Apendikogram
Apendikogram
Latar belakang
Pembatasan Masalah
Pada laporan kasus ini penulis membatasi permasalahan pada pelaksanaan pemeriksaan
Appendicogram pada kasus Appendicitis kronis di RSU.Dr. Saiful Anwar Malang.
Sistematika penulisan Untuk mempermudah memahami tulisan ini, maka penulis menyusun
sistematika
penulisan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Berisi latar belakang, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat
penulisan, sistematika penulisan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem pencernaan berurusan dengan penerimaan makanan dan mempersiapkan untuk
diasimilasi tubuh. Saluran pencernaan terdiri atas bagian-bagian berikut:
Mulut
Faring
Usofagus Ventrikulus
Usus halus dan usus besar. (Evelyn C. Pearce, 2009 : 212)
Rongga abdomen, abdomen ialah rongga terbesar dalam tubuh. Bentuknya lonjong dan
meluas dari atas diafragma sampai pelvis bawah. Isi abdomen sebagiab besar saluran
pencernaan, yaitu lambung, usus halus dan usus besar. (Evelyn C. Pearce, 2009 : 222-223)
Gambar 1.Anatomi sistem pencernaan ( www.google.co.id )
Usus besar atau colon yang kira-kira 1,5 m panjangnya adalah sumbangan dari usus halus
dan mulai di katup ileocolik atau ileocecal, yaitu tempat sisa makanan lewat. Reflek
gastrokolik terjadi ketika makanan masuk lambung dan menimbulkan peristaltik di dalam
usus besar. (Evelyn C. Pearce, 2009 : 234)
Colon mulai sebagai kantong yang mekar dan terdapat apendiks vermiformis atau umbai
cacing. Apendiks juga terdiri atas keempat lapisan dinding yang sama seperti usus lainnya,
hanya lapisan submukosanya berisi sejumlah besar jaringan limfe, yang dianggap mempunyai
fungsi serupa dengan tonsil. Sebagian terletak dibawah sekum dan sebagian dibelakang
sekum atau disebut retrosekum. Dalam apendiksitis apendiks meradang, yang umumnya
menghendaki operasi apendektomi.
Sekum terletak di daerah iliaka kanan dan menempel pada otot iliopsoas. Dari sini colon naik
melalui daerah sebelah kanan lumbal dan disebut colon assendence. Di bawah hati berbelok
pada tempat yang disebut fleksura hepatika, lalu berjalan melalui tepi daerah epigastrik dan
umbilikal sebagai colon transversum. Di bawah limfe membelok sebagai fleksura lienalis
dan kemudian berjalan melalui daerah kanan lumbal sebagai colon dessendence. Di daerah
kanan iliaka terdapat belokan yag disebut fleksura sigmoid dan dibentuk colon sigmoideus
atau colon pelvis, dan kemudian masuk pelvis besar dan menjadi rectum. (Evelyn C. Pearce,
2009 : 235)
Rektum 10 cm terbawah dari usus besar, dimulai pada colon sigmoid dan berakhir pada
saluran anal yang kira-kira 3 cm panjangnya. Saluran ini berakhir kedalam anus. (Evelyn C.
Pearce, 2009 : 235)
Anatomi Appendisitis
Usus buntu atau appendic atau umbai cacing hingga saat ini fungsinya belum diketahui
dengan pasti, namun sering menimbulkan keluhan yang mengganggu. Bila terjadi
peradangan, harus segera dilakukan pembedahan untuk mencegah komplikasi yang
berbahaya. Sebenarnya, istilah usus buntu yang sering digunakan kurang tepat, karena yang
disebut usus buntu itu adalah sekum, yaitu bagian akhir dari usus sebelum mencapai anus.
Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml/hari. Lendir itu secara normal dicurahkan ke dalam
lumen dan selanjutnya dialirkan ke sekum. Bila ada hambatan dalam pengaliran lendir
tersebut, maka akan dapat mempermudah timbulnya appendicitis (radang pada apendiks). Di
dalam apendiks, juga terdapat imunoglobulin, zat pelindung terhadap infeksi dan yang
banyak terdapat di dalamnya adalah Ig A.
Fisiologi Usus Besar
Usus besar tidak ikut serta dalam pencernaan atau absorbsi makanan. Bila isi usus halus
mencapai cecum, semua zat makanan telah diabsorbsi dan isinya cair. Selama perjalanan
didalam colon isinya menjadi semakin padat karena air absorbsi dan ketika rectum dicapai
maka feses bersifat padat lunak. Peristaltik di dalam kolon sangat lambat, diperlukan waktu
kira-kira 16-20 jam bagi isinya untuk mencapai fleksura sigmoid. Dan fungsi colon dapat
diringkas sebagai berikut :
Absorbsi air, garam dan glukosa
Sekresi musin oleh kelenjar di dalam dan lapisan dalam
Penyiapan selulosa yang berupa hidrat karbon di dalam tumbuh - tumbuhan dan sayuran
hijau, dan penyiapan sisa protein yang belum dicernakan oleh kerja bakteri guna ekskresi
Defekasi adalah pembuangan air besar. (Evelyn C. Pearce, 2009 : 236)
Patologi Colon Appendisitis
Apendicitis
Adalah peradangan dan infeksi pada usus buntu. Radang usus buntu (Appendicitis) timbul
ketika usus buntu tersumbat oleh benda keras di dalam tinja atau bengkaknya cabang kelenjar
getah bening pada usus yang dapat terjadi oleh karena berbagai macam infeksi.
(http://medicastore.com)
Tahap pelapisan Menunggu 1 2 menit supaya barium melapisi mukosa kolon Tahap
pengosongan pasien disuruh BAB Tahap pengembangan dipompakan udara ke dalam kolon
= 1800 2000
ml, tidak boleh berlebihan karena akan timbul komplikasi : reflex fagal ( wajah pucat,
bradikardi, keringat dingin dan pusing )
d.Tahap pemotretan Pemotretan dilakukan apabila yakin seluruh kolon mengembang
semua Posisi pemotretan tergantung dari bentuk dan kelainan serta
lokasinya. Proyeksi PA, PA oblig & lateral ( rectum ) Proyeksi AP, AP oblig ( kolon
transversum termasuk fleksura) Proyeksi PA, PA oblig pasien berdiri ( fleksura lienalis dan
hepatica)
Teknik Radiografi Appendicogram (http://catatanradiograf.blogspot.com)
Definisi
Marker
Standart irigator dan irigator set lengkap dengan kanula dan rectal tube
Haandscoon
Penjepit atau klem
Spuit
Kain pembersih
Apron
Tempat mengaduk media kontras Kantong barium disposible
Persiapan bahan
Media kontras BaSO4 = 70 80 % W/V ( Weight / Volume ), banyaknya sesuai panjang
pendeknya kolon kurang lebih 600 800 ml dengan perbandingan 1: 8
Air hangat Jelly/vaselin
Teknik Pemeriksaan. (Harsanto, Widy. Kumpulan Materi ATRO DEPKES RI. Jakarta)
Metode Kontras Tunggal Pemeriksaan hanya menggunakan BaSO4 sebagai media kontras.
Kontras dimasukkan ke kolon sigmoid, desenden, transversum, ascenden
sampai daerah seikum. Dilakukan pemotretan full fillng Evakuasi, dibuat foto post
evakuasi
2.1.4.2 Metode Kontras Ganda Kontras Ganda Satu Tingkat
Apendicogram adalah suatu teknik radiografi untuk menunjukkan anatomi appendic dengan
menggunakan media kontras positif barium sulfat.
Dapat dilakukan secara oral dan anal.
Persiapan alat dan bahan
Pesawat sinar-x (fluoroscopy)
Kaset dan film ukuran 24x30 cm ( 2 buah ), 30x40 cm ( 1 buah )
Baju ganti pasien
Marker ( anatomi dan identitas )
Media kontras ( barium )
Processing film
Perawatan kegawat daruratan
Media kontras barium sulfat
Persiapan pasien
48 jam sebelum pemeriksaan dianjurkan makan makanan lunak tidak berserat, contohnya
bubur kecap.
12 jam atau 24 jam sebelum pemeriksaan pasien diberikan 2/3 Dulcolac untuk diminum.
Pagi hari pasien deberi dulkolac supositoria melalui anus atau dilavement 4 jam sebelum
pemeriksaan pasien harus puasa hingga pemeriksaan
berlangsung dan selesai. Pasien dianjurkan menghindari banyak bicara dan merokok.
Teknik Pemeriksaan
Proyeksi PA/AP
Posisi pasien :
Supine/prone diatas meja pemeriksaan dengan bantal di kepala
MSP tubuh berada pada garis tengah meja pemeriksaan.
Kedua kaki lurus, di bawah knee diberi pengganjal.
Kedua tangan diletakkan di samping badan.
Posisi obyek :
Abdomen true AP
Pastikan tidak ada rotasi
Processus xipoideus dan simpisis pubis masuk.
Central Ray : Arah sinar tegak lurus kaset.
FFD : 90 100 cm
Central Point : setinggi crista illiaca
Ekspirasi tahan nafas
Luas lapangan penyinaran secukupnya
Central Ray : Arah sinar tegak lurus terhadap IR. Sudutkan CR dengan titik pusat
setinggi crita illiaca dan sekitar 2,5 cm
lateral menuju MSP FFD : 90 100 cm Central Point : umbilikus atau setinggi lumbal 34 Eksposi : Ekspirasi tahan nafas Luas lapangan penyinaran secukupnya
Luruskan MSP dengan meja pemeriksaan dengan abdomen bagian kanan dan kiri sama
jauhnya dari garis tengah meja pemriksaan.
Central Ray : Arah sinar tegak lurus terhadap IR. Sudutkan CR dengan titik pusat
setinggi crita illiaca dan sekitar 2,5 cm
lateral menuju MSP FFD : 90 100 cm Central Point : umbilikus atau setinggi lumbal 34
Eksposi : Ekspirasi tahan nafas Luas lapangan penyinaran secukupnya
Catatan :
Setelah foto lanjutan pasien boleh makan ( diet ringan )
Tidak diperlukan foto post evakuasi. (Harsanto, Widy. Kumpulan Materi ATRO DEPKES
RI. Jakarta)
Gambar 7. RPO dan LPO (Bontrager, Kennith L. Text Books of Radiographic Positioning
and Anatomi. United State of America: The Mosby Company. 2001.)
Struktur yang tampak :
Pada proyeksi LPO colic flexura hepatic kanan dan ascending & recto sigmoid portions
harus tampak terbuka tanpa superposisi yang signifikan.
Pada proyeksi RPO colicflexure kiri dan descending portions harus terlihat terbuka tanpa
superposisi yang signifikan.
Usaha Proteksi Radiasi
3.1 Identifikasi
Identitas pasien
Nama : Nn. L
Umur : 18 tahun
Pekerjaan : No. Register : 11015697
Alamat : Pasuruan
BAB III PEMBAHASAN
Pemeriksaan : Appendicogram
Diagnosis : Appendicitis kronis
Riwayat pasien Menurut cerita yang disampaikan pasien, keluhannya terjadi sekitar 3 bulan
yang
lalu. Pasien mengeluh sakit pada perut bagian kanan bawah. Kemudian pasien memeriksakan
ke salah satu rumah sakit dan dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan Appendicogram.
Pada hari Rabu tanggal 11 januari 2012, pukul 08.00 pasien datang ke instalasi radiologi
RSU. Dr. Saiful Anwar untuk melakukan pemeriksaan.
Prosedur Pemeriksaan
Pendaftaran Pasien Pasien datang ke instalasi radiologi, mendaftarkan diri dengan
membawa surat
permintaan foto rontgen dari dokter umum (dokter pengirim).
Persiapan alat dan bahan Pesawat sinar X ( Floroscopy)
Jenis : Conventional Unit
Merek : X Ray Trophy
Type : N.880 HF
No.Seri : 4500 87
Tahun : 1993
Kaset dan film ukuran 24 x 30 cm ( sebanyak 2 buah)
30 x 40 cm ( sebanyak 1 buah )
Marker (anatomi & identitas) Processing film (otomatis) MK barium sulfat Baju ganti
pasien
Persiapan pasien
1 hari sebelum pemeriksaan, pasien makan makanan yang rendah serat, misalnya bubur
kecap.
8 jam sebelum pemeriksaan pasien minum barium yang dicampur dengan air putih dengan
perbandingan 150 gr barium : 200 cc air.
Pasien minum jam 12 malam, lalu puasa sampai pemeriksaan selesai. Pasien harus banyak
minum air putih.
Pasien dianjurkan untuk tidak banyak berbicara, untuk menghindari penimbunan udara/gas
pada colon.
Teknik pemeriksaan
Proyeksi AP
Satu hari sebelum pemeriksaan dimulai, pasien di foto plain abdomen terlebih dahulu dengan
tujuan melihat persiapan pasien. Dilanjutkan esok hari foto abdomen AP setelah pasien
meminum barium.
Posisi paien :
Supine diatas meja pemeriksaan dengan bantal di kepala
MSP tubuh berada pada garis tengah meja pemeriksaan.
kV : 68
mAs : 16
Tubuh pasien agak miring dengan sebelah kiri tubuh menempel pada meja pemeriksaan
dengan sudut 35-45.
Posisi obyek :
Pengolahan film dilakukan di kamar gelap. Karena di RSU.Dr Saiful Anwar sudah
menggunakan processing automatic daerah kerjanya hanya ada daerah kerja kering.
Masukkan film pada processing, tunggu untuk melihat hasilnya. Konsulkan kepada dokter
radiologi.
Kesimpulan
BAB IV PENUTUP
Kesimpulan yang dapat ditarik setelah penulisan laporan kasus ini :
Appendicitis adalah peradangan pada appendic yang dapat disebabkan oleh infeksi bakteri.
Pemeriksaan yang digunakan untuk menilai appendic adalah dengan teknik pemeriksaan
appendicogram.
Saran
Pemeriksaan Appendicogram sudah memberikan informasi yang cukup untuk menegakkan
diagnosa.
Untuk semua pemeriksaan yang menggunakan media kontras sebaiknya pasien diberikan
inform consent untuk diisi.
Pada pemeriksaan Appendicogram sebaiknya pasien diberikan dulcolac sebagai persiapan
pasien, agar fecal tidak mengganggu gambaran radiograf.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Tenaga Atom Nasional. Pedoman Proteksi Radiasi di Rumah Sakit dan Tempat
Praktek Lainnya. Jakarta: BATAN. 1985.
www.google.com
www.google.co.id
http://medicastore.com
http://catatanradiograf.blogspot.com