Anda di halaman 1dari 12

PENGGUNAAN TEMBAKAU TANPA ASAP (SNUFF) DAN KEHILANGAN

TULANG PERIODONTAL
Smokeless tobacco (snuff) use and periodontal bone loss. Bergstrm J, Keilani H,
Lundholm C, Radestad U. J Clin Periodontology 2006; 33: 549554.

SEMINAR

Disusun untuk Memenuhi


Tugas Periodonsia

Pembimbing :
Indra Mustika, drg., Sp.Perio
Disusun oleh :

Jerlyn C. Kotadiny
Puspita Indriani K.
Myrna Rachmawati

160112110016
160112110017
160110080084

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2013

PENGGUNAAN TEMBAKAU TANPA ASAP (SNUFF) DAN KEHILANGAN


TULANG PERIODONTAL
Smokeless tobacco (snuff) use and periodontal bone loss. Bergstrm J, Keilani H,
Lundholm C, Radestad U. J Clin Periodontology 2006; 33: 549554.
ABSTRAK
Tujuan :
Tujuan dari penelitian cross-sectional ini adalah untuk meneliti kemungkinan
yang berkaitan diantara penggunaan Swedish moist snuff dan kehilangan tulang
periodontal.
Bahan dan Metode :
Penelitian ini dilakukan pada 84 laki-laki sehat dengan kisaran usia 26-54 tahun,
25 adalah pemakai snuff (produk yang terbuat dari bubuk daun tembakau) saat ini, 21
adalah mantan pemakai snuff, dan 38 adalah tidak pernah menjadi pemakai. Ketinggian
tulang periodontal dievaluasi dari foto radiografi bitewing yang mengukur jarak dari
cemento-enamel junction (CEJ) ke puncak tulang periodontal/ periodontal bone crest
(PBC) pada gigi premolar dan molar di setiap kuadran gigi.
Hasil :
Rata-rata (95% interval kepercayaan) Jarak CEJ-PBC adalah 1.00 (0.87-1.13),
1.12 (0.97-1.26) dan 1.06 (0.95-1.16) mm untuk masing-masing pemakai saat ini,
mantan pemakai, dan tidak pernah menjadi pemakai. Hubungan diantara penggunaan
snuff dan pengendalian tingkat ketinggian tulang adalah tidak signifikan secara statistik
(ANOVA F = 1.0, p > 0.05).
Simpulan :
Pengamatan kami menyatakan bahwa penggunaan Swedish moist snuff tidak
berkaitan dengan kehilangan tulang periodontal.
Kata Kunci : Nikotin, tulang periodontal, penyakit periodontal, periodontitis, tembakau
tanpa asap, snuff (produk yang terbuat dari bubuk daun tembakau), tembakau

Merokok tembakau memiliki pengaruh besar pada banyak jaringan dan organ
tubuh, termasuk jaringan periodontal. Jumlah penelitian dengan berbagai desain
dilakukan di banyak negara selama dekade terakhir yang menunjukkan bahwa
kesehatan periodontal perokok adalah sangat rendah dibandingkan dengan bukan
perokok (Bergstrm and Flodrus-Myrhed 1983, Haber and Kent 1992, Grossi et al.
1995, Norderyd et al. 1999, Bergstrm 2003, 2004a, b, Hyman and reid 2003). Tidak
hanya merokok namun juga cerutu, pipa, dan merokok pipa air menyebabkan
peningkatan risiko untuk penyakit periodontal (Krall et al. 1999, Albandar et al. 2000,
Baljon et al. 2005, Natto et al. 2005a, b). Sedangkan pengaruh yang tak diinginkan dari
merokok terhadap kesehatan periodontal banyak didokumentasikan, sedikit yang
diketahui tentang kemungkinan efek produk tembakau tanpa asap.
Penggunaan tembakau tanpa asap tersebar luas, dari Sudan dan India ke
Skandinavia dan Amerika Serikat (Idris et al. 1998, Nichter et al. 2004). Walaupun
tersedia dalam banyak bentuk, tembakau tanpa asap terutama digunakan sebagai
tembakau kunyah (lembaran daun, padat, atau lilitan) dan snuff (produk yang terbuat
dari bubuk daun tembakau) (lembab atau kering). Bentuk yang berbeda bervariasi dalam
komposisi dan dapat menjadi sulit untuk membandingkan (Idris et al. 1998). Makalah
ini akan memfokuskan pada tembakau tanpa asap dalam bentuk Swedish moist snuff
(selanjutnya disebut moist snuff).
Snus (Swedish moist snuff) merupakan produk tembakau bubuk lembab yang berasal
dari varian tembakau kering di abad ke-19 awal di Swedia. Snus merupakan produk
tembakau yang tidak difermentasi, dan tidak menyebabkan keluar air liur. Dikonsumsi
dengan menempatkannya di mulut terhadap gusi untuk jangka waktu. Ini adalah bentuk
tembakau yang digunakan dengan cara yang mirip dengan tembakau celup , tetapi tidak
memerlukan air ludah. Snus adalah uap dipasteurisasi.
Tembakau celup adalah bentuk tembakau tanpa asap. Kadang-kadang disebut sebagai
"mengunyah", dan karena ini, biasanya bingung dengan mengunyah tembakau dengan
tembakau celup,caranya yakni ditempatkan di antara bagian bawah atau atas bibir dan
gusi.

Meskipun merokok sigaret merupakan bentuk yang paling umum dari kebiasaan
tembakau di Swedia, penggunaan moist snuff terus meningkat, prevalensi saat ini
diperkirakan menjadi 20% untuk laki-laki dan 3% untuk perempuan. Hal ini dapat
dibandingkan dengan prevalensi merokok dari 17% dan 18% masing-masing untuk lakilaki dan perempuan. Jadi, pada kalangan laki-laki di Swedia penggunaan snuff (produk
yang terbuat dari bubuk daun tembakau) biasa seperti merokok sigaret. Selain itu,
penggunaan snuff terus meningkat, sedangkan tingkat merokok menurun. Seperti
produk tembakau tanpa asap lainnya, snuff dengan cepat memberikan dosis tinggi
nikotin, yang menyebabkan ketergantungan (Holm et al. 1992, Fant et al. 1999).
Nikotin mudah diserap melalui membran mukosa dengan difusi pasif (Beckett and
Triggs 1967, Nair et al. 1997). Jika tertelan, mungkin juga diserap dari saluran
gastrointestinal (Benowitz et al. 1989). Penyerapan nikotin dari snuff tergantung pada
jumlah nikotin, pH, dan kapasitas buffering (penyangga) (Ciolino et al. 2001).
Kandungan nikotin dari Swedish moist snuff adalah sekitar 10 mg/ g, dan satu kotak dari
50 g sama diperkirakan 35-75 sigaret (Holm et al. 1992, Henningfield et al. 1995, Idris
et al. 1998). Penggunaan intra-oral pada rata-rata pemakai Swedish snuff adalah 13 jam/
hari (Andersson et al. 1994), sesuai dengan konsumsi harian rata-rata 14-21 g.
Kapasitas Buffering adalah kemampuan buffer untuk melawan perubahan pH
Ada beberapa dokumentasi bahwa penggunaan moist snuff dikaitkan dengan
risiko tinggi untuk hipertensi, denyut jantung meningkat, diabetes tipe II, dan kanker
pankreas (Bolinder et al. 1992, 1997, Persson et al. 2000, Bofetta et al. 2005). Mungkin
hubungannya dengan infark miokard kontroversial (Huhtasaari et al. 1992, 1999,
Bolinder et al. 1994, Hergens et al. 2005), sedangkan tidak ada hubungan dengan
kanker mulut atau kanker kepala/ leher telah diamati (Lewin et al. 1998, Schildt et al.
1998, Bofetta et al. 2005).
Manifestasi oral terlokalisir, seperti resesi gingiva dan lesi mukosa (lesi snuff
dipper) di lokasi penempatan snuff, yang paling umum pada pemakai moist snuff
(Hirsch et al. 1982, Grady et al. 1990, Kaugras et al. 1991, Larsson et al. 1991, Little
et al. 1992). Setelah penghentian penggunaan, bagaimanapun, lesi mukosa tampak
untuk menyembuhkan secara klinis serta histologi (Andersson and Axell 1989,
Andersson et al. 1991, Larsson et al. 1991). Sampai saat ini, hanya beberapa penelitian

telah meneliti efek potensi yang berbahaya dari moist snuff pada kondisi kesehatan
periodontal Ernster et al. 1990, Robertson et al. 1990, Little et al. 1992). Dalam
penelitian ini, yang dilakukan pada orang dewasa muda dengan durasi penggunaan
jangka pendek yang paling mendominasi, tidak ada indikasi hubungan antara
penggunaan snuff (produk yang terbuat dari bubuk daun tembakau) dan penyakit
periodontal destruktif kronis. Tak satu pun dari penelitian meneliti kondisi kesehatan
periodontal dalam hal hilangnya tulang.
Lesi snuff dipper merupakan lesi yang terjadi pada smokeless tobacco dalam jangka waktu yang terjadi,
lesi putih, dengan mukosa yang mengkerut, tidak ada keluhan. Suatu daerah kuning berkerut pada lipatan
mukosa gusi dan mukosa pipi atau bibir dari rahang bawah adalah indikator penggunaan intraoral dari
tembakau tanpa dibakar. Bercak-bercak snuff-dipper yang dini berwarna merah muda pucat, dengan
permukaan tampak berkerut-kerut dan berlipat-lipat. Perubahan menjadi putih, putih-kuning dan coklatkuning dapat terjadi sebagai hyperkeratosis dan terjadi perwarnaan eksogen.

Dalam pertimbangan bukti kuat yang mendukung merokok sebagai faktor risiko
utama untuk penyakit periodontal destruktif, risiko yang mungkin terkait dengan
penggunaan moist snuff layak untuk mendapat perhatian. Oleh karena itu, tujuan dari
penelitian ini adalah untuk meneliti kemungkinan hubungan antara penggunaan moist
snuff dan kehilangan tulang periodontal pada subjek dengan durasi penggunaan sedang
ke jangka panjang.
Bahan dan Metode
Populasi Penelitian
Para peserta penelitian ini direkrut diantara karyawan di Submarine service of
The Swedish Armed Forced. Semua personil tersebut menjalani pemeriksaan kesehatan
gigi secara teratur setiap tahun. Sehubungan dengan pemeriksaan gigi, karyawan
diminta untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Penelitian ini dilakukan dari
November 2002 hingga Desember 2003 di Klinik Kesehatan Gigi Masyarakat
Karlskrona, Karlskrona, Swedia. Persetujuan etis untuk penelitian diizinkan dari komite
etik regional Karolinska Institute, Stockholm (DNR 02-480).
Delapan puluh empat subjek dalam rentang usia 26-54 tahun, dengan usia
rata-rata 40,1 tahun, mengajukan diri untuk berpartisipasi. Peserta semua laki-laki.
Kebiasaan tembakau peserta yang ditemukan dari laporan diri sesuai dengan kuesioner

terstruktur telah ditentukan. Kuesioner diberikan dan dijawab dalam hubungan


langsung dengan pemeriksaan klinis dan radiografi. Jika diperlukan, personil penelitian
ada untuk membantu. Berikut respon terhadap kuesioner, peserta diklasifikasikan
sebagai pemakai moist snuff saat ini (N = 25), mantan pemakai moist snuff (N = 21), dan
tidak pernah menjadi pemakai moist snuff (N = 38). Distribusi peserta sesuai dengan
usia dan penggunaan snuff disajikan pada Tabel 1. Rata-rata (95% interval kepercayaan/
95% Confidence Interval/ CI) konsumsi pemakai saat ini dan mantan pemakai masingmasing adalah 3,2 (2,6-3,8) dan 3,1 (2,0-4,1) kotak/ minggu, dan durasi penggunaan
masing-masing adalah 16,9 (14,1-19,7) dan 12,9 (9,6-16,3) tahun. Waktu sejak
meninggalkan kebiasaan di kalangan mantan pemakai tidak dinilai.
Tabel 1. Distribusi Kelompok Penelitian menurut Usia dan Penggunaan Snuff
(produk yang terbuat dari bubuk daun tembakau)
Usia (tahun)

Kategori Pemakai Snuff


Saat ini Mantan Tidak

(N)
26-36
9
37-42
12
43-54
4
Jumlah
25
Rata-rata Usia 38.4

(N)
4
11
21
42.8

Pernah (N)
13
12
13
38
39.7

Jumlah

Rata-rata Usia

(N)
26
30
28
84
40.1

(tahun)
32.1
39.8
48.0
40.1

(tahun)
N = Jumlah Peserta
Pemakai dikategorikan menurut durasi penggunaan snuff (produk yang terbuat
dari bubuk daun tembakau) menjadi dua kelompok paparan : pemakai paparan ringan
termasuk peserta dengan durasi kurang dari 15 tahun (tujuh pemakai saat ini dengan
durasi rata-rata 10,2 tahun, dan 13 mantan pemakai dengan durasi rata-rata 8,7 tahun),
dan pemakai paparan berat termasuk peserta dengan durasi dari 15 tahun atau lebih (14
pemakai saat ini dengan durasi rata-rata 20,4 tahun, dan delapan mantan pemakai
dengan durasi rata-rata 20,3 tahun). Data durasi yang tersedia untuk pemakai saat ini 21
(84%) dan semua mantan pemakai. Sepuluh pemakai snuff saat ini dan delapan mantan
pemakai snuff adalah mantan perokok. Rata-rata (95% interval kepercayaan) konsumsi
dan durasi mantan merokok masing-masing adalah 6,4 (2,9-9,8) batang/ hari dan 8,8

(2,9-14,8) tahun, pemakai saat ini, dan 7,2 (2,9-11,4) batang/ hari dan 8,9 (4,3-13,4)
tahun, masing-masing, mantan pemakai. Semua yang tidak pernah menjadi pemakai
adalah yang tidak pernah menjadi perokok.
Penilaian Radiografi
Pengukuran ketinggian tulang periodontal dilakukan dari dua pasang foto
radiografi bilateral bitewing pada setiap individu. Jarak ketinggian tulang dari cementoenamel junction (CEJ) ke periodontal bone crest (PBC) diukur pada daerah
interproksimal gigi premolar dan molar. Penentuan jarak CEJ-PBC diperoleh dari
daerah mesial molar pertama melalui daerah distal molar pertama dalam setiap kuadran
gigi, sehingga memungkinkan maksimal 24 penentuan per orang. Pengukuran dilakukan
di bawah 7 x perbesaran dengan bantuan kotak dan lensa pembesaran dilengkapi dengan
0,1 mm skala. Semua pengukuran tunggal dibaca dengan ketelitian 0,1 mm. Rata-rata
aritmatika dari semua penentuan CEJ-PBC bertindak sebagai ukuran ketinggian tulang
periodontal pada individu (rata-rata kasus). Selain itu, masing-masing kuadran gigi
dievaluasi secara terpisah. Sebuah gigi dianggap tidak terukur jika salah satu atau
beberapa pengukuran tidak dapat diidentifikasi karena proyeksi overlap atau artefak
gigi. Pengamat yang sama (HK), menyadari penggunaan tembakau individu, membuat
semua pengukuran.
Besarnya kesalahan pengukuran ditentukan dari 20 radiografi bitewing yang
dipilih secara acak yang diukur kembali setelah 6-8 bulan. Kesalahan pengukuran
dinyatakan sebagai standar deviasi (s) dan dihitung mengikuti rumus :

s=

d /2n
2

Dimana d adalah perbedaan antara duplikat rata-rata kasus, dan n jumlah


duplikat (n = 20). Kesalahan pengukuran yang terkait dengan kasus tunggal rata-rata
adalah s = 0,061. Rata-rata kesalahan yang berhubungan dengan satu kelompok (n = 28)
diperkirakan Sm = 0,011. Dapat disimpulkan bahwa pengaruh kesalahan pengukuran
pada perbandingan kelompok diabaikan.
Penilaian Klinis
7

Kondisi periodontal dinilai dari perdarahan gusi dan kedalaman probing poket.
Kecenderungan margin gingiva berdarah pada probing yang ringan dan kedalaman
probing poket secara klinis dinilai pada empat lokasi per gigi. Kondisi oral hygiene
dievaluasi sesuai dengan indeks plak dari Silness dan Le (1964). Kesehatan
periodontal dan perkiraan oral hygiene didasarkan pada semua gigi. Selain itu,
dokumentasi foto dari penampilan mukosa di lokasi penempatan snuff (produk yang
terbuat dari bubuk daun tembakau) diperoleh untuk pemakai saat ini dan mantan
pemakai.
Statistika
Data disajikan sebagai rata-rata dan 95% interval kepercayaan (95% CI) atau
standard error dari rata-rata (Standard Error Mean/ SEM) yang sesuai. Jarak variabel
dependen CEJ-PBC yang mendekati distribusi normal dan pengujian signifikansi
statistik dilakukan dengan cara faktor 1 dan 2 ANOVA. Pengujian post-hoc dilakukan sesuai
dengan Scheff. Ketika dimasukkan dalam analisis multivariat, usia bertingkat-tingkat
dalam (1) 26-36 tahun, n = 26; (2) 37-42 tahun, n = 30, dan (3) 43-54 tahun,

n=

28). Signifikansi statistik diterima pada tingkat probabilitas p <0,005.


Hasil
Penentuan tinggi tulang
Keseluruhan rata-rata jumlah gigi tetap (kisaran antar-kuartil) adalah 30 (28-31). Tidak
ada perbedaan yang signifikan antara kelompok pengguna (median 29,28, dan 28 gigi
untuk saat ini, mantan pengguna, dan tidak pernah sebagai pengguna, masing-masing,
> 0,05)
Jumlah rata-rata penentuan jarak CEJ-PBC per orang dengan menggunakan
tembakau dan kuadran gigi disajikan dalam tabel 2. Rata-rata keseluruhan (95% CI)
adalah 18,7 (17,8-19,6). Rata-rata, 78% dari situs yang tersedia dilibatkan dalam
penentuan jarak CEJ-PBC. Tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap kuadran gigi.
Jumlah penentuan secara signifikan menurun dengan bertambahnya usia. Selain itu,
jumlah penentuan cenderung lebih besar di bekas pengguna bila dibandingkan dengan
pengguna saat ini dan bukan pengguna. This tren yang signifikan dalam kelompok usia
43-54 tahun.

Tabel 2. Sejumlah Penentuan Ketinggian Tulang Tiap Individu

Pemakai
Snuf

Maksila
kanan

Maksila
kiri

Mandibula
kanan

Mandibul
a Kiri

Total

Rat
arata

SEM

Rat
arata

SEM

Ratarata

SEM

Rat
arata

SEM

Ratarata

SEM

Saat ini

5,3

0,3
1

4,8

0,3
0

4,9

0,29

4,5

0,2
3

19,5

0,84

Mantan

5,3

0,3
4

5,1

0,3
2

5,3

0,31

5,0

0,2
4

20,7

0,90

Tidak
pernah

4,3

0,2
3

4,2

0,2
2

4,3

0,21

4,5

0,1
6

17,3

0,62

Total

4,8

0,1
7

4,6

0,1
6

4,7

0,15

4,6

0,1
2

18,8

0,45

Rata-rata dan SEM berdasarkan penggunaan snuff dan kuadran gigi


SEM (standard error of the mean) : rata-rata standar eror
Tingkat KetinggianTulang
Rata-rata jarak (95% CI) CEJ-PBC adalah 1,00 (0,87-1,13), 1,12 (0,97-1,26),
dan 1,06 (0,95-1,16) mm secara berurutan untuk pengguna saat ini, bekas pengguna dan
bukan pengguna (Gambar 1). Mengontrol umur, hubungan antara penggunaan tembakau
dan tinggi tulang tidak signifikan secara statistik (ANOVA F = 0,3, > 0,05). Tidak ada
efek interaksi antara usia dan penggunaan tembakau atau antara bekas perokok dan
penggunaan tembakau. Usia merupakan faktor signifikan (F = 14,5, 0,001). Hal yang
sama terjadi sebagai empat kuadran gigi yang dianalisis secara terpisah (Tabel 3). Hasil
yang berkaitan dengan paparan ditunjukkan dalam gbr.2. Rata-rata keseluruhan jarak
(95% CI) CEJ-PBC untuk pengguna paparan ringan dan berat adalah 1,06 (0,92-1,15)
dan 1,04 (0,90-1,12) mm, untuk masing-masing. Nilai-nilai yang sesuai untuk yang
masih sebagai pengguna ringan dan berat adalah 0,89 (0,71-1,07) dan 0,97 (0,88-1,06)
mm, untuk masing-masing, dan bekas pengguna ringan dan pengguna paparan berat
1,12 (0,89-1,35) dan 1,11 (0,98-1,25) mm, untuk masing masing-masing. Tidak ada

perbedaan statistik yang signifikan antara kelompok paparan mengontrol usia. Hal yang
sama sebagai paparan diungkapkan dalam hal konsumsi, dibagi ke 3.0 dan > 3.0 kotak
/ minggu (data tidak ditampilkan).
Karakteristik Klinis

Poket

periodontal dengan kedalaman melebihi 3 mm adalah jarang (langka).

Rata-rata keseluruhan (95% CI) kedalaman probing adalah 1,94 (1,87-1,95) dan tidak
ada perbedaan statistik yang signifikan antara kelompok pengguna ( > 0,05). Rata- rata
keseluruhan (95% CI) persentase situs menunjukkan perdarahan gingiva saat probing
adalah 22,0% (18,3-26,6), dan rata-rata keseluruhan (95% CI) Indeks wabah adalah 0,67
(0,52-0,84). Tidak ada perbedaan statistik yang signifikan antara kelompok pengguna
untuk perkiraan yang baik ( > 0,05).
Dokumentasi foto mengungkapkan penampilan lesi mukosa khas dari berbagai
tingkatan dalam pengguna terbaru, sedangkan penampilan seperti biasanya tidak hadir
pada bekas pengguna. Sebuah penjelasan rinci tentang temuan fotografi akan dilaporkan
dalam komunikasi yang terpisah.
Diskusi
Kehadiran

studi

cross-sectional

tampaknya

menjadi

yang

pertama

untuk

mengeksplorasi suatu hubungan yang memungkin antara tembakau tanpa asap dalam bentuk
tembakau lembab Swedia dan kondisi tulang periodontal. Pengamatan menunjukkan bahwa
tidak ada hubungan antara penggunaan tembakau lembab dan hilangnya tinggi tulang
periodontal. Pengamatan berada dalam perjanjian dengan laporan sebelumnya bahwa
periodontal mengantongi dan tingkat perlekatan pada pengguna tembakau dan / atau mengunyah
tembakau tidak berbeda dari orang-orang non pengguna (Ernster et al.1990, Robertson di
al.1990). Pengamatan ini memperpanjang validitas yang dilaporkan sebelumnya dalam arti
bahwa mereka ditemukan dari orang dewasa dari berbagai usia yang lebih luas dibandingkan
dengan penelitian sebelumnya, yang berfokus pada orang dewasa muda terutama di bawah usia
30 tahun. Selain itu, pemaparan dalam hal durasi penggunaan lebih besar daripada yang
dilaporkan sebelumnya: rata-rata, hampir 17 tahun dibandingkan dengan 5 tahun (Ernster et
al.1990).
Baru-baru ini, sebuah studi skala besar di Amerika melaporkan bahwa pengguna
tembakau tanpa asap berada pada sedikit peningkatan risiko kehilangan perlekatan antarproksimal (Fisher et al. 2005) Hasil bertentangan dibandingkan dengan yang hadir mungkin

10

memiliki beberapa penjelasan. American study konsen pada semua jenis tembakau tanpa asap
dan tidak membedakan antara tembakau dan, misalnya, mengunyah tembakau. Selain itu,
berbagai varietas tembakau seperti tembakau Amerika dan Swedia

mungkin tidak mudah

diperbandingkan karena perbedaan komposisi (Henningfield et al. Tahun 1995, Idris dkk. 1998).
Selanjutnya, perbedaan-perbedaan metodologis ada. Dalam Fisher dkk. studi, penilaian tingkat
perlekatan termasuk situs gigi yang berdekatan untuk menghabisi penempatan di mana resesi
jaringan lokal sering terjadi. Menariknya, hasil Fisher dkk. menghilang secara signifikansi
ketika analisis dibatasi kepada yang bukan perokok, menunjukkan bahwa perorok yang tetap
mungkin berperan besar untuk hubungan tersebut.
Menurut tradisi, tembakau Swedia adalah selalu ditempatkan di daerah anterior
maxillary. Seperti yang ditunjukkan dari analisis terpisah dari empat kuadran gigi-geligi,
hasilnya adalah sama di seluruh kuadran terlepas dari penempatan tembakau. Seperti hasil yang
konsisten menunjukkan bahwa efek lokal pada jarak pendek dari penempatan tembakau
minimal, jika ada.

Kami sebelumnya telah menunjukkan melalui metode radiografi yang sama


bahwa tingkat tinggi tulang dari perokok kronis berkurang secara signifikan
dibandingkan dengan tidak pernah-perokok (Bergstrom 2004b). Pengamatan kita
sekarang sugestif adanya reaksi tulang periodontal tembakau lembab yang kontras
berbeda dengan reaksi nyata untuk merokok yang diobservasi pada perokok, sehingga
menguntungkan asumsi bahwa efek berbahaya dari merokok disebabkan oleh produkproduk beracun dalam asap dihirup melalui rute internal bukannya akibat dari kerusakan
lokal pada jaringan periodontal. Dalam hal hasil nikotin, rata-rata paparan pengguna saat ini
(21 g / hari) sesuai dengan eksposur dari 15-30 batang / hari (Holm et al. 1992). Nikotin paparan
pengguna tembakau saat penelitian ini setidaknya sama besarnya dengan yang untuk perokok
dalam studi sebelumnya (Bergstrom 2004b).

Oleh karena itu, pengamatan ini selain

menunjukkan bahwa efek berbahaya dari merokok terhadap jaringan periodontal terutama
dikaitkan dengan produk beracun asap rokok selain nikotin.
Bitewing radiografi pra-molar dan daerah gigi-geligi yang digunakan untuk penilaian
ketinggian tulang periodontal. Alasan untuk pendekatan semacam itu dua kali lipat. Terutama,

tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi pengaruh apapun pada kondisi
priodontal secara umum dari penggunaan tembakau lisan setempat. Selain itu,
pemeriksaan parsial mengamankan rasio informasi-untuk-radiasi yang tinggi. Ada
kesepakatan yang baik antara pemeriksaan radiografi mulut secara parsial dan
menyeluruh (Eliasson & Bergstrom 1991, Merchant et al.2004). Kita tidak bisa

11

mengecualikan bahwa tembakau bisa menimbulkan efek lokal di daerah paparan seperti
yang juga diketahui sering dikaitkan dengan lesi khas dari mukosa mulut dan dengan
resesi gingiva.
Keterbatasan penelitian saat ini adalah jumlah peserta pembanding yang kecil/
sedikit. Bisa dikatakan bahwa kekuatan statistik tidak cukup untuk mendeteksi
perbedaan kecil jika ada. Sebagaimana dibahas di atas, kami telah mampu menunjukkan
dengan menggunakan metode radiografi yang sama dalam sampel yang sama berukuran
dari rentang usia yang sesuai bahwa tingkat tinggi tulang secara signifikan mengurangi
pada perokok dibandingkan dengan non-perokok (Bergstrom 2004b). Karena itu, kami
menyimpulkan bahwa dengan metode radiografi yang digunakan, kecenderuangan
kemungkinan yang besar telah diidentifikasi dalam sampel ini mempunyai hubungan
yang benar ada.
Masalah yang dihadapi dalam studi tentang penggunaan tembakau tanpa asap adalah efek
pengganggu atau memodifikasi merokok. Ini mungkin terutama berlaku ketika mempelajari
penggunaan tembakau di Swedia di mana sebagian besar pengguna tembakau adalah bekas
perokok ("pengguna pengganti") (Giljam & Galanti 2003). Dalam penelitian ini, mengejutkan,
hasilnya tidak nyata diubah ketika merokok masuk ke dalam analisis. Hal ini dianggap terutama
terjadi karena fakta bahwa mantan perokok yang sesekali perokok (rata-rata 6,7 batang / hari)
dari durasi agak pendek (8,8 yeras) di masa lalu, dan, lebih lanjut, bahwa beberapa dari mereka
telah mulai sebagai perokok dan kemudian bergeser/ berganti menggunakan tembakau
("pengganti penggunaan").
Singkatnya, pengamatan dari penelitian ini menunjukkan bahwa tampaknya tidak ada
hubungan antara penggunaan tembakau tanpa asap dalam bentuk tembakau lembab dan/ dengan
kehilangan tulang periodontal. Sesuai dengan bukti saat ini bahwa penggunaan tembakau
lembab dibandingkan dengan merokok memberikan risiko rendah untuk terkena kanker mulut
dan kepala / leher (Lewin et al. 1998), serta untuk pelanggaran miokard (Huhtasaari et al, 1992,
1999, Hergens. et al. 2005), pengamatan ini menunjukkan risiko yang rendah, jika ada, juga
untuk penyakit periodontal. Akan tetapi untuk pemahaman yang lengkap dari efek yang
mungkin terjadi, dianjurkan untuk dilakukan studi yang mendalam.

12

Anda mungkin juga menyukai