Anda di halaman 1dari 17

PROLAPSUS TALI PUSAT

I.

PENDAHULUAN
Prolapsus tali pusat adalah tali pusat dijalan lahir dibawah presentasi janin
setelah ketuban pecah. Prolapsus tali pusat merupakan salah satu kasus kegawat
daruratan dalam bidang obstetri karena insidensi kematian perinatal tinggi.
Walaupun prolapsus tali pusat bukan suatu malpresentasi, keadaan ini lebih mungkin
terjadi pada malpresentasi atau malposisi janin. (1,2,3)
Prolapsus tali pusat dibedakan atas tiga, yaitu :1
1.

Tali pusat menumbung adalah jika tali pusat teraba keluar atau berada di
samping dan melewati bagian terendah janin di dalam jalan lahir, tali pusat dapat
prolaps ke dalam vagina atau bahkan di luar vagina setelah ketuban pecah.1

Gambar 1. Tali pusat menumbung (4)

Gambar 2. Tali pusat terkemuka(4)

Gambar 3. Occult Prolapse ( tali pusat tersembunyi )(4)


2.

Tali pusat terdepan disebut juga tali pusat terkemuka yaitu jika tali pusat berada
di samping bagian besar janin dapat teraba pada kanalis servikalis, atau lebih
rendah dari bagian bawah janin sedang ketuban masih intak atau belum pecah.
Apabila tali pusat dapat diraba disamping atau lebih rendah dari bagian bawah
janin sedang ketuban belum pecah, keadaan ini dinamakan tali pusat terdepan.
Pada presentasi kepala, prolapsus tali pusat sangat berbahaya bagi janin, kerana
setiap saat tali pusat dapat terjepit antara bagian terendah janin dengan jalan
lahir dengan akibat gangguan oksigen janin. Pada tali pusat terdepan, sebelum
ketuban pecah, ancaman terhadap janin tidak berapa besar, tetapi setelah ketuban

3.

pecah, kematian janin amat besar.3


Occult prolapsed (tali pusat tersembunyi) adalah keadaan dimana tali pusat
terletak di samping kepala atau di dekat pelvis tapi tidak dalam jangkauan jari

pada pemeriksaan vagina. Occult prolapsed tidak bisa didiagnosa sehingga


dilakukan seksio sesarea tetapi dapat didiagnosa dengan menggunakan USG. 5,6
Occult prolapsed dapat terjadi kapan pun pada kala dua dan dapat dicurigai
dengan adanya bradikardi, dan kala dua yang memanjang.5
II.

EPIDEMIOLOGI
Mortalitas terjadinya prolapsus tali pusat pada janin sekitar 11-17 %. Insiden
terjadinya tali pusat adalah 1: 3000 kelahiran, tali pusat menumbung (prolapsus
funikuli) kira-kira 1: 200 kelahiran, insiden dari occult prolapsed (tali pusat
tersembunyi) 50 % tidak diketahui. 7,8
-

0,5% pada presentasi kepala.


5 % letak sungsang.
15 % pada presentasi kaki.
20 % letak lintang.
Kondisi obstetri dimana pintu atas panggul tidak sepenuhnya ditempati

dengan bagian terendah janin (presentasi) akan memudahkan terjadinya prolapsus


tali pusat terutama pada: 1,3,9
-

Presentasi bokong tidak sempurna (letak kaki)

Kelainan letak (presentasi lintang)

Hidramnion

Prematur

PJT Pertumbuhan Janin Terhambat

Beberapa kejadian occult prolapsed (tali pusat tersembunyi) menyebabkan satu


atau lebih kejadian dengan diagnosa kompresi tali pusat. Prolapsus tali pusat lebih

sering terjadi jika tali pusat panjang dan jika plasenta letak rendah. Myles
melaporkan hasil penelitiannya dalam kepustakaan dunia bahwa angka kejadian
prolapsus tali pusat berkisar antara 0,3% sampai 0,6 % persalinan. (7,8)
III. ETIOLOGI
Keadaan- keadaan yang menyebabkan gangguan adaptasi bagian bawah janin
terhadap panggul, sehingga pintu atas panggul tidak tertutup oleh bagian bawah janin
tersebut, merupakan predisposisi turunnya tali pusat dan terjadinya prolapsus tali
pusat. Dengan demikian prolapsus tali pusat sering ditemukan pada letak lintang dan
letak sungsang, terutama presentasi bokong kaki. Pada peresentasi kepala, antara lain
dapat terjadi pada disproporsi sefalopelvik. Pada kehamilan prematur lebih sering
dijumpai, karena kepala anak yang kecil tidak dapat menutupi pintu atas panggul.3
Faktor resiko5,9
Malpresentation
Polihidramnion
Kelahiran prematur
Ketuban pecah dini
Kelainan fetus
Kelainan tali pusat
Berat lahir kurang dari 2500 g
Prolapsus tali pusat terjadi disebabkan kegagalan janin untuk menutup pintu atas
panggul, sehingga menyebabkan terjadinya prolapsus tali pusat pada saat ketuban
pecah.9 Segala keadaan yang menyebakan pintu atas panggul (p.a.p) kurang tertutup
oleh bagian depan dapat menimbulkan prolapsus tali pusat seperti pada disproporsi

sefalopelvik, letak lintang, letak kaki, letak majemuk, kehamilan ganda, dan
hidramnion. Keadaaan-keadaan tersebut lebih sering terjadi pada tali pusat yang
panjang dan plasenta letak rendah.1,3
IV. ANATOMI
Pertumbuhan embio terjadi dari embyonal plate dan selanjutnya terdiri atas
tiga unsur lapisan, yakni sel sel ectoderm, mesoderm, dan entoderm. Sementara itu
ruang amnion tumbuh dengan cepat dan mendesak eksoselom, akhirnya dinding
ruang amnion mendekati korion. Mesoblas antara ruang amnion dan embrio menjadi
padat, dinamakan body stalk, dan merupakan hubungan antara embrio dan dinding
tofoblas. Body stalk menjadi tali pusat. Yolk sac dan allantois pada manusia tidak
tumbuh terus, dan sisanya dapat ditemukan dalam tali pusat. Di tali pusat sendiri
yang berasal dari body stalk, terdapat pembuluh pembuluh darah sehingga ada yang
menamakan vascular stalk. Dari perkembangan ruang amnion dapat dilihat bahwa
bagian luar tali pusat berasal dari lapisan amnion. Di dalamnya terdapat jaringan
lembek, Wharton jelly, yang berfungsi melindungi arteri umblikalis dan vena
umblikalis yang berada di tali pusat. Kedua arteri dan satu vena tersebut
menghubungkan satu sistem kardiovaskuler janin dengan plasenta.3
Pada janin masih terdapat fungsi: 1) foramen ovale, 2) duktus arteriosus
Botalli 3) arteria umbilikalis lateralis dan 4) ductus venosus arantii.
Mula mula darah yang kaya oksigen dan nutrisi yang berasal dari plasenta,
malalui vena umbilikalis, masuk ke dalam tubuh janin. Sebagian besar darah tersebut
malalui duktus venosus arantii akan mengalir ke vena kava inferior pula. Di dalam

atrium dekstra sebagian besar darah ini akan mengalir secara fisiologis ke atrium
sinistra. Dari atrium sinistra selanjutnya darah ini akan mengalir ke ventrikal kiri dan
kemudian di pompakan ke aorta. Hanya sebagian kecil darah dari aitruim kanan
mengalir ke ventrikal kanan bersama sama dengan darah yang berasal dari vena kava
superior. Karena terdapat tekanan dari paru paru belum berkembang, sebagian besar
dari darah ventrikel kanan yang seyogianya mengalir melalui arteri pulmonalis ke
paru paru akan mengalir melalui duktus Botalli ke aorta. Sebagian kecil akan menuju
ke paru paru dan selanjutnya ke atrium sinistra melalui vena pulmonalis. Darah dari
aorta akan mengalir ke seluruh tubuh dan memberi nutrisi dan oksigen pada sel sel
tubuh. Darah dari sel sel tubuh yang miskin oksigen akan dialirkan ke plasenta
melalui arteri umblikalis. Seterusnya diteruskan ke peredaran darah di kotiledon dan
jonjot jonjot dan kembali melaui vena umblikalis ke janin.3

Gambar 4: Dua arteri dan satu vena


Anatomi tali pusat :
1. Panjangnya sekitar 45-60 cm, diameter 2 cm.6

2. Terdiri dari dua arteri umbilikalis yang merupakan cabang dari arteri
hipogastrika interna. Fungsinya : mencegah oksigen dan nutrisi dari janin
kembali ke ibu.

Gambar 5. Arteri Umbilikalis dan Vena Umbilikalis 3

a. Terdiri dari satu vena umblikalis yang masuk menuju sirkulasi umum melalui
vena ductus venosus aranthii yang akhirnya menuju vena kava inferior.
Fungsinya : memberikan oksigen dan nutrisi dari ibu ke janin.7
b. Terbungkus oleh Wharton jelly sehingga terlindung dari kemungkinan kompresi
yang akan mengganggu aliran darah dari dan menuju janin melalui sirkulasi
retroplasenta. Tali pusat lebih panjang sehingga tampak berliku liku dalam
Wharton jelly.6,8
Keberadaan tali pusat mempunyai kepentingan khusus diantaranya :7
1. Tali pusat merupakan penyalur nutrisi dan O2 sehingga janin mendapat kalori

yang cukup untuk tumbuh kembang di dalam rahim.


2. Tali pusat yang cukup panjang akan memberikan kesempatan janin untuk
bergerak sehingga aktivitas otot dan lainnya terlatih sebelum persalinan
berlangsung.
3. Saat persalinan terjadi, ada kemungkinan sirkulasi retroplasenta terganggu, tetapi
tali pusat yang dilindungi oleh Wharton jelly, tidak akan terganggu.
V. PATOFISIOLOGI
Tali pusat harus lebih panjang dari 20-35 cm untuk memungkinkan kelahiran
janin, bergantung pada apakah plasenta terletak di bawah atau di atas. Tali pusat yang
panjang sebagian besar disebabkan oleh plasenta letak rendah. (1,3,7)
Panjang tali pusat yang abnormal berkisar dari tidak tampaknya tali pusat
(akordia) sampai panjang melebihi 70 cm. Tali pusat ini lebih besar kemungkinannya
untuk prolaps melalui serviks. Tali pusat yang terlalu panjang memudahkan
terjadinya tali pusat menumbung sehingga tali pusat dapat tertekan pada jalan
lahirnya yang akhirnya menyebabkan kematian janin akibat asfiksia. Hal ini paling
besar kemungkinannya dalam kala pengeluaran. (1,3)
Faktor-faktor yang menentukan panjang tali pusat masih diperdebatkan. Panjang
tali dipengaruhi secara positif oleh volume cairan amnion dan mobilitas janin.
Panjang tali pusat yang berlebihan juga dapat disebabkan oleh lilitan tali pusat dari
janin disertai peregangan sewaktu janin bergerak. 3
Dua mekanisme patofisiologi yang berbeda untuk prolapsus tali pusat telah
dijelaskan dalam literature, Clark mengemukakan bahwa sirkulasi janin-plasenta
yang normal melindungi tali pusat dari prolaps dengan mempertahankan kekakuan

melalui tekanan turgor. Namun, setelah kompresi tali pusat yang berulang, tali pusat
menjadi lemas dan dapat lebih mudah prolaps. Baru-baru ini, MC- Daniels et al
berpendapat bahwa asidemia adalah merupakan penyebab dan bukan efek dari
prolapsus tali pusat.1
VI. GEJALA KLINIK
Ada dua masalah utama yang terjadi pada tali pusat dalam kejadian prolapsus
tali pusat yang menyebabkan terhentinya aliran darah pada tali pusat dan kematian
pada janin yaitu: 3
-

Tali pusat terjepit antara bagian terendah janin dengan panggul ibu.

Spasme pembuluh darah tali pusat akibat suhu dingin di luar tubuh ibu.
Kompresi tali pusat dapat mengakibatkan hipoksia pada janin yang akan

mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam pembuluh darah umbilikus dan


menghambat pertukaran gas transport O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat
gangguan dalam persediaan O2 dan dalarn melepaskan CO2. Hipoksia janin ini dapat
menyebabkan asfiksia neonatorum, yang dapat terjadi secara mendadak akibat dari
tekanan pada tali pusat atau prolapsus tali pusat. Hal ini dapat menyebabkan
kematian bayi sewaktu lahir. 3
Bradikardi atau penurunan frekuensi bunyi jantung dapat terjadi akibat dari
prolapsus tali pusat dengan frekuensi bunyi jantung janin kurang dari 100x per menit
dengan durasi tidak teratur, dan takikardi atau peningkatan frekuensi bunyi jantung
yaitu lebih dari 100x per menit dengan durasi tidak teratur. 3
Pada pemeriksaan vagina dapat teraba tali pusat menumbung (prolapsus

funikuli) atau bahkan tidak teraba tali pusat (occult prolapsed). Untuk
mendiagnosanya lakukan analisa gas darah atau pemeriksaan darah untuk
mengetahui terjadi tidaknya asidosis metabolik.
VII.DIAGNOSIS
Diagnosis prolapsus tali pusat ditegakkan jika pada pemeriksaan dalam
teraba tali pusat yang berdenyut pada pemeriksaan vagina atau jika tali pusat tampak
keluar dari vagina, namun adakalanya hal ini tidak teraba pada pemeriksaan dalam
yang disebut occult prolapsed (tali pusat tersembunyi). Selain itu prolapsus tali pusat
harus dicurigai bila bunyi jantung janin menjadi tidak teratur disertai dengan periodik
bradikardi atau takikardi dengan durasi bervariasi. Diagnosis pasti juga dapat
ditegakkan melalui pemeriksaan ultrasonografi (USG) obstetri. 1,6,9

Gambar 6. Prolapsus tali pusat pada pemeriksaan colour doppler


ultrasonografic 1

Adanya tali pusat menumbung (prolapsus funikuli) tali pusat terkemuka pada
umumnya baru dapat diketahui dengan pemeriksaan dalam setelah terjadi
pernbukaan ostium uteri. Pada tali pusat terkemuka, dapat diraba bagian yang
berdenyut di belakang selaput ketuban, sedangkan pada tali pusat menumbung
(prolapsus funikuli), tali pusat dapat diraba dengan dua jari, tali pusat yang berdenyut
menandakan bahwa janin masih hidup.3
Oleh karena diagnosis pada umumya hanya dapat dibuat berdasarkan
pemeriksaan dalam, maka pemeriksaan dalam mutlak harus dilakukan pada saat
ketuban pecah bila bagian terendah janin belum masuk ke dalam rongga panggul.
Pemeriksaan dalam perlu pula dilakukan apabila terjadi kelambatan bunyi jantung
janin tanpa adanya sebab yang jelas.3 Ketuban sudah pecah dan kepala masih goyang,
pada pemeriksaan dalam teraba tali pusat, raba juga bagaimana pulsasi tali pusat.
VIII. PENATALAKSANAAN
Pada prolapsus funikuli, janin menghadapi bahaya hipoksia, karena tali pusat
akan terjepit antara bagian terendah janin dan jalan lahir, sedangkan pada tali pusat
terdepan ancaman bahaya tersebut sewaktu waktu dapat terjadi.3
Pada prolapsus funikuli dengan tali pusat masih berdenyut, tetapi pembukaan
belum lengkap, maka hanya ada dua pilihan, yakni melalui reposisi tali pusat atau
menyelamatkan persalinan dengan seksio sesarea. Reposisi tali pusat pada umunya
sulit dan seringkali mengalami kegagalan. Oleh sebab itu reposisi tersebut hanya
dilakukan pada keadaan keadaan dimana tidak memungkinkan dilakukan seksio
sesarea. Cara yang terbaik untuk melakukan reposisi ialah dengan memasukkan

gumpalan kain kasa yang tebal ke dalam jalan lahir, melilitkan dengan hati-hati ke
tali pusat, kemudian mendorong seluruhnya perlahan lahan kedalam kavum uteri di
atas bagian terendah janin. Tindakan ini lebih mudah bila wanita yang bersangkutan
ditidurkan dalam posisi Tredelemburg.3

Gambar 7: Posisi sims dan Genu- pectoral.4

Gambar 8:Posisi Tredelemburg


Apabila diambil keputusan untuk melakukan seksio sesarea, maka sementara
menuggu persiapan perlu dijaga agar tali pusat tidak mengalami tekanan dan terjepit
oleh bagian terendah janin. Untuk hal itu, selain meletakkan wanita dalam posisi
Trendelemburg, satu tangan di masukkan kedalam vagina untuk mencegah turunnya

bagian terendah di dalam rongga panggul.2,3 Pada multipara dengan ukuran panggul
normal, pada waktu pembukaan lengkap, janin harus segera dilahirkan. Pada letak
sungsang janin dilahirkan dengan ekstraksi kaki, pada letak lintang dilakukan versi
ekstraksi, sedangkan pada presentasi belakang kepala dilakukan tekanan yang cukup
kuat pada fundus uteri pada waktu his, agar supaya kepala janin masuk ke dalam
rongga panggul dan segera dapat dilahirkan, bilamana perlu, tindakan ini dapat
dibantu dengan melakukan esktraksi cunam.3
Pada keadaan di mana janin sudah meninggal, tidak ada alasan untuk
menyelesaikan persalinan dengan segera. Persalinan diawasi sehingga berlangsung
spontan. Pada tali pusat terdepan penderita ditidurkan dalam posisi Trendelemburg
dengan harapan bahawa ketuban tidak pecah terlalu dini dan tali pusat masuk
kembali dalam kavum uteri.3
IX. KOMPLIKASI
Prolapsus tali pusat dapat menyebabkan terjadinya asidosis metabolik,
kelahiran prematur, trauma lahir, dan hipoksia janin karena tali pusat akan terjepit
antara bagian terendah janin dan jalan lahir, bahkan bisa menyebabkan kematian
janin, sedangkan pada tali pusat terdepan / tali pusat terkemuka ancaman sewaktuwaktu dapat terjadi. 8
X. PROGNOSIS
Prolapsus tali pusat tidak membahayakan si ibu. Bahaya yang mengancam
adalah bagi si janin, terutama pada letak kepala. Kompresi tali pusat parsial lebih dari
5 menit memberikan prognosis buruk. 7,11

XI. RUJUKAN
Tatalaksana Umum:
Tali pusat terkemuka11
Tekanan tali pusat oleh bagian terendah janin dapat diminimalisasi dengan posisi
knee chest atau Trendelenburg. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang menyediakan
layanan seksio sesarea.
Tali pusat menumbung11
Perhatikan apakah tali pusat masih berdenyut atau tidak. Jika sudah tidak berdenyut,
artinya janin telah mati dan sebisa mungkin pervaginam tanpa tindakan agresif. Jika
tali pusat masih berdenyut:
Berikan oksigen.
Hindari memanipulasi tali pusat. Jangan memegang atau memindahkan tali

pusat yang tampak pada vagina secara manual.


Posisi ibu Trendelenburg atau knee-chest.
Dorong bagian terendah janin ke atas secara manual untuk mengurangi

kompresi pada tali pusat.


Segera rujuk ibu ke fasilitas yang melayani seksio sesarea. Pada saat proses
transfer dengan ambulans, posisi knee chest kurang aman, sehingga posisikan
ibu berbaring ke kiri

Tatalaksana Khusus11
Di rumah sakit, bila persalinan pervaginam tidak dapat segera berlangsung
(persalinan kala I), lakukan seksio sesarea. Penanganan yang harus dikerjakan adalah
sebagai berikut:

Dengan memakai sarung tangan steril/disinfeksi tingkat tinggi (DTT),

masukkan tangan melalui vagina dan dorong bagian terendah janin ke atas.
Tangan yang lain menahan bagian terendah di suprapubis dan nilai
keberhasilan reposisi.

Jika bagian terendah janin telah terpegang kuat di atas rongga panggul,
keluarkan tangan dari vagina dan letakkan tangan tetap di atas abdomen

sampai operasi siap.


Jika tersedia, berikan salbutamol 0,5 mg IV secara perlahan untuk
mengurangi kontraksi uterus.

Algoritma penanganan prolapsus tali pusat11

DAFTAR PUSTAKA

1. Monique G. Lin, MD, Umbilical Cord Prolapse, Obstetrical and Gynecological Survey,
2006
2. Wikipedia, the Free Encyclopedia. Umbilical Cord Prolapse. Available from
3.
4.
5.
6.

http://www.en.wikipedia.org/wiki/cordProlapsed
Prof dr Hanifa. Ilmu Kebidanan Edisi Ke tiga, prolapsus tali pusat, 2000, 81, 634
Kevin P Henretty, Obstretic illustrated, 6th edition, 2003, 208
Obstetrical Emergencies Cord Prolapse.pdf
Wikipedia, the Free Encyclopedia. Umbilical Cord Prolapse. Available from

http://www.en.wikipedia.org/wiki/umbilicalCord
7. Prolapsus Tali PUsat Available From : Dokterirga.com/prolapsustalipusat.html
8. Prolapsus Tali Pusat Available from : refarat Prolapsus Tali Pusat.html
9. Sharon T. Phelan, Bradley D. Holbrook, Umbilical Cord Prolapse, Obstetric and
Gynacology Clinics of North America, March 2013, vol 40
10. Fernando Heredia, Philippe Jeanty, Umbilical Cord Anomalies,Women Health Alliance,
Nashville, Tennessee.
11. Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan, edisi pertama,
2013,154

Anda mungkin juga menyukai