Farisa Nabila
13412036
Adila Luthfiana
13412049
13412087
13414601
Latar Belakang
Inventori
Sisi Negatif (-)
Kompleksitas
Pengelolaan
Inventori
Karakteristik
Demand
Kemungkinan
terjadinya
shortage
Biaya
Biaya Backlogging
Backlogging
Minimasi Total
Biaya
Biaya
Biaya Pemesanan
Pemesanan
Biaya
Biaya
Deteriorating
Deteriorating
Biaya
Biaya Pembelian
Pembelian
Identifikasi Masalah
Interest Stakeholder
Direktur
Direktur Utama
Utama
Manager
Manager
Procurement
Procurement
Stakeholder
Staff
Procurement
Procurement
Pelanggan
Pelanggan
Analist
Analist
Cakupan Pembahasan
ENVIRONMENT
Supplier,
Konsumen, Pesaing
WIDER
SYSTEM
Perusahaan
Narrow
System
Sistem
Inventori
Perusahaan
Rumusan Masalah
Berapakah lama selang antar penjadwalan pengadaan produk
(T) optimal apabila permintaan deterministic dalam pola
perpangkatan tertentu?
Kapankah jumlah inventori produk benilai nol (t 0) apabila
permintaan deterministik dalam pola perpangkatan tertentu?
Berapakah total biaya yang harus dikeluarkan apabila
mengambil kebijakan inventori dalam kondisi tersebut?
Tujuan Penelitian
Untuk mendapatkan model yang dapat meminimasi total cost
dengan kondisi sesuai dengan asumsi pada paper ini selama
horizon planning tertentu.
Asumsi Awal
Sistem inventori mempertimbakan adanya barang dalam jumlah
satu satuan unit
Horizon perencanaan tidak terbatas
Fluktuasi jumlah inventori setiap waktu berulang setiap siklus
perencanaan
Kecepatan penambahan inventori tidak terbatas
Waktu ancang-ancang = nol
Kecepatan kerusakan barang dianggap konstan
Kekurangan
ditanggung
barang
diperbolehkan
dan
tidak
seutuhnya
Pengembangan Asumsi
A. Leadtime tidak sama dengan nol (L0)
B. Kedatangan barang bersifat Uniform
C. Kombinasi Asumsi A dan B
Formulasi Masalah
Stakeholder
Komponen Model
Problem Owner
Problem User
Ukuran
Performansi
Kriteria
Keputusan
Problem
Customer
Problem
Analyst
Alternatif
Tindakan
Parameter
Influence Diagram
Konsep Pengembangan Model A
(L0)
Paper Rujukan
Sistem Inventori
Sistem inventori merupakan suatu sistem pengelolaan inventori yang
bertujuan untuk mencari kebijakan inventori optimal agar dapat
meminimasi total biaya berupa biaya pembelian, biaya pesan, biaya
simpan, dan biaya-biaya lain seperti biaya shortage.
Pada paper ini, model yang digunakan adalah model inventori
deterministik, karena permintaan diketahui secara pasti dengan asumsi
pola permintaan mengikuti pola power demand. Inventori Determinstik
merupakan model pengelolaan inventori di mana variable dan factor yang
terkait dengan sistem inventori bersifat pasti.
Beberapa variabel dan faktor yang dimaksud adalah periode kedatangan,
jumlah permintaan untuk suatu periode perencanaan tertentu, lead time,
serta system manajemen inventori.
dimana:
T = Periode penjadwalan
(Waktu)
Q = Ukuran Lot
(Unit)
(Unit)
s = Reorder point
(Unit)
(Waktu)
= Laju Deterioration
(0<1)
(n>0)
Deterioration
(Waktu)
Q = Ukuran Lot
(Unit)
(Waktu)
= Laju Deterioration
(0<1)
(Unit/Waktu)
(n>0)
($/unit)
Pada paper ini digunakan pola power demand, di mana pola ini memungkinkan
mewakili karaketristik demand dengan pola uniform selama periode, dan juga untuk
lebih mendekati kepada kondisii nyata atau kondisi real. Berikut ini merupakan
formula demand yang mengikuti pola power demand:
, untuk
, untuk
dimana:
D(t)
t0
(Waktu)
(n>0)
Backlogged Shortages
Pada sistem inventori, apabila terjadi kekurangan stock, di mana demand > current
stock maka akan timbul shortage. Pada paper ini, diasumsikan bahwa shortage akan
dipenuhi dengan backlogged, yaitu dengan mengakumulasi total shortages di satu
rentang periode dan memenuhinya dengan melakukan pemesanan ulang, sehingga
terdapat komponen biaya backlogging pada total cost inventori. Berikut ini merupakan
formula untuk menghitung biaya backlogging:
dimana:
= Biaya backlogging per waktu
($/Waktu)
($/Unit/Waktu)
t0
(Waktu)
(Unit/Waktu)
(n>0)
(Waktu)
Untuk
kasus sistem inventori ini dengan konsep power demand, maka formulasi
permintaan dapat dibuat ke dalam persamaan menjadi:
Dengan r adalah rata-rata demand selama periode dan n adalah pattern index yang
memiliki nilai diantara 0 dan . Karena manajemen memperbolehkan adanya
backorder, maka kurva demand dibagi menjadi 2 area yaitu, ketika saat inventori
bernilai 0 dan ketika T saat jumlah maksimum backorder sudah tercapai dan sebagai
tanda harus dilakukan pemesanan ulang.
dipesan untuk memenuhi demand dengan mamasukkan nilai atau inventori bernilai 0
pada saat , maka jumlah inventori awal adalah;
(5)
Dengan mengganti nilai S dengan persamaan (5), maka persamaan (3) maka didapat
persamaan berikut:
(6)
Jumlah shortage yang diterima sistem selama horizon perencanaan adalah jumlah shortage dalam satu
siklus dikali frekuensi. Perhitungan shortage dilakukan pada waktu t diantar dan T.
(10)
Total barang yang mengalami kerusakan Selma horizon perencanaan adalah hasil pengurangan antara
jumlah yang dibeli dikurangi demand selama 1 periode pemesanan.
(11)
Berdasarkan jumlah barang yang rusak selama horizon perencanaan sesuai dengan persamaan (11),
maka didapat:
(12)
Proses mendapatkan nilai kebijakan inventori optimal dalam permasalahan ini (t0 dan T)
dilakukan dengan melakukan penurunan parsial formulasi ongkos biaya total terhadap masingmasing variabel keputusan sebagai berikut:
(21)
+ +
(22)
Agar diperoleh nilai optimal dari persamaan biaya maka penurunan formulasi tersebut di atas
akan bernilai sama dengan 0. Sehingga dari persamaan 21 akan dihasilkan persamaan sebagai
berikut:
(23)
Berdasarkan persamaan 23 tersebut maka nilai dari selang antar periode pemesanan (T) akan
dapat dikalkulasikan dengan memasukkan nilai dari yang akan dibahas dalam bagian
selanjutnya.
Proses optimasi dari hasil penurunan diferensial pun dilakukan dengan mengenolkan
nilai dari persamaan 22 sehingga diperoleh formulasi sebagai berikut:
+
(24)
(25)
(26)
Penurunan
Total Biaya terhadap t0 dan T* (lanjutan)
(27)
Dilakukan substitusi nilai dari persamaan 26 dan 27 ke dalam formulasi 25, sehingga
diperoleh hasil persamaan sebagai berikut:
+
(28)
Dari hasil yang diperoleh para persamaan 28, dapat dikalkulasikan nilai dari t o. Salah
satu solusi yang pasti benar untuk persamaan 29 adalah senilai t 0=0, namun demikian
diupayakan untuk memperoleh nilai positif dari kalkulasi tersebut sehingga diperoleh
solusi dari permasalahan inventori yang dihadapi. Upaya untuk memenuhi kebutuhan
tersebut dilakukan dengan cara membagi persamaan tersebut dengan sehingga
dihasilkan formula:
+
(29)
Setelah diperoleh nilai to dari formula 29 maka langkah selanjutnya adalah memasukkan
nilai tersebut ke dalam persamaan 23 sehingga diperoleh nilai dari T seperti yang telah
dibahas pada bagian sebelumnya.
Sedangkan untuk mencari nilai variabel keputasan lainnya yaitu titik reorder point, dapat
digunakan perluasan dari besarnya jumlah backorder maksimum yang dapat ditanggung
oleh perusahaan.
Karena s adalah kemampuan perusahaan untuk melakukan backorder, maka dengan adanya
lead time titik reorder point bergeser. Pada metode Wilson, titik reorder point adalah saat
level inventori bernilai sejumlah demand selama lead time. Maka dengan adanya backorder,
titik inventori dapat digeser hingga bernilai demand selama lead time dikurangi kemampuan
melakukan backorder. Pada akhirnya didapatkan titik reorder point saat level inventori
berada pada posisi x dengan formulasi sebagai berikut:
Selanjutnya,
dengan mengetahui bahwa kondisi inventori pada saat T adalah bernilai s
(I(T)=s), maka jumlah backorder maksimum yang dapat dipenuhi oleh sistem inventori ini
adalah:
Dengan demikian, sama dengan konsep awal yang digunakan pada paper rujukan, kondisi Q
atau jumlah pemesanan ekonomis dari kasus ini didapat dengan konsep , sehingga formulasi
Q untuk kasus sistem inventori ini adalah:
Berdasarkan formulasi masalah terkait dengan kondisi inventori pada suatu waktu tertentu,
baik dalam rentang maupun dalam rentang , berikut adalah formulasi matematis dari jumlah
total inventori untuk setiap kondisi-kondisi yang terjadi.
Ongkos Simpan
Ongkos Backlogging
Ongkos Pesan
Ongkos Deteriorating
Ongkos Beli
dimana
Maka,
Rumus tersebut memiliki satuan
Analisis Sensitivitas
Berdasarkan hasil pengembangan konsep, maka dapat ditentukan nilai dari variabel
keputusan yang kemudian dilanjutkan dengan mencari nilai dari fungsi objektif total biaya.
Perubahan total biaya (TC) kemudian direkapitulasi untuk menjadi objek dari analisis
sensitivitas. Pada permasalahan yang dikembangkan di dalam laporan ini, diperoleh solusi
model yang berbentuk formulasi T dan f(to)=0 sehingga salah satu metode yang digunakan
untuk memperoleh nilai to adalah dengan menerapkan metode Newton-Rapshon di dalam
formulasi tersebut.
Berikut merupakan hasil dari analisis sensitivitas yang dilakukan dengan nilai parameter
sebagai berikut:
r = 100 unit/tahun
A = 50 dolar
h = 2 dolar/unit/tahun
w = 4 dolat/unit/tahun
v = 12 dolar/unit
c = 10 dolar/unit
n = 0.5
= 0.1
L = 14 minggu = 0.03836 tahun
Kesimpulan
Pengembangan model dilakukan dengan mengubah asumsi yang ada sehingga dihasilkan 3 konsep
yaitu konsep A (leadtime tidak sama dengan nol), konsep B (kedatangan barang bersifat uniform),
serta konsep C (kombinasi dari kedua asumsi tersebut).
Tiap konsep pengembangan model, divalidasi dengan cara penyamaan unit satuan, dan hasil yang
didapat menyatakan bahwa semua model konsep pengembangan bersifat valid.
Setelah dilakukan validasi model, dilakukan analisis sensitivitas terhadap total biaya inventori yang
dikeluarkan terhadap setiap perubahan nilai parameter. Hasil analisis sensitivitas memperlihatkan
bahwa perilaku solusi terhadap perubahan parameter indeks pola permintaan, laju penurunan nilai
barang, ongkos simpan, ongkos back order, ongkos penurunan nilai barang, ongkos beli per unit,
ongkos pesan tergolong robust. Hal ini disebabkan karena perubahan total cost yang dihasilkan lebih
kecil dibandingkan dengan perubahan parameter yang terjadi dan masih kurang dari 15%.
Sedangkan untuk perubahan parameter ratarata demand, perubahan perilaku tergolong robust
hanya hingga perubahan nilai sebesar 10%, lebih dari itu model menjadi sensitif terhadap perubahan.
Saran untuk pengembangan model selanjutnya yaitu dapat mengubah asumsi-asumsi lain seperti
mengubah asusmsi single item menjadi multiple item, memperbolehkan adanya lost sales, maupun
pengembangan asumsi lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://web.mit.edu/10.001/Web/Course_Notes/NLAE/node6.html, diakses
tanggal 25 Mei 2015, pukul 19.15 WIB
Sicilia, Joaquin dkk. 2014. An Inventory Model for Deteriorating Items with
Shortages and Time-Varying Demand. Spain: Elsevier.
Terima Kasih