Anda di halaman 1dari 9

Nama : Akmal Alfarizi

Kelas : X IPA 2
Hindari Caleg Pelaku Korupsi
Partai politik yang akan mengikuti pemilihan umum tahun 2014, harus mempunyai
standar pencalonan anggota legislatif yang tegas dan ketat. Kriteria calon anggota
legislatif (caleg) mesti jelas dan bisa menjadi instrumen yang bisa mencegah caloncalon bermasalah masuk.
Calon yang pernah tersangkut masalah korupsi atau pelanggar HAM, misalnya, tidak
boleh masuk daftar. Hal itu penting untuk memastikan wakil rakyat itu benar-benar
bukan orang bermasalah, tetapi figur-figur yang punya integritas.
Tentu saja masing-masing parpol harus punya mekanisme fit and proper test-nya
sendiri. Soal kriteria tidak harus sama bagi semua parpol. Namun paling tidak, ada
hal-hal prinsip yang mesti dipakai semua parpol dalam menjaring calegnya.
Ini penting mengingat survei telah membuktikan bahwa parlemen, baik di pusat
maupun di daerah, adalah lembaga terkorup, demikian ujar Wakil Sekretaris Jenderal
Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP), Jojo Rohi, terkait dengan kriteria
dalam memilih calon legislatif oleh setiap partai politik yang akan bersaing dalam
pemilu tahun 2014.
Standardisasi caleg sangat diperlukan karena partai mesti membuat kriteria yang jelas
dan tegas tentang siapa saja orang yang layak diusung menjadi caleg partainya. Halhal prinsip yang harus dimuat dalam kriteria caleg salah satunya adalah antikorupsi.
Konsekuensinya, caleg yang punya track record pernah terlilit kasus korupsi tidak
boleh diusung sebagai caleg. Selain antikorupsi, yang harus dipertimbangkan adalah
sikap moral dari bakal caleg. Bila yang bersangkutan terbukti pernah punya
selingkuhan atau berpoligami, semestinya tidak dapat diusung sebagai caleg.

Sementara itu, pelanggar HAM, merupakan satu bagian dari agenda reformasi yang
hingga kini belum tuntas. Pelanggar HAM dalam bentuk apa pun tak dapat
dicalonkan sebagai caleg karena fungsi wakil rakyat salah satunya adalah melakukan
advokasi terhadap pelanggaran- pelanggaran HAM melalui legislasi. Ironis bila
pelanggar HAM mengadvokasi pelanggaran HAM.
Tujuan Teks Eksposisi :
Menghimbau pembaca untuk lebih selektif dan bijak dalam menentukan pilihan pada
pemilihan umum. Oleh karena itu penulis juga memberikan banyak argumen tentang
bagaimana memilih caleg yang tepat.
Ekonomi Indonesia
Ekonomi rakyat adalah kegiatan ekonomi rakyat banyak . Jika dikaitkan dengan
kegiatan pertanian, maka yang dimaksud dengan kegiatan ekonomi rakyat adalah
kegiatan ekonomi petani atau peternak atau nelayan kecil, petani gurem, petani tanpa
tanah, nelayan tanpa perahu, dan sejenisnya; dan bukan perkebunan atau peternak
besar atau MNC pertanian, dan sejenisnya.
Perspektif lain dari ekonomi rakyat dapat pula dilihat dengan menggunakan
perspektif jargon: ekonomi dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat
Dari rakyat, berarti kegiatan ekonomi itu berkaitan dengan penguasaan rakyat dan
aksesibilitas rakyat terhadap sumberdaya ekonomi. Rakyat menguasai dan memiliki
hak atas sumberdaya untuk mendukung kegiatan produktif dan konsumtifnya.
Oleh rakyat, berarti proses produksi dan konsumsi dilakukan dan diputuskan oleh
rakyat. Rakyat memiliki hak atas pengelolaan proses produktif dan konsumtif
tersebut. Berkaitan dengan sumberdaya (produktif dan konsumtif), rakyat memiliki
alternatif untuk memilih dan menentukan sistem pemanfaatan, seperti berapa banyak

jumlah yang harus dimanfaatkan, siapa yang memanfaatkan, bagaimana proses


pemanfaatannya, bagaimana menjaga kelestarian bagi proses pemanfaatan
berikutnya, dan sebagainya.
Untuk rakyat, berarti rakyat banyak merupakan beneficiaries utama dari setiap
kegiatan produksi dan konsumsi. Rakyat menerima manfaat, dan indikator
kemantaatan paling utama adalah kepentingan rakyat.
Dalam hal ini perlu pula dikemukakan bahwa ekonomi rakyat dapat berkaitan
dengan siapa saja, dalam arti kegiatan transaksi dapat dilakukan juga dengan nonekonomi-rakyat. Juga tidak ada pembatasan mengenai besaran, jenis produk, sifat
usaha, permodalan, dan sebagainya. Ekonomi rakyat tidak eksklusif tetapi inklusif
dan terbuka. Walaupun demikian, sifat fundamental diatas telah pula menciptakan
suatu sistem ekonomi yang terdiri dari pelaku ekonomi, mekanisme transaksi, norma
dan kesepakatan (rule of the game) yang khas, yang umumnya telah memfasilitasi
ekonomi rakyat untuk survive dan berkembang sejalan dengan perkembangan sosial
ekonomi masyarakatnya.
Tujuan Teks Eksposisi :
Memberikan informasi tentang ekonomi rakyat yang terdapat di indonesia. Penulis
eksposisi tersebut juga memberikan argumen mengapa ekonomi rakyat sangat penting
di Indonesia.
ROKOK
Rokok adalah benda yang memberi efek santai dan sugesti merasa lebih jantan
dengan memberikan candu kepada orang yang menikmatinya. Rokok mempunyai
rupa silinder dari kertas berukuran panjang, berisi daun-daun tembakau yang telah
dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar
asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lain. Rokok biasanya dijual dalam

bungkusan berbentuk kemasan kertas yang dapat dimasukkan dengan mudah ke


dalam kantong. bungkusan-bungkusan tersebut umumnya disertai pesan kesehatan
yang memperingatkan perokok akan bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan dari
merokok, misalnya kanker paru-paru atau serangan jantung.
Ada banyak jenis rokok yang telah dipasarkan di Indonesia dengan harga yang
beraneka ragam mulai dari yang paling murah hingga yang paling mahal. Rokok
dibedakan berdasarkan bahan pembungkusnya, berdasarkan bahan baku, berdasarkan
proses pembuatan, dan berdasarkan penggunaan filter. Berdasarkan bahan
pembungkusnya terbagi atas tiga yaitu rokok klobot yang bahan pembungkusnya
berupa daun jagung, rokok sigaret yang bahan pembungkusnya dari kertas dan rokok
cerutu atau lisong yang bahan pembungkusnya berupa daun tembakau. Berdasarkan
bahan baku terbagi atas tiga yaitu rokok putih yang isinya hanya daun tembakau,
rokok kretek rokok yang bahan bakunya berupa daun tembakau dan cengkeh, dan
rokok klembak yang bahan bakunya berupa tembakau, cengkeh dan kemenyan.
Berdasarkan proses pembuatan terbagi atas dua yaitu sigaret kretek tangan proses
pembuatan rokok dengan cara digiling dengan tangan atau dengan alat bantu
sederhana dan sigaret kretek mesin yang proses pembuatannya menggunakan mesin.
Material rokok dimasukkan kedalam mesin dan keluarannya berupa rokok batangan.
Berdasarkan penggunaan filter terbagi atas dua yaitu rokok filter rokok yang pada
bagian pangkalnya terdapat gabus dan rokok non filter rokok yang pada bagian
pangkalnya tidak terdapat gabus (Carolina, 2009 : 3). Rokok rokok tersebut
memiliki rasa yang berbeda beda bagi penikmatnya. Rokok tidak mempunyai
manfaat yang signifikan malah sebaliknya rokok mengandung dampak dampak
yang merusak kesehatan.
Jadi, rokok memberikan efek candu kepada si perokok yang memberikan nikmat
tersendiri bagi mereka yang merokok. Kini peringatan yang tertera pada bungkus
rokok hanyalah hiasan semata. Mereka tidak menghiraukan hal ini, sebab mereka

hanya mementingkan kesenangan dan kenikmatan sesaat saja. Padahal merokok


merupakan kegiatan merusak tubuh terlebih lagi merokok banyak mudharatnya
ketimbang manfaatnya.
Tujuan Teks Eksposisi :
Memberi tahu akan fakta tentang rokok serta akibatnya. Disini, penulis juga
menghimbau kepada pembaca untuk tidak merokok karena rokok memiliki dampak
yang buruk. Penulis memberikan banyak argumen yang diserta fakta yang nyata.
Kontoversi Hukuman Mati, Setuju atau Tidak?
Ketika nyawa telah mudah untuk dihilangkan, Apakah terdapat esensi yang
menarik ?
Kalimat ini terlontar dari seorang pengacara dengan teriakan yang membuat semua
menjadi diam seketika di pengadilan Amerika Serikat (AS). Pada saat itu, klien
pengacara tersebut divonis hukuman mati akibat masalah perdagangan narkoba.
Setelah kasus itu, pengacara tersebut angkat bicara mengenai apa yang membuat dia
melakukan pembelaan mati-matian terhadap kliennya dan kontroversi hukuman mati
ini. Dari penuturannya yang panjang itu, penulis mengutip satu kutipan kalimatnya
adalah,
Apakah dengan hukuman mati, semua akan menjadi selesai? Data-data otentik apa
yang menunjukkan bahwa dengan hukuman mati, kejahatan itu secara otomatis akan
berkurang. Jika kita hanya ingin membalaskan dendam terhadap perbuatan yang keji
sekalipun, Hukuman mati bukan jalan terakhir yang cukup ampuh untuk
memberantas kejahatan.
Dan,
Jika membunuh melanggar HAM secara moral dan konstitusional, bagaimana
dengan hukuman mati?

Secara harfiah, Hukuman mati merupakana hukuman yang diberikan oleh pengadilan
sebagai bentuk paling berat yang dijatuhkan kepada seorang tersangka kejahatan.
Dalam sejarah dunia ini, ada beberapa bentuk hukuman mati yang pernah tercatat,
diantaranya adalah hukuman pancung, sengatan listrik, suntik mati, hukuman
gantung, rajam, dan hukuman tembak. Kita tentunya sudah tahu bahwa hukuman mati
ini bukan hal yang baru di dunia modern sekarang, hukuman ini sudah ada sejak para
pendahulu menganut sistem kerajaan yang diktator. Pada sistem yang terdahulu,
ketika seorang abdi dalem atau pengawal kerajaan berbuat kesalahan yang melanggar
aturan-aturan pada kerajaan, maka tanpa pandang bulu, nyawa sebagai taruhannya.
Hukuman mati di era globalisasi
Zaman boleh saja berawal dari nenek terdahulu, tetapi bukan berarti suatu sistem
tidak bisa bergerak secara dinamik dan bersifat fleksibel. Ketika sudah memasuki
suatu zaman yang penuh kabel dan roda-roda yang digerakkan dengan mesin,
terkadang kita berpikir bahwa manusia telah mengalami peradaban kemajuan yang
sangat pesat. Hukuman mati yang diwariskan dari nenek terdahulu juga telah
mengalami suatu pergarakkan kearah suatu sistem Ke-sosialis-an yaitu membawa
kita kepada nurani yang lebih baik dan bermain dengan akhlak yang logis. Hal ini
dapat dilihat dari jumlah kematian akibat hukuman mati dari sistem kerajaan
dibandingkan dengan sistem konstitusi yang memiliki hukum dasar yang jelas,
mengalami perbedaan yang cukup signifikan. Adapun negara-negara yang melakukan
hukuman mati sampai sekarang dengan jumlah tersangka yang tinggi, antara lain
adalah Iran, Tiongkok, Arab Saudi dan Amerika Serikat.
Dalam catatan yang dikeluarkan Hands Off Cain Info menegaskan bahwa sekitar 155
negara telah menghapus kebijakan hukuman mati dalam sistem hukum maupun
praktiknya, di mana 99 negara telah menghapus hukuman mati untuk semua kategori
kejahatan (keseluruhan), 44 negara telah menghapus hukuman mati dalam praktiknya

(de facto abolisionis) dan 7 negara telah menghapus hukuman mati untuk kejahatan
biasa (ordinary crimes), dan 5 negara telah melakukan penundaan (moratorium)
eksekusi di tempat. Dalam satu dekade ini Amerika Serikat yang dikenal luas masih
mempertahankan kebijakan hukuman mati dalam sistem hukumnya bahkan telah
menunjukkan suatu kemajuan khusus, ketika 17 negara bagiannya telah menghapus
praktik hukuman mati. Bahkan pembaharuan kebijakan hukuman mati di China juga
diterapkan sejak 2011 kepada 13 kategori kejahatan ekonomi dari daftar 68 kejahatan
yang dapat diterapkan hukuman mati. Penerapan hukuman mati juga tidak bisa
dilakukan kepada mereka yang berusia di atas 75 tahun. (Sumber data-data kuantitatif
tersebut, penulis mendapatkannya dari Kotras.org dan WorldCoalition.org)
Dari data-data tersebut, Setiap negara seperti akan mengarahkan regulasi hukuman
mati tersebut ke arah Abolisi. Abolisi yang akan dilakukan ini disebabkan oleh suatu
paham kontroversial dalam pemaknaan hukuman mati secara teliti dan jelas. Maka
dari itu, muncullah perdebatan mengenai Hukuman mati tersebut. Perdebatan ini juga
menjalar hingga ke negara Bumi Pertiwi ini, sehingga muncul polemik mengenai
layak atau tidaknya hukuman ini diterapkan di Indonesia, dimana negara ini memiliki
slogan yang menjunjung nilai-nilai pancasila dengan suatu pemahaman akan Hak
Asasi Manusia.
Kontroversi hukuman mati di Indonesia.
Di Indonesia sendiri, ini merupakan tahun kelima negara ini dimana tidak terjadi
eksekusi terhadap tersangka dengan hukuman mati. Eksekusi hukuman mati di
Indonesia terjadi terakhir kali pada tahun 2008 yaitu terhadap Amrozi, cs (Kasus
terorisme), 2 warga Nigeria (Kasus narkoba), 5 orang lainnya terkait kasus
pembunuhan sadis dan keji. Sampai detik ini sejak kejadian tersebut, belum ada
eksekusi yang dilakukan. Mengapa sampai sekarang juga belum terjadi eksekusi
terhadap terpidana yang sudah divonis hukuman mati? ini pertanyaan yang

mengundang sikap publik dengan memunculkan aksi pro dan kontra terhadap
tindakan hukum ini.
Dalam UUD 1945 telah ditulis dengan jelas pada pasal 28 ayat 1, yang
menyebutkan bahwa,
Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati
nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi
di depan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut
adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun
Jika kalimat-kalimat ini benar diilhami secara dalam, kemudian muncul suatu
polemik bahwa,Mengapa harus ada hukuman mati, jika undang-undang berteriak
akan suatu hak untuk hidup yang sama bagi setiap orangnya? Pemikiran-pemikiran
seperti ini muncul dalam suatu kalangan yang Kontra terhadap tindakan hukum ini.
Kalangan yang Kontra ini juga membuat satu hari yaitu Hari Anti-Hukuman Mati
yang jatuh pada setiap tanggal 10 oktober. Kemudian para pemikir ini berargumen
bahwa, Hak asasi manusia telah tergusur, jika kita masih menganut hukuman mati
ini.
Tentu saja dalam kasus ini bukan hanya ada kalangan yang Kontra tetapi ada juga
kalangan yang Pro terhadap hukuman ini. Kemudian kalangan ini juga berpendapat
bahwa, Jika memang mereka telah melakukan pelanggaran Hak untuk Hidup dan
melakukan pelanggaran HAM yang keji, maka para pelakunya berhak mendapatkan
apa yang setimpal dengan tindakannya. Biasanya kalangan yang Pro ini selalu
berekspetasi bahwa dengan dilaksanakannya hukuman mati ini, maka akan membuat
efek jera terhadap calon-calon pelaku yang lain.
Kalangan yang Kontra terhadap hukuman ini tetap bersikukuh dan mengajak semua
kalangan untuk melakukan kontemplasi bersama agar mendapatkan sebuah konsensus

yang penting akan hal ini. Mereka dengan teguh den bersikukuh bahwa Jika negara
ini masih melakukan tindakan hukuman mati ini, maka yang melakukannya juga
melanggar HAM dan konsensus akan ideologi demokrasi yang mengilhami Pancasila
sebagai dasar negara.
Perdebatan semacam ini tidak akan selesai apabila jika hanya bertemu pada suatu
topik pembahasan saja. Perlu adanya tindakan yang benar-benar dilakukan dan
diambil berdasarkan intuisi negara Burung Garuda ini. Setuju atau tidaknya hukuman
ini bergantung dari sudut pandang individu masing-masing. Jika perspektif yang
diambil dari yang Kontra, maka akan kontra juga pemikiran yang diambil. Apabila
dari perspektif yang Pro, maka akan Pro juga pandangan yang diambil
Tujuan Teks Eksposisi :
Pada teks eksposisi tersebut dibahas sebuah perdebatan antara setuju dan tidak
setujunya hukuman mati kepada para koruptor. Penulis menulis eksposisi yang
cenderung kepada tidak setujunya hukuman tersebut. Penulis banyak menuliskan
banyak argumen untuk memperkuat alasannya tersebut.
Sumber : Internet.

Anda mungkin juga menyukai