Ektima
Ektima
I.
PENDAHULUAN
Ektima adalah pioderma ulseratif kulit yang umumnya disebabkan oleh
atau
oleh
kedua-duanya.
Faktor
predisposisi
yang
dapat
II.
EPIDEMIOLOGI
Insiden ektima di seluruh dunia tepatnya tidak diketahui. Frekuensi
terjadinya ektima berdasarkan umur biasanya terdapat pada anak-anak dan orang
tua, tidak ada perbedaan ras dan jenis kelamin (pria dan wanita sama). Pada anakanak kebanyakan terjadi pada umur 6 bulan sampai 18 tahun.(1,4)
III.
ETIOLOGI
Ektima merupakan pioderma ulseratif pada kulit yang umumnya disebabkan
IV. PATOFISIOLOGI
Complex II (MHC II)) pada antigen-presenting cell tanpa adanya proses antigen.
Walaupun biasanya antigen konvensional memerlukan interaksi dengan kelima
elemen dari kompleks reseptor sel T, superantigen hanya memerlukan interaksi
dengan variabel dari pita B. Aktivasi non spesifik dari sel T menyebabkan
pelepasan masif Tumor Necrosis Factor- (TNF-), Interleukin-1 (IL-1), dan
Interleukin-6 (IL-6) dari makrofag. Sitokin ini menyebabkan gejala klinis berupa
demam, ruam erythematous, hipotensi, dan cedera jaringan.(11,13)
Faktor host seperti immunosuppresi, terapi glukokortikoid, dan atopic
memainkan peranan penting dalam pathogenesis dari infeksi Staphylococcus.
Adanya trauma ataupun inflamasi dari jaringan (luka bedah, luka bakar, trauma,
dermatitis, benda asing) juga menjadi faktor yang berpengaruh pada pathogenesis
dari penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini. (13)
V.
GAMBARAN KLINIS
Penyakit ini dimulai dengan suatu vesikel atau pustul di atas kulit yang
eritematosa, membesar dan pecah (diameter 0,5 3 cm) dan beberapa hari
kemudian terbentuk krusta tebal dan kering yang sukar dilepas dari dasarnya.
Biasanya terdapat kurang lebih 10 lesi yang muncul. Bila krusta terlepas, tertinggal
ulkus superficial dengan gambaran punched out appearance atau berbentuk
cawan dengan dasar merah dan tepi meninggi. Lesi cenderung menjadi sembuh
setelah beberapa minggu dan meninggalkan sikatriks. Biasanya lesi dapat
ditemukan pada daerah ekstremitas bawah, wajah dan ketiak.(1,2,12,13)
Gambar B: Tahapan ektima. Lesi dimulai sebagai sebuah pustule yang kemudian
pecah membentuk ulkus.
(diambil dari kepustakaan 1)
Gambar C: Ektima. Ulkus dengan krusta tebal pada tungkai pasien yang menderita
diabetes dan gagal ginjal
(diambil dari kepustakaan 13)
VI.
DIAGNOSIS
Anamnesis
Pasien biasanya datang dengan keluhan luka pada anggota gerak bawah.
Pasien biasanya menderita diabetes dan orang tua yang tidak peduli dengan
kebersihan dirinya.(1)
Anamnesis ektima, antara lain:(1)
1.
2.
Durasi. Ektima terjadi dalam waktu yang lama akibat trauma berulang, seperti
gigitan serangga.
3.
Lokasi. Ektima terjadi pada lokasi yang relatif sering trauma berulang, seperti
tungkai bawah.
4.
Perkembangan lesi. Awalnya lesi berupa pustul kemudian pecah membentuk ulkus
yang tertutupi krusta
5.
Pemeriksaan fisis
Effloresensi ektima berupa awalnya berupa pustul kemudian pecah
membentuk ulkus yang tertutupi krusta.(1)
Gambar E : Pada Lesi ektima yang diangkat krustanya akan terlihat ulkus yang
dangkal
(diambil dari kepustakaan 2)
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaaan penunjang yang dapat dilakukan. yaitu biopsi kulit dengan
jaringan dalam untuk pewarnaan Gram dan kultur. Selain itu, juda dapat
dilakukan pemeriksaan histopatologi(2,12).
Gambaran histopatologi didapatkan peradangan dalam yang diinfeksi kokus,
dengan infiltrasi PMN dan pembentukan abses mulai dari folikel pilosebasea. Pada
dermis, ujung pembuluh darah melebar dan terdapat sebukan sel PMN. Infiltrasi
granulomatous perivaskuler yang dalam dan superficial terjadi dengan edema
endotel. Krusta yang berat menutupi permukaan dari ulkus pada ektima.(2)
Gambar F: Pioderma
Neutrofil tersebar pada dasar ulserasi
(Seperti yang ditunjukkan oleh tanda panah)
VIII. KOMPLIKASI
Komplikasi ektima, antara lain selulitis, erisipelas, gangren, limfangitis,
limfadenitis supuratif, dan bakteremia.(16)
IX.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan ektima, antara lain:
1.
Nonfarmakologi
Pengobatan ektima tanpa obat dapat berupa mandi menggunakan sabun
antibakteri dan sering mengganti seprei, handuk, dan pakaian. (1,10,13,16,17,18)
2.
Farmakologi
Pengobatan farmakologi bertujuan mengurangi morbiditas dan mencegah
komplikasi (1,10,13,16,17,18)
a.
Sistemik
: 5 - 15 mg/kgBB/dosis, 3 - 4 kali/hari.
b.
c.
2.
a.
b.
c.
Topikal
Pengobatan topikal digunakan jika infeksi terlokalisir, tetapi jika luas maka
3.
Edukasi
Memberi pengertian kepada pasien tentang pentingnya menjaga kebersihan
badan dan lingkungan untuk mencegah timbulnya dan penularan penyakit kulit.
(1,10,13,16,17,18)
X.
PROGNOSIS
Ektima sembuh secara perlahan, tetapi biasanya meninggalkan jaringan
parut (skar).(16)
XI.
PENCEGAHAN
Pada daerah tropis, perhatikan kebersihan dan gunakan lotion antiserangga
DAFTAR PUSTAKA
1.
Davis Loretta. Ecthyma. [online] 2009 [cited 2011 Juli 28]:[1 screen]. Available from:
URL: http://emedicine.medscape.com.
2.
Siregar R.S,ed. Pioderma, Dalam: Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: EGC;
2002. p. 61-2.
3.
Djuanda Adhi, Pioderma, Dalam: Djuanda Adhi,eds. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Edisi 5. Jakarta: FK UI; 2008. p. 57-60.
4.
Galen Wesley, et al. Bacterial Infections. In: Schachner Lawrence, eds. Pediatric
Dermatology 2nd ed. p.1172-3
5.
6.
7.
Ryan Edward T, et al. Ilness After International Travel. N Eng J Med 2002; 347: 505-15.
[serial online] 2002. Agustus [cited 2011 Juli 28] : Volume 347 / 515. Available from:
http://www.nejm.org
8.
Hochedez Patrick, et al. Skin and Soft Tissue Infections in Returning Travellers. Am J
Trop Med Hyg 2008; 80: 431-3. [serial online] 2008. December [cited 2011 Agustus 2] :
Volume 80 / 432. Available from: http://www.ajtmh.org.
9.
R.J dan B.M. Adriaans. Bacterial Infection. In: Burns Tony, eds. Rooks Textbook of
Dermatology 7th ed. USA: Blackwell Publishing; 2004. p. 27.16.
10.
Cevasco Nathaniel C. Common Skin Infection, Bacterial Infection. [online] 2011 [cited
2011 Juli 28]:[1 screen]. Available from: URL: http://www.clevelandclinicmeded.com.
11.
Chiller Katarina, Selkin Bryan, dan Murakawa George. Skin Microflora and Bacterial
Infections of The Skin. JID Symposium Proceedings 2001; 6: 170-4. [serial online]
2001. December [cited 2011 Juli 28]:Volume 6 / 170 4.Available from:
http://www.nature.com.
12.
13.
Craft Noah, et al. Superficial Cutaneous Infections and Pyoderma. In: Wolff Klause,
Goldsmith Lowell, Katz Stephen, eds. Fitzpatricks Dermatology in General Medicine 7 th
ed. New York: McGraw-Hill Companies; 2008. p. 1694-701.
14.
James William, eds. Andrews Disease of The Skin Clinical Dermatology 10 th ed. USA:
Saunders Elsevier; 2006. p. 259-60.
15.
Hunter John, eds. Bacterial Infections. In: Clinical Dermatology 3rd Ed. USA: Blackwell
Science; 2003. p. 190-1.
16.
Knott Laurence and Draper Richard. Ecthyma. [online] 2011 [cited 2011 Agustus 2]:[1
screen]. Available from: URL: http://www.patient.co.uk/doctor/Ecthyma.htm
17.
18.
Ngan Vanessa. Fusidic Acid and Mupirocin. [online] 2008 [cited 2011 Agustus 2]:[1
screen]. Available from: URL: http://www.dermnetnz.org