Oleh :
Prof. DR. H. Suroso Imam Zadjuli, SE
Guru Besar pada Fakultas Ekonomi dan Pascasarjana
Universitas Airlangga
Disampaikan dalam :
Seminar Awal Tahun Masyarakat Ekonomi Syariah
di Auditorium Bank Bukopin
Gedung Bank Bukopin Lt.3
Jakarta
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ................................................................................................................
ii
II.
KATA PENGANTAR
2
I.
pendidikan baik dengan materi umum maupun ilmu agama akan mempertinggi kualitas
manusia, yang pada akhirnya akan dapat pula meningkatkan nilai output bila manusia
tersebut berusaha, bekerja dan diiringi do'a.
Perkembangan kegiatan masyarakat di dunia dewasa ini sedang menuju ke suatu era
keterbukaan secara global. Globalisasi sebagai pedang bermata dua dimana pada satu sisi
merupakan suatu peluang namun dilain sisi sekaligus merupakan suatu ancaman. Pada tahun
2003 saat AFTA dilaksanakan keterbukaan masih terbatas di kawasan ASEAN sedangkan
pada tahun 2010 nanti Indonesia akan masuk dalam era keterbukaan di kawasan Asia dan
Pasisik serta kemudian masuk dalam dunia global secara menyeluruh.
Keberhasilan bertahan terhadap ancaman serta keberhasilan dalam memanfaatkan peluang
dalam era globalisasi sangat tergantung pada kesiapan peningkatan kualitas sumber daya
manusia Indonesia. Indonesia telah mempunyai keunggulan komparatif dalam hal potensi
sumber daya alam secara fisik namun harus masih meningkatkan keunggulan kompetitif
dalam hal pemanfaatan potensi/kemampuan berinovasi agar menghasilkan nilai tambah
yang tinggi baik dalam proses produksi barang maupun jasa serta penyediaan sumber daya
manusia yang profesional dan handal.
Kemampuan berinovasi sangat tergantung pada proses belajar dan mengajar melalui
pendidikan yang bermuatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilandasi dengan
kekuatan iman serta ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam rangka membangun
masyarakat yang madani yaitu masyarakat yang sopan santun, beradab serta berbudaya
tinggi dimana dalam menghadapi berbagai permasalahan besar ataupun kecil, yang rumit
ataupun yang mudah selalu dicarikan jalan keluar dengan cara bermusyawarah dan mufakat
antar sesama manusia dan dipertanggungjawabkan pada Tuhan sang pencipta.
Dalam rangka mewujudkan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas serta
sekaligus dapat menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bermanfaat dalam
membangun masyarakat madani yang mandiri di Indonesia dalam 20 tahun yang akan
datang masih diperlukan sebanyak 8.400 tenaga Doktor Ilmu Ekonomi Islam, Magister
Ekonomi Islam sebanyak 25.200 orang dan Sarjana Ekonomi Islam 50.400 orang serta
Tenaga Ahli Madya sebanyak 100.800 orang, sehingga jumlah secara keseluruhan masih
diperlukan tenaga kerja Islami yang profesional sebanyak 184.800 orang.
II. ILMU EKONOMI ISLAM DAN AKAL
Pengertian ilmu ekonomi Islam adalah suatu ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia
baik secara individu, keluarga, sekelompok orang yang berserikat baik dalam badan hukum
maupun tidak , suatu kesatuan masyarakat yang berbangsa dan bernegara ataupun warga
negara yang bertransaksi /berhubungan antar negara dalam rangka memenuhi kebutuhan
jasmani dan rokhaninya ataupun untuk menjaga eksistensi diri dalam kesatuan
kelompok/lingkungannya untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat berdasarkan
petunjuk al-Quran serta Sunnah Rosul.
Menurut Islam manusia di bumi terdapat 73 firqoh dan yang selamat hanya 1 firqoh saja
6
saja. Pengiriman penalaran dari otak kiri ke otak kanan melalui proses induktif, sedang
sebaliknya dari kanan ke kiri telah berlaku kegiatan analisis deduktif.
Jika Corpus Collosum dapat ditingkatkan fungsinya mengarah ke pusat otak intuitif
(Allah spot) dengan difungsikannya sekaligus organ Thalamus dalam otak tengah yang
merupakan sensor ataupun filter perintah baik dari kalbu maupun nafsu, maka akan
menjadikan manusia mempunyai kecerdasan intuitif yang brillian dan menjadikan orang
tersebut menjadi arif billah. Seseorang yang menjadi arif billah bila orang tersebut telah
mampu menggabungkan/mengintergrasikan ketiga perangkat analisis baik yang intuitif,
kuantitatif syari maupun kualitatif konvensional yang dievaluasi dengan norma al-Quran
dan Sunnah Rasul akan menjadikan pemikiran yang kaffah/holistic dan totalitas. Pemikiran
kaffah tersebut baru dapat dicapai menurut para khalifah urrasiddin sbb :
a. Abu Bakar as Sidhiq ra : Obyek/fakta apapun dianalisis mulai dari Allah dan diakhiri
untuk Allah saja.
b. Umar bin Khotob ra, : Selalu menganalisis obyek/fakta dengan kontinyu dan
konsisten.
c. Ustman bin Affan ra : Proses analisisnya harus ikhlas lillahi Taala.
d. Ali bin Abi Thalib ra : Harus segera mengerjakan yang fardhu dan yang sunnah dan
segera meninggalkan yang haram dan yang makruh.
III. PROFESIONALITAS SERTA PRODUKTIVITAS
Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan makhluk baik di dunia maupun di
akhirat nanti, sebab :
- Pendidikan pada dasarnya merupakan indirect investment pada proses produksi dan
merupakan direct invesment terhadap human resources.
- Pendidikan akan mempertinggi kwalitas tenaga kerja dimana akan tersedia pula
angkatan kerja yang lebih terampil.
- Dengan pendidikan ataupun penelitian akan tercipta pula innovation dan entrepreneur
yang kreatif.
"Entreprenur is a person who organizes, manages and assumes responsibility for a
business or other private enterprise". Businessmen who simply follow establised
patterns of management are referred to as "followers". In limiting the use of this term to
managers who are also innovators. Innovators is a person who has introduced/adopted
of new things/methods or a new approach to the problems of business organization.
The entrepreneur is an innovator and the prime mover of economic growth. The
entrepreneur recognizes new profit opportunities in the form of new commodities, new
techniques, untapped markets, new sources of supply of the factors of production, or
new ways of organizing production. Whatever the profit opportunity, the entrepreneur
seizes it and by his actions tends to increase output and reduce costs.
Untuk mendidik jiwa entrepreneur seperti tersebut diatas jelas perlu diaplikasikan
sistim pendidikan dan penelitian yang intensip, sehingga dapat melahirkan para
innovator yang sekaligus dapat bertindak sebagai entrepreneur.
8
- Cost and benefits of education, koefisiennya masih lebih besar dari satu, sehingga hal
ini masih dipandang menguntungkan dalam analisa input dan output.
- Pendidikan akan menghasilkan generasi penerus yang lebih baik bagi suatu bangsa.
- Dengan pendidikan ilmu umum, agama dan teknologi akan berpengaruh pula
terhadap tingkat/derajat ketaqwaan manusia yang beriman dihadapan Allah S.W.T.
Tentang pengaruh pendidikan terhadap peningkatan out-put/hasil produksi dari
berbagai negara, beberapa data empirik membuktikan bahwa :
1. Di Rusia menurut studi Mr.Stanislav Strumolin pendidikan khusus yang
diberikan pada pekerja yang tidak pernah sekolah telah meningkatkan 78,00%
output per pekerja dan meningkatkan 91,00% output per pekerja bagi pekerja
tamatan Sekolah Dasar yang diberikan pendidikan khusus tersebut.
2. Di Norwegia berdasarkan studi Odd Ackrust (1900-1955), output per pekerja
telah meningkat dengan 67,00%, karena peningkatan kualitas pendidikan.
3. Studi Prof.T.W.Schultz menyimpulkan bahwa antara periode 1925-1929 dengan
1945-1949 di U.S output di sektor Agraris telah meningkatkan dengan 83,00%,
karena peningkatan kualitas pendidikan pekerja. Di Mexico meningkat dengan
50,00% dan di Argentina 45,00%.
4. Di United Kingdom Studi Reddway & Smith peningkatan kualitas pendidikan
bagi pekerja di sektor industri, telah meningkatkan output di sektor industri
dengan 75,00%.
5. Studi di United States yang lain oleh Edward F. Denison sejak tahun 1929
rata-rata output tiap tahun telah meningkat sekitar 23,00% sebagai akibat dari
peningkatan bidang pendidikan.
Dengan demikian manfaat pendidikan akan masih lebih besar dari jumlah pembiayaannya,
atau dengan perkataan lain cost and benefide ratio-nya masih lebih besar dari satu.
IV. PENCIPTAAN JIWA ENTREPRENEUR
Untuk menciptakan/melahirkan jiwa entrepreneur pada generasi muda sistim pendidikan
dewasa ini baik dari sejak tingkat sekolah dasar hingga ke perguruan tinggi masih perlu
penambahan keahlian yang meliputi :
1. Penguasan bahasa asing secara aktip terutama bahasa-bahasa : Inggris, Arab, Perancis,
Jerman, Jepang, Mandarin dan lain sebagainya
2. Penguasaan perangkat komputer
9
3. Penguasaan keahlian teknologi mulai dari yang sederhana hingga ke yang canggih.
4. Penguasaan terhadap keilmuan lain yang tersintesis seperti : Ekonomi Regional,
Ekonomi Kependudukan, Ekonomi Lingkungan, Teknologi Industri, Teknik Kimia,
Teknik Penyehatan/Lingkungan, Bio-Teknologi, Teknologi Mekanik dan lain
sebagainya
5. Penguasaan terhadap penelitian terapan (action research)
6. Penguasaan strategi pengelolaan ekonomi rumah tangga mulai dari tata cara mencari
nafkah hingga ke pemanfaatan riski yang diperoleh dari Allah SWT
7. Pengamalan ilmu tersebut secara konsisten dengan sabar dan secara bertahap dalam
rangka meningkatkan karir profesional baik untuk diri sendiri, keluarga maupun
masyarakat demi pembangunan nusa, bangsa dan agama.
Jika dari ketujuh hal tersebut diatas beberapa unsur dapat dikuasai dan diamalkan oleh
generasi muda yang telah selesai dari masing-masing tingkat pendidikan formalnya insya
Allah mutu profesionalisme generasi muda kita akan semakin meningkat dan akan dapat
melahirkan banyak tenaga innovator dan entrepreneur sekaligus.
V. KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA DALAM FUNGSI PRODUKSI
Sumber daya manusia yang merupakan salah satu unsur faktor produksi akan sangat ikut
menentukan berhasil tidaknya dalam hal meningkatkan kemakmuran masyarakat dari suatu
bangsa. Dalam membangun negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia, kualitas
sumber daya manusia akan sangat menentukan setelah faktor produksi kapital/modal.
Faktor produksi lain yang tidak dapat ditinggalkan adalah tanah/lahan serta faktor produksi
lainnya seperti halnya teknologi, manajerial dan lain sebagainya.
Para manajer pengelola kegiatan proses produksi perlu memperhatikan "technical
coefficient" dalam kegiatan rata-rata produksi di negara yang sedang berkembang termasuk
Indonesia.
Koefisien teknik di negara yang sudah maju seperti halnya di Jepang, Jerman dan Amerika
misalnya akan mendekati formula berikut :
OA(100) = f [ LA(10), CA(40), LbA(40), RA(10) ]
dimana :
A = pertambahan, O = output, L = lahan/tanah, C = kapital/modal, Lb = tenaga kerja, R
= faktor produksi lainnya serta (..) jumlah pertambahan output dari masing-masing faktor
produksi.
Dengan demikian peranan koefisien teknik dari berbagai faktor produksi di negara yang
telah maju, jika menginginkan pertumbuhan output/hasil sebanyak 100 unit, maka peranan
faktor produksi lahan akan berperan dalam hal menambah output sebanyak 10 unit,
kapital/modal sebanyak 40 unit, tenaga kerja sebanyak 40 unit serta faktor produksi
8
lainnya ikut berperan dalam hal menambah output sebanyak 10 unit. Dalam formula
tersebut nampak bahwa peranan modal/kapital telah berimbang dengan peranan tenaga
kerja. Di negara yang telah maju terdapat kecenderungan makin turunnya peranan
modal/kapital karena jumlah modal di negara tersebut dapat dikatakan relatip melimpah
sehingga biaya modal di negara yang telah maju dapat dikatakan lebih murah/ringan.
Sebaliknya peranan tenaga kerja, karena tingkat teknologinya semakin canggih dan kualitas
tenaga kerjanya juga makin profesional mengakibatkan biaya/gaji/upah tenaga kerja
menjadi lebih mahal. Namun demikian dengan upah yang lebih mahal tersebut masih dapat
diimbangi oleh penambahan output yang cukup tinggi berkat bantuan teknologi canggih
tersebut tentunya.
Sedangkan formula kegiatan produksi di negara yang sedang berkembang termasuk di
Indonesia berdasarkan rata-rata koefisien tekniknya adalah sebagai berikut:
OA(100) = f [ LA(15), CA(50), LbA(20), RA(15) ]
Dalam peningkatan output 100 unit di negara yang sedang berkembang termasuk di
Indonesia koefisien teknik lahan peranannya masih sebesar 15 unit dimana masih lebih
tinggi 5 unit dari koefisien teknik dari lahan di negara maju sebab masih banyaknya
produksi barang dari sektor agraris. Peranan kapital masih cukup dominan/tinggi mengingat
di negara yang sedang berkembang masih menghadapi kelangkaan untuk faktor modal ini
disatu pihak, dan di lain pihak secara sekaligus peranan tenaga kerja masih rendah
mengingat tingkat pendidikan rata-rata dari tenaga kerja juga masih rendah dimana sebagian
terbesar masih berpendidikan Sekolah Dasar kebawah, sehingga sumbangan terhadap
pembentukan output/ hasil produksinyapun akan masih rendah pula.
VI. ERA GLOBALISASI
Dalam proses percepatan globalisasi ekonomi Dunia terdapat dua pandangan yaitu pendapat
yang lebih bersifat makro dan pendapat yang bersifat mikro, namun keduanya sama-sama
mengarah pada pergeseran cara berfikir dari pola berfikir sempit kearah pola berfikir yang
lebih luas/global dan terdapat peralihan pula dari lingkup analisis ekonomi konvensional
kearah analisis ekonomi dari sudut pandang multi-dementional. Yang mempercepat
timbulnya globalisasi ekonomi dunia adalah :
A. Faktor Makro terdiri atas :
terdapatnya transformasi dari masyarakat industri kemasyarakat informasi.
lingkup kegiatan ekonomi tertutup (nasional) telah menjadi lebih terbuka
(berskala internasional).
orientasi kegiatan jangka pendek banyak yang berubah menjadi orientasi
kegiatan jangka panjang.
tata cara kerja perintah yang lebih bersifat hirarkhis menjadi sistim kerja secara
net-work.
9
tingkat keinginan membeli oleh para konsumen dan lagi pula dalam masyarakat
sendiri masih berlangsung adanya "demonstration-effect" yaitu kecenderungan
masyarakat untuk memamerkan kekayaan pribadi, yang dianggap pula akan
menaikkan nilai martabat/ status sosial dalam lingkungan masyarakat
sekelilingnya.
Tujuan perusahaan tidak sejalan lagi dengan ilmu ekonomi konvensional,
dimana untuk mencari keuntungan yang maksimal, tetapi telah beralih kepada
keuntungan sedikit diatas laba minimal yang ditentukan, guna menjaga
kelangsungan hidup perusahaan tersebut dengan otonomi yang makin luas.
Perusahaan raksasa lebih mengutamakan stabilitas pemasaran dengan cara
menggunakan pemerintah sebagai parner misalnya untuk menyediakan
infrastruktur untuk mengembangkan perusahaannya seperti halnya
pembangunan jalan-jalan, listrik, industrial estate, fasilitas pelabuhan,
pendidikan ahli yang siap pakai dan lain sebagainya.
Lama-kelamaan status pemerintah terus bergeser yang semula menjadi parner
akhirnya akan berubah menjadi abdi perusahaan raksasa tersebut, jika tidak
waspada.
Faktor yang pertama mengakibatkan penataan fondasi maupun struktur kebijaksanaan
ekonomi berubah hampir di setiap negara dan faktor kedua mengakibatkan timbulnya
"Multi-National Corporations" serta "Conglomerates" sebagai pelaku/subyek ekonomi.
Perlu dijelaskan pula tentang pengertian "Multi-National Corporation" dan "Conglomerate"
agar tidak terdapat kerancuan dalam analisis lebih lanjut. Multinational Corporation (MNC)
adalah suatu perusahaan yang berskala besar, modern dan beroperasi di banyak/berbagai
negara. Sedangkan "Conglomerate" adalah merupakan perusahaan yang berskala besar dan
modern yang merupakan hasil Merger baik secara vertikal maupun horizontal. Merger
horizontal terjadi bila terdapat penggabungan antara perusahaan yang memproduksi suatu
barang dengan perusahaan pemberi jasa pada perusahaan yang pertama tersebut. Misalnya
Industri kapal bergabung dengan perusahaan dok (perawatan/perbaikan kapal), sebaliknya
merger vertikal terjadi bila terdapat penggabungan antara penyedia dan pemakai input
produksi. Misalnya merger antara perusahaan pertambangan batu bara dengan perusahaan
peleburan biji besi.
Conglomerate terdiri atas : Conglomerate pemasaran, Conglomerate produsen dan
Conglomerate murni. Motivasi terjadinya Conglomerate adalah efisiensi produksi,
keuangan, management, pemasaran, penguasaan politik dan monopoli dalam kegiatan
berusaha. Makin membesarnya kegiatan usaha baik yang berupa MNC maupun
Conglomerate dan makin terbukanya hubungan antar sistim ekonomi yang dianut oleh
negara-negara di Dunia membawa dampak/pengaruh terhadap penataan kembali
kebijaksanaan ekonomi (Economic Policy) dari negara-negara yang bersangkutan termasuk
Indonesia. Berbagai hal tersebut diatas menyebabkan konsentrasi kegiatan ekonomi semakin
kuat dan kegiatannya lebih bersifat global.
11
Joe S.Bain (Industrial Organization, New York, Wiley, p. 201) telah membagi sejarah
konsentrasi/pemusatan kegiatan industri di Amerika Serikat dalam tiga tahap yang
meliputi :
a. Periode peningkatan konsentrasi dentgan intensitas yang tinggi baik karena merger
maupun perusahaan mandiri yang semakin besar terjadi sejak tahun 1870 hingga tahun
1905.
b. Konsentrasi dengan intensitas rendah ataupun hanya secara selektif, terjadi pada tahun
1905 hingga tahun 1935.
c. Relatif hanya terdapat sedikit perubahan pada kegiatan konsentrasi dalam kegiatan
secara umum, yaitu sejak tahun 1935.
Sebagian besar ekonomi Amerika dikuasai oleh industri ataupun perusahaan yang berskala
besar. Ekonomi Amerika sebagian besar dikuasai oleh 500 perusahaan/industri raksasa
yang termasuk papan atas dari sekitar 11 juta unit perusahaan pada tahun 1963 yang
kemudian berkembang menjadi 13 juta perusahaan yang tersebar di seluruh Amerika.
Selain itu sebagian besar kegiatan ekonomi di Amerika terutama di sub-sektor ;
per-bank-an, asuransi jiwa, perdagangan, transportasi dan fasilitas umum sebagian besar
volume dan nilai penjualan, ataupun jumlahnya aset hanya dikuasai oleh 50 perusahaan
besar papan atas di sub-sektor yang bersangkutan.
Pada tahun 1967 terdapat indikator tentang penguasaan ekonomi dari sejumlah kecil
perusahaan raksasa di Amerika, seperti nampak pada berbagai hal berikut:
a. Sebanyak 500 perusahaan industri papan atas telah menguasai sekitar 67,0% dari total
penjualan produk di seluruh Amerika Serikat.
b. Sebanyak 50 perusahaan perdagangan papan atas telah menguasai sekitar 18,0%
jumlah penjualan perdagangan eceran di seluruh Amerika.
c. Sejumlah 50 perusahaan asuransi jiwa papan atas telah menguasai sekitar 85,0% dari
jumlah seluruh aset perusahaan asuransi jiwa di Amerika.
d. Sejumlah 50 perusahaan transportasi papan atas telah menguasai sekitar 79,0% dari
seluruh pendapatan perusahaan transpor di Amerika tersebut.
e. Sejumlah 50 perusahaan besar papan atas yang bergerak pada fasilitas umum telah
menguasai sekitar 71,0% pendapatan perusahaan di sub-sektor pelayanan umum di
Amerika.
f. Sebanyak 50 perusahaan bank papan atas di Amerika telah menguasai sekitar 41,0%
aset dan deposito dari seluruh perusahaan bank di negara tersebut.
g. Sebanyak 500 perusahaan industri pengolahan di Amerika telah menyerap sekitar
12
17,0% dari seluruh pekerja di Amerika ataupun sebanyak 750 perusahaan industri
pengolahan papan atas telah menyerap sekitar 25,0% dari seluruh jumlah pekerja yang
bekerja di sub-sektor industri pengolahan tersebut.
Penguasaan ekonomi Amerika oleh sejumlah kecil perusahaan raksasa, jika digambarkan
secara grafis antara prosentase jumlah perusahaannya terhadap prosentase jumlah
penjualannya akan diperoleh bentuk "Lorenz Curve" (Curve yang cekung terhadap garis
diagonal keseimbangan).
Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa sebagaian kecil perusahaan raksasa di Amerika telah
menguasai sebagian besar total penjualan di negara tersebut. Keperkasaan MNC ini
berdasarkan pengamatan The Council on Economic Development pada tahun 1973 nilai
tambah yang dihasilkan telah mencapai US$ 450 milyar atau sekitar 15% dari Gross
World Product (GWP) yang berjumlah sekitar US$ 3 Trilyun. Rata-rata pertumbuhan
nilai tambah yang dihasilkan oleh MNC tersebut adalah sebesar 10% tiap tahunnya. Waktu
jayanya General Motors pada tahun 1969 jumlah penjualan kotor dari perusahaan tersebut
masih lebih besar dari jumlah GNP dari 22 negara yang sedang berkembang. Namun dewasa
ini peranan Industri di Amerika, Eropa dan Australia telah mulai terdesak oleh makin
membesarnya perkembangan industri di Jepang. Dalam tahun 1960 Amerika Serikat
menghasilkan lebih dari seperempat hasil ekspor negara industri, disamping telah dapat
memenuhi 98,00% kebutuhan pasar dalam negaranya sendiri.
Dewasa ini peranan Amerika Serikat di antara negara-negara industri telah mulai memudar.
Sejak tahun 1950 pertumbuhan produktivitas tahunan Amerika Serikat merupakan yang
terendah diantara negara-negara industri maju, yaitu kurang dari 2,50% setahun, sedangkan
Jepang telah memimpin dalam hal laju pertumbuhan produktivitas tahunan tersebut, yaitu
hampir mencapai 10,00%. Sebagai contoh dalam tahun 1977/1978 produktivitas per jam
kerja di Amerika Serikat hanya mencapai 1,5 unit saja dan ini merupakan urutan terakhir
dari kesembilan negara industri maju, sedangkan Jepang telah mencapai 8,3 unit, yang
sekaligus merupakan peringkat pertama. Tempat kedua diduduki Denmark, tempat ketiga
hingga kedelapan secara berurutan adalah : Perancis, Italia, Jerman Barat, Swedia, Kanada
dan Inggris.
Pada tahun 1970 di Amerika Serikat telah terdapat penurunan produksi sebanyak US$ 125
milyar dan sekitar 2 juta pekerja industri kehilangan mata pencahariannya. Industri sepeda
motor Jepang telah menguasai lebih dari 80,00% produksi Dunia. Demikian juga industri
mobil kecil buatan Jepang telah mulai masuk ke Amerika Serikat, sehingga sekitar 200.000
karyawan industri mobil Amerika Serikat menjadi menganggur, di pihak lain industri
Jepang harus bekerja lembur untuk memenuhi permintaan mobil di pasaran dunia. Sejak
tahun 1980 Jepang mulai mengambil alih posisi Amerika Serikat dan Negara Barat yang
lain seperti halnya Inggris dan Jerman yang telah berjaya selama abad XIX dan awal abad
XX. Industri Automotive, elektronik, kamera, arloji, besi baja dan mesin-mesin mulai
dikuasai Jepang.
sebanyak US $ 247.4 milyar dan dewasa ini hutang USA telah menjadi US$ 7 Trilyun.
Terdesaknya penguasaan Amerika terhadap ekonomi dunia oleh Jepang mengakibatkan
Amerika memburu devisa lewat military economics (ekonomi kemiliteran) dimana produk
persenjataan/peralatan militer dapat dijual 5 s/d 10 kali lipat dari biaya produksinya.
Amerika terus melakukan pembekuan aset milik Libya, Iran dan Irak agar negara-negara
Islam di dunia tidak dapat mandiri lagi (selalu tergantung kepada Amerika).
VIII. KEMANDIRIAN NASIONAL
Untuk mengembalikan Indonesia dalam percaturan Dunia seperti pada saat kepemimpinan
Bung Karno dan Pak Harto sewaktu masih bersih dari KKN dapat ditempuh berbagai cara
sebagai berikut :
1. Menggunakan Agama dan Pancasila sebagai fondasi dasar pembangunan bangsa
2. Menegakkan Politik Luar Negeri yang bebas dan aktif.
3. Menggalang kekuatan ASEAN, OKI, dan Asia, Afrika serta Amerika Latin.
4. Memulai pemerintahan baru yang bersih, jujur dan bebas KKN. Kegiatan ekonomi
ilegal di Indonesia telah mencapai sekitar 40,0%.
5. Mendahulukan kepentingan Nasional dari pada menjual bangsa dan negara.
6. Mengembangkan budaya hidup yang proporsional dan menghargai produk nasional.
7. Mengevaluasi kontrak internasional di Sektor Pertambangan dan Galian yang sangat
merugikan negara dan bangsa dimana Indonesia hanya memperoleh sekitar 30,0% saja
dari Nilai Tambah selebihnya 70,0% jatuh ke Investor Asing Indonesia melaksanakan
kontrol devisa serta manage floating exchange rate untuk valuta asing.
8. Mendayagunakan kekayaan lautan dan sumber daya ekonomi yang lain.
9. Mengurangi hutang Luar Negeri baru setiap tahun 10 s/d 20 persen.
10. Membangun ekonomi masyarakat menengah ke bawah bekerja sama dengan swasta
kuat
11. Menyamakan persepsi bangsa dalam pembangunan Nasional
12. Membangun Tentara Nasional dan POLRI yang kuat dan tidak korup untuk menjaga
kesatuan Negara Republik Indonesia.
IX. PENUTUP
15
Semoga dalam penyediaan sumber daya insan untuk membangun masyarakat Ekonomi
Syariah yang madani dan mandiri dewasa ini dan yang akan datang akan lebih dapat
meningkatkan keilmuan, profesionalisme dan entrepeneurship serta ketaqwaannya
terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Kuasa dan akan lebih mempersiapkan Sumber Daya
Insani yang handal dalam berpartisipasi membangun bangsa dan masyarakat Indonesia
yang Baldatun Thoyibatun wa Robbun Ghofur, Insya Allah Amiin.
Wassalamualaikum wa rohmatullohi wa barakatuhu.
16
DAFTAR PUSTAKA
Al-Hadits. Bukhari Muslim
Amin Azis, Mengembangkan Pengajaran Ilmu Ekonomi Islam di Indonesia Berbagai
Aspek Ekonomi Islam, P3EI UII dan Tiara Wacana, Yogyakarta, 1992.
Abdul Manan, Mohamed, Islamic Economic in Theory and Practice, London : Hodder
and Stoughton, 1987, 425p (Revised and enlarge version of the authors
Islamic Economics Lahore : Ashraf Publications.
Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, jilid I, II, III & IV, Dana Bhakti Wakaf,
Yogyakarta.
Islamic Development Bank, "Anual Report 1997-1998 (1418 H).
John Lindauer, Macroeconomics, Second Edition, Claremont, California, 1971.
Konsep Bank Syari'ah
Mohammad Umar Chapra, What Is Islamic Economics ?, IDB Prize Winners Lecture
Series No. 9, Islamic Development Bank, Islamic Research and Training
Institute, Jeddah, Saudi Arabia.
Syamsul Rijal Hamid, Buku Pintar Agama Islam, Edisi Senior, Penebar Salam, Jakarta,
1999
Suroso Imam Zadjuli, Prof. Dr. SE., Makalah Potensi dan Prospek Lembaga Keuangan
Syari'ah Dalam Era Globalisasi, Surabaya, Fakultas Ekonomi
Universitas Airlangga, 1997.
_____________ , Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam Berbagai Aspek Ekonomi Islam,
P3EI UII dan Tiara Wacana, Yogyakarta, 1992.
_____________ , Makalah Peran Perbankan Syari'ah Dalam Investasi Pembangunan,
Surabaya, Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga, 1995.
_____________ , Makalah Dampak Krisis Ekonomi Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi
Kelompok Kelas Menengah Kebawah, Surabaya, Fakultas Ekonomi
Universitas Airlangga, 1999.
_____________ , Makalah Membentuk Manusia Menjadi Khalifah di Bumi Yang
Makdanniyah, Surabaya, Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga, 1999.
_____________, "Perkembangan Bank Islam dan Masyarakat Madani, Surabaya,
Universitas Airlangga,, 2004.
17
18