PENDAHULUAN
1. 1 LATAR BELAKANG
Memasak merupakan salah satu hal yang sangat dekat dengan kehidupan
manusia. Setiap budaya memiliki pandangan yang berbeda-beda mengenai hal
tersebut. Peristilahan dalam hal aktivitas memasak ditandai dengan beragamnya
satuan
lingual,
baik
kata
maupun
frasa,
untuk
menggambarkan
atau
mendefinisikan aktivitas itu. Bahasa Inggris, sebagai salah satu bahasa yang
memiliki penutur terbanyak di dunia, memiliki kebudayaan memasak yang unik
dan
berbeda
dengan
budaya
lainnya.
Hal
ini
tentu
saja
Inggris sangat perlu untuk diamati dan diteliti. Oleh karena itulah, jika diamati
lebih mendalam, bahasa Inggris mempunyai kosakata yang sangat kaya mengingat
kebudayaan memasak di Eropa, seperti Inggris, Prancis, dan Spanyol, merupakan
salah satu kebudayaan dengan cara atau teknik memasak tertua di dunia.
Seperti telah diuraikan pada paragraf sebelumya, maka dapat ditarik
sebuah simpulan awal bahwa aktivitas memasak ditandai dengan beragamnya
satuan lingual. Keberagaman satuan lingual ini menandakan bahwa aktivitas
memasak memiliki beragam kata atau frasa yang merupakan hiponim (kata
khusus) dari hipernim (kata umum) yang menjelaskan aktivitas itu. Setiap
kegiatan yang menghasilkan atau menggunakan teknik berbeda akan ditandai
dengan leksikon yang berbeda-beda pula. Hal ini juga terlihat dalam bahasa
Inggris, yaitu dengan ditemukannya temuan awal berupa sekurang-kurangnya
lima kata yang merupakan hiponim dari hipernim kata cooking atau memasak.
Kosakata tersebut antara lain frying, sauting, simmering, boiling, roasting,
grilling, blanching, baking, dan masih ditemukan beragam kata lainnya.
Pendefinisian kata aktivitas memasak, khususnya dalam bahasa Inggris,
belum dilakukan secara optimal di dalam penyusunan kamus. Jika dirujuk ke
dalam Kamus Inggris Indonesia (1998), definisi kata yang terdapat dalam
aktivitas memasak akan berputar pada kata-kata yang terdapat dalam lema kata
yang akan didefinisikan, misalnya dalam pendefinisian kata grill, roast, fry, dan
saut. Berikut adalah pendefinisian dari makna kamus terhadap kata-kata tersebut.
terdapat dalam medan makna itu. Sebuah medan makna dapat diibaratkan sebagai
mosaik. Jika makna satu kata bergeser, makna kata lain dalam medan makna
tersebut juga akan berubah (Lehrer, 1974:16). Oleh karena itu, setelah dilakukan
analisis komponen makna yang bertujuan untuk menemukan komponen pembeda
antar kata ataupun satuan lingual, hal yang perlu dilakukan setelahnya adalah
melihat perkembangan makna dan pergeseran atau perkembangan makna yang
terjadi pada tiap satuan lingual. Hal ini bertujuan agar analisis komponen makna
dapat bermanfaat secara optimal dan agar pergeseran makna dalam bentuk
polisemi ataupun bentuk relasi makna lain dapat terlihat.
Pada akhirnya,
kata yang memiliki makna memanggang, yaitu baking, grilling, dan roasting,
walaupun ketiganya bermakna memanggang namun ketiganya memiliki
perbedaan makna. Pendefinisian yang berputar semacam ini masih sangat sering
ditemukan dalam kamus. Selanjutnya, untuk memecahkan masalah tersebut maka
hal yang selanjutnya akan dilakukan adalah dengan menemukan ciri semantik
pembeda antara ketiganya, sehingga akan terlihat perbedaan makna dari ketiganya
melalui analisis komponen makna berikut.
Tabel 1.1 Contoh Analisis Komponen Makna
Cooking
Uap
Minyak
banyak
1. baking
2. grilling
3. roasting
sedikit
TM
Membolak
-balik
makanan
Air
api(sumber panas)
menjaga
suhu
stabil
-
tidak
menjaga
suhu stabil
jauh
dekat
kecil
besar
semantis yang terdapat dalam aktivitas cooking dalam bahasa Inggris. Untuk
dapat menjawab dan mengelompokkan satuan-satuan lingual dalam suatu ranah
dengan tepat, perlu diketahui relasi makna dan komponen makna yang terkandung
dalam setiap satuan lingual dalam ranah tersebut. Selanjutnya, hal yang dapat
dilakukan untuk mengoptimalkan penggunaan hasil analisis komponen makna
adalah dengan mengamati bentuk perluasan makna dari tiap-tiap satuan lingual,
sehingga makna yang beragam tersebut dapat diamati komponen semantiknya,
dan terlihat komponen semantik apa yang tetap dipertahankan. Pengamatan
terhadap keragaman makna dari satuan lingual pada tataran relasi makna polisemi
inilah yang selanjutnya diamati pada penelitian ini. Hal ini dilakukan mengingat
pentingnya pengamatan terhadap komponen sematik apa saja yang masih
dipertahankan walaupun makna menjadi berkembang ataupun bergeser, dan
penelitian diharapkan dapat ini dapat membantu mengoptimalkan pendefinisian
makna dalam kamus dan pengkategorian relasi makna, khususnya polisemi.
3. Bagaimana bentuk perluasan makna yang terjadi pada tiap satuan lingual
yang bermakna aktivitas memasak atau cooking dalam bahasa Inggris
dan bentuk relasi makna yang merupakan polisemi dari satuan-satuan
lingual tersebut?
10
11
antar satuan lingual, serta bentuk perluasan makna yang masih dapat dilacak
dengan mengamati komponen semantik yang ada pada makna awal.
1.5.2 Manfaat Praktis
Adapun beberapa manfaat praktis yang diharapkan dapat diambil dari
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu penyusunan kamus, baik
kamus satu bahasa atau kamus ekabahasa, kamus dwibahasa, ataupun
tesaurus. Analisis komponen makna pada dasarnya bertujuan untuk
menganailisis komponen distingtif sehingga pembeda antar satuan lingual
terlihat jelas, dan inilah yang dapat dimanfaatkan dalam penyusunan
kamus. Selain itu, hasil penelitian ini bisa dimanfaatkan untuk keperluan
penentuan status relasi makna, khususnya polisemi dan homonimi, karena
analisis komponen makna dapat membantu penentuan hal tersebut.
2. Dalam dunia pendidikan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat pada pembelajaran bahasa Inggris, bahasa Indonesia, dan
pengajaran ilmu perhotelan, kuliner, dan pariwisata yang menuntut banyak
pengetahuan tentang kosakata yang berhubungan dengan memasak dan
macam tekniknya. Pemahaman dan penguasaan satuan lingual diharapkan
dapat meningkatkan kemampuan memilih satuan lingual secara tepat
sesuai dengan konteksnya, sehingga makin meningkat pula kemampuan
dalam berkomunikasi.
3. Pada bidang penerjemahan, penelitian ini diharapkan dapat mempermudah
penerjemah atau pembelajar bahasa menemukan ekuivalen terjemahan
12
yang tepat. Melalui analisis komponen makna baik secara umum maupun
secara khusus dari bahasa tertentu/bahasa sumber maka dapat ditetapkan
terjemahan yang sepadan sehingga terciptalah terjemahan yang tepat pada
bahasa sasaran.
4. Hasil penelitian ini dapat membantu mahasiswa dalam meneliti komponen
makna dan melakukan pilihan satuan lingual yang tepat, baik kata maupun
frasa yang bermakna memasak dalam bahasa Inggris dan bahasa Inggris,
sehingga terjadi ketepatan dalam melakukan pilihan satuan lingual seperti
dalam menerjemahkan atau menyusun resep masakan.
13
dalam bahasa Indonesia yang berasal dari kategori adjektiva dasar. Dari 80 kata
emosi itu, ada makna kata berani dan penasaran yang tidak memiliki kelompok
medan makna sehingga tidak dilakukan analisis komponen. Dengan demikian
tersisa 78 kata emosi yang ditemukan melalui analisis konteks verbal, aspek
semantis dan dimensi semantis. Dari 78 kata emosi tersebut, terbentuk 9 medan
makna kata emosi, yaitu medan makna senang, suka, heran, sedih, marah,
bosan, benci, takut, dan malu. Melalui analisis komponen makna terlihat
bahwa setiap kata dalam medan makna memiliki komponen makna yang hampir
sama, tetapi dapat dibedakan dengan komponen diagnostik yang terdapat pada
kata tersebut.
Berikut adalah beberapa penelitian dan hasil penelusuran pustaka lain
yang dilakukan oleh peneliti untuk melihat bagaimana analisis komponen makna
dilakukan dan apa saja yang telah dilakukan dalam penelitian komponen makna.
Penelitian aspek komponen makna verba dalam bahasa Indonesia tentang
komponen makna memasak pernah diteliti Wijana (2000). Pada penelitiannya,
dilakukan analisis komponen makna terhadap makna generik memasak untuk
kata-kata
seperti
menggoreng,
menumis,
menyangrai,
mengukus,
14
+
-
+
-
TM
+
-
Memasak
Uap
Satu
Dua
Alat
Alat
+
+
-
Air
Jauh
+
+
-
+
+
+
+
+
+
+
-
Api
Dekat
+
15
f. cara mengolah : - berkuah atau tidak berkuah - dengan gula atau tanpa
gula.
Berdasarkan
peninjauan
terhadap
penelitian-penelitian
sebelumnya,
16
sebelumnya, sehingga akan terlihat jelas perbedaan antar kata maupun frasa yang
bermakna cooking. Tataran kata atau frasa ini selanjutnya disebut sebagai satuan
lingual. Hal ini juga yang menjadi pembeda penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya, karena penelitian ini menyentuh tataran frasa atau gabungan kata.
Hal lain yang digunakan untuk membantu penelitian ini adalah beragamnya teknik
penganalisisan dari penelitian-penelitian sebelumnya dipelajari dan dijadikan
landasan bagaimana menjalankan penelitian ini.
17
yang pada umumnya dicakupi atau dipayungi oleh leksem yang menjadi
superordinatnya (Lehrer, 1974:1). Sekelompok leksem itu akan membentuk suatu
medan jika seperangkat leksem itu mempunyai komponen bersama.
1.7.2 Relasi Makna
Verhaar (1993:390) mendefinisikan mengenai relasi makna sebagai
hubungan kebermaknaan antara sebuah kata atau satuan bahasa lainnya dengan
kata atau satuan bahasa lainnya. Hubungan kebermaknaan mungkin menyangkut
hal kesamaan makna, kebalikan makna, kegandaan makna, ketercakupan makna
dan sebagainya. Sehubungan dengan tata hubungan makna ini, Suwandi
(2008:101)
merangkum
dari
beberapa
pernyataan
linguis
dunia
dan
menyimpulkan bahwa tujuh hubungan atau relasi kemaknaan satuan bahasa yang
satu dengan satuan bahasa yang lain. Tata hubungan makna tersebut ialah (1)
sinonimi, (2) antonimi, (3) homonimi, (4) polisemi, (5) hiponimi, dan (6)
ambiguitas.
1. Sinonimi
Verhaar (1999:394) mendefiniskan sinonim sebagai ungkapan (berupa
kata, frase, atau kalimat) yang maknanya kurang lebih sama dengan bentuknya
yang berbeda. Sementara Palmer (1981:88) mendefinisikan sinonimi sebagai
bentuk relasi makna yang menunjukkan kemiripan makna antara satuan lingual
yang satu dengan satuan lingual yang lain. Sebagai contoh sinonim dalam bahasa
Indonesia, nasib dan takdir, keduanya bermakna hampir sama, tetapi dengan
perbedaan nuansa kecil. Makna dua buah kata yang bersinonimi tidak pernah
18
mempunyai makna yang sama persis, mutlak atau simetris. Hubungan makna
antara dua buah kata yang bersinonim juga bersifat dua arah.
Parker (1946:33) mendefinisikan sinonimi sebagai dua buah kata atau
lebih yang memiliki kemiripan makna, sehingga keduanya memiliki kemiripan
komponen semantik. Dalam bahasa Inggris, pasangan conceal dan hide
menyembunyikan, stubborn and obstinate keras kepala, dan big dan large
besar dianggap sebagai sinonimi dalam bahasa Inggris. Walaupun pasanganpasangan tadi memiliki kesamaan ciri semantik, tetapi tidak ada pasangan kata
dalam bahasa yang benar-benar memiliki ciri semantik yang sepenuhnya sama
walaupun pasangan kata tersebut digunakan dalam konteks yang sama. Contohnya
adalah walaupun pasangan big dan large memiliki relasi sinonimi, frasa a big
sister dan a large sister memiliki makna yang tidak sama. A big sister bermakna
saudara perempuan yang lebih tua (kakak perempuan), sedangkan a large sister
bermakna sebagai saudara perempuan yang besar (secara ukuran tubuh).
2. Antonimi atau Oposisi
Verhaar (1999:395) mendefinisikan antonomi adalah ungkapan (bisa
berupa kata, tetapi dapat juga berbentuk frase, atau kalimat) yang maknanya
dianggap kebalikan dari makna ungkapan lain, misalnya kata bagus berantonim
dengan kata buruk, besar dengan kecil, membeli dengan menjual dan sebagainya.
Hubungan makna antara dua buah kata yang berantonimi bersifat dua arah. Jadi
kalau bagus berantonim dengan buruk maka buruk berantonim dengan bagus.
19
Oposisi Mutlak
Oposisi Kutub
Oposisi Hubungan
20
d.
Oposisi Hierarkial
Makna kata kata yang beroposisi hierakrial ini menyatakan suatu deret
jenjang atau tindakan. Oleh karena itu kata-kata yang beroposisi hierarkial ini
adalah kata-kata yang berupa nama satuan ukuran (berat, panjang dan isi), nama
satuan hitungan dan penanggalan, nama jenjang kepangkatan dan sebagainya,
misalnya meter beroposisi dengan kilometer karena berada dalam satuan yang
menyakatan panjang.
e.
Oposisi resiprokal
Homonimi
antara dua kata (atau lebih) yang yang bentuknya sama dengan ungkapan lain
tetapi maknanya berbeda, misalnya bisa yang bermakna racun ular dan bisa yang
bermakna sanggup.
b.
Homofoni
Homofoni berasal dari dua kata yaitu kata homo yang bermakna sama dan
fon yang bermakna bunyi, jadi homofoni adalah kata-kata yang mempunyai
bentuk yang berbeda, maknanya berbeda tetapi mempunyai bunyi yang sama,
21
misalnya kata bang dengan bank. Bank adalah lembaga yang mengurus lalu lintas
uang, sedangkan bang berasal dari abang yang bermakna kakak laki-laki. Dalam
bahasa Inggris dicontohkan read /ri:d/ membaca dan reed /ri:d/ buluh.
c.
Homografi
Homografi secara etimologi beras dari kata homo yang bermakna sama
dengan graf yang bermakna tulisan, jadi homografi adalah kata-kata mempunyai
tulisan yang sama tetapi bunyi dan maknanya berbeda. Dalam bahasa Indonesia,
contoh dari homografi adalah seperti, apel /apl/ yang berarti buah, sedangkan
apel /apl/ yang berarti upacara.
4. Polisemi
Polisemi lazim diartikan sebagai satuan bahasa (terutama kata, frase) yang
memiliki makna lebih dari satu. Suwandi (2008:112) mendefinisikan polisemi
sebagai pemakaian bentuk bahasa seperti kata. Frasa, dan sebagainya dengan
makna yang berbeda-beda. Polisemi merupakan kata atau frasa yang mempunyai
makna lebih dari satu. Beberapa arti kata tersebut masih ada hubungannya,
misalnya kata kepala dalam bahasa Indonesia memiliki makna:
Bagian tubuh dari leher ke atas (seperti terdapat pada manusia dan hewan)
Bagian dari sesuatu yang terletak di bagian atas atau depan yang
merupakan bagian yang penting (kepala kereta api, kepala meja).
Bagian dari sesuatu yang berbentuk bulat (kepala paku, kepala jarum)
Jiwa orang, seperti dalam kalimat Setiap kepala menerima bantuan Rp.
5000.000
22
adalah homonimi bukanlah sebuah kata, melainkan dua buah kata atau lebih yang
kebetulan maknanya sama. Tentu saja homonimi itu bukan sebuah kata maka
maknanya pun berbeda. Makna kata pada homonimi tidak ada kaitannya atau
hubungannya sama sekali antara yang satu dengan yang lainnya. Sedangkan
polisemi adalah sebuah kata yang memiliki makna lebih dari satu, makna kata
pada polisemi masih ada hubungannya antara makna yang satu dengan yang lain
karen memang kembangkan dari komponen-komponen makna kata-kata tersebut.
Oleh karena itu, penelitian ini mencoba mengamati relasi makna polisemi dan
homonimi yang terkadang sulit dibedakan.
5. Hiponimi dan Hipernimi
a.
Hiponimi
23
Hubungan hiponim ini hanya bersifat satu arah, artinya hiponim dari
bandeng adalah ikan, tetapi ikan tidak berhiponim dengan bandeng melainkan
ikan berhipernim dengan bandeng.
b.
Hipernimi
24
6. Ambiguitas
Ambiguitas atau ketaksaan sering diartikan sebagai kata yang bermakna
ganda atau mendua arti. Pengertian ambiguitas hampir sama dengan pengertian
polisemi. Perbedaannya terletak pada kegandaan makna dalam polisemi dari kata,
sedangkan kegandaan makna pada ambiguitas berasal dari satuan yang lebih besar
yaitu frase atau kalimat dan terjadi akibat penafsiran struktur gramatikal yang
berbeda, misalnya buku sejarah baru dapat ditasfirkan sebagai (1) buku sejarah
itu baru terbit atau baru dibeli dan (2) buku itu berisi sejarah zaman baru.
Pengertian ambiguitas hampir sama dengan homonimi. Perbedaanya
terletak pada apabila homonimi dilihat sebagai bentuk yang kebetulan sama dan
dengan makna yang berbeda, sedangkan ambiguitas adalah sebuah bentuk dengan
makna yang berbeda sebagai akibat dari berbedanya penafsiran struktur
gramatikal bentuk tersebut. Ambiguitas hanya terjadi pada tataran frasa dan
kalimat sedangkan homonimi dapat terjadi pada semua satuan gramatikal.
1.7.3 Analisis Komponen Makna
Berkaitan dengan penjelasan tata hubungan makna di atas, salah satu cara
dalam menetapkan hubungan makna antara seperangkat satuan lingual (kata atau
frasa) dan suatu medan adalah dengan analisis komponen makna. Dalam
penjelasannya, Lyons (1963:336) menghubungkan analisis komponen makna
bersama dan komponen makna pembeda. Analisis komponen makna adalah
analisis satuan lingual, baik kata atau frasa, berdasarkan komponen pembedanya.
Analisis tersebut berguna untuk melihat kekontrasan antara satuan lingual yang
satu dengan yang lain di dalam medan leksikal.
25
26
Leksem
Perjaka
+
-
Gadis
+
+
27
LEKSEM
Kerbau
+
+
+
+
+
+
+
Sapi
+
+
+
+
+
+
-
Kuda
+
+
+
+
+
-
Berdasarkan analisis makna leksem kerbau, sapi, dan kuda pada tabel 4, dapat
diketahui sebagai berikut: binatang adalah fitur makna yang pertama; berkaki
empat fitur makna yang kedua; pemakan rumput adalah fitur makna kedua;
berkuku belah dua adalah fitur makna yang ketiga; untuk menarik pedati fitur
makna yang keempat; untuk membajak adalah fitur makna yang kelima;
sebagaitunggangan adalah fitur makna yang keenam; suka berkubang adalah fitur
makna yang ketujuh. Fitur makna ini nilainya bisa berbeda atau bisa sama antara
leksem yang satu dengan yang lain. Misalnya fitur untuk membajak sama-sama
dimiliki oleh kerbau dan sapi, tetapi tidak dimiliki oleh kuda.
Permarkah adalah tanda yang menandai nilai suatu fitur. Permakah plus(+)
berarti fitur itu dimiliki oleh leksem yang sedang dianalisis, sedangkan permakah
minus(-) berarti fitur itu tidak dimiliki oleh leksem yang sedang dianalisis.
Contoh, fitur berkuku belah dua (+) untuk kerbau, (+) untuk sapi, tetapi (-) untuk
kuda. Artinya, fitur berkuku belah dua dimiliki oleh kerbau dan sapi, tetapi tidak
dimiliki oleh leksem kuda. Komponen makna adalah semua fitur makna yang
sudah dimarkahi.
28
Dalam Merriam
29
menerapkan persyaratan bahwa penelitian harus berdasar pada fakta yang ada
sehingga pemerian yang diberikan sesuai dengan keadaan sebenarnya. Metode
deskriptif adalah metode yang mengolah dan menganalisis data berdasarkan
bahan yang diperoleh tanpa menambahi dan mengurangi lalu kemudian
menganalisisnya. Medan makna cooking menjadi sasaran penelitian ini
dideskripsikan keberadaannya dengan struktur yang memperlihatkan hubungan
makna antar satuan lingual. Sejalan dengan itu, sebagai langkah kerja, dilakukan
tiga tahapan yang utama yaitu (1) pengumpulan data, (2) pengolahan data atau
penganalisisan data, dan (3) penyajian hasil pengolahan data.
Data penelitian ini adalah kalimat, paragraf atau wacana-wacana lisan dan
tulisan yang mengandung satuan lingual (kata/frasa) yang merupakan hiponimi
dari kata cooking, sedangkan objek dari penelitian ini adalah satuan lingual dalam
bahasa Inggris yang merupakan hiponimi dari kata cooking.
Data dalam penelitian ini diperoleh dari sumber data yang terbagi menjadi
sumber data lisan dan sumber data tulisan. Data lisan diperoleh dari beberapa ahli
kuliner yang merupakan penutur bahasa Inggris dan penutur bahasa Indonesia
yang merupakan pembelajar bahasa Inggris. Data tulisan diperoleh dari kamus
bahasa Inggris, buku resep masakan, dan artikel tentang dunia kuliner di internet.
Dalam pengumpulan data digunakan teknik simak catat (Sudaryanto,
1988:15-20) dengan cara menyimak penggunaan kata dengan makna memasak
melalui informasi dari beberapa ahli kuliner dan video memasak melalui DVD
30
dan situs video YouTube. Peneliti juga melakukan penelusuran melalui referensireferensi yang ada, seperti kamus, artikel majalah, buku resep, dan penelitianpenelitian sebelumnya. Data yang diperoleh kemudian diinventarisasi dalam
bentuk catatan atau kartu data, lalu diklasifikasikan berdasarkan kesamaan
komponen semantik leksikalnya.
Pada tahapan penganalisisan komponen makna, metode analisis data yang
dipakai adalah metode padan. Menurut Sudaryanto (1993: 15), metode padan
adalah metode penganalisisan data yang alat penentunya merupakan bagian
(langue) yang bersangkutan. Teknik dasar analisis data yang dipakai adalah teknik
pilah unsur penentu, yaitu teknik yang alat penentunya adalah daya pilah yang
bersifat mental yang dimiliki oleh peneliti. Hal yang menjadi daya pilah dalam
penelitian ini adalah daya pilah referensial, misalnya membagi satuan lingual kata
menjadi beberapa jenis, maka perbedaan referen teracu yang ditunjuk oleh kata itu
harus diketahui terlebih dahulu, dan untuk mengetahui perbedaan referen itu, daya
pilah yang bersifat mental yang dimiliki oleh setiap peneliti harus digunakan
(Sudaryanto, 1993: 22). Dalam hal ini, daya pilah referensial yang digunakan oleh
peneliti adalah dengan memilah satuan lingual atau data yang diperoleh
berdasarkan komponen makna penyusunnya.
Pada penganalisisan data, peneliti membagi hal tersebut ke dalam
beberapa langkah kerja atau tahapan. Hal yang dilakukan adalah melakukan
pendataan terhadap satuan-satuan lingual bermakna cooking dalam bahasa
Inggris dan melakukan penganalisisan terhadap komponen semantis pembeda
melalui teknik analisis komponen makna, kemudian mengamati pergeseran makna
31
yang terjadi pada setiap satuan lingual dan melihat komponen semantik apakah
yang tetap dipertahankan pada bentuk makna-makna yang bergeser tersebut.
Menganalisis komponen makna memerlukan langkah-langkah tertentu.
Nida menyebutkan enam langkah untuk menganalisis komponen makna
(Sudaryat, 2009:57) :
a. menyeleksi sementara makna yang muncul dari sejumlah komponen yang
umum dengan pengertian makna yang dipilih masih berada di dalam
makna tersebut,
b. mendaftar semua ciri spesifik yang dimiliki oleh rujukannya,
c. menentukan komponen yang dapat digunakan untuk kata yang lain,
d. menentukan komponen diagnostik yang dapat digunakan untuk setiap
kata,
e. mengecek data yang dilakukan pada langkah pertama, dan
f. mendeskripsikan komponen diagnostiknya, misalnya dalam bentuk
matriks.
Setelah dilakukan analisis komponen makna dan terlihat ciri semantik
pembeda antar satuan lingual, hal yang dilakukan selanjutnya adalah mengamati
keragaman makna dari tiap-tiap satuan lingual. Hal tersebut dilakukan dengan
tujuan untuk melihat komponen semantis apakah yang tetap dipertahankan dalam
keragaman makna dari tiap-tiap satuan lingual tersebut, dan hal ini dapat
mengoptimalkan penggunaan hasil analisis komponen makna. Dari hasil analisis
ini dapat dilihat relasi makna dari tiap satuan lingual, khususnya relasi makna
yang berupa polisemi.
32
aktivitas
memasak
yang
termasuk
dalam
ranah
aktivitas