Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Budidaya Air Tawar Vol. 9 No.

1 Mei 2012, hal 12-20

PRODUKSI CALON INDUK UNGGUL IKAN LELE


A. Jauhari, P., S. Muminah., B. Rahman, U. Cahyadi., P. Raharjo., A. Tyas.,
A. Surachman., Subandri., P. Sumedi., D. Fitria., Y. Margono., N. Suherman., A. Sunarma

Abstrak
Perkembangan akuakultur diyakini bergantung pada beragam faktor, diantaranya kebutuhan
pasar, pengembangan dan transfer teknologi terapan, ketersediaan sumber daya alam dan sumber
daya manusia, dorongan investasi serta penyediaan infrastruktur. Namun perkembangan tersebut
masih jarang memanfaatkan program pemuliaan ikan yang efisien dan sistemamatik yang dapat
mendukung peningkatan produksi. dengan target peningkatan produksi yang cukup tinggi tersebut
memerlukan penyelarasan teknologi yang lebih inovatif agar usaha budidaya lele menjadi lebih
efisien. Inovasi budidaya dapat dilakukan baik melalui mendekatan genetic, lingkungan maupun
pakan.
Pendekatan secara genetic perlu diarahkan pada produksi induk dan benih yang memiliki
karakter unggul. Produksi induk dapat dilakukan baik melalui peningkatan mutu genetic maupun
dengan perbanyakan. Melakukan produksi perbanyakan calon induk lele Sangkuriang yang dapat
didistribusikan kepada para pembudidaya atau stake holder lainnya. Menghasilkan calon induk lele
Sangkuriang sebanyak 4.500 ekor ukuran 500-600 gram/ekor. Dari kegiatan yang telah dilakukan
pada tahun 2011 maka diperoleh calon induk sebanyak 500 paket (5000 ekor betina, 2500 ekor
jantan) melebihi dari target yang ditentukan sebanyak 4500 ekor.

menurut Gjedrem (2005), lebih dari 90%

PENDAHULUAN

proses
Latar belakang

pada

diantaranya :
pengembangan

akuakultur

diyakini

beragam

faktor,

kebutuhan
dan

pasar,

transfer

teknologi

terapan, ketersediaan sumber daya alam dan


sumber daya manusia, dorongan investasi
serta

penyediaan

perkembangan

infrastruktur.

tersebut

Namun

masih

jarang

memanfaatkan program pemuliaan ikan yang


efisien

dan

mendukung

sistemamatik

yang

peningkatan

dapat

produksi,

mengurangi biaya operasional, perbaikan


resistensi

terhadap

penyakit,

perbaikan

pemanfaatan sumber pakan dan perbaikan


kualitas produksi (Gjedrem, 2005). Faktanya,

12

akuakultur

masih

menggunakan induk yang tidak diperbaiki

Perkembangan
bergantung

produksi

secara genetic.
Pada

kasus

akuakultur

Indonesia,

penerapan program pemuliaan masih sangat


terbatas pada beberapa spesies ikan budidaya
sehingga

pembudidaya

umumnya

memanfaatkan induk yang bukan dari hasil


perbaikan mutu dengan penggunaa yang tidak
terkontrol.

Hal

tersebut

telah

semakin

mendorong terjadinya penurunan mutu ikan


sehingga dapat menyebabkan penurunan
efisiensi produksi. Contoh kasus penurunan
mutu ikan telah dilaporkan Rustisja (1998)
pada ikan lele dumbo. Dengan ketersediaan
pasar yang tinggi dan keunggulan komparatif

PRODUKSI CALON INDUK UNGGUL IKAN LELE


(A. Jauhari, P., S. Muminah., B. Rahman, U. Cahyadi., P. Raharjo., A. Tyas.,
A. Surachman., Subandri., P. Sumedi., D. Fitria., Y. Margono., N. Suherman., A. Sunarma)

budidaya lele dibanding dengan jenis ikan

maupun daya tahan terhadap penyakit.

lainnya,

lele

Proses produksi tersebut dapat dilakukan baik

diharapkan dapat memberikan kontribusi

melalui pendekatan konvensional sehingga

yang signifikan bagi peningkatan produksi

hibridisasi, introgesi dan seleksi maupun

akuakultur.

pendekatan yang

perbaikan

mutu

genetic

Secara keseluruhan, produksi akuakultur


diproyeksikan dapat meningkat hingga 353%
dari tahun 2009 hingga tahan 2014. Dari
angka

tersebut,

produksi

ikan

lele

diproyeksikan dapat menjadi 900.000 ton


atau

meningkat

hingga

450%

sehingga

diharapkan produksinya dapat menjadi salah

manipulasi

lebih modern

kromosom

dan

seperti

transgenic.

Sedangkan teknik perbanyakan digunakan


untuk dapat mempertahankan mutu genetic
yang sudah unggul atau menekan tejadinya
penurunan mutu akibat silang dalam.
Tujuan
Melakukan produksi perbanyakan calon

satu komoditas terbesar di dunia (KKP, 2010).

induk

Untuk mencapai produksi tersebut, Direktorat

didistribusikan kepada para pembudidaya

Perbenihan, Direktorat Jenderal Perikanan

atau stake holder lainnya.

Budidaya sudah memproyeksikan kebutuhan

Target

benih ikan lele hingga 7.000.000 ekor dan

lele

Sangkuriang

Menghasilkan

calon

yang

induk

dapat

lele

kebutuhan induk hingga 2.330.000 ekor pada

Sangkuriang sebanyak 4.500 ekor ukuran 500-

tahun 2014. meskipun saat ini diyakini bahwa

600 gram/ekor.

teknologi budidaya lele sudah dikuasai oleh


para pembudidaya, namun dengan target

METODOLOGI

peningkatan produksi yang cukup tinggi

Waktu dan Tempat

tersebut memerlukan penyelarasan teknologi

Kegiatan

dilakukan

di

Balai

Besar

yang lebih inovatif agar usaha budidaya lele

pengembangan Budidaya Air Tawar sejak

menjadi lebih efisien. Inovasi budidaya dapat

Januari Desember 2011.

dilakukan baik melalui mendekatan genetic,

Bahan dan Alat

lingkungan

Bahan

maupun

pakan.

Pendekatan

secara genetic perlu diarahkan pada produksi

Bahan yang digunakan meliputi : induk

induk dan benih yang memiliki karakter

lele Sangkuriang F1, induk lele hasil introgesi

unggul. Produksi induk dapat dilakukan baik

(kelompok SkxAF1, SkxAF2, AF1xSK, AF2xSK),

melalui peningkatan mutu genetic maupun

pakan induk, cacing, pakan larva, pakan benih,

dengan

mutu

pakan pembesaran, obat-obatan, vit C,

untuk

memperbaiki

probiotik, hormon ovulasi, pupuk, kapur dan

baik

pertumbuhan

bahan analis DNA.

genetic

perbanyakan.
diarahkan

karakteristik

induk

Peningkatan

13

Jurnal Budidaya Air Tawar Vol. 9 No. 1 Mei 2012, hal 12-20

Prosedur Kerja

Alat
Alat yang digunakan meliputi : peralatan
packing,

peralatan

perikanan,

hapa

penetasan, hapa hijau, alat pemijhan, fishing


wader, instalasi hapa, instalasi aerasi, adapt
adapter
microscope-camera,
camera, bak penetasan dan bak
inkubasi induk.

Perbanyakan Calon Induk


Prosedur perbanyakan calon induk lele
Sangkuriang

mengikuti

protocol

01

Perbanyakan Calon Induk Lele Sangkuriang.


Protokol tersebut telah disusun oleh Pusat
Induk Ikan Lele (Gambar 1).

Gambar 1. Diagram Alir Kegiatan Perbanyakan Calon Induk Lele Sangkuriang

Induk yang digunakan merupakan induk

Benih dipelihara lebih lanjut pada


p
bak

lele Sangkuriang F1 generasi Tahun 2007.

plastic dan kolam tanah selama 4-6


4 minggu

Pemijahan dilakukan secara buatan dan

(pendederan 2). Pakan yang diberikan berupa

serentak dengan jumlah induk sebanyak 30

pellet komersial ukuran diameter 1 mm dan 2

pasang. Telur yang sudah dibuahi disebar

mm disesuaikan dengan bukaan mulut. Pada

dalam hapa penetasan yang dipasang dalam

akhir pemeliharaan dilakukan pemanenan

bak

benih dan sortasi ukuran.

fiberglass.

Larva

yang

dihasilkan

dipelihara dalam bak fiberglass bilat (indoor)

Pembesaran dilakukan pada kolam tanah

dan bak plastic (outdoor) selama


ma 22-3 minggu

selama 2-2,5
5 bulan (pembesaran 1) dan

(pendederan 1). Pakan yang diberikan berupa

dilanjutkan

cacing dan pakan larva buatan. Pada akhir

Pakanyang diberikan berupa pellet komersial

pemeliharaan dilakukan pemanenan benih

ukuran 3 mm. pada kahir masa pembesaran 1

dan sortasi ukuran.

dilakukan pemisahan kelamin jantan dan

14

3-4
4

bulan

(pembesaran

2).

PRODUKSI CALON INDUK UNGGUL IKAN LELE


(A.
A. Jauhari, P., S. Muminah., B. Rahman, U. Cahyadi., P. Raharjo., A. Tyas.,
A. Surachman., Subandri., P. Sumedi., D. Fitria., Y. Margono., N. Suherman., A. Sunarma)
Sunarma

betinadan masing-masing
masing sortasi sebanyak

dapat dilihat pada gambar


g
2b. Pemijahan

50% populasi atau ukuran minimal 100

dilakukan secara buatan pada tiap kelompok

g/ekor. Hasil sortasi


ortasi dipelihara kembali secara

induk SkxAF1, SkxAF2, AF1xSK, AF2xSK dan

komunal

SKxSK sebagai kontrol. Penetasan telur dan

dan

pada

akhir

pembesaran

2dilakuak
dilakuak sortasi ukuran diatas 400 g/ekor.

pemeliharaan benih selanjutnya dari tiap

Pembesaran akhir dilakukan di kolam

kelompok dipelihara secara terpisah baik pada

tanah selama 2-33 bulan untuk mencapai calon

uji progeni maupun pada


pad uji multilokasi.

induk ukuran 500-600


600 g/ekor yang siap untuk

Pendedera dilakukan pada bak fiberglass dan

didistribusikan. Pakan
an yang diberikan berupa

kolam plastik sedangkan pembesaran pada

pellet komesial ukuran diameter 3 mm.

kolam plastik/tanah dan hapa yang dipasang

Uji Progeni Hasil Introgesi Lele Sangkuriang

di kolam. Uji multilokasi dilakukan di UPT

Uji progeny ikan hasil kegiatan introgesi

Pusat/UPTD/UPR

yang

mewakili

kondisi

lele Sangkuriang berdasarkan alur kegiatan

temperatur perairan relatif dingin,


di
hangat dan

seperti pada Gambar 2a. Prosedur kegiatan

panas.

Gambar 2.
a) Diagram Alir Kegiatan Introgresi Lele
Sangkuriang. Kegiatan Tahun 2011 pada
Proses yang Dicetak Tebal

HASIL DAN PEMBAHASAN

b) Diagram Alir Kegiatan Progeny Test dan Multilocation


Test pada Introgresi Lele Sangkuriang

dilakukan

diperoleh

derajat

pembuahan

sebesar 70 %,, derajat penetasan telur sebesar


Perbanyakan Calon Induk

Pemijahan
Pemijahan induk lele dilakukan secara

buatan dengan menggunakan 30 ekor jantan

67 %, sintasan 5 hari sebesar 85 %.


%

Pendederan
Pendederan

pertama

dilakukan

di

beberapa kolam terpal, SR yang dihasilkan

dan 30 ekor betina. Dari kegiatan yang

15

Jurnal Budidaya Air Tawar Vol. 9 No. 1 Mei 2012, hal 12-20

rerata sebesar 44,01 %. benih terseleksi

Pembesaran kedua selama empat bulan

dengan ukuran rerata panjang 2,09 cm dan

menghasilkan calon induk lele dengan berat

berat 0,106 gram yang dihasilkan sebanyak

rata-rata 518,437 g/e dan panjang rerata

70.427

40,73 cm. Pada pembesaran kedua diperoleh

ekor,

pemeliharaan

selanjutnya
pendederan

dilakukan

tahap

kedua.

sintasan sebesar 89,92 % (Gambar 4).

Pendederan kedua dilakukan pada kolam

Dari kegiatan produksi calon induk lele

tanah selama 1,5 bulan. Dari hasil kegiatan


didapatkan SR mencapai 53,82 %

Sangkuriang ini menghasilkan calon induk lele

dengan

Sangkuriang sebanyak 500 paket (5000 ekor

rata-rata pertumbuhan panjang mencapai

betina, 2500 ekor jantan).

8,38 cm dan bobot 5,63 gram.


Diseminasi teknologi budidaya dilakukan

Pembesaran

ke

daerah

pengembangan

Diseminasi

kegiatan

teknologi proses produksi meliputi pembinaan

pembesaran benih ukuran 7-9 cm hasil

dan diarahkan pada penerapan standar

seleksi. Pada kegiatan pembesaran pertama

prosedur

diperoleh sintasan sebesar 78,82 % dengan

pembesaran lele Sangkuriang serta bantuan

pertumbuhan seperti terlihat pada gambar 3.

berupa calon induk ke beberapa daerah

Pertumbuhan

antara

Tahap

berikutnya

pembesaran

lele
pertama

adalah

Sangkuriang
yang

pada

Tengah,

dilakukan

operasional

lain

Kabupaten

Batam,

pembenihan

Cianjur,

Banyumas,

Bangka

Purbalingga,

Indramayu serta Bogor.

pemeliharaan selama dua bulan, dihasilkan


calon induk lele dengan berat rerata 129 gram
dan panjang rerata 32,07 cm.

Pertumbuhan Panjang dan Berat pada Pembesaran Pertama


panjang

berat

129

66,9
39,93
18,06
12,82

8,38
5,64
0

32,07

19,43

16,64
6

Gambar 3. Grafik Pertumbuhan Lele Sangkuriang pada Pembesaran Pertama

16

dan

PRODUKSI CALON INDUK UNGGUL IKAN LELE


(A. Jauhari, P., S. Muminah., B. Rahman, U. Cahyadi., P. Raharjo., A. Tyas.,
A. Surachman., Subandri., P. Sumedi., D. Fitria., Y. Margono., N. Suherman., A. Sunarma)

Pertumbuhan Panjang dan Berat pada Pembesaran kedua


panjang (cm)

berat (g)

518,43
335,83

293,70
129,00

40,73

34,67

33,25

32,07
2

Gambar 4. Grafik Pertumbuhan Lele Sangkuriang pada Pembesaran Kedua

Tabel 1. Distribusi Calon Induk Lele Sangkuriang


NO

BULAN

JUMLAH (PAKET)

TUJUAN

Juli

133

Komika - Sukabumi

Agustus

266

Komika - Sukabumi

Oktober

34

Komika - Sukabumi

Nopember

67

Ciparay- Majalaya Kab. Bandung

JUMLAH

500

pada tiap kelompok silangan SkxAF1, SkxAF2,

Uji Progeny

AF1xSK, AF2xSK, dan SKxSK masing-masing

Pemijahan

sebesar 89,8%, 64,4%, 71,9%, 64,8% dan


Pemijahan induk lele dilakukan secara

69,7%.

buatan pada tiap kelompok induk yaitu


SkxAF1, SkxAF2, AF1xSK, AF2xSK, dan SKxSK
sebagai

kontrol.

Pemijahan

buatan

Pendederan

ini

Pendederan pertama dilakukan di bak

menggunakan 4 ekor jantan dan 4 ekor betina

fiberglass dan kolam plastik. Pendederan

dari masing-masing kelompok silangan. Dari

pertama

kegiatan yang dilakukan diperoleh derajat

Pemeliharaan di bak fiberglass dilakukan pada

pembuahan tiap kelompok silangan SkxAF1,

indoor hatchery dan setiap bak fiberglass

SkxAF2, AF1xSK, AF2xSK, dan SKxSK masing-

diberikan water heater sehingga suhu air

masing sebesar 86%, 74,9%, 72,8%, 88,5%,

selama

dan 95,4%. Untuk derajat penetasan telur

pemeliharaan pendederan 1 yang dilakukan

berlangsung

pemeliharaan

selama

14

terkontrol.

hari.

Pada

17

Jurnal Budidaya Air Tawar Vol. 9 No. 1 Mei 2012, hal 12-20

pada bak fiberglass menghasilkan tingkat

beragam

(Gambar

7).

Setelah

proses

kelangsungan hidup dari tiap kelompok

penyortiran, kemudian ukuran 5-7 cm dan

silangan SkxAF1, SkxAF2, AF1xSK, AF2xSK, dan

ukuran 7-9 cm dari tiap kelompok silangan

SKxSK yang beragam (Gambar 5).

dipelihara secara terpisah untuk proses


selanjutnya yaitu pembesaran.

Pemeliharaan di kolam plastik dilakukan


pada kolam berukuran 12 m selama 14 hari.

Pembesaran

pada

uji

progeny

ini

Pada pemeliharaan pendederan 1 yang

dilakukan pada hapa yang dipasang di kolam

dilakukan pada kolam plastik menghasilkan

tanah.

tingkat

silangan

kelangsungan

hidup

dari

tiap

Kepadatan

pada

berbeda-beda.

tiap

Selama

kelompok silangan SkxAF1, SkxAF2, AF1xSK,

pemeliharaan

dilakukan

AF2xSK, dan SKxSK yang beragam (Gambar 6).

pertumbuhan

untuk

Tahap

selanjutnya

pemeliharaan

sampling
mengetahui

untuk mengetahui jumlah pakan yang akan

kedua.

diberikan pada bulan berikutnya. Sampling ini

Pendederan kedua dilakukan pada kolam

dilakukan sekali dalam sebulan. Hasil sampling

tanah dan kolam plastik selama 4-6 minggu.

selama

Dari hasil kegiatan didapatkan distribusi

masa

pemeliharaan

pembesaran

disajikan dalam bentuk grafik (Gambar 8

ukuran tiap kelompok silangan SkxAF1,

dan 9).

SkxAF2, AF1xSK, AF2xSK, dan SKxSK yang

Kelangsungan Hidup Pendederan 1 pada bak fiberglass


SR (%)
6,228

6,02
5,444

5,068

2,3
1,86

SA1

1,904 1,896

SA2

1,86

1,532

A1S

A2S

SK

Gambar 5. Grafik Kelangsungan Hidup Pendederan 1 pada Bak Fiberglass

18

masa

pertumbuhan panjang dan bobot ikan serta

dilakukan

pendederan

kelompok

PRODUKSI CALON INDUK UNGGUL IKAN LELE


(A. Jauhari, P., S. Muminah., B. Rahman, U. Cahyadi., P. Raharjo., A. Tyas.,
A. Surachman., Subandri., P. Sumedi., D. Fitria., Y. Margono., N. Suherman., A. Sunarma)

Kelangsungan Hidup Pendederan 1 pada kolam plastik


SR(%)
88,864

78,872

84,796

74,66

63

51,484

44,484

SA1

SA2

37,40

A1S

49,38
32,54

A2S

SK

Gambar 6 . Grafik kelangsungan Hidup Pendederan 1 pada Kolam Plastik

Distribusi ukuran pada Pendederan 2


ukuran 4-6 cm (%)

ukuran 5-7 cm 9%)


61,37

22,40
21,84

14,47

9,18
2,56

6,473,09
SA2

55,39

33,90

29,07

SA1

uk > 9cm (%)

54,37

43,21
40,01

2,31

ukuran 7-9 cm (%)

A1S

0,37
A2S

SK

Gambar 7 . Grafik Distribusi Ukuran pada Pendederan 2 di Kolam Plastik

Pertumbuhan panjang pada Pembesaran


30
25
SA1

20

SA2

15

A1S
10

A2S

SK

0
1

Gambar 8 . Grafik Pertumbuhan Panjang pada pembesaran

19

Jurnal Budidaya Air Tawar Vol. 9 No. 1 Mei 2012, hal 12-20

Pertumbuhan Bobot pada Pembesaran


120
100

Bobot (g)

80

SA1

60

SA2

40

A1S
A2S

20

SK

0
1

-20

Sampling ke-

Gambar 9 . Grafik Pertumbuhan Bobot pada Pembesaran

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Dari kegiatan yang telah dilakukan pada


tahun 2011 maka diperoleh calon induk
sebanyak 500 paket (5.000 ekor betina, 2.500
ekor jantan) melebihi dari target yang
ditentukan sebanyak 4500 ekor. Adapun yang
telah

didistribusikan

sebagai

bantuan

sebanyak 148 paket (1.480 ekor betina dan


740 ekor jantan).

20

Nurhidayat, M. A., A. Sunarma, D. Hidajat, B.


Rahman, J. Purwanto.
2000.
Rekayasa
peningkatan mutu lele dumbo (Clarias
gariepinus x c. Fuscus).
Dalam Laporan
Tinjauan Hasil bagian Proyek Pengembangan
Teknik Budidaya Air Tawar Sukabumi 2000
(Harmurti Adi, et al., eds). Balai Budidaya Air
Tawar Sukabumi. Sukabumi. Hal 53-61
Nurhidayat, M. A., A. Sunarma, J. Trenggana. 2001.
Rekayasa uji keturunan (progeny test) lele
dumbo hasil back cross. Dalam Laporan
Tinjauan Hasil Proyek Pengembangan
Perekayasa Teknologi BBAT Sukabumi 2001
(Harmurti Adi, et al., eds). Balai Budidaya Air
Tawar Sukabumi. Sukabumi. Hal 53-61.

Anda mungkin juga menyukai