Pendahuluan Cooling Tower
Pendahuluan Cooling Tower
DISUSUN OLEH:
M. ISA ANSYORI FAJRI
03111003003
03111003004
ELISA YULISTIA
03111003009
AYU PERMATASARI
03111003011
ANGGUN LESTARI
03111003014
RIZKA RACHMIANTI
03111003042
dingin. Kedua proses itulah yang mengakibatkan turunnya temperatur air dan untuk
menjaga keseimbangan air, kita hanya perlu menambahkan air (make up water) untuk
menggantikan air yang hilang karena penguapan atau terbawa oleh udara.
Proses pendinginan dapat terjadi dengan bantuan udara luar serta peralatan untuk
mempercepat proses pendinginan tersebut. Dalam proses pendinginan di dalam
industri, kipas atau fan juga dapat digunakan. Penggunaan teknologi cooling
tower (menara pendingin) dewasa ini dirasakan sangat penting dalam tiap industri
dalam rangka pelaksanaan efisiensi dan konservasi energi. Oleh karena itu
pemahaman tentang prinsip kerja atau operasi cooling tower sangat diperlukan.
1.2 Rumusan Masalah
1) Bagaimana pengaruh flow rate udara terhadap temperatur air keluar pada cooling
tower?
2) Bagaimana perbandingan antara perubahan panas dengan laju udara masuk?
3) Bagaimana prinsip dan cara kerja cooling tower apparatus?
4) Bagaimana proses pendinginan air panas sisa operasi?
1.3 Tujuan
1)
5) Mengetahui bagaimana proses mendinginkan air panas sisa operasi yang berasal
dari kondesor atau unit perpindahan panas lainnya.
1.4 Manfaat
1) Dengan diketahui hubungan antara kecepatan udara terhadap approach to wet
bulb dan pressure drop, maka dapat diaplikasikan pada cooling tower.
2) Dapat mengetahui pengaruh kecepatan aliran udara terhadap laju pendinginan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Cooling Tower
Cooling Tower adalah suatu alat yang dipergunakan untuk memindahkan
sejumlah panas dari suatu fluida ke fluida lain. Cooling tower ini beroperasi menurut
prinsip difusi, dimana adanya perubahan temperatur dapat mengakibatkan perbedaan
besarnya laju perpindahan massa. Besarnya laju perpindahan massa dipengaruhi oleh
luas daerah kontak antara fluida panas dengan fluida dingin. Sedangkan cooling
water adalah air pendingin yang digunakan untuk mendinginkan peralatan.
Pengendalian kualitas kerja dari cooling water akan berpengaruh langsung
terhadap kinerja dari alat-alat yang menggunakannya, termasuk pipa distribusi yang
mengalirkan air dari cooling tower ke peralatan yang akan menggunakannya.
Masalah-masalah seperti lifetime alat yang pendek karena korosi, efisiensi pertukaran
panas yang rendah akibat akumulasi produk korosi, lumpur atau slime, dan naiknya
konsumsi energi listrik untuk memompakan cooling water karena adanya
penyumbatan pada perpipaan dan alat adalah sebagai akibat dari rendahnya kualitas
cooling water.
Jika suatu pabrik tidak dilengkapi dengan cooling tower dan hanya
menggunakan sirkulasi air pendingin sekali pakai, air pendingin yang telah digunakan
dan mengalami kenaikkan temperatur selanjutnya dibuang ke laut, danau atau sungai
yang ditentukan. Pembuangan sejumlah air hangat tersebut dapat meningkatkan
temperatur sungai atau danau tersebut sehingga dapat merusak ekosistem lokal.
Teknologi pendingin sudah lama ditemukan dengan menggunakan teknologi
pendinginan udara. Kemudian teknologi pendinginan air baru ditemukan dan mulai
dikembangkan sebab dengan menggunakan pendingin air proses pendinginan menjadi
lebih konstan. Pada awalnya teknologi pendinginan air menggunakan sungai, sumur,
danau dan kanal sebagai sumber airnya. Namun sejak perluasan industri yang sudah
sangat luas banyak industri yang berdiri jauh dari sumber air, bahkan ada industri
yang berdiri di negara yang minim sumber airnya. Oleh sebab itu dengan semakin
pesatnya perkembangan teknologi untuk mendinginkan air yang telah digunakan pada
suatu proses sebelum dibuang ke lingkungan, dikembangkanlah suatu teknologi
menara pendingin (cooling tower). Peralatan-peralatan yang digunakan untuk
pengolahan/penyediaan cooling water adalah:
1
Drift eliminators berfungsi untuk menangkap tetesan air yang terjebak di dalam
aliran udara agar tidak hilang ke atmosfir dan mengurangi make up air yang perlu
dilakukan.
5) Saluran udara masuk
Saluran udara masuk adalah titik masuk bagi udara menuju menara. Saluran
masuk ini dapat berada pada seluruh sisi menara.
6) Louvers
Kegunaan louvers adalah untuk menyamakan aliran udara ke bahan pengisi dan
menahan air dalam menara.
7) Nozzle
Nozzle merupakan sebuah alat yang berfungsi untuk menyemprotkan air untuk
membasahi bahan pengisi menara. Distribusi air yang seragam pada puncak bahan
pengisi sangatlah penting untuk mendapatkan proses pengontakan anatara bahan
pengisi menara dengan air yang seragam pada seluruh permukaan bahan pengisi.
8) Fan
Terdapat dua jenis baling-baling, yaitu fan axial dan fan centrifuge. Fan axial
dan fan centrifuge dapat digunakan di dalam menara tanpa pengecualian. Fan ini
disesuaikan untuk mengirim aliran udara yang dikehendaki.
2.3 Macam-Macam Cooling Tower
Pada dasarnya cooling tower terbagi beberapa macam antara lain , yaitu :
a) Berdasarkan metode perpindahan panas, cooling tower dapat dibagi menjadi:
1) Wet cooling tower
Pada cooling tower jenis ini, air panas didinginkan sampai pada temperatur
yang lebih rendah dari temperatur bola basah udara sekitar, jika udara relatif
kering. Seperti udara jenuh yang melewati aliran air, kedua aliran akan relatif
sama. Udara, jika tidak jenuh, akan menyerap uap air lebih banyak,
meninggalkan sedikit panas pada aliran air.
2) Dry cooler (pendingin kering)
Induced draf
Kipas pada cooling tower ini berada di bagian keluaran yang menghisap
udara melintasi menara.Hal ini menghasilkan kecepatan udara masukan
rendah dan kecepatan udara keluaran yang tinggi, sehingga mengurangi
kemungkinan resirkulasi udara.
Force draf
Pada cooling tower ini kipas terletak pada bagian masukan tower, sehingga
menyebabkan kecepatan udara yang tinggi pada bagian masukan dan
kecepatan yang rendah pada bagian keluaran.Kecepatan yang rendah pada
bagian keluaran menyebabkan lebih mudah terjadi resirkulasi udara.
Kerugian lainnya desain penggerak paksa membutuhkan daya motor yang
lebih tinggi daripada desain kipas pada tipe induced draft. Keuntungan
penggerak paksa adalah kemampuannya dalam bekerja pada tekanan statik
yang tinggi.
d) Berdasarkan kondisi aliran udara bebas tanpa alat pembantu, yaitu:
1
Recirculation Type.
a)
Open type yaitu sebagian air setelah mengalami pemanasan akan diuapkan
untuk proses pendinginannya kembali.
b)
Close type yaitu pendingin kembali air pendingin tanpa melalui proses
penguapan. Tipe ini umumnya dipakai pada internal engine combustion
system.
2)
3)
Yang dimaksud dengan proses terkait adalah proses yang berada di sekitar
pendinginan atau proses yang fluidanya mengalami proses pendinginan. Kontaminan
yang biasanya dapat ditimbulkan dari proses sekitar pendinginan umumnya terjadi
karena adanya kebocoran dari peralatan. Misalnya heat exchanger untuk pelumas gas
amonia atau gas sintesa apabila terjadi kebocoran akan mengakibatkan kontaminasi
pada air pendingin.
4)
Bahan Kimia.
Penggunaan bahan kimia melalui injeksi tidak terkontrol dapat menimbulkan
efek samping. Pengaruh kontaminasi bahan kimia ini akan lebih dominan apabila
jumlah kontaminan bahan kimia semakin besar.
Beberapa batasan yang harus diperhatikan air sebelum masuk ke cooling tower,
yaitu:
1)
pH harus dijaga pada kondisi normal (6-7) karena pH yang lebih tinggi akan
menyebabkan perubahan lignin pada penangasan weed fiber.
2)
Inhibitor korosi dipilih berdasarkan pada adanya serat-serat kimia dalam make up
Water dan material dari peralatan heat exchanger.
3)
Penambahan zat anti alga dan jamur diperlukan untuk menjaga keadaan fluida
kerja dari lumut.
2.5 Istilah-Istilah Pada Cooling Tower
Beberapa istilah yang umumnya digunakan pada proses cooling tower adalah:
1) Droplet drift
Drift merupakan banyaknya air yang terbawa oleh udara keluar dari cooling
tower. Droplet drift ini mempunyai konsentrasi dengan kemurnian yang sama seperti
air yang masuk ke dalam menara. Kecepatan drift secara khusus diturunkan dengan
menggunakan alat seperti baffle, yang disebut dengan drift eliminator.
2) Blow out
Blow out adalah droplet air keluar cooling tower dengan gerakan memutar,
secara umum pada aliran udara masuk pada daerah yang terbuka. Air juga dapat
hilang, tidak memutar, dan mengalami deburan. Alat yang digunakan untuk
mengurangi blow out adalah wind server, louver, splash deflector, dan water diverter.
3) Plume
Plume adalah saliran udara keluar yang jatuh meninggalkan cooling tower.
Plume dapat terlihat ketika air menguap yang mengandung kondensat mengalami
kontak dengan pendingin air.
4) Blow down
Blow down adalah salah satu bagian dari sirkulasi aliran air yang keluar dari
peralatan cooling tower untuk mempertahankan atau menstabilkan jumlah padatan
terlarut dan senyawa murni lainnya pada tingkat yang sesuai dengan kondisi yang
sudah ditentukan.
5) Leaching
Leaching merupakan suatu proses pemisahan cairan dari padatan. Pada cooling
tower, leaching terjadi pada pemisahan bahan kimia pengawet kayu dengan
mencucinya pada air yang mengalir melalui cooling tower berstruktur kayu.
6) Noise.
Noise adalah pancaran bunyi yang sangat kuat dari cooling tower yang diberikan
dari jarak arahnya. Bunyi dibangkitkan dengan air yang jatuh, gerak air dari kipas,
daun kipas yang bergerak di dalam struktur, motor, dan gearbox atau sabuk
penggerak.
7) Cooling tower (supply) basin.
Cooling tower (supply) basin adalah menara pendingin yang menggunakan air
yang disediakan dari sistem penyedia air bagi suatu kolom atau bak distribusi dari
pompa menara pendingin melalui suatu pengisapan.
8) Cooling tower pumps.
Cooling tower pumps adalah cooling tower yang menggunakan pompa dengan
kapasitas besar. Pompa ini mampu menyediakan air diatas 100.000 galon per menit
untuk satu atau lebih menara pendingin. Masing-masing pompa pada umumnya
memiliki kedalaman di atas 15 kaki.
2.6 Prinsip Kerja Cooling Tower
Cooling tower terdiri dari sistem pemipaan dengan jumlah noozle yang cukup
banyak, fan atau blower, bak penampungan, casing, dan sebagainya. Proses yang
terjadi pada chiller atau unit pendingin sentral dengan sistem kompresi uap terdiri
dari proses kompresi, kondensasi, ekspansi, dan evaporasi. Proses ini terjadi dalam
satu siklus tertutup yang menggunakan fluida kerja berupa refrigerant yang mengalir
di dalam sistem pemipaan.
Pada alat chiller, kondensor yang umumnya digunakan berbentuk water-cooled
condenser yang menggunakan air untuk proses pendinginan refrigeran. Secara umum
bentuk konstruksinya berupa shell and tube dengan air mengalir memasuki shell dan
uap refrigeran superheated mengalir di dalam pipa yang berada di tube sehingga
terjadi proses pertukaran kalor. Uap refrigerant superheated berubah fasa menjadi cair
yang memiliki tekanan tinggi mengalir menuju alat ekspansi, sementara air yang
keluar memiliki temperature yang lebih tinggi. Air akan digunakan kembali untuk
proses pendinginan kondensor maka temperaturnya harus diturunkan kembali atau
didinginkan pada cooling tower.
Pemompaan air yang sudah memliki temperatur tinggi ke dalam cooling tower
melewati sistem pemipaan yang memiliki banyak nozzle untuk tahap spraying
merupakan langkah awal penurunan temperatur air pendingin. Air panas yang keluar
dari nozzle langsung melakukan kontak dengan udara sekitar yang bergerak secara
paksa karena dipengaruhi oleh fan atau blower yang terpasang pada cooling tower.
Sistem ini sangat efektif dalam proses pendinginan air karena suhu kondensasinya
sangat rendah mendekati temperatur wet bulb udara. Air yang sudah mengalami
penurunan temperatur ditampung dalam bak untuk kemudian dipompa kembali
menuju kondensor yang berada di dalam chiller.
Kinerja menara pendingin biasanya dinyatakan dalam range dan approach,
dimana range adalah penurunan suhu air yang melewati cooling tower dan approach
adalah selisih antara udara suhu udara wet bulb dan suhu air yang keluar. Perpindahan
kalor yang terjadi pada cooling tower berlangsung dari air ke udara tak jenuh. Ada
dua penyebab terjadinya perpindahan kalor yaitu perbedaan suhu dan perbedaan
tekanan parsial antara air dan udara.
2.7 Masalah Pada Cooling Tower
Seperti peralatan lainnya, cooling tower juga dapat mengalami masalah. Masalah
ini dapat disebabkan oleh bahan konstruksinya, fluida yang mengalir di dalamnya,
dan lain-lain. Masalah yang berpotensi muncul dalam sistem pendinginan adalah:
1) Korosi
Korosi adalah proses elektrokimia, proses anodik yang terjadi dalam sistem
dimana beda potensial metal dan keberadaan oksigen yang terlarut dalam media akan
membentuk radikal bebas yang sangat reaktif terhadap besi. Kondisi ini akan
diperparah oleh keberadaan bahan kimia lainnya yang terlarut dalam air.
2) Kerak
Kerak adalah endapan yang melekat dalam sistem perpindahan panas, material
endapan yang terlarut dalam air secara spesifik dikenal sebagai kesadahan. Material
yang menimbulkan kesadahan ini akan dapat membentuk kerak bila konsentrasinya
tinggi dan atau temperatur yang cukup tinggi. Semakin tebal kerak yang terbentuk
dalam sistem pendingin, maka efisiensi cooling tower akan semain kecil dan bila
dibiarkan, maka saluran air pendingin akan menjadi buntu dan performa kerja tidak
maksimal.
3) Lumpur
Lumpur biasanya terbentuk dari endapan yang tidak dapat membentuk kerak
seperti suspensi dari besi, material organik alami dari air make up, partikel yang
terikut dari udara, dan additive organik yang terikut dari proses yang rusak dan hasil
dari korosi migrasi dalam peralatan. Lumpur yang terbentuk di dalam cooling tower
harus dikeluarkan secara rutin untuk tetap menjaga kinerja cooling tower.
4) Mikroorganisme
Sistem pendingin air, biasanya memanfaatkan kontak antara air dengan udara.
Pengontakan ini adalah hal yang utama yang memnyebabkan panas dapat berpidah
dari satu fluida ke fluida lainnya. Hal ini memungkinkan kontak yang sangat besar
dengan spora, alga, jamur, dan bakteri (mikroorganisme) dari udara. Mikroorganisme
yang ikut di dalam udara dapat beraktivitas dan menghasilkan lumpur atau enzim
sehingga membentuk endapan tebal.
2.8 Perawatan Cooling Tower
dengan
membersihkan
lumpur
yang
mengendap
secara
manual.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Alat dan Bahan
1) Satu unit cooling tower apparatus yang dilengkapi dengan pemanas.
2) Aquadest.
3) Udara bebas (sebagai media pendingin).
3.2. Prosedur Percobaan
1) Siapkan peralatan cooling tower supaya dapat beroperasi.
2) Isi aquadest ke basin.
3) Hubungkan cooling tower dengan arus listrik, atur debit air yang mengalir dan Q
sesuai dengan yang dikehendaki.
4) Catat temperatur inlet dan outlet untuk dry bulb dan wet bulb T1-T6 tekanan dan
pressure drop yang ditunjukan. Lakukan pengambilan data sebanyak lima kali
dengan tekanan yang berbeda-beda.