Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan
anugerahNyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus Keperawatan Gerontik
ini dengan judul Asuhan Keperawatan Gerontik pada Ny.U dengan Rematik di RT 10,
Kelurahan Pardomuan, yang mana penulisan ini adalah untuk memenuhi tugas aplikasi
Kelompok Kepaniteraan Klinik di Lingkungan 2, RW 4, RT 10, Kelurahan Pardomuan yang
dinas pada tanggal 16 Februari 7 Maret 2015.
Banyak rintangan dalam menyelesaikan tugas ini namun karena bimbingan dan
pengarahanan dari dosen pembimbing Medan yaitu Rini Apriani S.Kep.Ners, M.Kep dan
dosen pembimbing lapangan yaitu Yuliani, S.Kep. Ners, maka penulis dapat menyelesaikan
tugas ini tepat pada waktunya.
Walaupun demilikian laporan kasus ini belumlah sempurna dan dengan segala
kerendahan hati penulis memohon kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan
kedepan. Dan diakhir kata penulis mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan
ataupun kata-kata yang kurang berkenan.
Penulis
. Latar Belakang
Perubahan perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan
makin meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga
usia lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh.
Keadaan demikian itu tampak pula pada semua sistem muskuloskeletal dan
jaringan lain yang ada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya beberapa
golongan reumatik. Salah satu golongan penyakit reumatik yang sering
menyertai usia lanjut yang menimbulkan gangguan muskuloskeletal terutama
adalah osteoartritis. Kejadian penyakit tersebut akan makin meningkat sejalan
dengan meningkatnya usia manusia.
Reumatik dapat mengakibatkan perubahan otot, hingga fungsinya dapat
menurun bila otot pada bagian yang menderita tidak dilatih guna mengaktifkan
fungsi otot. Dengan meningkatnya usia menjadi tua fungsi otot dapat dilatih
dengan baik. Namun usia lanjut tidak selalu mengalami atau menderita
reumatik. Bagaimana timbulnya kejadian reumatik ini, sampai sekarang belum
sepenuhnya dapat dimengerti.
Reumatik bukan merupakan suatu penyakit, tapi merupakan suatu sindrom
dan.golongan penyakit yang menampilkan perwujudan sindroma reumatik
cukup banyak, namun semuanya menunjukkan adanya persamaan ciri. Menurut
kesepakatan para ahli di bidang rematologi, reumatik dapat terungkap sebagai
keluhan dan/atau tanda. Dari kesepakatan, dinyatakan ada tiga keluhan utama
pada sistem muskuloskeletal yaitu: nyeri, kekakuan (rasa kaku) dan kelemahan,
serta adanya tiga tanda utama yaitu: pembengkakan sendi., kelemahan otot, dan
gangguan gerak. (Soenarto, 1982)
Reumatik dapat terjadi pada semua umur dari kanak kanak sampai usia
lanjut, atau sebagai kelanjutan sebelum usia lanjut. Dan gangguan reumatik
akan meningkat dengan meningkatnya umur. (Felson, 1993, Soenarto dan
Wardoyo, 1994)
Dan berdasarkan survey WHO di Jawa ditemukan bahwa
artritis/reumatisme menempati urutan pertama (49%) dari pola penyakit lansia
(Boedhi Darmojo et. al, 1991).
Pucak dari artritis reumatoid terjadi pada umur dekade keempat, dan
penyakit ini terdapat pada wanita 3 kali lebih sering dari pada laki- laki.Terdapat
insiden familial ( HLA DR-4 ditemukan pada 70% pasien ).
Artritis reumatoid diyakini sebagai respon imun terhadap antigen yang
tidak diketahui.Stimulusnya dapat virus atau bakterial. Mungkin juga terdapat
predisposisi terhadap penyakit
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian Lansia
Masa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara 65-75 tahun (Potter
& Perry, 2005).
Pengertian lansia (Lanjut Usia) adalah fase menurunnya
kemampuan akal dan fisik, yang di mulai dengan adanya beberapa
perubahan dalam hidup. Sebagai mana di ketahui, ketika manusia
mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi dan
melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan
kehilangan tugas dan fungsi ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu usia
lanjut, kemudian mati. Bagi manusia yang normal, siapa orangnya,
tentu telah siap menerima keadaan baru dalam setiap fase hidupnya
dan mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi lingkunganya
(Darmojo, 2004 dalam Psychologymania, 2013).
B. Proses Menua
Proses menua merupakan suatu proses yang wajar, bersifat alami dan pasti
akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai umur panjang (Nugroho, 2000).
Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat
diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap
perkembangan kronologis tertentu (Stanley and Patricia, 2006).
C. Teori Proses Menua
Teori proses menua menurut Potter dan Perry (2005) yaitu sebagai
berikut :
Teori Biologis
1. Teori radikal bebas
Radikal bebas merupakan contoh produk sampah metabolisme
yang dapat menyebabkan kerusakan apabila terjadi akumulasi.
meningkatkan status
Mengakui dan merasakan bahwa ia dibutuhkan
Menemukan arti hidup setelah pension dan saat menghadapi
penyakit diri dan pasangan hidup dan kematian pasangan
hidup dan orang yang disayangi; menyesuaikan diri dengan
Proses Menua
Fase 1 subklinik
Fase 2 transisi
Fase 3 klinik
Usia 35-45
Penurunan hormon 25
Peningkatan radikal
bebas
Kerusakan sel-seDNA
(sel-sel tubuh)
Penyakit degeneratif
(DM, osteoporosis,
hipertensi, penyakit
jantung koroner)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
k)
2.
Sistem Persarafan
Tanda:
a) Penurunan jumlah neuron dan peningkatan ukuran dan jumlah sel
neuroglial.
b) Penurunan syaraf dan serabut syaraf.
c) Atrofi otak dan peningkatan ruang mati dalam kranim
d) Penebalan leptomeninges di medulla spinalis.
Gejala:
a) Peningkatan risiko masalah neurologis; cedera serebrovaskuler,
parkinsonisme
b) Konduksi serabut saraf melintasi sinaps makin lambat
c) Penurunan ingatan jangka-pendek derajad sedang
d) Gangguan pola gaya berjalan; kaki dilebarkan, langkah pendek,
dan menekukke depan
e) Peningkatan risiko hemoragi sebelum muncul gejala
3.
Sistem Pendengaran.
Tanda :
a) Hilangnya neuron auditorius
b) Kehilangan pendengaran dari frekuensi tinggi ke frekuensi rendah
c) Peningkatan serumen
d) Angiosklerosis telinga
Gejala
a) Penurunan ketajaman pendengaran dan isolasi social (khususnya,
penurunan kemampuan untuk mendengar konsonan)
b) Sulit mendengar, khususnya bila ada suara latar belakang yang
4.
5.
6.
Sistem Kardiovaskuler
Tanda :
a) Atrofi serat otot yang melapisi endokardium
b) Aterosklerosis pembuluh darah
c) Peningkatan tekanan darah sistolik.
d) Penurunan komplian ventrikel kiri.
e) Penurunan jumlah sel pacemaker
f) Penurunan kepekaan terhadap baroreseptor.
Gejala:
a) Peningkatan tekanan darah
b) Peningkatan penekanan pada kontraksi atrium dengan S4
terdengar
c) Peningkatan aritmia
d) Peningkatan resiko hipotensi pada perubahan posisi
e) Menuver valsava dapat menyebabkan penurunan tekanan darah
f) Penurunan toleransi
Sistem Respirasi
Tanda:
a) Penurunan elastisitas jaringan paru.
b) Kalsifikasi dinding dada.
c) Atrofi silia.
d) Penurunan kekuatan otot pernafasan.
e) Penurunan tekanan parsial oksigen arteri (PaO2).
Gejala:
a) Penurunan efisiensi pertukaran ventilasi
b) Peningkatan kerentanan terhadap infeksi dan atelektasis
c) Peningkatan resiko aspirasi
d) Penurunan respons ventilasi terhadap hipoksia dan hiperkapnia
e) Peningkatan kepekaan terhadap narkotik
8. Sistem Gastrointestinal
Tanda:
a) Penurunan ukuran hati.
b) Penurunan tonus otot pada usus.
c) Pengosongan esophagus makin lambat
d) Penurunan sekresi asam lambung.
e) Atrofi lapisan mukosa
Gejala:
a) Perubahan asupan akibat penurunan nafsu makan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
I. Pengkajian
Perawat mengkaji perubahan pada perkembanga fisiologis, kognitif dan
perilaku sosial pada lansia
a. Perubahan fisiologis
Perubahan fisik penuaan normal yang perlu dikaji :
Sistem
Integumen
Warna kulit
Temuan Normal
Pigmentasi berbintik/bernoda
diarea yang terpajan sinar
matahari, pucat meskipun tidak
Kelembaban
Suhu
anemia
Kering, kondisi bersisik
Ekstremitas lebih dingin,
Tekstur
penurunan perspirasi
Penurunan elastisitas, kerutan,
Distribusi
lemak
Rambut
Kuku
Kepala dan
Kepala
diabdomen
Penipisan rambut
Penurunan laju pertumbuhan
Tulang nasal, wajah menajam, &
Mata
angular
Penurunan ketajaman penglihatan,
leher
Mulut,
faring
leher
Thoraxs &
pendengaran kurang
Penurunan pengecapan, aropi
papilla ujung lateral lidah
Kelenjar tiroid nodular
Peningkatan diameter antero-
paru-paru
Sist jantung
& vascular
Payudara
mengendur
Penurunan sekresi keljar saliva,
pencernaan
Sist
wanita
konstppasi
Penurunan estrogen, ukuran uterus,
pria
atropi vagina
Penurunan testosteron, jumlah
reproduksi
Sist
sperma, testis
Penurunan filtrasi renal, nokturia,
perkemihan
kemih, inkontenensia
Inkontenensia urgensi & stress,
Sist
muskoloskele
tal
pria
C:
D:
E:
F:
G:
b. Perubahan Kognitif
Kebanyakan trauma psikologis dan emosi pada masa lanisa muncul akibat
kesalahan konsep karena lansia mengalami kerusakan kognitif. Akan tetapi
perubahan struktur dan fisiologi yang terjadi pada otak selama penuaan
tidak mempengaruhi kemampuan adaptif & fungsi secara nyata (ebersole
&hess, 1994)
Pengkajian status kognitif
SPMSQ (short portable mental status quetionnaire)
Digunakan untuk mendeteksi adanya dan tingkat kerusakan intelektual
terdiri dari 10 hal yang menilai orientasi, memori dalam hubungan dengan
Pengkajian Sosial
Hubungan lansia dengan keluarga memerankan peran sentral pada
seluruh tingkat
kesehatan dan kesejahteraan lansia. Alat skrining singkat yang dapat
digunakan untuk mengkaji fungsi social lansia adalah APGAR Keluarga.
Instrument disesuaikan untuk digunakan pada klien yang mempunyai
hubungan social lebih intim dengan teman-temannya atau dengan
keluarga. Nilai < 3 menandakan disfungsi keluarga sangat tinggi, nilai 4
olfaktori)
Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
Defisit pengetahuan berhubungan dengan keterbetasan kognitif,
salah interpretasi, kurang minat dalam belajar, kurang dapat
DAFTAR PUSTAKA
Patricia Gonce Morton et.al. (2011). Keperawatan Kritis: pendekatan asuhan holistic
ed.8; alih bahasa, Nike Esty wahyuningsih. Jakarta: EGC
Potter dan Perry. (2005). Fundamental keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik.
Jakarta: EGC.
Psychologymania. (2012). Pengertian-lansia-lanjut-usia. Diakses pada hari Senin, 01
April, 2013. http://www.psychologymania.com/2012/07/pengertianlansia-lanjut-usia.html
Stanley, Mickey dan Patricia Gauntlett Beare. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik.
Jakarta: EGC.
Wilkinson, Judith. (2011). Buku saku diagnosa keperawatan: diagnose NANDA, intervensi
NIC, Kriteria hasil NOC, ed.9. Alih bahasa, Esty Wahyuningsih; editor edisi
bahasa Indonesia, Dwi Widiarti. Jakarta: EGC.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Mengingat proyeksi penduduk lansia pada tahun 2020 akan meningkat menjadi 11,37
% penduduk Indonesia, maka keperawatan gerontik memiliki potensi kerja yang cukup besar
di masa mendatang. Perawat perlu membudayakan kegiatan penelitian dan pemanfaatan
hasil-hasilnya dalam praktik klinik keperawatan untuk mempersiapkan pelayanan yang
prima. Praktik yang bersifat evidence-based harus dibuat sebagai bagian integral dari
kebijakan organisatoris pelayanan kesehatan pada semua tingkatan agar langkah-langkah
tersebut dapat diaplikasikan untuk meningkatkan kinerja pelayanan kesehatan tersebut.
Budaya ilmiah juga dapat dimanfaatkan sebagai strategi akuntabilitas publik, justifikasi
tindakan keperawatan, dan bahan pengambilan keputusan.
Rematik ditemukan oleh American College of Rheumatology sebagai sekelompok
kondisi heterogen yang mengarah kepada tanda dan gejala sendi. Rematik merupakan
penyakit degeneratif dan progresif yang mengenai dua per tiga orang yang berumur lebih dari
65 tahun, dengan prevalensi 60,5% pada pria dan 70,5% pada wanita. Di seluruh dunia,
Rematik (OA) diperkirakan menjadi penyebab utama keempat kecacatan. Osteoartritis terjadi
pada lebih dari 27 juta penduduk amerika (Helmick et al, Dimana, Badan Kesehatan Dunia
(WHO), penduduk yang mengalami Osteoartritis tercatat 8,1% dari penduduk total.
Pravelansi mencapai 5% pada usia <40 tahun, 30% pada usia 40-60 tahun, dan 65% pada usia
61 tahun.
Perubahan perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin
meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada
semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula pada semua sistem
muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya
beberapa golongan reumatik. Salah satu golongan penyakit reumatik yang sering menyertai
usia lanjut yang menimbulkan gangguan muskuloskeletal terutama adalah osteoartritis.
Kejadian penyakit tersebut akan makin meningkat sejalan dengan meningkatnya usia
manusia. Reumatik dapat mengakibatkan perubahan otot, hingga fungsinya dapat menurun
bila otot pada bagian yang menderita tidak dilatih guna mengaktifkan fungsi otot. Dengan
meningkatnya usia menjadi tua fungsi otot dapat dilatih dengan baik. Namun usia lanjut tidak
selalu mengalami atau menderita reumatik. Bagaimana timbulnya kejadian reumatik ini,
sampai sekarang belum sepenuhnya dapat dimengerti. Reumatik bukan merupakan suatu
penyakit, tapi merupakan suatu sindrom dan.golongan penyakit yang menampilkan
perwujudan sindroma reumatik cukup banyak, namun semuanya menunjukkan adanya
persamaan ciri. Menurut kesepakatan para ahli di bidang rematologi, reumatik dapat
terungkap sebagai keluhan dan/atau tanda. Dari kesepakatan, dinyatakan ada tiga keluhan
utama pada sistem muskuloskeletal yaitu: nyeri, kekakuan (rasa kaku) dan kelemahan, serta
adanya tiga tanda utama yaitu: pembengkakan sendi., kelemahan otot, dan gangguan gerak.
(Soenarto, 1982) Reumatik dapat terjadi pada semua umur dari kanak kanak sampai usia
lanjut, atau sebagai kelanjutan sebelum usia lanjut. Dan gangguan reumatik akan meningkat
dengan meningkatnya umur. (Felson, 1993, Soenarto dan Wardoyo, 1994)
Setiap kondisi yang disertai nyeri dan kaku pada muskulosketal sering dinamakan
rematik. Kondisi ini banyak terjadi pada lansia. Namun pada umumnya masyarakat belum
mengerti tentang pengertian, tanda gejala, penyebab serta penanganan rematik. Maka sudah
menjadi tugas kita untuk memberikan pendidikan kesehatan pada masyarakat.
1.2.
1.
Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KONSEP DASAR
2.1.1. Pengertian Gerontik
Keperawatan yang berkeahlian khusus merawat lansia diberi nama untuk pertama
kalinya sebagai keperawatan geriatric (Ebersole et al, 2005). Namun, pada tahun 1976, nama
tersebut diganti dengan gerontological. Gerontologi berasal dari kata geros yang berarti lanjut
usia dan logos berarti ilmu. Gerontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang lanjut usia
dengan masalah-masalah yang terjadi pada lansia yang meliputi aspek biologis, sosiologis,
psikologis, dan ekonomi.
Gerontologi merupakan pendekatan ilmiah (scientific approach) terhadap berbagai
aspek dalam proses penuaan (Tamher&Noorkasiani, 2009). Menurut Miller
(2004), gerontologi merupakan cabang ilmu yg mempelajari proses manuan dan masalah yg
mungkin terjadi pada lansia. Geriatrik adalah salah satu cabang dari gerontologi dan medis
yang mempelajari khusus aspek kesehatan dari usia lanjut, baik yang ditinjau dari segi
promotof, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang mencakup kesehatan badan, jiwa, dan
sosial, serta penyakit cacat (Tamher&Noorkasiani, 2009).
2.1.2. Pengertian Lansia
Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65-75 tahun
(Potter, 2005). Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari
suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan
proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak,
dewasa, dan tua (Nugroho, 2008).
Penuaan adalah suatu proses yang alamiah yang tidak dapat dihindari, berjalan secara
terus-manerus, dan berkesinambungan (Depkes RI, 2001). Menurut Keliat (1999) dalam
Maryam (2008), Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.13 Tahun 1998
Tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia
lebih dari 60 tahun (Maryam, 2008). Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan
tingkah laku yang dapat diramalkan dan terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai
usia tahap perkembangan kronologis tertentu (Stanley, 2006).
a.
Karakteristik Lansia
Menurut Keliat (1999) dalam Maryam (2008), lansia memiliki karakteristik sebagai
berikut:
1.
Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 Ayat (2) UU No. 13 tentang
kesehatan).
2.
Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaftif hingga kondisi
maladaptif.
3.
b. Klasifikasi Lansia
Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia.
1.
Pralansia (prasenilis)
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
2.
Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
3.
4.
Lansia Potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat
menghasilkan barang/jasa (Depkes RI, 2003).
5.
c. Tipe Lansia
Di zaman sekarang (zaman pembangunan), banyak ditemukan bermacam-macam tipe
usia lanjut. Yang menonjol antara lain:
1.
Lanjut usia ini kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan
zaman, mempunyai diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah,
rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
2.
Tipe mandiri
Lanjut usia ini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan baru, selektif dalam
mencari pekerjaan dan teman pergaulan, serta memenuhi undangan.
3.
Lanjut usia yang selalu mengalami konflik lahir batin, menentang proses penuaan, yang
menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan daya tarik jasmani, kehilangan kekuasaan,
status, teman yang disayangi, pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, menuntut, sulit
dilayani dan pengkritik.
4.
Tipe pasrah
Lanjut usia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai konsep habis
(habis gelap datang terang), mengikuti kegiatan beribadat, ringan kaki, pekerjaan apa saja
dilakukan.
5.
Tipe bingung
Lansia yang kagetan, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, merasa minder, menyesal,
pasif, acuh tak acuh (Nugroho, 2008).
d. Tugas Perkembangan Lansia
Menurut Erickson, kesiapan lansia untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri terhadap
tugas perkembangan usia lanjut dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang pada tahap
sebelumnya. Adapun tugas perkembangan lansia adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pengertian
Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat sistemik,
progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris
(Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, hal. 165).
Reumatoid arthritis adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses
inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2001 : 1248).
Reumatik dapat terjadi pada semua jenjang umur dari kanak-kanak sampai usia lanjut.
Namun resiko akan meningkat dengan meningkatnya umur (Felson dalam Budi Darmojo,
1999).
Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang tidak diketahui
penyebabnya dikarekteristikan dengan reaksi inflamasi dalam membrane sinovial yang
mengarah pada destruksi kartilago sendi dan deformitas lebih lanjut (Susan Martin
Tucker, 1998).
Artritis Reumatoid (AR) adalah kelainan inflamasi yang terutama mengenai membran
sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan dengan nyeri persendian, kaku sendi,
penurunan mobilitas, dan keletihan (Diane C. Baughman,2000).
Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi kronik dengan manifestasi utama
poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh (Arif Mansjour,2001)
b.
Etiologi
Etiologi penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor resiko
cenderung mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibu dan anak perempuan dari
wanita tanpa osteoarthritis.
4. Suku. Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis nampaknya terdapat
perbedaan diantara masing-masing suku bangsa, misalnya osteoartritis paha lebih jarang
diantara orang-orang kulit hitam dan usia dari pada kaukasia. Osteoartritis lebih sering
dijumpai pada orang orang Amerika asli dari pada orang kulit putih. Hal ini mungkin
berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan
kongenital dan pertumbuhan
5. Kegemukan Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko
untuk timbulnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan ternyata
tak hanya berkaitan dengan osteoartritis pada sendi yang menanggung beban, tapi juga
dengan osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula).
6.
7.
Kelainan pertumbuhan
Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha telah dikaitkan dengan timbulnya
oateoartritis paha pada usia muda.
8.
Kepadatan tulang
Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko timbulnya osteoartritis.
Hal ini mungkin timbul karena tulang yang lebih padat (keras) tidak membantu
mengurangi benturan beban yang diterima oleh tulang rawan sendi. Akibatnya tulang
rawan sendi menjadi lebih mudah robek.
c.
Jenis Reumatik
Menurut Adelia, (2011) ada beberapa jenis reumatik yaitu:
1.
2. Artritis Reumatoid
Merupakan penyakit autoimun dengan proses peradangan menahun yang tersebar
diseluruh tubuh, mencakup keterlibatan sendi dan berbagai organ di luar
persendian.Peradangan kronis dipersendian menyebabkan kerusakan struktur sendi yang
Atritis Gout
Penyakit ini berhubungan dengan tingginya asam urat darah (hiperurisemia) . Reumatik
gout merupakan jenis penyakit yang pengobatannya mudah dan efektif. Namun bila
diabaikan, gout juga dapat menyebabkan kerusakan sendi. Penyakit ini timbul akibat
kristal monosodium urat di persendian meningkat. Timbunan kristal ini menimbulkan
peradangan jaringan yang memicu timbulnya reumatik gout akut. Pada penyakit gout
Fibrosis
Merupakan peradangan di jaringan ikat terutama di batang tubuh dan anggota gerak.
Fibrosis lebih sering ditemukan oleh perempuan usia lanjut, penyebabnya adalah faktor
kejiwaan.
-
Tendonitis adalah peradangan pada tendon yang menimbulkan nyeri lokal di tempat
perlekatannya. Tenosivitis adalah peradangan pada sarung pembungkus tendon.
-
Entesopati
Adalah tempat di mana tendon dan ligamen melekat pada tulang. Entesis ini dapat
mengalami peradangan yang disebut entesopati. Kejadian ini bisa timbul akibat
menggunakan lengannya secara berlebihan, degenerasi, atau radang sendi.
-
Bursitis
Adalah peradangan bursa yang terjadi di tempat perlekatan tendon atau otot ke tulang.
Peradangan bursa juga bisa disebabkan oleh reumatik gout dan pseudogout.
-
Back Pain
Nyeri pinggang
Kelainan ini merupakan keluhan umum karena semua orang pernah mengalaminya.
Nyeri terdapat kedaerah pinggang kebawah (lumbosakral dan sakroiliaka) Yang dapat
menjalar ke tungkai dan kaki.
-
Ditandai dengan nyeri dan ngilu pada daerah persendian di pangkal lengan atas yang bisa
menjalar ke lengan atas bagian depan, lengan bawah dan belikat, terutama bila lengan
diangkat keatas atau digerakkan kesamping. Akibat pergerakan sendi bahu menjadi
terbatas.
d.
Manifestasi klinis
Gejala utama dari osteoartritis adalah adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama
waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan. Mula-mula terasa kaku, kemudian
timbul rasa nyeri yang berkurang dnegan istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi,
kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi dn perubahan gaya jalan. Lebih lanjut lagi terdapat
pembesaran sendi dan krepitasi.
Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak menonjol dan timbul belakangan, mungkin
dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang
merata dan warna kemerahan, antara lain;
1. Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan
sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu kadang-kadang
menimbulkan rasa nyeri yang lebih dibandingkan gerakan yang lain.
2. Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan dengan
bertambahnya rasa nyeri.
3. Kaku pagi
Pada beberapa pasien, nyeri sendi yang timbul setelah immobilisasi, seperti duduk dari
kursi, atau setelah bangun dari tidur.
4. Krepitasi
Rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.
5. Pembesaran sendi (deformitas)
Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut atau tangan yang paling
sering) secara perlahan-lahan membesar.
6. Perubahan gaya berjalan
Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki, tumit, lutut atau panggul berkembang
menjadi pincang. Gangguan berjalan dan gangguan fungsi sendi yang lain merupakan
ancaman yang besar untuk kemandirian pasien yang umumnya tua (lansia).
f. Patofisiologi
UMUR
JENIS
GENETIK
SUKU
KEGEMUKAN
KELAMIN
sendi
Perubahan metabolisme tulang
Peningkatan aktivitas enzim yang merusak
makro molekul matriks tulang rawan sendi
Penurunan kadar proteoglikan
Berkurangnya kadar proteoglikan
Perubahan sifat sifat kolagen
Berkurangnya kadar air tulang rawan sendi
Permukaan tulang rawan sendi terbelah pecah dengan robekan
Timbul laserasi
OSTEOARTRITIS
g. Pemeriksaan penunjang
1. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak, erosi
sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan ( perubahan awal ) berkembang
menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan
osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
2. Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan sinovium
3. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/ degenerasi
tulang pada sendi
4. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari normal:
buram, berkabut, munculnya warna kuning (respon inflamasi, produk-produk
pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas dan
komplemen (C3 dan C4).
5. Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan
panas.
6. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration) atau atroskopi;
cairan sendi terlihat keruh karena mengandung banyak leukosit dan kurang kental
dibanding cairan sendi yang normal.
7. Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang simetris yang
mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap sekurangkurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi
peri-artikuler pada foto rontgen
h. Penatalaksanaan
1. Obat obatan
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk osteoartritis, oleh
karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang diberikan bertujuan untuk mengurangi
rasa sakit, meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidak mampuan. Obat-obat anti
inflamasinon steroid bekerja sebagai analgetik dan sekaligus mengurangi sinovitis, meskipun
tak dapat memperbaiki atau menghentikan proses patologis osteoartritis.
Pemberian obat-obatan :
Anti inflamasi non steroid (NSAID ) contoh :aspiri yang diberikan pada dosis yang
telah ditentukan.
2. Perlindungan sendi
Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh yang kurang
baik. Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit. Pemakaian tongkat,
alat-alat listrik yang dapat memperingan kerja sendi juga perlu diperhatikan. Beban pada lutut
berlebihan karena kakai yang tertekuk (pronatio).
3. Diet
Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang gemuk harus menjadi
program utama pengobatan osteoartritis. Penurunan berat badan seringkali dapat mengurangi
timbulnya keluhan dan peradangan.
Diet Rendah Purin:
Tujuan pemberian diet ini adalah untuk mengurangi pembentukan asam urat dan
menurunkan berat badan, bila terlalu gemuk dan mempertahankannya dalam batas normal.
Bahan makanan yang boleh dan yang tidak boleh diberikan pada penderita osteoartritis:
Golongan bahan
makanan
Karbohidrat
Semua
diberikan
--
Protein hewani
keju
Protein nabati
Kacang-kacangan kering 25 gr
--
--
Sayuran
sehari
gr sehari
Buah-buahan
--
Minuman
Alkohol
mengandung soda
Bumbu, dll
Ragi
4. Dukungan psikososial
Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena sifatnya yang
menahun dan ketidakmampuannya yang ditimbulkannya. Disatu pihak pasien ingin
menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin orang lain turut memikirkan
penyakitnya. Pasien osteoartritis sering kali keberatan untuk memakai alat-alat pembantu
karena faktor-faktor psikologis.
5. Persoalan Seksual
Gangguan seksual dapat dijumpai pada pasien osteoartritis terutama pada tulang
belakang, paha dan lutut. Sering kali diskusi karena ini harus dimulai dari dokter karena
biasanya pasien enggan mengutarakannya.
6. Fisioterapi
Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang meliputi
pemakaian panas dan dingin dan program latihan ynag tepat. Pemakaian panas yang sedang
diberikan sebelum latihan untk mengurangi rasa nyeri dan kekakuan. Pada sendi yang masih
aktif sebaiknya diberi dingin dan obat-obat gosok jangan dipakai sebelum pamanasan.
Berbagai sumber panas dapat dipakai seperti Hidrokolator, bantalan elektrik, ultrasonic,
inframerah, mandi paraffin dan mandi dari pancuran panas.
Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan memperkuat otot yang
biasanya atropik pada sekitar sendi osteoartritis. Latihan isometric lebih baik dari pada
isotonic karena mengurangi tegangan pada sendi. Atropi rawan sendi dan tulang yang timbul
pada tungkai yang lumpuh timbul karena berkurangnya beban ke sendi oleh karena kontraksi
otot. Oleh karena otot-otot periartikular memegang peran penting terhadap perlindungan
rawan senadi dari beban, maka penguatan otot-otot tersebut adalah penting.
7. Operasi
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan kerusakan sendi yang
nyata dengan nyari yang menetap dan kelemahan fungsi. Tindakan yang dilakukan adalah
osteotomy untuk mengoreksi ketidaklurusan atau ketidaksesuaian, debridement sendi untuk
menghilangkan fragmen tulang rawan sendi, pebersihan osteofit.
i. Komplikasi
1. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya prosesgranulasi di
bawah kulit yang disebut subcutan nodule.
2. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.
3. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.
Tromboemboli adalah adanya sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan oleh
adanya darah yang membeku.
4. Terjadi splenomegali.
Slenomegali merupakan pembesaran limfa,jika limfa membesar kemampuannya untuk
menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah putih dan trombosit dalam sirkulasi
menangkap dan menyimpan sel-sel darah akan meningkat.
2.2. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA REMATOID ATRITIS
2.2.1. Pengkajian
1.
Biodata
Nama, umur, jenis kelamin, status, alamat, pekerjaan, penanggung jawab.Data dasar
pengkajian pasien tergantung padwa keparahan dan keterlibatan organ-organ lainnya
(misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal), tahapan misalnya eksaserbasi akut atau remisi
dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya.
2.
Riwayat Kesehatan
a.
Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada tungkai.
b.
3. Pemeriksaan fisik
a.
Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral), amati warna
kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.
b.
4.
c.
d.
e.
f.
Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres pada sendi;
kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan simetris.
Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan,
keletihan.
Tanda : Malaise
Keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit, kontraktor/ kelaianan pada sendi.
5.
Kardiovaskuler
Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki (mis: pucat intermitten, sianosis, kemudian
kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal).
6.
Integritas ego
Gejala : Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis; finansial, pekerjaan, ketidakmampuan, faktorfaktor hubungan.
Keputusan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan)
Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi (misalnya ketergantungan pada
orang lain).
7.
Makanan/ cairan
Hygiene
Neurosensori
Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan.
Gejala : Pembengkakan sendi simetris
10. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Fase akut dari nyeri (mungkin tidak disertai oleh pembengkakan jaringan lunak pada
sendi).
11. Keamanan
Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutan, Lesi kulit, ulkus kaki. Kesulitan dalam
ringan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga.Demam ringan menetap
Kekeringan pada mata dan membran mukosa.
12. Interaksi social
Gejala : Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain; perubahan peran; isolasi.
13. Riwayat Psiko Sosial
Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi apalagi pada
pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karena ia merasakan adanya kelemahankelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat
melakukan pengkajian terhadap konsep diri klien khususnya aspek body image dan harga diri
klien.
2.2.2. Diagnosa keperawatan
1.
2.
3.
4.
b.
c.
d.
Rasional
a. Membantu dalam menentukan kebutuhan
manajemen nyeri dan keefektifan program
b. Matras yang lembut/ empuk, bantal yang
besar akan mencegah pemeliharaan
kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan
stress pada sendi yang sakit. Peninggian linen
tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi
yang terinflamasi/nyeri
c. Mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit
dan mempertahankan posisi netral.
Penggunaan brace dapat menurunkan nyeri
dan dapat mengurangi kerusakan pada sendi
d. Mencegah terjadinya kelelahan umum
dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi,
mengurangi gerakan/ rasa sakit pada sendi
e. Panas meningkatkan relaksasi otot, dan
mobilitas, menurunkan rasa sakit dan
melepaskan kekakuan di pagi hari.
Sensitivitas pada panas dapat dihilangkan dan
luka dermal dapat disembuhkan
a.
b.
Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan/ atau konpensasi
bagian tubuh.
c.
3.
Rasional
a. Tingkat aktivitas/ latihan tergantung dari
perkembangan/ resolusi dari peoses inflamasi
b. Istirahat sistemik dianjurkan selama
eksaserbasi akut dan seluruh fase penyakit
yang penting untuk mencegah kelelahan
mempertahankan kekuatan
c. Mempertahankan/ meningkatkan fungsi
sendi, kekuatan otot dan stamina umum.
Catatan : latihan tidak adekuat menimbulkan
kekakuan sendi, karenanya aktivitas yang
berlebihan dapat merusak sendi
d. Menghilangkan tekanan pada jaringan dan
meningkatkan sirkulasi. Memepermudah
perawatan diri dan kemandirian pasien.
Tehnik pemindahan yang tepat dapat
mencegah robekan abrasi kulit
e. Meningkatkan stabilitas (mengurangi
resiko cidera) dan memerptahankan posisi
sendi yang diperlukan dan kesejajaran tubuh,
mengurangi kontraktor
b.
Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan kemampuan
individual.
b.
c.
2.2.4. Implementasi
Rasional
a. Mungkin dapat melanjutkan aktivitas
umum dengan melakukan adaptasi yang
diperlukan pada keterbatasan saat ini
b. Mendukung kemandirian
fisik/emosional
. Menyiapkan untuk meningkatkan
kemandirian, yang akan meningkatkan harga
diri
d. Berguna untuk menentukan alat bantu
untuk memenuhi kebutuhan individual. Mis;
memasang kancing, menggunakan alat bantu
memakai sepatu, menggantungkan pegangan
untuk mandi pancuran
e. Mengidentifikasi masalah-masalah yang
mungkin dihadapi karena tingkat
kemampuan aktual
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1. Identitas :
Nama
: Ny. U
Umur
: 72 tahun
Suku
: Batak
Alamat
Agama
: Islam
Pendidikan
SR
Status mental
: Intelektual ringan
Tanggal Pengkajian
: 23 Februari 2015
: Nyeri
: 6 ( sedang )
Genogram :
-------
--------
Ket :
Perempuan
Laki-laki meninggal
Laki-laki
Perempuan meninggal
Klien
----
Serumah
: Compos mentis
Kualitatif
Kuantitatif
: E: 4
Tanda vital
: TD
RR
V: 6
M: 5
: 120/80 mmHg
: 22x/menit
Temperatur
: 36,5C
Berat Badan
: 45 Kg
Kepala
Mata
Telinga
Mulut dan tenggorokan : Pipi kempot, gigi ompong, tenggorokan tidak ada
Keluhan saat menelan .
Leher
2. Sistem persyarafan :
Tidak ada cedera kepala, tidak ada peningkatan TIK, tidak memiliki riwayat kejang
Sistem Pernafasan
Bentuk thorax simetris, tidak tampak ada retraksi intercostal, vocal premitus merata di semua
lapang paru, perkusi terdengar resonance, auskultasi terdengar vesicular.
3. Sistem Kardiovaskuler
TD : 120/80 mmHg, P: 88x/menit, warna kulit sama dengan sekitar, temperatur hangat, tidak
terdapat peningkatan vena jugularis, Perkusi jantung terdengar pekak, irama jantung
terdengar regular, tidak terdapat edema.
Sistem Gastrointestinal
Nafsu makan baik, proses mengunyah kurang baik, proses menelan baik, bising usus baik,
saat dipalpasi tidak terdapat pembesaran kolon, perut tidak kembung, klien mengatakan BAB
nya lancar.
4. Sistem Hemopoietik
Tidak didapati memar, pembengkakan kelenjar limfe tidak terjadi, konjungtiva tidak anemis,
riwayat tranfusi darah belum pernah.
5. Sistem Integumen
Kulit tampak keriput, warna kulit sawo matang, elastisitas kulit berkurang, keadaan rambut
kepala menipis dan beruban.
6. Sistem Perkemihan
Frekuensi BAK 4-5x/H, warna kuning, tidak ada bau, tapi kadang klien tidak bisa menahan
BAK, tidak terdapat disuria.
7. Sistem Genitoreproduksi
Aktifitas seksual tidak ada lagi dikarenakan sudah lanjut usia
8. Sistem Muskuloskeletal
Klien mengatakan sendinya mengalami kekakuan sendi, mengalami lordosis, pada tingkat
mobilisasi klien kekuatan otot mengalami penurunan, pergerakan sendi terbatas.
9. Sistem Endokrin
Menurunnya aktifitas kelenjar pankreas, menurunnya sekresi hormon kelamin
3.3. Pengkajian Psikososial dan Spiritual
-
Kemampuan Sosial
Klien dikenal di masyarakat sekitar karena klien sebagai pedagang keripik sehari-hari dan
selalu menyempatkan diri untuk mengikuti pertemuan2.
-
Spiritual
Ny.U beragama Islam, dan mengatakan selalu menjalankan ibadah sholat lima waktu. Selain
itu juga mengikuti pengajian minggguan yang diadakan dikelurahan.
3.4. Pengkajian Fungsional
1. Pengkajian Katz Indek
Katz A :
Mandiri dalam :
1. Mandi
3. Ke toilet
5. BAK/BAB
2. Berpakaian
4. Berpindah
6. Makan
4. Berpindah
2. Berpakaian
5. BAK/BAB
3. Ke Toilet
6. Makan
PEMBAHASAN
Perubahan perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin
meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada
semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula pada semua sistem
muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya
beberapa golongan reumatik. Salah satu golongan penyakit reumatik yang sering menyertai
usia lanjut yang menimbulkan gangguan muskuloskeletal terutama adalah osteoartritis.
Kejadian penyakit tersebut akan makin meningkat sejalan dengan meningkatnya usia
manusia. Reumatik dapat mengakibatkan perubahan otot, hingga fungsinya dapat menurun
bila otot pada bagian yang menderita tidak dilatih guna mengaktifkan fungsi otot.
Dari hasil praktek keperawatan gerontik pada tanggal 16 Februari 7 Maret 2015 di
Lingkungan 2, RW 4, RT 10, Kelurahan Pardomuan didapati jumlah warga ada 118 KK,
dengan jumlah lansia 42 orang, dan yang menderita rematik 22 orang. Berdasarkan anamnese
dan pengamatan yang dilakukan bahwa didapati bahwa
-jenis kelamin wanita lebih banyak menderita rematik dari pada pria
Rematik maka sangat penting untuk memberikan penkes mengenai penyakit rematik pada
lansia ini tentu agar dapat mengatasi dan mencegah terjadinya penyakit tersebut dengan baik.
Maka sudah menjadi tugas kita untuk memberikan pendidikan kesehatan pada masyarakat.
BAB V
Kesimpulan.
Penyakit reumatik adalah kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan
berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinis ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran
sendi, dan hambatan gerak pada sendi sendi tangan dan sendi besar yang menanggung
beban.
Wanita lebih sering terkena osteoartritis pada lutut dan sendi, sedang pria lebih sering
terkena osteoartritis pada paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keeluruhan dibawah 45
tahun frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada pria dan wanita, tetapi diatas 50 tahun
frekuensi oeteoartritis lebih banyak wanita dari pada pria hal ini menunjukkan adanya peran
hormonal pada patogenesis osteoartritis.
5.2.
Saran
Dalam keperawatan gerontik, seorang perawat hendaklah mengetahui asuhan
keperawatan yang akan diberikan terhadap klien yaitu para lansia sehingga lansia merasa
tercukupi kebutuhannya secara lebih efektif.
Bagi keluarga klien juga hendaklah mengetahui tentang cara-cara asuhan pada lansia
sehingga lansia dapat menjalani masa tuanya dengan lebih baik dan nyaman.
Bagi petugas kesehatan setempat diharapkan untuk memberikan penkes kepada
masyarakat khususnya lansia agar dapat mencegah dan mengatasi rematik.
DAFTAR PUSTAKA
Azizah,Lilik Marifatul. Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1. Garaha Ilmu. Yogyakarta. 2011
Doenges E Marilynn, 2000., Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta
Kalim, Handono, 1996., Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Kushariyadi. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Salemba Medika. Jakarta. 2010
Mansjoer, Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculaapius FKUI, Jakarta.
Mubaraq, Chayatin, Santoso. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep Dan Aplikasi. Salemba
Medika. Jakarta. 2011
Prince, Sylvia Anderson, 1999., Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit., Ed. 4,
EGC, Jakarta.
Tamher, S. Noorkasiani. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan.
Salemba Medika. Jakarta. 2011
PENYAKIT YANG SERING DIJUMPAI PADA LANSIA
Penyakit-penyakit yang umum menjangkiti lansia adalah:
1)
Rematik
2)
Hipertensi
3)
Jantung Koroner
4)
Diabetes Melitus.
5)
Osteoporosis
6)
Kepikunan
7)
Malnutrisi/Anoreksia
8)
Konstipasi
9)
Dehidrasi
Diposkan oleh amir