3-Kolom-Sbb 2
3-Kolom-Sbb 2
Minggu ke : 1
PENDAHULUAN
Oleh
Dr. Ir. Resmi Bestari Muin, MS
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
II
Rencana Perkuliahan
I.1
Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
I.2
Deskripsi Perkuliahan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
I.3
I.4
I.5
Organisasi Materi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
I.6
I.7
I.7.1
Aktivitas Pembelajaran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
I.7.2
Sistim Evaluasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Pendahuluan
II.1.4 Istilah-istilah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
II.4
11
12
12
III.2 Perencanaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
12
12
13
BAB I
I.1
Rencana Perkuliahan
Pengantar
Struktur Beton Bertulang II ini merupakan kelanjutan dari perkuliahan Struktur Beton Bertulang I.
Berbeda dari bahan kuliah Struktur Beton Bertulang I yang lebih menekankan pembahasan tentang perilaku elemen balok beton bertulang, bahan kuliah Struktur Beton
Bertulang II ini lebih menekankan pada elemen kolom Struktur Beton Bertulang.
I.2
Deskripsi Perkuliahan
I.3
I.4
Selain tujuan umum pembelajaran diatas, perkuliahan ini juga mempunyai tujuan
khusus pembelajaran, yakni :
Agar mahasiswa mampu merencanakan kolom Struktur Beton Bertulang berdasarkan
teori dan Standar/Aturan yang berlaku, dan mampu merencanakan panjang penyaluran tulangan beton.
I.5
Organisasi Materi
Jumlah minggu
1.
Pendahuluan
1x
2.
Kolom Pendek
1x
3.
Diagram Interaksi
4x
4.
2x
5.
Kolom Langsing
1x
6.
1x
7.
1x
8.
Sengkang kolom
1x
9.
1x
10.
Panjang penyaluran
2x
I.6
Dept. Kimpraswil, 2002, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Bertulang Untuk
Bangunan Gedung, SNI 03-2847-2002
MacGregor, J. G., dan Wight, J., K., 2005, Reinforced Concrete Structure, PrenticeHall,Inc, New Jersey.
Vis, W. C., Kusuma, G., 1995, Dasar-dasar Perencanaan Beton Bertulang (Berdasarkan
SKSNI T-15-1991-03), Seri Beton 1, Erlangga, Jakarta.
Vis, W. C., Kusuma, G., 1995, Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang
(Berdasarkan SKSNI T-15-1991-03), Seri Beton 4, Erlangga, Jakarta.
I.7
I.7.1
I.7.2
Sistim Evaluasi
Quiz
25 %
2.
UTS
25 %
3.
UAS
35 %
4.
Aktif di Forum
15 %
BAB II
II.1
Pendahuluan
Sebelum masuk pada materi Struktur Beton Bertulang II, ada beberapa hal yang perlu
diingat kembali mengenai dasar-dasar teori bertulang yang telah dibahas pada Struktur
Beton Bertulang I, yakni :
II.1.1
II.1.2
Pada perencanaan komponen beton bertulang dengan cara beban terfaktor, maka :
Beban yang digunakan adalah beban yang sudah dikalikan dengan suatu faktor.
Kekuatan beton yang digunakan adalah kekuatan batasnya ( fc0 ) x faktor reduksi
() .
II.1.3
Ada 3 kemungkinan type / kasus keruntuhan yang terjadi pada perencanaan dengan
menggunakan kekuatan batas ini :
Tulangan Kuat (Overreinvorced ). Keruntuhan type ini terjadi akibat tulangan terlalu banyak, sehingga beton yang tertekan hancur terlebih dahulu (beton
4
II.1.4
Istilah-istilah
fc0 (kuat tekan beton yang disyaratkan) : tegangan beton yang ditetapkan/digunakan
pada perencanaan, dengan aplikasi pengujian di lapangan berupa hasil benda uji
berbentuk silinder diameter 150 mm dan tinggi 300 mm.
fy ( kuat tarik leleh ) : tegangan tarik leleh minimum yang disyaratkan pada
tulangan.
Beban terfaktor : Beban kerja yang telah dikalikan dengan faktor beban yang
ditentukan dalam pasal 11.2 SNI 03-2847-2002.
Kuat Perlu : kekuatan suatu komponen struktur / penampang yang diperlukan
untuk menahan beban terfaktor dalam suatu kombinasi beban.
Selain itu pada setiap perencanaan elemen struktur beton bertulang, diharuskan
:
7
II.2
Pengertian Kolom
Kolom merupakan elemen tekan yang menumpu / menahan balok yang memikul
beban-beban pada lantai. Sehingga kolom ini sangat berarti bagi struktur. Jika kolom
runtuh, maka runtuh pulalah bangunan secara keseluruhan. Elemen struktur beton
L
b
Jika
L
b
Pada umumnya kolom beton tidak hanya menerima beban aksial tekan, tapi juga
momen.
II.3
Berdasarkan bentuk dan komposisi material yang umum digunakan, maka kolom bertulang dapat dibagi dalam beberapa type berikut :
1. Kolom empat persegi dengan tulangan longitudinal dan tulangan pengikat
lateral / sengkang. Bentuk penampang kolom bisa berupa bujur sangkar atau
berupa empat persegi panjang. Kolom dengan bentuk empat persegi ini merupakan bentuk yang paling banyak digunakan, mengingat pembuatannya yang
lebih mudah, perencanaannya yang relatif lebih sederhana serta penggunaan tulangan longitudinal yang lebih efektif (jika ada beban momen lentur) dari type
lainnya.
2. Kolom bulat dengan tulangan longitudinal dan tulangan pengikat spiral atau
tulangan pengikat lateral. Kolom ini mempunyai bentuk yag lebih bagus dibanding bentuk yang pertama di atas, namun pembuatannya lebih sulit dan penggunaan tulangan longitudinalnya kurang efektif (jika ada beban momen lentur)
dibandingkan dari type yang pertama di atas.
3. Kolom komposit. Pada jenis kolom ini, digunakan profil baja sebagai pemikul
lentur pada kolom. Selain itu tulangan longitudial dan tulangan pengikat juga
ditambahkan bila perlu. Bentuk ini biasanya digunakan, apabila jika hanya menggunakan kolom bertulang biasa diperoleh ukuran yang sangat besar karena bebannya yang cukup besar, dan disisi lain diharapkan ukuran kolom tidak terlalu
besar.
(1)
(2)
(3)
10
II.4
M1
M2
dimana :
k = faktor panjang efektif komponen struktur tekan (akan dibahas lebih lanjut pada
perkuliahan yang berkenaan dengan topik Kolom Langsing).
`u = panjang bentang komponen struktur lentur (balok/pelat) yang diukur dari pusat
ke pusat titik kumpul.
r = jari-jari girasi penampang kolom.
M1 = momen ujung terfaktor yang lebih kecil pada kolom.
M2 = momen ujung terfaktor yang lebih besar pada kolom.
M1
bernilai positif bila kolom melentur dengan kelengkungan tunggal.
M2
M1
bernilai negatif bila kolom melentur dengan kelengkungan ganda.
M2
11
BAB III
III.1
III.2
III.2.1
Perencanaan
Anggapan Dasar Perencanaan
III.2.2
Perencanaan Kolom
SNI Beton 03-2847-2002 pasal 12.9.1 membatasi rasio tulangan () pada kolom, sbb
0, 01 0, 08 dimana =
Ast
Ag
Untuk Indonesia, karena harga besi tulangan jauh lebih mahal dari bahan beton, maka
biasanya rasio tulangan yang ekonomis berkisar antara 1-4%, tergantung lokasi daerah.
13