Pemakaman Imogiri
Lokasi
Negara
Koordinat
Arsitek
Klien
Awal
konstruksi
Jenis
75513LS 1102345BT
Kyai Tumenggung Citrokusumo
Sultan Agung, Dinasti Mataram
1632
Makam berteras
Daftar isi
1 Sejarah
6 Referensi
7 Lihat Pula
Sejarah
Ketika Sinuhun Hanyokrowati (Sinuhun Sedo Krapyak) meninggal, maka puteranya Kanjeng
Gusti Pangeran Adipati Anom pada waktu sedo itu sedang pergi tirakat ke pegunungan Selatan.
Sehingga sebagai wakil pemegang pemerintahan ialah Gusti Pangeran Martopuro. Sesudah
setahun lamanya ia bertirakat, maka ia pulang dari pegunungan tersebut sebab sudah sedikit lama
dicari-cari oleh penghulu Katangan, tapi sebelum menjadi penghulu. Pada tahun 1627, ia masuk
ke kerajaan dan pemegang kekuasaan Mataram saat itu ialah Prabu Hanyokrokusumo.
Sesudah itu Pangeran Martopuro pergi meninggalkan kerajaan menuju Ponorogo. Atas
permintaan rakyat maka wakil dari Pangeran Adipati Anom, yaitu Pangeran Purboyo
memerintahkan penghulu Ketegan untuk mencari Pangeran Adipati Anom.
Akhirnya terdapatlah Pangeran Adipati Anom sedang bertapa di Gunung Kidul, kemudian ia
dibawa pulang ke kerajaan.
Sesudah itu, Pangeran Adipati Anom diangkat menjadi Raja Kerajaan Mataram. Ia adalah raja
yang cerdik dan pandai sehingga rakyatnya maupun makhluk halus serta jin takluk dan tunduk
atas kekuasaannya dan Negeri Mataram terkenal sebagai pelindung penyakit.
Karena bijaksananya, maka setiap hari Jum'at, ia dapat pergi sujud ke Mekkah dengan secepat
kilat. Sesudah 5 tahun ia memerintah, kerajaannya dipindahkan ke Kerta-Plered dan selanjutnya
Kanjeng Sultan ingin memulai membuat makam di Pegunungan Girilaya yang terletak di sebelah
Timur Laut Imogiri yang dipergunakan sebagai makam raja. Tetapi sebelum makam itu selesai,
pamannya yaitu Gusti Pangeran Juminah lebih dulu mengajukan permintaan. Kemudian Sinuhun
merasa kecewa.
Tidak lama kemudian, pamannya meninggal seketika. Sesudah pamannya meninggal, Kanjeng
Sultan Agung melemparkan pasir yang berasal dari Mekkah yang akhirnya pasir tersebut jatuh di
Pegunungan Merak dan seterusnya Sinuhun segera membuat makam raja di pegunungan yang
besar dan tinggi tersebut.
Pintu Masuk ke Makam Sultan Agung dari Mataram|Sultan Agung pada tahun 1890
Anak tangga dari pemukiman menuju daerah dekat masjid berjumlah 32 anak tangga.
Jumlah anak tangga ini melambangkan bahwa makam Imogiri dibangun pada tahun 1632.
Anak tangga dari daerah dekat masjid menuju pekarangan masjid berjumlah 13 anak
tangga. Jumlah anak tangga ini melambangkan bahwa Sultan Agung diangkat sebagai
raja Mataram pada tahun 1613.
Anak tangga dari pekarangan masjid menuju tangga terpanjang berjumlah 45 anak
tangga. Jumlah anak tangga ini melambangkan bahwa Sultan Agung wafat pada tahun
1645.
Anak tangga terpanjang berjumlah 346 anak tangga. Jumlah anak tangga ini
melambangkan bahwa makam Imogiri dibangun selama 346 tahun.
Anak tangga di sekitar kolam berjumlah 9 anak tangga. Jumlah anak tangga ini
melambangkan Walisongo.
Tangga Permakaman Imogiri dilihat dari bawah
Badannya dikubur di bawah tangga dekat Gapura Supit Urang (Anak tangga yang
permukaannya tidak rata)
Hal ini dilakukan oleh Sultan Agung agar setiap orang yang ingin mengunjungi makam pasti
menginjak salah satu dari bagian-bagian jasadnya dan untuk mengenang sekaligus
memperingatkan rakyatnya agar penghianatan tidak terjadi lagi.
Anak tangga yang tidak rata merupakan makam dari tubuh Tumenggung Endranata
Sultan Agung,
Hamangkurat Mas.
Sebelum memasuki makam Sultan Agung terdapat tiga gapura yang melambangkan tiga tahapan
hidup manusia, yaitu: alam rahim, alam duniawi, dan alam kubur. Gerbang pertama bercorak
bangunan hindu yang terbuat dari susunan batu bata merah tanpa semen dengan bentuk Candi
Bentar dan diberinama Gapura Supit Urang. Di bagian dalam gerbang pertama terdapat dua buah
paseban yang berada di sisi Barat dan Timur gerbang.
Gerbang ke 2 dari Makam Sultan Agung
Wilayah Makam Raja Surakarta Hadiningrat
Wilayah makam raja Surakarta Hadiningrat dibagi menjadi empat hastana dan di sini
dimakamkan raja-raja dari Kerajaan Surakarta Hadiningrat, yaitu:
- Paku Buwana
- Kasuwargan Surakarta
- Kapingsangan Surakarta
- Grimulya Surakarta
- Besiyaran Yogyakarta
- Saptorenggo Yogyakarta
Sebelum memasuki areal makam Sultan Agung, terdapat empat buah tempayan yang berada di
atas gerbang kedua. Tempayan-tempayan ini merupakan pemberian dari empat kerajaan kepada
Sultan Agung.
Tempayan pertama yang terletak di sisi Barat merupakan pemberian dari Kerajaan
Sriwijaya (Palembang) yang diberi nama Nyai Danumurti.
Tempayan kedua merupakan pemberian dari Kerajaan Samudera Pasai (Aceh) yang
diberi nama Kyai Danumaya.
Tempayan ketiga merupakan pemberian dari Kerajaan Ngerum (Turki) yang diberi nama
Kyai Mendung'.
Tempayan keempat merupakan pemberian dari Kerajaan Syam (Thailand) yang diberi
nama Nyai Siyem.
Oleh Sultan Agung, keempat tempayan ini diisi air yang dipergunakan untuk berwudhu. Air dari
keempat tempayan tersebut disebut air suci dan memiliki khasiat yang dapat memberi kekuatan
dan sarana pengobatan. Pada awalnya tidak sembarang orang yang dapat meminum air dari
tempayan-tempayan tersebut. Saat terjadinya Serangan Umum 1 Maret di Yogyakarta, Presiden
Soekarno mengirimkan surat kepada Sri Sultan Hamengkubuwana IX agar prajurit TNI yang
bertempur di Yogyakarta diperbolehkan untuk meminum air suci tempayan tersebut. Sultan
memperbolehkan para prajurit untuk meminum air tersebut. Usai meminum air tersebut,
kekuatan prajurit bertambah sehingga dapat memenangkan pertempuran melawan Belanda.
Saat ini, masyarakat umum dapat diperbolehkan meminum air suci dari tempayan tersebut
melalui juru kunci makam. Air ini bisa diambil selama masih ada air yang tersisa di dalam
tempayan tersebut, karena tidak sembarang hari tempayan-tempayan ini dapat diisi air. Upacara
khusus untuk mengisi keempat tempayan ini dengan air yang dilakukan setahun sekali
dinamakan Nguras Enceh. Upacara ini dilaksanakan setiap Jumat Kliwon di bulan Sura
(Muharam). Jika di bulan tersebut tidak ada hari Jumat Kliwon, maka upacara pengisian air ini
dapat dilaksanakan pada hari Selasa Kliwon. Bagi yang mempunyai kepercayaan (percaya), air
tersebut dapat menjadi sarana tolak bala serta dapat digunakan sebagai perantara untuk
mengobati berbagai penyakit. Bagi pengunjung yang ingin mengambil air suci dan membawanya
pulang, diperbolehan dengan beberapa syarat. Syarat-syarat tersebut, yaitu:
Kedua, sebelum diminum harus membaca Surah Al-Fatihah dan Surah Al-Ikhlas masingmasing tiga kali untuk Sultan Agung.
Air suci tersebut jika dibawa pulang, khasiatnya dapat bertahan selama satu tahun, terhitung
sejak diambil dari tempayan. Air suci tersebut dapat dicampur, namun harus menggunakan air
mentah. Karena, jika dicampur dengan air yang sudah dimasak, khasiat dari air suci ini akan
hilang.
Cincin Kayu
Kayu berbentuk cincin tersebut berasal dari tongkat Sultan Agung yang ditanam lalu berubah
menjadi pohon yang besar. Pohon itu ditebang dan kayunya dibuat menjadi cincin. Jika ingin
membawa pulang cincin tersebut, pengunjung harus dites terlebih dahulu, apakah kayu tersebut
mau mengikuti pengunjung yang ingin membawa pulang cincin tersebut atau tidak. Kayu
berbentuk cincin tersebut akan ditaruh di air. Jika tenggelam, maka pertanda bahwa cincin
tersebut mau mengikuti pengunjung. Kayu ini, konon sangat berkhasiat bagi pemiliknya.
Pada bulan Puasa dan hari besar agama Islam, Makam Imogiri ditutup untuk umum.
Pengunjung Wanita
Pengunjung wanita yang ingin memasuki makam di bagian dalam harus mengenakan kain
panjang, kemben, dan melepas semua perhiasan.
Pengunjung Pria
Pengunjung pria yang ingin memasuki kompleks makam di bagian dalam harus mengenakan
kain panjang, baju peranakan, dan blangkon.
Jika tidak menaati aturan tersebut, maka pengunjung hanya diperbolehkan sampai pintu gerbang
pertama.
Referensi
Lihat Pula
Kesultanan Yogyakarta
Kasunanan Surakarta
Makam Kotagede
Imogiri, Bantul
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Imogiri
Kecamatan
Negara
Provinsi
Kabupaten
Pemerintahan
Camat
Luas
Jumlah penduduk
Kepadatan
Desa/kelurahan
Indonesia
Daerah Istimewa Yogyakarta
Bantul
Drs. Mistabakhul Munir
54,49 km
56.357
1.934 jiwa/km
8
Imogiri adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta,
Indonesia. Dalam bahasa Jawa, Imogiri berarti "gunung yang berkabut".
Daftar isi
1 Sejarah
2 Kelurahan/desa
3 Pendidikan
4 Objek Pariwisata
5 Pranala luar
6 Gallery
Sejarah
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Daerah Istimewa Yogyakarta#Pembentukan
Kelurahan/desa
1. Girirejo
2. Imogiri
3. Karangtalun
4. Karangtengah
5. Kebonagung
6. Selopamioro
7. Sriharjo
8. Wukirsari
Pendidikan
1. SMA 1 Imogiri
2. SMK Muhammadiyah Imogiri
3. SMP 1 Imogiri
4. SMP 2 Imogiri
5. SMP 3 Imogiri
6. SMP Ma'arif Imogiri
7. MTs Negeri Giriloyo
8. MI Giriloyo 1
9. MI Giriloyo 2
10. Mi Kebonagung
Objek Pariwisata
1. Makam Imogiri
2. Makam Seniman (Khas Wedang Uwuh)
3. Makam Sunan Cirebon
4. Makam Giriloyo
5. Jembatan Gantung Selopamiro-Sriharjo (Sering dijadikan lokasi Shoting FTV)
6. Bendungan Tegal
7. Goa Cerme
8. Air Terjun Seribu Batu Cengkehan Giriloyo
9. Desa Wisata Kebon Agung
10. Bumi Perkemahan Giri Mandiri
11. Kerajinan Batik Tulis Wukirsari
12. Sentra Peyek Pelemadu
Pranala luar
Gallery
Kerumunan berjalan menuruni tangga panjang yang menuju puncak bukit Imogiri seusai
upacara pemakaman Sri Susuhunan Pakubuwana X dari Surakarta (Repro Negatif 1939).
17. Las
18. Mushola Al Hidayah (en)
19. PUSKESMAS PLERET
20. Pertamina 44-55701 Gas Station (en)
21. Pesantren (alm) KH Baha'udin
22. Rmh. Adel
23. Rmh. Anggit
24. SD Jejeran III
25. SD Muhammadiyah Wonokromo 1
26. Wawan's house (en)
27. jejeran yogyakarta Abidin humpz
28. omahe lik mi/ alm. lik bejo
29. sunar bapaknya bagus (en)
30. wahyu mulyo tailor (en)
Nearby cities: Dusun Jokerten Timbulharjo, Kalakijo Guwosari Pajangan Bantul, Kampoeng
Cengkiran Pandak
Coordinates: 752'22"S 11023'29"E