Anda di halaman 1dari 23

BAB I PENDAHULUAN

Latar belakang

Media kontras merupakan senyawa-senyawa yang digunakan untuk meningkatkan visibility


struktur-struktur internal pada sebuah pencitraan diagnostig. Media kontras dipakai pada
pencitraan dengan menggunakan sinar-x.
Pada pemeriksaan sistem pencernaan memiliki prosedur khusus, dimana setiap prosedurnya
membutuhkan penggunaan sebuah kontras media dan dikembangkan untuk memeberikan
suatu tujuan tertentu. Kontras media yang digunakan adalah media kontras negatif dan
positif. Media kontras positif pada pemeriksaan sistem pencernaan adalah barium sulfat
sedangkan kontras negatifnya adalah udara/gas. Pemasukan media kontras dengan cara
ditelan maupun dimasukkan melalui anus dengan bantuan kateter.
Appendicogram merupakan suatu teknik pemeriksaan radiografi untuk menilih apendik.
Pemeriksaan ini juga menggunakan sebuah kontras media. Biasanya pemeriksaan ini
digunakan untuk pasien dengan indikasi Apendicitis biasanya dalam masyarakat luas disebut
dengan peradangan usus buntu. Namun detilnya adalah peradangan dan infeksi pada usus
buntu. Sebelum dibahas lebih jauh mengenai radang usus buntu yang dalam bahasa medisnya
disebut Appendicitis, maka lebih dulu harus difahami apa yang dimaksud dengan usus buntu.
Usus buntu, sesuai dengan namanya merupakan benar-benar saluran usus yang ujungnya
buntu. Usus ini besarnya kira-kira sejari kelingking, terhubung pada usus besar yang letaknya
berada di perut bagian kanan bawah.
Seperti organ-organ tubuh yang lain, appendiks atau usus buntu ini dapat mengalami
kerusakan ataupun ganguan serangan penyakit. Hal ini yang sering kali kita kenal dengan
nama Penyakit Radang Usus Buntu (Appendicitis). Pada umumnya disebabkan oleh infeksi
bakteri, namun yang paling sring ditemukan dan kuat dugaannya adalah akibat dari sumbatan
feses. Penyumbatan inilah yang kemudian menjadi media bagi bakteri untuk berkembang.

Pembatasan Masalah
Pada laporan kasus ini penulis membatasi permasalahan pada pelaksanaan pemeriksaan
Appendicogram pada kasus Appendicitis kronis di RSU.Dr. Saiful Anwar Malang.

Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan


permasalahan sebagai
berikut:
Bagaimana mengetahui Teknik Pemeriksaan Appendicogram di RSU. Dr. Saiful Anwar?
Apa keuntungan dan kekurangan Teknik Radiografi Apendicogram di RSU. Dr. Saiful
Anwar?
Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan laporan ini adalah sebagai berikut :
Penulis ingin mengetahui teknik pemeriksaan Appendicogram. Untuk mengetahui apakah
radiograf yang dihasilkan telah cukup memberikan informasi
diagnostik yang diharapkan. Manfaat Penulisan
Manfaat yang diperoleh dari penulian laporan kasus ini adalah untuk menambah wawasan
ilmu pengetahuan bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya mengenai tata
laksana pemeriksaan Appendicogram.

Sistematika penulisan Untuk mempermudah memahami tulisan ini, maka penulis menyusun
sistematika
penulisan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Berisi latar belakang, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat
penulisan, sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Berisi landasan teori.
BAB III HASIL dan PEMBAHASAN
Berisi tentang identifikasi beserta pembasannya.
BAB IV PENUTUP
Berisi kesimpulan dan saran.
2.1 Landasan teori 2.1.1 Anatomi dan fisiologi

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem pencernaan berurusan dengan penerimaan makanan dan mempersiapkan untuk
diasimilasi tubuh. Saluran pencernaan terdiri atas bagian-bagian berikut:
Mulut
Faring
Usofagus Ventrikulus
Usus halus dan usus besar. (Evelyn C. Pearce, 2009 : 212)
Rongga abdomen, abdomen ialah rongga terbesar dalam tubuh. Bentuknya lonjong dan
meluas dari atas diafragma sampai pelvis bawah. Isi abdomen sebagiab besar saluran
pencernaan, yaitu lambung, usus halus dan usus besar. (Evelyn C. Pearce, 2009 : 222-223)
Gambar 1.Anatomi sistem pencernaan ( www.google.co.id )

Anatomi Usus besar

Usus besar atau colon yang kira-kira 1,5 m panjangnya adalah sumbangan dari usus halus
dan mulai di katup ileocolik atau ileocecal, yaitu tempat sisa makanan lewat. Reflek
gastrokolik terjadi ketika makanan masuk lambung dan menimbulkan peristaltik di dalam
usus besar. (Evelyn C. Pearce, 2009 : 234)

Colon mulai sebagai kantong yang mekar dan terdapat apendiks vermiformis atau umbai
cacing. Apendiks juga terdiri atas keempat lapisan dinding yang sama seperti usus lainnya,
hanya lapisan submukosanya berisi sejumlah besar jaringan limfe, yang dianggap mempunyai
fungsi serupa dengan tonsil. Sebagian terletak dibawah sekum dan sebagian dibelakang
sekum atau disebut retrosekum. Dalam apendiksitis apendiks meradang, yang umumnya
menghendaki operasi apendektomi.

Sekum terletak di daerah iliaka kanan dan menempel pada otot iliopsoas. Dari sini colon naik
melalui daerah sebelah kanan lumbal dan disebut colon assendence. Di bawah hati berbelok
pada tempat yang disebut fleksura hepatika, lalu berjalan melalui tepi daerah epigastrik dan
umbilikal sebagai colon transversum. Di bawah limfe membelok sebagai fleksura lienalis
dan kemudian berjalan melalui daerah kanan lumbal sebagai colon dessendence. Di daerah
kanan iliaka terdapat belokan yag disebut fleksura sigmoid dan dibentuk colon sigmoideus
atau colon pelvis, dan kemudian masuk pelvis besar dan menjadi rectum. (Evelyn C. Pearce,
2009 : 235)

Rektum 10 cm terbawah dari usus besar, dimulai pada colon sigmoid dan berakhir pada
saluran anal yang kira-kira 3 cm panjangnya. Saluran ini berakhir kedalam anus. (Evelyn C.
Pearce, 2009 : 235)
Anatomi Appendisitis

Usus buntu atau appendic atau umbai cacing hingga saat ini fungsinya belum diketahui
dengan pasti, namun sering menimbulkan keluhan yang mengganggu. Bila terjadi
peradangan, harus segera dilakukan pembedahan untuk mencegah komplikasi yang
berbahaya. Sebenarnya, istilah usus buntu yang sering digunakan kurang tepat, karena yang
disebut usus buntu itu adalah sekum, yaitu bagian akhir dari usus sebelum mencapai anus.
Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml/hari. Lendir itu secara normal dicurahkan ke dalam
lumen dan selanjutnya dialirkan ke sekum. Bila ada hambatan dalam pengaliran lendir
tersebut, maka akan dapat mempermudah timbulnya appendicitis (radang pada apendiks). Di
dalam apendiks, juga terdapat imunoglobulin, zat pelindung terhadap infeksi dan yang
banyak terdapat di dalamnya adalah Ig A.
Fisiologi Usus Besar
Usus besar tidak ikut serta dalam pencernaan atau absorbsi makanan. Bila isi usus halus
mencapai cecum, semua zat makanan telah diabsorbsi dan isinya cair. Selama perjalanan
didalam colon isinya menjadi semakin padat karena air absorbsi dan ketika rectum dicapai
maka feses bersifat padat lunak. Peristaltik di dalam kolon sangat lambat, diperlukan waktu
kira-kira 16-20 jam bagi isinya untuk mencapai fleksura sigmoid. Dan fungsi colon dapat
diringkas sebagai berikut :
Absorbsi air, garam dan glukosa
Sekresi musin oleh kelenjar di dalam dan lapisan dalam
Penyiapan selulosa yang berupa hidrat karbon di dalam tumbuh - tumbuhan dan sayuran
hijau, dan penyiapan sisa protein yang belum dicernakan oleh kerja bakteri guna ekskresi
Defekasi adalah pembuangan air besar. (Evelyn C. Pearce, 2009 : 236)
Patologi Colon Appendisitis
Apendicitis
Adalah peradangan dan infeksi pada usus buntu. Radang usus buntu (Appendicitis) timbul
ketika usus buntu tersumbat oleh benda keras di dalam tinja atau bengkaknya cabang kelenjar
getah bening pada usus yang dapat terjadi oleh karena berbagai macam infeksi.
(http://medicastore.com)

Gejala usus buntu bervariasi tergantung stadiumnya :


Radang usus buntu akut ( mendadak )
Pada kondisi ini gejala yang ditimbulkan tubuh adalah panas dingin, mual muntah, nyeri
perut kanan bawah, dibuat berjalan terasa sakit sehingga agak terbongkok, namun tidak
semua orang akan menunjukkan gejala semacam ini, bisa juga hanya bersifat meriang, atau
mual muntah saja.
Penyakit radang usus buntu kronik Pada stadium ini gejala yang timbul sedikit mirip dengan
sakit maag
dimana terjadi nyeri samar ( tumpul ) di daerah sekitar umbilikus dan terkadang demam yang
hilang timbul. Seringkali disertai dengan rasa mual, bahkan kadang muntah, kemudian nyeri
itu akan berpindah ke perut kanan bawah dengan tanda-tanda yang khas pada apendicitis
akut.
Teknik Radiografi Colon In Loop.
Definisi
Teknik pemeriksaan secara radiologi usus besar dengan menggunakan media kontras secara
retrograde. Dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran anatomis kolon untuk membantu
menegakkan diagnosa suatu penyakit/kelainan-kelainan pada kolon.
Indikasi
Colitis, yaitu peradangan pada colon Diverticulum, yaitu peradangan pada divertikula
Neoplasma Polip Volvulus Invaginasi Atresia
Stenosis
Kontra Indikasi Perforasi Obstruksi Refleks fagal
Persiapan Pemeriksaan Periapan pasien
48 jam sebelum pemeriksaan pasien makan makanan lunak rendah serat 18 jam sebelum
pemeriksaan ( jam 3 sore ) minum tablet dulcolax 4 jam sebelum pemeriksaan ( jam 5 pagi )
pasien diberi dulkolak kapsul per

anus selanjutnya dilavement Seterusnya puasa sampai pemeriksaan 30 menit sebelum


pemeriksaan pasien diberi sulfas atrofin 0,25 1 mg / oral
untuk mengurangi pembentukan lendir

15 menit sebelum pemeriksaan pasien diberi

suntikan buscopan untuk


mengurangi peristaltic usus. Persiapan alat
Pesawat sinar x yang dilengkapi fluoroscopy Kaset dan film sesuai kebutuhan
Marker Standart irigator dan irigator set lengkap dengan kanula dan rectal tube
Haandscoon Penjepit atau klem Spuit Kain pembersih Apron
Tempat mengaduk media kontras Kantong barium disposible
Persiapan bahan
Media kontras BaSO4 = 70 80 % W/V ( Weight / Volume ), banyaknya sesuai panjang
pendeknya kolon kurang lebih 600 800 ml dengan perbandingan 1: 8
Air hangat Jelly/vaselin
Teknik Pemeriksaan. (Harsanto, Widy. Kumpulan Materi ATRO DEPKES RI. Jakarta)
Metode Kontras Tunggal Pemeriksaan hanya menggunakan BaSO4 sebagai media kontras.
Kontras dimasukkan ke kolon sigmoid, desenden, transversum, ascenden
sampai daerah seikum. Dilakukan pemotretan full fillng Evakuasi, dibuat foto post
evakuasi
2.1.4.2 Metode Kontras Ganda Kontras Ganda Satu Tingkat
Colon diisi BaSO4 sebagian selanjutnya ditiupkan udara untuk mendorong barium melapisi
kolon
Selanjutnya dibuat foto full filling b. Kontras Ganda Dua Tingkat
Tahap pengisian Kolon diisi BaSO4 sampai kira 2 fleksura lienalis atau pertengahan
kolon transversum Pasien disuruh merubah posisi agar barium masuk ke seluruh kolon

Tahap pelapisan Menunggu 1 2 menit supaya barium melapisi mukosa kolon Tahap
pengosongan pasien disuruh BAB Tahap pengembangan dipompakan udara ke dalam kolon
= 1800 2000
ml, tidak boleh berlebihan karena akan timbul komplikasi : reflex fagal ( wajah pucat,
bradikardi, keringat dingin dan pusing )
d.Tahap pemotretan Pemotretan dilakukan apabila yakin seluruh kolon mengembang
semua Posisi pemotretan tergantung dari bentuk dan kelainan serta
lokasinya. Proyeksi PA, PA oblig & lateral ( rectum ) Proyeksi AP, AP oblig ( kolon
transversum termasuk fleksura) Proyeksi PA, PA oblig pasien berdiri ( fleksura lienalis dan
hepatica)
Teknik Radiografi Appendicogram (http://catatanradiograf.blogspot.com)
Definisi
Marker
Standart irigator dan irigator set lengkap dengan kanula dan rectal tube
Haandscoon
Penjepit atau klem
Spuit
Kain pembersih
Apron
Tempat mengaduk media kontras Kantong barium disposible
Persiapan bahan
Media kontras BaSO4 = 70 80 % W/V ( Weight / Volume ), banyaknya sesuai panjang
pendeknya kolon kurang lebih 600 800 ml dengan perbandingan 1: 8
Air hangat Jelly/vaselin

Teknik Pemeriksaan. (Harsanto, Widy. Kumpulan Materi ATRO DEPKES RI. Jakarta)
Metode Kontras Tunggal Pemeriksaan hanya menggunakan BaSO4 sebagai media kontras.
Kontras dimasukkan ke kolon sigmoid, desenden, transversum, ascenden
sampai daerah seikum. Dilakukan pemotretan full fillng Evakuasi, dibuat foto post
evakuasi
2.1.4.2 Metode Kontras Ganda Kontras Ganda Satu Tingkat
Apendicogram adalah suatu teknik radiografi untuk menunjukkan anatomi appendic dengan
menggunakan media kontras positif barium sulfat.
Dapat dilakukan secara oral dan anal.
Persiapan alat dan bahan
Pesawat sinar-x (fluoroscopy)
Kaset dan film ukuran 24x30 cm ( 2 buah ), 30x40 cm ( 1 buah )
Baju ganti pasien
Marker ( anatomi dan identitas )
Media kontras ( barium )
Processing film
Perawatan kegawat daruratan
Media kontras barium sulfat
Persiapan pasien
48 jam sebelum pemeriksaan dianjurkan makan makanan lunak tidak berserat, contohnya
bubur kecap.
12 jam atau 24 jam sebelum pemeriksaan pasien diberikan 2/3 Dulcolac untuk diminum.
Pagi hari pasien deberi dulkolac supositoria melalui anus atau dilavement 4 jam sebelum
pemeriksaan pasien harus puasa hingga pemeriksaan

berlangsung dan selesai. Pasien dianjurkan menghindari banyak bicara dan merokok.
Teknik Pemeriksaan
Proyeksi PA/AP
Posisi pasien :
Supine/prone diatas meja pemeriksaan dengan bantal di kepala
MSP tubuh berada pada garis tengah meja pemeriksaan.
Kedua kaki lurus, di bawah knee diberi pengganjal.
Kedua tangan diletakkan di samping badan.
Posisi obyek :
Abdomen true AP
Pastikan tidak ada rotasi
Processus xipoideus dan simpisis pubis masuk.
Central Ray : Arah sinar tegak lurus kaset.
FFD : 90 100 cm
Central Point : setinggi crista illiaca
Ekspirasi tahan nafas
Luas lapangan penyinaran secukupnya

Struktur yang tampak :


Colon bagian transversum harus diutamakan terisi barium pada posisi PA, pada posisi AP
dengan teknik double contras
Seluruh luas usus harus tampak termasuk fleksura olic kiri.
RPO ( Right Posterior Oblique ) Posisi paien :
Supine diatas meja pemeriksaan
MSP tubuh berada pada garis tengah meja.
Kaki kanan dilipat, kaki kiri lurus.
Tubuh pasien agak miring dengan sebelah kanan tubuh menempel pada meja pemeriksaan
dengan sudut 35-45.
Posisi obyek :
Letakkan bantal diatas kepala
Fleksikan siku dan letakkan di depan tubuh
Luruskan MSP dengan meja pemeriksaan dengan abdomen bagian kiri dan kanan sama
jauhnya dari garis tengah meja pemeriksaan.

Central Ray : Arah sinar tegak lurus terhadap IR. Sudutkan CR dengan titik pusat
setinggi crita illiaca dan sekitar 2,5 cm
lateral menuju MSP FFD : 90 100 cm Central Point : umbilikus atau setinggi lumbal 34 Eksposi : Ekspirasi tahan nafas Luas lapangan penyinaran secukupnya

Gambar 6. Hasil radiograf RPO


Kaset yang digunakan pada proyeksi ini adalah ukuran 24 x 30 cm. LPO ( Left Posterior
Oblique )
Posisi paien : Supine diatas meja pemeriksaan
MSP tubuh berada pada garis tengah meja.
Kaki kiri dilipat, kaki kanan lurus.
Tubuh pasien agak miring dengan sebelah kiri tubuh menempel pada meja pemeriksaan
dengan sudut 35-45.
Posisi obyek :
Letakkan bantal diatas kepala
Fleksikan siku dan letakkan di depan tubuh

Luruskan MSP dengan meja pemeriksaan dengan abdomen bagian kanan dan kiri sama
jauhnya dari garis tengah meja pemriksaan.
Central Ray : Arah sinar tegak lurus terhadap IR. Sudutkan CR dengan titik pusat
setinggi crita illiaca dan sekitar 2,5 cm
lateral menuju MSP FFD : 90 100 cm Central Point : umbilikus atau setinggi lumbal 34
Eksposi : Ekspirasi tahan nafas Luas lapangan penyinaran secukupnya
Catatan :
Setelah foto lanjutan pasien boleh makan ( diet ringan )
Tidak diperlukan foto post evakuasi. (Harsanto, Widy. Kumpulan Materi ATRO DEPKES
RI. Jakarta)

Gambar 7. RPO dan LPO (Bontrager, Kennith L. Text Books of Radiographic Positioning
and Anatomi. United State of America: The Mosby Company. 2001.)
Struktur yang tampak :
Pada proyeksi LPO colic flexura hepatic kanan dan ascending & recto sigmoid portions
harus tampak terbuka tanpa superposisi yang signifikan.
Pada proyeksi RPO colicflexure kiri dan descending portions harus terlihat terbuka tanpa
superposisi yang signifikan.
Usaha Proteksi Radiasi

Proteksi radiasi terhadap pasien,diataranya :


Pemeriksaan Appendicogram hanya dilakukan atas permintaan dokter. Membatasi luas
lapangan penyinaran seluas daerah yang diperiksa. Menggunakan faktor eksposi yang tepat,
serta memposisikan pasien dengan
tepat sehingga tidak terjadi pengulangan foto. Menggunakan apron dan gonad shield pada
waktu pemeriksaan. Di usahakan sebisa mungkin tidak mengulang foto.
Proteksi radiasi terhadap petugas, diantaranya :
Petugas selalu menjaga jarak dengan sumber radiasi saat bertugas. Selalu berlindung
dibalik tabir proteksi sewaktu melakukan eksposi. Jika tidak diperlukan, petugas sebaiknya
tidak berada di area penyinaran. Jangan mengarahkan tabung ke arah petugas. Petugas
menggunakan alat ukur radiasi personal (film badge) sewaktu
bertugas yang setiap bulan dikirimkan ke BPFK (Balai Pengaman Fasilitas Kesehatan) guna
memonitor dosis radiasi yang diterima oleh petugas.
Proteksi radiasi terhadap masyarakat umum, diantaranya : Sewaktu pemeriksaan
berlangsung, selain pasien jangan ada yang berada di
daerah radiasi ( kamar pemeriksaan ). Ketika penyinaran berlangsung pintu kamar
pemeriksaan selalu ditutup. Tabung sinar-X diarahkan ke daerah aman ( jangan mengarah
ke ruang
tunggu ). Perawat atau keluarga yang terpaksa berada di dalam kamar pemeriksaan
sewaktu penyinaran wajib menggunakan apron.

3.1 Identifikasi
Identitas pasien
Nama : Nn. L
Umur : 18 tahun
Pekerjaan : No. Register : 11015697
Alamat : Pasuruan
BAB III PEMBAHASAN
Pemeriksaan : Appendicogram
Diagnosis : Appendicitis kronis
Riwayat pasien Menurut cerita yang disampaikan pasien, keluhannya terjadi sekitar 3 bulan
yang
lalu. Pasien mengeluh sakit pada perut bagian kanan bawah. Kemudian pasien memeriksakan
ke salah satu rumah sakit dan dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan Appendicogram.
Pada hari Rabu tanggal 11 januari 2012, pukul 08.00 pasien datang ke instalasi radiologi
RSU. Dr. Saiful Anwar untuk melakukan pemeriksaan.
Prosedur Pemeriksaan
Pendaftaran Pasien Pasien datang ke instalasi radiologi, mendaftarkan diri dengan
membawa surat
permintaan foto rontgen dari dokter umum (dokter pengirim).
Persiapan alat dan bahan Pesawat sinar X ( Floroscopy)
Jenis : Conventional Unit
Merek : X Ray Trophy
Type : N.880 HF

No.Seri : 4500 87
Tahun : 1993
Kaset dan film ukuran 24 x 30 cm ( sebanyak 2 buah)
30 x 40 cm ( sebanyak 1 buah )
Marker (anatomi & identitas) Processing film (otomatis) MK barium sulfat Baju ganti
pasien
Persiapan pasien
1 hari sebelum pemeriksaan, pasien makan makanan yang rendah serat, misalnya bubur
kecap.
8 jam sebelum pemeriksaan pasien minum barium yang dicampur dengan air putih dengan
perbandingan 150 gr barium : 200 cc air.
Pasien minum jam 12 malam, lalu puasa sampai pemeriksaan selesai. Pasien harus banyak
minum air putih.
Pasien dianjurkan untuk tidak banyak berbicara, untuk menghindari penimbunan udara/gas
pada colon.
Teknik pemeriksaan
Proyeksi AP
Satu hari sebelum pemeriksaan dimulai, pasien di foto plain abdomen terlebih dahulu dengan
tujuan melihat persiapan pasien. Dilanjutkan esok hari foto abdomen AP setelah pasien
meminum barium.
Posisi paien :
Supine diatas meja pemeriksaan dengan bantal di kepala
MSP tubuh berada pada garis tengah meja pemeriksaan.

Kedua kaki lurus, di bawah knee diberi pengganjal.


Kedua tangan diletakkan di samping badan.
Posisi obyek :
Abdomen true AP
Pastikan tidak ada rotasi
Processus xipoideus dan simpisis pubis masuk.
Central Ray :
Arah sinar tegak lurus kaset. FFD : 90 100 cm Central Point : setinggi crista illiaca
Ekspirasi tahan nafas Luas lapangan penyinaran secukupnya Faktor eksposi

kV : 68

mAs : 16

RPO ( Right Posterior Oblique ) Posisi paien :


Supine diatas meja pemeriksaan
MSP tubuh berada pada garis tengah meja.
Kaki kanan dilipat, kaki kiri lurus.
Tubuh pasien agak miring dengan sebelah kanan tubuh menempel pada meja pemeriksaan
dengan sudut 35-45.
Posisi obyek :
Letakkan bantal diatas kepala

Fleksikan siku dan letakkan di depan tubuh


Luruskan MSP dengan meja pemeriksaan dengan abdomen bagian kiri dan kanan sama
jauhnya dari garis tengah meja pemeriksaan.
Central Ray : Arah sinar tegak lurus terhadap IR. Sudutkan CR dengan titik pusat
setinggi crita illiaca dan sekitar 2,5 cm lateral
menuju MSP FFD

: 90 100 cm Central Point : umbilikus atau setinggi lumbal 3-4

Luas lapangan penyinaran secukupnya Faktor Eksposi :


kV : 75 mAs : 16

Gambar 9. Hasil radiograf Proyeksi RPO


Kaset yang digunakan pada proyeksi ini adalah ukuran 24 x 30 cm.
LPO ( Left Posterior Oblique ) Posisi paien :
Supine diatas meja pemeriksaan
MSP tubuh berada pada garis tengah meja.
Kaki kiri dilipat, kaki kanan lurus.

Tubuh pasien agak miring dengan sebelah kiri tubuh menempel pada meja pemeriksaan
dengan sudut 35-45.
Posisi obyek :

Letakkan bantal diatas kepala


Fleksikan siku dan letakkan di depan tubuh
Luruskan MSP dengan meja pemeriksaan dengan abdomen bagian kanan dan kiri sama
jauhnya dari garis tengah meja pemeriksaan.
Central Ray : Arah sinar tegak lurus terhadap IR. Sudutkan CR dengan titik pusat
setinggi crita illiaca dan sekitar 2,5 cm lateral
menuju MSP
FFD : 90 100 cm Central Point : umbilikus atau setinggi lumbal 3-4
Eksposi : kV : 75 mAs : 16 Luas lapangan penyinaran secukupnya

Pembahasan Setelah penulis melakukan pengamatan secara langsung terhadap jalannya


pemeriksaan,
dalam pembahasan kali ini penulis akan membahas hal-hal yang berkaitan dengan teknik
pemeriksaan Appendicogram.
Pembahasan masalah. Pemeriksaan Appendicogram di RSU. Dr. Saiful Anwar
memerlukan persiapan. Proyeksi yang dipergunakan adalah AP Abdomen pasien supine di
atas meja
pemeriksaan, LPO dan RPO Keuntungan pemeriksaan Appendicogram bisa memberikan
informasi yang

sejelas-jelasnya dalam pendiagnosaan. Barium sulfat diberikan kepada pasien untuk


diminum dirumah.
Teknik pemeriksaan Colon In Loop pun juga dapat digunakan untuk pemeriksaan
appendicitis, namun di RSU. Dr. Saiful Anwar lebih cenderung menggunakan Teknik
Pemeriksaan Appendicogram.
Pasien tidak diberikan obat pencahar/dulcolac yang digunakan untuk urus-urus.
Hasil bacaan dokter
Kontras barium sulfat diminum peroral 8 jam kemudian dilakukan pemeriksaan Tampak
kontras mengisi caecum, colon assendence, dessendence, hingga recto
cigmoid Tidak tampak kontras mengisi appendic Kesimpulan : Non visualized appendix
3.3 Processing Film

Pengolahan film dilakukan di kamar gelap. Karena di RSU.Dr Saiful Anwar sudah
menggunakan processing automatic daerah kerjanya hanya ada daerah kerja kering.
Masukkan film pada processing, tunggu untuk melihat hasilnya. Konsulkan kepada dokter
radiologi.
Kesimpulan

BAB IV PENUTUP
Kesimpulan yang dapat ditarik setelah penulisan laporan kasus ini :
Appendicitis adalah peradangan pada appendic yang dapat disebabkan oleh infeksi bakteri.
Pemeriksaan yang digunakan untuk menilai appendic adalah dengan teknik pemeriksaan
appendicogram.
Saran
Pemeriksaan Appendicogram sudah memberikan informasi yang cukup untuk menegakkan
diagnosa.
Untuk semua pemeriksaan yang menggunakan media kontras sebaiknya pasien diberikan
inform consent untuk diisi.
Pada pemeriksaan Appendicogram sebaiknya pasien diberikan dulcolac sebagai persiapan
pasien, agar fecal tidak mengganggu gambaran radiograf.

DAFTAR PUSTAKA
Badan Tenaga Atom Nasional. Pedoman Proteksi Radiasi di Rumah Sakit dan Tempat
Praktek Lainnya. Jakarta: BATAN. 1985.

Bontrager, Kennith L. Text Books of Radiographic Positioning and Anatomi. United St


of America: The Mosby Company. 2001.
Pearce, Evelyn C. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT GramediaPustaka
Utama. 2009.
Harsanto, Widy. Kumpulan Materi ATRO DEPKES RI. Jakarta

www.google.com
www.google.co.id
http://medicastore.com
http://catatanradiograf.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai