ABSTRAK
Diperkirakan terdapat 40-50 juta orang dengan diabetes (diabetesi) di seluruh dunia yang menjalani puasa Ramadhan setiap tahunnya. Studi
EPIDIAR (Epidemiology of Diabetes and Ramadhan) yang meneliti 12.243 pasien diabetes dari 13 negara Islam mendapatkan 43% pasien diabetes
melitus tipe 1 dan 79% pasien diabetes tipe 2 berpuasa selama Ramadhan. Diabetesi yang berpuasa berisiko mengalami efek samping seperti
hipoglikemia, hiperglikemia dengan atau tanpa ketoasidosis dan dehidrasi sehingga pengetahuan tata kelola yang baik sangat diperlukan.
Lima hal penting yang perlu diperhatikan yakni (1) tata laksana bersifat individual; (2) pemantauan kadar glukosa darah secara teratur; (3) nutrisi
tidak boleh berbeda dari kebutuhan nutrisi harian; (4) olahraga tidak boleh berlebihan dan (5) pasien harus tahu kapan membatalkan puasa.
Kata kunci: diabetes melitus, puasa Ramadhan, diabetesi
ABSTRACT
It is estimated that there are 40-50 million people with diabetes (called as diabetics) worldwide fasting during Ramadhan every year. A large
epidemiological study, EPIDIAR (Epidemiology of Diabetes and Ramadhan) conducted in 13 Islamic countries on 12,243 diabetic individuals
who fasted during Ramadhan showed 43% of patients with type 1 diabetes mellitus and 79% of patients with type 2 diabetes fasted during
Ramadhan. Diabetics had major potential complications associated with fasting such as hypoglycemia, hyperglycemia with or without
ketoacidosis and dehydration. Five important things are (1) individual management; (2) regular blood glucose monitoring; (3) diet should not
differ from the daily nutritional requirements; (4) no excessive sports, and (5) the patient must know when to break the fast. M. Adi Firmansyah.
Management at Diabetes Mellitus on Ramadhan Fasting.
Key words: diabetes mellitus, Ramadhan fasting, diabetics
PENDAHULUAN
Berpuasa dalam bulan Ramadhan merupakan
kewajiban bagi seorang muslim dewasa.
Puasa diartikan sebagai ibadah menahan diri
atau berpantang makan, minum, dan segala
hal yang membatalkannya, dimulai dari terbit
fajar sampai terbenam matahari.1 Selama
puasa Ramadhan, mayoritas umat muslim
akan memiliki dua waktu makan, yakni segera
saat tenggelamnya matahari yang ditandai
de-ngan masuknya waktu sholat maghrib
(dikenal dengan istilah ifthar atau berbuka
puasa) dan makan saat sebelum fajar terbit
(dikenal dengan istilah sahur) sehingga
lamanya waktu berpuasa adalah berkisar
antara 11 jam hingga 18 jam setiap harinya.2
Alamat korespondensi
342
email: madif12@gmail.com
Med. 2010:103:139-47)
343
344
Tabel 1 Kategori Risiko Pasien Diabetes tipe 1 atau 2 yang Berpuasa Ramadhan
Sumber: Al-Arouj M, Bouguerra R, Buse J, et al. American Diabetes Association recommendations for management of diabetes during Ramadan: update 2010. Diabetes Care. 2010;33:1895-1902.
Tabel 2 Kelompok Pasien DM yang Boleh dan Tidak Boleh (Tidak Dianjurkan) Berpuasa13
Kelompok I
Pasien DM yang kadar gula darahnya terkontrol dengan
Dapat berpuasa tanpa masalah dengan tetap
perencanaan makanan dan olah raga saja.
memperhatikan pengaturan makan dan aktivitas fisik
Kelompok II
Pasein DM yang selain melaksanakan perencanaan makan dan olah raga juga memerlukan obat hipoglikemik oral
(OHO) untuk mengontrol kadar gula darahnya.
IIa
Membutuhkan dosis tunggal dan kecil, misalnya
Boleh berpuasa dengan menggeser obat pagi ke sore
glibenklamid 1 x 1 tablet sehari, pagi
saat berbuka puasa.
IIb Membutuhkan OHO dengan dosis lebih tinggi dan
Dapat berpuasa dengan menggeser obat pagi ke saat
terbagi, misalnya glibenklamid pagi 2 tablet dan
berbuka dan obat sore ke saat makan sahur dengan
sore 1 tablet.
dosis setengahnya.
Jika minum obat 3 kali sehari
Berpuasa dengan obat pagi dan siang diminum pada
saat berbuka, dan obat sore digeser ke saat makan
sahur dengan dosis setengahnya
Kelompok III
Pasien DM yang selain perencanaan makan dan olahraga juga membutuhkan / tergantung insulin atau kombinasi
dengan OHO.
IIIa Membutuhkan insulin satu kali sehari.
Dapat berpuasa dengan motiviasi yang kuat dan harus
Misalnya NPH 20U 1 x sehari
dengan pengawasan yang ekstra ketat. Suntikan insulin
digeser ke saat berbuka.
IIIb Membutuhkan insulin dua kali sehari atau lebih
Tidak dianjurkan berpuasa karena dianggap kadar
sehari.
glukosa darah tidak stabil.
Misalnya RI 3 x 12 U sehari
IIIc Membutuhkan kombinasi OHO dengan insulin
Boleh berpuasa dengan pengaturan OHO seperti
satu kali sehari.
kelompok II dan suntik insulin saat berbuka
IIId Membutuhkan kombinasi OHO dengan insulin dua Tidak dianjurkan berpuasa karena dianggap kadar
kali sehari atau lebih.
glukosa darah tidak stabil.
Subekti I. Berpuasa bagi pasien diabetes. Dalam: Syam AF, Setiati S, Subekti I. Tips berpuasa Ramadhan pada berbagai penyakit
kronis. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2006. p. 27-37.
Hiperglikemia
Kondisi hiperglikemia sangat erat kaitannya
dengan
beragam
komplikasi
baik
mikrovaskular maupun makrovaskular. Banyak
penelitian menemukan bahwa pada pasien
diabetes yang menjalani puasa, pengendalian
Ketoasidosis diabetikum
Pasien diabetes tipe 1, yang menjalankan
puasa Ramadhan, mengalami peningkatan
risiko komplikasi ini, khususnya mereka
dengan pengendalian glukosa yang buruk
sebelum Ramadhan. Risiko ini makin
meningkat dengan pengurangan dosis
pengobatan yang berlebihan.4,10
Pada
prinsipnya,
penilaian
sebelum
Ramadhan meliputi: 1) kondisi fisik; 2)
parameter metabolik; 3) penyesuaian
terhadap perubahan pola asupan selama
Ramadhan; 4) penyesuaian regmen dan
dosis obat; 5) penyesuaian aktivitas fisik; dan
6) pengenalan tanda dehidrasi, hipoglikemia
atau hiperglikemia.
345
Sumber: Karamat MA, Syed A, Hanif W. Review of diabetes management and guidelines during Ramadan. J R Soc Med.
2010:103:139-47.
346
SIMPULAN
Kebudayaan dan agama memberikan dampak
terhadap tata laksana penyakit kronik seperti
diabetes. Puasa Ramadhan merupakan salah
satu pilar (rukun) Islam bagi umat muslim
di seluruh dunia. Banyak pasien DM tetap
ingin menjalankan ibadahnya meski secara
medis tidak dianjurkan, misalnya mereka
dengan kadar glukosa belum terkendali,
perempuan diabetes hamil, mereka dengan
riwayat ketoasidosis atau koma hiperosmolar,
dan pasien dengan komplikasi serius seperti
penyakit jantung koroner, gagal ginjal kronik,
pasien diabetes usia lanjut, dan pasien
dengan riwayat berulang hipoglikemia atau
hiperglikemia sebelum dan selama puasa
Ramadhan.
Peranan dokter adalah bersikap bijak
memberikan
panduan,
menentukan
stratifikasi risiko pasien, mengatur regimen
yang sesuai yang tetap bertujuan mengurangi
risiko komplikasi. Lima hal penting yang perlu
diperhatikan dalam pengelolaan pasien
diabetes yang menjalankan puasa yakni (1)
tata laksana bersifat individual; (2) pemantauan
kadar teratur glukosa darah; (3) nutrisi tidak
boleh berbeda dari kebutuhan nutrisi harian;
(4) olahraga tidak boleh berlebihan dan
(5) pasien harus tahu kapan membatalkan
puasa.
2.
3.
Wild S, Roglic G, Green A, Sicree R, King H. Global prevalence of diabetes, estimates for the year 2000 and projections for 2030. Diabetes Care. 2004; 27:104753.
4.
Al-Arouj M, Bouguerra R, Buse J, Hafez S, Hassanein M, Ibrahim MA, et al. American Diabetes Association recommendations for management of diabetes during Ramadan: update 2010.
Diabetes Care. 2010;33: 1895-902.
5.
6.
Karamat MA, Syed A, Hanif W. Review of diabetes management and guidelines during Ramadan. J R Soc Med. 2010: 103: 13947.
7.
Ziaee V, Razaei M, Ahmadinejad Z, Shaikh H, Yousefi R,Yarmohammadi L, et al. The changes of metabolic profile and weight during Ramadan fasting. Singapore Med J. 2006;47:40914.
8.
Sadiya A, Ahmed S, Siddieq HH, Babas J, Carlsson M. Effect of Ramadan fasting on metabolic markers, body composition, and dietary intake in Emiratis of Ajman (UAE) with metabolic
syndrome. Diabetes Metab Syndr Obes. 2011;4:409-1.
9.
Hallak MH, Nomani MZA. Body weight loss and changes in blood lipid levels in normal men on hypocaloric diets during Ramadan fasting. Am J Clin Nutr. 1988; 48:1197-210.
10. Salti I, Benard E, Detournay B, Bianchi-Biscay M, Le Brigand C, Voinet C, et al. EPIDIAR study group. A population based study of diabetes and its characteristics during the fasting month
of Ramadan in 13 countries: Results of the epidemiology of diabetes and Ramadan 1422/2001 (EPIDIAR) study. Diabetes Care. 2004;27:230611.
11. Azizi F, Siahkolah B. Ramadan fasting and diabetes mellitus. Arch Iranian Med. 2003; 6 (4): 237 42.
12. Temizhan A, Donderici O, Ouz D, Demirbas B. Is there any effect of Ramadan fasting on acute coronary heart disease events? [abstract]. Int J Cardiol. 1999;70:149-53.
13. Subekti I. Berpuasa bagi pasien diabetes. Dalam: Syam AF, Setiati S, Subekti I. Tips berpuasa Ramadan pada berbagai penyakit kronis. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI;2006:27-37.
14. Mucha GT, Merkel S, Thomas W, Bantle JP. Fasting and insulin glargine in individuals with type 1 diabetes. Diabetes Care. 2004;27:1209-10.
15. Belkhadir J, el Ghomari H, Klcker N, et al. Muslims with non-insulin dependent diabetes fasting during Ramadan: treatment with glibenclamide. BMJ. 1993;307:292-5.
16. Glimepiride in Ramadan (GLIRA) Study Group. The efficacy and safety of glimepiride in the management of type 2 diabetes in Muslim patients during Ramadan. Diabetes Care.
2005;28:421-2.
347