterisasi suatu bahan atau
cuplikan yang  dilihat  dari  kehilangan massa atau terjadinya dekomposisi,
oksidasi atau dehidrasi. Mekanisme perubahan massa pada TGA ialah bahan akan
mengalami kehilangan maupun kenaikan massa. Proses kehilangan massa terjadi
karena adanya proses dekomposisi yaitu pemutusan ikatan kimia, evaporasi yaitu
kehilangan atsiri pada peningkatan suhu, reduksi yaitu interaksi bahan dengan
pereduksi, dan desorpsi. Sedangkan kenaikan massa disebabkan oleh proses
oksidasi yaitu interaksi bahan dengan suasana pengoksidasi, dan absorpsi.

3. Penyusun instrumen DTA dan TGA


A. Instrumentasi DTA
Alat-alat yang digunakan dari DTA adalah sebagai berikut :
a. Sample holder beserta thermocouples, sample containers dan blok keramik
atau logam.
b. Furnace (dapur): furnace yang digunakan harus stabil pada zona panas yang
besar dan harus mampu merespon perintah dengan cepat dari temperatur
Programme
c. Temperature programmer: penting untuk menjaga laju pemanasan agar tetap
konstan
d. Sistem perekaman (recording)
Sample holder terdiri dari thermocouple yang masing-masing terdapat
pada material sampel dan reference. Thermocouple ini dikelilingi oleh sebuah
blok untuk memastikan tidak ada kebocoran panas. Sampel ditaruh di kubikel
kecil dimana bagian bawahnya dipasangkan thermocouple.
Thermocouple diletakkan langsung berkontakan dengan sampel dan material
referensi. Gambar berikut menunjukkan skematis dari DTA yang digunakan
untuk mengkarakterisasi sampel.

Gambar skematis sel DTA


Pemasangan sampel diisolasi dari pengaruh listrik dapur dengan
semacam pembungkus yang biasanya terbuat dari platinum-coated ceramic
material. Selama eksperimen temperatur yang digunakan sampai 1500°C dengan
laju pemanasan dan pendinginan 50 K/menit. DTA dapat mencapai rentang
temperatur dari -150-2400°C. Dapur crucible dibuat dari tungsten atau grafit.
Sangat penting untuk menggunakan atmosfer inert untuk mencegah degradasi dari
dapur crucible.
Tahap kerja DTA adalah sebagai berikut :
1. Memanaskan heating block
2. Ukuran sampel dengan ukuran material referensi sedapat mungkin identik dan
dipasangkan pada sampel holder
3. Thermocouple harus ditempatkan berkontakan secara langsung dengan
sampel dan material referensi
4. Temperatur di heating block akan meningkat, diikuti dengan peningkatan
temperatur sampel dan material referensi
5. Apabila pada thermocouple tidak terdeteksi perbedaan temperatur antara
sampel dan material referensi, maka tidak terjadi perubahan fisika dan kimia
pada sampel. Apabila ada perubahan fisika dan kimia, maka akan terdeteksi
adanya ΔT.

Kurva DTA secara garis besar adalah kurva perbedaan temperatur antara material
sampel dengan material referensi. Kurva DTA dapat digunakan sebagai finger
print untuk tujuan identifikasi. Area di bawah peak kurva DTA dapat
diidentifikasi sebagai perubahan entalpi dan tidak dipengaruhi oleh kapasitas
panas sampel.[2] Pada Gambar 1 ditunjukkan contoh kurva DTA dari perak murni
Temperatur sampel dan sampel referensi (a) sinyal DTA berdasarkan temperatur
dan waktu

DTA banyak digunakan untuk mengkarakterisasi sampel yang terbuat dari clay
atau material karbonat. 

B. Instrumentasi TGA
Instrumentasi yang digunakan pada analisa termogravimetri (TGA) dapat
ditunjukkan pada gambar di bawah ini:

Instrumen TGA
Instrumen yang digunakan pada termogravimetri (TG) disebut termobalance.
Termobalance terdiri dari beberapa komponen utama yang tersedia untuk
menghasilkan data dalam bentuk kurva TGA. Komponen utama dari termobalance
seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini:
Komponen Utama Termobalance
Komponen utama dari termobalance yaitu:
1. Timbangan (Balance Control)
Timbangan yang digunakan pada instrumen TGA terbagi menjadi 2 jenis,
yaitu timbangan vertikal dan timbangan horizontal, yaitu:
a. Instrumen timbangan vertikal
Instrumen timbangan vertikal memiliki suatu tempat sampel yang
bergantung pada timbangan yang diperlukan untuk mengalibrasi
instrumen dari efek buoyancy pada variasi densitas gas dengan
temperatur, seperti variasi jenis gas. Instrumen timbangan vertikal
biasanya tidak mempunyai tempat referensi dan tidak dapat digunakan
untuk pengukuran DTA atau DSC dengan benar. Instrumen timbangan
vertikal memiliki dua tempat (sampel dan referensi) dan dapat digunakan
untuk pengukuran DTA dan DSC. Instrumen ini bebas dari efek
buoyancy, tetapi memerlukan kalibrasi untuk ekspansi perbedaan panas
neraca timbangan. 
b. Instrumentasi timbangan horizontal
2. Furnace
Furnace dan sistem kontrol harus didesain untuk menghasilkan pemanasan
yang linear pada seluruh temperatur range pada furnace dan dibuat tetap pada
temperatur yang tetap. Range temperatur pada TGA umumnya -150oC hingga
2000oC. Pada setiap instrumen memiliki range temperatur yang berbeda,
tergantung dari model instrumennya. Range temperatur dari furnace biasanya
tergantung pada jenis pemanas yang digunakan. Umumnya kecepatan rata-
rata pemanasan atau pendinginan pada furnace dapat dipilih antara 0-
200oC/menit. Insulasi dan pendinginan pada bagian luar furnace dibuat untuk
menghindari oksidasi cuplikan. Berikut ini merupakan beberapa jenis furnace,
yaitu:

3. Pengukur dan kontrol Temperatur


Pengukur temperatur biasanya dilakukan menggunakan thermocouples.
Jenis thermocouples yang digunakan pada temperatur lebih dari 1000 oC yaitu
chromal-alumel sedangkan Pt/(Pt-10% Rh) digunakan untuk temperatur diatas
1750oC. Temperatur mungkin dikontrol atau divariasikan menggunakan program
controller dengan dua thermocouples, signal dari menjalankan sistem kontrol
meskipun thermocouples yang kedua digunakan untuk merekam temperatur.
Pengatur dan Kontrol Temperatur

4. Recorder
Recorder X-Y biasanya digunakan untuk membuat plot antara berat
dengan temperatur. Saat ini instrumen menggunakan microprocessor operasi
kontrol dan data digital tambahan dan proses menggunakan komputer dengan
perbedaan tipe recorder dan plotter untuk menghasilkan data yang lebih baik.
Keseluruhan sistem dari Balance dibungkus dengan glass untuk
melindungi dari debu dan inert atmosfer. Terdapat kontrol mekanisme untuk
mengatur aliran gas inert yang tersedia pada inert atmosfer dan air untuk
mendinginkan furnace. Temperatur sensor furnace yang dihubungkan dengan
pengontrol pemanasan. Balance output dan thermocouple signal mungkin
ditangkap recorder untuk mencatat kurva TG.

5. Kurva TG dan Interpretasi kurva TG


Kurva yang dihasilkan pada analisis (TGA) adalah perubahan massa vs
temperatur sebagai kurva TG. Kurva TG merupakan plot dari % penurunan massa
pada sumbu y dan peningkatan temperatur pada sumbu x. Terkadang kita juga
dapat memplotkan waktu pada sumbu y. Kurva TG dapat membantu menyatakan
tingkat kemurnian sampel yang dianalisa dan menentukan tranformasi dalam
sampel dalam range temperatur spesifik.
Plot Kurva TG
Beberapa tipe kurva TGA dapat ditunjukkan pada gambar dibawah ini:

Tipe Kurva TGA


Adapun interpretasi kurva TG dapat digunakan sebagai teknik analisa kuantitatif
dan kualitatif yang dapat dijelaskan seperti berikut:
a) Teknik Kuantitatif
Kurva TG komponen murni adalah karakteristik untuk setiap komponen tertentu.
Penggunaan kurva ini dapat menghubungkan perubahan massa dengan
stoikiometri yang terlibat, sehingga kurva TG dapat digunakan sebagai teknik
kuantitatif dimana komposisi kuantitatif sampel dapat diketahui. Sebagai ilustrasi
interpretasi kurva TG, berikut ini akan dijelaskan kurva TG CaCO 3 pada 800oC
dan 900oC untuk membentuk oksida CaO yang stabil dan gas CO2. Adapun
reaksinya adalah sebagai berikut :
CaCO3(s) → CaO(s) + CO2(g)
Mr 100.1          56.1       44

Kurva TG dan DTG CaCO3 berbagai suhu pemanasan.


Berdasarkan kurva TG menunjukkan bahwa persen massa yang hilang pada
sampel adalah 44 % (100.1-56.1) pada antara suhu 800 oC dan 900oC. Hal ini
sesuai untuk menghitung perubahan massa berdasarkan stokiometri dekomposisi
CaCO3 melalui persamaan:
CO2
m %= ×100 %
CaCO3
44
m %= × 100 % = 44
100,1
b) Teknik Kualitatif
Kurva TG juga dapat digunakan sebagai analisis kualitatif dengan cara
membandingkan stabilitas termal suatu material. Informasi yang dihasilkan oleh
kurva TG dapat digunakan untuk memilih material yang cocok pada penggunaan
akhir aplikasi, memprediksi performa produk dan meningkatkan kualitas produk.
Berikut ini merupakan contoh interpretasi kurva TG yang digunakan sebagai
teknik analisis kualitatif pada berbagai sampel polimer.
Kurva TG dari berbagai sampel polimer
Kurva TG di atas mengindikasikan bahwa polimer PVC memiliki kestabilan
termal yang paling rendah dan PS memiliki kestabilan paling tinggi. Polimer PS
tidak kehilangan berat di bawah suhu 500oC dan dekomposisi terjadi pada suhu
600oC. Tiga polimer yang lain sudah terdekomposisi sekitar suhu 450 oC. Polimer
PMMA dekomposisinya lebih lambat, hal ini diindikasikan dari slop kurva TG.
Kurva TG polimer PMMA memiliki slop yang lebih rendah dari sebelumnya.

4. Kelebihan dan kekurangan instrumen DTA dan TGA.


A. Kelebihan dan kekurangan DTA
Kelebihan dari DTA adalah :
1) Dapat menentukan kondisi eksperimental sampel (baik dengan tekanan
tinggi atau vakum)
2) Instrumen dapat digunakan dalam temperatur tinggi
3) Karakteristik transisi dan reaksi pada temperatur tertentu dapat dideteksi
dengan baik.

Kekurangan dari DTA adalah :


1) Keterbatasan dari DTA ini adalah sensitivitasnya yang cukup rendah.

B. Kelebihan dan kekurangan TGA


Kelebihan dari TGA adalah :
1) Dapat digunakan pada suhu yang sangat tinggi
Kekurangan dari TGA adalah :
1) Memerlukan kalibrasi untuk ekspansi perbedaan panas neraca timbangan
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. DTA merupakan analisis termal menggunakan referensi (bahan
pembanding) dimana sampel dan bahan referensi yang dipanaskan dalam
satu tungku. TGA merupakan pengukuran perubahan berat suatu bahan
sebagai fungsi waktu.
2. Prinsip analisis DTA adalah pengukuran perbedaan temperatur yang
terjadi antara material sampel dan pembanding sebagai hasil dari reaksi
dekomposisi. Prinsip penggunaan TGA ialah mengukur kecepatan rata-
rata perubahan massa suatu bahan/cuplikan sebagai fungsi dari suhu atau
waktu pada atmosfir yang terkontrol.
3. Alat-alat yang digunakan dari DTA antara lain Sample holder, Furnace,
Temperature Programme, Sistem perekaman (recording). Alat-alat yang
digunakan dari TGA Timbangan (Balance Control), Furnace, Pengukur
dan kontrol Temperatur, Recorder.
4. Kelebihan dari instrumen DTA adalah dapat menentukan kondisi
eksperimental dari sampel, dapat digunakan pada temperatur yang tinggi,
serta Karakteristik transisi dan reaksi pada temperatur tertentu dapat
dideteksi dengan baik, sedangkan kekurangannya adalah dari segi
sensitivitas yang cukup rendah. Kelebihan dari instrumen TGA adalah
dapat digunakan pada suhu tinggi, sedangkan kekurangannya
memerlukan kalibrasi untuk ekspansi perbedaan panas neraca timbangan.
DAFTAR PUSTAKA

Christian, D.G., and O’Reilly, J.E. 1986. Instrumental Analysis 2nd edition. Allyn
and Bacon:Boston

Prasetyoko, D., Fansuri, H., Ni’mah, Y. L., dan Fadlan, A. 2016. Karakterisasi
Struktur Padatan Edisi 1. Deepublish:Yogyakarta.

Sembiring, S. 2014. Preparasi dan Karakterisasi Bahan. Universitas Lampung:


Bandar Lampung.

Wismogroho, Agus Sukarto dan Wahyu Bambang Widayatno. 2012.


Pengembangan Alat Differential Thermal Analysis untuk Analisa Termal
Material Ca(OH)2. Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. ISSN :
0125-9121.

Anda mungkin juga menyukai