Anda di halaman 1dari 44

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan
anugerahNyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus Keperawatan Gerontik
ini dengan judul Asuhan Keperawatan Gerontik pada Ny.U dengan Rematik di RT 10,
Kelurahan Pardomuan, yang mana penulisan ini adalah untuk memenuhi tugas aplikasi
Kelompok Kepaniteraan Klinik di Lingkungan 2, RW 4, RT 10, Kelurahan Pardomuan yang
dinas pada tanggal 16 Februari 7 Maret 2015.
Banyak rintangan dalam menyelesaikan tugas ini namun karena bimbingan dan
pengarahanan dari dosen pembimbing Medan yaitu Rini Apriani S.Kep.Ners, M.Kep dan
dosen pembimbing lapangan yaitu Yuliani, S.Kep. Ners, maka penulis dapat menyelesaikan
tugas ini tepat pada waktunya.
Walaupun demilikian laporan kasus ini belumlah sempurna dan dengan segala
kerendahan hati penulis memohon kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan
kedepan. Dan diakhir kata penulis mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan
ataupun kata-kata yang kurang berkenan.
Penulis

. Latar Belakang
Perubahan perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan
makin meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga
usia lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh.
Keadaan demikian itu tampak pula pada semua sistem muskuloskeletal dan
jaringan lain yang ada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya beberapa
golongan reumatik. Salah satu golongan penyakit reumatik yang sering
menyertai usia lanjut yang menimbulkan gangguan muskuloskeletal terutama
adalah osteoartritis. Kejadian penyakit tersebut akan makin meningkat sejalan
dengan meningkatnya usia manusia.
Reumatik dapat mengakibatkan perubahan otot, hingga fungsinya dapat
menurun bila otot pada bagian yang menderita tidak dilatih guna mengaktifkan
fungsi otot. Dengan meningkatnya usia menjadi tua fungsi otot dapat dilatih
dengan baik. Namun usia lanjut tidak selalu mengalami atau menderita
reumatik. Bagaimana timbulnya kejadian reumatik ini, sampai sekarang belum
sepenuhnya dapat dimengerti.
Reumatik bukan merupakan suatu penyakit, tapi merupakan suatu sindrom
dan.golongan penyakit yang menampilkan perwujudan sindroma reumatik
cukup banyak, namun semuanya menunjukkan adanya persamaan ciri. Menurut
kesepakatan para ahli di bidang rematologi, reumatik dapat terungkap sebagai
keluhan dan/atau tanda. Dari kesepakatan, dinyatakan ada tiga keluhan utama
pada sistem muskuloskeletal yaitu: nyeri, kekakuan (rasa kaku) dan kelemahan,
serta adanya tiga tanda utama yaitu: pembengkakan sendi., kelemahan otot, dan
gangguan gerak. (Soenarto, 1982)
Reumatik dapat terjadi pada semua umur dari kanak kanak sampai usia
lanjut, atau sebagai kelanjutan sebelum usia lanjut. Dan gangguan reumatik
akan meningkat dengan meningkatnya umur. (Felson, 1993, Soenarto dan
Wardoyo, 1994)
Dan berdasarkan survey WHO di Jawa ditemukan bahwa
artritis/reumatisme menempati urutan pertama (49%) dari pola penyakit lansia
(Boedhi Darmojo et. al, 1991).
Pucak dari artritis reumatoid terjadi pada umur dekade keempat, dan
penyakit ini terdapat pada wanita 3 kali lebih sering dari pada laki- laki.Terdapat
insiden familial ( HLA DR-4 ditemukan pada 70% pasien ).
Artritis reumatoid diyakini sebagai respon imun terhadap antigen yang
tidak diketahui.Stimulusnya dapat virus atau bakterial. Mungkin juga terdapat
predisposisi terhadap penyakit

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian Lansia

Masa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara 65-75 tahun (Potter
& Perry, 2005).
Pengertian lansia (Lanjut Usia) adalah fase menurunnya
kemampuan akal dan fisik, yang di mulai dengan adanya beberapa
perubahan dalam hidup. Sebagai mana di ketahui, ketika manusia
mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi dan
melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan
kehilangan tugas dan fungsi ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu usia
lanjut, kemudian mati. Bagi manusia yang normal, siapa orangnya,
tentu telah siap menerima keadaan baru dalam setiap fase hidupnya
dan mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi lingkunganya
(Darmojo, 2004 dalam Psychologymania, 2013).
B. Proses Menua

Proses menua merupakan suatu proses yang wajar, bersifat alami dan pasti
akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai umur panjang (Nugroho, 2000).
Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat
diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap
perkembangan kronologis tertentu (Stanley and Patricia, 2006).
C. Teori Proses Menua
Teori proses menua menurut Potter dan Perry (2005) yaitu sebagai
berikut :
Teori Biologis
1. Teori radikal bebas
Radikal bebas merupakan contoh produk sampah metabolisme
yang dapat menyebabkan kerusakan apabila terjadi akumulasi.

Normalnya radikal bebas akan dihancurkan oleh enzim


pelindung, namun beberapa berhasil lolos dan berakumulasi di
dalam organ tubuh. Radikal bebas yang terdapat di lingkungan
seperti kendaraan bermotor, radiasi, sinar ultraviolet,
mengakibatkan perubahan pigmen dan kolagen pada proses
penuaan. Radikal bebas tidak mengandung DNA. Oleh karena itu,
radikal bebas dapat menyebabkan gangguan genetik dan
menghasilkan produk-produk limbah yang menumpuk di dalam
inti dan sitoplasma. Ketika radikal bebas menyerang molekul,
akan terjadi kerusakan membran sel; penuaan diperkirakan
karena kerusakan sel akumulatif yang pada akhirnya
mengganggu fungsi. Dukungan untuk teori radikal bebas
ditemukan dalam lipofusin, bahan limbah berpigmen yang kaya
lemak dan protein. Peran lipofusin pada penuaan mungkin
kemampuannya untuk mengganggu transportasi sel dan replikasi
DNA. Lipofusin, yang menyebabkan bintik-bintik penuaan, adalah
dengan produk oksidasi dan oleh karena itu tampaknya terkait
dengan radikal bebas.
2. Teori cross-link
Teori cross-link dan jaringan ikat menyatakan bahwa molekul
kolagen dan elastin, komponen jaringan ikat, membentuk
senyawa yang lama meningkatkan regiditas sel, cross-linkage
diperkirakan akibat reaksi kimia yang menimbulkan senyawa
antara melokul-melokul yang normalnya terpisah (Ebersole &
Hess, 1994 dalam Potter & Perry, 2005).
3. Teori imunologis
Teori imunitas berhubungan langsung dengan proses penuaan.
Selama proses penuaan, sistem imun juga akan mengalami
kemunduran dalam pertahanan terhadap organisme asing yang
masuk ke dalam tubuh sehingga pada lamsia akan sangat mudah
mengalami infeksi dan kanker.perubahan sistem imun ini
diakibatkan perubahan pada jaringan limfoid sehingga tidak
adanya keseimbangan dalam sel T intuk memproduksi antibodi
dan kekebalan tubuh menurun. Pada sistem imun akan terbentuk
autoimun tubuh. Perubahan yang terjadi merupakan pengalihan
integritas sistem tubuh untuk melawan sistem imun itu sendiri.
Teori Psikososial

1. Teori Disengagement (Penarikan Diri)


Teori ini menggambarkan penarikan diri oleh lansia dari peran
masyarakat dan tanggung jawabnya. Lansia akan dikatakan
bahagia apabila kontak sosial telah berkurang dan
tanggungjawab telah diambil oleh generasi yang lebih muda.
Manfaat dari pengurangan kontak sosial bagi lansia adalah agar
dapat menyediakan eaktu untuk mengrefleksi kembali
pencapaian yang telah dialami dan untuk menghadapi harapan
yang belum dicapai.
2. Teori Aktivitas
Teori ini berpendapat apabila seorang lansia menuju penuaan
yang sukses maka ia harus tetap beraktivitas.kesempatan untuk
turut berperan dengan cara yang penuh arti bagi kehidupan
seseorang yang penting bagi dirinya adalah suatu komponen
kesejahteraan yang penting bagi lansia. Penelitian menunjukkan
bahwa hilangnya fungsi peran lansia secara negatif
mempengaruhi kepuasan hidup, dan aktivitas mental serta fisik
yang berkesinambungan akan memelihara kesehatan sepanjang
kehidupan.
3. Teori Kontinuitas
Teori kontinuitas mencoba menjelaskan mengenai kemungkinan
kelanjutan dari perilaku yang sering dilakukan klien pada usia
dewasa. Perilaku hidup yang membahayakan kesehatan dapat
berlangsung hingga usia lanjut dan akan semakin menurunkan
kualitas hidup.

D. Tugas Perkembangan Lansia


Menurut Patricia Gonce Morton dkk, 2011 tugas perkembangan
keluarg yaitu:
Memutuskan dimana dan bagaimana akan menjalani hidup

selama sisa umurnya.


Memelihara hubungan yang suportif, intim dan memuaskan

dengan pasangan hidupnya, keluarga, dan teman.


Memelihara lingkungan rumah yang adekuat dan memuaskan

terkait dengan status kesehatan dan ekonomi


Menyiapkan pendapatan yang memadai
Memelihara tingkat kesehatan yang maksimal
Mendapatkan perawatan kesehatan dan gigi yang
komprehensif

Memelihara kebersihan diri


Menjaga komunikasi dan kontak yang adekuat dengan

keluarga dan teman


Memelihara keterlibatan social, sipil dan politisi
Memulai hobi baru (selain kegiatan sebelumnya) yang

meningkatkan status
Mengakui dan merasakan bahwa ia dibutuhkan
Menemukan arti hidup setelah pension dan saat menghadapi
penyakit diri dan pasangan hidup dan kematian pasangan
hidup dan orang yang disayangi; menyesuaikan diri dengan

orang yang disayangi


Membangun filosofi hidup yang bermakna dan menemukan
kenyamanan dalam filosofi atau agama.

E. Batasan Lanjut Usia


Menurut Organisasi Kesehatan Dunia WHO dalam Psychologymania,

2013 batasan lanjut usia meliputi :


Usia pertengahan (middle age) adalah kolompok usia 45-59 tahun.
Lanjut usia (elderly) antara usia 60-74 tahun.
Lanjut usia tua (old) antara 75-90 tahun.
Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun

F. Pathway Proses Menua

Proses Menua

Fase 1 subklinik

Fase 2 transisi

Fase 3 klinik

Usia 25-35 Penurunan hormon

Usia 35-45

(testosteron, growt hormon,

Penurunan hormon 25

Usia 45 produksi hormon


sudah berkurang
hingga akhirnya berhenti

Polusi udara, diet yang tak sehat dan stres

Peningkatan radikal
bebas

Kerusakan sel-seDNA
(sel-sel tubuh)

Sistem dalam tubuh mulai


terganggu spti : penglihatan
menurun, rambut beruban,
stamina & enegi berkurang,
wanita (menopause),pria
(andopause).

Penyakit degeneratif
(DM, osteoporosis,
hipertensi, penyakit
jantung koroner)

G. Tanda dan Gejala


Tanda dan Gejala menurut Patricia Gonce Morton dkk, 2011 yaitu:
1. Perubahan Organik
a) Jumlah jaringan ikat dan kolagen meningkat.
b) Unsur seluler pada sistem saraf, otot, dan organ vital lainnya
menghilang.

c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
k)
2.

Jumlah sel yang berfungsi normal menurun.


Jumlah lemak meningkat.
Penggunaan oksigen menurun.
Selama istirahat, jumlah darah yang dipompakan menurun.
Jumlah udara yang diekspirasi paru lebih sedikit.
Ekskresi hormon menurun.
Aktivitas sensorik dan persepsi menurun
Penyerapan lemak, protein, dan karbohidrat menurun.
Lumen arteri menebal

Sistem Persarafan
Tanda:
a) Penurunan jumlah neuron dan peningkatan ukuran dan jumlah sel
neuroglial.
b) Penurunan syaraf dan serabut syaraf.
c) Atrofi otak dan peningkatan ruang mati dalam kranim
d) Penebalan leptomeninges di medulla spinalis.
Gejala:
a) Peningkatan risiko masalah neurologis; cedera serebrovaskuler,
parkinsonisme
b) Konduksi serabut saraf melintasi sinaps makin lambat
c) Penurunan ingatan jangka-pendek derajad sedang
d) Gangguan pola gaya berjalan; kaki dilebarkan, langkah pendek,
dan menekukke depan
e) Peningkatan risiko hemoragi sebelum muncul gejala

3.

Sistem Pendengaran.
Tanda :
a) Hilangnya neuron auditorius
b) Kehilangan pendengaran dari frekuensi tinggi ke frekuensi rendah
c) Peningkatan serumen
d) Angiosklerosis telinga
Gejala
a) Penurunan ketajaman pendengaran dan isolasi social (khususnya,
penurunan kemampuan untuk mendengar konsonan)
b) Sulit mendengar, khususnya bila ada suara latar belakang yang

4.

mengganggu, atau bila percakapan cepat.


c) Impaksi serumen dapat menyebabkan kehilangan pendengaran
Sistem Penglihatan
Tanda :
a) Penurunan fungsi sel batang dan sel kerucut
b) Penumpukan pigmen.
c) Penurunan kecepatan gerakan mata.
d) Atrofi otot silier.
e) Peningkatan ukuran lensa dan penguningan lensa
f) Penurunan sekresi air mata.
Gejala :
a) Penurunan ketajaman penglihatan,lapang penglihatan, dan
adaptasi terhadap terang/gelap

b) Peningkatan kepekaan terhadap cahaya yang menyilaukan


c) Peningkatan insiden glaucoma
d) Gangguan persepsi kedalaman dengan peningkatan kejadian
jatuh
e) Kurang dapat membedakan warna biru, hijau,dan violet
f) Peningkatan kekeringandan iritasi mata.

5.

6.

Sistem Kardiovaskuler
Tanda :
a) Atrofi serat otot yang melapisi endokardium
b) Aterosklerosis pembuluh darah
c) Peningkatan tekanan darah sistolik.
d) Penurunan komplian ventrikel kiri.
e) Penurunan jumlah sel pacemaker
f) Penurunan kepekaan terhadap baroreseptor.
Gejala:
a) Peningkatan tekanan darah
b) Peningkatan penekanan pada kontraksi atrium dengan S4
terdengar
c) Peningkatan aritmia
d) Peningkatan resiko hipotensi pada perubahan posisi
e) Menuver valsava dapat menyebabkan penurunan tekanan darah
f) Penurunan toleransi
Sistem Respirasi
Tanda:
a) Penurunan elastisitas jaringan paru.
b) Kalsifikasi dinding dada.
c) Atrofi silia.
d) Penurunan kekuatan otot pernafasan.
e) Penurunan tekanan parsial oksigen arteri (PaO2).
Gejala:
a) Penurunan efisiensi pertukaran ventilasi
b) Peningkatan kerentanan terhadap infeksi dan atelektasis
c) Peningkatan resiko aspirasi
d) Penurunan respons ventilasi terhadap hipoksia dan hiperkapnia
e) Peningkatan kepekaan terhadap narkotik

8. Sistem Gastrointestinal
Tanda:
a) Penurunan ukuran hati.
b) Penurunan tonus otot pada usus.
c) Pengosongan esophagus makin lambat
d) Penurunan sekresi asam lambung.
e) Atrofi lapisan mukosa
Gejala:
a) Perubahan asupan akibat penurunan nafsu makan

b) Ketidaknyamanan setelah makan karena jalannya makanan


melambat
c) Penurunan penyerapan kalsium dan besi
d) Peningkatan resiko konstipasi, spasme esophagus, dan penyakit
divertikuler
9. Sistem Reproduksi
Tanda:
a) Atrofi dan fibrosis dinding serviks dan uterus
b) Penurunan elastisitas vagina dan lubrikasi
c) Penurunan hormone dan oosit.
d) Involusi jaringan kelenjar mamae.
e) Poliferasi jaringan stroma dan glandular
Gejala :
a) kekeringan vagina dan rasa terbakar dan nyeri saat koitus
b) penurunan volume cairan semina dan kekuatan ejakulasi
c) penurunan elevasi testis
d) hipertrofi prostat
e) jaringan ikat payudara digantikan dengan jaringan lemak,
sehingga pemeriksaan payudara lebih mudah dilakukan

10. Sistem Perkemihan


Tanda:
a) Penurunan masa ginjal
b) Tidak ada glomerulus
c) Penurunan jumlah nefron yang berfungsi
d) Perubahan dinding pembuluh darah kecil
e) Penurunan tonus otot kandung kemih
Gejala:
a) Penurunan GFR
b) Penurunan kemampuan penghematan natrium
c) Peningkatan BUN
d) Penurunan aliran darah ginjal
e) Penurunan kapasitas kandung kemih dan peningkatan urin
residual
f) Peningkatan urgensi
10.Sistem Endokrin
Tanda:
a) Penurunan testosterone, hormone pertumbuhan, insulin,
androgen, aldosteron, hormone tiroid
b) Penurunan termoregulasi
c) Penurunan respons demam
d) Peningkatan nodularitas dan fibrosis pada tiroid

e) Penurunan laju metabolic basal


Gejala:
a) Penurunan kemampuan untuk menoleransi stressor seperti
pembedahan
b) Penurunan berkeringat dan menggigil dan pengaturan suhu
c) Penurunan respons insulin, toleransi glukosa
d) Penurunan kepekaan tubulus ginjal terhadap hormone
antidiuretik
e) Penambahan berat badan
f) Peningkatan insiden penyakit tiroid

11.Sistem Kulit Integumen


Tanda:
a) Hilangnya ketebalan dermis dan epidermis
b) Pendataran papilla
c) Atrofi kelenjar keringat
d) Penurunan vaskularisasi
e) Cross-link kolagen
f) Tidak adanya lemak sub kutan
g) Penurunan melanosit
h) Penurunan poliferasi dan fibroblas
Gejala:
a) Penipisan kulit dan rentan sekali robek
b) Kekeringan dan pruritus
c) Penurunan keringat dan kemampuan mengatur panas tubuh
d) Peningkatan kerutan dan kelemahan kulit
e) Tidak adanya bantalan lemak yang melindungi tulang dan
menyebabkan timbulnya nyeri
f) Penyembuhan luka makin lama
12.Sistem Muskuloskletal
Tanda:
a) Penurunan massa otot
b) Penurunan aktivitas myosin adenosine tripospat
c) Perburukan dan kekeringan pada kartilago sendi
d) Penurunan massa tulang dan aktivitas osteoblast
Gejala:
a) Penurunan kekuatan otot
b) Penurunan densitas tulang
c) Penurunan tinggi badan
d) Nyeri dan kekakuan pada sendi
e) Peningkatan risiko fraktur
f) Perubahan cara berjalan dan postur
H. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Stanley dan Patricia, 2011 Pemeriksaan laboatorium rutin yang
perlu diperiksa pada pasien lansia untuk mendeteki dini gangguan
kesehatan yang sering dijumpai pada pasien lansia yang belum
diketahui adanya gangguan / penyakit tertentu (penyakit degeneratif)
yaitu :

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Pemerikasaan hematologi rutin


Urin rutin
Glukosa
Profil lipid
Alkalin pospat
Fungsi hati
Fungsi ginjal
Fungsi tiroid
Pemeriksaan feses rutin

I. Pengkajian
Perawat mengkaji perubahan pada perkembanga fisiologis, kognitif dan
perilaku sosial pada lansia
a. Perubahan fisiologis
Perubahan fisik penuaan normal yang perlu dikaji :
Sistem
Integumen

Warna kulit

Temuan Normal
Pigmentasi berbintik/bernoda
diarea yang terpajan sinar
matahari, pucat meskipun tidak

Kelembaban
Suhu

anemia
Kering, kondisi bersisik
Ekstremitas lebih dingin,

Tekstur

penurunan perspirasi
Penurunan elastisitas, kerutan,

Distribusi

kondisi berlipat, kendur


Penurunan jumlah lemak pada

lemak

ekstremitas, peningkatan jumlah

Rambut
Kuku
Kepala dan

Kepala

diabdomen
Penipisan rambut
Penurunan laju pertumbuhan
Tulang nasal, wajah menajam, &

Mata

angular
Penurunan ketajaman penglihatan,

leher

akomodasi, adaptasi dalam gelap,


telinga

sensivitas terhadpa cahaya


Penurunan menbedakan nada,
berkurangnya reflek ringan,

Mulut,
faring
leher
Thoraxs &

pendengaran kurang
Penurunan pengecapan, aropi
papilla ujung lateral lidah
Kelenjar tiroid nodular
Peningkatan diameter antero-

paru-paru

posterior, peningkatan rigitas dada,


peningkatan RR dengan penurunan
ekspansi paru, peningkatan

Sist jantung

resistensi jalan nafas


Peningkatan sistolik, perubahan

& vascular

DJJ saat istirahat, nadi perifer


mudah dipalpasi, ekstremitas
bawah dingin
Berkurangnnya jaringan payudara,

Payudara

kondisi menggantung dan


Sist

mengendur
Penurunan sekresi keljar saliva,

pencernaan

peristatik, enzim digestif,

Sist

wanita

konstppasi
Penurunan estrogen, ukuran uterus,

pria

atropi vagina
Penurunan testosteron, jumlah

reproduksi

Sist

sperma, testis
Penurunan filtrasi renal, nokturia,

perkemihan

penurunan kapasitas kandung


wanita

kemih, inkontenensia
Inkontenensia urgensi & stress,

Sist

penurunan tonus otot perineal


Sering berkemih & retensi urine.
Penurunan masa & kekuatan otot,

muskoloskele

demineralisasi tulang, pemendekan

tal

fosa karena penyempitan rongga

pria

intravertebral, penurunan mobilitas


Sist neorologi

sendi, rentang gerak


Penurunan laju reflek, penurunan
kemampuan berespon terhadap
stimulus ganda, insomia, periode
tidur singkat

Pengkajian status fungsional :


Pengkajian status fungsional adalah suatu pengukuran kemampuan
seseorang untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari hari secara
mandiri.Indeks Katz adalah alat yang secara luas digunakan untuk
menentukan hasil tindakan dan prognosis pada lansia dan penyakit kronis.
Format ini menggambarkan tingkat fungsional klien dan mengukur efek

tindakan yang diharapkan untuk memperbaiki fungsi. Indeks ini


merentang kekuatan pelaksanaan dalam 6 fungsi : mandi, berpakaian,

toileting, berpindah, kontinen dan makan.


Tingkat Kemandirian Lansia :
A : kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar mandi,
B:

berpakaian dan mandi


kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari hari, kecuali satu

C:

dari fungsi tambahan


kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari hari, kecuali mandi

D:

dan satu fungsi tambahan


kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari hari, kecuali

E:

mandi, berpakaian dan satu fungsi tambahan


kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari hari, kecuali

F:

mandi, berpakaian, ke kamar kecil dan satu fungsi tambahan


kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari hari, kecuali

G:

mandi, berpakaian, ke kamar kecil


Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut

b. Perubahan Kognitif
Kebanyakan trauma psikologis dan emosi pada masa lanisa muncul akibat
kesalahan konsep karena lansia mengalami kerusakan kognitif. Akan tetapi
perubahan struktur dan fisiologi yang terjadi pada otak selama penuaan
tidak mempengaruhi kemampuan adaptif & fungsi secara nyata (ebersole

&hess, 1994)
Pengkajian status kognitif
SPMSQ (short portable mental status quetionnaire)
Digunakan untuk mendeteksi adanya dan tingkat kerusakan intelektual
terdiri dari 10 hal yang menilai orientasi, memori dalam hubungan dengan

kemampuan perawatan diri, memori jauh dan kemam[uan matematis.


MMSE (mini mental state exam)
Menguji aspek kognitif dari fungsi mental, orientasi, registrasi,perhatian
dank kalkulasi, mengingat kembali dan bahasa. Nilai kemungkinan paliong
tinggi adalaha 30, dengan nialu 21 atau kurang biasanya indikasi adanya

kerusakan kognitif yang memerlukan penyelidikan leboh lanjut.


Inventaris Depresi Bec
Berisi 13 hal yang menggambarkan berbagai gejal dan sikap yang
behubungan dengan depresi. Setiap hal direntang dengan menggunakan

skala 4 poin untuk menandakan intensitas gejala


c. Perubahan psikososial
Lansia harus beradaptasi pada perubahan psikososial yang terjadi pada
penuaan.
Meskipun perubahan tersebut bervariasi, tetapi beberapa perubahan biasa
terjadi pada mayoritas lansia.

Pengkajian Sosial
Hubungan lansia dengan keluarga memerankan peran sentral pada
seluruh tingkat
kesehatan dan kesejahteraan lansia. Alat skrining singkat yang dapat
digunakan untuk mengkaji fungsi social lansia adalah APGAR Keluarga.
Instrument disesuaikan untuk digunakan pada klien yang mempunyai
hubungan social lebih intim dengan teman-temannya atau dengan
keluarga. Nilai < 3 menandakan disfungsi keluarga sangat tinggi, nilai 4

6 disfungsi keluarga sedang.


A : Adaptation
P : Partnership
G :Growth
A :Affection
R : Resolve
Keamanan Rumah
Perawat wajib mengobservasi lingkungan rumah lansia untuk menjamin
tidak adanya bahaya yang akan menempatkan lansia pada resiko cidera.

Faktor lingkungan yang harus diperhatikan :


Penerangan adekuat di tangga, jalan masuk & pada malam hari
Jalan bersih
Pengaturan dapur dan kamar mandi tepat
Alas kaki stabil dan anti slip
Kain anti licin atau keset
Pegangan kokoh pada tangga / kamar mandi
J. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul menurut Wilkinson, 2011
(Berdasarkan NANDA 2011)
Defisit perawatan diri : berpakaian, makan, eliminasi
Gangguan sensori persepsi (tipe penglihatan, pendengaran, taktil,

olfaktori)
Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
Defisit pengetahuan berhubungan dengan keterbetasan kognitif,
salah interpretasi, kurang minat dalam belajar, kurang dapat

mengingat, tidak familier dengan sumber informasi


Resiko cedera
Hambatan interaksi sosial
Kerusakan memori

DAFTAR PUSTAKA

Patricia Gonce Morton et.al. (2011). Keperawatan Kritis: pendekatan asuhan holistic
ed.8; alih bahasa, Nike Esty wahyuningsih. Jakarta: EGC
Potter dan Perry. (2005). Fundamental keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik.
Jakarta: EGC.
Psychologymania. (2012). Pengertian-lansia-lanjut-usia. Diakses pada hari Senin, 01
April, 2013. http://www.psychologymania.com/2012/07/pengertianlansia-lanjut-usia.html
Stanley, Mickey dan Patricia Gauntlett Beare. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik.
Jakarta: EGC.
Wilkinson, Judith. (2011). Buku saku diagnosa keperawatan: diagnose NANDA, intervensi
NIC, Kriteria hasil NOC, ed.9. Alih bahasa, Esty Wahyuningsih; editor edisi
bahasa Indonesia, Dwi Widiarti. Jakarta: EGC.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Mengingat proyeksi penduduk lansia pada tahun 2020 akan meningkat menjadi 11,37

% penduduk Indonesia, maka keperawatan gerontik memiliki potensi kerja yang cukup besar
di masa mendatang. Perawat perlu membudayakan kegiatan penelitian dan pemanfaatan
hasil-hasilnya dalam praktik klinik keperawatan untuk mempersiapkan pelayanan yang
prima. Praktik yang bersifat evidence-based harus dibuat sebagai bagian integral dari
kebijakan organisatoris pelayanan kesehatan pada semua tingkatan agar langkah-langkah
tersebut dapat diaplikasikan untuk meningkatkan kinerja pelayanan kesehatan tersebut.
Budaya ilmiah juga dapat dimanfaatkan sebagai strategi akuntabilitas publik, justifikasi
tindakan keperawatan, dan bahan pengambilan keputusan.
Rematik ditemukan oleh American College of Rheumatology sebagai sekelompok
kondisi heterogen yang mengarah kepada tanda dan gejala sendi. Rematik merupakan
penyakit degeneratif dan progresif yang mengenai dua per tiga orang yang berumur lebih dari
65 tahun, dengan prevalensi 60,5% pada pria dan 70,5% pada wanita. Di seluruh dunia,
Rematik (OA) diperkirakan menjadi penyebab utama keempat kecacatan. Osteoartritis terjadi
pada lebih dari 27 juta penduduk amerika (Helmick et al, Dimana, Badan Kesehatan Dunia
(WHO), penduduk yang mengalami Osteoartritis tercatat 8,1% dari penduduk total.
Pravelansi mencapai 5% pada usia <40 tahun, 30% pada usia 40-60 tahun, dan 65% pada usia
61 tahun.
Perubahan perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin
meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada
semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula pada semua sistem
muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya
beberapa golongan reumatik. Salah satu golongan penyakit reumatik yang sering menyertai
usia lanjut yang menimbulkan gangguan muskuloskeletal terutama adalah osteoartritis.
Kejadian penyakit tersebut akan makin meningkat sejalan dengan meningkatnya usia

manusia. Reumatik dapat mengakibatkan perubahan otot, hingga fungsinya dapat menurun
bila otot pada bagian yang menderita tidak dilatih guna mengaktifkan fungsi otot. Dengan
meningkatnya usia menjadi tua fungsi otot dapat dilatih dengan baik. Namun usia lanjut tidak
selalu mengalami atau menderita reumatik. Bagaimana timbulnya kejadian reumatik ini,
sampai sekarang belum sepenuhnya dapat dimengerti. Reumatik bukan merupakan suatu
penyakit, tapi merupakan suatu sindrom dan.golongan penyakit yang menampilkan
perwujudan sindroma reumatik cukup banyak, namun semuanya menunjukkan adanya
persamaan ciri. Menurut kesepakatan para ahli di bidang rematologi, reumatik dapat
terungkap sebagai keluhan dan/atau tanda. Dari kesepakatan, dinyatakan ada tiga keluhan
utama pada sistem muskuloskeletal yaitu: nyeri, kekakuan (rasa kaku) dan kelemahan, serta
adanya tiga tanda utama yaitu: pembengkakan sendi., kelemahan otot, dan gangguan gerak.
(Soenarto, 1982) Reumatik dapat terjadi pada semua umur dari kanak kanak sampai usia
lanjut, atau sebagai kelanjutan sebelum usia lanjut. Dan gangguan reumatik akan meningkat
dengan meningkatnya umur. (Felson, 1993, Soenarto dan Wardoyo, 1994)
Setiap kondisi yang disertai nyeri dan kaku pada muskulosketal sering dinamakan
rematik. Kondisi ini banyak terjadi pada lansia. Namun pada umumnya masyarakat belum
mengerti tentang pengertian, tanda gejala, penyebab serta penanganan rematik. Maka sudah
menjadi tugas kita untuk memberikan pendidikan kesehatan pada masyarakat.
1.2.
1.

Tujuan
Tujuan Umum

Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan Lansia dapat mengetahui tentang pengertian


penyakit Rematik.
2.

Tujuan Khusus

Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan lansia :


a. Mampu menjelaskan pengertian rematik
b. Mampu menjelaskan penyebab rematik
c. Mampu menjelaskan tanda dan gejala rematik
d. Mengetahui cara mencegah penyakit rematik
e. Mampu menjelaskan penatalaksanaan rematik

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KONSEP DASAR
2.1.1. Pengertian Gerontik
Keperawatan yang berkeahlian khusus merawat lansia diberi nama untuk pertama
kalinya sebagai keperawatan geriatric (Ebersole et al, 2005). Namun, pada tahun 1976, nama
tersebut diganti dengan gerontological. Gerontologi berasal dari kata geros yang berarti lanjut
usia dan logos berarti ilmu. Gerontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang lanjut usia
dengan masalah-masalah yang terjadi pada lansia yang meliputi aspek biologis, sosiologis,
psikologis, dan ekonomi.
Gerontologi merupakan pendekatan ilmiah (scientific approach) terhadap berbagai
aspek dalam proses penuaan (Tamher&Noorkasiani, 2009). Menurut Miller
(2004), gerontologi merupakan cabang ilmu yg mempelajari proses manuan dan masalah yg
mungkin terjadi pada lansia. Geriatrik adalah salah satu cabang dari gerontologi dan medis
yang mempelajari khusus aspek kesehatan dari usia lanjut, baik yang ditinjau dari segi
promotof, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang mencakup kesehatan badan, jiwa, dan
sosial, serta penyakit cacat (Tamher&Noorkasiani, 2009).
2.1.2. Pengertian Lansia
Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65-75 tahun
(Potter, 2005). Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari
suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan
proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak,
dewasa, dan tua (Nugroho, 2008).
Penuaan adalah suatu proses yang alamiah yang tidak dapat dihindari, berjalan secara
terus-manerus, dan berkesinambungan (Depkes RI, 2001). Menurut Keliat (1999) dalam
Maryam (2008), Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.13 Tahun 1998

Tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia
lebih dari 60 tahun (Maryam, 2008). Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan
tingkah laku yang dapat diramalkan dan terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai
usia tahap perkembangan kronologis tertentu (Stanley, 2006).
a.

Karakteristik Lansia
Menurut Keliat (1999) dalam Maryam (2008), lansia memiliki karakteristik sebagai
berikut:
1.

Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 Ayat (2) UU No. 13 tentang
kesehatan).

2.

Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaftif hingga kondisi
maladaptif.

3.

Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi (Maryam, 2008).

b. Klasifikasi Lansia
Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia.
1.

Pralansia (prasenilis)
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.

2.

Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.

3.

Lansia Resiko Tinggi


Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau
lebih dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2003).

4.

Lansia Potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat
menghasilkan barang/jasa (Depkes RI, 2003).

5.

Lansia Tidak Potensial


Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada
bantuan orang lain (Depkes RI, 2003).

c. Tipe Lansia
Di zaman sekarang (zaman pembangunan), banyak ditemukan bermacam-macam tipe
usia lanjut. Yang menonjol antara lain:

1.

Tipe arif bijaksana

Lanjut usia ini kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan
zaman, mempunyai diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah,
rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
2.

Tipe mandiri

Lanjut usia ini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan baru, selektif dalam
mencari pekerjaan dan teman pergaulan, serta memenuhi undangan.
3.

Tipe tidak puas

Lanjut usia yang selalu mengalami konflik lahir batin, menentang proses penuaan, yang
menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan daya tarik jasmani, kehilangan kekuasaan,
status, teman yang disayangi, pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, menuntut, sulit
dilayani dan pengkritik.
4.

Tipe pasrah

Lanjut usia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai konsep habis
(habis gelap datang terang), mengikuti kegiatan beribadat, ringan kaki, pekerjaan apa saja
dilakukan.
5.

Tipe bingung

Lansia yang kagetan, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, merasa minder, menyesal,
pasif, acuh tak acuh (Nugroho, 2008).
d. Tugas Perkembangan Lansia
Menurut Erickson, kesiapan lansia untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri terhadap
tugas perkembangan usia lanjut dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang pada tahap
sebelumnya. Adapun tugas perkembangan lansia adalah sebagai berikut :
1.

Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun.

2.

Mempersiapkan diri untuk pensiun.

3.

Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya.

4.

Mempersiapkan kehidupan baru.

5.

Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial/masyarakat secara santai.

6.

Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan (Maryam, 2008).

2.1.3. KONSEP DASAR REUMATIK


a.

Pengertian

Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat sistemik,
progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris
(Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, hal. 165).
Reumatoid arthritis adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses
inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2001 : 1248).
Reumatik dapat terjadi pada semua jenjang umur dari kanak-kanak sampai usia lanjut.
Namun resiko akan meningkat dengan meningkatnya umur (Felson dalam Budi Darmojo,
1999).
Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang tidak diketahui
penyebabnya dikarekteristikan dengan reaksi inflamasi dalam membrane sinovial yang
mengarah pada destruksi kartilago sendi dan deformitas lebih lanjut (Susan Martin
Tucker, 1998).
Artritis Reumatoid (AR) adalah kelainan inflamasi yang terutama mengenai membran
sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan dengan nyeri persendian, kaku sendi,
penurunan mobilitas, dan keletihan (Diane C. Baughman,2000).
Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi kronik dengan manifestasi utama
poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh (Arif Mansjour,2001)
b.

Etiologi
Etiologi penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor resiko

yang diketahui berhubungan dengan penyakit ini, antara lain;


1. Umur. Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor ketuaan adalah yang
terkuat. Prevalensi dan beratnya orteoartritis semakin meningkat dengan bertambahnya
umur. Osteoartritis hampir tak pernah pada anak-anak, jarang pada umur dibawah 40
tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun.
2. Jenis Kelamin. Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki lebih
sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keeluruhan
dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada laki dan wanita tetapi
diatas 50 tahun frekuensi oeteoartritis lebih banyak pada wanita dari pada pria hal ini
menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.
3. Genetic Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis missal, pada ibu dari
seorang wanita dengan osteoartritis pada sendi-sendi inter falang distal terdapat dua kali
lebih sering osteoartritis pada sendi-sendi tersebut, dan anak anaknya perempuan

cenderung mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibu dan anak perempuan dari
wanita tanpa osteoarthritis.
4. Suku. Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis nampaknya terdapat
perbedaan diantara masing-masing suku bangsa, misalnya osteoartritis paha lebih jarang
diantara orang-orang kulit hitam dan usia dari pada kaukasia. Osteoartritis lebih sering
dijumpai pada orang orang Amerika asli dari pada orang kulit putih. Hal ini mungkin
berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan
kongenital dan pertumbuhan
5. Kegemukan Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko
untuk timbulnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan ternyata
tak hanya berkaitan dengan osteoartritis pada sendi yang menanggung beban, tapi juga
dengan osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula).
6.

Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga


Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus menerus berkaitan
dengan peningkatan resiko osteoartritis tertentu. Olahraga yang sering menimbulkan
cedera sendi yang berkaitan dengan resiko osteoartritis yang lebih tinggi.

7.

Kelainan pertumbuhan
Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha telah dikaitkan dengan timbulnya
oateoartritis paha pada usia muda.

8.

Kepadatan tulang
Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko timbulnya osteoartritis.
Hal ini mungkin timbul karena tulang yang lebih padat (keras) tidak membantu
mengurangi benturan beban yang diterima oleh tulang rawan sendi. Akibatnya tulang
rawan sendi menjadi lebih mudah robek.

c.

Jenis Reumatik
Menurut Adelia, (2011) ada beberapa jenis reumatik yaitu:

1.

Reumatik Sendi (Artikuler)


Reumatik yang menyerang sendi dikenal dengan nama reumatik sendi (reumatik
artikuler). Penyakit ini ada beberapa macam yang paling sering ditemukan yaitu:

2. Artritis Reumatoid
Merupakan penyakit autoimun dengan proses peradangan menahun yang tersebar
diseluruh tubuh, mencakup keterlibatan sendi dan berbagai organ di luar
persendian.Peradangan kronis dipersendian menyebabkan kerusakan struktur sendi yang

terkena. Peradangan sendi biasanya mengenai beberapa persendian sekaligus.Peradangan


terjadi akibat proses sinovitis (radang selaput sendi) serta pembentukan pannus yang
mengakibatkan kerusakan pada rawan sendi dan tulang di sekitarnya, terutama di
persendian tangan dan kaki yang sifatnya simetris (terjadi pada kedua sisi).Penyebab
Artritis Rematoid belum diketahui dengan pasti. Ada yang mengatakan karena
mikoplasma, virus, dan sebagainya. Namun semuanya belum terbukti. Berbagai faktor
termasuk kecenderungan genetik, bisa mempengaruhi reaksi autoimun. Bahkan beberapa
kasus Artritis Rematoid telah ditemukan berhubungan dengan keadaan stres yang berat,
seperti tiba-tiba kehilangan suami atau istri, kehilangan satu-satunya anak
yang disayangi, hancurnya perusahaan yang dimiliknya dan sebagainya. Peradangan
kronis membran sinovial mengalami pembesaran (Hipertrofi) dan menebal sehingga
terjadi hambatan aliran darah yang menyebabkan kematian (nekrosis) sel dan respon
peradanganpun berlanjut. Sinovial yang menebal kemudian dilapisi oleh jaringan
granular yang disebut panus. Panus dapat menyebar keseluruh sendi sehingga semakin
merangsang peradangan dan pembentukan jaringan parut. Proses ini secara perlahan
akan merusak sendi dan menimbulkan nyeri hebat serta deformitas (kelainan bentuk).
3. Osteoatritis
Adalah sekelompok penyakit yang tumpang tindih dengan penyebab yang belum
diketahui, namun mengakibatkan kelainan biologis, morfologis, dan keluaran klinis yang
sama.Proses penyakitnya berawal dari masalah rawan sendi (kartilago), dan akhirnya
mengenai seluruh persendian termasuk tulang subkondrial, ligamentum, kapsul dan
jaringan sinovial, serta jaringan ikat sekitar persendian (periartikular). Pada stadium
lanjut, rawan sendi mengalami kerusakan yang ditandai dengan adanya fibrilasi, fisur,
dan ulserasi yang dalam pada permukaan sendi. Etiologi penyakit ini tidak diketahui
dengan pasti. Ada beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan penyakit
ini, yaitu : Usia lebih dari 40 tahun, Jenis kelamin wanita lebih sering, Suku bangsa,
genetik, kegemukan dan penyakit metabolik, cedera sendi, pekerjaan, dan olah raga,
kelainan pertumbuhan, kepadatan tulang, dan lain-lain.
4.

Atritis Gout
Penyakit ini berhubungan dengan tingginya asam urat darah (hiperurisemia) . Reumatik
gout merupakan jenis penyakit yang pengobatannya mudah dan efektif. Namun bila
diabaikan, gout juga dapat menyebabkan kerusakan sendi. Penyakit ini timbul akibat
kristal monosodium urat di persendian meningkat. Timbunan kristal ini menimbulkan
peradangan jaringan yang memicu timbulnya reumatik gout akut. Pada penyakit gout

primer, 99% penyebabnya belum diketahui (idiopatik). Diduga berkaitan dengan


kombinasi faktor genetic dan faktor hormonal yang menyebabkan gangguan
metabolisme yang dapat mengakibatkan meningkatnya produksi asam urat atau bisa juga
diakibatkan karena berkurangnya pengeluaran asam urat dari tubuh. Penyakit gout
sekunder disebabkan antara lain karena meningkatnya produksi asam urat karena nutrisi,
yaitu mengkonsumsi makanan dengan kadar purin yang tinggi. Purin adalah salah satu
senyawa basa organic yang menyusun asam nukleat (asam inti dari sel) dan termasuk
dalam kelompok asam amino, unsur pembentuk protein. Produksi asam urat meningkat
juga bisa karena penyakit darah (penyakit sumsum tulang, polisitemia), obat-obatan
(alkohol, obatobat kanker, vitamin B12). Penyebab lainnya adalah obesitas (kegemukan),
penyakit kulit (psoriasis), kadar trigliserida yang tinggi. Pada penderita diabetes yang
tidak terkontrol dengan baik biasanya terdapat kadar benda-benda keton (hasil buangan
metabolisme lemak) yang meninggi. Benda-benda keton yang meninggi akan
menyebabkan asam urat juga ikut meninggi.
5.

Reumatik Jaringan Lunak (Non-Artikuler)


Merupakan golongan penyakit reumatik yang mengenai jaringan lunak di luar sendi (soft
tissue rheumatism) sehingga disebut juga reumatik luar sendi (ekstra artikuler
rheumatism). Jenis jenis reumatik yang sering ditemukan yaitu:
-

Fibrosis

Merupakan peradangan di jaringan ikat terutama di batang tubuh dan anggota gerak.
Fibrosis lebih sering ditemukan oleh perempuan usia lanjut, penyebabnya adalah faktor
kejiwaan.
-

Tendonitis dan tenosivitis

Tendonitis adalah peradangan pada tendon yang menimbulkan nyeri lokal di tempat
perlekatannya. Tenosivitis adalah peradangan pada sarung pembungkus tendon.
-

Entesopati

Adalah tempat di mana tendon dan ligamen melekat pada tulang. Entesis ini dapat
mengalami peradangan yang disebut entesopati. Kejadian ini bisa timbul akibat
menggunakan lengannya secara berlebihan, degenerasi, atau radang sendi.
-

Bursitis

Adalah peradangan bursa yang terjadi di tempat perlekatan tendon atau otot ke tulang.
Peradangan bursa juga bisa disebabkan oleh reumatik gout dan pseudogout.
-

Back Pain

Penyebabnya belum diketahui, tetapi berhubungan dengan proses degenerarif diskus


intervertebralis, bertambahnya usia dan pekerjaan fisik yang berat, atau sikap postur
tubuh yang salah sewaktu berjalan, berdiri maupun duduk. Penyebab lainnya bisa akibat
proses peradangan sendi, tumor, kelainan metabolik dan fraktur.

Nyeri pinggang

Kelainan ini merupakan keluhan umum karena semua orang pernah mengalaminya.
Nyeri terdapat kedaerah pinggang kebawah (lumbosakral dan sakroiliaka) Yang dapat
menjalar ke tungkai dan kaki.
-

Frozen shoulder syndrome

Ditandai dengan nyeri dan ngilu pada daerah persendian di pangkal lengan atas yang bisa
menjalar ke lengan atas bagian depan, lengan bawah dan belikat, terutama bila lengan
diangkat keatas atau digerakkan kesamping. Akibat pergerakan sendi bahu menjadi
terbatas.
d.

Manifestasi klinis
Gejala utama dari osteoartritis adalah adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama

waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan. Mula-mula terasa kaku, kemudian
timbul rasa nyeri yang berkurang dnegan istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi,
kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi dn perubahan gaya jalan. Lebih lanjut lagi terdapat
pembesaran sendi dan krepitasi.
Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak menonjol dan timbul belakangan, mungkin
dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang
merata dan warna kemerahan, antara lain;
1. Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan
sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu kadang-kadang
menimbulkan rasa nyeri yang lebih dibandingkan gerakan yang lain.
2. Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan dengan
bertambahnya rasa nyeri.
3. Kaku pagi

Pada beberapa pasien, nyeri sendi yang timbul setelah immobilisasi, seperti duduk dari
kursi, atau setelah bangun dari tidur.
4. Krepitasi
Rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.
5. Pembesaran sendi (deformitas)
Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut atau tangan yang paling
sering) secara perlahan-lahan membesar.
6. Perubahan gaya berjalan
Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki, tumit, lutut atau panggul berkembang
menjadi pincang. Gangguan berjalan dan gangguan fungsi sendi yang lain merupakan
ancaman yang besar untuk kemandirian pasien yang umumnya tua (lansia).
f. Patofisiologi
UMUR

JENIS

GENETIK

SUKU

KEGEMUKAN

KELAMIN

Kerusakan fokal tulang rawan


sendi yang progresif

pembentukan tulang baru pada


tulang rawan, sendi dan tepi

sendi
Perubahan metabolisme tulang
Peningkatan aktivitas enzim yang merusak
makro molekul matriks tulang rawan sendi
Penurunan kadar proteoglikan
Berkurangnya kadar proteoglikan
Perubahan sifat sifat kolagen
Berkurangnya kadar air tulang rawan sendi
Permukaan tulang rawan sendi terbelah pecah dengan robekan
Timbul laserasi
OSTEOARTRITIS

g. Pemeriksaan penunjang
1. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak, erosi
sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan ( perubahan awal ) berkembang
menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan
osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
2. Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan sinovium
3. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/ degenerasi
tulang pada sendi
4. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari normal:
buram, berkabut, munculnya warna kuning (respon inflamasi, produk-produk
pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas dan
komplemen (C3 dan C4).
5. Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan
panas.
6. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration) atau atroskopi;
cairan sendi terlihat keruh karena mengandung banyak leukosit dan kurang kental
dibanding cairan sendi yang normal.
7. Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang simetris yang
mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap sekurangkurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi
peri-artikuler pada foto rontgen
h. Penatalaksanaan
1. Obat obatan
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk osteoartritis, oleh
karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang diberikan bertujuan untuk mengurangi
rasa sakit, meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidak mampuan. Obat-obat anti
inflamasinon steroid bekerja sebagai analgetik dan sekaligus mengurangi sinovitis, meskipun
tak dapat memperbaiki atau menghentikan proses patologis osteoartritis.
Pemberian obat-obatan :

Anti inflamasi non steroid (NSAID ) contoh :aspiri yang diberikan pada dosis yang
telah ditentukan.

Obat-obatan untuk rheumatoid artritis :


-

acetyl salicylic acid, cholyn salicylate (analgetik,antipiretik,anti inflamasi).

Indomethacin / indocin ( analgetik dan anti inflamasi ).

Ibufropen / motrin ( analgetik dan anti inflamasi ).

Tolmetin sodium / tolectin ( analgesik dan anti inflamasi ).

Naproxsen / naprosin ( analgetik dan anti inflamasi ).

Sulindac / clinoril ( analgetik dan anti inflamasi ).

Piroxicam / feldene ( analgetik dan anti inflamasi ).

2. Perlindungan sendi
Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh yang kurang
baik. Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit. Pemakaian tongkat,
alat-alat listrik yang dapat memperingan kerja sendi juga perlu diperhatikan. Beban pada lutut
berlebihan karena kakai yang tertekuk (pronatio).
3. Diet
Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang gemuk harus menjadi
program utama pengobatan osteoartritis. Penurunan berat badan seringkali dapat mengurangi
timbulnya keluhan dan peradangan.
Diet Rendah Purin:
Tujuan pemberian diet ini adalah untuk mengurangi pembentukan asam urat dan
menurunkan berat badan, bila terlalu gemuk dan mempertahankannya dalam batas normal.
Bahan makanan yang boleh dan yang tidak boleh diberikan pada penderita osteoartritis:
Golongan bahan

Makanan yang boleh diberikan

Makanan yang tidak boleh

makanan
Karbohidrat

Semua

diberikan
--

Protein hewani

Daging atau ayam, ikan tongkol,

Sardin, kerang, jantung, hati,

bandeng 50 gr/hari, telur, susu,

usus, limpa, paru-paru, otak,

keju

ekstrak daging/ kaldu, bebek,


angsa, burung.

Protein nabati

Kacang-kacangan kering 25 gr

--

atau tahu, tempe, oncom


Lemak

Minyak dalam jumlah terbatas.

--

Sayuran

Semua sayuran sekehendak

Asparagus, kacang polong,

kecuali: asparagus, kacang

kacang buncis, kembang kol,

polong, kacang buncis, kembang

bayam, jamur maksimum 50 gr

kol, bayam, jamur maksimum 50

sehari

gr sehari
Buah-buahan

Semua macam buah

--

Minuman

Teh, kopi, minuman yang

Alkohol

mengandung soda
Bumbu, dll

Semua macam bumbu

Ragi

4. Dukungan psikososial
Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena sifatnya yang
menahun dan ketidakmampuannya yang ditimbulkannya. Disatu pihak pasien ingin
menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin orang lain turut memikirkan
penyakitnya. Pasien osteoartritis sering kali keberatan untuk memakai alat-alat pembantu
karena faktor-faktor psikologis.
5. Persoalan Seksual
Gangguan seksual dapat dijumpai pada pasien osteoartritis terutama pada tulang
belakang, paha dan lutut. Sering kali diskusi karena ini harus dimulai dari dokter karena
biasanya pasien enggan mengutarakannya.
6. Fisioterapi
Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang meliputi
pemakaian panas dan dingin dan program latihan ynag tepat. Pemakaian panas yang sedang
diberikan sebelum latihan untk mengurangi rasa nyeri dan kekakuan. Pada sendi yang masih
aktif sebaiknya diberi dingin dan obat-obat gosok jangan dipakai sebelum pamanasan.
Berbagai sumber panas dapat dipakai seperti Hidrokolator, bantalan elektrik, ultrasonic,
inframerah, mandi paraffin dan mandi dari pancuran panas.
Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan memperkuat otot yang
biasanya atropik pada sekitar sendi osteoartritis. Latihan isometric lebih baik dari pada

isotonic karena mengurangi tegangan pada sendi. Atropi rawan sendi dan tulang yang timbul
pada tungkai yang lumpuh timbul karena berkurangnya beban ke sendi oleh karena kontraksi
otot. Oleh karena otot-otot periartikular memegang peran penting terhadap perlindungan
rawan senadi dari beban, maka penguatan otot-otot tersebut adalah penting.
7. Operasi
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan kerusakan sendi yang
nyata dengan nyari yang menetap dan kelemahan fungsi. Tindakan yang dilakukan adalah
osteotomy untuk mengoreksi ketidaklurusan atau ketidaksesuaian, debridement sendi untuk
menghilangkan fragmen tulang rawan sendi, pebersihan osteofit.
i. Komplikasi
1. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya prosesgranulasi di
bawah kulit yang disebut subcutan nodule.
2. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.
3. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.
Tromboemboli adalah adanya sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan oleh
adanya darah yang membeku.
4. Terjadi splenomegali.
Slenomegali merupakan pembesaran limfa,jika limfa membesar kemampuannya untuk
menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah putih dan trombosit dalam sirkulasi
menangkap dan menyimpan sel-sel darah akan meningkat.
2.2. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA REMATOID ATRITIS
2.2.1. Pengkajian
1.

Biodata

Nama, umur, jenis kelamin, status, alamat, pekerjaan, penanggung jawab.Data dasar
pengkajian pasien tergantung padwa keparahan dan keterlibatan organ-organ lainnya
(misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal), tahapan misalnya eksaserbasi akut atau remisi
dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya.
2.

Riwayat Kesehatan
a.

Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada tungkai.

b.

Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode/waktu sebelum pasien


mengetahui dan merasakan adanya perubahan pada sendi.

3. Pemeriksaan fisik
a.

Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral), amati warna
kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.

b.

Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi sinovial


1) Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)
2) Catat bila ada krepitasi
3) Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan
4) Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral

4.

c.

Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang

d.

Ukur kekuatan otot

e.

Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya

f.

Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari


Aktivitas/istirahat

Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres pada sendi;
kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan simetris.
Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan,
keletihan.
Tanda : Malaise
Keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit, kontraktor/ kelaianan pada sendi.
5.

Kardiovaskuler

Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki (mis: pucat intermitten, sianosis, kemudian
kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal).
6.

Integritas ego

Gejala : Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis; finansial, pekerjaan, ketidakmampuan, faktorfaktor hubungan.
Keputusan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan)
Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi (misalnya ketergantungan pada
orang lain).
7.

Makanan/ cairan

Gejala ; Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan adekuat:


mual, anoreksia
Kesulitan untuk mengunyah

Tanda : Penurunan berat badan\


Kekeringan pada membran mukosa.
8.

Hygiene

Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi. Ketergantungan


9.

Neurosensori

Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan.
Gejala : Pembengkakan sendi simetris
10. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Fase akut dari nyeri (mungkin tidak disertai oleh pembengkakan jaringan lunak pada
sendi).
11. Keamanan
Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutan, Lesi kulit, ulkus kaki. Kesulitan dalam
ringan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga.Demam ringan menetap
Kekeringan pada mata dan membran mukosa.
12. Interaksi social
Gejala : Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain; perubahan peran; isolasi.
13. Riwayat Psiko Sosial
Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi apalagi pada
pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karena ia merasakan adanya kelemahankelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat
melakukan pengkajian terhadap konsep diri klien khususnya aspek body image dan harga diri
klien.
2.2.2. Diagnosa keperawatan
1.

Nyeri akut/kronis berhubungkan dengan : agen pencedera; distensi jaringan oleh


akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.

2.

Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan dengan: Deformitas skeletal. Nyeri,


ketidaknyamanan, Intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan otot.

3.

Gangguan citra tubuh./perubahan penampilan peran berhubungan dengan


perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan
penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas

4.

Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal; penurunan


kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.

2.2.3. Intervensi keperawatan


1.

Nyeri akut/kronis berhubungkan dengan : agen pencedera; distensi jaringan oleh

akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.


Kriteria Hasil:
a.

Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol,

b.

Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai


kemampuan.

c.

Mengikuti program farmakologis yang diresepkan,

d.

Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam program kontrol


nyeri.
Intervensi
a. Kaji nyeri, catat lokasi dan intensitas
(skala 0-10). Catat faktor-faktor
yangmempercepat dan tanda-tanda rasa sakit
non verbal
b. Berikan matras/ kasur keras, bantal
kecil,. Tinggikan linen tempat tidur sesuai
kebutuhan

c. Tempatkan/ pantau penggunaan bantal,


karung pasir, gulungan trokhanter, bebat,
brace.
d. Dorong untuk sering mengubah posisi,.
Bantu untuk bergerak di tempat tidur,
sokong sendi yang sakit di atas dan bawah,
hindari gerakan yang menyentak
e. Anjurkan pasien untuk mandi air
hangat atau mandi pancuran pada waktu
bangun dan/atau pada waktu tidur. Sediakan
waslap hangat untuk mengompres sendisendi yang sakit beberapa kali sehari. Pantau
suhu air kompres, air mandi, dan
sebagainya.
2.

Rasional
a. Membantu dalam menentukan kebutuhan
manajemen nyeri dan keefektifan program
b. Matras yang lembut/ empuk, bantal yang
besar akan mencegah pemeliharaan
kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan
stress pada sendi yang sakit. Peninggian linen
tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi
yang terinflamasi/nyeri
c. Mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit
dan mempertahankan posisi netral.
Penggunaan brace dapat menurunkan nyeri
dan dapat mengurangi kerusakan pada sendi
d. Mencegah terjadinya kelelahan umum
dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi,
mengurangi gerakan/ rasa sakit pada sendi
e. Panas meningkatkan relaksasi otot, dan
mobilitas, menurunkan rasa sakit dan
melepaskan kekakuan di pagi hari.
Sensitivitas pada panas dapat dihilangkan dan
luka dermal dapat disembuhkan

Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan dengan: Deformitas skeletal

Nyeri, ketidaknyamanan, Intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan otot.


Kriteria Hasil :

a.

Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/ pembatasan kontraktur.

b.

Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan/ atau konpensasi
bagian tubuh.

c.

Mendemonstrasikan tehnik/ perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas


Intervensi
a. Evaluasi/ lanjutkan pemantauan tingkat
inflamasi/ rasa sakit pada sendi
b. Pertahankan istirahat tirah baring/
duduk jika diperlukan jadwal aktivitas untuk
memberikan periode istirahat yang terus
menerus dan tidur malam hari yang tidak
terganggu
c. Bantu dengan rentang gerak aktif/pasif,
demikiqan juga latihan resistif dan isometris
jika memungkinkan
d. Ubah posisi dengan sering dengan
jumlah personel cukup. Demonstrasikan/
bantu tehnik pemindahan dan penggunaan
bantuan mobilitas,
e. Posisikan dengan bantal, kantung pasir,
gulungan trokanter, bebat, brace

3.

Rasional
a. Tingkat aktivitas/ latihan tergantung dari
perkembangan/ resolusi dari peoses inflamasi
b. Istirahat sistemik dianjurkan selama
eksaserbasi akut dan seluruh fase penyakit
yang penting untuk mencegah kelelahan
mempertahankan kekuatan
c. Mempertahankan/ meningkatkan fungsi
sendi, kekuatan otot dan stamina umum.
Catatan : latihan tidak adekuat menimbulkan
kekakuan sendi, karenanya aktivitas yang
berlebihan dapat merusak sendi
d. Menghilangkan tekanan pada jaringan dan
meningkatkan sirkulasi. Memepermudah
perawatan diri dan kemandirian pasien.
Tehnik pemindahan yang tepat dapat
mencegah robekan abrasi kulit
e. Meningkatkan stabilitas (mengurangi
resiko cidera) dan memerptahankan posisi
sendi yang diperlukan dan kesejajaran tubuh,
mengurangi kontraktor

Gangguan citra tubuh./perubahan penampilan peran berhubungan dengan perubahan

kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi,


ketidakseimbangan mobilitas.
Kriteria Hasil :
a.

Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi


penyakit, perubahan pada gaya hidup, dan kemungkinan keterbatasan.

b.

Menyusun rencana realistis untuk masa depan.


Intervensi
Rasional
a. Dorong pengungkapan mengenai masalah a. Berikan kesempatan untuk
tentang proses penyakit, harapan masa depan mengidentifikasi rasa takut/ kesalahan
konsep dan menghadapinya secara langsung
b. Diskusikan arti dari kehilangan/
b. Mengidentifikasi bagaimana penyakit
perubahan pada pasien/orang terdekat.
mempengaruhi persepsi diri dan interaksi
Memastikan bagaimana pandangaqn pribadi
dengan orang lain akan menentukan
pasien dalam memfungsikan gaya hidup
kebutuhan terhadap intervensi/ konseling
sehari-hari, termasuk aspek-aspek seksual.
lebih lanjut
c. Diskusikan persepsi pasienmengenai
c. Isyarat verbal/non verbal orang terdekat

bagaimana orang terdekat menerima


keterbatasan.
d. Akui dan terima perasaan berduka,
bermusuhan, ketergantungan
e. Perhatikan perilaku menarik diri,
penggunaan menyangkal atau terlalu
memperhatikan perubahan
f. Susun batasan pada perilaku mal adaptif.
Bantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku
positif yang dapat membantu koping.
4.

dapat mempunyai pengaruh mayor pada


bagaimana pasien memandang dirinya
sendiri
d. Nyeri konstan akan melelahkan, dan
perasaan marah dan bermusuhan umum
terjadi
e. Dapat menunjukkan emosional ataupun
metode koping maladaptive, membutuhkan
intervensi lebih lanjut
f.
Membantu pasien untuk
mempertahankan kontrol diri, yang dapat
meningkatkan perasaan harga diri

Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal; penurunan

kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.


Kriteria Hasil :
a.

Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan kemampuan
individual.

b.

Mendemonstrasikan perubahan teknik/ gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan


perawatan diri.

c.

Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi/ komunitas yang dapat memenuhi kebutuhan


perawatan diri.
Intervensi
a. Diskusikan tingkat fungsi umum (0-4)
sebelum timbul awitan/ eksaserbasi penyakit
dan potensial perubahan yang sekarang
diantisipasi
b. Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap
nyeri dan program latihan
c. Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam
perawatan diri. Identifikasi /rencana untuk
modifikasi lingkungan
d. Kolaborasi: Konsul dengan ahli terapi
okupasi.

e. Kolaborasi: Atur evaluasi kesehatan di


rumah sebelum pemulangan dengan evaluasi
setelahnya.

2.2.4. Implementasi

Rasional
a. Mungkin dapat melanjutkan aktivitas
umum dengan melakukan adaptasi yang
diperlukan pada keterbatasan saat ini
b. Mendukung kemandirian
fisik/emosional
. Menyiapkan untuk meningkatkan
kemandirian, yang akan meningkatkan harga
diri
d. Berguna untuk menentukan alat bantu
untuk memenuhi kebutuhan individual. Mis;
memasang kancing, menggunakan alat bantu
memakai sepatu, menggantungkan pegangan
untuk mandi pancuran
e. Mengidentifikasi masalah-masalah yang
mungkin dihadapi karena tingkat
kemampuan aktual

Implementasi adalah fase ketikan perawata menerapkan/ melaksanakan rencana


tindakan yang telah ditentukan dengan tujuan kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal
(Nursalam, 2008).
2.2.5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Dalam
melakukan evaluasi perawat seharusnya memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam
memahami respon terhadap intervensi keperawatan, kemampuan menggambarkan
kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan
keperawatan pada kriteria hasil. Pada tahap evaluasi ini terdiri dari dua kegiatan yaitu
kegiatan yang dilakukan dengan mengevaluasi selama proses perawatan berlangsung atau
menilai dari respon klien disebut evaluasi proses, dan kegiatan melakukan evaluasi dengan
target tujuan yang diharapkan disebut sebagai evaluasi hasil (Hidayat, A.A.A, 2008).

BAB III

TINJAUAN KASUS
3.1. Identitas :
Nama

: Ny. U

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur

: 72 tahun

Suku

: Batak

Alamat

Jln Sepat no. 20

Agama

: Islam

Pendidikan

SR

Status mental

: Intelektual ringan

Tanggal Pengkajian

: 23 Februari 2015

Status kesehatan saat ini


Keluhan-keluhan utama : sekarang
P

: Nyeri

: Seperti ditimpa beban berat

: Tulang dan sendi-sendi

: 6 ( sedang )

: Memberat bila saat berjalan

Riwayat kesehatan dahulu :


Ny. U pernah menderita sesak nafas tapi tidak sampai dirawat inap, hanya makan obat dari
Dokter puskesmas.
Riwayat kesehatan keluarga :
Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit DM dan Hypertensi

Genogram :

-------

--------

Ket :
Perempuan

Laki-laki meninggal

Laki-laki

Perempuan meninggal

Klien
----

Serumah

3.2. Pemeriksaan fisik


1. Keadaan umum
Tingkat kesadaran

: Compos mentis

Kualitatif

Kuantitatif

: E: 4

Tanda vital

: TD
RR

V: 6

M: 5

: 120/80 mmHg

Denyut nadi : 88x/menit

: 22x/menit

Temperatur

: 36,5C

Berat Badan

: 45 Kg

Kepala

: bentuk kepala normal, warna rambut memutih dan tipis.

Mata

: Tidak menggunakan kaca mata, tidak ada katarak,


penglihatan sedikit buram

Telinga

: Fungsi pendengaran menurun

Mulut dan tenggorokan : Pipi kempot, gigi ompong, tenggorokan tidak ada
Keluhan saat menelan .
Leher

: Pada leher tidak nampak adanya peningkatan tekanan


Vena jugularis dan arteri carotis, tidak teraba adanya
pembesaran kelenjar tiroid (struma).

2. Sistem persyarafan :

Tidak ada cedera kepala, tidak ada peningkatan TIK, tidak memiliki riwayat kejang
Sistem Pernafasan
Bentuk thorax simetris, tidak tampak ada retraksi intercostal, vocal premitus merata di semua
lapang paru, perkusi terdengar resonance, auskultasi terdengar vesicular.
3. Sistem Kardiovaskuler
TD : 120/80 mmHg, P: 88x/menit, warna kulit sama dengan sekitar, temperatur hangat, tidak
terdapat peningkatan vena jugularis, Perkusi jantung terdengar pekak, irama jantung
terdengar regular, tidak terdapat edema.
Sistem Gastrointestinal
Nafsu makan baik, proses mengunyah kurang baik, proses menelan baik, bising usus baik,
saat dipalpasi tidak terdapat pembesaran kolon, perut tidak kembung, klien mengatakan BAB
nya lancar.
4. Sistem Hemopoietik
Tidak didapati memar, pembengkakan kelenjar limfe tidak terjadi, konjungtiva tidak anemis,
riwayat tranfusi darah belum pernah.
5. Sistem Integumen
Kulit tampak keriput, warna kulit sawo matang, elastisitas kulit berkurang, keadaan rambut
kepala menipis dan beruban.
6. Sistem Perkemihan
Frekuensi BAK 4-5x/H, warna kuning, tidak ada bau, tapi kadang klien tidak bisa menahan
BAK, tidak terdapat disuria.
7. Sistem Genitoreproduksi
Aktifitas seksual tidak ada lagi dikarenakan sudah lanjut usia
8. Sistem Muskuloskeletal
Klien mengatakan sendinya mengalami kekakuan sendi, mengalami lordosis, pada tingkat
mobilisasi klien kekuatan otot mengalami penurunan, pergerakan sendi terbatas.
9. Sistem Endokrin
Menurunnya aktifitas kelenjar pankreas, menurunnya sekresi hormon kelamin
3.3. Pengkajian Psikososial dan Spiritual
-

Kemampuan Sosial

Klien dikenal di masyarakat sekitar karena klien sebagai pedagang keripik sehari-hari dan
selalu menyempatkan diri untuk mengikuti pertemuan2.
-

Sikap klien pada orang lain

Ramah dan akrab dengan masyarakat sekitar.


-

Harapan-harapan klien dalam sosialisasi

Terciptanya hubungan kekeluargaan yang begitu erat sehingga memudahkan untuk


bekerjasama dalam menyelesaikan sesuatu hal.
-

Kepuasan klien dalam bersosialisasi

Bisa menambah penghasilan untuk kebutuhan sehari-hari.


-

Identifikasi Masalah Emosional

Masalah emosional tidak ada


-

Spiritual

Ny.U beragama Islam, dan mengatakan selalu menjalankan ibadah sholat lima waktu. Selain
itu juga mengikuti pengajian minggguan yang diadakan dikelurahan.
3.4. Pengkajian Fungsional
1. Pengkajian Katz Indek
Katz A :

Mandiri dalam :
1. Mandi

3. Ke toilet

5. BAK/BAB

2. Berpakaian

4. Berpindah

6. Makan

2. Modifikasi dari Barthel indeks mandiri :


1. Mandi

4. Berpindah

2. Berpakaian

5. BAK/BAB

3. Ke Toilet

6. Makan

3. Status mental klien


Fungsi intelektual utuh
4. Status kognitif dari fungsi mental
Aspek kognitif dari fungsi mental baik
5. Pengkajian keseimbangan klien
Resiko jatuh rendah
6. Pemeriksaan Penunjang
Hasil KGD sewaktu 300 mg/dl
Terapi yang diberikan
Selama ini Ny.U tidak pernah mengkomsumsi obat dari dokter tapi obat-obatan tradisional
yang diracik sendiri.
BAB IV

PEMBAHASAN
Perubahan perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin
meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada
semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula pada semua sistem
muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya
beberapa golongan reumatik. Salah satu golongan penyakit reumatik yang sering menyertai
usia lanjut yang menimbulkan gangguan muskuloskeletal terutama adalah osteoartritis.
Kejadian penyakit tersebut akan makin meningkat sejalan dengan meningkatnya usia
manusia. Reumatik dapat mengakibatkan perubahan otot, hingga fungsinya dapat menurun
bila otot pada bagian yang menderita tidak dilatih guna mengaktifkan fungsi otot.
Dari hasil praktek keperawatan gerontik pada tanggal 16 Februari 7 Maret 2015 di
Lingkungan 2, RW 4, RT 10, Kelurahan Pardomuan didapati jumlah warga ada 118 KK,
dengan jumlah lansia 42 orang, dan yang menderita rematik 22 orang. Berdasarkan anamnese
dan pengamatan yang dilakukan bahwa didapati bahwa

-umur diatas 60 thn selalu mengeluh nyeri tulang dan otot-otot

-jenis kelamin wanita lebih banyak menderita rematik dari pada pria

-herediter, ibu dari lansia semasa tuanya juga mengeluh rematik

-Pekerjaan, para lansia mempunyai pekerjaan tukang cuci, pedangang keliling.

-ekonomi, para lansia kebanyakan kehidupan ekonominya menengah kebawah

-kegemukan, para lansia kebanyakan memiliki berat badan diatas BB ideal


Berdasarkan data dari lapangan, yang telah disesuaikan dengan teori penyakit

Rematik maka sangat penting untuk memberikan penkes mengenai penyakit rematik pada
lansia ini tentu agar dapat mengatasi dan mencegah terjadinya penyakit tersebut dengan baik.
Maka sudah menjadi tugas kita untuk memberikan pendidikan kesehatan pada masyarakat.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1.

Kesimpulan.
Penyakit reumatik adalah kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan

berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinis ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran
sendi, dan hambatan gerak pada sendi sendi tangan dan sendi besar yang menanggung
beban.
Wanita lebih sering terkena osteoartritis pada lutut dan sendi, sedang pria lebih sering
terkena osteoartritis pada paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keeluruhan dibawah 45
tahun frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada pria dan wanita, tetapi diatas 50 tahun
frekuensi oeteoartritis lebih banyak wanita dari pada pria hal ini menunjukkan adanya peran
hormonal pada patogenesis osteoartritis.
5.2.

Saran
Dalam keperawatan gerontik, seorang perawat hendaklah mengetahui asuhan

keperawatan yang akan diberikan terhadap klien yaitu para lansia sehingga lansia merasa
tercukupi kebutuhannya secara lebih efektif.
Bagi keluarga klien juga hendaklah mengetahui tentang cara-cara asuhan pada lansia
sehingga lansia dapat menjalani masa tuanya dengan lebih baik dan nyaman.
Bagi petugas kesehatan setempat diharapkan untuk memberikan penkes kepada
masyarakat khususnya lansia agar dapat mencegah dan mengatasi rematik.

DAFTAR PUSTAKA

Azizah,Lilik Marifatul. Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1. Garaha Ilmu. Yogyakarta. 2011
Doenges E Marilynn, 2000., Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta
Kalim, Handono, 1996., Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Kushariyadi. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Salemba Medika. Jakarta. 2010
Mansjoer, Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculaapius FKUI, Jakarta.
Mubaraq, Chayatin, Santoso. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep Dan Aplikasi. Salemba
Medika. Jakarta. 2011
Prince, Sylvia Anderson, 1999., Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit., Ed. 4,
EGC, Jakarta.
Tamher, S. Noorkasiani. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan.
Salemba Medika. Jakarta. 2011
PENYAKIT YANG SERING DIJUMPAI PADA LANSIA
Penyakit-penyakit yang umum menjangkiti lansia adalah:
1)

Rematik

2)

Hipertensi

3)

Jantung Koroner

4)

Diabetes Melitus.

5)

Osteoporosis

6)

Kepikunan

7)

Malnutrisi/Anoreksia

8)

Konstipasi

9)

Dehidrasi
Diposkan oleh amir

Anda mungkin juga menyukai