Laporan Kasus CA Recti
Laporan Kasus CA Recti
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. Abdurohman
Jenis kelamin
: Laki-laki
Umur
: 45 tahun
Alamat
: Ds. Singkup RT 04/03 Kec. Purbaratu Tasikmalaya
Status
: Menikah
Agama
: Islam
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
: Buruh
Tanggal masuk RS : 19 April 2013
ANAMNESIS
Keluhan Utama
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
: Tampak sakit sedang
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi
: 80x/menit
Suhu
: 36,1o C
Pernapasan : 20x/menit
BB
: Kg
Status generalis
Kepala
Mata
: Pupil isokor, reflek cahaya (+/+), konjungtiva anemis
(+/+), sklera ikterik (-/-)
Telinga
: Dalam Batas Normal
Hidung
: Dalam Batas Normal
Mulut
: Dalam Batas Normal
Leher
: KGB dan Tiroid tidak teraba membesar
Thorax
2
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
: Datar
Auskultasi
: Bising usus (+)
Palpasi
: Soepel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi
: Tympani
Status Lokalis Regio Anal
Inspeksi
: Tidak tampak kelainan
Palpasi
: Tidak tampak kelainan
Rectal Toucher
Prostat
Sarung tangan
: Normotoni
: Licin, teraba massa ukuran 4x4cm arah jam 9 pada
posisi LLD, konsistensi keras, permukaan
berbenjol, tidak dapat digerakkan, nyeri tekan (-)
: Teraba prostat arah jam 3 pada posisi LLD,
konsistensi lunak, pool atas & pool bawah teraba
: Feses (+), lendir (+), darah (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium(tanggal 19/04/2013)
Pemeriksaan
Hematology
Hemoglobin
Hematrokit
Leukosit
Trombosit
Golongan Darah
B dengan rh (+)
Faal Ginjal
Ureum
Kreatinin
Hasil
Satuan
Nilai normal
5,5
17
5200
228.000
g/dl
%
/mm3
/mm3
13-18
40-50
4000-10000
150000-350000
38
0,90
mg/dl
mg/dl
15-45
0,7-1,2
3
Faal Hati/Jantung
SGOT (ASAT)
SGPT (ALAT)
Elektrolit
Natrium
Kalium
Calsium
Foto thorax PA
53
49
u/L/37
u/L/37
10-38
9-40
142
4,2
1,31
mmol/L
mmol/L
mmol/L
137-147
3,6-5,4
1,15-1,29
Kesan: normal
Foto BNO colon in loop
core appearance
KESAN: menyokong malignancy di 1/3 distal rectum
DIAGNOSIS BANDING
DIAGNOSIS KERJA
RENCANA PENGOBATAN
Motivasi untuk dilakukan operasi (colostomy)
Infus NaCl 0,9% 20 tpm
Transfusi whole blood
PROGNOSIS
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Karsinoma rektum adalah kanker yang terjadi pada rektum. Rektum
terletak di anterior sakrum and coccyx panjangnya kira kira 15 cm. Rectosigmoid
junction terletak pada bagian akhir mesocolon sigmoid. Bagian sepertiga atasnya
hampir seluruhnya dibungkus oleh peritoneum. Di setengah bagian bawah rektum
keseluruhannya adalah ektraperitoneral. Vaskularisasi rektum berasal dari cabang
arteri mesenterika inferior dan cabang dari arteri iliaka interna. Vena hemoroidalis
superior berasal dari pleksus hemorriodalis internus dan berjalan ke kranial ke
vena mesenterika inferior dan seterusnya melalui vena lienalis ke vena porta. Ca
Recti dapat menyebar sebagai embulus vena kedalam hati. Pembuluh limfe dari
rektum diatas garis anorektum berjalan seiring vena hemorriodalos superior dan
melanjut ke kelenjar limfa mesenterika inferior dan aorta. Operasi radikal untuk
eradikasi karsinoma rektum dan anus didasarkan pada anatomi saluran limfa ini.
Dinding rektum terdiri dari 5 lapisan, yaitu mukosa yang tersusun oleh epitel
kolumner, mukosa muskularis, submukosa, muscularis propria dan serosa.
Epidemiologi
Di USA Ca kolorektal merupakan kanker gastrointestinal yang paling
sering terjadi dan nomor dua sebagai penyebab kematian di negara berkembang.
Tahun 2005, diperkirakan ada 145,290 kasus baru kanker kolorektal di USA,
104,950 kasus terjadi di kolon dan 40,340 kasus di rektal. Pada 56,300 kasus
dilaporkan berhubungan dengan kematian, 47.700 kasus Ca kolon dan 8,600
kasus Ca rectal. Ca kolorektal merupakan 11 % dari kejadian kematian dari semua
jenis kanker.
Diseluruh dunia dilaporkan lebih dari 940,000 kasus baru dan terjadi
kematian pada hampir 500,000 kasus tiap tahunnya. (World Health Organization,
2003). Menurut data di RS Kanker Dharmais pada tahun 1995-2002, kanker rektal
menempati urutan keenam dari 10 jenis kanker dari pasien yang dirawat di sana.
Kanker rektal tercatat sebagai penyakit yang paling mematikan di dunia selain
jenis kanker lainnya. Namun, perkembangan teknologi dan juga adanya
pendeteksian dini memungkinkan untuk disembuhkan sebesar 50 persen, bahkan
bisa dicegah. Dari selutruh pasien kanker rektal, 90% berumur lebih dari 50 tahun.
Hanya 5% pasien berusia kurang dari 40 tahun. Di negara barat, laki laki
memiliki insidensi terbanyak mengidap kanker rektal dibanding wanita dengan
rasio bervariasi dari 8:7 - 9:5.
Insiden karsinoma kolon dan rektum di Indonesia cukup tinggi demikian
juga angka kematiannya. Insiden pada pria sebanding dengan wanita, dan lebih
banyak pada orang muda. Sekitar 75 % ditemukan di rektosigmoid.
Etiologi dan faktor presdiposisi
Price dan Wilson (1994) mengemukakan bahwa etiologi karsinoma rektum
sama seperti kanker lainnya yang masih belum diketahui penyebabnya. Akan
tetapi, terdapat beberapa factor presdiposisi yang ditengarai mengakibatkan
munculnya karsinoma rekti, antara lain:
1. Diet tinggi lemak, rendah serat
2. Usia lebih dari 50 tahun
3. Riwayat pribadi mengidap adenoma atau adenokarsinoma kolorektal
mempunyai resiko lebih besar 3 kali lipat.
4. Riwayat keluarga satu tingkat generasi dengan riwayat kanker
kolorektal mempunyai resiko lebih besar 3 kali lipat.
5. Familial polyposis coli, Gardner syndrome, dan Turcot syndrome, pada
semua pasien ini tanpa dilakukan kolektomi dapat berkembang
menjadi kanker rektal
6. Resiko sedikit meningkat pada pasien Juvenile polyposis syndrome,
Peutz-Jeghers syndrome, dan Muir syndrome.
6
Patologi
Secara makroskopis terdapat tiga tipe karsinoma rektum: pertama, tipe
polipoid atau vegetatif yang tumbuh menonjol ke dalam lumen usus dan
berbentuk bunga kol, kedua tipe skirus (keras) yang dapat mengakibatkan
penyempitan sehingga terjadi stenosis dan gejala obstruksi, ketiga adalah bentuk
ulseratif yang terjadi karena nekrosis di bagian sentral.
Manifestasi klinis
Tanda dan gejala yang mungkin muncul pada kanker rektal antara lain
ialah :
1. Perubahan pada kebiasaan BAB atau adanya darah pada feses. Darah
berwarna merah segar
2. Diare, konstipasi atau merasa bahwa isi perut tidak benar benar kosong
saat BAB
3. Feses yang lebih kecil dari biasanya
4. Keluhan tidak nyaman pada perut seperti sering flatus, kembung, rasa
penuh pada perut atau nyeri
5. Penurunan berat badan yang tidak diketahui sebabnya
6. Mual dan muntah,
7. Gejala anemia seperti rasa letih dan lesu
8. Pada tahap lanjut dapat muncul gejala pada traktus urinarius dan nyeri
pada daerah gluteus.
Metastasis
Metastase ke kelenjar limfa regional ditemukan pada 40-70% kasus pada
saat direseksi. Invasi ke pembuluh darah vena ditemukan pada lebih 60% kasus.
Metastase sering ke hepar, cavum peritoneum, paru-paru, diikuti kelenjar adrenal,
ovarium dan tulang. Metastase ke otak sangat jarang, dikarenakan jalur limfatik
dan vena dari rektum menuju vena cava inferior, maka metastase kanker rektum
lebih sering muncul pertama kali di paru-paru
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan dibantu
dengan pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesis
BAB berdarah, merah segar, berlendir dan berbau disertai gangguan
kebiasaan BAB (diare selama beberapa hari yang disusul konstipasi
selama beberapa hari). Nyeri pada saat BAB, tenesmus, dan pada kasus
yang lebih lanjut ileus obstruksi.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Dipastikan dengan pemeriksaan colok dubur. Teraba tumor berbenjol,
rapuh, tukak, mudah berdarah. Bila letaknya rendah (2/3 bawah) dapat
dicapai dengan baik, bila letaknya tinggi (1/3 atas) biasanya tidak
dapat diraba. Dari pemeriksaan colok dubur ditetapkan mobilitasnya
untuk mengetahi prospek pembedahan. bila dapat digerakkan u berarti
masih terbatas pada mukosa rektum saja. Bila sudah terfiksasi,
biasanya sudah terjadi penetrasi hingga ke struktur ekstrarektal seperti
kelenjar prostat, buli-buli, dinding posterior vagina atau dinding
anterior uterus.
3. Pemeriksaan penunjang
Proktosigmoidoskopi
Dilakukan pada setiap pasien yang dicurigai menderita karsinoma usus
besar. Jika tumor terletak di bawah, bisa terlihat langsung. Karsinoma
kolon di bagian proksimal sering berhubungan dengan adanya polip
pada daerah rektosigmoid.
Koloskopi
Diperiksa dengan alat yang sekaligus dapat digunakan untuk biopsi
tumor.
Sistoskopi
Indikasi sistoskopi adalah adanya gejala atau pemeriksaan yang
mencurigai invasi keganasan ke kandung kencing.
Barium colon in loop
Dengan menggunakan kontras akan tampak gambaran apple core
appearance
Biopsi
Jika ditemukan tumor dari salah satu pemeriksaan diatas, biopsi harus
dilakukan. Secara patologi anatomi, adenocarcinoma merupakan jenis
yang paling sering yaitu sekitar 90 sampai 95% dari kanker usus besar.
9
Stadium
A
B1
B2
C1
C2
C2
D
Deskripsi
Tumor terbatas pada submucosa
Tumor terbatas pada muscularis propria
Penyebaran transmural
T2, pembesaran kelenjar mesenteric
T3, pembesaran kelenjar mesenteric
Penyebaran ke organ yang berdekatan
Metastasis jauh
Diagnosis banding
Diagnosis banding untuk karsinoma rectum antara lain: polip, proktitis,
fisura anus, hemmoroid, dan karsinoma anus.
Terapi
Prinsip prosedur untuk karsinoma rektum antara lain
1. Low anterior resection / anterior resection. Insisi lewat abdomen, kolon
kiri atau sigmoid dibuat anastomosis dengan rectum
1. Bila letaknya 12 cm diatas anus dilakukan reseksi anterior
2. Bila letaknya krang dari 12 cm dari anus, T1, diferensiasi baik,
dilakkan eksisi local
3. Bila 6-12 cm diatas anus:
o Stage II
10
kolostomi
4. Pull through operation. Teknik ini sulit, bila tidak cermat dapat
menyebabkan komplikasi antara lain inkontinensia alvie.
5. Fulgurasi (elektrokogulasi) untuk tumor yang keluar dari anus dan
unresektabel.
Pengobatan medis untuk karsinoma kolorektal paling sering dalam bentuk
pendukung/terapi ajuvan yang mencakup kemoterapi, radiasi dan atau imunoterapi
Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi yaitu obstruksi usus parsial atau
lengkap, perforasi, perdarahan, dan penyebaran keorgan lain.
Prognosis
Secara keseluruhan 5-year survival rates untuk kanker rektal adalah
sebagai berikut :
Stadium I - 72%
Stadium II - 54%
Stadium IV - 7%
lebih buruk
11
limfa, perforasi rektum pada saat diseksi dan diferensiasi tumor diduga sebagai
faktor yang mempengaruhi rekurensi local.
Kolostomi
Kolostomi (colostomy) berasal dari kata colon dan stomy. Colon
(kolon) merupakan bagian dari usus besar yang memanjang dari sekum sampai
rektum dan stomy (dalam bahasa Yunani stoma berarti mulut). Kolostomi
dapat diartikan sebagai suatu pembedahan dimana suatu pembukaan dilakukan
dari kolon (atau usus besar) ke luar dari abdomen. Feses keluar melalui saluran
usus yang akan keluar di sebuah kantung yang diletakkan pada abdomen.
Pembedahan kolostomi biasanya memakan waktu dua hingga empat jam,
tergantung dari tingkat kesulitan, adanya infeksi, atau beratnya trauma misalnya
apabila penyebabnya adalah trauma kolon.
Kolostomi dapat dibuat sementara ataupun permanen. Kolostomi
sementara dapat digunakan ketika bagian kolon perlu diperbaiki/disembuhkan,
misalnya setelah trauma atau pembedahan. Setelah
kolon membaik/sembuh,
kolostomi dapat ditutup, dan fungsi usus dapat kembali normal. Kolostomi
permanen (disebut juga end colostomy) biasanya diperlukan pada beberapa
kondisi tertentu, termasuk sekitar 15% kasus kanker kolon. Jenis kolostomi ini
biasanya digunakan saat rektum perlu diangkat akibat suatu penyakit ataupun
kanker. Sebagian besar feses akan lebih lunak dan lebih encer dibandingkan feses
yang keluar secara normal lewat anus. Konsistensi feses tergantung dari letak
segmen usus yang dipakai pada tindakan kolostomi. Letak kolostomi pada
abdomen bisa dimana saja sepanjang letak kolon, namun biasanya dilakukan pada
bagian kiri bawah, di daerah kolon sigmoid. Namun dapat pula dibuat dilokasi
kolon asendens, transversum, dan desendens. Letak kolostomi sebaiknya dipilih
dengan hati-hati sebelum tindakan operasi. Sebaiknya hindari lokasi yang
memiliki jaringan lemak yang tebal dan terdapat skar.
Tujuan Kolostomi
Umumnya kolostomi dilakukan pada pembedahan kanker, namun kadangkadang diperlukan pada penyakit infeksi usus dan penyakit divertikulum, dan
12
pada pembedahan yang darurat untuk perforasi atau obstruksi pada usus. Indikasi
kolostomi ialah dekompresi usus pada obstruksi, stoma sementara untuk bedah
reseksi usus pada radang, atau perforasi, dan sebagai anus setelah reseksi usus
distal untuk melindungi anastomosis distal.
Pembagian Kolostomi
A. Berdasarkan Penggunaannya
1. Kolostomi Permanen
Kolostomi permanen diperlukan ketika tidak terdapat lagi segmen usus bagian
distal setelah dilakukan reseksi atau untuk alasan tertentu usus tidak dapat
disambung lagi. Kolostomi dibuat untuk menggantikan fungsi anus bila anus
dan rectum harus diangkat. Kolostomi permanen harus hati-hati ditempatkan
untuk memudahkan dalam penganganan jangka panjang. Kolostomi permanen
biasanya dibuat pada kolon kiri pada fossa iliaka kiri. Kolostomi permanen
dilakukan pada beberapa kondisi tertentu, termasuk sekitar 15% oleh karena
kasus kanker kolon. Kolostomi ini biasanya digunakan saat rektum perlu
diangkat akibat suatu penyakit ataupun kanker.
2. Kolostomi Sementara
Kolostomi sementara sering dilakukan untuk mengalihkan aliran feses dari
daerah distal usus. Setelah masalah pada usus bagian distal telah teratasi, maka
kolostomi dapat ditutup kembali.
Kolostomi sementara berguna untuk:
a. Mengatasi obstruksi pada operasi elektif maupun tindakan darurat.
Kolostomi dilakukan untuk mencegah obstruksi komplit usus besar bagian
distal yang menyebabkan dilatasi bagian proksimal.
b. Melakukan proteksi terhadap anastomosis kolon setelah
reseksi.
Komplikasi
1. Nekrosis kolostomi.
Hal ini diakibatkan tidak adekuatnya suplai darah. Komplikasi ini
biasanya terlihat 12-24 jam setelah pembedahan dan biasa diperlukan
pembedahan tambahan untuk menanganinya.
2. Kolostomi retraksi.
Disebabkan karena tidak cukupnya panjang stoma. Komplikasi ini
dapat ditangani dengan menyediakan kantong khusus. Memperbaiki
stoma dapat pula menjadi pilihan penanganan.
3. Parastomal hernia.
Keadaan ini dapat timbul akibat letak stoma pada dinding abdomen
yang lemah atau dibuat terbuka terlalu besar pada dinding abdomen.
4. Prolaps
Keadaan ini sering diakibatkan pembukaan yang terlalu besar pada
dinding abdomen atau fiksasi usus yang tidak cukup kuat pada dinding
abdomen. Pembedahan ulang untuk mengatasi prolaps dengan
mengambil vaskularisasi yang melampaui segmen usus yang disuplai.
5. Obstruksi
Obstruksi dapat terjadi akibat udem ataupun timbunan feses.
Teknik Irigasi Dalam Penanganan Kolostomi
Beberapa
pasien
yang
menggunakan
kolostomi
memilih
untuk
tranversum mengeluarkan isi usus beberapa kali sehari karena isi kolon
transversum tidak padat, sehingga lebih sulit diatur.
16
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
17