PENDAHULUAN
A. Deskripsi
semua
bukti
penguasaan
kemampuan
awal
yang
test
kemampuan
awal
yang
dipersyaratkan
untuk
Setelah mempelajari buku teks bahan ajar ini peserta diklat diharapkan
dapat:
a. Menerapkan dan melaksanakan keselamatan, kesehatan kerja dan
lingkungan
b. Mendeskripsikan dan menerapkan pengetahuan bahan teknik
c. Mendeskripsikan dan melakukan teknik pengujian logam
d. Menerapkan dan melaksanakan teknik penggunaan alat ukur
e. Menerapkan dan melaksanakan teknik penggunaan perkakas tangan
KOMPETENSI DASAR
No.
Daftar Pertanyaan
Pilhan
Jawaban
4
Sudah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
Belum
testing)
5.
6.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
1.
2.
3.
4.
5.
BAB II
KEGIATAN PEMBELAJARAN II TEKNOLOGI MEKANIK 1
A. Deskripsi
Kegiatan pembelajaran teknologi mekanik 1, terdiri dari beberapa kegiatan
belajar diantaranya: keselamatan dan kesehatan kerja (K3L), pengetahuan
bahan teknik, teknik pengujian logam, teknik penggunaan alat ukur, dan
teknik perkakas tangan.
B. Kegiatan Belajar 1Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan
1. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, dengan melalui mengamati, menanya,
pengumpulan data, mengasosiasi dan mengkomunikasikan, peserta didik
dapat:
a. Menjelaskan pengertian keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan
b. Menjelaskan Undang-Undang Keselamatan, kesehatan kerja dan
c.
d.
e.
f.
lingkungan (K3L)
Mengidentifikasi jenis-jenis kecelakaan kerja di tempat kerja
Mengidentifikasi cara pengendalian kecelakaan kerja
Menjelaskan tindakan setelah terjadi tindakan kerja
Menyebutkan dan mengidentifikasi alat-alat pelindung diri (APD)
2. Uraian Materi
Sebelum mempelajari materi keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan,
lakukan kegiatan sebagai berikut:
Pengamatan:
Silahkan mengamati alat pelindung diri (APD) di tempat kerja (Gambar di
bawah ini) atau objek lain sejenis disekitar anda. Selanjutnya tugas anda
adalah:
Sebutkan alat-alat pelindung diri (APD) yang anda ketahui
Jelaskan fungsi dan kegunaan dari masing-masing alat pelindung diri (APD)
Menanya:
Apabila anda
mengalami
kesulitan
dalam
menjawab
tugas
diatas,
mengenai
dasar-dasar
keselamatan
kerja.
Struktur
dan
jawab
terhadap
pelaksanaan
semua
ketentuan
1). Agar tenaga kerja dan setiap orang lainnya yang berada dalam
tempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat.
2). Agar sumber produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien.
3). Agar proses produksi dapat berjalan tanpa hambatan apapun.
c) Dasar Hukum
1). Undang-Undang Dasar 1945, pasal 5, 20 dan 27
2). Undang-undang No. 14 tahun 1969 tentang Ketentuan-ketentuan
Pokok mengenai Ketenagakerjaan.
Beberapa Peraturan yang Berkaitan dengan K3
1). UU No. 1 tahun 1951 tentang Pernyataan Berlakunya UU Kerja
Tahun 1948 No. 1, yang memuat aturan-aturan dasar tentang
pekerjaan anak, orang muda dan wanita, waktu kerja, istirahat dan
tempat kerja.
2). UU UAP (Stoon Ordonantie, Stdl. No.225 tahun 1930), yang
mengatur keselamatan kerja secara umum dan bersifat nasional.
3). UU Timah Putih Kering, yang mengatur tentang larangan membuat,
memasukkan, menyimpan atau menjual timah putih kering kecuali
untuk keperluan ilmiah dan pengobatan atau dengan izin dari
pemerintah.
4). UU Petasan, yang mengatur tentang petasan buatan yang
diperuntukkan
untuk
kegembiraan/keramaian
kecuali
untuk
keperluan pemerintah.
5). UU Rel Industri, yang mengatur tentang pemasangan, penggunaan
jalan-jalan rel guna keperluan perusahaan pertanian, kehutanan,
pertambangan, kerajinan dan perdagangan.
6). UU No. 3 Tahun 1969 tentang Persetujuan Konvensi ILO No. 120
mengenai Hygiene dalam Perniagaan dan Kantor-kantor.
7). UU No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial:
- Jaminan kecelakaan kerja
- Jaminan kematian
- Jaminan hari tua
-
d) Ruang Lingkup
Undang-undang Keselamatan Kerja memuat aturan-aturan dasar atau
ketentuan-ketentuan umum tentang keselamatan kerja dalam segala
tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air
maupun di udara yang berada di wilayah kekuasaan hukum Republik
Indonesia.
Azas-azas yang digunakan dalam UU No. 1 tahun 1970 adalah :
Azas nationaliteit memberlakukan UU keselamatan kerja kepada
setiap warga negara yang berada di wilayah hukum Indonesia
(termasuk wilayah kedutaan Indonesia di luar negeri dan terhadap
kapal-kapal yang berbendera Indonesia).
Azas teritorial memberlakukan UU keselamatan kerja sebagaimana
hukum pidana lainnya kepada setiap orang yang berada di wilayah
atau teritorial Indonesia, termasuk warga negara asing yang tinggal di
Indonesia (kecuali yang mendapat kekebalan diplomatik).
Dengan demikian, UU ini berlaku untuk setiap tempat kerja yang
didalamnya terdapat 3 unsur, yaitu:
- Adanya tempat dimana dilakukan pekerjaan bagi suatu usaha
- Adanya tenaga kerja yang bekerja
- Adanya bahaya kerja
e) Syarat-syarat K3
Persyaratan tersebut ditetapkan dalam pasal-pasal di bawah ini:
Pasal 3 ayat 1 berisikan arah dan sasaran yang akan dicapai.
Pasal 2 ayat 3 merupakan escape clausul , sehingga rincian yang ada
dalam pasal 3 ayat 1 dapat diubah sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknik dan teknologi serta penemuan-penemuan di
kemudian hari.
Pasal 4 ayat 2, mengatur tentang kodifikasi persyaratan teknis
keselamatan dan kesehatan kerja yang memuat prinsip-prinsip teknis
ilmiah menjadi suatu kumpulan ketentuan yang disusun secara teratur,
jelas dan praktis.
12
f) Pengawasan K3
Direktur melakukan pelaksanaan umum terhadap UU Keselamatan
Kerja, sedangkan pegawai pengawas dan ahli keselamatan dan
kesehatan
kerja
ditugaskan
menjalankan
pengawasan
langsung
Keselamatan
Kerja
mengatur
tentang
kewajiban
pelaksanaan
yang
dikeluarkan
berdasarkan
UU
BAB II
DASAR-DASAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)
13
a) Tujuan K3
Seperti yang sudah dijelaskan dalam UU Keselamatan Kerja, tujuan K3
adalah untuk mencegah dan mengurangi terjadinya kecelakaan dan penyakit
akibat kerja dan menjamin:
Setiap tenaga kerja dan orang lainnya yang berada di tempat kerja
mendapat perlindungan atas keselamatannya.
b) Pengertian
1). Pengertian K3
Secara Filosofi :
Suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan
baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia
pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat adil dan
makmur.
Secara Keilmuan :
Ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Secara Praktis :
Upaya perlindungan agar tenaga kerja selalu dalam keadaan selamat dan
sehat selama melakukan pekerjaan di tempat kerja serta bagi orang lain
yang memasuki tempat kerja maupun sumber dan proses produksi secara
aman dan efisien dalam pemakaiannya.
2). Potensi bahaya (Hazard) adalah suatu keadaan yang memungkinkan
atau dapat menimbulkan kecelakaan dan kerugian berupa cedera,
penyakit, kerusakan atau kemampuan melaksanakan fungsi yang telah
ditetapkan.
3). Tingkat bahaya (Danger) adalah ungkapan adanya potensi bahaya
secara relative.
4). Risiko (Risk) adalah menyatakan kemungkinan terjadinya kecelakaan
atau kerugian pada periode waktu tertentu atau siklus operasi tertentu.
14
5). Insiden adalah kejadian yang tidak diinginkan yang dapat dan telah
mengadakan kontrak dengan sumber energi melebihi nilai ambang batas
badan atau struktur.
6). Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak
dikehendaki yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu
aktivitas dan dapat menimbulkan kerugian baik korban manusia dan atau
harta benda.
7). Aman dan selamat adalah kondisi tiada ada kemungkinan malapetaka
(bebas dari bahaya).
8). Tindakan tidak aman adalah suatu pelanggaran terhadap prosedur
keselamatan yang memberikan peluang terhadap terjadinya kecelakaan.
9). Keadaan yang tidak aman adalah suatu kondisi fisik atau keadaan yang
berbahaya yang mungkin dapat langsung mengakibatkan terjadinya
kecelakaan.
c) Prinsip Dasar Pencegahan Kecelakaan
Pada dasarnya semua hampir semua kecelakaan dapat dicegah dan dapat
diidentifikasi
penyebabnya.
Dalam
usaha
pencegahan
kecelakaan,
penyebab dasar atau akar permasalahan dari suatu kejadian harus dapat
diidentifikasi, sehingga tindakan koreksi bisa tepat dilaksanakan untuk
mencegah kejadian yang sama. Teori domino, merupakan salah satu teori
yang dapat dipakai sebagai acuan dalam proses tersebut.
Rangkaian faktor-faktor penyebab kejadian kecelakaan dalam teori domino
dapat diurutkan sbb:
1). Kelemahan pengawasan oleh manajemen (Lack of control management)
2). Penyebab Dasar
3). Sebab yang Merupakan Gejala (Symptom): Kondisi dan Tindakan Tidak
Aman
4). Kecelakaan
5). Biaya Kecelakaan
d) Metode Pencegahan Kecelakaan
15
Peraturan Perundang-undangan
Standarisasi
Inspeksi
Persuasi
Asuransi
1). Tujuan
2). Apa yang dianalisis
3). Siapakah petugas analisis
4). Langkah-langkah analisis
5). Cara analisis
Laporan analisis kecelakaan harus dapat menggambarkan hal-hal
sebagai berikut :
Bentuk kecelakaan tipe cidera pada tubuh
Anggota badan yang cidera akibat kecelakaan
Sumber cidera
Type kecelakaan peristiwa yang menyebabkan cidera
Kondisi berbahaya kondisi fisik yang menyebabkan kecelakaan
Penyebab kecelakaan objek, peralatan, mesin berbahaya
Sub penyebab kecelakaan bagian khusus dari mesin, peralatan
yang berbahaya
Perbuatan tidak aman
BAB III
KELEMBAGAAN K3
a) Kelembagaan K3
Adalah sebuah organisasi / badan swasta independent, non pemerintah
yang bergerak di bidang pengelolaan keselamatan dan kesehatan kerja (K3),
beranggotakan perusahaan dan lembaga usaha berbadan hukum di
Indonesia. Lembaga K3 yang ada di Indonesia pada saat ini adalah : P2K3,
DK3N dan PJK3.
17
b) Dasar Hukum
Dasar hukumnya adalah UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
pasal 10 ayat 1 dan 2 dengan peraturan pelaksanaannya, yaitu :
1). Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep. 125/Men/1984 tentang
pembentukan, susunan dan tata kerja DK3N, DK3W dan P2K3.
2). Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep. 04/Men/1987 tentang P2K3
serta tata cara penunjukkan ahli K3
3). Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per. 04/Men/1995 tentang PJK3.
c) Ruang Lingkup
Meliputi latar belakang kebijakan, dasar hokum, tugas dan fungsi serta
prosedur pembentukan lembaga P2K3, DK3N dan PJK3.
Tugas Pokok dan Fungsi P2K3 DK3N dan PJK3
1). P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
Tugas pokok:
Memberikan saran dan pertimbangan kepada pengusaha mengenai K3
Fungsi:
- menghimpun dan mengolah data tentang K3 di tempat kerja
- membantu menuunjukkan dan menjelaskan K3 pada setiap tenaga
kerja
- membantu pengusaha dalam mengevaluasi K3
Persyaratan, Pembentukan dan Penunjukan diatur dalam Peraturan
Menaker No.: Per-04/MEN/1987.
2). DK3N (Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional)
Tugas pokok:
Memberikan saran dan pertimbangan kepada menteri mengenai K3
18
Fungsi:
Menghimpun dan mengolah data K3 di tingkat nasional dan membantu
menteri dalam memasyarakatkan K3.
Persyaratan, Pembentukan dan Penunjukan diatur dalam Peraturan
Menaker No.: Kep. 155/MEN/1994.
3). PJK3 (Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
Tugas pokok :
Membantu pelaksanaan pemenuhan syarat-syarat K3 sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
Fungsi:
Melakukan kegiatan yang berhubungan dengan masalah K3.
Persyaratan, Pembentukan dan Penunjukan diatur dalam Peraturan
Menaker No.: Per-04/MEN/1995.
BAB IV
PENUTUP
Materi mengenai Undang-undang No. 1 tahun 1970, Dasar-dasar K3 dan
Kelembagaan K3 sudah cukup memadai untuk diberikan kepada para Ahli K3 di
perusahaan.
Kaitannya dengan sosialisasi UU Keselamatan Kerja dan peraturan-peraturan
yang terkait, harus melibatkan manajemen paling tinggi di suatu perusahaan
dan mengharapkan komitmen mereka terhadap UU dan peraturan yang sudah
dibuat.
c. Tujuan Kesehatan, Keselamatan Kerja Dan Lingkungan
Adapun tujuan program kesehatan, keselamatan kerja dan lingkungan
adalah:
1). Supaya setiap pekerja mendapat perlindungan dari gangguan kesehatan
akibat situasi dan kondisi kerja yang tidak sehat seperti pencemaran
lingkungan dan sebagainya.
19
b)
c)
d)
e)
f)
g)
d. Ruang
Lingkup
Kegiatan
Kesehatan,
Keselamatan
Kerja
Dan
Lingkungan
Ruang lingkup kesehatan dan keselamatan kerja meliputi hal-hal sebagai
berikut:
1).Upaya K3 selama seseorang bekerja dalam lingkup tempat kerja atau
menurut peraturan perundang-undangan dapat disebut sebagai tempat
kerja.
2).Upaya K3 selama seseorang berada dalam lingkungan keluarga di
rumah tangga.
3).Upaya K3. selama seseorang berada dalam lingkungan masyarakat.
20
21
22
a) Berkonsultasi
dengan
pekerja
mengenai
masalah
apa
yang
dan
pengalaman
orang
yang
terkena
23
d) Berbagai
karakteristik
khusus
personel
yang
terlibat
membutuhkan
waktu
lama
untuk
menyebabkan
orang
meninggal.
f) Pengaruh
posisi
seseorang
terhadap
bahaya
material
atau
tingkat
paparan
Jumlah paparan dan tingkat paparan dalalm kasus ini belum diketahui,
karena sebelum melakukan pembersihan tidak dilakukan analisis
ataupun penilaian terhadap bahaya yang mungkin terjadi.
i) Kondisi lingkungan dan kondisi peralatan
j) Efektivitas pengendalian yang ada apakah telah dilaksanakan atau
belum.
3). Menetapkan Pengendalian
Dalam melakukan pengendalian harus dimulai dari tindakan yang
terbesar.
Tahapan-tahapan
yang
harus
dilaksanakan
untuk
24
bukan
pengendali
sumber
bahaya.
Seharusnya
pekerja
karena
akan
mendekati
sumber
bahaya
yang
dapat
menyebabkan kematian.
25
dalam
prosedur
tersebut.
Contohnya:
Manajer
kegiatan
pekerja.
Dalam
kasus
ini
tidak
ada
harus
diberi
informasi
mengenai
penggunaan
alat
sehingga
dalam
menghadapi
suatu
persyaratan
pemeliharaan
untuk
memastikan
26
Permenkes
No:472/Menkes/Per/V/1996
ttg
Kep.
Men
Perindustrian
No:148/M/SK/4/1985
Kepmenaker
No:Kep-147/Men/1999
tentang
Prinsip
Dasar
Tindakan
Pertolongan
Prinsip P-A-T-U-T
2)
Pemberian Pertolongan
a).Menilai situasi
korban
dengan
cara
aman
dan
memperhatikan
28
29
30
5).Sarung Tangan
Berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja di tempat
atau situasi yang dapat mengakibatkan cedera tangan. Bahan dan
bentuk sarung tangan di sesuaikan dengan fungsi masing-masing
pekerjaan.
32
9).Masker (Respirator)
Berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat bekerja di tempat
dengan kualitas udara buruk (misal berdebu, beracun, dsb).
33
hasil
produksinya aman.
b.
c.
setiap
pekerja
mendapat
perlingdungan
dari
gangguan
34
kesehatan,
kecelakaan
kerja
untuk
kesejahteraan
hidup
dan
e.
f.
4.
Tugas
1. Buat ringkasan dengan singkat terkait materi keselamatan, kesehatan
kerja dan lingkungan !
2. Jelaskan dengan singkat, pentingnya Keselamatan dan kesehatan kerja
dan lingkungan (K3L) dalam dunia kerja?.
5.
Tes formatif
Jawablah pertanyaan di bawah ini !
1.
2.
3.
4.
35
5.
6.
Kunci Jawaban
1. Pengertian K3L adalah :
Upaya untuk menciptakan situasi dan kondisi yang sehat bagi pekerja
dan lingkungannya. Keselamatan kerja adalah upaya supaya pekerja
terhindar dari kecelakaan, peralatan produksi tidak rusak dan
hasil
produksinya aman.
Tujuan K3L adalah :
a. Supaya setiap pekerja mendapat perlindungan dari gangguan kesehatan
akibat situasi dan kondisi kerja yang tidak sehat seperti pencemaran
lingkungan dan sebagainya.
b. Supaya setiap pekerja mendapat perlindungan dari kecelakaan akibat
situasi dan kondisi kerja yang tidak aman.
c. Supaya setiap
36
c. Menetapkan pengendalian
Dalam melakukan pengendalian harus dimulai dari tindakan yang
terbesar.
Tahapan-tahapan
yang
harus
dilaksanakan
untuk
komunikasi,
menyediakan
pelatihan,
pengawasan
dan
pemeliharaan.
e. Monitor dan Tinjauan
Langkah terakhir dalam pengendalian bahaya adalah memonitor dan
meninjau efektivitas pengendalian.
4.
38
bertindak
A = Amankan korban dari gangguan di tempat kejadian, sehingga
bebas
dari bahaya.
T = Tandai tempat kejadian sehingga orang lain tahu bahwa di
tempat itu
ada kecelakaan.
U = Usahakan menghubungi ambulan, dokter, rumah sakit atau
yang
berwajib
T = Tindakan pertolongan terhadap korban dalam urutan yang
paling
tepat.
5.
40
ferro
e. Menjelaskan proses pelapisan logam
2. Uraian Materi
Sebelum mempelajari materi pengetahuan bahan teknik, lakukan kegiatan
sebagai berikut:
Pengamatan:
Silahkan mengamati ikhtisar han teknik ini. Selanjutnya tugas anda adalah:
1. Sebutkan dan jelaskan yang termasuk ke dalam bahan logam
2. Sebutkan dan jelaskan yang termasuk ke dalam bahan bukan logam
41
42
BUKAN - LOGAM
Logam Non-Ferro
Logam Non-Ferro Murni
Paduan Non-Ferro
Berat
Tembaga
Timah
Timbal
Perunggu
Loyang
Tembaga + Timah
Tembaga + Seng
Besi Murni
Baja dan besi
tuang tidak
dicampur
Seng
Antimoni
Nikel
Kromium
Molibdenum
Wolfram
Murni
Platina
Emas
Perak
Ringan
Alumunium
Duralumin
- alumunim + tembaga
Silumin - magnesium + alumunium
Magnesium
Elektron
Baja-nikel
Baja-kromium
BajaMolibdenum
Baja-Wolfram
Plastik
Termolpast
Termoharder
Karet alam
Jenis karet sintetik
Bahan pelumas
Minyak
Gemuk
Bahan Bakar
Padat
Cair
Gas
Bahan paking
Bahan isolasi
Isolasi listrik
Isolasi suara
Isolasi getar
Isolasi panas
Bahan Las
Bahan Asah
Baja-Silisium
Baja-Mangan
- Magnesium + alumunium
43
Menanya:
Apabila anda
mengalami
kesulitan
dalam
menjawab
tugas
diatas,
a.
bahan teknik harus memenuhi syarat mekanis, kemis, teknologis dan ekonomis.
Selain itu juga harus dipertimbangkan mengenai kemampuan bahan, daya
tahan bahan, dan yang lebih penting dapat digunakan dalam lapangan teknik
dan teknik proses.
Bahan teknik dapat digolongkan dalam kelompok logam dan bukan logam ,
selain dua kelompok tersebut ada kelompok lain yang dikenal dengan nama
metalloid (artinya menyerupai logam) yang sebenarnya termasuk bahan bukan
logam. Logam dapat digolongkan pula dalam kelompok logam ferro yaitu logam
yang mengandung besi, dan logam non ferro atau logam bukan besi. Dari
semua jenis logam dapat digolongkan menjadi logam murni dan logam paduan.
Logam paduan artinya logam yang dicampur dengan logam lain atau bahkan
dicampur dengan bukan logam.
Dari semua golongan logam, dapat dibedakan menjadi lima bagian :
1.
Logam berat, apabila berat jenisnya lebih besar dari 5 kg/dm 3. Misalnya :
nikel, kromium, tembaga, timah, seng dan besi.
2.
3.
44
Bijih Logam
Logam Murni
Logam Oksid
Logam Sulfid
Logam Karbon
Secara kimiawi
terdapat murni
Contoh :
Contoh :
Contoh :
Contoh :
Emas
Perak
Tembaga
Blende seng
Bijih timbal; dan
Nikel
b.
Besi teknik, yang sudah atau selalu bercampur dengan unsur lain
Besi mentah atau besi kasar, kadar zat arangnya lebih besar dari
3,71%
b.
Besi tuang, kadar zat arangnya antara 2,3 hingga 3,6% dan tidak
dapat ditempa. Dikatakan besi tuang kelabu, apabila zat arang tidak
bersenyawa secara kimiawi dengan besi melainkan sebagai zat arang
lepas, yang memberikan warna abu-abu kehitaman. Dikatakan besi
tuang putih, karena zat arang mampu bersenyawa dengan besi
45
c.
Baja atau besi tempa, kadar zat arangnya kurang dari 1,7% dan
dapat ditempa.
Sifat-sifat besi teknik terutama ditentukan oleh kadar zat arangnya. Jika tidak
ada unsur lain yang mengubah sifat-sifat itu, besi tuang (mengandung kadar
zat arang di atas 1,7) tidak dapat ditempa karena pada perubahan tingkat
wujud bila dipanaskan, besi berubah dari keadaan padat langsung ke dalam
keadaan cair. Tetapi untuk besi atau baja yang mengandung zat arang
kurang dari 1,7% dapat ditempa, karena pada perubahan tingkat wujud bila
dipanaskan, baja mengalami fase plastis atau lembek sebelum keadaan cair.
Dalam keadaan plastis itulah baja mampu menerima gaya tekan dalam
penempaan untuk berubah bentuk.
Logam ferro juga disebut besi karbon atau baja karbon. Bahan dasarnya
adalah unsur besi (Fe) dan karbon (C), tetapi sebenarnya juga mengandung
unsur lain seperti : silium, mangan, fosfor, belerang dan sebagainya yang
kadarnya
relatif
rendah.
Unsur-unsur
dalam
campuran
itulah
yang
mempengaruhi sifat-sifat besi atau baja pada umumnya, tetapi unsur zat
arang (karbon) yang paling besar pengaruhnya terhadap besi atau baja
terutama kekerasannya.
Pembuatan besi atau baja dilakukan dengan mengolah bijih besi di dalam
dapur tinggi yang akan menghasilkan besi kasar atau besi mentah. Besi
kasar belum dapat digunakan sebagai bahan untuk membuat benda jadi
maupun setengah jadi, oleh karena itu besi kasar masih harus diolah kembali
di dalam dapur-dapur baja. Logam yang dihasilkan oleh dapur baja itulah
yang dikatakan sebagai besi atau baja karbon, yaitu bahan untuk membuat
benda jadi maupun setengah jadi.
2.
sudah memiliki sifat yang baik, misalnya ketahanan kimia dan daya hantar
listrik yang baik serta cukup kuat, sehingga dapat digunakan dalam keadaan
murni. Tetapi karena harganya yang mahal, ketiga jenis logam ini hanya
digunakan untuk keperluan khusus, misalnya dalam teknik proses dan
laboratorium di samping keperluan tertentu seperti perhiasan dan sejenisnya.
Logam non ferro juga digunakan untuk campuran besi atau baja dengan
tujuan memperbaiki sifat-sifat baja. Dari jenis logam non ferro berat yang
sering digunakan untuk paduan baja antara lain : nikel, kromium,
molybdenum, wolfram dan sebagainya. Sedangkan dari logam non ferro
ringan antara lain : magnesium, titanium, kalsium dan sebagainya.
b.
Bukan Logam
Bahan bukan logam ternyata selalu dibutuhkan, baik dalam teknik bangunan
dan mesin, bangunan umum, teknik proses, maupun keperluan lainnya.
Bukan logam selain digunakan sebagai bahan utama sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki dan sifat-sifatnya yang khas untuk berbagai
keperluan :
Bahan bukan logam yang penting untuk bahan teknik antara lain dapat kita
golongkan sebagai berikut :
1)
2)
3)
4)
5)
Bahan asah
6)
Bahan las
7)
Karet
8)
Plastik
47
LOGAM
BUKAN - LOGAM
Logam Non-Ferro
Logam Non-Ferro Murni
Paduan Non-Ferro
Berat
Tembaga
Timah
Timbal
Perunggu
Loyang
Tembaga + Timah
Tembaga + Seng
Besi Murni
Baja dan besi
tuang tidak
dicampur
Seng
Antimoni
Nikel
Kromium
Molibdenum
Wolfram
Murni
Platina
Emas
Perak
Ringan
Alumunium
Duralumin
- alumunim + tembaga
Silumin - magnesium + alumunium
Magnesium
Elektron
Baja-nikel
Baja-kromium
BajaMolibdenum
Baja-Wolfram
Plastik
Termolpast
Termoharder
Karet alam
Jenis karet sintetik
Bahan pelumas
Minyak
Gemuk
Bahan Bakar
Padat
Cair
Gas
Bahan paking
Bahan isolasi
Isolasi listrik
Isolasi suara
Isolasi getar
Isolasi panas
Bahan Las
Bahan Asah
Baja-Silisium
Baja-Mangan
- Magnesium + alumunium
48
c.
yang
timbul
dari
adanya
tegangan-tegangan
tersebut
serta
yang
khas
dari
bahan,
baik
kekerasannya,
keuletannya,
49
1.
Sifat Mekanis
Sifat mekanis suatu logam adalah kemampuan bahan atau kelakuan
logam itu untuk menahan beban yang dikenakan kepadanya, baik beban
statis, dinamis atau berubah-ubah pada berbagai keadaan, dengan suhu
tinggi maupun di bawah nol derajat. Sifat mekanis dari logam tersebut
berupa kekenyalan, batas penjalaran, dan kekuatan tekan. Ketentuan
mengenai sifat mekanis itu menyangkut lamanya menerima beban,
keadaan lingkungan, frekuensi pembebanan dan kecepatannya, keadaan
suhu pada waktu pembebanan, besarnya beban dan kekuatan menekan
bahan percobaan.
2.
Sifat Fisis
Sifat fisis suatu logam adalah bagaimana keadaan logam itu apabila
mengalami peristiwa fisika, misalnya keadaan pada waktu terkena
pengaruh panas dan pengaruh listrik. Karena pengaruh panas yang
diterimanya pada suhu tertentu, bahan akan mencair atau hanya
mengalami perubahan bentuk dan ukurannya. Dari sifat fisis ini, dapat
ditentukan titik cair, suatu bahan dan titik didihnya, sifat menghantarkan
panas, keadaan pemuaian pada waktu menerima panas, perubahan
bentuknya karena panas dan sebagainya. Pengaruh panas yang diterima
oleh suatu bahan dengan sendirinya dapat berhubungan dengan sifat
mekanis bahan tersebut, bahkan karena panas yang diterima oleh suatu
bahan dapat merubah sifat mekanis dari bahan tersebut. Misalnya dalam
proses penyepuhan, bahan yang dipanaskan pada suhu tertentu dan
kemudian didinginkan dengan mendadak, bahan tersebut akan menjadi
keras atau apabila bahan yang dipanaskan kemudian didinginkan dengan
perlahan-lahan bahan tersebut menjadi lebih lunak.
Sifat fisis karena pengaruh listrik adalah berhubungan dengan kekuatan
bahan itu menghantarkan listrik, ataupun kemampuan bahan tersebut
menghambat mengalirnya listrik.
50
3.
Sifat Kemis
Sifat kemis atau sifat kimia adalah bagaimana kondisi bahan tersebut
mampu menahan adanya zat kimia yang dikenakan pada bahan tersebut.
Misalnya apakah bahan itu larut atau terjadi reaksi apabila terkena larutan
asam, basa dan garam. Apakah terjadi oksidasi bila terkena larutan atau
bahan lain.
Kelarutan bahan tersebut terhadap zat kimia berhubungan erat dengan
ketahanan bahan terhadap pencernaan logam oleh keadaan sekitar.
Pencernaan logam oleh keadaan sekitar dinamakan korosi. Apabila logam
berkorosi, logam akan berubah ke dalam garamnya, oksida atau
hidroksidanya. Karena peristiwa korosi disebabkan oleh reaksi kimia
langsung dan elektro kimia, maka sifat kimia dari suatu logam sangat
perlu diketahui dalam hal pemilihan bahan untuk suatu konstruksi.
4.
Sifat Teknologis
Sifat teknologis merupakan kemampuan suatu bahan dalam proses
pengerjannya secara teknis. Sifat-sifat itu meliputi : kemampuan bahan
untuk di las, kemampuan untuk dikerjakan dengan mesin, kemampuan
untuk bahan tuangan dan kemampuan untuk penempaan. Sifat-sifat
teknologis dari suatu bahan itu perlu diketahui sebelum pengolahan bahan
dilakukan, misalnya mampukah bahan itu dikerjakan dengan mesin bubut
dengan hasil yang baik, dapatkan bahan itu dituang atau dicor tanpa
penyusutan ukuran yang berarti dan sebagainya.
d.
Dibersihkan.
51
52
mendapatkan
spesifikasi
baja
tertentu,
maka
ditambahkan
54
Martin)
juga
merupakan
dapur
yang
digunakan
untuk
disalurkan
dengan
tiga
buah
elektroda
karbon
dan
Dalam proses pembuatan, bahan-bahan yang dimasukkan adalah bahanbahan yang benar-benar diperlukan dan besi bekas. Setelah bahan-bahan
dimasukkan, maka elektroda-elektroda listrik akan memanaskan bahan
dengan panas yang sangat tinggi (+ 7000oC), sehingga besi bekas dan
bahan-bahan lain yang dimasukkan dengan cepat dapat mencair.
Adapun campuran-campuran lain (misalnya untuk membuat baja tahan
karat) dimasukkan setelah bahan-bahan menjadi cair dan siap untuk
dituang.
56
f.
masih panas dan berwarna merah dikeluarkan dari cetakan untuk disimpan
sementara dalam dapur bentuk kotak serta dijaga panasnya dengan
temperatur 1100oC - 1300oC menggunakan bahan bakar gas atau minyak.
Penyimpanan tersebut adalah untuk meratakan suhu sebelum dilakukan
proses pembentukan atau pengerolan.
57
yang diinginkan, seperti pelat tebal (bloom), batangan (billet) atau pelat
(slab).
58
sangkar, segi-6, strip atau siku dan lain-lain sebagainya sesuai dengan
disain rolnya.
59
60
61
g.
Logam Ferro
Logam-logam Ferro adalah logam dimana unsur utamanya adalah besi (Fe),
Logam Ferro secara umum terdiri dari tiga jenis, yaitu baja karbon, besi tuang
dan baja paduan (campuran).
1.
pelat
kendaraan
kawat las/rod
bahan
konstrukdi, dll.
Penggunaannya adalah :
pelat-pelat
kapal
batang-batang
penggerak
roda
gigi
profil
konstruksi
bangunan
poros-poros penggerak
komponen-komponen mesin
alat-alat pertanian
dll.
pegas
alat-alat potong
peluru-peluru bantalan
peralatan kerak
dll.
1).
2).
3).
berikut
adalah
untuk
memperkirakan
perubahan
berdasarkan
64
66
grafit akan
Kekuatan tarik
KEKUATAN TARIK
152 MPa - 186 MPa
340 Mpa - 430 MPa
540 Mpa - 700 MPa
Hampir sama dengan besi tuang SG,
Kekuatan Tekan
Besi tuang kelabu mempunyai kekuatan tekan yang sangat baik dan
secara luas digunakan pada bantalan mesin serta untuk barangbarang yang membutuhkan tekanan besar.
Kekenyalan (Ductility)
Seluruh
besi
tuang
mempunyai
kekenyalan
yang
rendah
3. Baja Paduan
68
Baja paduan adalah baja yang mengandung paduan satu atau lebih unsur
campuran yang ditambahkan untuk mendapatkan sifat-sifat yang tidak
dimiliki oleh baja karbon atau besi tuang.
Unsur-unsur yang ditambahkan pada baja adalah untuk :
Menambah kemampuan baja untuk dikeraskan.
Meningkatkan keliatan
Meningkatkan ketahanan terhadap aus.
Meningkatkan ketahanan terhadap korosi.
Unsur-unsur yang biasa ditambahkan pada baja paduan antara lain adalah
Karbon (C)
Chromium ( Cr )
Nikel ( Ni )
Molibdenum ( Mo )
Tembaga ( Cu )
Vanadium ( V )
Mangan ( Mn )
Jenis baja paduan yang banyak dipakai di industri-industri atau untuk
kebutuhan fabrikasi adalah :
Baja sepuhan dan temper rendah
Baja weathering
Baja creep resistant
Baja tahan karat ( Stainless Steel )
Adapun komposisi baja paduan seraca umum adalah sebagai berikut :
69
Sepuhan,
Baja Weathering
Karbon ( C )
Chromium ( Cr )
Nikel ( Ni )
Mangan ( Mn )
Tembaga ( Cu )
Vanadium ( V )
Molibdenum ( Mo )
Temper Rendah
0.10 - 0.20%
0.60 - 1.00%
0.70 - 1.00%
0.60- 1.00%
0.15 - 0.50%
0.03 - 0.08%
0.40 - 0.60%
0.10%
0.50%
0.25%
0.90%
0.25%
-
Baja Creep
Resistant
0.15 - 0.43%
0.30 - 0.8%
0.50- 2.00%
0.50- 1.00%
0.10 - 0.20%
0.10 - 0.30%
dump truck
hopper
bucket
dozer blade
Tangki penyimpanan
Perangkat pertanian
Konstruksi bangunan
70
Pipa uap
Austenitic
Ferritic
Martensitic
1) Austenitic ( Austenit )
Baja tahan karat austenit adalah jenis baja tahan karat yang paling
banyak dipakai karena sifat-sifatnya yang dapat dilas dan dibentuk
atau diperbaiki. Unsur-unsur paduannya adalah terdiri dari 18%Chrom
dan 8% Nikel ( Kode SS 18/8 )
71
2) Ferritic ( Ferrit )
Baja tahan karat ferit adalah baja tahan karat yang sangat tahan
terhadap korosi, sehingga pemilihan untuk jenis baja ini adalah lebih
mempertimtangkan sifat tahan karatnya dibanding sifat yang lain
( bukan sifat mekanisnya ). Baja tahan karat ferit sukar untuk dilas dan
perbaiki.
3) Martensitic ( Martensit )
Baja tahan karat martensit adalah baja tahan karat yang memiliki
ketahanan korosi sedang , tapi baja ini dapat dilakukan perlakuan
panas ( heat treatment ) karena kandungan karbonnya lebih tinggi dan
sebagian dari jenis baja tahan karat martensit dapat dilas.
Efek Karbon dan Ekuivalen Karbon pada Baja Paduan :
Besarnya
kandungan
karbon
pada
suatu
baja
paduan
akan
efek
mengeraskan
dan
masing-masing
unsur
Unsur
Karbon
Fosfor
Molibdenum
Chromium
Vanadium
Mangan
Tembaga
Nikel
Faktor Bagi
1
2
5
5
5
6
13
15
h.
Karena banyak sekali jenisnya, maka pada topik ini hanya akan uraikan
beberapa jenis yang paling banyak dipakai pada kegiatan produksi atau
kehidupan sehari-hari.
1. Logam Berat
a). Tembaga ( Cu )
didapat dari pengolahan bijih tembaga yakni dalam bentuk senyawa
dengan belerang dan dalam bentuk potongan/bongkahan atau pasir.
Yang berbentuk bongkahan terdapat di Amerika Utara, dan yang
berbentuk pasir terdapat di Rusia, Chili dan Indonesia (Irian).
Sifat-sifat dan Penggunaannya :
1). Daya penghantar listrik yang sangat baik /tinggi. Dipergunakan
pada industri listrik dan telekomunikasi, spt. : kawat listrik, kawat
telepon, kawat penangkal petir dan lain-lain.
2). Daya penghantar panas dan tanah karat yang baik, banyak
dipergunakan dalam pembuatan radiator, ketel dan perlengkapan
pemanas.
3). Sangat malleable dan ductile, dapat dirol, ditarik, ditekan tarik dan
ditempa dengan mudah.
4). Untuk pekerjaan tuangan, tembaga merah tidak begitu banyak
dipakai karena akan timbul gelembung-gelembung. Kekurangan ini
dapat diganti/diatasi dengan jalan memadukan sedikit seng atau
aluminium.
b). Timah Putih ( Sn )
Biji timah masih banyak bersenyawa dengan biji yang lainnya dan
biasanya menjadi sangat kotor. Timah gunung didapat di Inggris,
Australia, Jepang dan pasir timah yang bercampur dengan pasir
terdapat di Malaysia, Bangka (Indonesia) serta Bolivia.
Di Indonesia biji timah mengandung 78 % kadar timah yang
bercampur dengan pasir.
Sifat-sifat dan Penggunaannya :
74
75
2). Pada suhu 130 - 150C dapat dipecah-pecah dan kenyal sehingga
dapat dijadikan lempeng-lempeng dengan jalan dirol.
3). Bila dipanaskan sampai suhu 200C akan rapuh, mudah ditumbuk
menjadi bubuk, akan mencair pada suhu 419C dan titik didihnya
906C.
4). Hampir tak terjadi oksidasi, tetapi cepat rusak oleh pengaruh asam.
5). Penggunaanya adalah untuk melapisi logam lain agar tahan
terhadap korosi, sebagai anoda pada lambung kapal, untuk
pencampur logam lain, dll.
e). Nikel ( Ni )
Bijih nikel diketemukan di Rusia, Kanada, Amerika, Finlandia, Norwegia
dan Indonesia ( Sulawesi tenggara/Soroako dan Pomala ).
Sifat-sifat dan Penggunaannya :
1). Berwarna putih keabu-abuan, sangat keras dan padat, dapat
menahan pengaruh atmosfir dengan baik, oleh karena itu dapat
dipakai untuk melapis baja agar terhindar dari karat.
2). Berat jenisnya 8,9; dan titik cairnya 1455C, kekuatannya hampir
sama dengan tembaga, sedangkan regangannya antara 15 - 20 %.
Sampai dengan suhu 300C, kepadatannya tidak berubah, tetapi di
atas suhu tersebut baru berubah turun dengan cepat.
2. Logam Ringan
a). Aluminium ( Al )
Logam aluminium hampir ditemukan diseluruh dunia dalam keadaan
masih bersenyawa dengan unsur-unsur lain. Bijih aluminium didapat
pada bahan bijih tambang bauksit yang diketemukan di Amerika Serikat,
Italia, Indonesia, Perancis dan Rusia.
Sifat-sifat dan Penggunaannya :
76
77
b). Platina ( Pt )
Di alam sebenarnya unsur platina tidak berdiri sendiri, tetapi bergabung
dengan unsur-unsur lain seperti osmium, iridium, palladium, rhodium.
Sedangkan beberapa bijih kadang-kadang juga mengandung besi,
tembaga, timah hitam dan zirconium. Bijih-bijih ini diketemukan
dipegunungan Ural, Kolombia, Brazilia dan Indonesia ( Kalimantan ).
78
c). Emas ( Au )
Hampir semua bijih emas mengandung perak. Logam emas ini banyak
diketemukan di Kanada, Australia , Amerika Utara, Rusia dan juga di
Indonesia.
Sifat-sifat dan Penggunaannya :
1).
2).
3).
Penggunaanya :
i.
1. Plastik
Plastik merupakan bahan yang sangat penting dalam dunia permesinan
dan industri modern. Plastik adalah bahan sintetis berasal dari minyak
mineral, gas alam, atau dibuat dari bahan asal batu bara, batu kapur,
udara, air dan juga dari binatang dan tumbuh-tumbuhan. Pengolahannya
dapat dikerjakan pada proses panas dan tekanan.
Sifat-sifat plastik pada umumnya adalah sebagai berikut :
a). Tahan korosi oleh atmosfer ataupun oleh beberapa zat kimia.
b). Berat jenisnya cukup rendah, sebagian dapat mengapung dalam air.
c). Cukup ulet dan kuat, tetapi kekuatannya di bawah logam.
d). Bahan termoplastik mulai melunak pada suhu yang rendah, sedikit
mempunyai wujud yang menarik dan dapat diberi warna, ada yang
e). Transparan
Sifat mekanik dari plastik adalah tidak mudah pecah dan rapuh. Beberapa
bahan plastik koefisien geseknya sangat rendah sehingga sering
digunakan sebagai bantalan kering.
Keburukan-keburukan dari plastik adalah sebagai berikut.
a). Kecenderungan memuai yaitu menjadi lebih panjang dengan adanya
beban.
b). Suhu diatas 2000 C sifatnya menjadi kurang baik.
c). Terjadi perubahan polimer selama pemakaian yang kemungkinan
d). Sekali karena aksi dari sinar ultra violet. Bahan plastik dibagi dalam
dua golongan yaitu plastik termoseting dan thermoplastik.
a).Termoseting
Bahan ini keras dan mempunyai daya tahan panas yang tinggi. Proses
pengerjaan plastik termoseting adalah sebagai berikut. Bahan baku (resin)
berbentuk biji-biji kering dan bahan tambahan dimasukkan kedalam
cetakan lalu dipanaskan hingga 1500 C, kemudian ditekan dengan gaya
81
kira-kira 150 atm. Bahan ini akan mencair dan memenuhi model.
Selanjutnya dipanasi lagi hingga bahan tersebut mengeras, lalu tutup
cetakan dibuka dan benda tersebut diangkat. Proses itu berlangsung pada
temperatur tinggi. Untuk mendapatkan permukaan benda yang halus
cetakan harus dipoles, terutama digunakan dalam pembuatan alat-alat
listrik, tread bushing, dan bearing bushing.
b). Termoplastik
Termoplastik tersusun dari molekul-molekul panjang. Jikalau molekul
panjang itu diumpakan sebagai sebuah garis yang ditarik dan kita letakkan
dua buah molekul panjang berdampingan maka memperlihatkan suatu
gambaran dari suatu termoplas dalam keadaan padat.
Jika termolas dipanaskan untuk menjaga keseimbangan maka molekul
panjang
akan
bergerak
lebih
banyak.
Suhu
pemanasan
yang
dengan
injeksi,
pembentukan
injeksi
khususnya
dilakukan untuk polistiren, politilen, poliamide. Resin tersebut pertamatama dipanaskan pada silinder pemanas kemudian ditekan melalui
lubang laluan menuju ke cetakan yang mana dengan pendinginan akan
menjadi cepat padat.
82
untuk
pembentukan
injeksi
tetapi
terutama
untuk
83
c). Bahan penyekat getaran, bahan ini harus dapat meredam getaran
dalam konstruksi bangunan-bangunan mesin dan kendaraan. Bahan
penyekat getaran yang terpenting adalah kulit dan karet.
d). Bahan penyekat panas, bahan ini tidak boleh menghantarkan panas
dari konstruksi bangunan gedung dan konstruksi bangunan mesin.
Bahan penyekat panas harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut.
Koefisien panas harus rendah, Daya tahan lembab yang baik, Daya
tahan suhu yang tinggi,Masa jenis yang rendah
e). Bahan penyekat bangunan, yang baik adalah udara diam mempunyai
koefisien daya hantar yang paling rendah yaitu 0,02 J/det
Cm.
digunakan serat kayu, serat kain tua, serat jerami dan serat kertas
tua.
b). Fiber,
bahan
terdiri
dari
lapisan-lapisan
kertas
yang
Asbes dengan salut tembaga yang tipis, asbes diberi sati lapisan
tipis salut tembaga dan dapat diperoleh sebagai barang jadi (gelang
dan paking kepala).
Baja merupakan salah satu bahan yang sangat banyak dipakai di seluruh
dunia untuk keperluan kehidupan manusia, khususnya di dunia industri.
Ditemukan buat pertama kali oleh orang Mesir lebih dari 4000 tahun yang
lalu untuk perhiasan dan alat rumah tangga yang kemudian berkembang
menjadi bahan berharga dan dimanfaatkan orang setiap hari saat ini
Untuk menjadikan baja, banyak proses yang dilakukan, sehingga
membutuhkan ilmu pengetahuan dan teknologi agar dapat dipakai dalam
berbagai keperluan.
j.
2).Hardening
Untuk memenuhi tuntutan fungsi seperti harus keras, tahan gesekan atau
beban kerja yang berat, maka baja harus dikeraskan melalui proses
pengerasan.
Prinsip dari hardening adalah memanaskan baja sampai titik temperatur
austenit kemudian didinginkan secara mendadak / quenching dengan
kecepatan pindinginan diatas kecepatan pendinginan kritis agar terjadi
pembentukan
martensit
dan
diperoleh
kekerasan
yang
tinggi.
87
88
untuk
itu
perlu
proses
lanjutan
yaitu
proses
tempering.
90
permukaan
biasanya
dibutuhkan
untuk
as/poros
yang
tetapi
didalamnya/inti
bajanya
masih
tetap
ulet.
Untuk mencapai kondisi diatas maka baja yang digunakan adalah jenis baja
91
carbon rendah atau kadar C max 0.2 % sehingga jika dikeraskan bagian inti
tidak menjadi keras dan permukaan yang dikehendaki keras harus melalui
proses diffusi dengan karbon/pengkarbonan untuk menghasilkan kekerasan
yang diinginkan.
Prinsip dari carburizing ini adalah mendiffusikan permukaan benda kerja
dengan karbon sehingga permukaan memiliki kadar karbon sebesar 0.9%
pada suhu 850 950 C kemudian baru didinginkan.
Cara carburizing ini ada berbagai macam:
a). Pack Carburizing ( Pengkarbonan dengan media padat )
Cara ini sudah dikenal sejak dahulu dan dianggap cara yang paling
praktis. Benda kerja dimasukkan ke dalam kotak yang tahan panas dan
didalamnya diberi arang bakar atau kokas berdiameter 3 mm yang
mengelilingi benda kerja dengan tebal lapisan minimal 3 Cm dan
ditambahkan barium karbonat atau sodium karbonat sebagai katalisator
lalu ditutup rapat agar carbon tidak keluar sia-sia . Lalu dipanaskan
sampai 900 C dengan waktu tahan sesuai dengan ketebalan kekerasan
yang dikehendaki, untuk 1 jam lama penahanan menghasilakan lapisan
keras setebal 0.1 mm. Jika ketebalan lapisan keras sudah tercapai baru
dikeluarkan dan dibiarkan dingin di udara
Cara ini juga memiliki kelemahan :
Terdapat banyak debu arang
Waktu pemanasan tergolong lama sampai ke inti benda kerja karena
terlapisi oleh kotak dan media carbon.
Kadang proses pengkarbonan berlangsung tidak merata terutama
pada kotak yang besar.
b). Cyaniding ( pengkarbonan dengan media cair )
Pada proses ini pembawa carbon berasal dari cairan garam yaitu
Natrium cyanid (Na CN) yang dimasukkan kedalam bak panas. Karena
pemindahan panas dari cairan ke benda kerja sangat tinggi maka
pemanasan berlangsung sangat cepat. Pengkarbonan dalam bak garam
ini menghasilkan kedalaman sampai 0.5 mm.
92
Pelapisan Logam
Dalam teknologi pengerjaan logam, proses electroplating dikategorikan
sebagai proses pengerjaan akhir (metal finishing).
Secara sederhana, electroplating dapat diartikan sebagai proses pelapisan
logam, dengan menggunakan bantuan arus listrik dan senyawa kimia
tertentu guna memindahkan partikel logam pelapis ke material yang hendak
dilapis. Pelapisan logam dapat berupa lapis seng (zink), galvanis, perak,
emas, brass, tembaga, nikel dan krom. Penggunaan lapisan tersebut
disesuaikan dengan kebutuhan dan kegunaan masing-masing material.
Perbedaan utama dari pelapisan tersebut selain anoda yang digunakan
adalah larutan elektrolisisnya. Dalam penelitian yang baru belakangan ini
(tahun 2004), dilakukan oleh Tadashi Doi dan Kazunari Mizumoto, mereka
menemukan larutan baru (elektrolisis) yang dinamakan larutan citrate
( kekerasan deposit mencapai 440 VHN ).
Proses electroplating mengubah sifat fisik, mekanik, dan sifat teknologi
suatu material. Salah satu contoh perubahan fisik ketika material dilapis
dengan nikel adalah bertambahnya daya tahan material tersebut terhadap
korosi, serta bertambahnya kapasitas konduktifitasnya. Adapun dalam sifat
mekanik, terjadi perubahan kekuatan tarik maupun tekan dari suatu
material sesudah mengalami pelapisan dibandingkan sebelumnya.
Karena itu tujuan pelapisan logam tidak luput dari tiga hal, yaitu untuk
meningkatkan sifat teknis/mekanis dari
melindungi
logam
dari
korosi
dan
ketiga
memperindah
kedua
tampilan
(decorative).
93
digunakan
seluruh
literatur
yang
berhubungan
dengan
94
Anoda yang tidak larut berfungsi sebagai penghantar arus listrik saja,
sedangkan anoda yang larut berfungsi selain penghantar arus listrik,
juga sebagai bahan baku pelapis. Katoda dapat diartikan sebagai benda
kerja yang akan dilapisi, dihubungkan dengan kutub negatif dari sumber
arus listrik. Elektrolit berupa larutan yang molekulnya dapat larut dalam
air dan terurai menjadi partikel-partikel yang bermuatan positif atau
negatif. Karena electroplating adalah suatu proses yang menghasilkan
lapisan tipis logam di atas permukaan logam lainnya dengan cara
elektrolisis, maka perlu kita ketahui skema proses electroplating tersebut.
95
Pelapisan Tembaga
Dalam pelapisan tembaga digunakan bermacam-macan larutan
elektrolit yaitu :
1).
Larutan asam
2).
Larutan sianida
3).
Larutan fluoborat
4).
Larutan pyrophosphat
96
Pelapisan Seng
Seng sudah lama dikenal sebagai pelapis besi yang tahan korosi,
murah harganya, dan mempunyai tampak permukaan yang cukup
baik. Pelapisan seng pada besi dilaksanakan dengan beberapa cara
seperti galvanizing, sherardizing, atau metal spraying. Namun
pelapisan
secara
listrik
(elektroplating)
lebih
disukai
karena
mempunyai beberapa keuntungan bila dibandingkan dengan caracara pelapisan yang lain, diantaranya :
-
Pelapisan Khrom
Selain nikel, maka pelapisan khrom banyak dilaksanakan untuk
mendapatkan permukaan yang menarik. Karena sifat khas khrom
yang sangat tahan karat maka pelapisan khrom mempunyai
kelebihaan tersendiri bila dibandingkan dengan pelapisan lainnya.
Selain sifat dekoratif dan atraktif dari pelapisan khrom, keuntungan
lain dari pelapisan khrom adalah dapat dicapainya hasil pelapisan
yang keras. Sumber logam khrom didapat dari asam khrom, tapi
dalam perdagangan yang tersedia adalah khrom oksida (Cr2O3)
sehingga terdapatnya asam khrom adalah pada waktu khrom oksida
bercampur dengan air.
98
Rangkuman
a. Golongan logam dapat dibedakan menjadi : logam berat, logam ringan,
logam mulia, logam refraktori dan logam radioaktif
b. Bahan bukan logam yang penting untuk bahan teknik antara lain dapat
digolongkan sebagai berikut : bahan pelumas, bahan bakar, bahan paking,
bahan isolasi, bahan asah, bahan las, karet dan plastik
c. Ada beberapa proses yang dilakukan untuk merubah besi kasar menjadi
baja : dapur baja oksigen (proses bassemer), dapur baja terbuka (siemens
martin), dapur baja listrik.
d. Logam-logam Ferro adalah logam dimana unsur utamanya adalah besi
(Fe), Logam Ferro secara umum terdiri dari tiga jenis, yaitu baja karbon,
besi tuang dan baja paduan (campuran).
e. Logam Non Ferro dikelompokkan atas : logam berat, logam ringan, logam
mulia dan logam radio aktif.
Logam berat : tembaga, timah putih, timah hitam (timbal), seng, nikel
kecepatan
pendinginan
dengan
atau
tanpa
merubah
Tugas
1. Buat ringkasan dengan singkat terkait materi pengetahuan bahan teknik !
2. Identifikasi dan jelaskan jenis-jenis bahan teknik yang sering digunakan
dalam kegiatan praktek pemesinan di bengkel sekolah !
6.
Tes Formatif
1. Logam dapat dibagi menjadi beberapa golongan, sebutkan dan jelaskan
minimal 3 golongan tersebut !
2. Bahan isolasi merupakan salah satu bahan bukan logam, jelaskan apa
yang dimaksud dengan bahan isolasi dan jenis-jenisnya !
3. Sebutkan unsur-unsur yang biasa ditambahkan pada baja paduan dan
apa fungsinya ?
4. Jelaskan proses pembuatan baja dengan menggunakan dapur baja
oksigen !
5. Jelaskan 2 kelebihan baja karbon dibandingkan logam lain !
6. Berapa persenkah kandungan karbon pada baja karbon rendah dan
besi tuang kelabu?
7. Jelaskan sifat dan penggunaan bahan tembaga dan aluminium secara
umum!
100
7.
Kunci Jawaban
1. 3 golongan logam
Logam berat, apabila berat jenisnya lebih besar dari 5 kg/dm 3.
a.
c.
2. Bahan
isolasi
adalah
bahan
yang
menyekat,
artinya
yang
tidak
102
Yang berbentuk profil ( profil siku, T, U atau parit, I dan profil khusus )
digunakan untuk kusen-kusen pintu dan lain-lain. Sedangkan dalam bentuk
cetakkan/tuangan banyak dipergunakan untuk konstruksi kapal terbang,
mobil (setelah melalui proses khusus), alat-alat rumah tangga dan lain-lain.
103
8. Proses soft anneling bertujuan untuk melunakkan besi atau baja sehingga
dapat dengan mudah dilakukan proses permesinan dan dapat dengan
mudah dilakukan pengerasan lagi dengan resiko keretakan yang kecil.
Proses soft anneling ini dapat dilakukan dengan 2 cara :
Benda kerja dipanaskan secara merata sampai temperatur titik ubah A1
( diatas 721 C ) ditahan sebentar supaya suhu pada inti benda kerja
sama dengan suhu pada permukaan benda kerja, lalu didinginkan di oven
agar pendinginan dapat berlangsung secara teratur.
Benda kerja dipanaskan dibawah titik ubah atau hampir menyentuh titik
ubah lalu ditahan dengan waktu yang lama 2 sampai 20 jam, baru
didinginkan secara teratur. Tidak seperti cara pertama, pada cara kedua
ini kecepatan pendinginan disini tidak mempunyai pengaruh apapun.
9. Dalam teknologi pengerjaan logam, proses electroplating dikategorikan
sebagai proses pengerjaan akhir (metal finishing). Secara sederhana,
electroplating dapat diartikan sebagai proses pelapisan logam, dengan
menggunakan bantuan arus listrik dan senyawa kimia tertentu guna
memindahkan partikel logam pelapis ke material yang hendak dilapis.
Pelapisan logam dapat berupa lapis seng (zink), galvanis, perak, emas,
brass, tembaga, nikel dan krom.
10. Dalam pelapisan tembaga digunakan bermacam-macam larutan elektrolit,
yaitu :
a. Larutan asam
b. Larutan sianida
c. Larutan fluoborat
d. Larutan pyrophosphat
104
2. Uraian Materi
Sebelum mempelajari materi Teknik pengujian logam, lakukan kegiatan
sebagai berikut:
Pengamatan:
Silahkan mengamati mesin uji kekerasan logam di bawah ini atau objek
lain sejenis disekitar anda. Selanjutnya tugas anda adalah:
Sebutkan jenis-jenis mesin uji yang digunakan dalam pengujian logam
yang anda ketahui, identifikasi nama-nama bagian mesinnya dan jelaskan
fungsi dan kegunaan dari masing-masing mesin uji tersebut !
105
Menanya:
Apabila anda
mengalami
kesulitan
dalam
menjawab
tugas
diatas,
a.
dapat
diketahui
dengan
pemeriksaan
mikroskopis,
adanya
Pengujian Pukul-Takik
Pengujian Kekerasan
Pengujian Lengkung
Pengujian Geser
Pengujian Puntir
Pengujian Kelelahan
Pengujian Mikroskopis
b).Pengujian Non-Destruktif (Non Destruktive Test = NDT)
Yang dimaksud dengan pengujian non destruktif ialah pengujian tanpa
merusak bahan uji.
Macam-macam pengujian yang termasuk kelompok ini adalah :
Pemeriksaan cacat luar logam dengan Magnitografi dan Dye
penetrant
Pemeriksaan cacat dalam logam dengan Ultrasonic dan Radiografi
Disamping pemeriksaan terhadap kekuatan dan cacat dari logam
tersebut, perlu pula diadakan pemeriksaan terhadap komposisi dari
logam tersebut. Pemeriksaan komposisi logam dapat dilakukan dalam
laboratorium kimia. Pemeriksaan komposisi logam tersebut meliputi :
- Pemeriksaan kadar belerang
- Pemeriksaan kadar Hidrogen
- Pemeriksaan kadar Oksigen
- Pemeriksaan kadar Carbon
- Pemeriksaan kadar Phospor
- Pemeriksaan kadar Mangan
- Pemeriksaan kadar Vanadium
- Pemeriksaan kadar Magnesium
- Pemeriksaan kadar Chroom
- dan pemeriksaan kadar dari unsur-unsur lain dari suatu logam
2).
Standar
108
b.
1).
c). DIN
d).JIS
e).ISO
f). SII
Pengujian Kekerasan
Pengertian Dasar
Kekerasan suatu bahan adalah ketahanan bahan tersebut terhadap
penetrasi. Bahan yang lebih keras akan dapat mengadakan penetrasi pada
bahan yang lebih lunak.
Dalam hal ini penetrasi adalah : apabila suatu bahan yang keras dibentuk
dengan suatu bentuk tertentu kemudian ditekankan pada bahan yang lebih
lunak maka bahan yang keras akan masuk (penetrasi) ke dalam bahan
yang lebih lunak
Kekerasan suatu bahan tidak ditentukan oleh komposisinya saja tetapi
faktor-faktor lain seperti heat treatment, strain hardening dan lain-lain.
Faktor mekanis juga memegang peranan yang penting pada kekerasan
bahan tersebut. Kekerasan suatu bahan dapat dipakai suatu dasar
penentuan sifat-sifat mekanis bahan tersebut seperti : ketahanan terhadap
deformasi elastis, goresan, keausan, kikisan dan lain-lain.
Kekerasan suatu bahan dapat ditentukan menurut sifat pembebanannya
yaitu :
kekerasan karena pembebanan statis
kekerasan karena pembebanan dinamis
Pada umumnya kekerasan pembebanan statislah yang paling banyak
digunakan. Penentuan angka kekerasan suatu bahan sebelum digunakan
pada saat-saat tertentu perlu diadakan, karena sebagai indikasi ketahanan
109
elemen-elemen
tertentu
pada
komposisi
bahan
dapat
termasuk
percobaan
statis
karena
bertambahnya
b).
c).
d).
Tebal
benda
uji
harus
tepat
f).
demikian
pengembalian
tuas
beban
benar-benar
yang
digunakan
untuk
melakukan
percobaan
kekerasan
di
Mesin ini mempunyai dua skala penunjuk yang satu berwarna merah dan
yang lain berwarna hitam. Skala merah dimulai dari 0 sampai 130
sedangkan skala hitam dimulai dari 0 sampai 100. Selain hal tersebut
mesin dilengkapi dengan suatu dial untuk menentukan free loading.
111
Type
Ketinggian Test maximum
Kedalaman ulir
Tinggi Ulir maximum dari
Corporation India.
Model S M T 3B
216 mm
133 mm
229 mm
alas
Ukuran Alas/Dasar mesin
Tinggi
Berat bersih
Warna dari mesin
171 mm x 445 mm (L x P)
635 mm
Kira-kira 87 kg
Xat cellulose, warna kelabu tua
dalam Kg
60
100
150
60 kg
60 kg
+ 100 kg
+ 100 kg
(Beban awal 10
kg)
Berat yang
menjadi patokan
60 kg
/ yang
+150 kg
diterapkan
Indentor
Diamond
Bola
Diamond
Skala Rockwell
Posisi jarum
120
A
0
1/16
B
B
120
C
O
penunjuk pada
Ukuran luar
Ukuran dalam
Ukuran luar
skala pengukur
Dapat dipakai
Pengetesan
Pengetesan
Pengetesan
untuk
Case
baja annealing
baja
Hardened
annealing
Steel
dikeraskan
atau baja
yang di
di lunakkan.
keraskan dan
baja yang
dilunakkan
Baja non
ferro Baja,
Case
hardened
steel.
113
pengamatan
yang
langsung
diketahui
dari
kekerasan
115
116
Dalam kg
Dalam kg
Dalam kg
Pengukur
SKALA
(Indentor)
SKALA JARUM
PENETRATOR
TOTAL BEBAN
Skala
BEBAN MAJOR
Standard
BEBAN MINOR
10
50
60
Hitam
120
10
90
100
Merah
1/16(1.588mm)
10
140
150
Hitam
10
90
100
Hitam
Diamond
B
C
Kerucut
bola baja
Diamond
Kerucut
Kerucut
Pertambah
120
Diamond
an
120
10
90
100
Merah
Skala
10
50
60
Merah
baja
10
140
150
Merah
1/16
10
50
60
Merah
bola baja
10
140
150
Merah
1/16
(1.588mm)
(1.588mm)
bola baja
1/8 (3.175mm) bola
baja
1/8 (3.175mm) bola
Pertambah
baja
(6.35mm) bola
10
50
60
Merah
an
baja
10
90
100
Merah
untuk
(6.35mm) bola
10
140
150
Merah
plastic dan
baja
10
50
60
Merah
baja lunak
(6.35mm) bola
10
90
100
Merah
yang
baja
10
140
150
Merah
skala
dibungkus
(6.35mm) bola
oleh
baja
timbale dst.
(6.35mm) bola
baja
(6.35mm) bola
baja
117
dimana :
RB
h1
119
Persyaratan Test
Semua variable-variable yang bersangkutan dengan test ini harus di atur
sehingga memenuhi persyaratan DIN 50103.
1
0,0001 in
16
Beban
Beban awal Po = 10 kg 0,15 kg
Beban penambah P1
= 90 kg
Waktu
Lamanya penekanan bola pada test piece oleh beban penambah ( P1 )
ialah 3 sampai 6 detik.
Jarak
Jarak antara tepi indentasi yang satu dengan yang lain serta jarak tepi
indentasi dengan tepi test piece tidak bolehkurang dari 3mm.
Pembatasan kekerasan HRB
Kekerasan HRB dinyatakan berlaku bila HRB terletak antara 0 130. Di
luar batas-batas tersebut hasil test dinyatakan tidak berlaku.
Cara menulis kekerasan Rockwell skala B
HRB = ...
Catatan : angka kekerasan Rockwell tanpa dimensi
121
Rc
k h1 h
c
dimana:
Rc
h1
Beban
Beban mal Po = 10 kg 0,15 kg
Beban penambah P1 = 140 kg
Beban total P = Po + P1 = 10 +140 = 150 kg 0,75 kg
Waktu
Lamanya penekanan kerucut intan (diamond cone) oleh beban
penambah ( P1 ) pada test piece ialah 3 sampai 6 detik.
Jarak antara tepi identansi yang satu dengan yang lainnya serta jarak
tepi indentasi dengan tepi test piece tidak boleh kurang dari 3 mm.
Pembatasan kekerasan
Kekerasan H R C dinyatakan berlaku bila H R C terletak antara 0
100. Di luar batas-batas tersebut hasil test dinyatakan tidak berlaku.
Cara menulis kekerasan Rockwell skala C
H R C = .
Catatan: angka kekerasan Rockwell C tanpa dimensi.
3). Test Kekerasan Brinnell
Test kekerasan Brineell dilakukan dengan penekanan bola baja yang telah
dikeraskan yang berdiameter D dengan suatu beban F pada sebuah test
piece. Diameter hasil penekanan (indentasi) pada permukaan test piece
setelah beban dibebaskan kemudian diukur = d.
Angka kekerasan Brinell test piece tersebut ialah hasil bagi beban F yang
dinyatakan dalam kilogram oleh luas permukaan indentasi yang dinyatakan
dalam mm.
HB
2F
.D D D 2 d
dimana :
HB
123
F = beban ( kg )
D = diameter bola penekan ( mm )
d = diameter rata-rata indentasi ( mm )
124
30 D
10 D
3000
750
187.5
1000
250
62,5
Beban F ( kg )
5 D
2.5 D
500
125
31,25
250
62,5
15,625
1.25 D
0.5 D
125
31,25
7,8125
50
12,5
3,125
Pada umumnya diameter bola yang dipakai 10 mm , bila dipakai ukuran bola
lain maka diameter bola harus dicantumkan pada angka kekerasannya.
Tabel 3.5 Pembebanan berdasarkan material uji
Material yang diuji
Besi dan baja
Tembaga dan paduannya
Alumunium dan paduannya
Paduan timah dan paduan
Pembebanan
30 D
10 D
5 D
2,5 D
timbell
Permukaan bahan uji harus dikerjakan halus dan indentor harus tegak
lurus pada bahan uji.
Tebal bahan uji minimal 8 kali dalamnya bekas penekanan
Jarak pinggiran bahan dengan titik pusat bekas penekanan miniman 2
d
Jarak antara dua titik pusat bekas penekanan yang berdekatan
minimal 4 d
Waktu penekanan tergantung dari jenis bahan :
-
Indentor
ini
ditekankan
pada
bahan
yang
akan
ditest
2
Cos
22
1,8544
A=
126
P
2
Hv = 1,8544 d
dimana :
Hv = angka kekerasan Vickers ( kg/mm)
A
= diagonal rata-rata ( mm )
= beban ( kg )
127
128
Turunkan
posisi
landasan
untuk
persiapan
melakukan
pengukuran.
Tabel 3.6 Keuntungan dan kerugian antara Brinell dengan Rockwell Ball :
BRINELL :
ROCKWELL BALL :
Keuntungan:
Keuntungan
1. Diameter bola memiliki bermacam- 1. Pembacaan
hasil
kekerasan
macam ukuran.
2. Satuan langsung dalam kg/mm
Kerugian
Kerugian
1. Pembacaan
hasil
16 inchi
ukuran
2. Tidak mempunyai satuan, untuk
mengetahui harga kekerasan yang
sebenarnya
harus
dicocokkan
dengan tabel
129
ROCKWELL CONE :
Keuntungan
Pembacaan hasil kekerasan langsung.
kebenarannya.
Kerugian
Kerugian
terlalu lunak.
2. Hasil
kekerasanya
tidak
mempunyai satuan
Diamond
Harga
Harga Kekerasan
Scor
Rock
Pyramid,
Kekerasan
Rockwell
Rockwell Harga
Well C
Harga
Brinell 10 mm,
Permukaan Brale
scler
Harga
Kekerasa
bola 3000 kg
Penetrator
osco
Kekerasa
n Vickers
Bola
68
67
66
65
64
63
62
61
60
59
58
57
56
940
900
865
832
800
772
746
720
697
674
653
633
613
beban
Bola
p
Skala
Skala D
15-N
30-N
45-N
Stan
Tungste
A 60
100 kg
skala
skala
skala
kg
Beban
15 kg
30 kg
45 kg
dard
Carbide
Beban
brale
beban
beban beban
Brale
penetrat
Pene-
or
trator
85.6
85.0
84.5
83.9
83.4
82.8
82.3
81.8
81.2
80.7
80.1
79.6
79.0
76.9
76.1
75.4
74.5
73.8
73.0
72.2
71.5
70.7
69.9
69.2
68.5
67.7
739
722
705
688
670
654
634
615
595
577
93.2
92.9
92.5
92.2
91.8
91.4
91.1
90.7
90.2
89.8
89.3
88.9
88.3
84.4
83.6
82.8
81.9
81.1
80.1
79.3
78.4
77.5
76.6
75.7
74.8
73.9
130
75.4
74.2
73.3
72.0
71.0
69.9
68.8
67.7
66.6
65.5
64.3
63.2
62.0
97
95
92
91
88
87
85
83
81
80
78
76
75
55
54
53
52
51
50
49
48
47
46
45
44
43
42
41
39
595
577
560
544
528
513
498
484
471
458
446
434
423
412
402
402
500
487
475
464
451
442
432
4214
409
400
390
381
371
560
543
525
512
496
481
469
455
443
432
421
409
400
390
381
371
78.5
78.0
77.4
76.8
76.3
75.9
75.2
74.7
74.1
73.6
73.1
72.5
72.0
71.5
70.9
70.4
66.9
66.1
65.4
64.6
63.8
63.1
62.1
61.4
60.8
60.0
59.2
58.5
57.7
56.9
56.2.
55.4
87.9
87.4
86.9
86.4
85.9
85.5
85.0
84.5
83.9
83.5
83.0
82.5
82.0
81.3
80.9
80.4
73.0
72.0
71.2
70.2
69.4
68.5
67.6
66.7
65.8
64.8
64.0
63.1
62.2
61.3
60.4
59.5
60.9
59.8
58.6
57.4
56.1
55.0
53.8
52.5
51.4
50.3
49.0
47.8
46.7
45.5
44.3
43.1
74
72
71
69
68
67
66
64
63
62
60
58
57
56
55
54
Diamond
Harga
Harga Kekerasan
Luas bidang
Scor
Rock
Pyramid,
Kekerasan
Rockwell
Kekerasan Rockwell
Well C
Harga
Brinell 10 mm,
Nomor Permukaan
scler
Harga
Kekerasan
bola 3000 kg
Brale Penetrator
osco
Kekerasan
Vickers
beban
Bola
Bola
p
Skala
Skala D
15-N
30-N
45-N
Stan-
Tungsten
60 kg
100 kg
skala
skala
skala
dard
Carbide
Beban
Beban
15 kg
30 kg
45 kg
Brale
brale
Pene-
penetrator
trator
131
39
38
37
36
35
34
33
32
31
30
29
28
27
26
25
24
23
22
21
20
(18)
(16)
(14)
(12)
(10)
(8)
(6)
(4)
(2)
(1)
382
372
363
354
345
336
327
318
30.
302
294
286
279
272
266
260
254
248
243
238
230
222
213
204
196
188
180
173
166
160
362
353
344
336
327
319
311
301
294
286
279
271
264
258
253
249
243
237
231
226
219
212
203
194
187
179
171
165
158
152
362
353
344
336
327
319
311
301
294
286
279
271
264
258
253
247
243
237
231
226
219
212
203
194
187
179
171
165
158
152
69.9
69.4
68.9
68.4
67.9
67.4
66.8
66.3
65.8
65.3
64.7
64.3
63.8
63.3
62.8
62.4
62.0
61.5
61.0
60.5
-
54.6
53.8
53.1
52.3
51.5
50.8
50.0
49.2
48.4
47.7
47.0
46.1
45.2
44.6
43.8
43.1
42.1
41.6
40.9
40.1
-
79.9
79.4
78.8
78.3
77.7
77.2
76.6
76.1
75.6
75.0
74.5
73.9
73.3
72.8
72.2
71.63
71.0
70.5
69.9
69.4
-
58.6
57.7
56.8
55.9
55.0
54.2
53.3
52.1
51.3
50.4
49.5
48.6
47.7
46.8
45.9
45.0
44.0
43.2
42.3
41.5
-
41.9
40.8
39.6
38.4
37.2
36.1
34.9
33.7
32.5
31.3
30.1
28.9
27.8
26.7
25.5
24.3
23.1
22.0
20.7
19.6
-
132
52
51
50
49
48
47
46
44
43
42
41
41
40
38
38
37
36
35
35
34
33
32
31
29
28
27
26
25
24
24
c.
Pengujian Tarik
Semua kontruksi, peralatan dan bagian-bagian mesin membutuhkan
kekuatan. Kekuatan ini dibutuhkan untuk mengimbangi adanya beban luar
yang bekerja padanya. Beban tersebut dapat juga berupa : gaya, momen,
tekanan uap, tekanan angin, tekanan air, dll.
Agar konstruksi tetap dapat memenuhi persyaratan maka beban yang
bersangkutan harus masih dalam batas-batas yang diijinkan. Untuk tidak
salah dalam menafsirkan besar atau kecilnya beban, maka yang menjadi
bahan peninjauan bukan bebannya. Ketika
133
gaya tarik P sampai batas tertentu, keadaan ini disebut keadaan elastis, bila
beban dibebaskan maka batang akan kembali pada bentuknya yang semula.
Di atas batas tersebut pertambahan panjang ini tidak sebanding dengan
gaya tarik P, keadaan ini disebut keadaan plastis, bila beban dibebaskan
maka batang tidak akan kembali pada bentuknya yang semula.
134
4( d d 1 )
x100%
d
4
Hubungan antara gaya tarik (P) yang bekerja pada suatu logam dengan
perpanjangan
bentuk grafik.
Grafik ini menggambarkan pula hubungan tegangan tarik/tensile stress
dengan persentase perpanjangan/regangan/strain.
Hubungan antara gaya tarik dan tegangan tarik adalah :
Dimana : P
P
A
l
l l
x100% 1 0 x100%
l0
l0
Sedangkan
Dimana
= panjang mula-mula
: l0
l1
135
136
Pt : Titik patah
Tegangan tarik ialah tegangan yang didapat dari gaya tarik dibagi luas
penampang mula-mula.
logam
masih
sebanding
dengan
gaya
yang
mengakibatkan.
Tegangan ultimate (u) ialah besarnya gaya tarik maksimal dibagi luas
penampang mula-mula.
l %
2
d 0 dA 2
A% A
x100%
2
do
4
137
.E
Dimana :
, jadi
tg
138
Dari grafik tersebut di atas dapat dilihat apakah logam yang bersangkutan
getas/rapuh (brittle) atau liat (ductile).
- Logam yang ductile persentasi perpanjangannya besar, dengan demikian
deformasinya juga besar dan hal ini akan diikuti dengan persentasi yang
besar pula..
- Logam yang brittle persentasi perpanjangannya kecil, dengan demikian
deformasinya juga kecil dan hal ini akan diikuti dengan persentasi
kontraksi yang kecil pula.
1).Tujuan Percobaan :
Percobaan bertujuan untuk mengetahui : kekuatan tarik (u) tegangan yield
(y), modulus elastisitas (E), persentasi perpanjangan (%) dan persentasi
kontraksi
( A % ) dari logam.
2).Prinsip Pengujian
Pengujian tarik adalah salah satu macam pengujian dari Pengujian
Destruktif yang paling umum dilakukan pada bahan-bahan logam.
Dari pengujian ini dapat diketahui regangan tarik, perpanjangan, modulus
elastis, tegangan mulur atau tegangan uji dari batang uji. Pada batang uji
dengan ukuran tertentu diberi beban tarik yang meningkat secara teratur,
sampai batang tersebut patah.
3).Mesin Tarik
Pengujian tarik dilakukan pada mesin tarik yang dapat menghasilkan beban
(gaya) tarik dengan teratur dan merata.
Dilihat dari cara pemberian gaya tarik pada batang uji maka macam-macam
mesin tarik dapat dibedakan atas :
a). Mesin tarik mekanik
b). Mesin tarik hidrolik
Pada mesin tarik mekanik, gaya tarik diberikan dengan sistim mekanik rodaroda gigi yang digerkkan oleh tangan ataupun tenaga listrik. Biasanya
kapasitas mesin jenis ini relative rendah.
139
Pada mesin tarik hidrolik, gaya tarik dihasilkan oleh tekanan minyak pada
plunyer di dalam silindernya. Biasanya kapasitas mesin jenis ini relative
besar dan secara universal sehingga dapat digunakan untuk beberapa
macam pengujian diantaranya : tarik, tekan , geser, lengkung.
Lo
=k
Lo
So
= luas penampang
So
140
Mendekati pada
Lo = 11,3
So
Lo = 3,39
So
So
Batang uji untuk besi tuang (tidak mampu tempa), kawat dan bahan
tipis adalah yang tidak proporsional. Ukuran-ukurannya dapat
dilihat pada table 5 dan 6.
5).Pelaksanaan pengujian
a).
Persiapan
Sebelum batang uji ditarik, terlebih dahulu diberi tanda pada kedua ujung
panjang ukurnya. Kemudian panjang ukur dibagi dalam beberapa bagian
yang sama misalnya 10 atau 20 bagian. Tanda-tanda pembagian itu
dibuat dengan penitik, tetapi tidak terlalu dalam.
Selanjutnya batang uji dipasang/dijepit pada mesin tarik dan kertas grafik
serta alat pencatat untuk pembuatan diagram dipasang pada tempat
yang tersedia pada mesin.
141
Panjang ukur
Bila batang uji patah pada sekitar pertengahan panjang ukurnya, maka
panjang ukur sesudah patah langsung diukur dari titik ujung yang satu ke
titik ujung yang lainnya (lihat gambar 3.5)
142
du
: Su = 4
: Su = a x b
Gambar 3.14 Bidang patah pada batang uji bulat dan segi empat
7).Diagram tarik
Diagram tarik yang dihasilkan dari pengujian tarik menunjukkan hubungan
antara beban (gaya tarik) dan perpanjangan atau antara tegangan dan
regangan, sehingga diagram ini dapat dinyatakan sebagai : diagram bebanperpanjangan atau diagram tegangan-regangan.
a). Diagram beban-perpanjangan baja lunak
Pada gambar ditunjukkan bentuk diagram tarik dari bahan baja lunak,
pada
mulanya
perpanjangan
sangat
kecil
sebanding
dengan
Dimana
tegangan
tetap (E)
regangan
143
bila
beban
dihilangkan
akan
terdapat
perpanjangan.
144
regang
(tegangan)
yang
diperlukan,
untuk
menghasilkan
beban. pada.0,2%.1
luas. penampang .asal
145
146
147
Batas ulur
Q
So
Kuat tarik B
Regang
Q
So
P
So
Lu Lo
x100%
Lo
Kontraksi
So Su
x100%
So
dimana :
148
Lo
Lu
So
Su
TABEL 3.11
149
Nama : dp 5 dan dp 10
Type : A
Bentuk
: Batang uji
2)
5
6
8
10
12
14
16
18
20
25
min
7
8
10
12
15
17
20
22
24
30
min
20
25
30
35
40
45
50
55
60
70
m
2.5
3
4
5
6
7
8
9
10
12.5
n
2.5
2.5
3
3
4
4.5
5.5
6
6
7.5
Lo
2m
min
Lo
2m
min
2.5
25
3
30
4
40
5
50
6
60
7
70
8
80
8
90
10 100
12.5 125
35
36
48
60
72
84
96
108
120
150
91
114
135
160
188
207
230
252
305
60
80
100
120
140
160
180
200
250
66
80
110
132
154
176
188
220
275
121
154
186
220
253
287
320
352
430
TABEL 3.12
Nama : dp 5 dan dp 10
Type : B
Bentuk
150
d
6
8
10
12
14
16
18
20
25
10
12
15
15
20
24
27
30
36
min
8
10
12
15
17
20
22
24
30
m
3
4
5
6
7
8
9
10
12.5
P
3
4
5
5
6
7
8
9
9.5
Lo
2m
min
Lo
2m
min
3
30
4
40
5
50
6
60
7
70
8
80
9
90
10 100
12.5 125
36
48
60
72
84
96
108
120
150
58
76
94
112
136
150
168
186
220
60
80
100
120
140
160
180
200
250
66
88
110
132
154
176
198
220
275
88
115
144
172
200
230
258
285
354
1)
2)
Pada bahan yang sangat lunak bagian yang diulir diperlukan lebih
tebal.
TABEL 3.13
Nama : dp 5 dan dp 10
Type : C
Bentuk
151
dp.5.
7.5
10
12
14.5
17
19
22
24
30
11
14
18
21
25
28
31
35
44
6
8
10
12
14
16
18
20
25
11
13
15
17
19
21
23
25
30
Lo
3
2
3
30
4
3
4
40
5
3
5
50
6
4
6
60
7
4.5 7
70
8
5
8
80
9
6
9
90
10
6
10
100
12.5 7.5 12.5 125
2m
36
48
60
72
84
96
108
120
150
min
74
96
116
138
159
180
202
222
275
Lo+ Lt
Lo
60
80
100
120
140
160
180
200
250
2m
66
88
110
132
154
176
198
220
275
TABEL 3.14
Nama : dp.3
Type : O
Bentuk
uji
dp.10
Lo+ Lt
uji Batang
152
Gambar 3.24 Batang uji tipe O
min
104
136
166
198
229
260
292
322
400
Ukuran dalam mm
h
d
6
9
12
15
18
D
22
19
16
13
10
min.
30
40
50
60
70
m
1
1.5
2
2.5
3
r
6
6
8
8
10
Lo
Lo
+ Lt min.
16
27
36
45
54
2m
20
30
40
50
60
90
120
150
190
250
TABEL 3.15
Nama : dg
Type : M
Bentuk
153
Gambar 3.25 Batang uji tipe M
Ukuran dalam mm
Fa
d
6
8
10
12.5
16
20
25
32
0.1
0.1
0.1
0.2
0.2
0.5
0.5
0.5
mm
28.5
50.3
78.5
122.7
201
314
491
804
Lt
D
M10
M12
M16
M20
M24
M30
M36
M45
h
15
16
20
24
30
36
44
55
La
20
21
23
25
27
30
31
33
Min.
26
53
63
73
87
102
119
143
TABEL 3.16
Nama : dL dan dp. 10
Type : f dan g
Bentuk
154
Gambar 3.26 Batang uji tipe F dan G
Ukuran dalam mm
Penampang
Bundar
Nama
Dp 10
D1
Lo
m
D hingga 2 d
Min d
10 d
Min 20 d
0.565
Persegi
Dp 10
11,3
D1
Min
So
Hingga
So
Lt
Tidak
ditentukan *)
So
1,12 Tidak
ditentukan *)
So
So
*). Penjepitan batang coba pada mesin tarik hanya dimulai pada ujungujung dari
Lo + 2 m.
d.
155
Untuk mengetahui sifat mudah patah (salah satu sifat-sifat mekanis logam)
dan ketahanannya terhadap beban yang berubah-ubah (dynamic loading)
atau pembebanan yang mendadak maka dilakukan beberapa macam
pengujian/test antara lain :
a).Pengujian kelelahan (fatique test)
b).Pengujian impact (Impact test) dan lain-lain.
Disini Impact test adalah salah satu methode pengujian yang terutama
untuk mengetahui sifat mudah patah dari logam terhadap adanya beban
yang mendadak.
Impact test adalah salah satu dari dynamic test dimana sebuah test piece
(batang logam untuk percobaan) yang bertakik diberi beban mendadak.
Beban yang diberikan berupa tumbukan (impact) yang berasal dari ayunan
pendulum pada sebuah mesin yang didesain khusus untuk maksud ini.
Energi yang dipakai untuk mematahkan batang logam yang dites ini
kemudian dihitung.
Untuk Impact test ini metode yang umumnya dipakai adalah Charpy dan
Izod test. Kedua-duanya bekerja berdasarkan prinsip-prinsip sebuah
pendulum.
c).Dalam Charpy test, test piece ditunjang pada kedua ujungnya, diletakkan
horizontal dan arah pukulan searah dengan notch.
d).Dalam Isod test, test piece akan ditunjang pada salah satu ujungnya
diletakkan secara vertical dan arah pukulan berlawanan dengan notch.
Pada kedua sistem diatas bekerjanya berdasarkan prinsip sebuah
pendulum. Dalam Charpy test, test piece ditunjang pada kedua ujungnya
dan diletakkan horizontal, sedang arah pukulannya searah dengan notch
atau takikan. Untuk Isod test, test piece ditunjang pada salah satu ujungnya
dan diletakkan vertical, sedang arah pukulannya berlawanan dengan
notchnya.
Adapun hal-hal yang menyebabkan mudah patahnya suatu bahan/logam
adalah :
e).Adanya notch (takikan) yang melemahkan kekuatan suatu bahan/logam
156
ayunan
pendulum
sebelum
dan
setelah
impact.
Tanpa
) (Kgm) .........
157
Dan akhirnya kekuatan impact dari logam dapat dihitung dengan rumus :
IS
dimana
W 1(Cos Cos )
A
(kgm/mm)
(mm).
IS = Impact Strength (kgm/mm2)
Impact strength akan tergantung pada komposisi bahan dan disamping itu
juga akan tergantung kondisi temperatur dari bahan pada komposisi yang
sama serta perlakuan yang dialami logam pada proses pembuatannya.
Untuk ini temperatur test piece pada percobaan sangat penting dan harus
dilaporkan dalam hubungannya dengan kesimpulan test.
158
159
160
A
So
Dimana : K
161
e.
So
Pengujian Puntir
Bila pada kedua ujung suatu batang bekerja gaya-gaya yang berlawanan
arah yang cenderung memutar/memilin batang tersebut maka disebut
batang itu dibebani pada puntiran. Gaya-gaya yang menyebabkan puntiran
itu disebut juga gaya puntir. Tegangan yang terjadi pada batang yang
ditimbulkan oleh puntiran disebut tegangan puntir.
Di dalam pelaksanaan konstruksi, tegangan puntir banyak terjadi pada
bagian berputar seperti pada roda sabuk dan poros transmisi.
162
MP
WP
WP 0,2d 3
P
Dimana : T
MP
WP
163
f.
Pengujian Metallography
Metallography adalah suatu proses memeriksa suatu logam dengan melihat
bentuk struktur suatu logam dengan menggunakan mikroskop. Struktur
suatu baja ditentukan oleh kadar karbon (C) yang dikandung oleh baja
tersebut.
Untuk mempelajari lebih lanjut, marilah kita tinjau kembali diagram baja zat
carbon. Pada kandungan karbon sekitar 0,006 % C susunan dari kristal
semuanya terdiri dari Ferrit, seperti terlihat pada gambar di bawah.
Ferrite murni ini disebut besi murni atau besi Alpha yang mempunyai bentuk
kristal Body centred cubic (BCC) atau disebut kubus pusat ruang.
164
dasarnya
prinsip
mikroskop
ini
ialah
Sumber
cahaya
memancarkan sinar, dimana sinar itu dirubah tegak lurus kepada benda
yang akan kita amati, dengan menggunakan sebuah cermin. Sinar itu
selanjutnya mengenai permukaan benda kerja dan dipantulkan kembali
ke sebuah cermin, lalu ke mata kita. Karena benda kerja tersebut
permukaanya cukup halus dan telah di etsa maka bagian-bagian kecil
dari benda kerja akan dapat kita amati dengan jelas.
165
biologi
166
b).
167
Memolis/Polishing
Specimen yang telah kita balut dengan bubuhan bakelit perlu kita
gerinda pada bagian mukanya dan juga perlu kita pinggul pada
tepinya,
selanjutnya
perlu
kita
gosok/polesking
dengan
dari
kertas gosoknya
harus
berganti
pula, yang
d).
Etsa / Etching
168
Sodium hydroxide
1 gr
Water/air
40 ml
5 gr dan
Air (H2O)
169
170
Specimen : Baja
Bahan etsa : Copper ammonium chloride = 9 gr
Waktu etsa lebih lama dari etsa untuk micro struktur.
Untuk mengetsa baja agar didapat etsa yang dalam (lapisan yang
tebal)
Digunakan bahan etsa :
Hydro chloric acid (Hcl)
140 ml
3 ml
Air
50 ml
= 10 ml
Nitric acid
= 1 ml
(HNO3)
Air
= 200 ml
= 50 ml
Air
= 200 ml
= 45 ml
Waktu pengetsaan lebih lama dari pada etsa untuk micro struktur.
Setelah kita etsa maka akan langsung dapat dilihat langsung
bagian yang membengkok atau mengambang dari serat/alur
benda kerja tersebut.
171
172
cairan
berwarna
terang
pada permukaan
yang
diinspeksi. Cairan ini harus memiliki daya penetrasi yang baik dan
viskousitas yang rendah agar dapat masuk pada cacat dipermukaan
material. Selanjutnya, penetrant yang tersisa di permukaan material
disingkirkan. Cacat akan nampak jelas jika perbedaan warna
penetrant dengan latar belakang cukup kontras. Seusai inspeksi,
penetrant yang tertinggal dibersihkan dengan penerapan developer.
173
dapat
diketahui.
Prinsipnya
adalah
dengan
174
lurus
atau
memotong
daerah
retak
serta
diperlukan
175
176
sebagian
sinar
akan
diserap
sehingga
intensitasnya
177
3. Rangkuman
Pengujian logam dapat dikelompokkan dalam : pengujian
bahan uji
terhadap penetrasi.
Kekerasan suatu bahan dapat ditentukan menurut sifat
pembebanannya yaitu :
dihasilkan
178
relative kecil, salah satu ujung batang dijepit tetap dan ujung lainnya
diputar sehingga terjadi puntiran pada batang uji.
Metallography adalah suatu proses memeriksa suatu
logam
dengan
melihat
bentuk
struktur
suatu
logam
dengan
menggunakan mikroskop
Memolis/Polishing
Etsa / Etching
4. Tugas
1. Buat ringkasan dengan singkat terkait materi teknik pengujian logam
2. Jelaskan dengan singkat, mengapa pengujian logam penting dilakukan
dalam pekerjaan pemesinan?.
5. Tes Formatif
1. Coba Anda jelaskan apa yang dimaksud dengan pengujian destruktif
dan sebutkan jenis pengujian apa saja yang termasuk didalamnya?
2. Coba Anda jelaskan apa yang dimaksud dengan pengujian non
destruktif dan sebutkan jenis pengujian apa saja yang termasuk
didalamnya ?
3. Sebutkan hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pengujian
kekerasan ?
4. Faktor apa saja yang mempengaruhi kekerasan suatu bahan ?
5. Sebutkan kelebihan dan kekurangan pengujian kekerasan dengan
sistim Brinell ?
6. Sebutkan kelebihan dan kekurangan pengujian kekerasan dengan
sistim Rockwell?
179
180
4.
5.
6.
7.
Deformasi
adalah
perubahan
dimensi
dari
suatu
benda
akibat
pembebanan.
Jenisnya :
- deformasi elastis
tegangan
yang
mengakibatkannya
ditiadakan.
- deformasi plastis
181
9.
yang dapat
pemolesan.
Mesin
yang
digunakan
adalah
mesin
poles
metalografi. Mesin ini terdiri dari piringan yang berputar dengan kain
selvyt. Cara pemolesannya, benda uji diletakkan di atas piringan yang
berputar, kain poles diberi sedikit pasta oles. Pasta oles yang biasa
digunakan adalah alumina (Al 2O3). Dalam istilah perdagangan diberi nama
autosol atau gama alumina.
Pengetsaan Benda Kerja
Hasil pemolesan yang terakhir akan menghasilkan suatu lapisan yang
menutupi permukaan struktur logam. Struktur mikro dapat terlihat dengan
jelas di bawah mikroskop dengan menghilangkan lapisan tersebut dengan
cara mengetsa.
Proses pemeriksaan struktur mikro
182
Benda kerja yang telah dietsa kita letakkan pada landasan dari mikroskop
sesuai dengan pembesaran yang kita inginkan. Pembesaran dari
mikroskop ini adalah 500 kali pembesaran dari barang aslinya, Kemudian
kita atur sinarnya, selanjutnya kita atur fokusnya. Jika fokusnya telah
benar maka bagian dari mikro struktur akan dapat kita amati dengan jelas.
10.
183
3.
Peralatan
1.
2.
3.
Bahan :
a. Kuningan
b. Alumunium
c. Baja karbon rendah
d. Baja karbon sedang/ paduan
4.
Instruksi Umum :
a. Bersihkan benda uji dan landasan mesin uji
b. Awas ! Indentor jangan samapai terbentur atau jatuh
5.
Langkah Kerja :
a. Hidupkan mesin dengan menekan tombol ON
b. Tekan code dan angka 1234 kemudian tekan tombol F
(enter)
184
Pertanyaan ;
a. Faktor apa saja yang mempengaruhi kekerasan suatu
bahan ?
b. Mengapa kita harus mengetahui tingkat kekerasan suatu
bahan ?
c. Sebutkan bahan-bahan apa saja yang bersifat menambah
kekerasan baja ?
d. Sebutkan
bagian-bagian
mesin
yang
mana
saja
juga
nama
bahannya
atau
prosentase
karbonnya ?
LEMBARAN DATA
HASIL PENGUJIAN KEKERASAN SISTEM ROCKWELL
No
Skala Pengujian
Jenis Bahan
Kekerasan
2
3
Rata-rata
185
Keterangan
Tujuan :
Setelah selesai praktikum mahasiswa dapat menentukan
kekerasan bahan logam dengan system Vickers secara benar
2.
Peralatan :
a. Mesin uji kekerasan Vickers
b. Indentor piramida intan
c. Perlengkapan pengujian
3.
Bahan
a. Kuningan
b. Alumunium
c. Baja karbon rendah
d. Baja paduan
4.
Instruksi Umum :
a. Bersihkan benda uji dan landasan mesin
b. Sesuaikan besar beban dengan tebal dan jenis bahan
c. Setiap kesulitan konsultasikan dengan instructor
5.
Langkah Kerja
a. Siapkan benda uji dengan ukuran yang telah ditentukan
186
besar
diagonal
bekas
penekanan
dengan
P
kg / mm 2
d2
Dimana :
HV = Hardness Vickers
P
= Beban (kg)
187
LEMBARAN DATA
HASIL PENGUJIAN KEKERASAN SISTIM VICKERS
No
Jenis
Beban
Bahan
(P)
Diagonal bekas
Waktu
Pembebanan
d1
penekanan
d2
Rata-rata
Nilai kekerasan
Vickers (HV)
Tujuan :
Setelah seleai praktikum mahasiswa dapat menentukan
kekerasan bahan logam dengan sistim Brinell secara benar
2.
Peralatan :
1. Mesin uji kekerasan Brinell
2. Indentor bola baja
3. Mikroskop ukur
4. Beban pemberat
188
3.
Bahan :
a. Kuningan
b. Alumunium
c. Baja karbon rendah
d. Baja paduan
4.
Instruksi Umum :
a. Bersihkan benda uji dan landasan mesin uji
b. Sesuaikan diameter bola baja (indentor) dengan jenis
bahan
c. Pasanglah beban pemberat secara bersama antara kiri
dan kanan supaya seimbang
d. Setiap kesulitan konsultasikan dengan instructor
5.
Langkah Kerja :
a. Siapkan benda uji dengan ukuran yang telah ditentukan
b. Siapkan perlengkapan mesin
c. Tutuplah katup pembuang tekanan
d. Pasang indentor yang sesuai dengan jenis benda uji
e. Pasanglah beban pemberat sesuai dengan indentor dan
jenis benda uji (lihat tabel)
f. Letakkan benda uji pada landasan yang sesuai
g. Sentuhkan benda uji pada indentor, jangan terlalu
menekan
h. Berikan penekanan dengan memompa tabung hidrolis
(gerakan tuas pompa dengan benar dan teratur)
i. Teruskan
pemompaan
sampai
jarum
indicator
189
k. Bukalah
katup
pembuang
tekanan
supaya
hilang
tekanannya
l. Turunkan landasan dan geserlah benda uji
m. Ulangi langkah No. 7 s.d 12 pada tempat lain
n. Turunkan landasan dan ambil benda uji
o. Ukur diameter bekas penekanan dengan menggunakan
alat ukur
p. Hitung kekerasan Brinell dengan rumus :
HB
2F
.D ( D D d )
2
kg / mm 2
Dimana :
HB = Hardness Brinell
F = Beban (kg)
= 3,14
D = Diameter indentor (mm)
d = Diameter bekas penekanan (mm)
LEMBARAN DATA
HASIL PENGUJIAN KEKERASAN SISTIM BRINELL
No
Jenis
Beban
Bahan
(P)
Waktu
Pembebana
n (detik)
Diagonal bekas
penekanan (d)
d1
d2
Rata-rata
Nilai kekerasan
Brinell (HB)
190
Tujuan Praktikum :
Setelah melaksanakan pengujian ini, peserta dapat mengetahui :
-
Kekuatan tarik
Perpanjangan (Regangan)
Kontraksi
Diagram tarik
Perlengkapan/ Alat :
1. Mesin Uji Tarik
2. Mistar sorong
3. Spidol
4. Kertas grafik
5. Pensil
3.
Bahan :
-
Kawat seng
4.
Instruksi Umum :
1. Laksanakan semua pengukuran dan perhitungan dengan teliti
2. Ikuti petunjuk pemakaian mesin
5.
Langkah Kerja :
1. Ukur batang uji dan catat hasilnya
2. Pasang bandul yang sesuai untuk jenis bahan yang diuji
3. Bagi panjang ukur atas 10 atau 20 bagian yang sama dan beri
tanda dengan spidol
4. Pasang kertas grafik pada tempat yang tersedia pada bagian
mesin
5. Jepit kedua ujung batang uji
191
Beban maksimum
Beban patah
Panjang ukur
10.
11.
Hitung :
-
Tegangan tarik
Regangan
Kontraksi
Rumus perhitungan :
a. Tegangan ulur :
ulur
Beban ulur
kg / mm 2
Luas penampang awal
b. Tegangan tarik :
ulur
c. Tegangan patah :
ulur
Beban patah
kg / mm 2
Luas penampang setelah patah
d. Regangan :
Lu Lo
100%
Lo
192
e. Kontraksi :
SO Su
100%
so
proforsion al l
kg / mm 2
proforsion al
Dimana :
Beban proforsion al
Perpanjangan proforsion al
Panjang awal
193
LEMBARAN DATA
HASIL PENGUJIAN TARIK
Jenis Bahan
Diameter
semula
Lebar x tebal
Beban maksimum
Beban patah
Panjang setelah patah (Lu)
Luas penampang setelah patah
Regangan
Kontraksi
Tegangan ulur
Batas regang 0,2%
Tegangan tarik
Tegangan patah
Modulus elastis
194
2.
Perlengkapan pengujian
3.
3. Bahan :
-
4. Instruksi Umum :
1. Hati-hatilah dalam mengangkat pendulum, pasanglah selalu kunci
pengaman (safety latch)
2. Berdirilah di luar pagar pengaman bila pengujian sedang dilakukan
3. Hati-hatilah waktu menangkap pendulum setelah pengujian
4. Awas ! Jangan menangkap pendulum pada waktu pengujian Tarik
Kejut (Tension Impact)
5. Setiap kesulitan konsultasikan dengan Instruktor
5. Langkah Kerja :
1.
2.
3.
Pasanglah
Adaptor
Impact
yang
sesuai
5.
6.
195
7.
8.
9.
10.
12.
196
LEMBARAN DATA
HASIL PENGUJIAN PUKUL TAKIK
Pengujian Sistem Charpy
Dimensi
yang
dicatat/ B a h a n
dihitung
Ukuran penampang takikan
Luas penampang takikan
Suduk akhir ()
Usaha kerja pukul takik (A)
Nilai pukul takik (K)
Pengujian Sistem Izod
Dimensi
yang
dicatat/ B a h a n
dihitung
Ukuran penampang takikan
Luas penampang takikan
Suduk akhir ()
Usaha kerja pukul takik (A)
Nilai pukul takik (K)
Catatan :
= 27,216 kg
= 0,902 m
Sudut awal ()
= 118,5
197
198
Tujuan Praktikum :
Setelah selesai praktikum peserta dapat menentukan kekuatan punter
dari bahan uji
2.
Peralatan :
1. Mesin Uji Puntir dan kelengkapannya
2. Dial Indikator
3. Mistar geser
3.
Bahan :
-
4.
Instruksi Umum :
1. Lakukan pengujian sesuai dengan instruksi
2. Gunakan alat-alat sesuai dengan fungsinya
5.
Langkah Kerja :
1. Ukur batang uji dan catat hasilnya
2. Pasang bandul sesuai ukuran dan jenis bahan
3. Pilih jepitan sesuai dengan diameter benda uji
4. Pasang jepitan pada tromol dudukan jepitan
5. Pasang benda uji diantara kedua jepitan
6. Atur posisi jarum penunjuk momen punter pada posisi nol serta
jarum penunjuk putaran juga pada posisi nol
7. Pasang dial indicator pada ujung penekan sebelah kiri
8. Laksanakan pengujian puntir sampai bahan uji putus
9. Selama pengujian perhatikan jalannya jarum penunjuk momen
puntir, putaran dan jarum dial indicator
10. Catat besar momen puntir, putaran dan perpanjangan.
199
11.
Dimana :
pt = Tegangan puntir
Mpt = Momen [untir
Wpt = Momen tahanan puntir
W pt
3
d 0,2d 3
16
200
LEMBARAN DATA
HASIL PENGUJIAN PUNTIR
Dimensi yang dicatat/
BAHAN
dihitung
Diameter
Panjang ukur semula
Momen puntir
Putaran
Perpanjangan
Kekuatan puntir
201
Ukuran
A
NO
185
185
100
165
150
120
40
40
28
35
32
-
9
9
8
12.7
10
8
7
6
6
7
6
8
1
2
3
4
5
6
Bahan
Digambar
Diperiksa
Dilihat
SPECIMEN PUNTIR
PPPG TEKNOLOGI BANDUNG
01/08/07
Vie
BB
Tujuan :
Setelah praktikum mahasiswa dapat melihat dan membedakan mikro
struktur logam
202
2.
Bahan :
1. Logam Non Ferro
2. Logam Ferro
3.
Perlengkapan :
1. Kertas gosok
2. Mesin poles
3. Bahan etsa
4. Mikroskop metallography
4.
Instruksi Umum :
1. Pada
saat
memotong
bahan
harus
menggunakan
bahan
pendingin
2. Hati-hati sewaktu memoles
3. GUnakan sarung tangan pada saat meng-etsa
5.
Langkah kerja :
1. Siapkan bahan dengan panjang kurang lebih 15 mm
2. Gerinda permukaan (penampang) pada kedua ujungnya )kedua
penampang harus sejajar)
3. Haluskan kedua permukaan dengan menggunakan kertas gosok
dari tingkat kehalusan 220, 320, 450, 600, 800 dan 1200
4. Periksa permukaan pada mikroskop apakah masih ada goresan
5. Jika goresan sudah tidak ada maka laukan pengetsaan dengan
menggunakan bahan kimia yang sesuai dengan benda uji
6. Lama pengetsaan antara 10 s.d 30 detik
7. Bersihkan benda uji pada air bersih
8. Keringkan benda uji dengan menggunakan alat pengering
9. Periksa struktur logam pada mikroskop metallography pada
pembesaran tertentu
LEMBARAN DATA
203
Bahan
Pembesaran
Struktur
Bagan/ Gambar :
2.
Bahan
Pembesaran
Struktur
Bagan/ Gambar :
3.
Bahan
Pembesaran
Struktur
Bagan/ Gambar :
204
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
2. Uraian Materi
Sebelum mempelajari materi Teknik Penggunaan Alat Ukur, lakukan
kegiatan sebagai berikut:
Pengamatan:
Silahkan mengamati berbagai macam alat ukur di bawah ini atau objek
lain sejenis disekitar anda. Selanjutnya tugas anda adalah:
Sebutkan jenis-jenis alat ukur yang digunakan dalam pekerjaan
pemesinan yang anda ketahui, identifikasi nama-nama alatnya dan
jelaskan fungsi dan kegunaan dari masing-masing alat ukur tersebut !
Menanya:
Apabila anda
mengalami
kesulitan
dalam
menjawab
tugas
diatas,
205
a. Uraian Materi
1). Pengertian Pengukuran
Satuan dari besaran standar setiap pengukuran dapat merupakan salah satu
atau gabungan dari satuan-satuan dasar. Dalam system satuan yang telah
disepakati secara internasional (SI Units, International System of Units, Le
Systeme International dUnites) dikenal tujuh satuan dasar, setiap satuan
dasar mempunyai satuan standar dengan symbol yang biasa digunakan
untuk menendainya sebagaimana yang diperlihatkan pada tabel 4.1
Simbol
m
Massa
Kilogram (kilogram)
kg
Waktu
Detik (second)
Arus listrik
Amper (ampere)
Temperatur termodinamika
Kelvin (Kelvin)
Jumlah zat
Mol (mole)
mol
Intensitas cahaya
Lilin (candela)
cd
Radial (radian)
rad.*)
Satuan tambahan
Sudut bidang
206
Sudut ruang
Steradial (steradian)
180
sr
rad .
b). Alat ukur standar, yang mampu memberikan atau menunjukan suatu
harga ukuran tertentu. Digunakan bersama-sama dengan alat ukur
pembanding untuk menentukan dimensi suatu obyek ukur.
c). Alat ukur batas (kaliber), yang mampu menunjukkan apakah suatu
dimensi terletak di dalam atau diluar daerah toleransi ukuran,
d). Alat ukur bantu, bukan merupakan alat ukur dalam arti yang
sesungguhnya akan tetapi peranannya adalah penting sekali dalam
melaksanakan suatu pengukuran.
2). Cara Pengukuran adalah sebagai berikut :
a).pengukuran langsung
b).pengukuran tak langsung
c).pengukuran dengan kaliber batas dan
d).pengukuran dengan cara membandingkan dengan bentuk standar.
a). Pengukuran Langsung
Adalah pengukuran dengan menggunakan alat ukur yang mana hasil
pengukuran dapat langsung dibaca pada skala yang telah dikalibrasi
yang terdapat pada alat ukur tersebut (alat ukur langsung).
Contohnya adalah mengukur panjang dengan micrometer, lihat
gambar 4.1.a
b). Pengukuran Tak Langsung
Adalah pengukuran yang dilaksanakan dengan memakai alat-alat
ukur dari jenis pembanding, standar dan pembantu. Perbedaan
harga yang ditunjukkan oleh skala alat ukur pembanding sewaktu
mengukur obyek ukur dan ukuran standar (pada alat ukur standar)
dapat digunakan untuk menentukan dimensi dari obyek ukur. Contoh
pengukuran semacam ini ditunjukkan pada gambar 4.1.b
c). Pengukuran Dengan Kaliber Batas
Adalah pengukuran yang tidak menentukan ukuran suatu dimensi
dengan pasti, melainkan hanya menunjukkan apakah dimensi
tersebbut terletak di dalam atau di luar daerah toleransi ukuran.
208
Mekanis
Elektris
Optis
Hidrolis
209
Alat-alat Ukur
Alat ukur dapat kita terangkan dari segi pemakaiannya, oleh karena itu
dipakai sistematika pembahasan menurut jenis pengukuran yaitu :
-
210
alat
ukur
kekarasan
permukaan
(surface
roughness
measuring
instrument)
Untuk beberapa jenis alat ukur akan dibahas secara terperinci sedangkan
jenis yang lain cukup sederhana pembahasannya. Usaha pemahaman
seseorang mengenai alat ukur dan cara pemakaiannya hanya akan berhasil
dengan baik apabila selain dengan mempelajari teori juga melakukan
praktek pemakaiannya. Beberapa hal yang tidak dibahas dalam bab ini
diharapkan dapat diketahui melalui buku petunjuk praktikum yang telah
tersedia ataupun dari penjelasan yang diberikan oleh instruktur praktikum.
d.
b).
Mistar Gulung
211
d).
Mikrometer
212
e).
214
a). Penyiku
215
216
217
218
219
220
metrology
memperkirakan
industri,
dimensi
mistar
obyek
ukur
ukur
hanya
serta
dipakai
untuk
untuk
melakukan
melakukan
pengukuran,
maka
meteran
lipat
tidak
dalam
suatu
kotak.
Penggulungannya
dapat
221
222
dapat
digunakan.
Tinggal
bagaimana
223
cara
menggunakannya
sehingga
penyimpangan-penyimpangan
dalam
224
225
dari satu alat ukur bisa digunakan untuk mengukur dengan dua sistem
satuan sekaligus yaitu inchi dan metrik. Ketelitian alat ukur mistar ingsut
bisa mencapai 0.001 inchi atau 0.05 milimeter. Ada pula mistar ingsut yang
tidak dilengkapi dengan skala nonius. Sebagai penggantinya maka dibuat
jam
ukur yang
dipasangkan
sedemikian
rupa
sehingga
besarnya
pengukuran dapat dilihat pada jam ukur tersebut. Angka yang ditunjukkan
oleh jam ukur adalah angka penambah dari skala utama (angka di belakang
koma yang menunjukkan tingkat ketelitian). Jadi ada dua jenis jangka
sorong yaitu jangka sorong (jangka ingsut) dengan skala nonius dan mistar
ingsut dengan jam ukur. Sesuai dengan bentuk dari benda ukur maka saat
ini telah banyak diproduksi mistar ingsut dengan berbagai bentuk dan
konstruksi, namun prinsip pembacaannya tetap sama. Secara umum
konstruksi dari mistar ingsut dapat digambarkan seperti gambar 4 berikut
ini.
Gambar 4.26. Bagian umum dari mistar ingsut dengan skala nonius.
a).Mistar Ingsut dengan Skala Nonius
Pada gambar 26 dapat dilihat secara umum bentuk dari mistar ukur
dengan skala nonius. Ada dua macam bentuknya, yaitu yang hanya
mempunyai rahang ukur bawah dan yang lain mempunyai rahang ukur
bawah dan atas. Mistar ingsut yang hanya mempunyai rahang ukur
bawah saja digunakan untuk mengukur dimensi luar dan dimensi dalam
226
dari benda ukur. Sedangkan mistar ukur yang mempunyai rahang ukur
atas dan bawah dapat digunakan untuk mengukur dimensi luar dan
dalam, kedalaman (depth) celah dan ketinggian alur bertingkat. Untuk
skala pembacaan dengan sistem metrik, mistar ingsut ada yang panjang
skala utamanya dari 150 mm, 200 mm, 250 mm dan 300 mm, bahkan
ada juga yang sampai 1000 mm. Kecermatan pembacaan bergantung
pada skala noniusnya yaitu 0,10, 0,05 atau 0,02 mm.
Beberapa hal yang harus diperhatikan saat memakai mistar ingsut
adalah :
- Rahang ukur gerak (peluncur) harus dapat meluncur pada batang
ukur dengan baik tanpa bergoyang.
- Periksa kedudukan nol serta kesejajaran permukaan ke dua rahang
dengan cara mengatupkan rahang.
- Benda
ukur
sedapat
mungkin
jangan
diukur
hanya
dengan
Apabila
ada,
gunakan
mur
penggerak
cermat
untuk
227
tingkat-tingkat
kecermatannya.
Ada
yang
tingkat
kecermatannya 0.10 mm, ada yang 0.05 mm dan ada pula yang sampai
0.02 milimeter. Sedang untuk yang pembacaannya dalam inchi, tingkat
kecermatannya ada yang 0.10 inchi dan ada yang 0.001 inchi. Untuk
yang tingkat kecermatan 0.10 mm, biasanya satu putaran jarum
penunjuk dibagi dalam 100 bagian yang sama. Ini berarti, untuk satu
putaran jarum penunjuk rahang jalan akan bergerak 100 x 0.10 mm = 10
mm. Demikian pula untuk tingkat kecermatan yang lain, dapat dilihat
Tabel 4.2.
228
Tabel 4.2. Pembagian skala jam ukur pada mistar ingsut jam ukur.
Satu putaran
Angka pada
jarum
Kecermatan
jam ukur
penunjuk
dalam mm
sensor
0.10 mm
tergeser
10 mm
0.05 mm
0.02 mm
untuk tiap
Selang
pembagian
skala utama
10 bagian
1 cm
5 mm
20 bagian
1 mm
2 mm
5 bagian dalam
1 mm
satuan
0.1 mm
Konstruksi dari mistar ingsut dengan jam ukur dapat dilihat pada Gambar
28 Untuk pembacaan dalam skala metrik maupun skala inchi
konstruksinya pada umumnya sama.
229
230
231
232
233
234
235
236
237
(1). Lihat dimana letak divisi 0 (nol) skala nonius pada divisi skala utama,
pada gambar di atas divisi 0 skala nonius terletak antara divisi 13
mm dengan 14 mm, maka pembacaannya adalah 13 mm.
(2). Lihat dimana letak divisi skala nonius yang segaris dengan divisi
skala utama, pada gambar di atas adalah divisi 21 skala nonius
segaris dengan divisi skala utama.
(3). Maka pembacaan hasil pengukurannya adalah 13 + 21 x 0,02
(ketelitian dari jangka sorong) = 13,42 mm
(4).
(6).
19,64 mm
e).Mistar Ingsut Pengukur Tinggi (Vernier Height Gauge)
Salah satu alat ukur yang prinsip pembacaannya sama dengan mistar
ingsut tapi penggunaannya hanya untuk mengukur ketinggian adalah mistar
ukur ketinggian (vernier height gauge). Sistem pembacaannya ada yang
menggunakan skala vernier (nonius) dan ada juga yang menggunakan jam
ukur. Salah satu bagian dari alat ukur ketinggian ini juga dapat digunakan
untuk penggambaran (menggores) pada bagian permukaan benda kerja.
238
Secara keseluruhan alat ukur ini dapat digunakan untuk mengukur tinggi,
menggambar garis, membandingkan ketinggian, mengukur kemiringan,
mengukur jarak senter lubang (dengan bantuan peraba senter), dan
membandingkan kedalaman. Adapun gambaran bentuk dari mistar ingsut
ketinggian tersebut dapat dilihat pada gambar 4.40.
dengan
mistar
ingsut
ketinggian.
Gambar
4.41.d
239
150 mm). Bekerja secara elektronik dan hasi pengukuran secara cepat dan
mudah untuk dibaca karena adanya sistem pencatat digital. Data
pengukuran bisa langsung dihubungkan ke komputer dan printer untuk
dianalisis lebih lanjut. Jenis komputer yang khusus ini dibuat oleh Stareet
dengan nomor produksi Starret 720 QC Computer.
d). Mikrometer
Alat ukur linier langsung yang juga termasuk alat ukur presisi adalah
mikrometer. Mikrometer inipun mempunyai bentuk yang bermacammacam
yang disesuaikan dengan bentuk yang bermacam-macam yang disesuaikan
dengan bentuk dari benda ukur. Bagian yang sangat penting dari mikrometer
adalah ulir utama. Dengan adanya ulir utama kita dapat menggerakkan
poros ukur menjauhi dan mendekati permukaan bidang ukur dari benda ukur.
Ulir utama ini dibuat sedemikian rupa sehingga satu putaran ulir utama dapat
menggerakkan sepanjang satu kisaran tergantung dari jarak kisar (pitch) ulir.
Berarti di sini gerak rotasi diubah menjadi gerak traslasi.
Jarak kisar ulir biasanya dibuat 0.05 mm. Pada ulir utama inilah biasanya
terjadi kesalahan kisar. Bila diamati kesalahan kisar ini mulai dari awal gerak
sampai batas akhir akan terjadi kesalahan kisar yang biasanya disebut
dengan kesalahan kumulatif.
Untuk mengurangi kesalahan kumulatif dari kisar ulir utama maka biasanya
panjang ulir utama hanya dibuat sampai 25 mm yang berarti panjang poros
ukur maksimum hanya 25 mm (panjang yang bisa dicapai oleh maju
mundurnya poros ukur). Untuk pengukuran yang berjarak lebih besar dari
pada 25 milimeter maka biasanya dibuat landasan tetap yang dapat digantiganti.
Secara umum, tipe dari mikrometer ada tiga macam yaitu mikrometer luar
(outside micrometer), mikrometer dalam (inside micrometer) dan mikrometer
kedalaman (depth micrometer). Meskipun mikrometer ini terbagi dalam tiga
tipe yang masing-masing tipe mempunyai bermacam-macam bentuk, akan
tetapi komponen-komponen penting dan prinsip baca skalanya pada
umumnya sama. Gambar 4.42 menunjukkan bagian-bagian umum dari
mikrometer luar.
241
juga
akan
menimbulkan
kesalahan
pengukuran
karena
243
244
245
246
247
Kesalahan Kumulatip
(mm)
Sampai dengan 75
(m)
2
.
Cara Membaca Skala Ukur Mikrometer
Sistem pembacaan mikrometer ada yang menggunakan sistem Inchi dan
ada pula yang menggunakan sistem matrik. Yang paling banyak
digunakan dalam praktek sehari-hari adalah sistem metrik. Karena kedua
sistem tersebut digunakan maka untuk mengenalkan cara pembacaannya
kedua-duanya akan dibicarakan.
(1). Cara Pembacaan Skala Ukur Mikrometer dan Inchi
Pada skala tetap(sleeve), jarak dari angka 1 sampai angka 2 adalah
0.1 inchi. Antara angka1 dan angka 2 dibagi lagi dalam 4 bagian yang
sama. Berarti satu skalanya kecil berjarak 0.025 inchi. Ulir utama
mempunyai gang sebanyak 40 gang per inchi. Bila ulir utama berputar
satu putaran penuh maka poros ukur akan maju sejauh 1/40 inchi
(0.0025).
Pada skala putar (thimble), dari garis nol ke garis nol lagi (berarti satu
putaran penuh skala putar) dibagi dalam 25 bagian. Karena satu
putaran penuh skala putar menyebabkan perpindahan 0.0025 inchi
maka satu skala (divisi) berjarak 1/25 x 0.0025 inchi = 0.001 inchi.
Dengan dasar besarnya jarak satu skala pada tetap dan pada skala
putar maka kita dapat menentukan ukuran benda ukur. Gambar 4.45
248
menunjukkan
pembagian
skala
ukur
mikrometer
dalam
inchi.
Dari gambar 4.47 dapat dijelaskan sebagai berikut. Ujung dari skala
putar (thimble) berada di sebelah kanan dari angka 3 pada skala
tetap, berarti menunjukkan ukuran 0.3 inchi. Di samping itu, ujung
skala putar masih juga berada sejauh dua skala kecil (divisi) di
sebelah kanan angka 3 skala tetap, berarti menunjukkan 2 x 0.025 =
249
0.05 inchi. Sekarang dilihat garis skala pada skala putar, ternyata ada
satu garis skala yang posisinya segaris dengan salah satu garis skala
tetap yaitu garis angka 9 dari skala putar. Ini berarti menunjukkan
ukuran 9 x 0.001 = 0.009 inchi. Jadi, pembacaan keseluruhannya
adalah 0.3 + 0.05 + 0.009 inchi = 0.359 inchi.
Ada pula mikrometer yang dilengkapi dengan skala vernier sehingga
memungkinkan mikrometer tersebut memiliki tingkat kecermatan
sampai 0.0001 inchi atau 0.001 milimeter. Gambar 4.47 menunjukkan
contoh pembacaan mikrometer yang dilengkapi dengan skala vernier
dengan satuan dalam inchi. Dari gambar nampak bahwa ujung skala
putar berada di sebelah kanan angka 2 tetapi belum sampai pada
angka 3 dari skala tetap. Ini berarti ukurannya = 0.02 inchi. Skala
putar garis angka 16 melampaui sedikit garis batas pada skala tetap
tetapi garis ke 17 belum, berarti ukurannya = 16 x 0.001 inchi = 0.16
inchi, lebih sedikit. Kelebihan sedikit ini kita tentukan dengan melihat
garis skala vernier yang segaris dengan salah satu garis skala putar.
Ternyata garis angka 3 yang segaris dengan salah satu garis skala
putar.
Ini berarti menunjukkan ukuran 0.0003 inchi (angka 3 berarti 3/10
bagian dari skala vernier karena skala vernier dibagi dalam 10 bagian
yang sama). Dengan demikian bila angka 3 segaris dengan salah satu
garis dari skala putar maka hal ini menunjukkan 3/10 x 0.001 inchi =
0.0003 inchi. Jadi, secara keseluruhan gambar tersebut menunjukkan
ukuran : 0.2 + 0.016 + 0.0003 inchi = 0.2163 inchi.
250
251
1/50 x 0.5 mm = 0.01 mm. Karena satu putaran penuh skala putar
berarti juga memutar dari nol ke nol (50 bagian = 0.5 mm). Dengan
dasar ini maka kita dapat membaca skala ukur yang ditunjukkan oleh
skala ukur mikrometer dalam metrik.
Gambar 4.48 menunjukkan contoh pembacaan skala ukur mikrometer
dalam sistem metrik. Dari gambar tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut. Ujung dari skala putar ternyata berada di sebelah kanan baris
kedua bagian atas di sebelah angka 10. Ini menunjukkan ukuran 12 x
1 mm = 12 mm. Atau 24 x 0.5 mm = 12 mm, bila dilihat garis atas dan
garis bawah dari garis batasnya. Kemudian kita lihat pada garis skala
putar untuk menentukan garis skala yang segaris dengan gari batas
skala tetap. Ternyata baris ke 32 dari skala putar berada segaris
dengan garis batas yang berarti menunjukkan ukuran sebesar 32 x
0.01 mm = 0.32 mm. Jadi, secara keseluruhan ukuran yang
ditunjukkan oleh gambar tersebut adalah 12 + 0.32 mm = 12.32 mm.
252
253
potong cutting tool misalnya sudut dari mata bor drill atau muka
pahat bubut.
yang
kecil
atau
skala
utama,
skala
nonius
(vernier),
bilah
utama,
254
255
digunakan
pada
sistem
pengubah
mikrometernya.
Bayangan benda ukur bisa dilihat pada layar dan hasil pengukuran
(besarnya dimensi benda ukur) bisa dilihat pada skala mikrometer
atau skala sudut. Dengan demikian, proyektor bentuk ini bisa
256
Karena
komponen-komponen
utamanya
banyak
257
3.
Rangkuman
Berdasarkan sifat dari alat ukur maka dikenal 5 macam alat ukur, yaitu
alat ukur langsung, alat ukur tak langsung/pembanding, alat ukur
standar, alat ukur batas, alat ukur bantu
Jenis alat ukur linier langsung dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu :
a. Mistar ukur dengan berbagai macam bentuk
b. Mistar ingsut (jangka sorong) dengan berbagai bentuk
c. Mikrometer dengan berbagai bentuk
258
Mistar ukur merupakan alat ukur linier yang paling sederhana dan
banyak dikenal orang, jenisnya terdiri dari meteran lipat, meteran gulung
dan mistar ukur berkait (hook rule)
Salah satu alat ukur yang prinsip pembacaannya sama dengan mistar
ingsut tapi penggunaannya hanya untuk mengukur ketinggian adalah
mistar ukur ketinggian (vernier height gauge).
Alat ukur linier langsung yang juga termasuk alat ukur presisi adalah
mikrometer. Bagian yang sangat penting dari mikrometer adalah ulir
utama.
Secara umum mikrometer terbagi dalam tiga tipe yaitu mikrometer luar,
mikrometer dalam dan mikrometer kedalaman.
Beberapa alat ukur yang bisa digunakan untuk mengukur sudut secara
langsung adalah busur baja (protractor), busur bilah (universal bevel
protractor) dan proyektor bentuk (profile projector).
Busur baja merupakan alat ukur sudut yang hasil pengukurannya dapat
langsung dibaca pada skala ukurnya
Busur Bilah (universal bevel protractor) merupakan Alat ukur sudut yang
penggunaanya lebih luas dari pada busur baja, bagian-bagian dari busur
bilah adalah piringan skala utama, skala nonius (vernier), bilah utama,
badan/landasan, kunci nonius dan kunci bilah.
Proyektor
bentuk
merupakan
alat
ukur
yang
prinsip
kerjanya
Tugas
259
Tes Formatif
bagian-bagian
utama
dari
busur
bilah
(universal
bevel
protractor)?
9. Berapakah besarnya ketelitian dari alat ukur sudut busur bilah?
10. Sebutkan cara pengukuran sudut yang bisa dilakukan dengan proyektor
bentuk ?
6.
Kunci Jawaban :
260
h. Kekasaran permukaan
Dari bermacam-macam jenis pengukuran tersebut di atas hanya pengukuran
linear yang paling banyak dipakai. Macam-macam masalah pengukuran dapat
dipecahkan dengan menggunakan pengukuran linear, misalnya pengukuran
dimensi dengan toleransinya dan juga penentuan kesalahan bentuk. Untuk
melaksanakan jenis-jenis pengukuran ini maka dibuat bermacam-macam alat
ukur masing-masing dengan cara pemakaian yang tertentu.
3. Jenis pengukuran ditinjau dari segi pemakaiannya :
a. Alat ukur langsung, yang mempunyai skala ukur yang telah dikalibrasi.
Hasil pengukuran dapat langsung dibaca pada skala tersebut.
b. Alat ukur pembanding, yang mempunyai skala ukur yang telah
dikalibrasi. Karena daerah skala ukurnya terbatas, alat ini hanya
digunakan sebagai pembacaan besarnya selisih suatu dimensi terhadap
ukuran standar.
c. Alat ukur standar, yang mampu memberikan atau menunjukan suatu
harga ukuran tertentu. Digunakan bersama-sama dengan alat ukur
pembanding untuk menentukan dimensi suatu obyek ukur.
d. Alat ukur batas (kaliber), yang mampu menunjukkan apakah suatu
dimensi terletak di dalam atau diluar daerah toleransi ukuran,
e. Alat ukur bantu, bukan merupakan alat ukur dalam arti yang
sesungguhnya akan tetapi peranannya adalah penting sekali dalam
melaksanakan suatu pengukuran.
4. Cara menggunakan salah satu mistar ukur :
Cara menggunakan mistar ukur bertujuan menghindari penyimpanganpenyimpangan dalam pengukuran. Tentunya letak dari mistar ukur harus
betul-betul sejajar dengan arah memanjang atau tegak lurus dengan arah
melintang dari benda yanga akan diukur. Kadang-kadang untuk keperluan
tertentu diperlukan jangka bengkok atau jangka kaki, misalnya untuk
pengukuran kasar dari diameter luar atau diameter dalam suatu poros dan
lubang.
261
Harus dipastikan bahwa posisi nol dari skala ukur dan kesejajaran muka
rahang ukur betul-betul tepat.
d Waktu melakukan penekanan kedua rahang ukur pada benda ukur harus
diperhatikan gaya penekannya. Terlalu kuat menekan kedua rahang ukur
akan menyebabkan kebengkokan atau ketidaksejajaran rahang ukur.
Disamping itu, bila benda ukur mudah berubah bentuk maka terlalu kuat
menekan
rahang
ukur
dapat
menimbulkan
penyimpangan
hasil
pengukuran.
e Sebaiknya jangan membaca skala ukur pada waktu mistar ingsut masih
berada pada benda ukur. Kunci dulu peluncurnya lalu dilepas dari benda
ukur kemudian baru dibaca skala ukurnya dengan posisi pembacaan
yang betul.
f
Jangan lupa, setelah mistar ingsut tidak digunakan lagi dan akan
disimpan ditempatnya, kebersihan mistar ingsut harus dijaga dengan
cara membersihkannya memakai alat-alat pembersih yang telah
disediakan misalnya kertas tisu, vaselin, dan sebagainya.
Cara membacanya :
Untuk mistar ingsut dengan sistem metrik skala verniernya ada yang
mempunyai ketelitian sampai 0.02 (skala vernier dibagi dalam 50 bagian) dan
ada yang tingkat ketelitiannya sampai 0.05 milimeter. Tiap angka pada skala
utama menunjukkan besarnya jarak dalam centimeter. Misalnya angka 1 berarti
1 centimeter = 10 milimeter. Jarak antara dua angka berarti 10 milimeter. Jarak
ini dibagi dalam 10 bagian yang sama, berarti satu skala kecil (divisi) pada
skala utama menunjukkan jarak 1 milimeter.
262
diletakkan di atas kaca alat, bila perlu digunakan penjepit benda ukur. Lampu
dinyalakan untuk mendapatkan sinar yang sinarnya diarahkan ke benda ukur.
Dengan adanya lensa proyeksi dan kaca/cermin datar maka sinar dibiaskan
menuju layar. Dengan adanya sinar ini maka bayanga dari benda ukur akan
dapat dilihat pada layar. Bayangan tersebut akan kelihatan dengan dimensi
ukuran yang lebih besar dari pada dimensi sesungguhnya. Hal ini terjadi karena
proyektor bentuk ini dilengkapi dengan lensa pembesar. Hasil pengukuran
dapat dilihat pada skala mikrometer ataupun skala sudut. Sistem skala
sudutnya sama dengan sistem skala sudut dari busur bila yang mempunyai
skala utama dan skala nonius. Untuk pengukuran sudut, tingkat kecermatan
yang bisa diperoleh dengan proyektor bentuk adalah 6 menit (6).
Untuk pengukuran benda ukur yang bersudut dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu: dengan menggunakan layar yang berskala dan dengan memutar meja di
263
mana skala sudut berada. Bila yang digunakan layar berskala maka yang
dibaca hasi pengukurannya adalah skala yang ada pada layar. Sebaliknya bila
yang digunakan untuk mengukur sudut adalah dengan memutar meja (rotary
table) maka hasil pengukurannya dapat dibaca pada skala sudut yang
diletakkan di atas meja putar tersebut.
264
LATIHAN MENGUKUR
A.
Mengukur
Tinggi
dengan
Height
b.
2. Peralatan
a.
Mistar Geser
b.
Pengukur Tinggi
3. Bahan
a. Benda ukur sesuai gambar kerja
4. Keselamatan Kerja
a.
b.
c.
5. Langkah Kerja
a.
b.
c.
d.
Ukur tebal
e.
f.
265
LEMBAR KERJA
MESIN
SMK
Hasil Pengukuran
Komponen yang
1
2
3
4
Rata2
diukur
TEBAL
PANJANG
TINGGI/
TINGKAT
SUDUT
t
L1
L2
L3
L4
L5
L6
L7
h1
h2
h3
h4
h5
h6
H7
1
2
3
1
2
3
4
PENGUKURAN
Nilai
Yg Di
Standa
capai
rd
8
28
28
14
20
266
Group :
Nama :
Guru :
SMK
Mesin
KOMPONEN
METODA
HASIL
KETERAMPILAN
WAKTU
TOTAL
Nilai
100
Lembar Penilaian
MENGUKUR TINGGI DENGAN HEIGHT
GAUGE/ MISTAR GESER
SUB KOMPONEN
Nilai
Maks
Langkah kerja
Sikap kerja
Penggunaan alat
Keselamatan kerja
Sub Total
4
2
2
2
10
Tebal
Panjang
Tinggi
Sudut
8
28
28
14
Sub Total
Tepat
Lambat
Sub Total
80
10
0
10
Yang
dicapai
Kode :
Mulai tgl :
Dicapai :
Waktu Standard
:
Keterangan
100
GURU PEMBIMBING
267
B.
Mengukur
Diameter
Luar
dengan
Mikrometer Luar
1. Tujuan Khusus Pembelajaran
Setelah selesai mempelajari dan berlatih topik ini peserta dapat :
a.
b.
c.
d.
Mengukur panjang
2. Peralatan
a.
Mikrometer luar
b.
Mistar Geser
3. Bahan
a.
4. Keselamatan Kerja
a.
b.
c.
5. Langkah Kerja
a.
b.
c.
d.
268
LEMBAR KERJA
MESIN
SMK
Komponen yang
diukur
DIAMETER
PANJANG
Group :
Nama :
Hasil Pengukuran
1
2
3
4
Rata2
PENGUKURAN
Nilai
Yg Di
Standa
capai
rd
d1
d2
d3
d4
d5
d6
d7
L1
L2
L3
L4
L5
L6
L7
52
28
Gurur
20
100
269
SMK
Mesin
KOMPONEN
METODA
HASIL
KETERAMPILAN
WAKTU
TOTAL
Lembar Penilaian
MENGUKUR DIAMETER LUAR DENGAN
MIKROMETER
SUB KOMPONEN
Nilai
Maks
Langkah kerja
Sikap kerja
Penggunaan alat
Keselamatan kerja
Sub Total
4
2
2
2
10
Diameter
Panjang
52
28
Sub Total
Tepat
Lambat
Sub Total
80
10
0
10
Yang
dicapai
Kode :
Mulai tgl :
Dicapai :
Waktu Standard
:
Keterangan
100
GURU PEMBIMBING
270
C.
Megukur
Kedalaman
dengan
Mikrometer Kedalaman
1. Tujuan Khusus Pembelajaran
Setelah selesai mempelajari dan berlatih topik ini peserta dapat :
a.
b.
c.
Mengukur kedalaman
d.
Mengukur panjang
e.
f.
g.
Mengukur champer
2. Peralatan
a.
b.
Mistar geser
c.
Bevel Protector
3. Bahan
a.
4. Keselamatan kerja
a.
b.
c.
5. Langkah kerja
a.
b.
271
c.
d.
e.
f.
g.
LEMBAR KERJA
MESIN
SMK
Hasil Pengukuran
Komponen yang
1
2
3
4
Rata2
diukur
KEDALAM
AN
PANJANG
DIAMETE
R
PENGUKURAN
Nilai
Yg Di
Standa
capai
rd
L1
L2
L3
L4
L5
L6
d1
d2
d3
d4
d5
27
18
30
272
CHAMPER
d6
C1
C2
Group :
Nama :
5
Guru
SMK
Mesin
KOMPONEN
METODA
HASIL
KETERAMPILAN
WAKTU
TOTAL
20
100
Lembar Penilaian
MENGUKUR KEDALAMAN DENGAN
DEPTH MIKROMETER/ MISTAR INGSUT
SUB KOMPONEN
Nilai
Maks
Langkah kerja
Sikap kerja
Penggunaan alat
Keselamatan kerja
Sub Total
4
2
2
2
10
Kedalaman
Panjang
Diameter
Champer
27
18
30
5
Sub Total
Tepat
Lambat
Sub Total
80
10
0
10
Yang
dicapai
Kode :
Mulai tgl :
Dicapai :
Waktu Standard
:
Keterangan
100
GURU PEMBIMBING
273
D.
Mengukur
diameter
dalam
dengan
Mikrometer Dalam
1. Tujuan Khusus Pembelajaran
Setelah selesai mempelajari dan berlatih topik ini peserta dapat :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Mengukur tebal
g.
Mengukur champer
2. Peralatan
a.
b.
Mistar geser
c.
Bevel Protractor
3. Bahan
a.
4. Keselamatan Kerja
a.
b.
c.
5. Langkah Kerja
a.
274
b.
c.
d.
e.
LEMBAR KERJA
MESIN
SMK
Hasil Pengukuran
Komponen yang
1
2
3
4
Rata2
diukur
TEBAL
CHAMPER
PENGUKURAN
Nilai
Yg Di
Standa
capai
rd
t1
t2
t3
c1
c2
c3
d1
15
15
20
275
d2
d3
d4
DIAMETE
R
30
Group :
Nama :
Guru
SMK
Mesin
Lembar Penilaian
MENGUKUR DIAMETER DALAM
DENGAN MIKROMETER DALAM
(INSIDE MIKROMETER)
KOMPONEN
METODA
HASIL
KETERAMPILAN
WAKTU
SUB KOMPONEN
Nilai
Maks
Langkah kerja
Sikap kerja
Penggunaan alat
Keselamatan kerja
Sub Total
4
2
2
2
10
Tebal
Champer
Diameter luar
Diameter dalam
15
15
20
30
Sub Total
Tepat
Lambat
Sub Total
80
10
0
10
TOTAL
Yang
dicapa
i
20
100
Kode :
Mulai tgl :
Dicapai :
Waktu Standard
:
Keterangan
100
GURU PEMBIMBING
276
2. Uraian Materi
Sebelum mempelajari materi Teknik Perkakas Tangan, lakukan kegiatan
sebagai berikut:
Pengamatan:
Silahkan mengamati berbagai macam perkakas tangan di bawah ini atau
objek lain sejenis disekitar anda. Selanjutnya tugas anda adalah:
Sebutkan jenis-jenis alat ukur yang digunakan dalam pekerjaan
pemesinan yang anda ketahui, identifikasi nama-nama alatnya dan
jelaskan fungsi dan kegunaan dari masing-masing perkakas tangan
tersebut !
277
Menanya:
Apabila anda
mengalami
kesulitan
dalam
menjawab
tugas
diatas,
1).Penggores (Scriber)
Penggores (scriber) adalah alat untuk menggores benda kerja (logam)
sebagai persiapan untuk dikerjakan atau sebagai gantinya pensil apabila
hendak menggambar diatas kertas. Ada 3 jenis penggores yang sering
digunakan yaitu penggores teknik (Gambar 5.1a), penggores saku
(Gambar 5.1b) dan penggores mekanik (Gambar 5.1c) semuanya
digunakan sebagai penggores benda kerja.
278
(a)
(b)
(c)
279
Cap huruf
Cap tanda
Gambar 5.4. Jenis-jenis cap (stamp).
b). Penitik Pusat (Center Punch)
Penitik pusat (center-punch) termasuk jenis alat penanda yang
terbuat dari baja perkakas dengan bagian badanya dikartel agar
280
meneruskan jarak panjang dari satu mistar ke suatu benda kerja. Saat
menggunakan jangka untuk membuat lingkaran atau sumbu, sebuah
tanda kecil bekas pentitik pusat akan ditempati oleh satu kaki dari
jangka sementara kaki lainnya diatur untuk memperoleh jarak yang
diperlukan. Pastikan ukuran jangka yang akan digunakan untuk
membuat lingkaran adalah benar.
Macam-macam jangka:
(1).
Jangka Tusuk
Jangka tusuk terbuat dari baja perkakas, kedua kakinya runcing
dan dikeraskan sedangkan bagian atasnya diberi pegas dan
pegangannya dikartel. Untuk mengatur lebar jangka dapat
dilakukan
dengan
memutar
mur
pengatur.
Jangka
tusuk
kerja
(plat),
jarum
tongkat
dapat
digeser-geser
282
untuk
mengambil
ukuran
bidang
283
luar
284
5,0
5,0
5,0
5,0
5,0
5,0
5,0
5,0
5,0
5,0
5,0
5,0
5,0
285
(a)
(b)
(b)
(d)
286
Pada
proses
penandaan
posisi
Pastikan
posisi
jarum
dalam
menjaga
keselamatan
dan
kesehatan
kerja
dalam
umum
adalah
menghindari
kemungkinan
terjadinya
b).
Alat Ukur
Macam-macam Alat Ukur
288
(a)
(b)
Gambar 5.20. Mal radius
Mal radius (satu set pada tangkai radius dan cincin) tingkatannya adalah:
s.d 3 mm
= 0,25 mm
s.d 20 mm
= 0,50 mm
290
291
(a)
(b)
Gambar 5.22. Pita ukur
292
(a)
(b)
(c)
293
1
4
294
Kelengkapan alat-alat tersebut dapat digunakan secara sendirisendiri ataupun bersamaan. Contoh penggunaan siku kombinasi
untuk mengukur sudut 45 (Gambar 28.a) dan penggunaan siku
kombinasi untuk mengukur sudut 90 (Gambar 28.b).
(a)
(b)
Gambar 5.28. Pengukuran sudut dengan siku kombinasi
8). Pengukur Tinggi (height gauge)
Pengukur tinggi adalah alat yang digunakan untuk mengukur tinggi suatu
benda, alat ini juga dapat digunakan untuk menarik kesejajaran suatu
garis pada permukaan benda. Ukuran yang banyak digunakan pada
pengukur keteinggian adalah 300 mm sampai dengan 600 mm.
Pengukur tinggi terbuat dari bahan baja tahan karat yang dapat diatur
ketinggian pada batang tetap.
295
Batang tetap
Rahang gerak
296
297
298
Gambar Blok V
299
derajat
yang
akan
digunakan
untuk
mengukur
sudut
Benda
kerja
300
Jika kita akan memeriksa ulir baut/mur, maka rapatkan mal itu pada
ulir tersebut. Bila mal ulir itu masuk dengan baik pada ulir tersebut
berarti ukuran ulir tersebut sama dengan ukuran ulir yang terdapat
pada mal tersebut. Bila mal tidak cocok dengan ulir yang diperiksa
gantilah dengan mal-mal lainnya yang cocok/sesuai.
c).
Alat Pemotong
301
1).
Kikir (Files)
Kikir adalah perkakas tangan (hand tools) yang umumnya tersedia pada
sebagian besar bengkel (workshop). Kikir terbuat dari bahan baja jenis
khusus untuk perkakas yang telah di perkeras. Permukaan kikir memiliki
banyak goresan baris yang berfungsi sebagai gigi pemotong. Gigi
tersebut digunakan sebagai pemotong logam dari permukaan benda
kerja. Kikir dibuat dalam beberapa bentuk dan ukuran yang berbeda.
Ujung kikir disebut tang yang dibentuk sedemikian rupa sehingga
gagang dapat melekat padanya. Sangat berbahaya untuk menggunakan
kikir tanpa gagang. Pastikan kikir terpasang pada gagang dengan aman.
Kikir dapat digunakan untuk mengasarkan benda kerja sesuai ukuran
dan bentuk dengan mengikis sejumlah besar logam. Sebuah kikir juga
digunakan untuk penyelesaian(finishing) dengan mengikir sedikit dari
logam. Proses penyelesaian menghasilkan permukaan yang halus dan
ukuran serta bentuk yang lebih akurat.
Sebuah kikir mempunyai penggunaan yang berbeda.
Beberapa
diantaranya adalah :
lainnya,
302
umumnya
finishing
303
dikehendaki.
Tabel
5.1
berikut
memperlihatkan
2.
3.
Jenis
Kasar
Medium
Halus
Kode
00
Jumlah gigi
per 1 cm
12
15
1
2
20
25
31
4
5
38
46
56
84
Penggunaan
Pekerjaan kasar dan tidak
presisi
Pekerjaan sedang
304
memperlihatkan
pengelompokan
kikir
berdasarkan
Penampang
1.
Kikir pelat
Mengikir rata
(segi empat
Mengikir radius
panjang)
2.
Kikir bundar
Penggunaan
Ilustrasi
luar
Mengikir lubang
bundar/lonjong
Mengikir radius
dalam
3.
Kikir bujur
sangkar
Mengikir lubang
segi empat
Mengikir alur
segi empat
305
No
Penampang
Penggunaan
4.
Ilustrasi
Mengikir alur
segi tiga/bentuk
ekor burung
5.
Kikir bentuk
Bentuk khusus
kombinasi
Penggunaan
kikir
berdasarkan
ukuran
panjang
306
2.
3.
Ilustrasi
Nama
Fungsi
Raker set
Umum
Straight
Non ferro/
set
Wavy set
paduan
Baja profil
307
No.
1.
2.
3.
4.
14
18
24
32
Pemakaian
Jenis bahan
Lunak
Lunak s.d Sedang
Sedang s.d Keras
Keras
Tebal bahan
minimum
5.5 mm
4.2 mm
3,2 mm
2,4 mm
Pemakaian
Kedalaman tak
terbatas
2.
Double cut
Maksimal kedalaman
pemotongan sedikit
di bawah gigi
sebelah atas.
308
Nama-nama bagian dari mata bor dapat dilihat pada gambar halaman
berikut, mata bor pilin dengan sudut puncak 118 dan kisar sedang
digunakan untuk mengebor logam fero, besi tuang, baja tuang dan
besi tempa.
Keterangan:
1. tepi/mata potong
1. kepala
2. bibir pengait
3. titik mati
4. tepi /kelonggaran
5. garis tengah
6. bagian sudut potong
7. sudut potong
8. saluran tatal
9. badan
10. mata/puncak
Gambar 5.40. Bagian-bagian mata bor
130o
309
130o
80o
30o
310
sudut
tersebut
tidak
sama
akan
mempengaruhi
311
hasil
Pelat Kaliber
= 59 + 59 = 118
= 8 12
= 120 135
312
Sarung
pengura
ng
Kepala
bor tirus
4). Reamer
Reamer adalah alat untuk memperluas lubang. Lubang hasil pengeboran
kadang-kadang hasilnya masih kasar atau saat hendak dimasukkan
batang atau benda pasangannya tidak cukup longgar (sesak), maka
untuk mengatasi hal seperti ini diperlukan adanya perluasan lubang
menggunakan alat reamer. Untuk mendapatkan ukuran yang pas maka
pekerja sebaiknya mengebor dengan ukuran 0,1 0,5 mm lebih kecil
dari diameter lubang yang telah ditentukan kemudian diperluas
menggunakan reamer. Adapun macam macam jenis reamer adalah
sebagai berikut:
Macam-macam Reamer
a). Reamer Spiral
Reamer dengan bentuk alur spiral digunakan untuk meluaskan
dan menghaluskan lubang, jenis ini memotong lebih halus dan
ringan serta tidak sering macet.
313
314
315
10
1,5
= Kisar ulir
20
316
harus
317
6) Counter Bor
318
2. Cutter
Cutter digunakan untuk penyayatan dan besarnya diameter cutter
tergantung dari besarnya kepala baut yang akan terpasang.
Pemotongnya ada 2 jenis:
Pemotong bentuk lurus / rata
Pemotong bentuk tirus
3. Tangkai / Pemegang
Tangkai/ pemegang, dilihat dari bentuknya Ada 2 jenis :
Pemegang bentuk lurus
Pemegang bentuk tirus
Dalam pembuatan lubang bertingkat menggunakan counter bore, agar
penyayatan tidak terlalu berat maka sebelumnya buatlah lubang awalan
terlebih dahulu dengan twist drill yang diameternya lebih kecil dari counter
bore yang akan digunakan.
Apabila besarnya diameter counter bor yang diinginkan tidak ada, maka
dapat menggunakan twist drill dimana bagian ujungnya dibuat rata /
papak. Cara penggunaannya sama dengan penggunaan counter bore,
yaitu dibuat lubang awal terlebih dahulu agar saat penyayatan tidak terjadi
goyangan sehingga hasilnya akan sama dengan diameter yang dipakai
7) Counter Shink
319
320
321
jenis
sekerap
tangan
lainnya,
yaitu
dengan
322
ragum diatur setinggi siku pada lengan seperti terlihat pada gambar
berikut.
323
Tangkai pemutar
324
pada
umumnya
diberi
parutan
bersilang
agar
penjepitan lebih kuat dan tidak licin, sehingga apabila menjepit benda
kerja yang halus dan dikawatirkan akan rusak permukaannya maka
disarankan untuk memberi lapisan pelindung berupa plat yang dapat
menjaga permukaan benda kerja tersebut. Namun ada juga jenis
ragum kerja bangku yang rahang penjepitnya dibuat rata dan halus
(digerinda), dimana jenis ragum ini digunakan untuk menjepit benda
kerja yang sudah memiliki permukaaan rata.
Ragum
Meja kerja
bangku
Pemilihan Kikir
Kikir yang digunakan harus disesuaikan dengan kebutuhan pekerjaan,
baik dalam segi kualitas pekerjaan maupun dalam segi bentuk. Untuk
kualitas pekerjaan, yang perlu diperhatikan adalah ketajaman dan
kemulusan kikir, seperti tidak bengkok dan tidak cacat. Untuk kebutuhan
pekerjaan, kikir sudah dibuat dengan berbagai bentuk dan ukuran
325
ragum, posisi kaki dan gerakan badan tidak jauh berbeda, sebagai
pendekatan kesesuaian itu dapat diilustrasikan sebagai berikut :
326
Bangku
kerja
Gambar 5.72. Gerakan badan dan posisi kaki pada saat mengikir
f). Kecepatan langkah mengikir
Kecepatan langkah mengikir harus disesuaikan dengan kondisi badan dan
peralatan serta bahan yang dikikir. Berdasarkan pendekatan perhitungan
327
600 CS
L
langkah/ menit
Dimana:
S
CS
600
Latihan:
Kecepatan langkah untuk mengikir rangka klem C dari bahan baja lunak
dengan bahan kikir dari baja karbon Cs diambil 20 m/menit menggunakan
kikir panjang 12".
600 x 20
12 x 25,4
12.000
40 langkah/ menit
304,8
Keterangan:
Bahan kikir terbuat dari baja karbon tinggi dan mempunyai ketahanan lebih
rendah dari HSS. Kecepatan langkah mengikir untuk finishing bisa lebih
rendah
g). Arah pemakanan kikir
Deretan gigi kikir dibuat miring terhadap sumbu badan kikir. Pada jenis
double cut kedua alur tidak sama dalam, semua ini mempunyai fungsi
yang berbeda. Alur yang lebih dalam berfungsi untuk jalan keluar tatal
sedangkan alur yang dangkal berfungsi untuk mematahkan tatal menjadi
pendek-pendek sehingga mudah keluar. Oleh karena itu dengan arah
328
pemakanan lurus searah sumbu kikir, maka tatal akan mudah keluar dan
dengan sendirinya beban pengikiran menjadi ringan.
Namun apabila gerakan pemakanan seperti terlihat pada gambar berikut,
maka beban pengikiran menjadi berat karena tatal sulit keluar, kikir cepat
tumpul serta permukaan hasil pengikiran menjadi kasar.
(a)
(b)
Gambar 5.73. Arah pemakanan kikir gigi tunggal
329
Gambar 5.74. Kikir gigi ganda arah pemakanan lurus dengan sumbu kikir
h). Pengikiran lapisan keras kulit benda kerja (lapisan terak)
Gigi kikir memenuhi semua badan kikir, ada gigi samping dan ada gigi
muka. Gigi-gigi ini dibuat dengan fungsi yang berbeda. Gigi samping atau
bagian ujung kikir digunakan untuk membuang lapisan yang keras, seperti
lapisan terak/karbon pada kulit benda kerja sebagai akibat pembentukan
proses panas, atau
pengkiran
330
operasional
yang
perlu
ditempuh
untuk
Pisau Perata
Bidang dasar 1
Benda kerja
331
Perhatian
Jika bidang dasar tidak rata dan tidak menyiku satu sama lain maka
dengan sendirinya akan timbul masalah dalam pelukisan nanti, terlebihlebih jika pelukisan menggunakan pengukur tinggi di atas meja perata.
Mengikir miring
Pada prinsipnya pengikiran miring sama saja dengan pengikiran rata,
yang berbeda hanya terletak pada posisi pemasangan benda kerja.
Demikian pula dengan jenis dan spesifikasi kikir yang digunakan. Prinsip
pemeriksaan hasil pengikiran sama dengan prinsip pemeriksaan bidang
dasar 3.
332
Mengikir radius
Ada dua jenis pengikiran radius yaitu pengikiran radius luar dan radius
dalam. Jenis kikir yang digunakan untuk mengikir radius dalam adalah
kikir bundar atau kikir setengan bundar, sedangkan untuk radius luar
adalah kikir pelat atau kikir yang mempunyai bidang rata.
Kikir bundar
333
Mal radius
Benda kerja
Siku-siku
Benda kerja
334
kikir, yaitu dari baja karbon. Jadi kecepatan langkah untuk menggergaji
baja lunak adalah sekitar 40 langkah permenit.
b). Pemasangan daun gergaji
Dalam pemakaiannya, daun gergaji dipasang pada sengkang. Posisi
pemasangan daun gergaji dapat disesuaikan dengan kebutuhan
pekerjaan. Ketentuan pemasangan daun gergaji adalah sebagai berikut:
Gigi gergaji harus menghadap ke muka
Ketegangannya harus cukup, sehingga tidak terjadi lekukan pada
waktu dipakai.
335
Langkah penggergajian
Untuk pemotongan yang tidak presisi, awal penggergajian dapat
langsung dengan gergaji itu sendiri.
Adapun cara memotong dengan gergaji tangan adalah sebagai berikut:
a).
Membuat alur
Tinggi mulut catok/ ragum sama seperti pada waktu mengikir, bagian
yang digergaji harus sedekat mungkin dengan mulut catok/ragum.
Pada permulaan menggergaji, tahan sisi gergaji dengan
ibu jari.
(a)
(b)
336
b).
Awal penggergajian
Sebagai awal penggergajian kedudukan gergaji, menyudut 30,
selanjutnya gergajilah bagian sisi terlebih dahulu yang lambat laun
sudutnya makin kecil.
337
d).
menghadap
ke depan.
Pengencangan tidak membuat sengkang menjadi bengkok namun
daun gergaji terikat dengan kuat dan aman.
Setelah digunakan, sengkang gergaji dikendorkan dengan
cara
kikir
segitiga
338
339
Keterangan:
1. Badan
2. Tangkai pemegang
3. Pemegang/penjepit bor
4. Pelat bantalan dada
5. Tangkai pemutar
340
1000Cs
...RPM
.D
Dimana :
N
Cs
= 22/7
HSS Drills
Meter/menit
200 300
Meter/menit
80 150
200 300
80 150
Bronze liat
70 100
30 50
100 150
40 75
70 100
30 50
Tembaga
60 100
25 50
Besi tempa
80 90
30 45
250 400
100 200
Monel
40 50
15 25
Baja mesin
80 100
30 55
Baja lunak
60 70
25 35
Baja alat
50 60
20 30
Baja tempa
50 60
20 30
50 70
20 35
Jenis bahan
Alumunium dan paduannya
341
Jenis bahan
Stainless steel
Carbide Drills
HSS Drills
Meter/menit
60 70
Meter/menit
25 35
Latihan 1:
Berapa kecepatan putaran mata bor diameter 10 mm untuk mengebor
baja lunak (St.37).
Jawab:
Dari tabel CS untuk baja lunak (St.37) pada kolom HSS adalah 25 s.d 35
m/menit.
Jika CS diambil 30 m/menit,
maka
N
1000Cs
...RPM
.D
1000Cs
...RPM
.D
342
rendah putarannya. Demikian pula halnya dengan diameter mata bor yang
berbeda digunakan untuk jenis bahan benda kerja yang sama, maka
kecepatan putarannya pun berbeda. Semakin kecil diameter mata bor,
semakin tinggi kecepatan putarannya.
Selain kecepatan putaran, kecepatan pemakanan pun harus diperhatikan
agar tidak terjadi beban lebih. Berikut ini tabel kecepatan pemakanan
pengeboran untuk berbagai diameter
Table 5.7. Kecepatan pemakanan (feeding)
Diameter mata bor (mm)
Hingga 3
Kecepatan pemakanan
(mm/putaran)
0,025 sd 0,05
3 sd 6
0,05 sd 0,1
6,5 sd 8,5
0.1 sd 0,2
8,5 sd 25
0,2 sd 0,4
Lebih dari 25
0,4 sd 0,6
Langkah pengeboran
Pengeboran
343
Langkah
pengeboran
Benda kerja dijepit
pada balok sudut
dengan klem C
dan diganjal
dengan jack
Benda kerja
diletakan di atas
papan kayu dan
dijepit dengan
klem C
3.
Benda
kerja
dipasang
balok
dijepit
pada
dan
dengan
klem
344
345
D = D' K
Dimana:
D = Diameter bor, satuan dalam mm/inchi
D' = Diameter nominal ulir, satuan dalam mm/inchi
K = Kisar (gang).
Contoh :
a. Diameter lubang bor untuk mur M10 x 1,5 adalah :
10 - 1,5 = 8,5 mm
b. Diameter lubang bor untuk mur W3/8"x 16 adalah :
3/8" - 1/16" = 5/16 "
Setelah dibor, kemudian
dengan kuat dengan jalan memutar salah satu pemegang yang berfungsi
mendorong dan menarik rahang pada rumah tap. Mengetap harus
dimulai dengan tap no.1, kemudian tap no. 2 dan terakhir no. 3 untuk
penyelesaiannya.
346
(a)
(b)
347
Gambar 5.95. Urutan proses pengetapan dan mengukur kesikuan hasil tap
Cara menggunakan snei
348
snei
sudah
terasa
memakan
benda
kerja,
maka
Gambar 5.97. Pemegangan penuh pada posisi jauh dari rumah snei
c).
Pemutaran snei
Apabila bahan yang akan disnei memiliki sifat liat, pemutaran snei
harus bolak-balik arah jarum jam. Pemutaran searah jarum jam
merupakan langkah penguliran, sedangkan pemutaran berlawanan
arah jarum jam untuk memutuskan beram (pendekatan besarnya
sudut sama dengan pada saat mengetap). Selain itu dengan
349
dari
pakaian
kalung,
dsb,
ikut
kerja,
tergulung
351
Gunakan
kaca
mata
saat
mata
-
supaya
rambut
dan
352
4).Rangkuman
Macam-macam alat penanda
a.
Penggores
b.
Cap (stamp)
c.
Penitik
d.
Jangka tusuk
e.
Jangka hati
f.
Jangka bengkok
g.
Jangka garis
Mistar baja
b.
Busur derajat
c.
Mal Ulir
d.
Siku
e.
Jangka sorong
f.
Pengukur tinggi
a.
Kikir
b.
Gergaji tangan
c.
Mata bor
d.
Rimer tangan
e.
Tap
f.
Snei
Langkah-langkah dalam proses pengikiran
a. Membuat alur
b. Melakukan awal penggergajian
c. Melakukan penggergajian untuk memotong benda kerja
Keselamatan kerja dengan menggunakan alat-alat potong
sengkangnya
harus cukup
kuat
supaya daun gergaji tidak mudah patah saat dipakai dan melukai
pemakai
c.
mata
tertutup, supaya rambut dan bagian lain yang terjurai tidak ikut terlilit.
354
5).Tugas
1. Buat ringkasan dengan singkat terkait materi teknik perkakas tangan !
2. Identifikasi dan jelaskan jenis-jenis perkakas tangan yang sering
digunakan dalam kegiatan praktek pemesinan di bengkel sekolah !
6).Tes Formatif
1.
(a)
(b)
(c)
1.
2.
3.
2.
3.
Gambar
Penggores
derajat
Penitik garis
derajat
355
Penitik Pusat
4.
derajat
(a)
(c)
(b)
5.
6.
7.
8.
a.
b.
c.
.
9.
356
10. Apakah tujuannnya dari lubang hasil pengeboran, diperluas dengan peluas
lubang (reamer).
11. Jelaskan fungsi dari tap dan sney
12. Satu set pengulir dalam (tap) terdiri dari berapa ? Tuliskan nama-nama tiap
nomor.
7).Kunci Jawaban
1. Nama alat-alat pada gambar :
a. Penitik garis
b. Jangka tusuk
c. Jangka kaki
2. Fungsi dari
- Jangka kaki digunakan untuk mengukur/memeriksa diameter atau lebar
bagian dalam suatu benda.
- Jangka bengkok digunakan untuk mengukur/memeriksa diameter luar
atau kesejajaran suatu benda.
3. Sudut asah
- Penggores 30 o
- Pentitik garis 60 o
- Pentitk pusat 90o
4. Nama alat-alat pada gambar
a. Busur derajat
b. Heigth gauge
c.
Jangka sorong
5. Macam-macam ulir
357
d. Mengukur tingkat
7. Kegunaan siku kombinasi:
-
Lembaran Kerja
Lembaran Kerja 1
1. Tujuan:
359
Alat
Alat-alat potong
Mesin bor
Conter sink
Kuas
b.
Bahan
3. Keselamatan kerja
a.
b.
c.
d.
360
4. Gambar kerja
Gambar Kerja 1
N8
Toleransi Sedang
Mistar Rambut
Nama Bagian
J umlah
III
II
Baja Lunak
No Bag
Bahan
5/8" x 3" x 48
Ukuran
Pengganti dari :
Perubahan :
Diganti dengan :
LATIHAN MENGUKUR
BIDANG DATAR DAN SIKU
Skala
1:1
Digambar
Diperiksa
Dilihat
Visa
361
Keterangan
Gambar Kerja 2
N8
Toleransi Sedang
1
Nama Bagian
J umlah
III
II
Baja Lunak
No Bag
Bahan
5/8" x 3" x 48
Ukuran
Pengganti dari :
Perubahan :
Diganti dengan :
Skala
1:1
Digambar
Diperiksa
Dilihat
Visa
362
Keterangan
Gambar Kerja 3
363
N8
Toleransi Sedang
1
Nama Bagian
J umlah
III
II
Baja Lunak
No Bag
Bahan
5/8" x 3" x 48
Keterangan
Ukuran
Pengganti dari :
Perubahan :
Diganti dengan :
Skala
1: 1
Digambar
Diperiksa
Dilihat
Visa
364
Gambar Kerja 4
N8
Toleransi Sedang
1
Nama Bagian
J umlah
III
II
Baja Lunak
No Bag
Bahan
5/8" x 3" x 48
Ukuran
Pengganti dari :
Perubahan :
Diganti dengan :
Skala
1:1
PENYELESAIAN BENTUK
Digambar
Diperiksa
Dilihat
Visa
365
Keterangan
5. Langkah kerja
Langkah kerja 1. Latihan menggunakan kirkir untuk bidang
datar dan siku
a.
b.
Bidang 1
c.
Kikir
rata
bidang
1,
periksa
kerataannya
dengan
pisau
perata/mistar rambut.
Pisau rata
Benda kerja
d.
e.
f.
Bidang 2
366
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
Ukur tebal benda kerja dan bidang 1 sesuai dengan ukuran yang
diminta, kemudian tarik garis di sekeliling benda kerja tersebut dan diberi
titik dengan penitik garis.
o.
p.
367
b.
Bor semua titik pusat pengeboran sesuai dengan mata bor yang
telah ditentukan dalam gambar.
c.
d.
e.
f.
368
A.
Jepit benda kerja pada ragum bangku, bagian radius di atas mulut
ragum
b.
Kikirlah
sesuai
bentuk
radius
yang
dilukis,
radius
luar
c.
d.
e.
f.
g.
Serahkan benda kerja kepada guru setelah benda kerja diberi label
nama
369
6. Penilaian
Penilaian 1. Latihan menggunakan kikir untuk membentuk bidang datar
dan siku
Peserta/siswa dinyatakan lulus apabila hasil penilaian dinyatakan memenuhi
standar minimal, yaitu : Nilai pemeriksaan minimal 70,00.
Nama Siswa
NIS
Nama Pekerjaan:
370
NO.
1.
2.
3.
4.
5.
SKORE
MAKS
PENILAIAN
ASPEK PENILAIAN
Bidang I
Kehalusan (N8)
Bidang II
Kehalusan (N8)
Bidang III
Kehalusan (N8)
Bidang IV
Kehalusan (N8)
6
3
Bidang V
6.
KET
Kehalusan (N8)
6
6
3
Bidang VI
Kehalusan (N8)
Total
6
3
100
,
200..
Penilai
371
ASPEK PENILAIAN
MAK
SKORE
PENILAIAN
S
Latihan Mengebor
1.
Kesinggungan lingkaran
14
Kesejajaran
14
Kesepusatan
14
Kerapihan
Latihan mengergaji
2.
Kesejajaran
14
Kesikuan
14
Kelurusan
14
Kerapihan
Total
8
100
20
Penilai I/II
372
KET
2.
ASPEK PENILAIAN
SKORE
MAKS PENILAIAN
Ukuran
Ukuran 17 mm
10
Ukuran 13 mm (3 x ukuran)
10
10
10
Radius
Radius 8 (2 x radius)
10
Radius 11
10
3.
Kesejajaran
10
4.
Kerataan
10
5.
Kesikuan
10
6.
Kerapihan
10
Total
100
20
Penilai I/II
373
KET
Lembaran Kerja 2
1. Tujuan:
Setelah mempelajari dan berlatih topik ini, peserta diklat diharapkan
mampu:
Menggunakan
snei.
Snei
Tangkai snei
Kikir pelat
b. Bahan
Baja lunak 10 x 80 mm
3. Keselamatan kerja
a.
b.
c.
374
375
4. Gambar Kerja
N8
Toleransi Sedang
1
Nama Bagian
J umlah
III
II
Baja Lunak
10 x 85
No Bag
Bahan
Ukuran
Pengganti dari :
Perubahan :
Diganti dengan :
LATIHAN
MENGGUNAKAN SNB
Skala
1:1
Digambar
Diperiksa
Dilihat
Visa
376
Keterangan
5. Langkah Kerja
a. Siapkan benda kerja dan pingul kedua ujung batang.
b. Jepitlah batang yang akan diulir pada ragum, cukup kuat dan tegak
lurus.
c. Masukkan pengulir/snei, pada pemotongan permulaan sambil
diputar sedikit diberi tekanan/ ditekan.
377
6. Penilaian
Peserta / siswa dinyatakan lulus apabila hasil penilaian dinyatakan
memenuhi standar minimal, yaitu :
Nama Siswa
NIS
Nama Pekerjaan :
NO.
ASPEK PENILAIAN
SKORE
MAKS PENILAIAN
20
1.
Ukuran 800,3 mm
2.
20
3.
Panjang ulir 60 mm
20
4.
20
5.
10
6.
Pinggulan 2 x 450
Total
10
100
Cimahi,
, 20.
Penilai I/II
DAFTAR PUSTAKA
378
KET
7.
8.
9.
10. Rochim Taufik Dr. Ir (2006), Spesifikasi, Metrologi dan Kontrol Kualitas
Geometrik, Bandung; ITB
11. Soedjono, BSC. Dan Machudi, BSC, (1978) Pengetahuan Logam 1,
Depdikbud Jakarta
12. Tupkary, Dr (1980) Modern Steel Making : Khana Publishers Delhi, New
Delhi
13. Wirawan Sumbodo dkk, (2008).Teknik Produksi Mesin Produksi. Direktorat
Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah,
Departemen Pendidikan Nasional
14. ______, (1970) Metallurgi, Materials and Processes, Technical Schools
Branch, Education Departmen Of Victoria, Melbourne
379
380