Tim Peneliti :
Joko Kuncoro, S.T., M.T
Asepta Surya W., S.T., M.T
M. Zaky Zaim M, ST., M.Eng
Ketua
Anggota
Anggota
CEPU
2013
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN .....
1.1
1.2
1.3
BAB II
2.1
2.1.1
2.1.2
Turbin Angin...................................................................................................
2.2.1
2.2.2
2.3
Generator ........................................................................................................
BAB III
11
3.1
Pendahuluan .................................
11
3.2
12
3.3
13
3.4
14
3.5
18
3.6
20
3.6.1
Sudu .........................................................................................
21
3.6.2
Ekor .................................................................................................
21
3.6.3
22
3.6.4
23
2.2
BAB IV
25
4.1
25
4.2
25
4.3
Pengujian Lapangan........................................................................................
28
BAB V
KESIMPULAN .........................................................
35
BAB VI
36
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Kerapatan Sudu ......................................................................................
Gambar 3.1 Bagan Alir Tahapan Perancangan dan Pembuatan Turbin Angin ..........
12
13
13
14
15
15
16
16
17
18
18
19
19
20
Gambar 3.16. Desain Sudu Generator Tampak Samping dan Depan .........................
21
22
23
24
25
27
27
Gambar 4.4. Hasil Pengukuran Tegangan dan Arus pada beban 40 Watt ..................
28
28
29
32
32
Gambar 4.9. Grafik Prediksi Arus Generator terhadap Kecepatan Angin ..................
33
34
34
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Pengujian Generator Tanpa Beban............................................................... 26
Tabel 4.2 Pengujian Generator Beban 40 Watt............................................................
26
30
31
33
BAB I
PENDAHULUAN
3. Menganalisa pengaruh kecepatan angin dengan besarnya daya listrik yang dihasilkan
generator.
Manfaat :
1. Bagi Dosen, dapat dijadikan sebagai media untuk penelitian dan pengembangan
dengan skala yang lebih besar lagi.
2. Bagi Mahasiswa, dapat memahami mengenai kegunaan turbin angin sebagai
pembangkit tenaga listrik dan sebagai sarana praktek di kampus.
3. Bagi Pemerintah, dapat dijadikan sebagai masukan referensi untuk pembangkit listrik
tenaga angin dan dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat Indonesia.
BAB II
LANDASAN TEORI
E = . m . V2
E = Energi Kinetik (joule)
m = massa udara (kg)
V = kecepatan angin (m/s)
Energi kinetik yang terdapat pada angin berbanding lurus dengan massa jenis udara () dan
berbanding lurus dengan kuadrat dari kecepatannya.
dari aliran udara yang melalui rotor atau memanfaatkan gaya lift yang dihasilkan dari aliran
udaya yang melalui bentuk aerodinamis sudu. Dapat dikatakan terdapat turbin angin yang
menggunakan rotor jenis drag dan turbin angin yang memanfaatkan rotor jenis lift. Dua
kelompok ini memiliki perbedaan yang jelas pada kecepatan putar rotornya. Rotor turbin
angin jenis drag berputar dengan kecepatan putar rendah sehingga disebut juga turbin angin
putaran rendah. Rotor turbin angin jenis lift pada umumnya berputar padakecepatan putar
tinggi bila dibandingkan dengan jenis drag sehingga disebut jugasebagai turbin angin putaran
tinggi.
Turbin angin digolongkan menjadi dua kelompok berdasarkan arah sumbu geraknya
yaitu turbin angin sumbu vertikal dan turbin angin sumbu horizontal. Turbin angin sumbu
vertikal memiliki sumbu putar yang arahnya tegak lurus dengan tanah, sedangkan turbin
angin sumbu horizontal memiliki sumbu putar yang sejajar dengan tanah. Setiap jenis turbin
angin memiliki perancangan, kekurangan dan kelebihan masing-masing.
bisa pula dengan dipasang sistem transmisi roda gigi (lebih dari satu poros). Berdasarkan
letak rotor terhadap arah angin, turbin angin aksial dibedakan menjadi dua macam yaitu:
1. Upwind
2. Downwind
Turbin angin jenis upwind memiliki rotor yang menghadap arah datangnya angin sedangkan
turbin angin jenis downwind memiliki rotor yang membelakangi arah datang angin.
Keuntungan dari konsep turbin angin sumbu vertikal adalah sederhana dalam
perancangannya, diantaranya adalah memungkinkan menempatkan komponen mekanik dan
komponen elektronik, transmisi roda gigi dan generator dekat permukaan tanah. Rotor turbin
angin sumbu vertikal berputar tanpa dipengaruhi arah angin sehingga tidak mebutuhkan
mekanisme pengatur arah (seperti ekor) seperti pada turbin angin aksial sumbu horizontal.
2.3 Generator
Generator merupakan sumber utama energi listrik yang dipakai sekarang ini dan
merupakan converter terbesar di dunia. Pada prinsipnya tegangan yang dihasilkan generator
bersifat bolak-balik, sedangkan generator yang menghasilkan tegangan searah karena telah
mengalami proses penyearahan.
tegangan diinduksikan pada konduktor apabila konduktor tersebut bergerak pada medan
magnet sehingga memotong garis-garis gaya.
Generator adalah sebuah alat yang memproduksi energi listrik dari sumber energi
mekanikal, biasanya dengan menggunakan induksi elektromagnetik. Proses ini dikenal
sebagai pembangkit listrik. Walau generator dan motor punya banyak kesamaan, tapi motor
adalah alat yang mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Generator mendorong
muatan listrik untuk bergerak melalui sebuah sirkuit listrik eksternal, tapi generator tidak
menciptakan listrik yang sudah ada di dalam kabel lilitannya. Hal ini bisa dianalogikan
dengan sebuah pompa air, yang menciptakan aliran air tapi tidak menciptakan air di
dalamnya. Sumber enegi mekanik bisa berupa resiprokat maupun turbin mesin uap, air yang
jatuh melakui sebuah turbin maupun kincir air, mesin pembakaran dalam, turbin angin,
engkol tangan, energi surya atau matahari, udara yang dimampatkan, atau apapun sumber
energi mekanik yang lain.
Hukum tangan kanan Fleming berlaku pada generator dimana menyebutkan bahwa
terdapat hubungan antara penghantar bergerak, arah medan magnet dan arah resultan dari
aliran arus yang terinduksi. Apabila ibu jari menunjukkan arah gerakan penghantar, telunjuk
menunjukkan arah fluks, jari tengah menunjukkan arah aliran elektron yang terinduksi.
Hukum ini juga berlaku apabila magnet sebagai pengganti penghantar yang digerakkan.
Jumlah tegangan yang diinduksikan pada penghantar saat penghantar bergerak pada medan
magnet tergantung pada:
Kekuatan medan magnet, makin kuat medan magnet makin besar tegangan yang
diinduksikan.
Kecepatan penghantar dalam memotong fluks, makin cepat maka semakin besar
tegangan yang diinduksikan.
Sudut perpotongan, pada sudut 90 derajat tegangan induksi maksimum dan tegangan
kurang bila kurang dari 90 derajat.
9
Untuk menghasilkan energi listrik dari putaran turbin, perangkat turbin angin harus
menggunakan generator. Generator adalah alat yang digunakan untuk menghasilkan energi
listrik. Prinsip kerja generator adalah menjadikan medan magnet yang ada di sekitar
konduktor mengalami perubahan atau flukstuasi, sehingga timbul tegangan listrik. Magnet
yang berputardisebut sebagai rotor dan konduktor yang diam disebut sebagi stator.
Dari segi sifat kemagnetan, generator dibagi menjadi 2 jenis, yaitu generator magnet
tetap dan generator magnet sementara. Pada generator dengan magnet tetap, sifat
kemagnetannya tidak berubah dan tidak mudah hilang. Untuk membangkitkan listrik dengan
generator ini, dilakukan dengan memutar poros generator supaya menyebabkan flukstuasi
magnet dan dihasilkan tegangan listrik. Untuk generator dengan magnet sementara, sifat
kemagnetannya mudah hilang. Sifat medan magnet yang terjadi pada generator jenis ini
dihasilkan dengan induksi. Untuk membangkitkan daya listrik, generator harus diberi arus
listrik ketika kumparan magnetnya berputar.
Dari segi arus listrik yang dihasilkan, generator dibagi 2, yaitu generator arus bolak balik
(AC) dan generator arus searah (DC). Generator arus bolak-balik (AC) menghasilkan
tegangan yang arahnya bolak-balik dan biladihubungkan dengan beban akan menimbulkan
arus yang bolak-balik pula. Generator AC dapat menghasilkan daya pada putaran yang
bervariasi bergantung pada spesifikasi generator itu sendiri.
Pada generator arus searah (DC) terdapat rectifier yang berfungsi untuk mengubah arus
AC menjadi DC. Generator ini menghasilkan tegangan yang arahnya tetap dan bila
dihubungkan dengan beban, akan menghasilkan arus yang searah pula. Pada umumnya
generator arus searah dapat menghasilkan listrik pada putaran yang tinggi. Untuk digunakan
pada turbin angin, jenis generator ini memerlukan transmisi untuk menaikkan putaran. Pada
penelitian turbin angin ini, generator yang digunakan adalah generator AC dengan
menggunakan magnet permanen. Generator jenis ini disebut juga Permanent Magnet
Generator (PMG) yang dapat menghasilkan tegangan dan daya listrik pada putaran yang
rendah.
10
BAB III
PERANCANGAN TURBIN ANGIN
3.1 Pendahuluan
Dalam pembuatan suatu mesin pada umumnya, terutama mesin turbin, aspek desain
memegang peranan yang sangat penting. Sebelum suatu alat dibuat dan diujikan, alat tersebut
perlu didesain oleh perancang supaya dapat diketahui gambaran awal mengenai alat tersebut.
Dengan desain dapat diketahui bentuk alat, komponen-komponen mesin yang digunakan,
letak kelemahan, titik kritis, hubungan dengan mesin lain dan mekanisme penggunaan alat
ketika sudah jadi. Desain awal ini dapat menjadi pijakan untuk langkah berikutnya dalam
pembuatan alat.
Pembuatan prototipe merupakan bagian awal dari pembuatan mesin dalam kapasitas
yang lebih besar. Dengan prototipe, gambaran awal mengenai mesin tersebut dapat diketahui,
sehingga mempermudah untuk pembuatan mesin selanjutnya. Selain itu, prototipe yang
dibuat akan dievaluasi berkaitan dengan desain awal yang digunakan. Kelemahan-kelemahan
yang terjadi dalam pembuatan prototipe ini akan menjadi acuan proses berikutnya, sehingga
pembuatan mesin berikutnya akan lebih baik lagi. Termasuk dalam pembuatan prototipe
turbin angin adalah pembuatan kompenen-komponen yang melingkupinya. Pembuatan
komponen merupakan langkah awal dalam pembuatan prototipe. Komponen-komponen yang
sudah jadi akan dirakit (assembly) membentuk turbin angin.
Turbin angin memiliki beberapa komponen, seperti: sudu rotor, hub, generator,
mekanisme yaw (yaw mechanism), ekor turbin, dan tiang penyanggah. Komponen-komponen
turbin angin dalam penelitian ini dirancang dan dibuatkan barangnya, sedangkan generator
yang digunakan sebagai penghasil energi listrik merupakan produk jadi yang berupa
permanent magnet generator (PMG) yang mempunyai spesifikasi khusus, sehingga kapasitas
listrik dan dayanya sudah tertentu. Untuk mentransmisikan putaran dan torsi dari sudu rotor
terhadap poros generator, pangkal rotor menempel pada poros generator sehingga ketika sudu
rotor berputar maka akan memutar poros generator sehingga akan dihasilkan energi listrik.
Tahapan perancangan dan pembuatan turbin angin dapat dilihat pada blok diagram berikut :
11
Pemilihan jenis
generator
Pemilihan
stator dan
rotor
Menentukan
metode
gulungan
Menggulung
kumparan pada
stator
Pemasangan
stator dan rotor
Gambar 3.1 Bagan Alir Tahapan Perancangan dan Pembuatan Turbin Angin
12
Kerangka luar stator berupa bahan aluminium yang mempunyai diameter 14 cm dan
panjang 8.5 cm. Pada kerangka stator terdapat kisi-kisi yang digunakan sebagai pendingin.
Kerangka ini tempat dari kumparan dan rotor serta rangkaian penyearah dari AC ke DC.
Kerangka stator terhubung dengan poros atau yaw mekanisme dimana yaw mekanisme
sebagai slip ring dan pengendali dari posisi dari generator. Kerangka stator terdapat dua
bagian yaitu depan dan belakang. Bagian depan digunakan sebagai tempat penghubung rotor
dengan sudu dan bagian belakang digunakan sebagai tempat dari rangkaian penyearah AC ke
DC.
Rotor merupakan bagian dari generator yang berputar, rotor mempunyai bagianbagian seperti magnet permanen, poros, bearing dan alur besi (tempat magnet). Rotor ini
mempunyai magnet permanen sebanyak 10 buah dengan panjang poros 17 cm. Pemilihan
magnet permanen dengan bertujuan dapat menghasilkan energi pada putaran rendah.
Semakin banyak jumlah kutub generator maka putaran yang dibutuhkan semakin kecil untuk
membangkitkan energi listrik.
14
Pola lilitan dapat dimulai dari titik 0 pada alur pertama dengan arah putaran
berlawanan jarum jam / kekiri sebanyak 45 lilitan dan diteruskan ke alur sebelahnya dengan
arah putaran searah jarum jam / kekanan sebanyak 45 lilitan. Arah alur yang berlawanan
bertujuan agar tercipta medan magnet yang membentuk kutub kutub magnet utara dan
selatan. Setelah 2 alur yang berpasangan selesai maka hubungan dilanjutkan dengan alur lain
dengan beda 4 alur yang dilompati. Beda 4 alur yang dilompati menyebabkan 2 alur pasangan
yang pertama dan kedua membentuk sudut 120 sehingga dapat membentuk 3 phase.
Keluaran dari akhir alur digunakan sebagai keluaran tegangan phase untuk gulungan pertama
dinamai dengan R dan kedua S serta terakhir T. Ujung kumparan yang merupakan titik nol
setiap phase dihubungkan menjadi satu dan keluaran 3 phase RST tegangan AC dimasukkan
ke rangkaian penyearah untuk menghasilkan tegangan DC.
Pada tahap penggulungan lilitan pada alur diperlukan ketelitian dan ketepatan dalam
menanta setiap lilitan. Lilitan dapat disusun secara rapi bersebelah dan rapat sehingga alur
stator dapat terpenuhi serta tidak menyebabkan over lapping dengan alur sebelah. Kesulitan
yang diperoleh saat penggulungan yaitu mengatur posisi lilitan dengan baik apabila ada
kesalahan pada peletakan ini menyebabkan alur pada stator tidak bisa tertutup rapat dan lebih
buruknya alur stator tidak dapat dimasukkan ke dalam kerangka stator.
15
Dalam pembuatan gulungan ini diperlukan tenaga ektra dan kerapihan dalam
membentuk lilitan yang baik sehingga dibutuhkan kerjasama dalam mengerjakan. Dalam
kondisi pada gambar diatas terdapat kesulitan dalam menyelesaikan lilitan terakhir karena
lilitan alur terlalu padat untuk dapat dimasuki kumparan sejumlah 45 lilitan sehingga
dicarikan celah di antara lilitan yang dapat dimasuki oleh kawat. Proses selanjutnya
mengukur resistansi dari setiap phasenya dengan cara menggunakan ohm meter dan
menghubungkan ujung lilitan sebagai 0 dan ujung lain sebagai keluaran phase.
Pengukuran pada gambar diatas diperoleh nilai resistansi sebesar 0.4 Ohm semakin
kecil nilai resistansi maka semakin kecil hambatan yang peroleh sehingga dapat memperbesar
arus yang keluar. Nilai resistansi dari phase R, S dan T adalah sama yaitu 0.4 Ohm. Setelah
mengukur setiap phase kemudian diukur antar phasenya RST dengan menghubungkan ketiga
ujung 0 menjadi satu dan pengukuran dilakukan di ujung-ujung phasenya.
16
Dari hasil pengukuran diperoleh nilai 0.8 Ohm hasilnya telah sesuai karena 2 kali dari
nilai setiap phase yang bernilai 0.4 Ohm. Hasil pengukuran pada antar phase diperoleh hasil
yang sama RS = 0.8 , RT = 0.8 dan ST = 0.8 dengan hasil ini jumlah lilitan yang
terdapat disetiap alur jumlahnya sama banyak yaitu 45 lilitan.
Setelah dilakukan pengukuran maka tahap selanjutnya memasang isolator / pengaman
dan konektor penghubung ke rangkaian penyearah. Pemasangan pengaman ini bertujuan
menghindari gesekan atau bersentuhannya dengan rotor, karena tempat yang sempit didalam
stator dan celah yang rapat dengan stator dapat menyebabkan kumparan bergesekan dan
menyebabkan kumparan terkelupas. Kemudian semua kabel diperiksa kembali hubungannya
dan nilai resistasinya untuk memastikan kondisinya sesuai dengan yang diharapkan jangan
sampai hubungan kabel terputus.
17
Pemasangan alur stator kedalam stator harus dalam posisi rata antara satu dengan
yang lain. Alur dimasukkan sampai posisi lilitan rata dengan tepi luar kerangka stator.
Ketinggian alur disesuaikan dengan posisi magnet rotor apabila posisi magnet dan alur tidak
sesuai maka mempengaruhi hasil putaran dan keluaran tegangan atau arus menjadi tidak
optimal.
18
19
Pemasangan rotor didalam kerangka stator perlu diperhatikan kembali posisi dari alur
stator jika terdapat perbedaan ketinggan maka disesuaikan kembali agar kuat medan magnet
dengan posisi alur menjadi tepat sehingga gaya gerak listrik yang dihasilkan dapat optimum.
Pada perancangan ini terdapat kendala karena rotor tidak berputar secara penuh. Penyebabnya
pada alur stator ada permukaan yang menonjol sehingga menghambat pada putarannya.
Penonjolan yang terjadi di alur disebabkan posisi alur tidak menutup rapat karena banyaknya
lilitan pada alur yang tebal.
Setelah rotor dapat diputar dengan sempurna maka pemasangan terakhir yaitu menutup
bagian depan generator. Pemasangan dilakukan dengan hati-hati karena dapat menyebabkan
posisi poros tidak center jika dipaksakan maka putaran rotor menjadi berat atau macet.
3.6.1 Sudu
Blade / Sudu merupakan komponen turbin angin yang sangat signifikan. Sudu
berkontak dengan udara yang mengakibatkan sudu bergerak (berputar) karena adanya gaya
drag dan lift. Pangkal sudu menempel pada suatu hub yang menghubungkan antara sudu
dengan poros. Gerak putar sudu karena efek gaya drag dan lift akan memutar poros generator
yang pada akhirnya akan timbul energi listrik. Oleh karena putaran pada sudu merupakan
suatu hal yang menentukan dalam pembangkitan daya, maka kontruksi sudu pun harus dibuat
sebaik mungkin.
Pada kontruksi sudu ini berbahan fiber karena selain mudah dibuat dan kuat untuk kondisi
yang cuaca yang berubah-ubah. Sudu ini mempunyai spesifikasi sebagai berikut : Panjang
44.5 cm, lebar belakang 8.4 cm, lebar depan 4.5 cm, sudut kemiringan 45.
10 cm
16 cm
28.5 cm
4.5 cm
8.4 cm
4.5 cm
45
3.6.2 Ekor
Ekor turbin angin (tail) adalah komponen yang letaknya di bagian belakang turbin
angin. Fungsi ekor adalah untuk merespon angin dan menstabilkan gerakan turbin angin
sehingga sudu rotor selalu menghadap arah datangnya angin. Selain itu, ekor dapat berfungsi
sebagai penyeimbang terhadap berat komponen turbin angin bagian depan seperti generator,
hub, dan sudu rotor. Gaya yang terjadi pada ekor berupa gaya drag dan lift akibat energi
angin, serta gaya berat dari material ekor tersebut. Pada poros ekor juga terjadi moment lentur
(bending) akibat energi angin tersebut. Untuk mampu menahan beban yang diterima ekor,
21
material yang digunakan untuk membuat ekor harus kuat. Dalam penelitian ini, material yang
digunakan berupa baja karbon rendah. Kekuatan baja karbon rendah dalam menahan beban
yang diterima menjadi acuan dalam pemilihan material.
Selain faktor material, desain dan kontruksi ekor memegang peranan penting. Pada
penelitian turbin angin ini ekor yang dibuat berasal dari plat poros yang panjangnya 60 cm.
Pada ujung ekor dipasang pelat berbentuk segitiga dengan sisi 24 cm, 31,5 cm, 32 cm.
Penggunaan pelat ini bertujuan untuk merespon arah angin. Ekor disambung dengan
mekanisme yaw dengan menggunakan baut dan mur. Pembuatan ekor dilakukan dengan cara
menggabungkan (assembly) poros dengan plat yang berada pada bagian ujung belakang ekor
dengan menggunakan mur dan baut. Sedangkan yang bagian depan poros dihubungkan
dengan pengait yang yang menempel pada bagian yaw mechanism.
31.5 cm
32 cm
Lubang
poros
24 cm
Yaw mechanism terdiri dari beberapa komponen mekanis, seperti poros dalam, poros
luar, dan bearing. Poros dalam digunakan untuk jalur kabel dari generator yang terhubung
dengan kerangka stator dalam dan bearing sedangkan poros luar terhubung dengan rangka
turbin angin. Pada poros dalam terdapat slip ring yang berupa ring penghubung yang dapat
berputar sebagai penghubung kabel dari dalam generator dengan kabel keluaran dari yaw.
Sehingga pada saat generator berputar mengikuti arah angin tidak menyebabkan kabel
menjadi menyilang.
Sebuah rangka turbin angin terdiri dari generator, sudu, ekor, dan pipa penghubung
yang sudah terpasang menjadi satu kesatuan. Karena poros luar menempel pada tiang
penyangga/tower dengan cara dibaut, maka poros ini bersifat statis dan tidak berputar. Untuk
poros dalam yang berhubungan dengan rangka cenderung bergerak (berputar) karena adanya
gerak angin. Poros ini selalu berputar mengikuti putaran rangka turbin. Poros dalam dengan
poros luar dihubungkan dengan menggunakan bearing. Bearing tersebut terdiri dari satu buah
dan diletakan pada atas mekanisme yaw. Penggunaan bearing harus memperhatikan gerak
putar poros dan beban poros sehingga poros luar tidak lepas. Dalam hal ini dapat diketahui
bahwa bearing atas menerima beban radial, sehingga dalam perancangan turbin angin ini
dipilih bearing radial untuk bagian atas. Pemilihan ukuran bearing sangat berkaitan dengan
ukuran poros yang akan digunakan.
Slip ring
Kabel DC
7 cm
41 mm
menyebabkan terjadinya arus pendek. Arus pendek ini menyebabkan generator memberi
momen yang arahnya melawan arah putaran rotor. Bagaimana perubahan posisi ekor
mengurangi putaran ditunjukkan oleh pada gambar berikut:
Rotor turbin angin akan berputar dan mencapai performa yang maksimum jika arah
angin sejajar dengan arah sumbu rotasi rotor. Pada posisi tersebut sudut yang dibentuk antara
sumbu rotor dan arah angin adalah nol sehingga luas daerah sapuan rotor maksimum terhadap
arah angin karena fluks angin yang melalui area sapuan rotor maksimum. Namun pada saat
posisi rotor menyamping arah angin, tidak terjadi konversi energi oleh rotor karena luas area
sapuan rotor dapat dikatakan nol terhadap arah angin. Hal ini karena sudut yang dibentuk
oleh sumbu rotor dan arah angin adalah 90 (nilai cos 90 adalah nol). Artinya tidak ada fluks
angin yang melalui area sapuan rotor.
Tahap kedua pengereman adalah dengan melakukan hubungan arus pendek atau short
circuit. Cara pengereman ini dengan menghubungkan kabel kutub generator secara langsung.
Arus pendek ini sangat besar dan menyebabkan timbulnya medan induksi elektromagnet
yang besar pada generator yang arahnya melawan arah induksi magnet permanen. Medan
induksi yang dihasilkan menimbulkan momen yang besar dan arahnya melawan arah rotasi
rotor. Cara short circuit ini tidak selalu cocok untuk generator, namun generator yang
digunakan pada penelitian ini memiliki kapabilitas untuk hal tersebut.
24
BAB IV
IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN GENERATOR
Tegangan (V)
Arus (V)
0
50
75
100
125
150
175
200
225
250
275
300
325
350
375
400
11.6
11.6
11.6
11.6
11.6
11.6
11.6
11.61
11.63
11.65
11.67
11.82
11.95
12.14
12.32
12.49
0
0
0
0
0
0.05
0.18
0.35
0.55
0.87
1.45
2.18
2.93
3.63
4.4
4.97
Tegangan (V)
Arus (A)
0
50
75
100
125
150
175
200
225
250
275
300
325
350
375
400
11.72
11.72
11.72
11.72
11.72
11.72
11.73
11.74
11.76
11.78
11.85
11.93
12.05
12.18
12.31
12.46
0
0
0
0
0
0.03
0.15
0.31
0.49
0.63
1.23
1.88
2.64
3.47
4.18
4.85
Pada tahap pengujian diatas terlihat bahwa arus mulai muncul pada saat putaran 150
RPM sehingga tegangan pada pengisian aki mulai naik. Dilihat dari tabel diatas terdapat
26
perbedaan yang kecil terhadap arus yang dihasilkan generator, untuk arus tanpa beban lebih
besar 0.12 A pada saat 400 RPM dibandingkan dengan pada beban 40 Watt.
Tegangan (V)
Uji Generator
12.6
12.5
12.4
12.3
12.2
12.1
12
11.9
11.8
11.7
11.6
11.5
12.46
12.31
12.49
12.18
12.32
12.05
11.93
11.72 11.72 11.72 11.72 11.72 11.72 11.73 11.74
11.76 11.78
12.14
11.85
11.95
11.82
11.65 11.67
11.6 11.6 11.6 11.6 11.6 11.6 11.6 11.61 11.63
0
50 75 100 125 150 175 200 225 250 275 300 325 350 375 400
RPM
Tanpa beban
Beban 40 W
Arus (A)
Uji Generator
5.5
5
4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
4.97
4.4
4.18
3.63
3.47
2.93
2.18
1.45
0.35
0.55
0.87
4.85
2.64
1.88
1.23
0.05 0.18
0.49 0.63
0.31
0.15
0.03
0
0
0
0
0
0
50 75 100 125 150 175 200 225 250 275 300 325 350 375 400
0
RPM
Tanpa beban
Beban 40 W
27
Gambar 4.4. Hasil Pengukuran Tegangan dan Arus pada beban 40 Watt
Dari data pengujian pada tabel 4.1 bahwa diketahui arus yang dihasilkan pada saat
400 RPM yaitu 4.97 A sehingga jika keluaran dari generator 12 Volt maka daya yang dapat
dihasilkan sebesar P = V*I = 12 * 4.97 = 59.64 Watt.
Pengujian dilakukan pada siang hari dengan kondisi cuaca cerah dan kecepatan ratarata angin + 4 m/s. Kecepatan ini telah dapat kategorikan kecepatan yang normal untuk dapat
28
menghasilkan energi listrik. Pengujian ini dilakukan dengan 3 tahap yaitu pengujian tanpa
beban, beban lampu 35 watt dan beban lampu 70 watt.
Kecepatan
Angin (m/s)
3.2
5.5
4.6
0.8
1.4
4.3
3.5
2.3
3.8
2.5
0.5
0.2
3.6
3.3
2.5
3.3
4.1
4.5
4.8
4.4
4.6
3.22381
Tegangan
(V)
12.5
12.42
12.38
12.22
12.22
12.3
12.38
12.36
12.24
12.23
12.2
12.28
12.23
12.24
12.28
12.27
12.29
12.26
12.3
12.3
12.27
12.29381
Arus
(A)
1.09
0.86
0.52
0.01
0.01
0.84
1.07
0.4
0.28
0.01
0.01
0.8
0.3
0.8
0.25
0.8
0.3
0.4
0.52
0.4
0.57
0.487619
29
Dilihat dari tabel 4.3 bahwa kecepatan angin tertinggi 5.5 m/s namun arus yang
didapat 0.86 A tetapi pada saat 3.2 m/s arus 1.09 A. Pengumpulan data ini menunjukan
bahwa kecepatan angin yang terjadi pada saat 5.5 m/s terjadi sesaat sehingga arus yang
terjadi tidak menunjukkan pengingkatan yang maksimum. Kesulitan dalam pengambilan data
disebabkan data kecepatan angin dan arus dilakukan dengan manual sehingga setiap detik
perubahannya tidak akurat. Untuk daya yang dapat dihasilkan dari generator jika rata-rata
arus 0.48 A maka daya P = V*I = 12*0.48 = 5.76 Watt.
Kecepatan
Angin (m/s)
6.9
5.9
5.2
3.2
2.4
1.6
2.2
3.5
6.2
4.8
5.9
6.6
3.6
5.6
4.5
3.5
3.2
4.6
2.6
3.1
2.8
4.185714
Tegangan
(V)
11.91
11.87
11.85
11.84
11.86
11.89
11.87
11.91
11.81
11.81
11.82
11.83
11.83
11.96
11.94
11.94
11.94
11.93
11.9
11.91
11.89
11.88143
Arus
(A)
1.99
0.98
0.34
0.27
0.53
0.05
0.25
1.28
0.7
1.27
1.22
1.11
0.2
1.4
0.89
0.7
0.55
0.97
0.21
0.24
0.19
0.730476
Perbandingan data dari tabel 4.3 dan tabel 4.4 menunjukkan bahwa rata-rata
kecepatan angin meningkat 0.96 m/s dan rata-rata arus meningkat 0.24 A. Namun hasil
pengisian aki menunjukkan penurunan karena aki diberikan beban lampu 35 watt
sehingga pengisian aki menjadi tidak mencapai maksimum secara cepat karena harus
mengeluarkan energinya untuk beban lampu.
30
Kecepatan
Angin (m/s)
2.8
1.4
4.1
3.8
3.5
3.8
2.6
4.1
4.5
3.3
3.3
2.2
5.3
6.8
4.2
3.3
2.4
3.8
3
4.8
3.3
3.633333
Tegangan
(V)
11.83
11.83
11.83
11.83
11.86
11.84
11.84
11.84
11.84
11.85
11.85
11.85
11.91
11.91
11.91
11.83
11.83
11.86
11.86
11.87
11.87
11.85429
Arus
(A)
0.04
0.05
0.9
0.37
0.57
0.6
0.22
0.6
0.57
0.41
0.41
0.23
1.22
0.6
0.7
0.22
0.01
0.53
0.85
0.56
0.54
0.485714
Perbandingan data dari tabel 4.4 dan tabel 4.5 menunjukkan kecepatan angin mengalami
penurunan sehingga pengumpulan arus juga mengalami penurunan. Pengisian pada aki
mengalami hambatan disebabkan arus yang masuk sedikit dan adanya pembebanan aki
dengan lampu 70 watt.
31
Uji Lapangan
12.6
12.5
Tegangan (V)
12.4
12.3
12.2
12.1
12
11.9
11.8
11.7
0
0.5
1.5
2.5
3.5
4.5
5.5
6.5
7.5
7.5
Beban 35 Watt
Beban 70 Watt
Uji Lapangan
2.1
Arus (A)
1.6
1.1
0.6
0.1
0
0.5
1.5
-0.4
2.5
3.5
4.5
5.5
6.5
Beban 35 Watt
Beban 70 Watt
Dari grafik tegangan terhadap arus dapat dilihat bahwa perubahan kenaikan tegangan
lebih cepat bila tanpa beban sehingga pengisian aki lebih cepat, namun pengisian aki juga
dipengaruhi oleh kecepatan angin yang diterima oleh sudu. Jika kecepatan angin hanya
terjadi sesaat maka arus yang timbul juga sesaat. Diharapkan dalam pengisian aki dapat
secara linier dengan kecepatan angin yang konstan.
Arus
(A)
0.01
0.23
0.25
0.27
0.41
0.57
0.6
0.7
0.84
0.89
0.97
1.22
1.4
1.99
Prediksi Perubahan
2.1
1.99
1.8
Arus (A)
1.5
1.4
1.22
1.2
0.9
0.6
0.3
0
0
0.5
1.5
0.25
0.23
0.01
2.5 3
0.6
0.57
0.41
0.27
3.5
0.97
0.89
0.84
0.7
4.5
5.5
6.5
7.5
Linear (arus)
Tabel 4.6 merupakan hasil perkiraan dari semua data yang telah diambil dengan
kecepatan angin yang berbeda-beda. Data diambil secara acak dengan menampilkan nilainilai yang mempunyai kesamaan dalam pengamatan sehingga dapat diperkirakan pada
kecepatan angin tertentu generator dapat menghasilkan sejumlah arus yang sebenarnya.
Kelebihan generator dengan enam sudu saat putaran awalnya (starting) lebih mudah
berputar dari pada turbin yang memakai tiga sudu, dikarenakan angin mudah ditangkap oleh
turbin enam sudu dan semakin banyak jumlah turbin semakin mudah berputar walaupun
dengan kecepatan angin yang rendah.
34
BAB V
KESIMPULAN
Generator dengan menggunakan magnet permanent sangat efisien untuk digunakan
keperluan kincir angin/air karena mampu bekerja baik pada kecepatan putar yang rendah.
Kemudahan dalam pembuatan dan juga scale up generator ini sangat memudahkan kita dalam
mendisain suatu generator dengan kapasitas daya tertentu, tegangan tertentu dan juga
kecepatan kerja tertentu hanya dengan merubah - rubah parameter seperti kekuatan fluks
magnet, jumlah kumparan dan lilitannya, jumlah magnet serta ukuran diameter kawat. Hal
inilah yang menjadi salah satu kelebihan dari generator magnet permanen ini sehingga
generator jenis ini akan terus dipakai dan dikembangkan untuk memperoleh generator yang
terbaik dan pada akhirnya dapat mengatasi permasalahan krisis energi listrik yang terjadi.
35
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Hariyotejo, P., dkk., 2009, Pengembangan Generator Mini dengan Menggunakan Magnet
Permanen, Teknik Mesin Pasca Sarjana Universitas Indonesia.
Markus Nanda Andika, dkk., 2007, Kincir Angin Sumbu Horisontal Bersudu Banyak, Teknik
Mesin Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Suhardi, D, 2008, Generator Listrik 100 watt Putaran Rendah untuk Pembangkit Listrik
Tenaga Air dan Angin Miko, UMM, Malang
36
Tegangan induksi yang dihasilkan oleh generator ini dapat dihitung dengan persamaan:
Erms
= Frekwensi (Hz)
max
Ns
= Jumlah kumparan
Nph
= Jumlah fasa
Amagn
= Area magnet
Bmax
37