Blok Matindok
Blok Matindok
2.1.1. Pemrakarsa
A. Nama Perusahaan
Nama Perusahaan : PT. PERTAMINA EP - Proyek Pengembangan Gas Matindok
Alamat Kantor
Telp./ Fax.
: M. Indra Kusuma
Jabatan
Alamat Kantor
Telp./ Fax.
II-1
PT PERTAMINA EP -PPGM
Pemrakarsa kegiatan penyusunan AMDAL ini adalah PT Pertamina EP- PPGM. Rencana
kegiatan ini dibagi berdasarkan konsep bisnis Hulu dan Hilir. Sebagai pelaksana kegiatan
hulu seperti eksplorasi gas, pemboran sumur pengembangan, konstruksi dan operasi
produksi GPF dan penyaluran gas melalui pipa menjadi tanggung jawab Bagian Hulu
yang ditangani dan menjadi tanggung jawab sepenuhnya PT Pertamina EP. Sedangkan
pelaksanaan kegiatan hilir seperti konstruksi pembangunan kompleks kilang LNG, pelabuhan
khusus dan operasional LNG, pelabuhan khusus dan pemeliharaan fasilitas LNG menjadi
tanggung jawab Bagian Hilir, yakni PT Donggi-Senoro LNG (PT DSLNG).
Alamat
pplhugm@indosat.net.id
Telp.
Fax.
(0274) 565722
Jabatan
Alamat
pplhugm@indosat.net.id
Telp.
Fax.
(062-274) 565-722
II-2
PT PERTAMINA EP -PPGM
Nama
Drs. Bambang Agus Suripto, M.Sc.
Koordinator Bidang
Drs. Suprapto Dibyosaputro, M.Sc.
Geofisik-Kimia
Anggota
Keahlian
Sertifikat
AMDAL
A, B
A, B
Ahli Kimia
Ahli Transportasi
A,B
Koordinator Bidang
Drs. Bambang Agus Suripto, M.Sc.
Biologi
A, B
Asisten
Asisten Biologi
A, B
A, B
Utiyati, S.Si.
Koordinator Bidang
Drs. Dahlan H. Hasan, M.Si.
Sos-Ek-Bud
(S3, 5 tahun)
Anggota
A, B
Asisten
Asisten Sos.Ek.Bud.
A, B
Koordinator Bidang
Prof. Dr. Sugeng Yuwono Mardihusodo
Kes. Mas.
Asisten
P. Sutrisno, S.Sos.
A, B
Pemetaan/GIS
Pemetaan/GIS
A, B
Nara Sumber
GIS
(S3, 15 tahun)
Geologi Kegempaan
(S3, 15 tahun)
Hidrooseanografi
(S3, 10 tahun)
II-3
PT PERTAMINA EP -PPGM
2.2
Berikut ini secara keseluruhan diuraikan rencana kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok,
baik kegiatan Bagian Hulu maupun kegiatan Bagian Hilir.
A. Luas Tapak Proyek Termasuk Prasarana dan Sarana Lain
No
Prasarana
Satuan
Luas Lahan
1.
Sumur pengembangan
17 lokasi, @ 4 Ha
68 Ha
2.
3 lokasi, @ 1 Ha
3 Ha
3.
3 lokasi, @ 10 Ha
30 Ha
4.
14 Ha
5.
Lebar 20 m, panjang 60 km
120 Ha
6.
1 unit
300 Ha
7.
60 Ha
595 Ha
Lahan yang diperlukan untuk 17 alokasi sumur pengembangan adalah 68 ha, pembangunan
fasilitas manifold station di 3 (tiga) lokasi
pembangunan BS di tiga lokasi seluas 30 ha; jalur pipa flowline di lima lokasi tersebut
adalah membutuhkan lahan 8 meter lebar x 35 kilometer panjang flowline (14 ha);
Kompleks Kilang LNG seluas lebih kurang 300 ha;
lebar x 60 km panjang pipa (120 ha). Lokasi yang perlu dipersiapkan sebelum pemboran
sumur-sumur pengembangan adalah lokasi sumur dan
jalan baru dan peningkatan jalan yang sudah ada) dengan panjang kumulatif dari semua
sumur 15 km dengan lebar 6 8 m (sekitar 60 ha). Jadi luas lahan yang diperlukan
untuk tapak proyek sekitar 595 ha. Lahan yang dipergunakan akan menggunakan lahan
milik masyarakat dan lainnya. Pelaksanaan pengadaan lahan secara ganti rugi dilakukan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
II-4
PT PERTAMINA EP -PPGM
B. Kapasitas Produksi
Rencana kegiatan yang akan dilakukan oleh PT. PERTAMINA EP, Proyek Pengembangan Gas
Matindok adalah mulai dari kegiatan pemboran sumur pengembangan maupun pemboran
work over, pembangunan Block Station (BS) dan membangun pipa transmisi gas (flowline
dantrunkline), membangun Kilang LNG (DSLNG) berikut pelabuhan untuk membawa LNG ke
luar Kabupaten Banggai.
Cadangan gas (1P, 2P dan 3P) dari lapangan-lapangan gas di blok Matindok adalah sebagai
berikut :
Lapangan
1P
2P
3P
Donggi
332.76
518.45
718.83
Matindok
135.51
364.47
470.64
Maleo Raja
117.54
148.71
181.54
Minahaki
80.45
128.38
195.74
Sukamaju
32.65
48.73
80.33
Kapasitas produksi gas di Blok Matindok berdasarkan perhitungan cadangan gas yang ada
diperkirakan akan sebesar 100 MMSCFD (gross), dengan kandungan kondensat 850
bopd dan air terproduksi maksimum sebesar 2500 bwpd. Umur produksi 20 tahun
dengan kemampuan produksi plateau sebesar 100 MMSCFD selama 13 tahun yang
didasarkan atas besarnya cadangan gas dan hasil kajian ekonomi. Gas yang diproduksi
mengandung CO 2 2,5%, kandungan Total Sulfur 3.000 ppm dan kemungkinan adanya
unsur lainnya.
Fasilitas produksi gas yang akan dibangun terdiri dari Sumur Gas, Flowline, Manifolding
Station, Gathering Line dan Block Station (BS) berikut Processing Facility (AGRU-SRU). Pipa
transmisi dari BS menuju Kilang LNG direncanakan berukuran 32 sepanjang 23 km
dengan menggunakan jalur pipa JOB Pertamina Medco Tomori Sulawesi (yang sudah
dilengkapi dengan Dokumen AMDAL tersendiri).
Komposisi gas yang terkandung dalam pipa antara Sumur s/ d Block Station maupun dari
Block Station sampai dengan Kilang LNG adalah sebagai berikut.
II-5
PT PERTAMINA EP -PPGM
Unit
N2
CO2
CH4
C2 H 6
C3 H 8
i-C4 H10
n-C4 H10
i-C5 H12
n-C5 H12
C6 H14
C7 H16
Hg
C7 H16
CO2
H2 S
Total Sulfur
Water content
H2 O
% mole
% mole
% mole
Donggi
Matindok
0.13910
0.00200
0.00010
0.38400
0.00200
0.00020
%
%
%
%
%
%
%
%
%
%
%
%
%
mole
mole
mole
mole
mole
mole
mole
mole
mole
mole
mole
mole
mole
1.14213
3.18000
91.22078
1.51580
1.20215
0.34065
0.33898
0.18483
0.10870
0.08113
0.54367
2.23043
3.03000
80.97919
6.49778
3.06306
0.72750
0.94917
0.65306
0.39829
0.34852
0.73681
100.000
100.000
%
%
%
%
%
%
%
%
%
mole
mole
mole
mole
mole
mole
mole
mole
mole
1.18130
94.34943
1.56779
1.24338
0.35233
0.35060
0.19116
0.11243
0.08391
2.30920
83.83896
6.72725
3.17123
0.75319
0.98269
0.67612
0.41235
0.36083
% mole
0.56232
0.76283
Spesifikasi
75 ppmv max
3.5 ppmv max
17 ppmv max
10 lb/mmscf max
II-6
PT PERTAMINA EP -PPGM
MINAHAKI
50
DONGGI
40
30
20
10
0
1
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Year
MALEORAJA
35
30
MATINDOK
Gas Rate (MMSCF/ day)
25
20
15
10
0
1
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Year
II-7
PT PERTAMINA EP -PPGM
Sedangkan komposisi gas dan kemampuan produksi khusus lapangan Sukamaju yang akan
diperuntukkan ke IPP Banggai adalah sebagai berikut :
Tabel 2.3. Komposisi Gas Lapangan Sukamaju
Typical Gas Composition Of
Production Facilities Battery Limit
Hydrogen Sulphide
H2 S
Alkyl Mercaptan
RSH
Carbonyl Sulphide
COS
Nitrogen
N2
Carbon Dioxide
CO2
Methane
CH4
Ethane
C2 H 6
Propane
C3 H 8
Iso-Butane
i-C4 H10
Normal-Butane
n-C4 H10
Iso-Pentane
i-C5 H12
Normal-Pentane
n-C5 H12
Hexane
C6 H14
Heptane plus
C7 H16
Mercury
Hg
Total
Pressure (Bottom Hole)
Psia
Temperature (Bottom Hole) Deg. F
Unit
%
%
%
%
%
%
%
%
%
%
%
%
%
%
%
%
%
%
Sukamaju
mole
mole
mole
mole
mole
mole
mole
mole
mole
mole
mole
mole
mole
mole
mole
mole
mole
mole
0.1998
0.0010
0.0004
2.9764
0.3096
85.9307
4.8391
2.1274
0.6192
0.9488
0.3895
0.2797
0.2896
1.0887
100.0000
2800
250
SUKAMAJU
6
0
1
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
Year
II-8
PT PERTAMINA EP -PPGM
C. Jadwal Kegiatan
Kegiatan pengembangan dibagi kedalam beberapa tahapan, yaitu prakonstruksi, konstruksi,
operasi dan pasca operasi.
Tabel 2.4. Umur Kegiatan Pengembangan Lapangan Gas Matindok
Tahap Kegiatan
1. Prakonstruksi
2. Konstruksi
3. Operasi
a. Pemboran
b. Operasi Produksi Gas
c. Operasi Produksi LNG
4. Pasca Operasi
2008
***********
2009
Tahun
2012
2013
2035
***********
*********** ***********
***********
***********
**********
Secara lebih rinci jadwal pengembangan lapangan gas Matindok dapat dilihat pada
Tabel 2.5, Tabel 2.6 dan Tabel 2.7.
Kilang LNG yang akan dibangun direncanakan akan memproduksi LNG maksimum sampai
dengan 2 juta metrik ton per tahun dengan pasokan gas alam antara 300 hingga 350
standar kaki kubik per hari (mllion standard cubic feet per day, disingkat MMSCFD) yang
berasal dari Blok Matindok sebesar 95 MMSCFD dan dari Blok Senoro sebesar 250 MMSCFD.
Selain itu, juga akan dihasilkan kondensat maksimum sampai 2.500 barel kondensat per
hari. Kilang LNG diperkirakan akan beroperasi selama 20 tahun. Apabila gas dari Block
Matindok habis kemungkinan masih akan menerima gas-gas yang akan dikembangkan
kemudian dari lapangan-lapangan baru baik dari blok JOB Senoro maupun dari Block
Matindok.
Pembangunan proyek yang meliputi pembangunan Block Station di darat, jaringan pipa gas
untuk menyalurkan gas menuju lokasi Kilang LNG, tanki penyimpanan LNG, pelabuhan laut
khusus untuk pengiriman LNG serta fasilitas pendukung Kilang. Bahan baku gas akan
dipasok dari 5 lokasi sumber gas dari 4 (empat) sumur yang sudah ada dengan
penambahan sumur gas baru sebanyak 17 sumur, sehingga total sumur produksi adalah 21
sumur yang akan diproduksikan selama 15 tahun periode operasi. Jadwal kegiatan
konstruksi direncanakan akan dimulai awal tahun 2009. Rencana kegiatan ini dilakukan
secara bertahap, dimana secara garis besar, dasar perencanaan fasilitas produksi
diringkaskan seperti disajikan pada Gambar 2.4, Gambar 2.5 dan Gambar 2.6.
II-9
PT PERTAMINA EP -PPGM
Tabel 2.5. Jadwal Rencana Kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok, Senoro dan LNG Plant
II-10
PT PERTAMINA EP -PPGM
Tabel 2.6. Jadwal Rencana Kegiatan Pengembangan Sukamaju dan IPP Banggai
II-11
PT PERTAMINA EP -PPGM
Tabel 2.7. Jadwal Rencana Operasional Pengembangan Lapangan Matindok LNG Plant dan
Sukamaju dan IPP Banggai
Tabel 2.6. Jadwal Rencana Kegiatan Pengembangan Lapangan Sukamaju dan IPP Banggai
File di Bu Rita
II-12
PT PERTAMINA EP -PPGM
5,6 KM
STRUKTUR
MALEORAJA
1,7 KM
STRUKTUR
MATINDOK
STRUKTUR
DONGGI
34,9 KM
MTD Junction
26,5KM
II-13
BATUI
PT PERTAMINA EP -PPGM
5,6 KM
STRUKTUR
MALEORAJA
STRUKTUR
SUKAMAJU
STRUKTUR
MATINDOK
1,7 KM
STRUKTUR
SUKAMAJU
STRUKTUR
DONGGI
11,9 KM
11,4 KM
11,6 KM
MTD Junction
26,5KM
II-14
BATUI
PT PERTAMINA EP -PPGM
Compressor
Sepa ration
Un it
Compressor
BS
MINAHAKI
Condensate
Tank
BS
MATINDOK
Compressor
MLR Junction
TEG
Sepa ration
Un it
8 X 3 900 m
BS
SUKAMAJU
12 x 1 700 m
Condensate
Tank
8 X 560 0 m
BS
MALEORAJA
TEG
TEG
Sep aratio n
Un it
14 x 11900 m
14 x 11400 m
MHK Junction
14 x 11600 m
18 x 26500 m
SJU Junction
Operating
Condensate
Tank
Standby
BS
DONGGI
II-15
Booster
BATUI
PT PERTAMINA EP -PPGM
D. Jenis Sumber Energi dan Sumber Air yang Diperlukan di Lokasi Rencana Kegiatan
Jenis sumber energi utama untuk mendukung pengoperasian fasilitas produksi adalah:
1. Bahan bakar gas diperlukan untuk pengoperasian berbagai fasilitas seperti Unit
Pengering Gas, Gas Treating Unit , Unit Pencairan Gas menjadi LNG, Penggerak
Kompresor dan Penggerak Generator listrik. Bahan bakar gas akan diambil dari hasil
produksi sendiri.
2. Unit generator berbahan bakar minyak, yang disediakan untuk keadaan darurat di
masing-masing BS, Kilang LNG dan Pelabuhan Khusus/pelabuhan. Bahan bakar minyak
diperoleh dari sumber terdekat di sekitar lokasi proyek.
3. Energi listrik yang berasal dari genset berbahan gas untuk penerangan dan penggerak
motor listrik.
3
Keperluan air cukup besar, untuk pemboran sekitar 420 m per sumur, hydrotest saluran
pipa sekitar 20.000 m3 dan kebutuhan air untuk operasi setiap unit BS sekitar 25 m3 /hari.
Kebutuhan air tawar untuk konstruksi tersebut di atas, akan diambil dari air sungai atau
genangan air tawar terdekat.
3
Kebutuhan air untuk operasional Kilang LNG plant memerlukan air sebesar 75 m /hari.
Untuk keperluan operasional tersebut direncanakan menggunakan air tanah dalam.
Kemungkinan lain operasional Kilang LNG akan menggunakan air sungai atau air laut yang
telah di desalinasi terlebih dahulu.
Lokasi rencana kegiatan PPGM disajikan pada Gambar 2.7.
II-16
PT PERTAMINA EP -PPGM
II-17
PT PERTAMINA EP -PPGM
Batui
dilaksanakan
untuk
mendapatkan
saran/masukan/tanggapan
masyarakat yang bertempat tinggal di Desa Kintom dan Batui, sedangkan yang
dilaksanakan di Kecamatan Toili untuk warga masyarakat di Desa Toili dan Toili Barat.
Pertemuan ini dihadiri oleh delegasi PT. PERTAMINA-EP, wakil dari Kementrian KLH,
dari Ditjen Migas, Pemerintah Kabupaten Banggai, Tim Penyusun Dokumen AMDAL dari
PSLH UGM - PPLH UNTAD, serta masyarakat Kecamatan Batui, Toili dan Toili Barat di
Kabupaten Banggai.
Berdasarkan pengamatan dan evaluasi terhadap saran, pendapat dan tanggapan dari
masyarakat, Pemerintah Daerah dan pihak-pihak terkait dengan rencana kegiatan
pengembangan, terdapat beberapa masukan yang perlu menjadi perhatian sebagai
berikut:
Pembebasan lahan dan kompensasi tanaman tumbuh
Ketenagakerjaan lokal
Program pemberdayaan masyarakat
Keberadaan terumbu karang di lepas pantai
Keberadaan Suaka Margasatwa Bakiriang
Semua saran, rekomendasi dan gagasan tersebut menjadi bahan pertimbangan/
masukan bagi Tim Studi dalam penyusunan Dokumen ANDAL, RKL dan RPL
Pengembangan Lapangan Gas Matindok.
F. Kegiatan Pemboran
1. Pemboran Sumur
Secara geologi daerah Blok Matindok dan sekitarnya terletak di Cekungan Banggai yang
berada di sebelah selatan dari lengan bagian timur Pulau Sulawesi. Cekungan Banggai
merupakan bagian utama dari offshore depression sepanjang pantai sebelah selatantimur dari bagian tangan sebelah timur laut Sulawesi yang berbentuk tidak simetris
II-18
PT PERTAMINA EP -PPGM
dengan kemiringan sepanjang garis pantai dan berorientasi dengan arah N60E.
Cekungan ini termasuk pada klasifikasi cekungan transform refted yang merupakan
cekungan active margin basin or collision related basin. Stratigrafi regional Cekungan
Banggai dapat dilihat pada Gambar 2.8, dimana daerah ini mempunyai potensi
hidrokarbon dan telah terbukti menghasilkan hidrokarbon di batuan karbonat Formasi
Tomori dan Formasi Minahaki.
Sampai dengan bulan Februari 2006, telah dilakukan 12 pengeboran sumur di Blok
Matindok, dimana 9 sumur berhasil menemukan gas di lima struktur (Donggi, Matindok,
Maleoraja, Sukamaju dan Minahaki) dan 3 sumur kering. Pemboran sumur masih
mungkin dilakukan di Blok Matindok ini, karena berdasarkan analisa Geologi dan
Geofisika masih terdapat beberapa prospek dan lead yang kemungkinan mempunyai
potensi kandungan hidrokarbon.
II-19
PT PERTAMINA EP -PPGM
Water Contact).
II-20
PT PERTAMINA EP -PPGM
Sumur
DNG-1
DNG-2
DNG-3
DNG-5
DNG-AA/6
DNG-BB/7
DNG-CC/8
DNG-DD/9
Skematis
rencana
casing
setting
dan
desain
Keterangan
Existing
Existing
Existing
Existing
Development
Development
Development
Development
lumpur
pada
sumur-sumur
DNG-AA/6
DNG-BB/7
DNG-CC/8
DNG-DD/9
Selubung
20
13 3/8
9 5/8
7
20
13 3/8
9 5/8
7
20
13 3/8
9 5/8
7
20
13 3/8
9 5/8
7
Mud Type
Mud Weight
0-60 m
0-700 m
0-1622 m
1572-1770 m
0-60 m
0-760 m
0-1608 m
1558-1770 m
0-60 m
0-460 m
0-1607 m
1557-1770 m
0-60 m
0-420 m
0-1596 m
1546-1770 m
PHB
PHPA
PHPA
PHPA
PHB
PHPA
PHPA
PHPA
PHB
PHPA
PHPA
PHPA
PHB
PHPA
PHPA
PHPA
1.05
1.06-1.08
1.08-1.15
1.15
1.05
1.06-1.08
1.08-1.15
1.15
1.03
1.08-1.16
1.16-1.35
1.17
1.03
1.08-1.16
1.16-1.35
1.17
II-21
PT PERTAMINA EP -PPGM
II-22
PT PERTAMINA EP -PPGM
MTD-1S/3
Koordinat
X
Y
439.984
9.855.135
MTD-AA/4
439.616
9.854645
Development
MTD-BB/2
439.328
9.853.988
Development
MTD-CC/5
439.991
9.853.929
Development
Sumur
Keterangan
Subtitute MTD-1
Rencana casing dan desain lumpur pada sumur-sumur Lapangan Matindok disajikan
pada tabel berikut.
Tabel 2.11. Skematis Rencana Casing Setting dan Desain Lumpur Pada
Sumur-Sumur Lapangan Matindok
Sumur
MTD-1S/3
MTD-AA/4
MTD-2
(APRAISAL)
MTD-CC/5
Selubung
Kedalaman
Mud Type
Mud Weight
20
13 3/8
9 5/8
7
20
13 3/8
9 5/8
7
20
13 3/8
9 5/8
7
20
13 3/8
9 5/8
7
0-150 m
0-900 m
0-1963 m
1913-2113 m
0-150 m
0-900 m
0-1920 m
1870-2113 m
0-150 m
0-600 mVD
0-1932 mVD
1882-2200 mVD
0-150 m
0-800 m
0-1894 m
1844-2113 m
PHB
PHPA
PHPA
PHPA
PHB
PHPA
PHPA
PHPA
PHB
PHPA
PHPA
PHPA
PHB
PHPA
PHPA
PHPA
1.05
1.05 1.08
1.08 1.20
1.13 1.15
1.05
1.05 1.08
1.08 1.20
1.13 1.15
1.05
1.05 1.08
1.08 1.20
1.13 1.15
1.05
1.05 1.08
1.08 1.20
1.13 1.15
II-23
PT PERTAMINA EP -PPGM
II-24
PT PERTAMINA EP -PPGM
Sumur
Keterangan
MLR-AA/2
439.422
9.857.808
Development
MLR-BB/3
438.087
9.857.878
Development
MLR-CC/4
438.784
9.857.745
Development
Sementara itu skematis rencana casing setting dan desain lumpur pada sumursumur pengembangan di Lapangan Maleo Raja disajikan pada tabel berikut.
MLR-AA/2
MLR-BB/3
MLR-CC/4
Selubung
Kedalaman
Mud Type
Mud Weight
20
0-160 m
PHB
1.055
13 3/8
0-860 m
PHPA
1.055 1.18
9 5/8
0-1957 m
PHPA
1.18 1.36
1907-2088 m
PHPA
1.15
20
0-160 m
PHB
1.055
13 3/8
0-860 m
PHPA
1.055 1.18
9 5/8
0-1911 m
PHPA
1.18 1.36
1861-2088 m
PHPA
1.15
20
0-160 m
PHB
1.055
13 3/8
0-860 m
PHPA
1.055 1.18
9 5/8
0-1934 m
PHPA
1.18 1.36
1884-2088 m
PHPA
1.15
II-25
PT PERTAMINA EP -PPGM
II-26
PT PERTAMINA EP -PPGM
Sumur
Keterangan
MHK-1S/2
X-Coord
424.521
Y-Coord
9.839.501
Subtitute MHK-1
MHK-AA/3
424.755
9.840.355
Development
MHK-BB/4
425.014
9.841.230
Development
MHK-CC/5
424.221
9.838.619
Development
MHK-AA/3
MHK-BB/4
MHK-CC/5
Selubung
20
13 3/8
9 5/8
7
20
13 3/8
9 5/8
7
20
13 3/8
9 5/8
7
20
13 3/8
9 5/8
7
Kedalaman
0-150 m
0-800 m
0-1762 m
1712-1927 m
0-150 m
0-800 m
0-1784 m
1734 -1927 m
0-100 m
0-580 m
0-1762 m
1712-1927 m
0-150 m
0-740 m
0-1766 m
1716 - 1927 m
Mud Type
Mud Weight
PHB
PHPA
PHPA
PHPA
PHB
PHPA
PHPA
PHPA
PHB
PHPA
PHPA
PHPA
PHB
PHPA
PHPA
PHPA
1.05
1.05 1.18
1.18 1.30
1.15
1.05
1.05 1.18
1.18 1.30
1.15
1.05
1.05 1.18
1.18 1.30
1.15
1.05
1.05 1.18
1.18 1.30
1.15
II-27
PT PERTAMINA EP -PPGM
II-28
PT PERTAMINA EP -PPGM
Tabel 2.17. Skematis Rencana Casing Setting dan Desain Lumpur ada
Sumur-Sumur Sukamaju
Sumur
SJU-AA
SJU-BB
Selubung
20
13 3/8
9 5/8
7
20
13 3/8
9 5/8
7
Kedalaman
0-150 m
0-800 m
0-1977 m
1927-2050 m
0-150 m
0-800 m
0-1908 m
1858 -2050 m
Mud Type
PHB
PHPA
PHPA
PHPA
PHB
PHPA
PHPA
PHPA
Mud Weight
1.04
1.05
1.20
1.14
1.04
1.05
1.20
1.14
1.05
1.10
1.23
1.15
1.05
1.10
1.23
1.15
Konfigurasi sumur SJU-1 dan rencana pengembangan SJU-AA dapat dilihat pada
gambar berikut.
II-29
PT PERTAMINA EP -PPGM
Peralatan pemboran dan kapasitasnya disesuaikan dengan target pemboran. Selain itu,
masih digunakan pula peralatan pendukung operasi lainnya seperti air compressor,
cement mixer and pump, cement storage tanks, electric wire logging unit, mud pump,
mud logging equipment, desender and desilter, truck and trailers, pompa air, blow out
preventer, dan lain sebagainya.
Dilihat dari lokasi antara sumur pemboran dengan kilang LNG di Uso, blok sumur
Matindok letaknya relatif paling dekat yaitu sekitar 13 km sedangkan yang terjauh
adalah blok Donggi dengan jarak 50 km. Sementara itu bila dilihat kedekatannya
dengan perairan/laut, blok Donggi yang terdekat ( 3 km) dan yang terjauh blok
Sukamaju ( 10 km); dan bila dari sungai yang terdekat adalah blok Maleoraja yaitu
sekitar 10 meter dari Kuala Kayo dan yang terjauh adalah blok Minahaki dengan jarak
250 meter dari S. Toliso.
3. Sumur Produksi
Setelah pemboran selesai, selanjutnya dilakukan penyelesaian sumur (well completion)
sesuai dengan program yang telah disusun, antara lain dengan pemasangan production
II-30
PT PERTAMINA EP -PPGM
Interval
(M)
Hole
Size
(Inch)
Sg
Jenis
Lumpur
0-40
36
1.04
GEL WATER
30
100%
40-150
26
1.04-1.08
WBM
20
150-1000
17
1.08-1.20
WBM
1000-1099 12
1.20-1.27
1.15
1099-2357
Casing
Volume
(BBL)
Hole
Volume
(BBL)
Surface
Volume
(BBL)
Volume
Per Smr
Loss
Surface
(BBL)
Total
Volume
(BBL)
10
11
12
13
14
Assumsi casing
330.36
0.00
330.46
330.46
330.46
30-ID 29
100%
474.01
107.22
581.23
503.44
581.23
100.00
1,291.90
20-94 ID 19.124
13 3/8
50%
1,244.54
174.85
1.419.39
503.44
1.419,39
WBM
9 5/8
50%
788.47
507.22
1.295,69
1,295.69
1,802.91
9 5/8-36 ID 8.921
WBM
50%
89.12
532.43
621.55
503.44
621.55
1,657.42
7-26 ID 6.276
II-31
Keterangan
PT PERTAMINA EP -PPGM
Volume (BBL)
Measure Depth
Serbuk Bor
(M)
(Cutting)
1951
2,270
Mud
Catatan
5,959
Directional Well
DNG-BB/7
1890
2,064
5,504
Directional Well
DNG-CC/8
1888
1,827
4,944
Directional Well
DNG-DD/9
1896
1,797
4,870
Directional Well
MTD-1S/3
2347
2,911
7,150
Directional Well
MTD-AA/4
2235
2,707
6,720
Directional Well
MTD-BB/2
2200
2,512
6,275
Stright Well
MTD-CC/5
2113
2,701
6,763
Stright Well
MLR-AA/2
2088
2,705
6,768
Stright Well
MLR-BB/3
2207
2,780
6,890
Directional Well
MLR-CC/4
2294
2,858
7,033
Directional Well
MHK-1S/2
1978
2,542
6,450
Directional Well
MHK-AA/3
2069
2,628
6,610
Directional Well
MHK-BB/4
2000
2,395
6,094
Directional Well
MHK-CC/5
2044
2,548
6,433
Directional Well
SJU-AA/2
2113
2,670
6,689
Directional Well
SJU-BB/3
2171
2,653
6,621
Directional Well
Jenis lumpur yang digunakan adalah Water Base Mud (WBM) yaitu berupa campuran
bahan baku utama air dengan bahan kimia pembuat lumpur bor dan additive seperti
disajikan pada tabel berikut.
II-32
PT PERTAMINA EP -PPGM
Tabel 2.20. Estimasi Kebutuhan Bahan Kimia dan Additive Lumpur Bor Untuk Masing-Masing Sumur
II-33
PT PERTAMINA EP -PPGM
II-34
PT PERTAMINA EP -PPGM
II-35
PT PERTAMINA EP -PPGM
II-36
PT PERTAMINA EP -PPGM
II-37
PT PERTAMINA EP -PPGM
Desain flowline tersebut berdasarkan ASME/ANSI B.31.8. (keterangan Code dan Standard
WELL
MHK
SDV -2
WELL
MTD
SDV-3
WELL
MLR
SDV-4
WELL
NEXT
SDV-5
Test Manifold
SDV-1
HP Manifold
WELL
DGN
HP Manifold
II-38
PT PERTAMINA EP -PPGM
Pemasangan pipa 16 dari BS Donggi menuju ke Senoro atau Matindok yang melewati
Suaka Margasatwa (SM) Bakiriang akan dilakukan dengan 3 (tiga) alternatif, yaitu :
Alternatif-1.
Pipa akan dibangun di sisi jalan raya Luwuk Morowali di kedalaman 2 meter di bawah
permukaan tanah. Setelah pipa tertanam kemudian kondisi tanah yang dibuka diratakan dan
dihijaukan kembali. Pada waktu operasional selama 20 tahun tidak dilakukan penggalianpenggalian tanah di SM Bakiriang.
Alternatif-2.
Penggelaran pipa dilakukan secara Horizontal Directional Drilling (HDD), dan pipa akan
dipasang sedalam 150 meter di bawah permukaan tanah, sehingga tidak akan mengganggu
ekosistem SM Bakiriang, termasuk perakaran pohon-pohon yang mempunyai kedalaman
maksimal 10 meter di bawah permukaan tanah.
Alternatif-3.
Pipa akan digelar melalui jalur laut. Untuk alternatif ini jalur pipa ini menggunakan ROW
jalur pipa yang sudah direncanakan JOB Pertamina-Medco Tomori Sulawesi (yang sudah
dilengkapi dokumen AMDAL tersendir). Pembangunan pipa dijalur tersebut akan dilakukan
bersama-sama dengan saat pembangunan pipa Senoro.
Cara penggelaran pipa berdasarkan atas SK Mentamben No. 300.K/38/M.PE/1997 tentang
keselamatan kerja pipa penyalur minyak dan gas bumi. Pipa-pipa akan ditanam dengan
metode pretrench pada kedalaman 2 meter dan dibawah permukaan tanah. Pemasangan
pipa pada kedalaman 13 atau lebih akan diletakkan di dasar laut serta dilengkapi dengan
sistem pemberat agar pipa tidak bergeser atau pindah. Setelah penggelaran pipa selesai
pipa akan dilengkapi dengan sarana bantu navigasi pelayaran (SBNP) untuk aspek
keselamatan pelayaran sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Untuk
kedalaman kurang dari 13 m pipa ditanam pada kedalaman 2 m di bawah dasar laut.
Gambar jalur pipa dari Donggi, Matindok dan Senoro yang menuju ke LNG Plant seperti
dilihat pada Gambar 2.18.
II-39
PT PERTAMINA EP -PPGM
Matindok wells
Minahaki wells
Maleoraja wells
Range :
19 31 m
(6)
Range :
11 21 m
(4-6)
Range :
2,300 2,600
m (4-6)
MS-Minahaki
5,560 m 8
5,030 m 8
11,600 m 8
BS-GPF
MATINDOK
M4
BS-GPF
DONGGI
LNG
3,470 m 16
D4
TIP-1
33,000 m 16
7,940 m 18
15,000m 18
11,000 m 32
15,000m 32
S4
Range :
1,300 5,000 m
(4-6)
Donggi wells
Sales
Gate
*) 700 psig
TIP-2
CPP Senoro
15,000m 24
15,000m 18
SENORO
Gambar 2.18. Jalur Pipa dari Donggi, Matindok dan Senoro Menuju LNG Plant
LNG Plant
II-40
PT PERTAMINA EP -PPGM
Disain Pipa
Material yang digunakan untuk flowline mengikuti NACE MR175 ( Metals for Sulfide Stress
Cracking and Stress Corrosion Cracking Resistence in Sour Oilfield Environments). Material
yang dipilih adalah material tahan korosi (316 SS lined steel pipe untuk temperatur < 140oF
dan Alloy 825 lined steel pipe untuk temparatur > 140oF).
Disain pipa dan pemasangan pipa akan mengacu pada beberapa standard nasional
(Departemen Pertambangan dan Energi tentang Insatalasi Minyak dan Gas Bumi No.
01/P/M/Pertamb/1980; Kep.Men PE No. 300.K/38/M.PE/1997 dan Peraturan Ditjen MIGAS:
Standar Pertambangan MIGAS (SPM, 1992) 50.54.0-50.54.1) dan internasional (antara lain
API 5 SL Specification for Line Pipe, API 1104 Welding of Pipeline and Related facilities,
ASME B31.8 Gas Distrbution and Tranportation Piping System).
Adapun daftar code, standar dan acuan selengkapnya yang akan digunakan tercantum pada
Lampiran. Secara teknis disain pipa mampu digunakan selama minimal 30 tahun.
Penyambungan pipa dilakukan oleh tenaga yang memiliki sertifikat khusus. Perkiraan ukuran
pipa (flowline dari masing-masing blok sumur disajikan pada Tabel 2.21.
Material pipa penyalur (flowline) menggunakan clading pipe CRA, dan isolasinya berupa
Wrapping Insulation. Untuk material Pipeline (Trunkline) menggunakan Carbonsteel API 5L,
dan isolasinya berupa Manufacture Insulation.
II-41
PT PERTAMINA EP -PPGM
II-42
PT PERTAMINA EP -PPGM
HP SEPARATOR
TO
GPF
LEAST COMPRESSOR
MP SEPARATOR
WELLS
LP SEPARATOR
TEST SEPARATOR
WATER
TREATMENT
TO DISPOSAL SYSTEM
TO
CONDENSATE
TANK
II-43
PT PERTAMINA EP -PPGM
1. Unit Separasi
Hidrokarbon dari sumur produksi mengandung kondensat, air dan gas dimana jumlah
terbesar adalah gas. Langkah awal untuk memisahkan kondensat, air dan gas adalah
dengan menggunakan separator gas. Di dalam alat tersebut kondensat dan air terpisah
dari gas. Kondensat dan air akan mengalir dari bagian bawah separator sedangkan gas
akan mengalir dari bagian atasnya. Proses pemisahaan di dalam alat tersebut hanya
merupakan proses fisika dan tanpa penambahan bahan kimia.
Kondensat dan air dipisahkan dengan prinsip ketidak-saling-larutan dan perbedaan
berat jenis. Kondensat ditampung di tangki penampung, sedangkan air diproses lebih
lanjut dalam sistem pengolah air (waste water treatment).
Apabila tekanan gas dari sumur berkurang akibat penurunan tekanan reservoir secara
alami, maka akan dilakukan pemasangan kompresor di Gathering Station/ Block Station
guna menjaga stabilitas tekanan gas yang masuk ke System CO2 / H2S Removal maupun
ke konsumen gas tetap stabil.
Kondensat ditampung di tangki penampung untuk dikirim ke Kilang LNG di Batui
menggunakan mobil tangki. Gambar 2.20 menunjukkan sistem kerja dari gathering
station/block station.
2. Tangki penampung
Tangki penampung dipakai untuk menampung kondensat yang berasal dari separator,
sebelum diangkut ke Batui. Jumlah tangki penampung yang dipakai sebanyak 2 buah
3
Jumlah kompresor
yang ditempatkan di Block Station rata-rata 3 unit per lokasi. Hal ini dikarenakan pada
umumnya tekanan gas yang keluar dari sumur akan mengalami penurunan secara
alamiah selama proses produksi, sehingga diperlukan tambahan kompresor baru di
II-44
PT PERTAMINA EP -PPGM
AGRU-SRU
LC
EP
M EDCOENERGI
Oil & Gas
LC
Flare
LC
PC
LP man ifold
Test mani fo ld
HP ma ni fo ld
MP man ifol d
Water Treat.
LC
LC
LC
Water Treat.
Flare
Water Treat.
PC
LC
LC
Closed drain
Water Treat.
Cond. export
II-45
PT PERTAMINA EP -PPGM
point control.. Diagram Fasilitas Produksi Gas (GPF) adalah sebagai disajikan pada gambar
berikut.
DEHYDRATION
UNIT
(DHU)
BOOSTER
COMPRESSOR
ACID GAS
REMOVAL UNIT
(AGRU)
DEW POINT
CONTROL
( DCU )
TREATED
GAS
TO LNG
TO AIR
TO SULFUR
STORAGE
Utilities &
Offsite Facilities
absorber dan melepaskannya lagi di dalam menara stripper atau column, sehingga
diperoleh sweet gas dengan kandungan CO2 dan H 2S yang rendah. Gas dari
Block
Station dialirkan melalui pipa ke Acid Gas Removal Unit yang terletak di BS di Donggi
dan Matindok.
II-46
PT PERTAMINA EP -PPGM
SRU
Outlet
Gas Scrubber
Amine
Circulation
Pump
Condenser
Amine
Filter
Lean
Amine
Cooler
Amine
Contactor
Inlet
Gas Scrubber
Amine
booster
Pump
Still
Stripping
Column
Lean-Rich
Amine
Exchanger
Reboiler
Amine Flash
Tank
GATHERING
STATION
Fungsi utama dari AGRU adalah pembuangan karbon dioksida. Pembuangan karbon
dioksida diperlukan untuk mencegah timbulnya masalah pembekuan dan penyumbatan
pada suhu yang sangat rendah yang dipakai dalam Unit liquifaction. Konsentrasi karbon
dioksida dalam aliran gas akan dikurangi sampai 50 bagian per sejuta volume (ppmv)
dengan cara penyerapan dengan menggunakan larutan dasar-amina (amine-based
(feed) gas alam hanya sedikit sekali atau tidak ada sama sekali.
II-47
PT PERTAMINA EP -PPGM
II-48
PT PERTAMINA EP -PPGM
Process Claus
Proses Claus dipilih apabila kandungan sulfur dalam gas alam mencapai lebih dari 5000
ppm. Dari banyak teknologi yang ada, proses Claus adalah yang paling terkenal dan
paling banyak diaplikasikan di seluruh dunia. Proses Claus menggunakan prinsip oksidasi
menggunakan oksigen atau udara pada suhu sekitar 1200 oC melalui reaksi sebagai
berikut :
H2S + O2
SO 2 + H2 O
H2S + SO 2
S + H2 O
Proses Clauss dapat memproduksi sulfur dari umpan gas yang mengandung
15% 100% H2S. Terdapat berbagai macam skema alir dari proses Clauss dimana
perbedaan utamanya terletak pada susunannya saja.
Gas asam dikombinasikan secara stoikiometri dengan udara untuk membakar 1/3 dari
total H2 S menjadi SO2 dan semua hidrokarbon menjadi CO2 . Pembakaran H2S terjadi di
burner dan kamar reaksi. Aliran massa bertemperatur tinggi hasil dari pembakaran
dilairkan ke waste heat boiler dimana panas akan dibuang dari gas hasil pembakaran
tersebut. Aliran gas selanjutnya diumpankan ke reaktor dimana akan terjadi rekasi yang
akan mengubah SO2 menjadi sulfur. Hasil reaksi selanjutnya didinginkan di kondenser
pertama dan sulfur cair yang dihasilkan dipisahkan. Gas yang keluar kondenser pertama
selanjutnya dipanaskan dan diumpankan ke reaktor kedua. Dalam reaktor ini terjadi
reaksi yang sama dengan reaksi dalam reaktor pertama. Produk yang keluar dari reaktor
kedua selanjutnya didinginkan dalam kondenser kedua dan sulfur cairnya dipisahkan.
Process Shell Paques
Untuk kandungan sulfur dalam gas alam dibawah 5000 ppm, maka akan dipilih
teknologi dari Shell Paques. Proses Shell Paques adalah proses biologi untuk removal
H2S dari umpan gas sangat sesuai untuk kapasitas produksi sulfur 0.5 30 ton/hari.
Larutan yang digunakan untuk menyerap H2 S adalah larutan soda yang mengandung
bakteri sulfur. Penyerapan H2 S terjadi pada kolom absorber dan larutan yang keluar dari
absorber diregenerasi di tangki aerator dimana hidrogen sulfida secara biologi dikonversi
menjadi elemen sulfur oleh bakteri sulfur. Konsentrasi H2 S yang bisa dicapai oleh proses
ini dibawah 5 ppmv. Tekanan operasi proses Shell Paques adalah 0.1 90 barg.
II-49
PT PERTAMINA EP -PPGM
Gambar 2.24. PFD Acid Removal dan Sulfur Recovery Unit (Claus Process)
proses
absorbsi
(penyerapan)
air
dengan
menggunakan
bahan
kimia
triethyleneglycol (TEG), yang mana TEG dapat dipakai lagi setelah dibersihkan dari air
secara fisis (close cycle). Hasil dari proses tersebut adalah gas yang sudah memenuhi
syarat untuk dikirim ke konsumen. Gambar berikut memperlihatkan skema kerja
dehydration unit.
II-50
PT PERTAMINA EP -PPGM
V-2
To Flare
Sales Gas
Glycol
Stripping
Column
Glycol Cooler
Glycol
Contactor
Cold
Glycol
Exchanger
Reboiler
Glycol/ Condensate
Skimmer
Hot
glycol
Exchanger
AGRU
V-1
Glycol Surge
Drum
Glycol
Filter
Glycol
Make-up
Pump
Glycol
Injection
Pump
untuk menjaga suhu embun dari hydrocarbon mencapai maksimum 75 F pada tekanan
750 psig. Guna unit ini adalah untuk menjaga agar cairan tidak timbul selama
pengiriman gas akibat turunnya temperatur udara. Prosesnya didasarkan pada JT valve
expansion dan pendinginan dengan cara recompression. Proses cara lain dengan
menggunakan sistem propane refrigeration juga akan dipertimbangkan pada rekayasa
II-51
PT PERTAMINA EP -PPGM
FL
DONGGI
8 WELLS
DONGGI
BS
MS
4 WELLS
4 WELLS
3 WELLS
BS
MANIFOLD
STATION
MINAHAKI
MANIFOLD
STATION
MALEORAJA
AGRU,
SRU
DHU
DCU
PL
TIP-1
BS
BS
MANIFOLD
STATION
MATINDOK
GPF
AGRU,
SRU
DCU
DHU
TIP-2
MATINDOK
BLOCK STATION
SUKAMAJU
TO IPP
BANGGAI
2 WELLS
Gambar
2.26.
Diagram
BlokFasilitas
Fasilitas Produksi
Gambar
2.21.
Diagram
Blok
Produksi
II-52
TO
LNG
PLANT
PT PERTAMINA EP -PPGM
dengan
SCADA
yang
dapat
memantau
serta
melakukan
tindakan
Penanggulangan keadaan darurat didasarkan pada Kode Praktis Tata Kerja Organisasi
(TKO) serta Organisasi Penanggulangan Keadaan Darurat (OPKD) PPGM, Sistem tanda
bahaya, prosedur jalur pelaporan, sistem komando dalam pelaksanaan tindakan, dan
sarana-prasarana untuk penanggulangan kecelakaan akan disiapkan.
II-53
PT PERTAMINA EP -PPGM
K. Kilang LNG
Gas yang telah diproses di BS di Donggi dan Matindok serta Senoro yang kandungannya
sesuai dengan standar gas yang akan dipasarkan dikirim ke Kilang LNG. Pengiriman gas
dari Junction antara pipa dari BS Donggi dan Matindok dilakukan dengan pipa 32 ke Kilang
LNG di Batui atau Kintom; atau menggunakan pipa 18 apabila tidak menyatu dengan gas
yang mengalir dari Senoro. Secara garis besar fasilitas di kilang LNG akan terdiri dari unit
proses, fasilitas offsite, unit utilitas, unit pengolah limbah, unit pelabuhan dan infrastruktur.
Diagram alir Kilang LNG Donggi-Senoro disederhanakan seperti pada gambar terlampir.
1. Unit Proses
Unit Proses terdiri dari Fasilitas Penerimaan Gas, Fasilitas Pemurnian Gas dan Fasilitas
Pencairan Gas.
a. Fasilitas Penerima Gas
Kapasitas design dari fasilitas ini direncanakan sebesar minimum 335 MMSCFD yang
terdiri dari knock out drum, separator dan metering.
dialirkan ke fasilitas pemurnian gas. Kondensat yang terkumpul dari unit ini akan
ditampung sementara dalam tanki kondensat berukuran 100 bbls sebelum diangkut
ke Blok Senoro untuk distabilkan ke unit stabilisasi kondensat dari Fasilitas
Pencairan Gas Bumi.
b. Fasilitas Pemurnian Gas
Kilang LNG dapat dipastikan akan terdiri dari dua bagian umum: bagian pemurnian
gas dan bagian pencairan/ liquefaction gas . Bagian pemurnian gas diringkaskan di
bawah dan bagian pencairan gas dalam bagian berikutnya. Bagian pemurnian
meliputi Unit Pengeringan dan Unit Pembuangan Merkuri (MRU). Pemurnian gas
diperlukan untuk menghindari masalah karat
Liquefaction .
Dehydration Unit
Kadar air dalam feed gas yang dikirim baik dari Donggi, Matindok maupun Senoro
sebenarnya telah dikurangi hingga kandungan 10 Lb/MMscfd. Akan tetapi
kandungan
tersebut
masih
dapat
menimbulkan
masalah
pembekuan
dan
penyumbatan (formasi hidrat) pada temperatur sangat dingin yang dipakai dalam
Unit Pencairan Gas. Oleh karena itu tujuan dari Unit Pengeringan ini adalah untuk
mengeringkan gas agar kadar airnya tidak lebih dari 0.1 ppmv.
Pengeringan akan dicapai dengan mengalirkan gas tersebut melalui saringan
molekul (molecular sieve). Proses penyerapan kandungan air dalam unit ini
II-54
PT PERTAMINA EP -PPGM
merupakan kegiatan siklus yang melibatkan proses penyerapan air dan regenerasi
periodik saringan setelah saringan molekul tersebut mencapai kondisi jenuh oleh
air. Regenerasi ini dilaksanakan dengan melewatkan aliran gas (Regeneration Gas)
yang dipanaskan melalui dasar untuk melepaskan air yang tertahan sebelumnya.
Aliran gas regenerasi kemudian didinginkan untuk memisahkan kandungan air
sebelum diteruskan ke sistem bahan bakar gas. Sedangkan air yang diperoleh akan
dialirkan ke Effluent Treatment Unit untuk diproses lebih lanjut sehingga air
tersebut memenuhi standard baku mutu lingkungan.
Unit Pembuangan Merkuri (MRU)
Untuk mengamankan fasilitas pencairan gas diperlukan Unit Pembuangan Merkuri
(MRU), walaupun komposisi gas dari sumur tidak ada indikasi mengandung Merkuri.
Meskipun demikian MRU tetap dipasang untuk mencegah terjadinya kerusakan
akibat proses korosi pada peralatan utama dari unit pencairan gas yaitu Main Heat
Exchanger (MHE) yang sebagian besar terbuat dari aluminium. Proses pada unit ini
dilakukan dengan penyerapan secara kimia pada katalis non-regeneratif.
c. Fasilitas Pencairan Gas Alam
Tujuan utama dari fasilitias pencairan gas adalah untuk mencairkan gas alam
menjadi produk LNG. Sebelumnya dilakukan pemisahan kandungan hydrokarbon
berat untuk menghindari terjadinya pembekuan dalam pipa-pipa pencairan gas.
Fasilitas tersebut akan meliputi Unit Pendinginan/Pencairan dan Unit Pemecahan
(fractionation).
DRY
SWEET
GAS
LNG
REFRIGERANT:
N2, C1, C2, C3, C4
REFRIGERANT:
PROPANE
PROPANE
MIXED REFRIGERANT
II-55
PT PERTAMINA EP -PPGM
Unit Pendinginan/Pencairan
Pencairan terhadap gas ringan dari produk atas Scrub Column dilakukan dalam dua
langkah. Langkah pertama meliputi pendinginan awal gas alam sampai mencapai
suhu lebih kurang minus 33C. Setelah pendinginan awal, gas alam akan
o
didinginkan sampai mencapai suhu yang sangat dingin yaitu antara minus 150 C
sampai dengan minus 160C untuk menyempurnakan proses pencairan. Kemudian
LNG yang dihasilkan akan dialirkan ke tempat penyimpanan LNG.
Penggerak utama untuk kompresor pendingin direncanakan menggunakan turbin
gas. Pemilihan jenis turbin gas, jumlah turbin yang dibutuhkan serta pemakaian
tenaga listrik keseluruhan akan bergantung pada proses pendinginan yang akhirnya
dipilih.
Unit Fraksinasi
Unit ini akan memisahkan komponen yang lebih berat yang diperoleh dari gas alam
yang merupakan produk bawah dari Scrub Column . Terdapat tiga kolom utama dari
Unit ini seperti Kolom De-ethanizer, De-Propanizer, dan De-Butanizer. Produk dari
Unit Fraksinasi yaitu campuran gas metana dan etana, Cairan Etana, Propana, dan
Butana (Refrigerant Grade) serta kondensat hidrokarbon.
cairan etana dan propana yang memenuhi spesifikasi semi product sebagai
refrigerant dikirim ke tangki penampung dan akan digunakan sebagai make-up
refrigerant di Unit Proses. Sedangkan sisanya terkecuali kondensat hidrokarbon
akan diinjeksikan kembali menjadi produk LNG. Sedangkan produk kondensat
hidrokarbon akan dikirimkankan ke Unit Penampungan Sementara (Condensate Day
Tank). Unit Penampungan Sementara akan menampung sementara kondensat
sebelum dialirkan ke Blok Senoro milik JOB Pertamina Medco Tomori Sulawesi untuk
distabilisasi. Pengaliran kondensat ini akan menggunakan pipa berukuran 4
sepanjang kurang lebih 30 km.
2. Fasilitas Offsite
Fasilitas offsite terdiri dari sistem-sistem berikut:
Sistem Penyimpanan dan Pemuatan LNG
Sistem Pemasukan dan Penyimpanan Bahan Pendingin (refrigerant)
Sistem Pembakaran Gas Buangan
Sistem Pengolahan dan Pembuangan Limbah
II-56
PT PERTAMINA EP -PPGM
Wet Flare untuk fasilitas penerimaan gas atau gas yang masih terdapat kandungan air
dan fasilitas offsites serta Tankage Flare untuk membakar kelebihan kandungan fraksi
gas dari tangki Penampung LNG serta gas yang terbentuk selama proses pemuatan LNG
(Boil Off Gas/BOG) ke kapal tanker pengangkut LNG.
Effluent Treatment Unit atau Instalasi Pengolah Limbah (IPAL)
Sistem Effluent Treatment akan diadakan untuk mengumpulkan dan mengolah arus
limbah terkontaminasi yang berasal dari Kilang LNG. Liquid waste effluents dari fasilitas
terdiri dari air limbah tercampur minyak, air hujan tak-tertampung dan air pencucian
peralatan.
Untuk mengurangi area genangan air hujan, akan dibuat sarana untuk mencegah run-
on dan run-off, dan dialirkan sistem drainase terpisah dari air limbah yang
terkontaminasi. Air hujan tak-tertampung dari jalur hijau dan areal kilang yang tidak
terkontaminasi oleh limbah akan dibuang langsung ke laut melalui saluran terpisah.
II-57
PT PERTAMINA EP -PPGM
II-58
PT PERTAMINA EP -PPGM
Bahan bakar diesel akan berfungsi sebagai sumber bahan bakar untuk kapal-kapal
tunda dan kapal-kapal lainnya, pompa air-pemadam-api darurat dan pembangkit tenaga
listrik darurat. Kuantitas bahan bakar diesel yang tersedia setiap saat akan mencukupi
untuk menjamin tersedianya suplai untuk menjalankan pompa air-pemadam-api untuk
waktu yang lama. Bahan bakar diesel akan disimpan dalam satu atau lebih tanki
penyimpanan.
Sistem Udara Bertekanan Kilang dan Peralatan
Udara untuk kilang dan peralatan akan dipasok oleh kompresor udara yang digerakkan
oleh motor listrik yang menyediakan udara untuk kebutuhan peralatan instrumentasi
dan kebutuhan lainnya seperti pemeliharaan kilang.
Sistem Nitrogen
Nitrogen dibutuhkan sebagai komponen dari bahan pendingin campuran, untuk
pembersihan peralatan dan perpipaan sebelum dibuka untuk perawatan dan untuk
aplikasi gas lapisan tertentu (blanketing). Nitrogen diproduksi oleh Unit Pembangkit
Nitrogen yang sumber bahan bakunya disuplai dari sistem udara kilang dan kemudian
sebagian produknya dicairkan dan disimpan sebagai nitrogen cair.
Rancang-bangun
dari unit penyimpanan dan penguapan nitrogen akan direka untuk menyediakan jumlah
nitrogen yang cukup untuk melayani kebutuhan satu train LNG.
Sistem Suplai Air
Berbagai ciri air dari sumber-sumber yang secara potensial berbeda akan disediakan
untuk kilang yang meliputi :
Sistem Air Tawar
Sistem Air Utilitas
Sistem Air Minum (Portable/ Drinking Water)
Air tawar akan berfungsi sebagai sumber pasokan air, setelah pengolahan yang
memadai, untuk pelayanan, pemurnian-tinggi dan pemanasan dan sebagai suplai air
minum. Sumber air tawar sejauh ini belum ditetapkan. Beberapa pilihan yang masih
dalam pertimbangan adalah sumber air bawah tanah dan air permukaan, atau jika
pilihan yang tepat tidak ada akan menggunakan pemurnian air laut.
Air untuk pelayanan akan dipakai untuk pendingin bearing kompresor dan turbin, untuk
melengkapi sistem air-pemadam-api, dan untuk kegunaan umum kilang seperti
pembersih lantai, pencuci perlengkapan, dan pengujian tekanan.
II-59
PT PERTAMINA EP -PPGM
Air minum akan dipasok untuk keperluan minum selain untuk keperluan lain seperti
untuk tempat mandi dan cuci muka yang aman, pancuran ruang ganti, wc, penyiapan
makanan dan lain-lain. Air minum akan diproses untuk memenuhi undang-undang
kesehatan dan standar mutu yang berlaku.
Sistem Pencegahan Kebakaran
Sistem Pencegahan Kebakaran dapat dipastikan akan terdiri dari tiga komponen dasar
yaitu (1) alat pemantau dan alarm, (2) persyaratan pencegahan kebakaran pasif, dan
(3) peralatan dan sistem pemadam kebakaran aktif. Kilang LNG serta sarana
pendukungnya akan dilengkapi dengan alat pemantau yang bekerja terus-menerus
untuk memberi tanda kepada personil kilang akan kondisi bahaya yang ada dan untuk
memberikan indikasi yang jelas mengenai lokasi dan keadaannya. Pencegahan
kebakaran pasif, yang mengacu kepada ketentuan rancangan yang digabungkan dalam
rancangan kilang, akan dipakai sejauh mungkin secara konsisten dengan batasanbatasan ekonomis.
Pencegahan kebakaran pasif meliputi:
membuat insulasi selubung bejana (vessel skirts ) dan kolom/struktur rak pipa tahan
api.
pelindung percikan untuk flanges atau komponen lain dengan tingkat kebocoran
tinggi.
spacing peralatan dan pengurungan tumpahan (spill containment) yang tepat sesuai
dengan standar internasional yang layak yang berlaku (seperti NFPA 59A).
Peralatan/sistem pemadaman kebakaran aktif adalah alat-alat (items) yang akan dipakai
secara aktif untuk mengawasi/memadamkan keadaan kebakaran/bahaya sebenarnya.
Pemadaman kebakaran aktif meliputi items dimaksud seperti:
Sistem deteksi dini terhadap terjadinya bahaya kebocoran, tumpahan maupun
kebakaran;
Sistem
distribusi
air
pemadam-api
bertekanan
untuk
kilang
dan
fasilitas
II-60
PT PERTAMINA EP -PPGM
II-61
Gambar 2.28. Lokasi Pelabuhan Khusus LNG dan MOF serta Jembatannya (Trestles)
PT PERTAMINA EP -PPGM
II-62
PT PERTAMINA EP -PPGM
II-63
PT PERTAMINA EP -PPGM
II-64
PT PERTAMINA EP -PPGM
Pada saat ini terdapat 1 (satu) pelabuhan umum (lama) di Luwuk ibukota
Kabupaten Banggai dan 1 (satu) pelabuhan umum baru yang terdapat di
Tangkiang, Kecamatan Kintom. Pada umumnya, lalulintas kapal yang berhubungan
dengan pelabuhan ini terdiri dari kapal barang dari/ ke Luwuk, kapal penumpang
Tilong Kabila jurusan Indonesia Timur milik PELNI. Letak pelabuhan umum (lama)
ini adalah sekitar 50 km dan pelabuhan baru Tangkiang sekitar 7 km dari pelabuhan
khusus Proyek LNG Donggi Senoro, diperkirakan aktivitas yang ada nantinya tidak
akan mengganggu lalulintas kapal dari Pelabuhan Luwuk.
Tidak ada pra-investasi yang diperlukan untuk mengakomodasi kebutuhan
perluasan fasilitas pelabuhan khusus Proyek LNG Donggi Senoro, namun
perencanaan harus mempertimbangkan kemungkinan untuk menambah maksimum
satu train kilang LNG lagi tanpa harus mempengaruhi kegiatan operasi produksi
kilang LNG dan eskpor LNG melalui pelabuhan khusus tersebut. Pada tahap operasi,
daerah dengan radius sekitar 620 meter pada semua sisi Pelabuhan Khusus LNG
akan dijadikan sebagai Kawasan Tertutup bagi lalu lintas kapal lainnya guna
kepentingan keselamatan (safety exclusion zone). Gambar 2.31 menunjukkan
kawasan tertutup untuk keselamatan untuk Pelabuhan khusus LNG dan Pelabuhan
Khusus Material Off Loading (MOF). Luas daerah kawasan tertutup untuk
keselamatan telah diperkirakan berdasarkan hasil studi penyebaran Gas LNG yang
mungkin bocor selama kegiatan pengisian ke tanker. Di samping kawasan tertutup
untuk keselamatan pada kedua Pelabuhan Khusus, daerah perairan dengan
diameter 580 meter di depan Pelabuhan Khusus LNG juga diperlukan untuk
manuver tanker LNG (tanker manuver basin).
b. Pra-Konstruksi
Proyek telah melakukan proses konsultasi dengan penduduk desa dan operator
nelayan
komersial.
Tercakup
dalam
konsultasi
tersebut
adalah
identifikasi
II-65
PT PERTAMINA EP -PPGM
II-66
PT PERTAMINA EP -PPGM
II-67
PT PERTAMINA EP -PPGM
draft 8 meter, mampu menahan beban hingga 1.5 ton/m , lokasinya sekitar
o
900 meter di timur LNG Jetty dengan koordinat 1 14, 905 S, 122 35, 630 T
dan akan ditentukan secara rinci oleh Kontraktor EPC. Lay down perintis akan
dibangun di dekat Pelabuhan Khusus MOF dan akan berfungsi sebagai
tempat penyimpanan peralatan konstruksi, material untuk konstruksi seperti
pasir, kerikil, semen, batu tanki air dan diesel serta ruang kantor.
Namun juga akan dipertimbangkan untuk menyewa Pelabuhan Khusus
perintis milik PT Sentral Banggai Sulawesi yang letaknya sekitar 5 km dari
lokasi pembangunan Kilang LNG, Pelabuhan Khusus ini biasanya juga
digunakan untuk keluar masuk alat-alat berat, rig pemboran dan lain-lain.
Pelabuhan Khusus LNG
Dalam pengoperasiannya, proyek membutuhkan Pelabuhan khusus LNG untuk
pengangkutan LNG tujuan eksport.
II-68
PT PERTAMINA EP -PPGM
II-69
PT PERTAMINA EP -PPGM
penahan tanah akan dilakukan dengan menggunakan material baja (steel sheet
arm. Kecepatan pemuatan LNG ke tanker adalah 4.000 m /jam sehingga untuk
memuat tanker akan memerlukan waktu sekitar 35 jam. Kapal-kapal lain
dilarang mendekat dalam radius 620 meter sekitar Pelabuhan khusus LNG.
II-70
PT PERTAMINA EP -PPGM
II-71
PT PERTAMINA EP -PPGM
navigasi
tersebut
akan
ditempatkan
yang
pertama
untuk
lokasi penempatan alat bantu ini akan ditetapkan oleh Kontraktor EPC.
Navigasi pelayaran yang akan digunakan adalah 2 jenis peralatan navigasi
pelabuhan yaitu jenis fixed light dan floating. Sistem navigasi disyaratkan
oleh standar navigasi Indonesia dan IALA Marine Bouyage System .
Instrumen tambahan yang akan digunakan sebagai alat bantu navigasi
meliputi sistem deteksi elektronik seperti docking display board, laser rate
II-72
PT PERTAMINA EP -PPGM
tabrakan tanker LNG dan kapal lain. Karena di Selat Tolo ada beberapa
kapal barang, penumpang dan kapal ikan yang dapat melanggar lambung
kapal tanker pembawa LNG, jadi zona tersebut dimaksudkan untuk
mencegah kapal kecil atau kapal penangkap ikan atau perahu penumpang
masyarakat setempat dalam pelayaran yang dapat menyebabkannya beralih
dari rute yang direncanakan. Kerusakan pada kapal kecil atau kapal
penangkap ikan dan kecelakaan
dianggap
sebagai
suatu dampak
yang
minimum
yang
II-73
PT PERTAMINA EP -PPGM
Kawasan tertutup untuk tujuan keselamatan adalah dalam radius 620 meter
untuk Pelabuhan khusus LNG. Selain itu, untuk keperluan tanker LNG
memutar arah (turning basin) diperlukan daerah dengan diameter 750
meter di depan Pelabuhan Khusus LNG.
Pada jarak ini, aspek keamanan dari Pelabuhan khusus LNG, kapal tanker
pembawa LNG telah diperhitungkan sepenuhnya sesuai dengan standard
internasional dalam industri LNG.
Kawasan tertutup untuk keselamatan di daerah perairan sekitar Pelabuhan
Khusus akan diberi tanda dengan memasang tanda-tanda keamanan dan
keselamatan, serta dua macam peralatan navigasi pelabuhan (fixed and
Kapal Pemandu
Kapal pemandu (tugboats) akan mendampingi tanker LNG ke dan dari
stasiun pengarah
Sesuai
dengan peraturan MARPOL, air ballast (bilge water) akan ditempatkan pada
kompartemen yang terpisah dari tanki produk, hal tersebut untuk menghindari
kontaminasi minyak/lemak pada air ballast, Kapal akan dilengkapi dengan tanki
II-74
PT PERTAMINA EP -PPGM
pra pemisahan air ballast. Pemisahan air ballast atau sistem penyaringan harus
mampu menghasilkan efluen dengan kandungan residu minyak tidak lebih dari
15 ppm. Air ballast tanker LNG akan dikelola sebelum dibuang ke laut di
Pelabuhan khusus atau dari daerah di mana kapal membongkar jangkar.
Pertukaran air ballast akan dilakukan pada perairan lepas pantai yang jauh dari
Teluk (di laut lepas setelah berangkat dari pelabuhan di luar negeri dan tidak
kurang dari 50 nmi dari perairan Teluk Tolo. Pertukaran air ballast tersebut
harus dicatat untuk diverifikasi pada pelabuhan khusus LNG Donggi Senoro.
Personel proyek LNG Donggi Senoro yang bertanggung jawab terhadap
kegiatan pengapalan akan selalu mengikuti perkembangan penelitian mengenai
pengolahan air ballast, dan jika nanti ditemukan suatu sistem pengolahan air
ballast
yang
layak
secara
ekonomi,
Proyek
Donggi
Senoro
akan
II-75
PT PERTAMINA EP -PPGM
Hingga saat ini, belum diketahui bagaimana skema pengapalan LNG akan
dilakukan. Pembeli LNG telah menunjukkan keinginannya untuk berpartisipasi
dalam pengaturan transportasi, dalam hal ini Pertamina beranggapan bahwa
kapal pengangkut LNG akan bertanggung jawab untuk rencana pengelolaan air
ballast mereka sendiri dan akan menerapkan sebuah program penukaran air
ballast di laut terbuka.
4) Fasilitas Penampungan Limbah Kapal
Kilang LNG tidak akan menerima sama sekali air limbah kapal apa pun,
demikian pula dengan minyak kotor dan residu dari kapal yang beroperasi di
Pelabuhan Khusus MOF.
5) Limbah Konstruksi dan Operasional
Limbah tersebut dikumpulkan bersama-sama dengan limbah yang dihasilkan
oleh kilang LNG, karena pengoperasian yang tak terpisahkan antara kegiatan
konstruksi dan operasi kilang LNG dan pelabuhan laut khusus. Terlebih lagi,
limbah yang dihasilkan oleh kilang LNG merupakan bagian terbesar, untuk itu
limbah-limbah dari tempat kegiatan lainnya akan diolah pada pengolahan
limbah disediakan oleh kilang LNG.
6) Penanggulangan Kemungkinan Terjadinya Kecelakaan dan Pencemaran Lingkungan
LNG,
Kondensat,
minyak diesel
adalah
bahan
yang
mudah
terbakar.
II-76
PT PERTAMINA EP -PPGM
5. Infrastruktur Kilang
Infrastruktur In-Plant
Fasilitas infrastruktur in-plant adalah yang bukan merupakan bagian dari sistem
pengolahan inti, offsites ataupun utility. Fasilitas infrastruktur in-plant terutama terdiri
dari bangunan-bangunan, barak-barak serta pagar. Diharapkan bahwa kilang akan
meliputi namun tidak terbatas pada ruang-ruang berikut ini:
Ruang pengawasan
Bengkel perawatan
Gudang
Laboratorium
Ruang istirahat/sholat
Pos kebakaran dan darurat
Infrastruktur Umum
Infrastruktur umum meliputi semua fasilitas yang diperlukan untuk menunjang personil
dibutuhkan untuk operasi dan perawatan BS dan Kilang LNG. Infrastruktur umum
adalah fasilitas-fasilitas yang terdapat di luar kilang. Infrastruktur umum akan meliputi,
namun tidak terbatas pada fasilitas di bawah ini:
Bangunan administrasi kilang
Fasilitas pengobatan
Kantin
Fasilitas keagamaan
Kelengkapan air dan listrik
Fasilitas pengumpulan dan pembuangan limbah kering dan basah
Kegiatan pengamanan
Komunikasi umum
Kegiatan Otorita Bandar, bea cukai dan keimigrasian
Fasilitas pelatihan
II-77