Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN HASIL OBSERVASI LAPANGAN

LAPANGAN BD LOKASI LEPAS PANTAI SELAT


MADURA JAWA TIMUR, HUSKY-CNOOC
MADURA LIMITED (HCML)

1-4 MEI 2018


1

Laporan Hasil Observasi Lapangan


Lapangan BD Lokasi Lepas Pantai Selat Madura Jawa Timur,
Husky-CNOOC Madura Limited (HCML)
1-4 Mei 2018

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Husky-CNOOC Madura Limited (disingkat dengan “HCML”) merupakan salah satu


Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) dari Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu
Minyak dan Gas Bumi (BPMIGAS) yang berganti menjadi Satuan Kerja Khusus
Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral, sebagai wakil dari Pemerintah Republik Indonesia
untuk menjalankan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi di Blok
Madura Strait. HCML sebelumnya adalah Husky Oil (Madura) Limited (“HOML”).
Sebagai operator dari Blok Madura Strait, saat ini HCML dimiliki oleh Husky Oil
Madura Partnership (“HOMP”), CNOOC Southeast Asia Limited (“CNOOC”), dan
SMS Development Limited (“Samudra”).

Lapangan BD merupakan bagian dari Blok Husky Madura Strait, terletak di lepas pantai
Selat Madura, Jawa Timur, 65 kilometer sebelah timur Surabaya dan 16 kilometer
sebelah selatan Pulau Madura. Sumur-sumur gas Madura-BD berada di sekitar areal
Kepulauan Mandangin, lepas pantai Selat Madura. Lapangan tersebut diharapkan akan
menghasilkan 442 miliar kaki kubik dan 18,7 juta barel kondesat selama 13 tahun.
Lapangan BD memiliki 4 sumur produksi. Gas dari sumur ditransportasi melalui pipa
bawah laut menuju FPSO (Floating Production Storage and Offloading). Gas dikirim
dari FPSO melalui pipa 16 inchi sepanjang ± 52 km ke GMS (Gas Metering Station)
milik HCML yang selanjutnya dikirimkan kepada para pembeli gas.

Dalam pengembangan Lapangan BD, HCML menggunakan anjungan lepas pantai


(offshore platform) produksi PT PAL yang berpusat di Surabaya. Ini merupakan wujud
komitmen HCML dalam mendukung usaha SKK Migas untuk terus meningkatkan
persentase TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) dan mendukung perkuatan
industri nasional dalam kegiatan operasinya.

Sebagai bagian dari komitmen HSE dalam hal pencegahan pencemaran, pemantauan
lingkungan, pelaporan, HCML berencana mengembangkan dan mengimplementasikan
prosedur mengenai manajemen emisi udara dan akan difungsikan sebagai referensi
HCML untuk memenuhi peraturan lingkungan terkait dan semua standar internasional
yang berlaku. Untuk itu sebagai tahap awal dari penyusunan prosedur emisi perlu
dilakukan kegiatan observasi lapangan. Dari kegiatan ini diharapkan akan diproleh
beberapa informasi tentang sumber sumber potensial emisi, pengelolaan dan
pemantauan kualitas udara emisi, proses produksi di area kerja lapangan lepas pantai
HCML.
2

Tujuan Observasi Lapangan

Tujuan dari kegiatan observasi lapangan di area lepas pantai ini adalah,
1. Mengetahui titik sumber sumber potensial emisi di lapangan BD
2. Mengetahui program pengelolaan dan pemantuan kualitas udara emisi
3. Mengetahui proses produksi gas dan kondensat di lapangan BD

PELAKSANAAN OBSERVASI

Perjalanan diawali menuju basecamp HCML di Sampang Madura pada jam 7.00 wib
tanggal 2 Mei 2018. Di basecamp dilakukan pemeriksaan kesehatan personil yang akan
kelapangan kemudian diberikan safety breafing. Diinformasikan juga bagaimana cara
bekerja di area lepas pantai, kemudian hal yang harus diperhatikan diarea BD, seperti
tingginya kadar H2S yang sangat berbahaya. Dijelaskan pula tentang perpindahan
penumpang dari kapal penumpang ke FPSO dengan menggunakan basket.

Jam 8.00 pagi berangkat ke pelabuhan Sampang untuk menyeberang ke FPSO.


Perjalanan memakan waktu 1 jam 30 menit untuk sampai ke FPSO dengan
menggunakan kapal penumpang kapasitas 30 orang. Sampai di FPSO setiap 6
penumpang di angkut ke atas kapal FPSO dengan menggunakan basket. Setelah safety
breafing di FPSO personil tim dipersilahkan untuk beristirahat sejenak.

Jam 14.00 mengikuti tim sampling emisi di area GTG (Gas Turbine Generator). Ada 3
titik cerobong dapat diukur. Namun tampak bahwa semua lubang sampling emisi tidak
cocok dengan probe alat ukur emisi dan teramati bahwa tidak ada tekanan gas yang
dapat diukur dengan alat ukur emisi. Dengan demikian sampling gas emisi di lokasi
GTG belum dapat dilakukan hari ini, perlu perbaikan lubang emisi.

Berpindah ke lokasi boiler. Ada 2 titik sumber potensial emisi yang mana boiler
tersebut dioperasikan secara bergantian, namun kondisi di tempat inipun sama halnya
seperti di lokasi GTG bahwa tidak ada tekanan gas yang bisa diukur sehingga harus ada
tindakan perbaikan untuk merubah lubang sampling. Kegiatan hari ini dihentikan karena
waktu sudah pukul 17.00 saatnya untuk beristirahat.

Tanggal 3 Mei 2018, mengikuti sampling emisi di area TTO (Tail Gas Thermal
Oxidizer) merupakan unit proses pengolahan polutan gas yang mengandung sulfur
secara oksidasi panas atau insinerasi. Ada 1 titik sumber emisi yang merupakan
cerobong insenirator gas kecut (acid gas incinerator), Jam 13.00 siang kegiatan
dilanjutkan dengan diskusi mengenai proses dengan BD Field Supervisor yaitu bapak
Nanang yang didampingi juga oleh Field Superintendant. Jam 21.00 dilanjut dengan
diskusi bersama bapak Ario Filed Supervisor shift malam.

Kegiatan Observasi Lapangan BD berakhir tanggal 3 Mei 2018, jam 22.00. Dan seluruh
tim pemantauan kembali ke Jakarta keesokan hari tanggal 4 Mei 2018
3
PEMBAHASAN

Sumber Emisi potensial

Didalam industri migas sesuai dengan PermenLH No. 13 Tahun 2009 dinyatakan bahwa
ada 3 kelompok sumber emisi yaitu :
a. Sumber emisi proses pembakaran adalah sumber emisi yang menghasilkan emisi dari
reaksi exothermic antara bahan bakar dengan oksigen kecuali gas tersebut di bakar
untuk pengolahan sulfur.
b. Sumber emisi proses produksi adalah sumber emisi yang menghasilkan emisi selain
dari proses pembakaran sebagai akibat reaksi yang disengaja maupun tidak disengaja
antara bahan-bahan (senyawa) atau perubahannya termasuk proses dekomposisi
bahan ra thermal dan pembentukan bahan yang digunakan sebagai bahan baku proses
produksi.
c. Sumber emisi fugitive adalah emisi yang secara teknis tidak dapat melewati
cerobong, ventilasi atau sistem pembuangan emisi yang setara.

Untuk lapangan BD yang dapat menjadi sumber emisi potensial adalah berasal dari
sumber emisi proses pembakaran dan sumber emisi proses produksi. Sedangkan emisi
fugitive masih dapat terkendali karena keberadaan emisi fugitive ini memang tidak
diperkenankan dalam kebijakan HCML. Sekalipun dalam kadar yang kecil keberadaan
emisi fugitive ini, mengharuskan untuk mematikan mesin produksi (shutdown).
Adapun sumber emisi potensial dari lapangan BD yaitu 7 titik sumber emisi di
lapangan BD yaitu 2 dari boiler, 3 dari GTG (Gas Turbine Generator), 1 dititik di TTO
(Tail Gas Thermal Oxidizer) dan 1 titik Flare Stack.

Program Pengelolaan dan Pemantauan Kualitas Udara Emsi

Semenjak diresmikannya lapangan BD oleh Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral (ESDM) pada tanggal 22 September 2017, yang menandai dimulai pengeboran
lepas pantai untuk ekplorasi gas bumi, pemantauan kualitas udara emisi baru dimulai
awal bulan Mei 2018. Pemantauan ini melibatkan petugas pemantauan dari Petrolab
Service. Sedangkan program pengelolaan kualitas udara emisi sebagai kegiatan awal
adalah membuat prosedur manajemen emisi yang akan dipakai sebagai referensi untuk
memenuhi peraturan lingkungan terkait dan semua standar internasional yang berlaku.

Proses pengolahan gas di PT HCML lokasi FPSO Sampang Madura

Gas yang dirpoduksi dari sumur produksi (Well Head Production) disalurkan ke
Floating production storage (FPSO) and offloading untuk selanjutnya dilakukan proses
permurnian (refinery). Proses refinery di FPSO diawali dengan proses pemisahan gas
dengan condensate menggunakan hydrocyclone separator. Pemisahan dilakukan melalui
tiga tahapan, pertama high pressure separator (HP separator), kedua medium pressure
separator (MP separator), dan ketiga low pressure separator (LP separator). pada yang
digunakanhigh pressure hydrocyclone separator. Gas hasil pemisahan dari HP separator
akan di kirim ke gas treatment unit (GTU) dan sisa gas yang tidak masuk ke GTU akan
4
dikirim ke HP flare header, sedangkan gas hasil pemisahan dari MP separator , LP
separator akan dikirim ke HP flare header untuk selanjutnya diproses atau di bakar di
flare.

Gas yang masuk ke GTU akan dilakukan proses pemurnian/ pemisahan lebih lanjut
dengan menggunakan GTU filter separator, GTU absorber, GTU Amine unit,
triethylene glycol contactor (TEG contactor) dan heat exchanger. Hasil proses
pemurnian dari GTU akan dikirim ke gas metering station dan sebagian ada yang
dikirim menuju fuel gas drum untuk bahan bakar dari generator maupun alat lain.
Condensate yang dihasilkan dari GTU akan dikirim menuju MP separator untuk
selanjutnya diproses kembali, sedangkan untuk gas sisa/yang tidak memenuhi kualitas
akan dikirim menuju HP flare header atau dikirim ke sulphur recovery unit.

Condensate hasil pemisahan dari LP separator selanjutnya akan diolah di sistem


separation, condensate stabilization and gas compression system. Condensate akan
dimasukkan kedalam stabilizer column dan stabilizer reboiler. Condensate yang telah
stabil akan dikirim menuju offspec oil tank, sedangkan gas yang dihasilkan akan
dimasukkan ke dalam compression system yang tediri dari 2 tahapan kompresi dan
hasilnya akan dikirim kembali ke HP separator untuk dilakukan proses pengolahan gas
kembali.

Gas yang dikirim ke sulphur recovery unit akan menjalani beberapa proses pertama gas
asam akan masuk kedalam acid gas knock out drum, lalu dikirm menuju acid gas filter/
separator selanjutnya akan dilakukan pemanasan awal menggunakan acid gas preheater,
selanjutnya akan dimasukkan kedalam selectox clauss dan akan menghasilkan sulphur
dan dimasukkan sulphur condenser. Sulphur yang memenuh kualitas akan masuk
kedalam sulphur surge tank untuk selanjutnya dimasukkan ke dalam sulphur degassing
reactor. Hasil sulphur selanjutnya akan dikirim menuju molten sulphur tank.

Gambar. Bagan Alir Proses Produksi Karapan Armada Sterling 3

Dari hasil survei dan observasi selama di FPSO, diketahui bahwa emisi gas rumah kaca
dan gas lain dihasilkan dari beberapa sumber yakni, boiler, gas turbine generator,
thermal oxidizer dan flare. Hal ini dikarenakan alat-alat tersebut merupakan peralatan
yang menggunakan bahan bakar untuk prosesnya, terutama boiler dan gas turbine
generator merupakan pembangkit tenaga yang digunakan untuk menjalankan berbagai
peralatan yang beroprasi di FPSO.
5

KESIMPULAN

Dari hasil observasi dapat disimpulkan bahwa,

1. Ada 7 titik sumber emisi di lapangan BD yaitu 2 dari boiler, 3 dari GTG (Gas
Turbine Generator), 1 dititik di TTO (Tail Gas Thermal Oxidizer) dan 1 titik Flare
Stack. Untuk sumber fugitive dimungkinkan tidak akan terjadi, karena selalu
dilakukan tindakan antisipasi untuk mengendalikan masalah kebocoran gas fugitive.
2. Program pengelolaan udara emisi diawali dengan penyusunan prosedur manajemen
emisi dalam rangka membuat acuan dalam melakukan kegiatan pengelolaan udara
emisi. Pemantuan kualitas udara emisi baru dilaksanakan pada awal Mei 2018,
dilakukan oleh tim pemantuan emisi dari Petrolab Service.
3. Pada proses produksi pusat perhatiannya masih kepada kualitas produksi baik
kualitas gas maupun kualitas kondensat. Untuk semua hal yang mengakibatkan
penurunan kualitas produksi akan dilakukan tindakan antisipasi seperti misalnya
mematikan mesin produksi (shutdown) apabila terjadi bocoran H2S. Dari hasil
survei dan observasi selama di FPSO, diketahui bahwa emisi gas rumah kaca dan
gas lain dihasilkan dari beberapa sumber yakni, boiler, gas turbine generator,
thermal oxidizer dan flare Stack.

Anda mungkin juga menyukai