BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Tujuan umum dari pedoman pelayanan unit kerja ini adalah sebagai dasar
untuk pembuatan program kerja tahunan di Ruang Bersalin.
b. Tujuan Khusus
1) Bidang ketenagaan
a) Tersusunnya standard dan pola tenaga kebidanan yang
profesional.
b) Terlaksananya rotasi dan mutasi tenaga kebidanan Rumah Sakit
Umum Daerah Awet Muda Narmada
c) Terlaksananya orientasi bagi tenaga kebidanan yang baru di
Rumah Sakit Umum Daerah Awet Muda Narmada
d) Terlaksananya pembinaan bagi tenaga kebidanan Rumah Sakit
Umum Daerah Awet Muda Narmada
2) Bidang pengembangan SDM kebidanan
a) Terlaksananya pengembangan tenaga kebidanan melalui
pendidikan non formal ( pelatihan, workshop, seminar) di dalam
maupun diluar Rumah Sakit Umum Daerah Awet Muda
Narmada.
b) Terlaksananya pengembangan tenaga kebidanan melalui
pendidikan formal ( DIII Kebidanan, DIV Kebidanan, S1
kebidanan, S2 Terapan Kebidanan ) baik didalam maupun diluar
Rumah Sakit Umum Daerah Awet Muda Narmada.
3) Bidang kesejahteraan tenaga Kebidanan
a) Terwujudnya pengadaan Profilaksis tenaga kebidanan Rumah
Sakit Umum Daerah Awet Muda Narmada.
b) Terwujudnya pengadaan pakaian seragam dan sepatu kerja
tenaga kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Awet Muda
Narmada.
c) Terwujudnya tunjangan produktifitas tenaga kebidanan Rumah
Sakit Umum Daerah Awet Muda Narmada.
4. Batasan Operasional
a. Bersalin :
Merupakan suatu bentuk perawatan, dimana pasien dengan masalah
obstetri baik itu normal dan tidak normal dirawat sampai dengan
permasalahan obstetri diselesaikan.
5. Landasan Hukum
a. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan
b. Undang-undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
c. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1438/MENKES/PER/ IX/ 2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran.
d. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1691/MENKES/PER/2011 tentang Keselamatan Pasien di Rumah Sakit
e. Surat Edaran Direktorat Jendral Pelayanan Medis Depkes RI No.
YM.02.04.3.5.2504 tentang Pedoman Hak dan Kewajiban Pasien di Rumah
Sakit.
f. Permenkes 1045/Menkes/Per/XI/2006 tentang Pedoman Organisasi
Rumah Sakit di Lingkungan Departemen Kesehatan.
g. Surat Keputusan Karumkit Tk.II Udayana Nomor : Kep/ 161/V/2015
tanggal 14 Mei 2015 tentang Kebijakan Pelayanan Instalasi Rawat Inap di
Rumah Sakit Tk.II Udayana.
h. Pedoman Teknis Ruang Perawatan Intensif Rumah Sakit, Kementrian
Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan, Direktorat Bina
Pelayanan Penunjangan Medik dan Sarana Kesehatan Tahun 2012.
i. Survey Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 (dr.Djoti Atmojo).
j. Pedoman Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Rumah Sakit, Depkes,
1994.
k. Pedoman Pelaporan Insiden Keselamatan pasien (IKP), KKP-RS,2007.
l. Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Savety),
Depkes 2006.
m. Petunjuk Pelaksanaan Indikator Mutu Pelayanan Rumah Sakit, WHO-
Depkes, 2001.
n. Indikator Kinerja Rumah Sakit, Depkes, 2005.
o. Standar Pelayanan Rumah Sakit, Depkes, 1999.
p. Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit Tahun 2008.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
2. Distribusi Ketenagaan
a. Berikut adalah Jumlah Distribusi SDM di Ruang Bersalin Rumah Sakit
Umum Daerah Awet Muda Narmada
JUMLAH JUMLAH
STANDAR NYATA
N RUANG PERAWAT / PERAWAT KURANG KET
O PERAWATAN BIDAN / BIDAN
1. Ruang bersalin 6 5 1
c. Pengaturan Jaga
1) Jaga dibagi menjadi 3 shift. Setiap shift jaga terdiri dari 5-6 orang
jaga pagi, 4-5 orang jaga sore dan 4-5 orang jaga malam, 4-5 orang
libur.
a) Jadwal jaga pagi : pukul 07.00 - 14.00 WITA
b) Jadwal jaga sore : pukul 14.00 – 20.00 WITA
c) Jadwal jaga malam : pukul 20.00 – 08.00 WITA
d) Jadwal jaga diatur setiap bulan.
d. Sistem Penugasan
1) Penugasan Bidan di instalasi rawat inap di Rumah Sakit Umum
daerah Awet Muda Narmada menggunakan metode tim, yaitu asuhan
Kebidanan diberikan kepada pasien secara tim yang terdiri atas
sekelompok tenaga Kebidanan yang melakukan asuhan Kebidanan
pada sekelompok pasien diruangan bersangkutan.
2) Setiap tim terdiri atas ketua tim dan anggota tim.
3) Setiap tim harus :
a) Mengenal pasien dengan baik.
b) Berkomunikasi dengan baik, pada pasien, anggota tim dan
dokter yang merawat.
c) Beban kerja harus lebih menyebar, sehingga semua tenaga
Kebidanan dapat melakukan asuhan Kebidanan dengan baik.
f. Pertemuan Berkala
1) Rapat koordinasi (intern) antara Kepala Ruangan di Ruang Bersalin
dengan Staf Ruang bersalin setiap sebulan sekali pada minggu
pertama.
2) Rapat koordinasi antara Kepala Instalasi , Kepala Ruang Perawatan,
Staf Managemen dilakukan setiap sebulan sekali pada minggu kedua.
3) Rapat Koordinasi Kepala Ruang Bersalin dengan staf administrasi
ruang perawatan dan petugas penyaji setiap bulan setiap minggu ke
empat.
4) Pertemuan Insidentil.
Pertemuan Insidentil dilakukan bila ada hal-hal yang mendesak dan
membutuhkan penanganan khusus dan tidak bisa ditunda
5) Hasil rapat koordinasi di dokumentasikan dalam bentuk notulen
rapat dan daftar hadir.
g. Pelatihan
Pelatihan yang wajib diikuti oleh setiap petugas di rawat inap adalah :
1) Pelatihan Bantuan Hidup Dasar
2) Pelatihan APN
3) Pelatihan PONED
4) Pelatihan PONEK
5) Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
6) Pelatihan Keselamatan Pasien Rumah Sakit
7) Pelatihan Kebakaran
8) Komunikasi Verbal
h. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi Ruang Bersalin
Tim 1
Ketua Tim : Wiwin Fibrianti, Amd.Keb
Anggota Tim : Muliana, Amd.Keb
Vaice Lestari, Amd.Keb
Nonia Ursila Qisty, Amd.Keb
Marlua Fujiyanti,Amd.Keb
Tim 2
Ketua Tim : Naning Srimalyagustina, Amd.Keb
Anggota Tim : Ayu Mang Enita Latri, Amd.Keb
Ulya Ulul Azmi, Amd.Keb
Hilvi Mazrowati,Amd.Keb
Nurhayati,S.Keb
Tim 3
Ketua Tim : Nurul Qamar,S.Keb
Anggota Tim : Baiq Risma Dwi Milasari,Amd.Keb
Nurul Aini, Amd.Keb
Kadek Ferina, Amd.Keb
Etha Yuniarum Suwardani, Amd.Keb
Tim 4
Ketua Tim : Ni Made Mega Suhardinita, Amd.Keb
Anggota Tim : Aenul Hidayati, Amd.Keb
Lee Yana Sapta Asmi, Amd.Keb
Ni Sri Murtini, Amd.Keb
Susi Yuliani. Amd.Keb
BAB III
FASILITAS RUANG PERAWATAN DI RUANG BERSALIN
b. Alat Kebidanan :
1) Penetapan kebutuhan alat kebidanan baik dari segi jumlah, jenis, dan
spesifikasi, menjamin tersedianya alat kebidanan yang memadai
untuk mencapai tujuan pelayanan kebidanan di Ruang bersalin.
2) Pengolaan alat kebidanan meliputi identifikasi kebutuhan alat,
perencanaan kebutuhan alat, serta pelaksanaan pendistribusian,
pemeliharaan dan penyimpanan alat kebidanan sesuai SPO atau
Protap.
3) Untuk menunjang kebijakan Rumah sakit dalam pengelolaan alat
kebidanan di instalasi ruang bersalin perlu ditunjang dengan;
a) Mekanisme pengelolaan alat kebidanan.
b) Adanya SPO atau protap penggunaan alat kebidanan.
c) Adanya SPO atau protap pemeliharaan alat kebidanan.
d) Adanya standar alat meliputi jumlah, jenis, spesifikasi.
e) Adanya pedoman menghitung kebutuhan alat kebidanan.
f) Adanya pengelola alat kebidanan.
g) Adanya tempat penyimpanan alat kebidanan yang memadai.
4) Dalam pengelolaan alat kebidanan,bidang Kebidanan melaksanakan
koordinasi dengan unit kerja terkait dalam pelayanan Kebidanan di
ruang bersalin.
5) Mengoptimalkan alat menurut fungsi dan masa pakai sesuai SPO
atau protap.
6) Melaksanakan pencatatan dan pelaporan penggunaan alat kebidanan
secara teratur dan berkala;
a) Pencatatan penggunaan alat kebidanan dilakukan setiap 1 bulan
sekali.
b) Pelaporan penggunaan alat kebidanan dilakukan setiap tiga
bulan sekali.
c) Pencatatan test fungsi alat dilakukan setiap hari oleh anggota
ruang bersalin dan dilaporkan setiap satu bulan sekali ke ruang
bersalin.
4. Monitoring Pasien
Untuk pasien ruang bersalin, semua kebutuhan pasien yang menjalani
perawatan di rumah sakit harus diidentifikasi melalui proses penilaian. Jika
pada saat penerimaan sebagai pasien rawat inap, assesmen medis awal sudah
lebih dari 30 hari, riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik tersebut harus
diperbaharui dan dicatat pada form pengkajian awal yang baru. Jika pada saat
penerimaan sebagai pasien ruang bersalin, assesmen awal kurang dari 30 hari,
maka perubahan signifikan yang terjadi dicatat dalam lembar terintegrasi
pasien. Isi minimum pengkajian awal meliputi: anamnesa, riwayat penyakit dan
pengobatan, psikologi, sosial dan ekonomi, pemeriksaan fisik, skrining gizi,
penilaian nyeri, penilaian resiko jatuh, diagnosa dan rencana tindak lanjut.
Penilaian awal pasien di ruang bersalin harus dilakukan dalam waktu 24 jam.
Monitoring pasien dilakukan selama dalam perawatan, yang meliputi
pemeriksaan vital sign meliputi. Tensi, nadi, suhu, respirasi, SPO2,
pemeriksaan DPJP Pelayanan untuk setiap pasien direncanakan oleh dokter
penanggung jawab pelayanan (DPJP), bidan dan pemberi pelayanan kesehatan
lain dalam waktu 24 jam sesudah pasien masuk rawat inap. Rencana
pelayanan pasien harus individual dan berdasarkan data asesmen awal.
Rencana pelayanan tiap pasien diperiksa ulang dan diverifikasi oleh DPJP.
Kemajuan yang diperoleh dicatat dan direvisi sesuai kebutuhan berdasarkan
hasil asesmen ulang dari pasien oleh praktisi pelayanan kesehatan dengan
penjabaran pola SOAP (Subjektif, Objektif, Assemen, Plan) pada rekam medis.
Diluar jam kerja, monitoring terhadap perkembangan pasien akan
dilaporkan oleh bidan jaga kepada dokter DPJP. Bila DPJP tidak bisa
dihubungi, maka bidan jaga/dokter jaga bisa mengambil tindakan yang sesuai
dengan indikasi medis dan mendokumentasikannya pada rekam medis pasien.
5. Visite
Visite dilakukan setiap hari pada jam kerja. Visite pertama dilakukan
dalam waktu 1 x 24 jam dari pasien diterima di RS pada pukul : 06.00 – 14.00
wita. Untuk pasien yang rencana operasi elektif, visite dilakukan sehari
sebelum operasi oleh DPJP dan Dokter Anastesi dan sehari setelah operasi
dilakukan oleh DPJP.
6. Prosedur Medik
a. Pemeriksaan Laboratorium
b. Pemeriksaan Anastesi
c. Pemeriksaan Rontgen
d. Pemeriksaan Penunjang lainnya.
Pemeriksaan tersebut diatas dilakukan secara selektif sesuai kebutuhan
masing-masing pasien.
7. Konsultasi
a. Seorang DPJP hanya memberikan pelayanan sesuai bidang/disiplin dan
kompetensinya saja. Bila ditemukan penyakit yang memerlukan
penanganan multi disiplin, maka perlu dilakukan rawat bersama.
b. DPJP awal akan melakukan konsultasi kepada dokter pada disiplin lain
sesuai kebutuhan dengan menuliskan surat konsul lengkap dengan alasan
pasien dikonsul. Bidan jaga mengecek kelengkapan surat konsul
kemudian menghubungi dokter konsulen yang dituju.
c. Bila pasien harus dirawat segera, maka segera ditentukan siapa yang
menjadi DPJP Utama dengan beberapa cara antara lain;
1) Penyakit yang terberat, atau
2) penyakit yang memerlukan tindakan segera, atau
3) dokter yang pertama mengelola pasien.
d. Dalam hal rawat bersama harus ada pertemuan bersama antara DPJP
yang mengelola pasien dan keputusan rapat dicatat dalam berkas rekam
medis.
e. Pengawasan/ monitoring terhadap perkembangan penyakit dan pelayanan
kesehatan pasien di luar jam kerja dipimpin oleh dokter jaga IGD. Bila
diperlukan hasil monitoring pasien dilaporkan oleh dokter jaga IGD
kepada DPJP utama pasien yang bersangkutan dengan metode SBAR dan
ditulis dalam rekam medis pasien untuk mendapatkan instruksi
penanganan lebih lanjut. Instruksi DPJP utama di tulis di Rekam Medis
diberi tanda READ BACK dan SIGN HERE.
f. Bila DPJP utama tidak bisa dihubungi, dokter jaga IGD berwenang untuk
mengambil keputusan tindakan yang akan dilakukan lebih lanjut sesuai
kompetensi dokter jaga IGD termasuk keputusan untuk merujuk pasien
ke RS Jejaring Rujukan.
8. Rujukan
Rujukan dilakukan dengan tujuan untuk pemeriksaan penunjang atau untuk
perawatan lanjutan
a. Merujuk pasien ke Rumah sakit lain untuk pemeriksaaan penunjang dan
dokter spesialis.
1) DPJP menentukan kebutuhan pemeriksaan penunjang misalnya
laboratorium/radiologi, CT scan, echocardiografi, EEG dan
pemeriksaan penunjang lainnya.
2) DPJP memberikan informasi kepada pasien dan keluarga bahwa
diperlukan pemeriksaan penunjang dan dokter spesialis
3) Pasien dan keluarga menandatangani form persetujuan rujukan,
apabila pasien dan keluarga menolak harus menandatangani form
penolakan rujukan.
4) DPJP menuliskan permintaan pemeriksaan penunjang pada form
permintaan penunjang diagnostik
5) Pasien ruang bersalin dirujuk ke rumah sakit lain dengan memakai
ambulan RS Tk.II Udayana dan didampingi oleh Bidan yang
bertanggung jawab di ruangan itu.
6) Hasil pemeriksaan radiologi dan jawaban konsultasi dari dokter
spesialis langsung dibawa ke dokter konsultan yang bersangkutan.
7) Semua hasil pemeriksaan penunjang dan jawaban konsultasi dokter
spesialis didokumentasikan di rekam medik pasien.
9. Pemindahan Pasien
Perencanaan pemindahan pasien merupakan proses perencanaan
sistematik yang disiapkan bagi pasien untuk pindah ke ruang perawatan atau
ke ruang IBS, sesuai dengan kebutuhan pasien untuk mempertahankan
kontinuitas perawatan. Rencana pemindahan pasien meliputi kebutuhan
pelayanan penunjang dan kelanjutan pelayanan medis.
Setiap pasien pindah harus sesuai dengan instruksi DPJP. Pasien dan
keluarga diberikan pengertian tentang instruksi tindak lanjut. Instruksi
mencakup nama dan lokasi untuk pelayanan lanjutan, tindakan yang akan
dilakukan sebelum pasien di pindahkan. Keluarga diikut sertakan dalam
proses apabila pasien kurang dapat mengerti dan mengikuti instruksi. Keluarga
juga diikut sertakan apabila mereka berperan dalam proses pemberian
pelayanan lanjutan.
Bila pasien rawat inap atau pasien rawat jalan memilih pulang karena
menolak nasehat medis, ada resiko berkenaan dengan pengobatan yang tidak
adekuat. Pasien wajib memberitahukan alasan menolak nasehat medis dan bila
pasien mempunyai dokter keluarga, maka kepada dokter yang bersangkutan
dapat diinformasikan mengenai hal tersebut sesuai prosedur yang telah
ditetapkan.
Proses pemindahan harus sesuai dengan kebutuhan pasien. Patugas
yang memindahkan dan yang menerima pasien diruang perawatan harus
transfer informasi yang berkaitan dengan kondisi pasien dan perawatan
lanjutan yang dibutuhkan.
BAB V
LOGISTIK
1. Pengelolaan
a. Perencanaan Alat
1) Perencanaan peralatan kebidanan disusun berdasarkan hasil
pengkajian perkiraan kebutuhan, jumlah, jenis pelayanan,dan
spesifikasi untuk mencapai pelayanan kebidanan di ruang bersalin.
2) Dalam membuat perencanan peralatan kebidanan di instalasi ruang
bersalin harus memperhatikan beberapa kriteria yaitu kriteria
struktur, kriteria proses, dan kriteria hasil;
a) Kriteria Struktur meliputi :
(1) Adanya mekanisme perencanaan peralatan kebidanan
(2) Adanya standar peralatan kebidanan.
(3) Adanya data dan informasi jenis pelayanan.
(4) Adanya pedoman menghitung kebutuhan alat.
(5) Adanya tenaga yang merencanakan peralatan kebidanan.
b) Kriteria Proses meliputi ;
(1) Adanya mekanisme perencanan peralatan kebidanan sesuai
standar.
(2) Menyusun perencanaan alat secara “boftom up”.
(3) Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait dalam
menyusun perencanaan alat .
(4) Kriteria Hasil meliputi adanya dokumen perencanaan
peralatan kebidanan.
b. Pengadaan Alat
1) Proses pengadaan alat kebidanan dilaksanakan sesuai ketentuan
yang berlaku di rumah sakit untuk mencapai tujuan pelayanan dan
kebidanan
2) Untuk menunjang kebijakan rumah sakit dalam pengadaan alat
kebidanan maka harus ditunjang dengan ;
a) Mekanisme yang jelas pengadaan alat kebidanan.
b) Dibutuhkan tim pengadaan barang/alat yang dibutuhkan.
c) Adanya tim penerima alat yang ditunjuk sesuai sprin Karumkit.
d) Adanya usulan rencana kebutuhan peralatan kebidanan.
e) Adanya tenaga Kebidanan dalam tim teknis pengadaan
penerimaan alat yang ditetapkan oleh kepala rumah sakit.
f) Adanya manual alat .
g) Adanya program pelatihan penggunaan alat dan pelatihan alat
tertentu.
h) Pengadaan peralatan harus mempertimbangkan beberapa aspek:
(1) Alat tenun
(a) Menyerap keringat/air
(b) Mudah dibersihkan
(c) Ukuran memenuhi standarisasi yang ditetapkan.
(d) Pemilihan warna memperhatikan aspek psikologis
pasien.
(e) Tidak berfungsi sebagai mediator kuman.
(f) Tidak menyebabkan iritasi/perlukan kulit.
(2) Alat kesehatan
(a) Mudah dibersihkan.
(b) Tidak mudah berkarat.
(c) Amanpenggunaan baik petugas dank lien.
(d) Tidak berfungsi sebagai mediator kuman.
(e) Untuk alat-alat kesehatan tertentu memenuhi
persyaratan argonomi.
(f) Tersedianya suku cadang terhadap kesinambungan
alat.
(g) Tersedianya manual penggunaa alat dan prosedur.
i) Alat pencatatan dan pelaporan
(1) Bahasa sederhana dan mudah dimengerti.
(2) Mudah diisi.
(3) Ukuran,jenis kertas dan desain terstandar
j) Pemilihan peralatan kebidanan didasarkan atas kebutuhan klien
dan provider .
k) Sistim distribusi peralatan kebidanan (sentrallisasi dan
disentralisasi).
c. Distribusi Alat
1) Penetapan pendistribusian peralatan kebidanan ke unit kerja untuk
mencapai tujuan pelayanan kebidanan.
2) Untuk menunjang kebijakan rumah sakit dalam pendistribusian
peralatan kebidanan di instalasi rawat inap, perlu ditunjang dengan:
a) Mekenisme pendistribusian peralatan .
b) Daftar usulan kebutuhan alat di setiap unit kerja.
c) Adanya jadwal pendistribusian yang sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
3) Pendistribusian alat yang bersifat rutin (alat kebersihan/ alat rumah
tangga) dilakukan setiap bulan pada minggu pertama.
4) Pendistribusian alat tenun dan alkes insidentil sesuai dengan
kebutuhan ruangan/ unit kerja terkait .
d. Penggunaan Alat
1) Untuk menjamin alat berfungsi dengan baik sesuai masa pakai umur
teknis dan aman bagi pasien dan keluarganya maka pimpinan rumah
sakit telah menetapkan penggunaan peralatan keperawatan dan
kebidanan di instalasi rawat inap secara tepat dan benar sesuai
sop/protap.
2) Untuk menunjang kebijakan rumah sakit dalam penggunaan
peralatan kebidanan di ruang bersalin perlu ditunjang dengan
adanya:
a) SPO/ rotap penggunaan alat kebidanan .
b) Tenaga terlatih untuk menggunakan alat tersebut
c) Melakasanakan pencatatan frekuensi penggunaan alat tertentu
secara teratur dan berkala
d) Sebelum menggunakan alat, bidan harus :
(1) Memahami SPO/ protap penggunaan alat kebidanan di
ruang bersalin
(2) Mengecek apakah alat tersebut sudah siap pakai.
(3) Melakukan kalibrasi alat sesuai jadwal.
(4) Mencatat frekuensi penggunaan alat dalam buku yang
disediakan
BAB VI
KESELAMATAN KERJA
4. Manajemen Emergensi
a. Melaksanakan identifikasi bencana internal dan external.
b. Melaksanakan uji coba/pelatihan penanggulangan bencana/disaster plan.
1) Pengamanan Kebakaran
a) Melaksanakan identifikasi pengurangan resiko kebakaran.
b) Melaksanakan pencegahan kebakaran terhadap bahan mudah
terbakar.
c) Melaksanakan pelatihan penanggulangan kebakaran.
d) Melaksanakan pemeriksaan,uji fungsi peralatan kebakaran dan
pemeliharaan peralatan.
2) Peralatan Medis
a) Melaksanakan identifikas i resiko dari peralatan medis.
b) Melaksanakan pemeriksaan dan uji fungsi peralatan medis.
c) Melaksanakan pemeliharaan dan perbaikan peralatan medis.
3) Sistem Utilitas.
a) Melaksanakan identifikasi terhadap resiko kegagalan listrik dan
air.
b) Melaksanakan uji fungsi dari sumber alternatif & sitem utility
lainnya.
c) Melaksanakan pemeriksaan dan perbaikan peralatan sistem
pendukung lainnya.
BAB VII
PENGENDALIAN MUTU
d. Prosedur Bedah
1) Angka penundaan operasi.
2) Angka keterlambatan dimulainya operasi.
3) Angka infeksi luka operasi.
4) Angka ketidak lengkapan informed concent .
5) Angka ketidak lengkapan laporan operasi.
6) Angka ketidak lengkapan laporan anestesi.
7) Kepatuhan melaksanakan proses time out pada pasien pre operasi.
8) Ketidaksesuaian Diagnosis pra dan pasca bedah.
9) Marking.
e. Penggunaan Antibiotika dan Obat Lainnya
1) Penggunaan antibiotika di HCU sesuai dng hasil resistensi test.
2) Operasi Bersih tanpa Penggunaan Antibiotik Profilaksis .
FORMULA N
D
NUMERATOR Jenis-jenis pelayanan ruang bersalin
DENOMINATOR -
TARGET Pelayanan ruang bersalin
TEKNIS Format pencatatan diisi oleh staf pelayanan dengan
PENGUMPULAN mencatat jenis pelayanan yang ada di ruang bersalin
DATA melalui register ruang bersalin. Pencatatan
dilaksanakan setiap hari dan dilaporkan setiap bulan
kepada Ka. Seksi Pelayanan Medik Rawat Jalan dan
Rawat Inap
h. Kematian Maternal
STANDAR Pelayanan Ruang Bersalin
JUDUL Kematian Maternal di ruang bersalin
INDIKATOR
DEFINISI Kematian maternal adalah kematian seorang wanita
OPERASIONAL waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya
kehamilan olehsebab apapun
FORMULA N X 1000‰
D
NUMERATOR Jumlah kejadian kematian metrnal di ruang bersalin
dalam satu bulan
DENOMINATOR Jumlah seluruh pasien ruang bersalin dalam satu
bulan
TARGET ≤ 2,4 ‰
TEKNIS Format pencatatan diisi oleh Kepala Ruang bersalin
PENGUMPULAN dengan mencatat jumlah kematian maternal. Data
DATA diperoleh melalui rekam medis pasien. Pencatatan
dilaksanakan setiap hari dan dilaporkan setiap bulan
kepada Ka. Seksi Pelayanan Medis Rawat Jalan dan
Rawat Inap.
2. Keselamatan Kerja
a. Prosedur kewaspadaan universal harus dipatuhi dengan merujuk pada
penularan lewat darah.
b. Petugas diharuskan selalu mencuci tangan sesuai prosedur 6 langkah dan
5 momen dengan handrub/sabun antiseptic setiap kali kontak dengan
pasien.
c. Petugas diharuskan mengunakan alat pelindung diri sesuai prosedur, baik
berupa hand schoen/ masker dan lain-lain sesuai indikasi.
BAB VIII
PENUTUP