ABSTRAK
Tikus merupakan hewan pengganggu bagi perumahan dan industri, bahkan beberapa
spesiesnya digolongkan menjadi hama pertanian. Beberapa cara yang dapat dilakukan
untuk membasmi atau mengusir tikus yaitu dengan menggunakan perangkap, racun, atau
memelihara predator alami. Salah satu cara alternatif yang dapat digunakan adalah dengan
menggunakan gelombang. Tikus merupakan salah satu hewan yang peka terhadap
gelombang ultrasonik karena memiliki jangkauan pendengaran diatas manusia. Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis alat pengusir tikus dan efek gelombang ultrasoniknya
dengan menggunakan mikrokontroler arduino. Gelombang ultrasonik yang dihasilkan
dapat diatur secara manual dengan variasi frekuensi yang diinginkan pemakai. Hal ini
bertujuan untuk menghindari dampak adaptasi tikus pada alat.
Rodents are a nuisance animal for housing and industry, and even some species
classified as agricultural pests. Some of the ways that can be done to eradicate or expel
rats by using traps, poison, or maintain natural predators. One alternative way is to use
the wave. Rats are one of the animals that are sensitive to ultrasound because it has above
human hearing range. This study aims to analyze the effect of the rat repellent with
ultrasonic waves using arduino microcontroller. Ultrasonic wave generated can be set
manually by the user with frequency variations. It aims to avoid the impact of rats on tool
adaptations.
Kata kunci : tikus, gelombang ultrasonik, mikrokontroler, Arudino Uno
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tikus merupakan hewan pengganggu bagi perumahan dan industri, bahkan
beberapa spesiesnya digolongkan menjadi hama pertanian. Beberapa cara yang dapat
dilakukan untuk membasmi atau mengusir tikus yaitu dengan menggunakan perangkap,
racun, atau memelihara predator alami. Usaha tersebut bermanfaat, tetapi mengandung
resiko yang dapat membahayakan atau bahkan mengganggu pemakainya.
Salah satu acara alternatif yang dapat digunakan untuk mengusir tikus adalah
menggunakan gelombang. Tikus merupakan salah satu hewan yang peka terhadap
gelombang ultrasonik karena tikus memiliki jangkauan pendengaran antara 5-60 KHz
(Heffner dan Heffner 2007). Berbagai penelitian mengenai efek gelombang ultrasonik
dapat mengusir tikus masih menimbulkan hasil yang pro dan kontra sampai saat ini.
Departemen Ilmu Komputer, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam , Institut Pertanian Bogor , Bogor 16680
*Mahasiswa Program Studi Ilmu Komputer , FMIPA-IPB; Surel : benikyoshiro@gmail.com
Timm (1994) pada penelitiannya menyatakan bahwa alat pengusir tikus berbasis
ultrasonik hanya memberikan sedikit sekali efek terhadap tikus. Tikus mungkin pergi
untuk beberapa menit atau beberapa hari, tetapi tikus tersebut akan kembali lagi pada
habitatnya meskipun merasakan adanya gelombang ultrasonik. Hal serupa dikemukakan
oleh Bomford dan OBrien (1990) bahwa gelombang ultrasonik yang dihasilkan oleh alat
pengusir tikus tidak efektif dan sebatas alat penghasil suara biasa.
Hasil yang berbeda dialami oleh John (2002) dalam penelitiannya mengenai efek
gelombang ultrasonik terhadap tikus dengan menggunakan alat pengusir tikus komersial
yang dapat mengeluarkan gelombang ultrasonik. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
tingkah laku tikus yang terkena alat tersebut berubah dan cenderung menjauh dari alat.
Tito et al (2011) juga melakukan penelitian mengenai pengaruh gelombang ultrasonik,
yaitu dengan menggunakan gelombang ultrasonik yang berasal dari jangkrik terhadap tikus
sawah. Hasil yang diperoleh adalah gelombang tersebut dapat menimbulkan perubahan
pola perilaku makan pasif dan gerak tikus sawah. Tetapi, tingkat frekuensi yang
dikeluarkan oleh jangkrik tidak konstan sehingga hasilnya tidak maksimal.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Simeon et all (2013) dengan membuat alat
pengusir tikus dengan berbasis rangkaian elektronika. Alat tersebut mengeluarkan variasi
frekuensi acak antara 31-105 kHz dengan efisiensi frekuensi rata-rata sebesar 86,5%.
Kesimpulan dari penelitiannya adalah alat tersebut memiliki potensi untuk mengusir tikus
dan hama lainnya. Kinerja dari alat dapat ditingkatkan, misalnya dengan menggunakan
mikrokontroler yang dipasang untuk mengirimkan suara pada pita frekuensi yang khusus.
Penelitian tentang pengaruh gelombang ultrasonik terhadap hewan yang peka
terhadap gelombang ultrasonik dilakukan juga oleh Bhadriraju (2001). Penelitian
Bhadriraju (2001) menggunakan 9 tipe serangga, 5 alat pengusir serangga ultrasonik
komersil dengan karakteristik suara yang berbeda, 1 alat generator ultrasonik dan 3 tempat
percobaan yang berbeda. Hasil terbaik diperoleh pada hewan ngengat dan penelitian
tersebut juga menyimpulkan bahwa jumlah hewan yang terusir bukanlah satu-satunya
kriteria untuk mengevaluasi efektivitas ultrasonik.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis alat pengusir tikus menggunakan
mikrokontroler dan efek gelombang ultrasoniknya terhadap tikus. Gelombang ultrasonik
yang dihasilkan dapat diatur secara manual dengan beberapa variasi frekuensi. Hal ini
bertujuan untuk menghindari dampak adaptasi tikus pada alat dan melihat tingkat frekuensi
terbaik untuk mengusir tikus.
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Membuat alat pengusir tikus dengan menggunakan gelombang ultrasonik yang
berbasis mikrokontroler.
2. Melihat efek gelombang ultrasonik yang dihasilkan alat terhadap tikus.
Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian adalah:
1. Mikrokontroler yang digunakan adalah Arduino Uno.
2. Hewan yang dijadikan percobaan pada penelitian adalah tikus putih.
METODE PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan terbagi menjadi beberapa tahapan proses. Gambar 1
menunjukan tahapan proses tersebut.
MULAI
Analisis
Kebutuhan
dan
Perancangan
Persiapan
alat
dan
Bahan
Implementasi
Pengujian
Evaluasi:
Pengujian
frekuensi
SELESAI
Evaluasi:
Analisis
efek
ultrasonik
pada
tikus
.
Gambar 2 Arduino Uno
Persiapan Alat dan Bahan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah mengumpulkan alat dan bahan yang
akan digunakan pada penelitian. Persiapan dibagi menjadi 2, yaitu persiapan alat dan
bahan untuk pembuatan alat dan persiapan alat dan bahan untuk pengujian alat. Persiapan
pertama adalah mengumpulkan komponen yang akan digunakan dalam pembuatan alat
seperti mikrokontroler Arduino Uno beserta komponen pendukung lainnya. Persiapan
kedua adalah mengumpulkan alat dan bahan untuk pengujian seperti tikus, kandang tikus,
alat perekam video dan lain-lain.
Implementasi
Tahapan ini adalah melakukan implementasi dengan alat dan bahan yang telah
dipersiapkan sebelumnya. Alat yang telah dirangkai kemudian diprogram agar dapat
membangkitkan gelombang ultrasonik. Frekuensi yang akan dihasilkan oleh alat adalah
antara 5-60 kHz sesuai dengan jangkauan suara tikus (Henry dan Rickye 2007). Nilai
tersebut digunakan dengan melihat jangkauan suara yang dimiliki oleh tikus.
Pengujian
Pengujian dibagi menjadi 2, yaitu pengujian frekuensi dan pengujian fungsi alat.
Pengujian frekuensi dilakukan untuk melihat nilai frekuensi yang dihasilkan oleh alat
sesuai dengan nilai frekuensi yang dipasang di alat. Nilai frekuensi yang dihasilkan oleh
alat dicek melalui osiloskop. Oleh karena itu, akurasi kesalahan dan persen akurasi dari
pengukuran alat perlu dihitung dengan rumus :
Persen akurasi
=1
!! !!!
!!
x 100%
Dimana :
! = nilai yang diharapkan
! = nilai yang diukur
Pengujian kedua adalah pengujian fungsi alat terhadap tikus. Pengujian ini
dilakukan untuk mengetahui efek dari suara ultrasonik terhadap tikus. Parameter yang
digunakan pada pengujian ini adalah nilai frekuensi, waktu, dan jarak. Parameter tersebut
sama dengan parameter yang digunakan oleh Tito et all (2011) pada penelitiannya.
Evaluasi
Tahapan ini mengevaluasi hasil pengujian yang dilakukan pada penelitian dan
menganalisis kinerja dari alat maupun efek gelombang ultrasonik terhadap tikus.
keypad
speaker
Led
ketera
ngan
KANDANG 2
ALAT
KANDANG 1
PENGHUBUNG
Speaker yang digunakan adalah speaker piezo L010 karena speaker ini memiliki
jangkauan frekuensi antara 260 kHz. Alat dan bahan yang digunakan untuk tahapan
pengujian adalah sebagai berikut:
Jenis tikus yang digunakan sebagai objek percobaan adalah tikus putih galur sprague
dawley. Tikus sprague dawley digunakan sebagai pengganti tikus rumah karena masih satu
genus dengan tikus rumah. Tikus ini merupakan jenis tikus albino dari tikus Norway
(rattus norvegicus) yang biasa dipakai dalam percobaan. Tikus jenis albino mempunyai
jangkauan pendengaran yang sama dengan tikus normal dan dapat mendengar gelombang
ultrasonik (Heffner dan Heffner 1985).
Implementasi
Alat pengusir tikus
Alat pengusir tikus yang dibuat memiliki beberapa variasi frekuensi yang diwakili
oleh tombol keypad yang dipasang pada alat. Frekuensi yang dapat dihasilkan oleh alat
adalah 5-60 kHz. Rangkaian alat pengusir tikus yang dibuat dapat dilihat pada Gambar 5.
tinggi diatas 20 kHz (arduino.cc). LED sebanyak 2 buah berfungsi untuk menandakan
status hidupnya alat dan hidupnya suara. Gambar 6 menunjukan salah satu penggalan kode
program yang diimplementasikan pada alat.
void loop(){
digitalWrite(ledPin, HIGH);
char key = keypad.getKey();
if(key) {
switch (key){
case '4':
toneAC(20000,vol);
digitalWrite(ledPin2, HIGH);
break;
Gambar 6 penggalan kode implementasi
Gambar 6 menunjukan jika tombol 4 ditekan, maka alat akan menghasilkan
gelombang ultrasonik sebesar 20000 Hz dengan volume suara tertentu yang telah diset.
Volume suara yang dimiliki oleh toneAc library memiliki rentang antara 1-10 yang
menandakan bahwa 1 merupakan volume terkecil dan 10 volume terbesar.
Alat pengujian
Kandang tikus yang digunakan terbuat dari kawat persegi yang dimodifikasi
dengan sambungan pipa air berbentuk L. Pipa air digunakan sebagai saluran penghubung
antar kandang sehingga tikus dapat berpindah dari kandang satu ke kandang lainnya.
Setiap kandang dipasang webcam untuk merekam tingkah laku dari tikus. Gambar 7 dan
Gambar 8 merupakan implementasi dari kandang tikus yang telah dibuat untuk tahap
pengujian.
Frekuensi yang
dipasang
Persentasi akurasi
5000 Hz
5000 Hz
100%
10000 Hz
10000 Hz
100%
15000 Hz
15037 Hz
99%
20000 Hz
20000 Hz
100%
25000 Hz
25000 Hz
100%
30000 Hz
30303 Hz
98%
35000 Hz
35087 Hz
99%
40000 Hz
40000 Hz
100%
45000 Hz
45454 Hz
98%
50000 Hz
50000 Hz
100%
55000 Hz
55555 Hz
98%
60000 Hz
60606 Hz
98%
5000 60000 Hz
99 %
Hz
Rata rata
99%
Hasil pengujian pada Tabel 1 menunjukan adanya sedikit perbedaan pada hasil
frekuensi yang dihasilkan alat dengan nilai frekuensi yang dipasang ketika diukur dengan
osiloskop. Hal ini terjadi karena keterbatasan detail pengukuran pada osiloskop yang
digunakan. Hasil akurasi frekuensi yang dihasilkan mencapai 99% artinya frekuensi yang
dikeluarkan oleh alat hampir sama dengan frekuensi yang dipasang. Salah satu contoh
gelombang keluaran hasil pengujian alat yang dicek melalui osiloskop dapat dilihat pada
Gambar 9.
dan
T = panjang kotak dalam 1 gelombang * waktu
dimana:
f = nilai frekuensi
T = periode
Ketelitian angka pada osiloskop yang digunakan untuk menghitung jumlah kotak
pada layar adalah 1 digit dibelakang angka sehingga ada beberapa nilai frekuensi yang
tidak sesuai dengan frekuensi yang telah dipasang pada alat.
Pengujian fungsi alat
Pengujian fungsi alat dilakukan untuk melihat efek dari suara yang dihasilkan oleh
alat terhadap tikus. Alat dipasang didekat kandang tikus dengan jarak tertentu dan
dinyalakan dengan beberapa frekuensi yang dapat dihasilkan alat. Tikus yang dijadikan
objek percobaan dibiarkan adaptasi terlebih dahulu terhadap lingkungan disekitarnya agar
merasa nyaman seperti lingkungan sebelumnya.
Adaptasi tikus terhadap kandang 1 dan kandang 2 dilakukan selama 6 hari untuk
masing masing setiap kandang 3 hari. Tikus yang sudah beradaptasi dengan lingkungan
ternyata lebih memilih untuk menetap pada saluran penghubung dan menampakan diri
apabila dia merasa lapar untuk mencari makanan. Saluran penghubung yang digunakan
bersifat tertutup karena menggunakan pipa air. Tabel 2 menunjukan hasil pengamatan
perilaku tikus sebelum dipasang alat.
Frekuensi
5 kHz
10 kHz
15 kHz
20 kHz
25 kHz
30 kHz
1 2 jam
1 2 jam
1 2 jam
1 2 jam
1 2 jam
1 2 jam
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Pada Tabel 3 menunjukan bahwa pola tingkah laku yang dialami oleh tikus
semuanya normal. Tikus tidak menunjukan kegelisahan maupun tindakan pasif terhadap
alat. Tikus bahkan tidak merasa terusik dengan gelombang tersebut apabila melihat posisi
tikus yang selalu berada di kandang 1 (kandang yang terdapat makanan). Pola makan tikus
pun relatif normal selama pengujian tahap pertama. Pola makan tikus selama pengujian
dapat dilihat pada Tabel 4
Hari ke1
2
3
Tabel 4 menunjukan bahwa tikus yang telah diberikan gelombang ultrasonik tidak
mengalami perubahan dalam pola makan. Makanan yang disediakan selalu habis tanpa
sisa. Hal ini menunjukan bahwa gelombang ultrasonik yang dikeluarkan alat belum
mempunyai efek yang signifikan terhadap tikus.
Pengujian kedua dilakukan 1 minggu setelah pengujian tahap pertama. Jeda yang
diberikan bertujuan menyegarkan pendengaran tikus terhadap gelombang ultrasonik dan
melihat dampak perilaku tikus setelah diuji pada pengujian pertama. Tabel 5 merupakan
pola makan tikus selama 1 minggu setelah pengujian pertama.
Tabel 5 pola makan tikus selama jeda 1 minggu
Makanan yang diberikan
Hari keHabis
Bersisa
1
2
3
4
5
6
7
Tabel 5 menunjukan bahwa di hari ke-5 sampai ke-7 tikus tidak menghabiskan
makanan yang telah diberikan. Perilaku tikus pun menjadi sedikit pasif dan cenderung
bersembunyi di dalam saluran penghubung yang terbuat dari pipa air. Gelombang
ultrasonik mungkin telah merubah perilaku dari tikus sehingga tikus menjadi pasif.
Pengujian kedua dilakukan selama 4 hari berturut turut setelah jeda. Nilai frekuensi yang
berikan adalah 35, 40, 45, 50, 55, 60 kHz selama 3 hari dan frekuensi acak dari 5-60 kHz
selama satu hari. Pengujian kedua sedikit berbeda dengan pengujian pertama. Pada
pengujian kedua, makanan diberikan di kedua kandang. Hal ini bertujuan untuk melihat
Tabel 6 menunjukan hasil pengamatan pada pengujian kedua.
Hari
ke1
2
3
4
Frekuensi
5 kHz
10 kHz
15 kHz
20 kHz
25 kHz
30 kHz
5-60 kHz
Evaluasi
Kesimpulan
1 2 jam
1 2 jam
1 2 jam
1 2 jam
1 2 jam
1 2 jam
1 2 jam
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Baroch John. 2002. Laboratory Evaluation of the Efficacy of the Pest-A-Cator/Riddex
System to Exclude Wild Mice. Genesis Laboratories,Inc: Global Instruments,Ltd.
[internet].[diunduh 2014 maret 4]. Tersedia pada: http://greenshiled.com/download/2002-Genesis-Labs.pdf
Bhadriraju S. 2001 .Ultrasound and Arthropod Pest Control: Hearing is believing!.Kansas
State University.[internet][diunduh 2014 maret 4] Tersedia pada: http://www.ksre.ksu.Edu/grsc subi/Re-search/archives
Henry E Heffner, Rickye E Heffner. 2007. Hearing Range of Laboratory Animals. Journal
of the American Association for Laboratory Animal Science.[internet] 46(1) :11-13.
[diunduh 2014 juni 5] Tersedia pada: http://laboratoryofcomparativehearing.com/uploads/21.JAALAS Revised.pdf
Iradat Tito, Yanuwiadi Bagyo , Sulistya Chomsin.2011. Pengaruh Gelombang Ultrasonik
Jangkrik (Acheta domesticus) terhadap Pola Perilaku Makan Pasif dan Gerak Pasif
Tikus Sawah (Rattus argentiventer). J-PAL.[internet]1(2):72-139. [diunduh 2014
maret 10] Tersedia pada: http://repository.ub.ac.id.
M Simeon, A.S Mohammed , S.E Adebayo. 2013. Development and preliminary testing
pest reppeler with automatic frequency variation. International Journal of Enggineering
Science Invention.[internet] 2(1).[diunduh 2014 maret 17] Tersedia pada:
www.ijesi.org/papers/Vol(2)-/D211420.
Henry E Heffner, Rickye E Heffner. 1985. Sound localization in wild Norway rats (Rattus
norvegicus). Hear Res. 19(2):151-5.