Biomekanika Pergerakan Gigi
Biomekanika Pergerakan Gigi
A. Definisi Istilah1
Force of movement.
Didefinisikan sebagai aksi terhadap tubuh yang mengubah atau cenderung mengubah keadaan
istirahat atau gerak seragam dari tubuh tersebut. Tekanan memiliki besaran yang pasti, arah yang
spesifik dan tujuan penggunaannya. Ortodonti korektif berdasarkan aplikasi dari tekanan yang
tepat pada gigi. Tekanan ini dihasilkan olh beberapa alat ortodonti.
Centre of resistance.
Pusat resistensi gigi dapat didefinisikan sebagai pusat pada gigi ketika gaya pada satu sisi
diberikan, akan membuat pergerakan di sepanjang garis aksi dari gaya tersebut.
Biasanya pusat resistensi gigi adalah tetap. Pada gigi dengan satu akar, terletak
pada 1/3 dan akar, lebih ke apikal dari alveolar crest sedangkan pada gigi dengan banyak
akar pusat resistensi berada diantara akar-akarnya, 1-2 mm lebih ke apikal dari furkasi.
Ada dua faktor yang dapat mengubah posisi pusat resistensi, yaitu panjang akar dan tinggi
tulang alveolar. Lebih panjang akar, pusat resistensi terletak lebih ke apikal. Jika alveolar
crest lebih tinggi, pusat resistensi terletak lebih ke korona.
Centre of rotation.
Pusat rotasi merupakan pusat dimana tubuh akan berotasi, menentukan bentuk awal dan posisi
akhirnya.
Pusat rotasi ini berubah-ubah sesuai dengan tipe pergerakan gigi. Pusat tersebut dapat
terletak pada berbagai posisi, baik di gigi maupun tidak. Pada kasus controlled crown tipping,
pusat rotasi berada pada apeks akar sedangkan pada translasi berada pada tak terbatas.
Optimum orthodontic force.
Tekanan optimum ortodonti merupakan gaya yang menggerakkan gigi yang paling cepat
kearah yang diinginkan dengan kemungkinan kerusakan jaringan paling sedikit dan
ketidaknyamanan minimum dari pasien.
Oppehheim dan Schwarz mengatakan bahwa gaya optimum ini ekuivalen terhadap tekanan
kapiler yaitu 20-26 gm/sq.cm dari area permukaan akar.
Uncontrolled tipping : menjelaskan pergerakan gigi yang terjadi disekitar pusat rotasi apikal
terhadap dan sangat dekat dengan pusat resistensi. Dikarakteristikkan dengan pergerakan
mahkota ke satu arah sedangkan akar bergerak ke arah yang berlawanan.
b. Bodily movement.
Jika garis aksi dari gaya yang diberikan melewati pusat resistensi gigi, semua titik pada gigi
akan bergerak dalam jarak yang sama dan dalam arah yang sama menandakan perpindahan
bodily. Hal ini disebut dengan translasi.
c.
Intrusion.
Pegerakan bodily (keseluruhan) gigi sepanjang sumbunya ke arah apikal.
d. Extrusion.
Merupakan pergerakan keseluruhan gigi sepanjang sumbunya ke arah oklusal.
e.
Rotation.
Merupakan pergerakan ke labial atau ke lingual dari gigi mengelilingi sumbu panjangnya.
f.
Torquing.
Dapat dikatakan sebagai kebalikan tipping yang dikarakteristikkan dengan pergerakan ke
lingual dari akar.
g. Uprighting.
Selama perawatan ortodonti, mahkota dari beberapa gigi akan digerakkan ke arah mesiodistal dengan akar yang adigerakkan ke arah yang berlawanan. Membuat akar kembali untuk
mendapatkan orientasi paralel dinamakan uprighting.
C. Teori Pergerakan Gigi4
a. Pressure Theory.
Oppenheim pada 1911 merupakan orang pertama yang mempelajari perubahan jaringan pada
tulang dalam terjadinya pergerakan gigi selama perawatan ortodonti. Schwarz (1932) dikatakan
sebgai pembuat teori ini. Menurutnya, ketika gigi diberikan tekanan ortodonti,
akan menghasilkan area dari tekanan dan tegangan. Area periodontal pada arah gigi akan
bergerak berada di bawah tekanan sedangkan area periodontal pada arah berlawanan dari
pergerakan berada pada ketegangan. Menurutnya, area tekanan menunjukkan resorpsi
tulang sedangkanarea ketegangan menunjukkan deposisi tulang.
b.
ketika gayanya lebih besar dan durasi yang lebih lama diberikan seperti pada saat pergerakan
gigi selama perawatan ortodonti, cairan interstitial pada ruang periodontal diperas keluar dan
berpindah ke apeks dan margin servikal sehingga menghasilkan penurunan tingkat pergerakan
gigi. Hal ini disebut olh Bien sebagai squeeze film effect.
Ketika gaya ortodonti diberikan, akan menghasilkan tekanan pada ligamen periodontal.
Pembuluh darah pada ligamen periodontal terjebak diantara serat utama dan hal ini membuat
mereka steosis. Pembuluh yang berada diatas pembuluh yang stenosis kemudian membesar dan
membuat bentuk aneurysm. Aneurysm ini merupakan dinding fleksibel yang berisi cairan.
Bien mengatakan bahwa ada perubahan pada lingkungan kimia di tempat pembuluh darah
yang stenosis karena penurunan tingkat oksigen pada area yang tertekan dibandingkan pada area
ketegangan. Pembentukan aneurysm ini dan juga stenosis pembuluh darah menyebabkan
gas darah keluar ke cairan interstitial dengan demikian membentuk lingkungan lokal yang
baik untu resorpsi.
c.
c.
mencapai 10 minggu. Durasi fase ini bergantung pada faktor densitas tulang, umur pasien, dan
luas jaringan hyalin.
Fase Post Lag.
Setelah fase lag, pergerakan gigi terjadi secara cepat setelah daerah hyalin telah dihilangkan
dan tulang mulai mengalami resorpsi. Selama fase ini osteoklas akan ditemukan pada daerah
permukaan yang menghasilkan langsung resorpsi pada permukaan tulang yang menghadang
ligamen periodontal.
Sumber :
1. Bhalajhi Sundaresa Iyyer, Orthodontics The Art
Publishing House : New Delhi. 2004. P.185-6, 195-8
2. Bhalajhi Sundaresa Iyyer, Orthodontics The Art
Publishing House : New Delhi. 2004. P.198-9
3. T. D. Foster. A Textbook of Orthodontic. 3rd Edition.
P. 191-6
4. Bhalajhi Sundaresa Iyyer, Orthodontics The Art
Publishing House : New Delhi. 2004. P.188-190
5. Bhalajhi Sundaresa Iyyer, Orthodontics The Art
Publishing House : New Delhi. 2004. P.187-8