Anda di halaman 1dari 2

Infeksi Postpartum

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infeksi postpartum adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia, terjadi sesudah melahirkan,
ditandai kenaikan suhu sampai 38 derajat selsius atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari
pertama pasca persalinan, dengan mengecualikan 24 jam pertama.
Kasus infeksi pada post partum sering terjadi. Pada dasarnya prognosisnya baik bila diatasi
dengan pengobatan yang sesuai. Menurut derajatnya, septikemia merupakan infeksi paling
berat dengan mortalitas tinggi, diikuti peritonitis umum dan piemia.Infeksi post partum bila
tidak diatasi dengan baik dan profesional sering mengalami morbiditas dan mortalitas yang
tinggi. Terutama bila sumber infeksi telah menjalar pada organ-organ vital.
Kematian maternal didefinisikan sebagai kematian wanita pada masa kehamilan
sampai dengan 42 hari sesudah kelahiran, tidak tergantung dari lama dan lokasi
kehamilan dan disebabkan oleh apapun yang berhubungan dengan kehamilan
atau penanganannya, tetapi tidak secara kebetulan atau oleh penyebab
tambahan lainnya.
Menurut WHO tahun 2008 menyatakan bahwa masih tingginya morbiditas dan
mortalitas pada ibu hamil dan bersalin merupakan masalah besar di negara
berkembang. Di negara miskin sekitar 25-50% kematian usia subur disebabkan
oleh hal yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan. Berdasarkan data
penelitian world bank atau bank dunia tahun 2008, angka kematian ibu saat
melahirkan adalah 420 dari 100.000 ibu yang melahirkan.
Menurut Depkes RI (2007) kondisi derajat kesehatan di Indonesia masih
memprihatinkan antara lain ditandai dengan masih tingginya AKI yaitu
228/100.000 kelahiran hidup dan kematian bayi baru lahir 34/1.000 kelahiran
hidup (SDKI 2007-2008).
Di Indonesia angka kematian ibu (AKI) adalah 235/100.000 kelahiran hidup,
hingga tahun 2009 diharapkan angka kematian ibu mencapai 226/100.000
kelahiran hidup. (Dinkes, Sumsel 2007).
Berdasarkan survei kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 2005, penyebab
kematian ibu secara langsung diantaranya perdarahan 30%, eklamsia 25%,
Infeksi 12%, Abortus 5%, Emboli Obstetri 3%, Komplikasi masa nifas 16%,
Penyebab lain 12%, Sedangkan penyebab tidak langsung lainnya seperti
terlambat mengenali tanda bahaya karena tidak mengetahui tanda kehamilan
dalam resiko tinggi, terlambat mencapai fasilitas untuk persalinan dan terlambat
untuk mendapatkan pelayanan.

Angka kematian ibu di Sumatera Selatan pada tahun 2007 mencapai 62,1%
kelahiran hidup, dan pada tahun 2008 menjadi 54,4% kelahiran hidup, baik
faktor resiko maupun resiko tinggi dalam kehamilan hendaknya memilki
pemantauan yang ketat dan merupakan prioritas dalam pelayanan antenatal
care (ANC).

Infeksi nifas menyokong tingginya angka mortalitas dan morbiditas maternal


yaitu 38%. Kejadian infeksi nifas di Indonesia memberikan kontribusi 10%
Penyebab langsung obstetrik dan 8% dari semua kematian ibu (DepKes RI,
2008).
Sedangkan di SumSel, angka kejadian infeksi nifas tahun 2009 mencapai 43%
dari seluruh jumlah ibu postpartum. Diharapkan angka ini dapat menurun hingga
19% pada tahun 2010.
Jumlah ibu nifas di RSUD Palembang BARI tahun 2009 adalah 633 orang. Dalam
hal ini jumlah ibu nifas yang mnengalami kejadian infeksi nifas di RSUD
Palembang BARI pada tahun 2009 adalah 142 orang (22,42%). Diharapkan angka
ini dapat menurun hingga 12% di tahun 2012.

Anda mungkin juga menyukai