Esooof
Esooof
A. Pendahuluan
Kanker merupakan penyebab utama mortalitas di dunia, di perkirakan
sekitar 7,9 juta (13%) dari seluruh penyebab mortalitas, (WHO, 2007). Kanker
esophagus adalah satu diantara 10 kanker tersering dan kankerke-6 yang
menyebabkan
kematian.
Kanker
ini
merupakan
keganasan
ke-3
pada
buruk,
walaupun
sudah
di
lakukan
diagnosis
dini
dan
dengan keadaan alamiah dari penyakit ini, karena penyakit tumbuh dengan cepat,
bermetastatis dengan sangat cepat dan merupakan penyakit tahap lanjut saat di
diagnosis.
B. Etiologi dan faktor resiko kanker esophagus
Pada karsinoma esofagus tidak diketahui adanya satu faktor tunggal yang
menyebabkan terjadinya kanker ini. Faktor resiko terjadinya kanker esofagus
diantaranya terdiri dari faktor lingkungan, diet, kebiasaan, iritasi kronik pada
mukosa dan kultural.
Faktor resiko terjadinya kanker esofagus
Lingkungan
Lokasi geografis
Kadar molibdium dalam tanah yang rendah
Kadar garam dalam tanah
Suhu
Diet
Aflatoksin
Asbestos
Defisiensi vit A, E, C, ribovlavin, niasin dan zinc
Kebiasaan
Alkohol
Rokok
Iritasi kronik pada mukosa oleh faktor fisis
Radiasi
Akalasia
Skleroterapi injeksi
Kultural
Status sosioekonomi
Ras
C. Klasifikasi kanker esophagus
Tipe karsinoma esophagus yang paling umum adalah tipe karsinoma sel
skuamosa sebanyak 60%, jenis ini timbul dari permukaan epitel dan di temukan
paling sering pada esophagus tengah dan bawah. Sedangkan tipe adenokarsinoma
sebanyak 35%, jenis ini paling sering terjadi pada sepertiga bawah esophagus dan
mungkin timbul dari fundus lambung.
D. Patofisiologi kanker esophagus
Klien telah mengalami lesi ulserasi esophagus yang luas sebelum gejala
timbul. Malignansi, biasanya sel skuamosa tipe epidermoid, menyebar di bawah
mukosa esophagus, atau dapat langsung menyebar kedalamnya melalui bagian
atas lapisan otot ke dalam limfatik. Pada tahap lanjut obstruksi esophagus terlihat,
dengan kemungkinan perforasi mediastinum dan erosi pembuluh darah besar. Bila
gejala terjadi yang berhubungan dengan kanker esophagus, penyakit ini secara
umum meluas.
E. Manifestasi klinis kanker esophagus
Kanker esophagus seringkali tidak terdiagnosa sampai penyakit tersebut
menjadi tahap lanjut atau timbul metastasis(meluas). Keluhan-keluhan pasien
yang bersifat samar-samar mengakibatkan diagnosis sering terlambat. Keluhan
utama klien pada awalnya disfagia, tidak bisa makan dan rasa penuh di perut dan
berat badan menurun. Disfagia merupakan gejala paling sering ditemukan sekitar
90% kasus. Esofagus mudah berdistensi sehingga pasien baru akan menyadari
setelah separuh diameter lumen esofagus terkena. Upaya yang biasanya dilakukan
pasien untuk mengatasi disfagia yaitu sering minum saat makan, makan makanan
yang lebih cair, makan secara lambat.
Odinofagia (nyeri saat menelan) lebih jarang ditemukan daripada disfagia,
nyeri terasa terus menerus, seperti ditusuk dan menyebar ke punggung. Adanya
suara serak menandakan invasi ke N.Laringeus rekurens atau aspirasi kronik.
Gejala lainnya meliputi anoreksia, anemia, adenopati servikal, cegukan setelah
makan. Gejala perluasan penyakit biasanya karena invasi atau keterlibatan organ
dan struktur di sekitarnya: disfonia, paralisis diafragmatik, batuk saat
frekuensi
Nyeri
Rasa
tidak
nyaman
di
kerongkongan
Singultus
Sindrom homer
Sindrom vena kava superior
Efusi pleura maligna
Asites maligna
Nyeri tulang
Pembesaran
kelenjar
supraklavikula
adanya cairan yang tertahan didalam lumen esofagus yang berdilatasi. Mungkin
terdapat kelainan lain berupa metastasis tumor di paru-paru, metastasis ke tulang,
pneumonia, pneumoperikardium, deviasi trakea, efusi pleura dan limfadenopati.
G. Penatalaksanaan medik kanker esophagus
Kanker osepagus sering di temukan pada tahap akhir, maka pengobatan
dapat mencakup pembedahan, radiasi, kemoterapi atau kombinasi modalitas ini
dan tergantung luasnya kanker esophagus.
1. Pembedahan
Pemilihan pendekatan pembedahan
pengangkatan
segmen
esophagus
pada
yang
esofagektomi
mengandung
melibatkan
tumor
dan
Kemoterapi telah di lakukan baik pra dan pasca pembedahan dalam kombinasi
modalitas pengobatan, dengan atau tanpa terapi radiasi. Pendekatan yang lebih
agresif ini belum memperlihatkan efek harapan hidupyang lebih besar dan
dikaitkan dengaan toksisitas yang lebih besar. Agens tunggal dan kemoterapi
kombinasi telah menunjukan keefektifan dalam mengobati karsinoma sel
skuamosa. Agens yang umum di gunakan antara lain : sisplatin, bleomisin,
mitomisin, doksorubisin, metotreksat dan 5fluorourasil.
a. Terapi laser (Nd:YAG laser).
Pemberian intervensi terapi laser (ND:YAG laser) dapat menurunkan secara
sementara kondisi disfagia pada 70% pasien kanker esophagus.
Pe;laksanaan secara multiple yang di bagi pada beberapa sesi dapat
meningkatkan kepatenan lumen esophagus (wang, 2008).
b. Photodynamic therapy (PDT)
PDT di lakukan pada pasien dengan jaringan diplastik. Fotosintesis
mentransfer energy kesubstrat kimia pada jaringan abnormal. Beberapa
studi PDT atau terapi laser dengan kombinasi penghambat asam jangka
panjang (longterm acid inhibition) menghasilkan terapi endoskopik yang
efektif pada dysplasia mukosa barret dan mengeliminasi mukosa barret
(Fisichella, 2009).
H. Komplikasi kanker esophagus
Terjadi akibat invasi jaringan dan efek kompresi oleh tumor. Selain itu
komplikasi dapat timbul karena terapi terhadap tumor. Invasi sering terjadi ke
struktur disekitar mediastinum.
1. Invasi ke aorta mengakibatkan perdarahan masif, ke perikardium terjadi
tamponade jantung atau sindrom vena kava superior
2. Invasi ke serabut saraf mengakibatkan suara serak atau disfagia
3. Invasi
ke
saluran
esofagopulmonal
nafas
yang
mengakibatkan
merupakan
fistula
komplikasi
trakeoesofageal
serius
dan
dan
progresif
mempercepat kematian.
4. Obstruksi esofagus dapat menimbulkan terjadinya pneomonia aspirasi yang
pada gilirannya mengakibatkan abses paru dan empiema.
5. Gagal nafas karena obstruksi mekanik dan perdarahan
6. Perdarahan pada tumor dapat mengakibatkan anemia defisiensi besi sampai
perdarahan akut masif, pasien sering tampak malnutrisi, lemah, emasiasi, dan
gangguan sistem imun yang kemudian akan menyulitkan terapi
I. Pengkajian data keperawatan
Pengkajian keperawatan pada klien kanker esophagus meliputi :
1. Riwayat kesehatan lengkap dapat menunjukan kemungkinan gangguan
esophagus.
2. Kaji nafsu makan klien : apakah baik, meningkat atau menurun.
3. Kaji adanya ketidakmampuan saat menelan: jika ya, apakah terjadi hanya saat
makanan tertentu/berhubungan dengan nyeri/ perubahan posisi mempengaruhi
ketidaknyamanan.
4. Kaji pengalaman nyeri, adakah hal-hal yang mempengaruhi nyeri.
5. Kaji adanya gejala lainya yang terjadi secara regular, seperti regurgitasi,
nocturnal, kembung, nyeri ulu hati, tekanan substernal, sensasi makanan
tersangkut di tenggorok, peraan penuh setelah makan makanan dalam jumlah
sedikit, mual, muntah, dan penurunan berat badan.
6. Kaji adanya faktor penyebab masa lalu atau sekarang seperti infeksi, iritan
kimia, mekanik atau fisik.
7. Kaji apakah klien mengkomsumsi alkohol, tembakau, jika ya, kaji berapa
banyak asupan setiap harinya.
8. Timbang berat badan klien dan ukur tinggi badan untuk menentukan status
nutrisi klien.
9. Auskultasi bunyi napas untuk menentukan adanya komplikasi pulmonal.
5. Resiko infeksi, faktor resiko meliputi kulit yang rusak, trauma jaringan, statis
jaringan tubuh, munculnya zat-zat patogen, prosedur invasif
L. Rencana Keperawatan pada klien kanker esophagus pre pembedahan.
1. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
status hipermetabolik berkenaan dengan kanker, konsekuensi kemoterapi,
radiasi, pembedahan, distres emosional, keletihan, kontrol nyeri buruk dan
kesulitan menelan.
Tujuan :
Nyeri teratasi/hilang, pemenuhan kebutuhan nutrisi adekuat.
Kriteria hasil:
Nafsu makan meningkat
Porsi makan dihabiskan
Berat badan bertambah
Intervensi :
a. Kaji masukan makanan klien setiap hari
R/ Mengidentifikasi status nutrisi klien
b. Anjurkan kliern mengunyah makanan dengan sempurna dan menelan
perlahan-lahan
R/ memudahkan makanan masuk ke dalam lambung
c. Berikan makanan sedikit tapi sering dengan bahan makanan yang tidak
bersifat iritatif
R/ untuk mengurangi mual dan mencegah muntah
d. Anjurkan klien untuk diet tinggi kalori kaya nutrient dengan masukan
cairan yang adekuat
R/ meningkatkan pemenuhan kebutuhan jaringan metabolik dan cairan
e. Berikan cairan pada makanan atau beri minum saat makan.
R/ cairan memudahkan klien menelan makanan
f. Siapkan makanan dalam bentuk yang menarik
R/ Untuk membantu merangsang nafsu makan
g. Hindari makanan terlalu manis, berlemak atau pedas
R/ Untuk mencegah respon mual/muntah
h. Ajarkan klien tehnik relaksasi, dan latihan aktivitas sedang sebelum makan
R/ Dapat menurunkan perasaan mual, dan meningkatkan masukan oral
hipoksemia
dan
secara
aktual
meningkatkan
konsumsi/kebutuhan oksigen.
g. Berikan oksigen tambahan
R/ memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas
h. Siapkan/bantu untuk bronkoskopi
R/ kadang-kadang berguna untuk membuang bekuan darah dan
membersihkan jalan nafas
4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan, muntah
Tujuan :
Perdarahan teratasi dan volume darah kembali normal
Kriteria hasil
Menunjukkan perbaikan keseimbangan cairan dibuktikan oleh haluaran
urine adekuat dengan berat jenis normal, tanda vital stabil, membran
mukosa lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler cepat
Intervensi :
a. Catat karakteristik muntah dan atau drainase
R/ membantu dalam membedakan penyebab distress gaster. Kandungan
empedu kuning kehijauan menunjukkan pilorus terbuka, kandungan fekal
menunjukkan obstruksi usus, darah merah cerah menunjukkan adanya
perdarahan arterial akut, darah merah gelap menunjukkan perdarahan lama
atau perdarahan vena dari varises. Makanan tak tercerna menunjukka
obstruksi atau tumor gaster/esofagus
b. Awasi tanda vital, bandingkan dengan hasil normal pasien sebelumnya.
Ukur TD dengan posisi duduk, berbaring dan berdiri bila mungkin
R/ perubahan tekanan darah dan nadi dapat digunakan untuk perkiraan
kasar kehilangan darah. Hipotensi postural menunjukkan penurunan
volume sirkulasi
c. Catat respon fisiologis individual pasien terhadap perdarahan, misalnya
perubahan mental, kelemahan, gelisah, ansietas, pucat, berkeringat,
takipneu, peningkatan suhu
R/ simtomatologi dapat berguna untuk mengukur berat, lamanya episode
perdarahan. Memburuknya gejala dapat menunjukkan berlanjutnya
perdarahan atau tidak adekuatnya penggantian cairan
d. Awasi masukan dan haluran dan hubungkan dengan perubahan berat badan
R/ memberikan pedoman untuk penggantian cairan
e. Pertahankan tirah baring
R/ aktivitas/muntah meningkatkan tekanan intrabdominal dan dapat
mencetuskan perdarahan lanjut
f. Catat perdarahan baru setelah berhentinya perdarahan awal
R/ meningkatnya kepenuhan atau distensi abdominal, mual, muntah baru
dan diare baru dapat menunjukkan perdarahan ulang
g. Berikan cairan/darah sesuai indikasi
Intervensi :
a. Rencanakan perawatan untuk memungkinkan periode istirahat. Jadwalkan
aktivitas periodik bila pasien mempunyai energi banyak. Libatkan
pasien/orang terdekat dalam jadwal perencanaan.
R/ periode istirahat sering diperlukan untuk memperbaiki/menghemat
energi. Perencanaan akan memungkinkan pasien menjadi aktif selama
waktu dimana tingkat energi lebih tinggi yang dapat memperbaiki perasaan
sejahtera dan rasa kontrol.
b. Buat tujuan aktivitas realistis dengan pasien
R/ memberikan rasa kontrol dan perasaan mampu menyelesaikan
c. Dorong pasien untuk melakukan apa saja bila mungkin. Misalnya mandi,
duduk, bangun dari kursi, berjalan. Tingkatkan tingkat aktifitas sesuai
kemampuan.
R/ meningkatkan kekuatan/stamina dan memampukan pasien menjadi lebih
aktif tanpa kelelahan yang berarti.
d. Pantau respon fisiologis terhadap aktivitas. Misalnya perubahan pada TD
atau frekuensi jantung/pernafasan
R/ toleransi sangat bervariasi tergantung pada tahap proses penyakit, status
nutrisi, keseimbangan cairan, dan reaksi terhadap aturan terapeutik.
e. Dorong masukan nutrisi
R/ masukan/penggunaan nutrisi adekuat perlu untuk memnuhi kebutuhan
energi untuk aktivitas.
f. Berikan oksigen suplemen sesuai indikasi
R/ adanya anemia atau hipoksemia menurunkan ketersediaan oksigen
untuk ambilan seluler dan memperberat keletihan
g. Rujuk pada terapi fisik/okupasi
R/ latihan yang terprogram setiap hari dan aktivitas membantu pasien
mempertahankan/meningkatkan kekuatan dan tonus otot, meningkatkan
rasa sejahtera. Penggunaan alat adaptasi dapat membantu menghemat
energi.
f. Jelaskan pada klien tentang perawatan di rumah yaitu diet, jadwal obatobatan disesuaikan dengan aktivitas harian klien.
R/ agar klien dapat melakukan perawatan dirumah secara mandiri.
8. Kecemasan b.d prognosis penyakit, misinterpretasi informasi, rencana
pembedahan.
Tujuan :
Kecemasan berkurang.
Kriteria Hasil :
Klien mampu mengungkapkan perasaannya kepada perawat
Klien dapat mendemonstrasikan keterampilan pemecahan masalahnya dan
perubahan koping yangdigunakan ssesuai situasi yang dihadapi.
Intervensi :
a. Monitor respon fisik, seperti kelemahan, perubahan tanda vital, dan gerakan
yang berulang-ulang. Catat kesesuaian respon verbal dan nonverbal selama
komunikasi.
R/ Digunakan dalam mengevaluasi derajat/tingkatkesadaran/konsentrasi,
khususnya ketika melakukan komunikasi verbal.
b. Anjurkan klien dan keluarga untuk mengungkapkan dan mengekspresikan
rasa takutnya.
R/ Memberikan kesempatan untuk berkosentrasi, kejelasan dari rasa takut,
dan mengurangi cemas yang berlebihan.
c. Beri dukungan praoperasi
R/ Hubungan emosional yang baik antara perawat dan klien akan
mempengaruhi penerimaan klien dengan operasi.
d. Berikan kesempatan kepada klien untuk mmengungkapkan kecemasannya.
R/ klien yang divonis mengalami kanker esophagus mempunyai tingkat
penerimaan yang berpariasi.
e. Kolaborasi pemberian anticemas sesuai indikasi seperti diazepam.
R/ Meningkatkan relaksasi dan menurunkan kecemasan.
M. Rencana keperawatan pada klien kanker esopagus pascaoperasi.
Kriteria hasil :
Mengatakan bahwa rasa nyeri terkontrol/hilang
Tampak santai, dapat beristirahat tidur dan ikut serta beraktifitas sesuai
kemampuan
Intervensi :
a. Catat umur dan berat pasien, masalah medis/psikologis yang muncul
kembali, proses intraoperasi ( ukuran/lokasi insisi, zat-zat anastesi)
R/ pendekatan pada manajemen rasa sakit pascaoperasi berdasarkan kepada
faktor-faktor variasi multipel
b. Evaluasi rasa sakit secara reguler, catat karakteristik, lokasi dan intensitas
R/ sediakan informasi mengenai kebutuhan/efektivitas intervensi
c. Catat munculnya rasa cemas/takut dan hubungkan dengan lingkungan dan
R/ perhatikan hal-hal yang tidak diketahui misalnya hasil operasi, biopsi
jaringan
d. Kaji tanda-tanda vital, perhatikan takikardi, hipertensi dan peningkatan
pernafasan, bahkan jika pasien menyangkal adanya rasa sakit
R/ dapat mengindikasikan rasa sakit akut dan ketidaknyamanan
e. Kaji penyebab ketidaknyamanan selain dari tindakan operasi
R/ ketidaknyaman mungkin disebabkan/diperburuk dengan penekanan
pada kateter, selang nasogastrik, cairan dan gas gaster
f. Lakukan reposisi sesuai petunjuk misalnya semi fowler atau miring
R/ mungkin mengurangi rasa sakit dan meningkatkan sirkulasi. Posisi semi
fowler dapat mengurangi tegangan otot abdominal dan otot punggung,
sedangkan miring mengurangi tekanan dorsal.
g. Dorong penggunaan tehnik relaksasi, misalnya latihan nafas dalam,
bimbingan imajinasi, visualisasi
R/ lepaskan tegangan emosional dan otot, tingkatkan perasaan kontrol
yang mungkin dapat meningkatkan kemampuan koping
h. Observasi efek analgesik
R/ respirasi mungkin menurun pada pemberian narkotik dan mungkin
menimbulkan efek-efek sinergistik dengan zat anastesi
i. Berikan obat analgesik sesuai petunjuk
h. Tutup luka dengan kasa steril dan tutup dengan plester yang menyeluruh
menutupi kasa
R/ penutupan secara menyeluruh dapat menghindari kontaminasi dari benda
atau udara yang bersentuhan dengan luka bedah.
i. Angkat drainase pasca bedah sesuai pesanan medis
R/ Pelepasan sesuai indikasi bertujuan untuk menurunkan resiko infeksi.
j. Kolaborasi pemberian antibiotic
R/ Antibiotik injeksi di berikan selama 3 hari pasca operasi yang kemiadian
di lanjutkan dengan antibiotic oral sampai jahitan di lepas.
Evaluasi Keperawatan kanker Esofagus.
Hasil yang diharapkan :
1. Mencapai asupan nutrisi yang adekuat.
Makan sedikit dan sering
Makan sedikit dan disertai air minum
Mempertahankan berat badan yang di inginkan.
2. Klien bebas dari nyeri atau mampu mengontrol nyeri dalam tingkat yang dapat
ditoleransi.
Menghindari makan banyak dan makanan pengiritasi
Menggunakan obat-obatan sesuai resep
Mempertahankan posisi duduk tegak setelah makan selama 1-4 jam.
Menyatakan bahwa terdapat sedkit sendawa dan nyeri dada.
3. Meningkatkan tingkat pengetahuan tentang kondisi esophagus dan pengobatan :
Menyebutkan penyebab kondisi
Mendiskusikan rasional untuk penatalaksanaan bedah, diet, program obatobatan.
Menjelaskan program pengobatan.
Mempraktikan tindakan pencegahan sehingga cedera kecelakaan dapat
dihindari.
4. Tidak mengalami injuri dan komplikasi pascabedah.
5. Tidak terjadi infeksi pascabedah
Adenokarsinoma esofagus
Karsinoma sel skuamosa esofagus
Kanker esofagus
Akalasia,striktur,tumor kepala dan
leher, penyakit sindrom
plummervinson, dan terpajan radiasi
Nyeri retrosternal
Disfagia
anoreksia
Nyeri
Actual/resiko
ketidakseibangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
Intervensi
radiasi &
kemoterapi
Respon
psikologis
Kecemasan
pemenuhan
informasi
Intervensi bedah
trnsthoraksik
esophagektomy
Preoperative
Pasca operasi
Luka post op
Respon serabut likal
Penurunan kemampuan
batuk efektif
Risiko infeksi