Anda di halaman 1dari 18

1

1. JUDUL : EFEKTIVITAS PENERAPAN REALISTIC MATHEMATIC EDUCATION (RME)


PADA POKOK BAHASAN HIMPUNAN DI KELAS VII SMP NEGERI 10 KENDARI

2. LATAR BELAKANG
Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang mempunyai peranan penting dalam upaya penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Sampai batas tertentu matematika hendaknya dapat dikuasai oleh segenap
warga negara Indonesia. Lebih lanjut matematika dapat memberi bekal kepada siswa untuk menerapkan
matematika dalam berbagai keperluan. Akan tetapi persepsi negatif siswa terhadap matematika tidak dapat
diacuhkan begitu saja. Umumnya pelajaran matematika di sekolah menjadi momok bagi siswa. Sifat abstrak
dari objek matematika menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep
matematika. Akibatnya prestasi matematika siswa secara umum belum menggembirakan.
Hasil studi The Third International Mathematic and Science Study-Repeat (TIMSS-R) tahun 1999
memperlihatkan bahwa di antara 38 negara peserta, prestasi siswa SMP kelas II Indonesia berada pada urutan
ke-34 untuk Matematika (Rosyada, 2004:3), sementara itu perolehan nilai matematika pada ujian negara pada
semua jenjang pendidikan selalu terpaku pada angka yang rendah pula (Yaniawati, 2006:1). Rendahnya
prestasi matematika siswa dapat disebabkan oleh masalah komprehensif siswa ataupun secara parsial dalam
matematika. Selain itu, belajar matematika bagi siswa belum bermakna, sehingga pemahaman siswa tentang
konsep matematika sangat lemah (Suharta, 2005:1).
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa umumnya siswa mengerti dengan penjelasan serta contoh soal yang
diberikan guru, namun ketika kembali ke rumah dan ingin menyelesaikan soal-soal yang sedikit berbeda
dengan contoh sebelumnya, siswa kembali bingung bahkan lupa dengan penjelasan gurunya. Apa yang
dialami siswa ini menunjukkan bahwa siswa belum mempunyai pengetahuan konseptual. Selain itu
pendekatan pembelajaran matematika yang digunakan oleh guru tidak variatif. Guru masih mengandalkan
pendekatan pembelajaran konvensional dengan metode ceramah sebagai metode utama. Begitu pun halnya di
SMP Negeri 10 Kendari. Menurut wawancara dengan salah satu guru matematika di sekolah ini pada tanggal
12 November 2007, rata-rata prestasi matematika siswa kelas VII pada semester I tahun 2006 adalah 5,8 yang
belum mencapai standar minimal 6,0. Sementara itu pendekatan pembelajaran yang digunakan guru
bersangkutan masih berupa pendekatan tradisional (konvensional) dengan metode ceramah. Oleh karena itu
perlu dikembangkan dan diterapkan suatu pembelajaran matematika yang tidak hanya mentransfer
pengetahuan guru kepada siswa. Pembelajaran ini hendaknya juga mengaitkan pengalaman kehidupan nyata
siswa dengan materi dan konsep matematika. Pendekatan pembelajaran yang kiranya tepat adalah pendekatan
Realistic Mathematic Education (RME) dimana pendekatan pembelajaran matematika ini berorientasi pada
matematisasi pengalaman sehari-hari (mathematize of everyday experience) dan menerapkan matematika
dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu materi matematika yang diajarkan di SMP Kelas VII adalah Himpunan. Konsep himpunan secara
formal belum pernah diperoleh siswa sehingga dapat kita katakan konsep ini merupakan konsep yang sama
sekali baru bagi siswa walaupun erat kaitannya dengan bilangan dan operasinya. Materi ini pula sering
muncul dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu, dengan menerapkan pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) dalam pembelajaran matematika pada konsep himpunan diharapkan dapat
meningkatkan pemahaman dan penguasaan siswa terhadap materi tersebut. Oleh karena itu penulis ingin
melakukan suatu penelitian eksperimen dengan judul Efektivitas Penerapan Realistic Mathematic

Education (RME) pada Pokok Bahasan Himpunan di SMP Negeri 10 Kendari.

3. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian dari latar belakang maka rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri 10 Kendari yang diajar dengan menggunakan
pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada pokok bahasan Himpunan?
2. Bagaimana hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri 10 Kendari yang diajar tanpa menggunakan
pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada pokok bahasan Himpunan?
3. Apakah pembelajaran matematika dengan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) lebih
efektif dibandingkan dengan pembelajaran matematika tanpa pendekatan Realistic Mathematic
Education (RME) pada pokok bahasan Himpunan ?

4. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh jawaban atas masalah yang telah dirumuskan di
atas. Secara rinci tujuan tersebut adalah untuk mengetahui :
1. Hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri 10 Kendari yang diajar dengan menggunakan pendekatan
Realistic Mathematic Education (RME) pada pokok bahasan Himpunan.
2. Hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri 10 Kendari yang diajar dengan tanpa menggunakan
pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada pokok bahasan Himpunan.
3. Efektivitas pembelajaran matematika dengan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)
dibandingkan dengan pembelajaran tanpa menggunakan pendekatan Realistic Mathematic Education
(RME) pada pokok bahasan Himpunan.

5. MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat yang diharapkan setelah penelitian ini dilaksanakan adalah :

1. Dapat membantu siswa dalam memahami dan menguasai konsep-konsep dasar matematika khususnya
himpunan.
2. Sebagai masukan positif bagi guru-guru SMP khususnya guru SMP Negeri 10 Kendari dalam
menentukan alternatif pendekatan pembelajaran yang cocok dengan pokok bahasan Himpunan.
3. Memberikan sumbangsih yang berguna dalam rangka perbaikan pembelajaran matematika dan
peningkatan prestasi belajar matematika peserta didik.
6. KAJIAN TEORI
1. Realistic Mathematic Education (RME)
1. Pengertian Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)

Realistic Mathematic Education (RME) merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran matematika.
Menurut Hadi (2003:1) Realistic Mathematic Education (RME) yang dalam makna Indonesia berarti
Pendidikan Matematika Realistik (PMR) dikembangkan berdasarkan pemikiran Hans Freudenthal yang
berpendapat matematika merupakan aktivitas insani (human activities) dan harus dikaitkan dengan realitas.
Teori RME pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda pada tahun 1970 oleh Institut
Freudenthal (Suharta, 2005:2). Teori ini telah diadaptasi dan digunakan di banyak negara di dunia, seperti
Inggris, Jerman, Denmark, Spanyol, Portugal, Afrika Selatan, Brazil, Amerika Serikat, Jepang dan Malaysia
(De Lange dalam Sriyanto, 2006:2).
Teori ini mengacu pada pendapat Freudenthal yang mengatakan bahwa matematika harus dikaitkan dengan
realita dan matematika merupakan aktivitas manusia. Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan
relevan dengan kehidupan nyata sehari-hari. Matematika sebagai aktivitas manusia berarti manusia harus
diberikan kesempatan untuk menemukan kembali ide dan konsep matematika dengan bimbingan orang
dewasa. Upaya ini dilakukan melalui penjelajahan berbagai situasi dan persoalan-persoalan realistik.
Realistik dalam hal ini dimaksudkan tidak mengacu pada realitas tetapi pada sesuatu yang dapat dibayangkan
oleh siswa (Suharta, 2005:2).

2. Karakteristik Realistic Mathematic Education (RME)

Menurut Treffers dan Van den Heuvel-Panhuizen dalam Suharta (2005:2), karakteristik RME adalah
menggunakan konteks dunia nyata, model-model, produksi dan konstruksi siswa, interaktif dan keterkaitan
(intertwinment) dan dijelaskan sebagai berikut :

Menggunakan konteks dunia nyata

Dalam RME, pembelajaran diawali dengan masalah kontekstual (inti) dari konsep yang sesuai dari situasi
nyata yang dinyatakan oleh De Lange sebagai matematisasi konseptual. Melalui abstraksi dan formalisasi
siswa akan mengembangkan konsep yang lebih komplit. Kemudian siswa dapat mengaplikasikan konsepkonsep matematika ke bidang baru dari dunia nyata (applied mathematization). Oleh karena itu, untuk
menjembatani konsep-konsep matematika dengan pengalaman anak sehari-hari perlu diperhatikan matematisi
pengalaman sehari-hari (mathematization of everyday experience) dan penerapan matematika dalam seharihari.

Menggunakan model-model (matematisasi)

Istilah model berkaitan dengan model situasi dan model matematik yang dikembangkan oleh siswa sendiri
(self developed models). Peran self developed models merupakan jembatan bagi siswa dari situasi real ke
situasi abstrak atau dari matematika informal ke matematika formal. Artinya siswa membuat model sendiri
dalam menyelesaikan masalah. Pertama adalah model situasi yang dekat dengan dunia nyata siswa.
Generalisasi dan formalisasi model-model tersebut akan berubah menjadi model-of masalah tersebut. Melalui
penalaran matematik model-of akan bergeser menjadi model-for masalah sejenis. Pada akhirnya, akan
menjadi model matematika formal.

Menggunakan produksi dan konstruksi

Dengan pembuatan produksi bebas siswa terdorong untuk melakukan refleksi pada bagian yang mereka
anggap penting dalam proses belajar. Strategi-strategi informal siswa yang berupa prosedur pemecahan
masalah kontekstual merupakan sumber inspirasi dalam pengembangan pembelajaran lebih lanjut yaitu untuk
mengkonstruksi pengetahuan matematika formal.

Menggunakan interaktif

Interaksi antar siswa dengan guru merupakan hal yang mendasar dalam RME. Secara eksplisit bentuk-bentuk
interaksi yang berupa negosiasi, penjelasan, pembenaran, setuju, tidak setuju, pertanyaan atau refleksi
digunakan untuk mencapai bentuk formal dari bentuk-bentuk informal siswa.

Menggunakan keterkaitan (intertwinment)

Dalam RME pengintegrasian unit-unit matematika adalah esensial. Jika dalam pembelajaran kita
mengabaikan keterkaitan dengan bidang yang lain, maka akan berpengaruh pada pemecahan masalah. Dalam
mengaplikasikan matematika, biasanya diperlukan pengetahuan yang lebih kompleks, dan tidak hanya
aritmetika, aljabar, atau geometri tetapi juga bidang lain.

3. Langkah-langkah Pembelajaran Realistic Mathematic Education (RME)

Adapun langkah-langkah pembelajaran pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) (Suharta,


2005:5) adalah sebagai berikut :

Aktivitas Guru

Guru memberikan
masalah kontekstual.

Aktivitas Siswa
siswa

Guru merespon secara positif


jawaban siswa. Siswa diberi
kesempatan
untuk
memikirkan strategi siswa
yang paling efektif.

Guru mengarahkan siswa


pada beberapa masalah
kontekstual dan selanjutnya
mengerjakan
masalah
dengan
menggunakan
pengalaman mereka.

Guru
mendekati
siswa
sambil memberikan bantuan
seperlunya.

Guru mengenalkan istilah


konsep.

Siswa secara mandiri atau


kelompok kecil mengerjakan
masalah
dengan
strategistrategi informal.

Siswa memikirkan
yang paling efektif.

Siswa secara
atau
menyelesaikan
tersebut.

Beberapa siswa mengerjakan di


papan tulis, melalui diskusi
kelas,
jawaban
siswa
dikonfrontasikan.

Siswa merumuskan
matematika formal.

strategi

sendiri-sendiri
berkelompok
masalah

bentuk

Siswa mengerjakan tugas rumah dan


menyerahkannya kepada guru.

Guru memberikan tugas di


rumah, yaitu mengerjakan
soal atau membuat masalah
cerita serta jawabannya
sesuai dengan matematika
formal.

2. Pendekatan Pembelajaran Matematika


Ruseffendi (1988:240) mendefinisikan pendekatan dalam pembelajaran adalah suatu jalan, cara atau
kebijaksanaan yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam pencapaian tujuan pembelajaran dilihat dari sudut
bagaimana proses pembelajaran atau materi pembelajaran dikelola. Secara teknis, pendekatan pembelajaran

dapat diartikan sebagai jalan atau cara berpikir guru sebagai pembelajar untuk menciptakan suasana yang
memungkinkan siswa sebagai pebelajar mengalami perilaku yang diharapkan sebagai hasil dari peristiwa
belajar tersebut. Lebih jauh lagi, pendekatan pembelajaran diartikan sebagai konsep yang mencakup asumsi
dasar tentang siswa, tentang proses belajar dan tentang suasana yang menciptakan terjadinya peristiwa
belajar (Winaputra, 1994:124). Soedjadi (1999:102) membedakan pendekatan pembelajaran matematika
menjadi dua, yakni:
1. Pendekatan materi yaitu proses menjelaskan topik matematika tertentu menggunakan materi
matematika lain.
2. Pendekatan pembelajaran yaitu proses penyampaian atau penyajian topik matematika tertentu
agar mempermudah siswa memahaminya.
Oleh karena itu pendekatan pembelajaran matematika yang dimaksud adalah suatu cara dalam
menyampaikan bahan pelajaran matematika untuk mencapai tujuan pembelajaran.

3. Hakekat Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri
merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang
bersifat menetap. Dalam kegiatan belajar yang terprogram dan terkontrol yang disebut kegiatan pembelajaran
atau kegiatan instruksional, tujuan belajar telah ditetapkan lebih dahulu oleh guru. Anak yang berhasil dalam
belajar ialah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan-tujuan instruksional
(Abdurrahman, 2003:38).
A.J. Romiszowski dalam Abdurrahman (2003:38) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan keluaran
(outputs) dari suatu sistem pemrosesan masukan (inputs). Masukan dari sistem tersebut berupa bermacammacam informasi sedangkan keluarannya adalah perbuatan atau kinerja (performance). Menurut
Romiszwoski, hasil belajar dapat dikelompokkan ke dalam dua macam, yaitu pengetahuan dan keterampilan.
Pengetahuan terdiri dari empat macam kategori, yaitu pengetahuan tentang fakta, pengetahuan tentang
prosedur, pengetahuan tentang konsep dan pengetahuan tentang prinsip. Keterampilan juga terdiri dari empat
kategori, yaitu keterampilan untuk berpikir atau keterampilan kognitif, keterampilan untuk bertindak atau
keterampilan motorik, keterampilan bereaksi atau bersikap, dan keterampilan berinteraksi.
Hasil belajar juga dipengaruhi oleh intelegensi dan penguasaan awal anak tentang materi yang akan
dipelajari. Ini berarti bahwa guru perlu menetapkan tujuan belajar sesuai dengan kapasitas intelegensi anak;
dan pencapaian tujuan belajar perlu menggunakan bahan apersepsi, yaitu bahan yang telah dikuasai anak
sebagai batu loncatan untuk menguasai bahan pelajaran baru. Hasil belajar juga dipengaruhi oleh adanya
kesempatan yang diberikan kepada anak. Ini berarti bahwa guru perlu menyusun rancangan dan pengelolaan
pembelajaran yang memungkinkan anak bebas untuk melakukan eksplorasi terhadap lingkungannya
(Abdurrahman, 2003:40).

4. Efektivitas Pembelajaran

Efektivitas atau keefektifan secara harfiah berarti keberhasilan tentang usaha atau tindakan (Tim PKP3B,
1990:219). Istilah efektivitas yang lazim digunakan dalam manajemen pendidikan misalnya efektivitas
program, efektivitas pembelajaran dan efektivitas pengelola. Kata efektif sendiri berarti berhasil guna (Tim
PKP3B, 1990:219). Slamet (2001:32) mendefinisikan efektivitas sebagai ukuran yang menyatakan sejauh
mana tujuan (kualitas, kuantitas, dan waktu) telah dicapai. Sedangkan Ekosusilo dalam Nugraha (2006:6)
mengemukakan bahwa efektivitas adalah suatu keadaan yang menunjukkan sejauh mana apa yang telah
direncanakan dapat tercapai, semakin banyak rencana yang dapat dicapai, berarti semakin efektif pula
kegiatan tersebut. Sehingga dapat kita simpulkan bahwa efektivitas adalah hal, ukuran atau keadaan yang
berkaitan dengan sejauh mana keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan.
Pembelajaran, dalam hal ini proses belajar-mengajar, mengacu pada serangkaian interaksi timbal balik antara
guru dan siswa dalam situasi edukatif. Proses disini dapat diartikan sebagai interaksi semua komponen atau
unsur yang terdapat dalam belajar-mengajar yang satu sama lainnya saling berhubungan (interdependent)
dalam ikatan untuk mencapai tujuan (Usman, 1995:5). Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah
laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dan individu dengan lingkungannya.
Perubahan ini dapat ditandai dengan perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuannya, keterampilannya,
maupun aspek sikapnya (Usman,1995:5). Sementara itu Burton dalam Usman (1995:6) mengemukakan
bahwa teaching is the guidance of learning activities. Dari sini dapat kita lihat bahwa mengajar merupakan
pembimbingan atas suatu kegiatan pembelajaran. Usman (1995:6) mengemukakan bahwa mengajar pada
prinsipnya membimbing siswa dalam kegiatan belajar-mengajar atau mengandung pengertian bahwa
mengajar merupakan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan
bahan pengajaran yang menimbulkan proses belajar. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
atau proses belajar-mengajar adalah suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa
atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.
Dengan demikian secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran adalah ukuran
keberhasilan dari suatu proses interaksi antara guru dan siswa dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan
tertentu dalam hal ini tujuan dari pembelajaran itu sendiri.

5. Tinjauan Kurikulum Tentang Pokok Bahasan Himpunan Kelas VII SMP


Tinjauan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tentang pokok bahasan Himpunan di kelas VII SMP
adalah sebagai berikut :
1. Standar Kompetensi
Menggunakan konsep himpunan dan diagram Venn dalam pemecahan masalah.
2. Kompetensi Dasar

Memahami pengertian dan notasi himpunan serta penyajiannya

Memahami konsep himpunan bagian

Melakukan operasi irisan, gabungan, kurang (difference) dan komplemen pada himpunan

Menyajikan himpunan dengan diagram Venn

Menggunakan konsep himpunan dalam pemecahan masalah

3. Indikator

Menyatakan masalah sehari-hari dalam bentuk himpunan dan mendata anggotanya

Menyebutkan anggota dan bukan anggota himpunan

Menyatakan notasi himpunan

Mengenal himpunan kosong, nol dan notasinya

Menentukan himpunan bagian dari suatu himpunan

Menentukan banyak himpunan bagian suatu himpunan

Mengenal pengertian himpunan semesta serta dapat menyebutkan anggotanya

Menjelaskan pengertian irisan dan gabungan dua himpunan

Menjelaskan kurang (difference) suatu himpunan dari himpunan lainnya

Menjelaskan komplemen dari suatu himpunan

Menyajikan gabungan atau irisan dua himpunan dengan diagram Venn

Menyajikan kurang (difference) suatu himpunan dari himpunan lainnya dengan diagram Venn

Menyajikan komplemen suatu himpunan

Menyelesaikan masalah dengan menggunakan diagram Venn dari konsep himpunan

Adapun sub pokok bahasan Himpunan dalam Tampomas (2005:162) sebagai berikut:
1. Himpunan
1. Pengertian himpunan
2. Cara menuliskan himpunan
3. Keanggotaan suatu himpunan
4. Banyak anggota suatu himpunan
2. Jenis-jenis Himpunan
3. Himpunan Bagian dan Himpunan Semesta

1. Himpunan bagian
2. Himpunan semesta
4. Diagram Venn
1. Menyatakan himpunan dalam diagram Venn
2. Himpunan lepas, himpunan berpotongan dan himpunan bagian
3. Operasi pada himpunan
4. Sifat operasi antarhimpunan
5. Penerapan Konsep Himpunan Dalam Kehidupan

7. HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN


Adapun hasil-hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Penelitian yang dilaksanakan oleh Evendy (2006:42), berkesimpulan bahwa penerapan pendekatan
pembelajaran kontekstual terhadap siswa kelas VIIBC di SMP Negeri 2 Lainea. lebih efektif dalam
meningkatkan prestasi belajar matematika siswa pada pokok bahasan himpunan dibandingkan dengan
penerapan pembelajaran konvensional pada siswa kelas VII
2. Penelitian yang dilaksanakan oleh Kamiluddin (2007:48), berkesimpulan bahwa hasil belajar siswa
kelas IV SD Negeri 8 Baruga Kendari pada pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan pecahan
dapat ditingkatkan melalui pendekatan Realistic Mathematic Education (RME).

8. KERANGKA BERPIKIR
Secara umum hasil belajar matematika siswa dan penguasaan siswa terhadap konsep-konsep matematika
masih berada dalam tataran rendah. Untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa dan penguasaan
siswa terhadap konsep dasar matematika guru diharapkan mampu berkreasi dengan menerapkan model
ataupun pendekatan dalam pembelajaran matematika yang cocok. Model atau pendekatan ini haruslah sesuai
dengan materi yang akan diajarkan serta dapat mengoptimalkan suasana belajar.
Salah satu pendekatan yang membawa alam pikiran siswa ke dalam pembelajaran dan melibatkan siswa
secara aktif adalah pendekatan Realistic Mathematic Education (RME). Pendekatan Realistic Mathematic
Education (RME) adalah suatu pendekatan yang menempatkan realitas dan pengalaman siswa sebagai titik
awal pembelajaran dimana siswa diberi kesempatan untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan matematika
formalnya melalui masalah-masalah realitas yang ada. Dengan pendekatan ini siswa tidak hanya mudah
menguasai konsep dan materi pelajaran namun juga tidak cepat lupa dengan apa yang telah diperolehnya
tersebut. Pendekatan ini pula tepat diterapkan dalam mengajarkan konsep-konsep dasar dan diharapkan

mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan meningkatnya hasil belajar siswa maka pendekatan ini
dapat dikatakan efektif. Dengan kata lain proses belajar matematika dengan menggunakan pendekatan
Realistic Mathematic Education (RME) lebih efektif dari pada pembelajaran tanpa menggunakan pendekatan
Realistic Mathematic Education (RME).

9. HIPOTESIS PENELITIAN
Berangkat dari kajian teori, penelitian yang relevan dan kerangka berpikir maka hipotesis dari penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran matematika tanpa
menggunakan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada pokok bahasan Himpunan di Kelas
VII SMP Negeri 10 Kendari.
Dalam pengujian statistik, hipotesis tersebut dirumuskan sebagai berikut :
H0 : 1 = 2 lawan H1 : 1 > 2
dengan : H0 = tidak ada perbedaan antara rata-rata hasil belajar kelas yang diajar dengan
menggunakan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) dengan rata-rata hasil
belajar kelas yang diajar tanpa menggunakan pendekatan Realistic Mathematic Education
(RME).
H1 = rata-rata hasil belajar kelas yang diajar dengan menggunakan pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) lebih besar daripada rata-rata hasil belajar kelas yang diajar
tanpa menggunakan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME).

10.

METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian pre-eksperimen dengan menggunakan pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) pada pokok bahasan Himpunan di kelas VII SMP Negeri 10 Kendari.
2. Waktu dan Tempat
Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2007/2008, di Kelas VII SMP Negeri 10
Kendari.
3. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 10 Kendari tahun ajaran 2007/2008
yang tersebar pada lima kelas paralel yaitu kelas VII 1 VII5. Teknik pengambilan sampel yang digunakan
adalah purposive sampling dengan mengambil 2 kelas yang dianggap memiliki kemampuan matematika

sama dilihat dari rata-rata prestasi belajar matematika kelas tersebut. Kemudian dari kedua kelas tersebut
secara acak ditentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol.
4. Definisi Operasional Variabel
Untuk menghindari penafsiran ganda terhadap istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu
diberikan definisi operasional variabel dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Efektivitas adalah ukuran keberhasilan atau seberapa berhasil penerapan proses pembelajaran dengan
pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) dalam mengajarkan pokok bahasan Himpunan di
kelas VII SMP Negeri 10 Kendari.
2. Realistic Mathematic Education (RME) adalah pendekatan pembelajaran matematika yang
dilaksanakan dalam penelitian ini dengan menempatkan realitas dan pengalaman siswa sebagai titik
awal pembelajaran.
3. Hasil belajar siswa adalah nilai hasil tes siswa sesudah diajar dengan menggunakan pendekatan
Realistic Mathematic Education (RME) dan yang tidak diajar dengan menggunakan pendekatan
Realistic Mathematic Education (RME) pada pokok bahasan Himpunan.
5. Variabel dan Desain Penelitian
1. Variabel Penelitian
Terdapat dua variabel dalam penelitian ini yaitu:
1. Variabel bebas, berupa perlakuan (treatment), yakni penerapan pembelajaran matematika
menggunakan pendekatan Realistic Mathematic Education1) dan penerapan pembelajaran
matematika tanpa menggunakan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) (X2). (RME) (X
2. Variabel terikat, berupa hasil belajar siswa, yakni hasil belajar matematika siswa setelah pembelajaran
matematika menggunakan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) (Y1) dan hasil belajar
matematika siswa setelah pembelajaran matematika tanpa menggunakan pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) (Y2).
2. Desain Penelitian
Desain penelitian dari kedua variabel tersebut adalah sebagai berikut :
Kelas

Perlakuan

Eksperimen

X1

Kontrol

X2

Posttest
Y1
Y2

(Suryabrata, 2003:100).
6. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah seperangkat tes hasil belajar berupa tes tertulis berbentuk pilihan
ganda dan essay. Sebelum digunakan sebagai instrumen penelitian, tes tersebut terlebih dahulu diujicobakan
untuk mengetahui validitas tiap item tes dan reliabilitas tesnya.
Untuk mengetahui validitas tiap item tes digunakan rumus sebagai berikut :
(Arikunto,1998:72)
Keterangan :
rXY = koefisien korelasi antara variabel X dan Y
X = skor item
Y = skor total
N = jumlah subjek

Kriteria pengujian :

Jika rXY rtabel maka butir soal valid

Jika rXY < rtabel maka butir soal tidak valid

Selanjutnya, untuk mengetahui reliabilitas tes digunakan rumus Alpha Cronbach, yaitu :
(Arikunto, 1998:109)
Keterangan :
r11 = reliabilitas instrumen
n = banyaknya butir soal yang valid
= jumlah varians skor tiap-tiap item
= varians total

Kriteria pengujian :

Jika rXY rtabel maka tes memiliki reliabilitas yang tinggi

Jika rXY < rtabel maka tes belum memiliki reliabilitas yang tinggi

Adapun instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar yang terdiri dari soalsoal yang valid dan reliabel.
7. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan pemberian instrumen penelitian berupa tes hasil
belajar berbentuk pilihan ganda dan essay kepada siswa dari kedua kelas (kelas eksperimen dan kelas
kontrol). Pemberian tes dilakukan setelah kedua kelas tersebut diberikan perlakuan. Kemudian tes tersebut
dikerjakan oleh siswa, selanjutnya hasil pekerjaan siswa dikumpulkan oleh peneliti untuk kemudian dikoreksi
dan diberikan skor. Skor dari hasil pekerjaan siswa yang kemudian akan dijadikan data dalam penelitian ini.
8. Teknik Analisis Data
Untuk menganalisis data dalam penelitian ini digunakan dua jenis statistik, yaitu statistik deskriptif dan
statistik inferensial. Statistik deskriptif dimaksudkan untuk menggambarkan keadaan populasi dalam bentuk
rata-rata, median, modus, standar deviasi, skewness dan kurtosis.
Selanjutnya untuk menentukan tingkat penguasaan siswa terhadap suatu materi digunakan kriteria:
Kategori tinggi
Kategori sedang
Kategori rendah (Arikunto, 2002:75)
Sedangkan untuk statistik inferensial dimaksudkan untuk menguji hipotesis penelitian. Untuk menguji
hipotesis penelitian dilakukan dengan tahapan uji normalitas, uji homogenitas dan uji hipotesis.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas data dimaksudkan untuk mengetahui populasi berdistribusi normal atau tidak. Pengujian
normalitas data menggunakan uji statistik non parametrik. Untuk keperluan ini digunakan statistik uji
Kolmogorov-Smirnov.
Langkah-langkah yang diperlukan dalam pengujian ini adalah sebagai berikut :
1. Data hasil pengamatan variabel Y diurutkan mulai dari data yang terkecil sampai data yang
terbesar.
2. Menentukan proporsi distribusi frekuensi setiap data variabel yang sudah diurutkan dan diberi
simbol Fa (Y).

3. Menghitung nilai Z dengan rumus :

Keterangan :
= skor rata-rata (digunakan

= standar deviasi (digunakan Sx)


4. Menentukan proporsi distribusi frekuensi kumulatif teoretis (luas daerah di bawah kurva
normal) dari variabel Y dinotasikan Fe (Y),
5. Menentukan nilai mutlak dari selisih Fa (Y) dan Fe (Y), yaitu :

1. Membandingkan nilai Dmaks = maks


35, dimana n adalah banyaknya sampel,

dengan nilai Dtabel =

jika n >

2. Kriteria untuk pengambilan keputusan adalah :

Jika Dmaks Dtabel maka data berasal dari populasi yang berdistribusi normal

Jika Dmaks > Dtabel maka data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal (Djarwanto,
1995:50)

2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas data dimaksudkan untuk mengetahui apakah varians data kedua kelompok yang diteliti
mempunyai varians yang homogen atau tidak. Uji homogenitas varians dilakukan dengan uji-F dengan rumus
:

Fhit =
(Sudjana, 1996: 250)
Kriteria uji homogenitas data adalah : jika Fhit < Ftabel maka kedua sampel yang diteliti homogen pada taraf

kesalahan = 0,05 dan dk = (n1 1; n2 1), dan jika Fhit Ftabel maka kedua sampel yang diteliti tidak
homogen (heterogen) pada taraf kesalahan = 0,05 dan dk = (n1 1; n2 1).

3. Uji Hipotesis
Jika varians data tidak homogen maka digunakan uji-t*

(Sudjana, 1996: 236)


Keterangan :
= rata-rata skor hasil belajar matematika kelas eksperimen
= rata-rata skor hasil belajar matematika kelas kontrol
= varians skor hasil belajar matematika kelas eksperimen
= varians skor hasil belajar matematika kelas kontrol
n1 = jumlah siswa pada kelas eksperimen
n2 = jumlah siswa pada kelas kontrol

Jika varains data homogen, maka digunakan rumus :

(Sudjana, 1996: 236)


Keterangan :
= rata-rata skor hasil belajar matematika kelas eksperimen
= rata-rata skor hasil belajar matematika kelas kontrol
= standar deviasi gabungan
n1 = jumlah siswa pada kelas eksperimen
n2 = jumlah siswa pada kelas kontrol

dengan

Keterangan :
= varians pada kelas eksperimen
= varians pada kelas kontrol
n1 = jumlah siswa pada kelas eksperimen
n2 = jumlah siswa pada kelas kontrol

Kriteria pengujiannya adalah :

Jika thitung < ttabel ( = 0,05) maka H0 diterima. Ini berarti pembelajaran matematika dengan
menggunakan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) sama efektifnya dengan
pembelajaran matematika tanpa menggunakan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)
dilihat dari hasil belajar siswa.

Jika thitung ttabel ( = 0,05) maka H0 ditolak. Ini berarti pembelajaran matematika dengan
menggunakan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) lebih efektif dibandingkan dengan
pembelajaran matematika tanpa menggunakan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)
dilihat dari hasil belajar siswa (Sudjana, 1996:239).

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Penerbit Rineka Cipta.
Jakarta.

Anonim. 1994. Petunjuk Pelaksanaan PBM. Depdikbud. Jakarta.


Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian. Edisi Revisi III. Rineka Cipta. Jakarta.

. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta. Bumi Aksara.

Djarwanto, PS. 2003. Statistik Non Parametrik. Edisi 2003/2004. Surakarta BPFE. Yogyakarta.

Evendy, Irwan. 2006. Efektivitas Penerapan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual dalam


Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Lainea. Skripsi. Unhalu.
Kendari.

Hadi, Sutarto. 2003. PMR:Menjadikan Pelajaran Matematika Lebih Bermakna Bagi Siswa (Online).
http://www.zainuri.wordpress.com/2007/04/13/ pembelajaran_matematika_realistik_rme (diakses
pada tanggal 15 September 2007).

Kamiluddin. 2007. Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan Pecahan Melalui
Pendekatan RME (Realistic Mathematic Education) pada Siswa Kelas IV SD Negeri 8 Baruga
Kendari. Skripsi. Unhalu. Kendari.

Nugraha, Fitri. 2006. Efektivitas Pendekatan Kontekstual terhadap Prestasi Belajar Matematika
Pada Pokok Bahasan Segi Empat Siswa Kelas VII SMP Negeri 14 Kendari. Skripsi. Unhalu. Kendari.

Rosyada, Dede. 2004. Paradigma Pendidikan Demokratis. Prenada Media. Jakarta.

Ruseffendi, ET. 1988. Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam
Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Tarsito. Bandung.

Slamet. 2001. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Depdiknas. Jakarta.

Soedjadi, R. 1999. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Depdikbud. Jakarta.

Sudjana. 1996. Metoda Statistika. Tarsito. Bandung.


Sriyanto. 2006. Menebar Virus Pembelajaran Matematika yang Bermutu.
http://www.geocities.com/ratuilma/rme.htm. (diakses pada tanggal 15 September 2007).

(Online).

Suharta. 2005. Matematika Realistik Apa dan Bagaima na. (Online). http://www.depdiknas.go.id
(diakses pada tanggal 15 September 2007).

Suryabrata, Sumadi. 2003. Metodologi Penelitian. PT. Rajagrafindo Persada. Jakarta

Tim PKP3B. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.
Usman, Moh. Uzer. 1995. Menjadi Guru Profesional. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Yaniawati,
Popy.
2006.
Mengajar
(Menyenangi)
Matematika.
http://www.pikiran_rakyat.com/cetak/2006. (diakses pada 15 September 2007).

Winaputra, Udin. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Depdikbud. Jakarta.

(Online).

Anda mungkin juga menyukai