Prinsip Kerja
Alat-alat yang digunakan dari DTA kit adalah sebagai berikut :
Sample holder beserta thermocouples, sample containers dan blok
keramik atau logam.[2] Yang banyak digunakan adalah Al2O3[1]
Furnace (dapur): furnace yang digunakan harus stabil pada zona panas
yang besar dan harus mampu merespon perintah dengan cepat dari
temperatur programmer
Temperature programmer: penting untuk menjaga laju pemanasan agar
tetap konstan
Sistem perekaman (recording)
Sample holder terdiri dari thermocouple yang masing-masing terdapat pada
material sampel dan reference. Thermocouple ini dikelilingi oleh sebuah blok
untuk memastikan tidak ada kebocoran panas. Sampel ditaruh di kubikel kecil
dimana bagian bawahnya dipasangkanthermocouple. Thermocouple diletakkan
langsung berkontakan dengan sampel dan material referensi.
Gambar 4 menunjukkan skematis dari DTA kit yang digunakan untuk
mengkarakterisasi sampel.
Interpretasi Data
Kurva DTA mungkin terdiri dari garis linear yang terdisplaced pada
absisnya. Hal ini dikarenakan akibat kapasitas panas dan konduktivitas termal dari
sampel dan referensinya tidak identik. Terdapat banyak kesulitan dalam
menentukan temperatur transisi dengan kurva DTA. Peak pada kurva DTA hanya
memberikan temperatur-start, namun mungkin saja terdapat temperatur yang
tertinggal tergantung lokasi thermocouple pada blok DTA. Area peak, yang
dilambangkan oleh huruf A, berhubungan dengan perubahan entalpi pada sampel
Persamaan A ditunjukkan oleh Persamaan 2 berikut :
Dimana m adalah massa sampel, q adalah perubahan entalpi per unit
massa, g adalah factor pengukuran bentuk dan K adalah konduktivitas thermal
sampel. Pada sampel berpori atau hasil kompaksi, keberadaan gas pada pori dapat
mengubah konduktivitas thermal dan dapat mengakibatkan kesalahan besar pada
huruf A.
DTA juga dapat digunakan untuk mengukur kapasitas panas (Cp) pada
tekanan konstan yang ditunjukkan pada Persamaan 3.
Aplikasi
Karakterisasi dengan menggunakan DTA banyak dilakukan oleh banyak
peneliti karena perbedaan karakteristik material terhadap perilaku panas yang
unik. Misalnya pada penelitian yang telah dilakukan oleh A. Schilling dan M.
Reibeltl, DTA memiliki kegunaan untuk mengukur variasi entropi. Differential-
thermal analysis (DTA) banyak digunakan pada bidang kimia dan material untuk
mengetahui termodinamika dari sebuah reaksi dan transisi fasa. Pada banyak
kasus, pengukuran metode DTA digunakan untuk mengetahui secara kualitatif
sifat termodinamika suautu material di atas temperature.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Grega Klancnik dkk, differential-
thermal analysis (DTA) digunakan untuk mengetahui sifat termodinamika,
dimana sifat tersebut akan dapat memberitahui mengenai perilaku material pada
proses pemanasan yang berbeda, pada kondisi inert atau tidak, lingkungan
oksidasi atau reduksi serta pada tekanan gas yang berbeda.
Differential Thermal Analysis (DTA) adalah suatu teknik di mana suhu
dari suatu sampel dibandingkan dengan material inert. Suhu dari sampel dan
pembanding pada awalnya sama sampai ada kejadian yang mengakibatkan
perubahan suhu seperti pelelehan, penguraian, atau perubahan struktur kristal
sehingga suhu pada sampel berbeda dengan pembanding. Bila suhu sampel lebih
tinggi daripada suhu pembanding maka perubahan yang terjadi adalah eksotermal,
dan endotermal bila sebaliknya. Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Djulia
Onggo dan Hamzah Fansuri, ternyata DTA juga dapat digunakan untuk
menentukan aktivitas dan suhu di mana reaksi oksidasi CO mulai terjadi dengan
adanya katalis.
DTA dapat digunakan untuk mengidentifikasi sidik jari (finger print),
namun pada aplikasinya DTA lebih banyak digunakan untuk menentukan diagram
fasa, pengukuran perubahan panas dan dekomposisi pada tingkat atmosphere yang
berbeda. Seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Jiaqian Qin dkk yang
menggunakan metode DTA untuk mendeteksi temperatur dekomposisi fasa dan
kestabilan thermal pada material Ti2AlC dalam keadaan tekanan tinggi yaitu pada
tekanan hydrostatik sampai dengan 5 Gpa.[10]Penggunaan DTA juga dilakukan
pada penelitian oleh Zhiqiang Zhang dkk untuk mencari mekanisme rekasi yang
terjadi pada sistem Fe-Ti-B4C. Pada penelitian tersebut, data yang dihasilkan oleh
DTA akan dibandingkan dengan semua kemungkinan reaksi yang dapat terjadi,
sehingga ditemukan reaksi yang terjadi pada sistem tersebut. Selain itu, DTA juga
telah secara luas digunakan pada bidang farmasi dan industry makanan.
DTA juga banyak digunakan untuk menentukan temperatur sintering dan
dipadukan dengan thermo-gravimetrical analysis (TGA) dapat menentukan
atmosfir yang digunakan untuk cukup melindungi proses sintering. Alat tersebut
juga dapat digunakan untuk menentukan kinetika reaksi, termasuk kinetika
kristalisasi dari paduan Fe-B amorf. Dengan menggunakan DTA, mekanisme
reaksi dari alumunium borat dengan alumunium nitrid dan mekanisme oksidasi
dari material keramik (seperti AlN-TiB2-TiSi2) dapat diketahui. Secara umum,
DTA digunakan untuk karakterisasi intermatelik.
DTA juga digunakan pada ilmu kimia dari pencampuran bahan baku
cement, penelitian mineralogi dan studi mengenai lingkungan. Seain itu DTA juga
dapat digunakan untuk mengetahui umur dari fossil yang ditemukan atau untuk
studi material archeological.
2. ANALYS NEUTRON ACTIF (ANA)
Radiasi
Radiasi ionisasi
Beberapa jenis radiasi memiliki energi yang cukup untuk
mengionisasi partikel. Secara umum, hal ini melibatkan sebuah elektron yang
'terlempar' dari cangkang atom elektron, yang akan memberikan muatan (positif).
Hal ini sering mengganggu dalam sistem biologi, dan dapat
menyebabkan mutasi dan kanker.
Jenis radiasi umumnya terjadi di limbah radioaktif peluruhan radioaktif dan
sampah.
Tiga jenis utama radiasi ditemukan oleh Ernest Rutherford, Alfa, Beta,
dan sinar gamma. radiasi tersebut ditemukan melalui percobaan sederhana,
Rutherford menggunakan sumber radioaktif dan menemukan bahwa sinar
menghasilkan memukul tiga daerah yang berbeda. Salah satu dari mereka menjadi
positif, salah satu dari mereka bersikap netral, dan salah satu dari mereka yang
negatif. Dengan data ini, Rutherford menyimpulkan radiasi yang terdiri dari tiga
sinar. Beliau memberi nama yang diambil dari tiga huruf pertama dari abjad
Yunani yaitu alfa, beta, dan gamma.
peluruhan alfa
peluruhan beta
peluruhan beta adalah jenis peluruhan radioaktif di mana partikel beta
(elektronatau positron) dipancarkan.
Radiasi beta-minus (β⁻)terdiri dari sebuah elektron yang penuh energi.
radiasi ini kurang terionisasi daripada alfa, tetapi lebih daripada sinar
gamma. Elektronseringkali dapat dihentikan dengan beberapa sentimeter logam.
radiasi ini terjadi ketika peluruhan neutron menjadi proton dalam nukleus,
melepaskan partikel betadan sebuah antineutrino.
Radiasi beta plus (β+) adalah emisi positron. Jadi, tidak seperti β⁻,
peluruhan β+ tidak dapat terjadi dalam isolasi, karena memerlukan
energi, massa neutron lebih besar daripada massa proton. peluruhan β+ hanya
dapat terjadi di dalam nukleusketika nilai energi yang mengikat
dari nukleus induk lebih kecil dari nukleus. Perbedaan antara energi ini masuk ke
dalam reaksi konversi proton menjadi neutron, positron dan antineutrino, dan
keenergi kinetik dari partikel-partikel
Inti metastabil berada pada keadaan tereksitasi, dan meluruh disertai emisi
gamma. Frekuensi sinar gamma yang diemisikan khas untuk setiap unsur. Selain
itu, intensitas sinar gamma sebanding dengan jumlah unsur yang ada dalam
sampel rambut.
Reaktor nuklir
Reaktor nuklir adalah suatu tempat atau perangkat yang digunakan untuk
membuat, mengatur, dan menjaga kesinambungan reaksi nuklir berantai pada laju
yang tetap. Berbeda dengan bom nuklir, yang reaksi berantainya terjadi pada orde
pecahan detik dan tidak terkontrol.
Reaktor nuklir digunakan untuk banyak tujuan. Saat ini, reaktor nuklir
paling banyak digunakan untuk membangkitkan listrik. Reaktor
penelitian digunakan untuk pembuatan radioisotop (isotop radioaktif) dan untuk
penelitian. Awalnya, reaktor nuklir pertama digunakan untuk
memproduksi plutonium sebagai bahansenjata nuklir.
.
Aplikasi
Pressurized Water Reactor untuk kapal. Reaktor ini menggunakan air laut
sebagai kondenser pendingin reaktor.
Daya nuklir:
Panas untuk pembangkit listrik
Panas untuk perumahan dan pemanas industri
Desalinasi
Propulsi nuklir:
Propulsi nuklir kelautan
Usulan roket panas nuklir
Transmutasi unsur:
Produksi plutonium, yang biasa digunakan dalam senjata nuklir
Produksi beragam isotop radioaktif, seperti americium yang digunakan
dalam detektor asap, dan cobalt-60, molybdenum-99 dan lainnya yang
digunakn untuk pencitraan dan perawatan medis
Aplikasi penelitian :
Penyediaan sumber neutron dan radiasi positron (misalnya Analisis Aktivasi
Neutron dan Penanggalan potassium-argon)
Pengembangan teknologi nuklir
Klasifikasi Reaktor
Macam reaktor dibedakan berdasarkan kegunaan, tenaga neutron dan nama
komponen serta parameter operasinya.
Menurut kegunaan:
1. Reaktor daya
2. Reaktor riset termasuk uji material dan latihan
3. Reaktor produksi isotop yang kadang-kadang digolongkan juga kedalam reaktor
riset
Ditinjau dari tenaga neutron yang melangsungkan reaksi pembelahan, reaktor
dibedakan menjadi:
1. Reaktor cepat: GCFBR, LMFBR, SCFBR
2. Reaktor thermal: PWR, BWR, PHWR, GCR.
Berdasarkan parameter yang lain dapat disebut:
1. Reaktor berreflektor grafit: GCR, AGCR
2. Reaktor berpendingin air ringan: PWR, BWR
3. Reaktor suhu tinggi: HTGR
Spektrometri massa
6. Mikroskop elektron
Fenomena elektron
Pada tahun 1920 ditemukan suatu fenomena di mana elektron yang
dipercepat dalam suatu kolom [elektromagnet], dalam suasana hampa udara
(vakum) berkarakter seperti cahaya, dengan panjang gelombang yang 100.000 kali
lebih kecil dari cahaya. Selanjutnya ditemukan juga bahwa medan
listrik dan medan magnet dapat berperan sebagai lensa dan cermin seperti pada
lensa gelas dalam mikroskop cahaya.
Jenis-jenis mikroskop elektron
Mikroskop transmisi elektron (TEM)
Mikroskop transmisi elektron (Transmission electron microscope-
TEM)adalah sebuah mikroskop elektron yang cara kerjanya mirip dengan cara
kerja proyektor slide, di mana elektron ditembuskan ke dalam obyek pengamatan
dan pengamat mengamati hasil tembusannya pada layar.
Sejarah penemuan
Seorang ilmuwan bernama Ernst Ruska menggabungkan penemuan ini
dan membangun mikroskop transmisi elektron(TEM) yang pertama pada
tahun 1931. Untuk hasil karyanya ini maka dunia ilmu pengetahuan
menganugerahinya hadiahPenghargaan Nobel dalam fisika pada tahun 1986.
Mikroskop yang pertama kali diciptakannya adalah dengan menggunakan dua
lensa medan magnet, namun tiga tahun kemudian ia menyempurnakan karyanya
tersebut dengan menambahkan lensa ketiga dan mendemonstrasikan kinerjanya
yang menghasilkan resolusi hingga 100 nanometer (nm) (dua kali lebih baik dari
mikroskop cahaya pada masa itu).
Cara kerja
Mikroskop transmisi eletron saat ini telah mengalami peningkatan kinerja
hingga mampu menghasilkan resolusi hingga 0,1 nm (atau 1 angstrom) atau sama
dengan pembesaran sampai satu juta kali. Meskipun banyak bidang-bidang ilmu
pengetahuan yang berkembang pesat dengan bantuan mikroskop transmisi
elektron ini.
Adanya persyaratan bahwa "obyek pengamatan harus setipis mungkin" ini
kembali membuat sebagian peneliti tidak terpuaskan, terutama yang memiliki
obyek yang tidak dapat dengan serta merta dipertipis. Karena itu pengembangan
metode baru mikroskop elektron terus dilakukan.
Preparasi sediaan
Agar pengamat dapat mengamati preparat dengan baik, diperlukan
persiapan sediaan dengan tahap sebagai berikut : 1. melakukan fiksasi, yang
bertujuan untuk mematikan sel tanpa mengubah struktur sel yang akan diamati.
fiksasi dapat dilakukan dengan menggunakan senyawa glutaraldehida atau
osmium tetroksida. 2. pembuatan sayatan, yang bertujuan untuk memotong
sayatan hingga setipis mungkin agar mudah diamati di bawah mikroskop. Preparat
dilapisi dengan monomer resin melalui proses pemanasan, kemudian dilanjutkan
dengan pemotongan menggunakan mikrotom. Umumnya mata pisau mikrotom
terbuat dari berlian karena berlian tersusun dari atom karbon yang padat. Oleh
karena itu, sayatan yang terbentuk lebih rapi. Sayatan yang telah terbentuk
diletakkan di atas cincin berpetak untuk diamati. 3. pelapisan/pewarnaan,
bertujuan untuk memperbesar kontras antara preparat yang akan diamati dengan
lingkungan sekitarnya. Pelapisan/pewarnaan dapat menggunakan logam berat
seperti uranium dan timbal.
Mikroskop pemindai transmisi elektron (STEM)
Mikroskop pemindai transmisi elektron (STEM)adalah merupakan salah
satu tipe yang merupakan hasil pengembangan dari mikroskop transmisi elektron
(TEM).
Pada sistem STEM ini, electron menembus spesimen namun sebagaimana
halnya dengan cara kerja SEM, optik elektron terfokus langsung pada sudut yang
sempit dengan memindai obyek menggunakan pola pemindaian dimana obyek
tersebut dipindai dari satu sisi ke sisi lainnya (raster) yang menghasilkan lajur-
lajur titik (dots)yang membentuk gambar seperti yang dihasilkan
oleh CRT pada televisi / monitor.
Prinsip Dasar
Prinsip dasar dari pengukuran secara AAS ini adalah, proses penguraian molekul
menjadi atom dengan batuan energi dari api atau listrik. Atom yang berada dalam
keadaan dasar ini bisa menyerap sinar yang dipancarkan oleh sumber sinar, pada
tahap ini atom akan berada pada keadaan tereksitasi. Sinar yang tidak diserap oleh
atom akan diteruskan dan dipancarkan pada detektor, kemudian diubah menjadi
sinyal yang terukur. Panjang gelombang sinar bergantung pada konfigurasi
elektron dari atom sedangkan intensitasnya bergantung pada jumlah atom dalam
keadaan dasar, dengan demikian AAS dapat digunakan baik untuk analisa
kuantitatif maupun kualitatif.
Spektrofotometri serapan atom (AAS) adalah suatu metode analisis yang
didasarkan pada proses penyerapan energi radiasi oleh atom-atom yang berada
pada tingkat energi dasar (ground state).
Penyerapan tersebut menyebabkan tereksitasinya elektron dalam kulit
atom ke tingkat energi yang lebih tinggi. Keadaan ini bersifat labil, elektron akan
kembali ke tingkat energi dasar sambil mengeluarkan energi yang berbentuk
radiasi.
c. Monokromator
Setelah radiasi resonansi dari lampu katoda berongga melalui populasi atom di
dalam nyala, energy radiasi ini sebagian diserap dan sebagian lagi diteruskan.
Fraksi radiasi yang diteruskan dipisahkan dari radiasi lainnya. Pemilihan atau
pemisahan radiasi tersebut dilakukan oleh monokromator.
Monokromator berfungsi untuk memisahkan radiasi resonansi yang telah
mengalami absorpsi tersebut dari radiasi-radiasi lainnya. Radiasi lainnya berasal
dari lampu katoda berongga, gas pengisi lampu katoda berongga atau logam
pengotor dalam lampu katoda berongga. Monokromator terdiri atas sistem optik
yaitu celah, cermin dan kisi.
d. Detektor
Detektor berfungsi mengukur radiasi yang ditransmisikan oleh sampel dan
mengukur intensitas radiasi tersebut dalam bentuk energi listrik.
e. Rekorder
Sinyal listrik yang keluar dari detektor diterima oleh piranti yang dapat
menggambarkan secara otomatis kurva absorpsi.
f. Lampu Katoda
Lampu katoda merupakan sumber cahaya pada AAS. Lampu katoda memiliki
masa pakai atau umur pemakaian selama 1000 jam. Lampu katoda pada setiap
unsur yang akan diuji berbeda-beda tergantung unsur yang akan diuji, seperti
lampu katoda Cu, hanya bisa digunakan untuk pengukuran unsur Cu. Lampu
katoda terbagi menjadi dua macam, yaitu :
Lampu Katoda Monologam : Digunakan untuk mengukur 1 unsur
Lampu Katoda Multilogam : Digunakan untuk pengukuran beberapa logam.
g. Tabung Gas
Tabung gas pada AAS yang digunakan merupakan tabung gas yang berisi gas
asetilen. Gas asetilen pada AAS memiliki kisaran suhu ± 20.000K, dan ada juga
tabung gas yang berisi gas N2O yang lebih panas dari gas asetilen, dengan kisaran
suhu ± 30.000K. Regulator pada tabung gas asetilen berfungsi untuk pengaturan
banyaknya gas yang akan dikeluarkan, dan gas yang berada di dalam tabung.
Spedometer pada bagian kanan regulator merupakan pengatur tekanan yang
berada di dalam tabung.
h. Ducting
Ducting merupakan bagian cerobong asap untuk menyedot asap atau sisa
pembakaran pada AAS, yang langsung dihubungkan pada cerobong asap bagian
luar pada atap bangunan, agar asap yang dihasilkan oleh AAS, tidak berbahaya
bagi lingkungan sekitar. Asap yang dihasilkan dari pembakaran pada AAS, diolah
sedemikian rupa di dalam ducting, agar polusi yang dihasilkan tidak berbahaya.
Cara pemeliharaan ducting, yaitu dengan menutup bagian ducting secara
horizontal, agar bagian atas dapat tertutup rapat, sehingga tidak akan ada serangga
atau binatang lainnya yang dapat masuk ke dalam ducting. Karena bila ada
serangga atau binatang lainnya yang masuk ke dalam ducting , maka dapat
menyebabkan ducting tersumbat.
i. Kompresor
Kompresor merupakan alat yang terpisah dengan main unit, karena alat ini
berfungsi untuk mensuplai kebutuhan udara yang akan digunakan oleh AAS, pada
waktu pembakaran atom. Kompresor memiliki 3 tombol pengatur tekanan, dimana
pada bagian yang kotak hitam merupakan tombol ON-OFF, spedo pada bagian
tengah merupakan besar kecilnya udara yang akan dikeluarkan, atau berfungsi
sebagai pengatur tekanan, sedangkan tombol yang kanan merupakantombol
pengaturan untuk mengatur banyak/sedikitnya udara yang akan disemprotkan ke
burner. Bagian pada belakang kompresor digunakan sebagai tempat penyimpanan
udara setelah usai penggunaan AAS.
Alat ini berfungsi untuk menyaring udara dari luar, agar bersih.posisi ke kanan,
merupakan posisi terbuka, dan posisi ke kiri merupakan posisi tertutup. Uap air
yang dikeluarkan, akan memercik kencang dan dapat mengakibatkan lantai sekitar
menjadi basah, oleh karena itu sebaiknya pada saat menekan ke kanan bagian ini,
sebaiknya ditampung dengan lap, agar lantai tidak menjadi basah dan uap air akan
terserap ke lap.
j. Burner
Burner merupakan bagian paling terpenting di dalam main unit, karena burner
berfungsi sebagai tempat pancampuran gas asetilen, dan aquabides, agar
tercampur merata, dan dapat terbakar pada pemantik api secara baik dan merata.
Lobang yang berada pada burner, merupakan lobang pemantik api, dimana pada
lobang inilah awal dari proses pengatomisasian nyala api.
Perawatan burner yaitu setelah selesai pengukuran dilakukan, selang aspirator
dimasukkan ke dalam botol yang berisi aquabides selama ±15 menit, hal ini
merupakan proses pencucian pada aspirator dan burner setelah selesai pemakaian.
Selang aspirator digunakan untuk menghisap atau menyedot larutan sampel dan
standar yang akan diuji. Selang aspirator berada pada bagian selang yang
berwarna oranye di bagian kanan burner.
Gangguan kimia
Gangguan kimia terjadi apabila unsur yang dianalisis mengalami reaksi kimia
dengan anion atau ketion tertentu dengan senyawa yang refraktori, sehingga tidak
semua analit dapat teratomisasi. Untuk mengatasi gangguan ini dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu: 1) penggunaan suhu nyala yang lebih tinggi, 2)
penambahan zat kimia lain yang dapat melepaskan kation atau anion pengganggu
dari ikatannya dengan analit. Zat kimia lain yang ditambahkan disebut zat
pembebas (Releasing Agent) atau zat pelindung (Protective Agent).
Gangguan Matrik
Gangguan ini terjadi bila sampel mengandung banyak garam ayau asam, atau bila
pelarut yang digunakan tidak menggunakan pelarut zat standar, atau bila suhu
nyala untuk larutan sampel dan standar berbeda. Gangguan ini dalam analisis
kualitatif tidak terlalu bermasalah, tetapi sangat mengganggu dalam analisis
kuantitatif. Untuk mengatasi gangguan ini dalam analisis kuantitatif dapat
digunakan cara analisis penambahan satandar (Standar Adisi).
Gangguan Ionisasi
Gangguan ionisasi terjadi bila suhu nyala api cukup tinggi sehingga mampu
melepaskan elektron dari atom netral dan membentuk ion positif. Pembentukan
ion ini mengurangi jumlah atom netral, sehingga isyarat absorpsi akan berkurang
juga. Untuk mengatasi masalah ini dapat dilakukan dengan penambahan larutan
unsur yang mudah diionkan atau atom yang lebih elektropositif dari atom yang
dianalisis, misalnya Cs, Rb, K dan Na. Penambahan ini dapat mencapai 100-2000
ppm.
Absorpsi Latar Belakang (Back Ground) merupakan istilah yang digunakan untuk
menunjukkan adanya berbagai pengaruh, yaitu dari absorpsi oleh nyala api,
absorpsi molekular, dan penghamburan cahaya.
Scherrer Formula
Dimana :
Dimana :
FWHMsample adalah lebar puncak difraksi puncak pada setengah maksimum dari
sampel benda uji dan FWHMstandard adalah lebar puncak difraksi material standard
yang sangat besar puncaknya berada di sekitar lokasi puncak sample yang akan
kita hitung.
Contoh Estimasi Crystallite size menggunakan X-Ray Diffraction Analysis
Setelah data hasil uji sampel menggunakan XRD diperoleh, Data hasil
analisa yang diperoleh tersimpan dalam format RAW.data, yang kemudian data
tersebut dianalisa menggunakan Software EVA, data hasil uji sampel yang
diperoleh adalah berupa peak seperti gambar dibawah ini.