Anda di halaman 1dari 2

Istilah politik masih sangat tabu bagi buruh.

Hasil survei Organisasi Pekerja Seluruh


Indonesia (OPSI) tentang suatu orientasi politik buruh dalam pemilu Legislatif 2009
menunjukan bahwa mayoritas buruh tidak mengetahui keberadaan Partai Buruh, mayoritas buruh
tidak memiliki pengetahuan yang cukup baik terkait visi, misi dan program (platform) partai
politik, dan mayoritas buruh masih menghendaki SB tidak terlibat dalam urusan politik praktis.
Hasil survei pada tahun 2009 tersebut menggambarkan bahwa kesadaran dan partisipasi politik
kaum buruh masih sangat rendah dan gerakan buruh belum maksimal menggunakan ruang-ruang
demokrasi politik yang tersedia sebagai arena untuk memperjuangkan kepentingan kaum buruh.
Akan tetapi, hasil survei tersebut untuk saat ini bisa dikatakan tidak relevan. Hal tersebut
dikarenakan kesadaran dan partisipasi politik buruh semakin hari terasa semakin meningkat.
Belakangan disertai dengan intensitas gerakan buruh seperti perjuangan atas jaminan sosial, tolak
upah murah dan outsoursing melalui mogok-mogok nasional yang mengkonsolidasikan kekuatan
dan gerakan buruh dari beberapa wilayah industri di Indonesia, perlahan tapi pasti mulai
menumbuhkan kesadaran para aktifis buruh untuk mulai melek politik. Jika sebelumnya
organisasi serikat buruh masih malu-malu dan tidak yakin untuk secara terang-terangan
mendukung seseorang untuk maju dalam pemilihan calon legislatif, pada moment pemilukada
2014, salah satu serikat buruh yaitu FSPMI secara organisasi mendukung sembilan orang
kadernya untuk maju ke perjuangan merebut kekuasaan.
Dalam tulisannya di website Federasi Serikat Pekerja Metal (FSPMI) Obon Tabrani
seorang aktivis buruh FSPMI yang juga telah diamanahkan untuk menjadi koordinator gerakan
politik FSPMI, menulis sebuah artikel yang berjudul tentang Politik : Strategi Baru Perjuangan
Buruh. Dalam hal ini sudah terlihat jelas bahwa kaum buruh perlahan semakin membuka mata
untuk politik.
Pada awal tahun 2010, difasilitasi oleh Trade Union Rights Centre beberapa aktivis buruh
dari beberapa wilayah seperti Bekasi, Jakarta, Sukabumi, Jawa Timur, dan Jawa Tengah
berkunjung ke Omah Tani untuk belajar tentang go politiknya organisasi petani di Batang, Jawa
Tengah.
Sejak saat itu, Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) khususnya mulai serius
mempelajari tentang memasuki ranah politik. Sehingga pada akhir tahun 2012 FSPMI Bekasi
khususnya mempersiapkan diri untuk mengikuti Pemilu legislatif pada April 2014.
Dalam persiapannya FSPMI melakukan berbagai untuk go politik ini. Mulai dari memilih
anggota yang akan dijadikan calon legislatif, lobby ke partai-partai politik, dan menyiapkan
strategi untuk mensukseskan calon-calonnya. FSPMI atas nama organisasi secara resmi
mengeluarkan keputusan untuk go politik pada rapat pimpinan III DPP FSPMI yang
diselenggarakan di Park Hotel pada tanggal 15 17 Februari 2014.

Dalam keputusan rapim tersebut, disebutkan bahwa FSPMI akan memperkuat strategi
Buruh Go Politik, termasuk penggalangan dana bagi para Kader FSPMI yang menjadi Calon
Anggota Legislatif. Salah satunya adalah akan dikeluarkannya instruksi tentang dana konsolidasi
sebesar lima ribu rupiah untuk membantu para Caleg. Ada sembilan kader FSPMI yang diutus
menjadi calon legislatif untuk beberapa daerah pemilihan dan dengan mengendarai berbagai
partai politik yang berbeda-beda. Menurut salah seorang calon legislatif dari FSPMI, perbedaan
partai politik sebagai kendaraan politik kader-kader FSPMI tersebut tidak menjadi persoalan bagi
mereka karena mereka memilih orangnya bukan partai politiknya. Saat ini kaum buruh tidak
punya pilihan lain karena belum memiliki partai politik sendiri. Namun, kesempatan untuk bisa
mengikuti perjuangan dalam panggung politik kali ini dianggap sebagai proses pembelajaran
untuk cita-cita memiliki partai politik sendiri di masa depan.
Dalam menyukseskan gerakan politik yang baru dimulai FSPMI ini, ada beberapa
langkah-langkah maupun strategi yang mereka lakukan. Antara lain mengadakan diskusi-diskusi
untuk menyiapkan konsep- konsep strategi pemenangan calon legislative dari FSPMI, membuat
database pemilih untuk mendata jumlah anggota FSPMI di beberapa daerah pemilihan dan juga
mendata potensi suara pemilih dari masyarakat umum. Selain itu, FSPMI juga melakukan
pendekatan dengan beberapa partai politik yang dijadikan kendaraan politik khususnya untuk
menegaskan perjanjian politik antara partai dengan organisasi. Hal ini dimaksudkan untuk
membuat perjanjian mengenasi seberapa besar pengaruh organisasi terhadap calon legislatif
apaabila terpilih nantinya dan mencegah hal-hal yang dapat merugikan organisasi.
Strategi lainnya adalah dengan membentuk tim sukses dan relawan go politik buruh
untuk memenangkan calon-calon legislatif dari FSPMI. Para relawan ini bekerja keras untuk
mengkampanyekan para caleg, menjadi saksi pada saat pemilu legislative, menjadi pemantau
pemilu yang bersih. Para relawan ini adalah juga kader-kader FSPMI yang ikut mensukseskan go
politik buruh dengan sukarela tanpa bayaran apapun malah berkorban baik itu waktu, tenaga, dan
materi untuk kerja-kerja politik FSPMI.
Loyalitas kader-kader FSPMI terlihat dari antusiasme mereka menghadiri berbagai
pelatihan dan diskusi yang diadakan oleh FSPMI baik itu diskusi tentang Mengapa buruh harus
go politik? , Membangun kesadaran berpolitik bagi buruh maupun pelatihan-pelatihan saksi,
pemantau pemilu , atau tim sukses pemilu yang diadakan oleh FSPMI dengan menghadirkan
beberapa nara sumber.

Anda mungkin juga menyukai