Anda di halaman 1dari 10

AKUNTANSI LEASING

1. PENGERTIAN
Leasing adalah segala kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan
barang-barang modal yang penggunaannya diserahkan pada suatu perusahaan, melalui
pembayaran secara berkala dalam jangka waktu tertentu.
Lease(Sewa GunaTanah) adalah Kontrak yang menetapkan syarat-syarat pengalihan
hak pengalihan harta atau aktiva kepada lease oleh pemiliknya, yaitu Lessor.
Dalam kegiatan leasing ada dua pihak yang terkait langsung :
1. Perusahaan yang kegiatannya melakukan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang-barang
modal untuk digunakan perusaahan lain. Jenis perusahaan demikian disebut Perusahaan Sewa
Guna Usaha (Leasing Company). Selanjutnya bertindak sebagai pihak yang menyewakan atau
sebagai Lessor.
2. Perusahaan yang menerima hak untuk menggunakan barang-barang modal, bertindak sebagai
Penyewa Guna Usaha atau disebut Lesse .

2. KEUNGGULAN LEASING DARI SEGI EKONOMI


Ada dua keunggulan utama bagi Lesse untuk melease daripada membeli :
1. Tanpa ada uang muka. Sebagian terbesar pembelian harta yang dibiayai dengan
menuntut agar sebagian dari harga beli dibayar langsung oleh peminjam pada saat
transaksi dilakukan. Hal ini memberi perlindungan tambahan bagi kreditor apabila
terjadi kemancetan pembayaran dan pengembalian aktiva. Sebaliknya, kontrak Lease
sering kali dibuat sedemikian rupa sehingga 100% nilai aktiva dibiayai melalui Lease.
Aspek ini membuat leasing menjadi alternatif yang menarik bagi Perusahaan yang tidak
memiliki Kas yang cukup untuk membayar Uang Muka atau Perusahaan yang ingin
menggunakan modal yang tersedia untuk tujuan operasi serta investasi yang lain.
Menghindarkan resiko pemilikan.
Ada banyak resiko dalam pemilikan harta. Resiko ini meliputi kerugian karena bencana, keausan,
kondisi perekonomian yang berubah, dan kerusakan fisik. Lesse boleh menghentikan Lease,
meskipun biasanya dikenakan denda tertentu, dan dengan demikian menghindarkan
penanggungan resiko dari kejadian ini. Keluwesan ini sangat penting bagi perusahaan dimana
inovasi dan perubahan Teknologi membuat kegunaan peralatan atau fasilitas tertentu menjadi
sangat tiadak pasti.
Lessor juga meraih manfaat dari Meleasing hartanya ketimbang menjualnya.
Keunggulan-keunggulan Lease bagi si Lessor meliputi yang berikut:
1. Meningkatkan Penjualan. Dengan menawarkan produknya melalui Leasing kepada pelanggan
potensial, pabrik atau penyalur dapat meningkatkan penjualannya dalam jumlah besar. Seperti
diatas para pelanggan mungkin tidak mau atau tidak mampu membeli harta tersebut.
2. Keringanan Pajak. Banyak ketentuan pajak yang memberikan keringan bagi pemilik harta.
Contoh : Sebelum Tax Reform Act th 1986, Undang-undang pajak memberikan kredit pajak
investasi yang memperbolehkan pemilik harta mengkreditkannya ke hutang pajak penghasilan
entah pada periode berjalan ataupun pada periode mendatang dengan ketentuan bahwa harta
tersebut tetap dimilikinya, Jika seorang Lessor menjual aktiva tersebut, maka keringanan pajak
itu ikut bersama barangnya, tetapi perjanjian Lease dapat menetapkan siapa yang akan
memperoleh manfaat tersebut. Keluwesan ini membuat kredit pajak menjadi unsur penting
dalam negosiasi Lease.

3. Kelangsungan Hubungan Dengan Lease. Apabila harta dijaul, pembeli kerap kali tidak
mengadakan transaksi lagi dengan penjualnya. Akan tetapi dalam situasi Leasing, Lessor dan
Lesse tetap berhubungan selama periode tertentu, dan hubungan bisnis jangka panjang kerap
kali dapat dibina melalui Leasing.
4. Nilai Sisa Dipertahankan. Dalam banyak perjanjian Lease, Lessor beruntung dari kondisi
ekonomi yang membuat nilai residu yang besar pada ahir periode Lease. Lessor dapat Me-Lease
aktiva itu kembali kepada Lease lain atau menjualnya dan memperoleh keuntungan pada saat itu
juga. Banyak Lessor telah menikmati laba yang besar dari kenaikan nilai residu yang tidak
diperkirakan.

C. SIFAT LEASE
Ketentuan kontrak Lease sangat berbeda-beda. Variable-variablenya meliputi ketentuan dan denda
akibat pembatalan, periode Lease, opsi pembaharuan atau pembelian dengan harga murah, umur
ekonomis, aktiva, nilai residu aktiva, pembayaran Lease minimum, suku bunga yang tersirat
dalam perjanjian Lease, seperti pemeliharaan, asuransi, dan pajak. Fakta ini dan fakta lainnya
yang relevan harus dipertimbangkan dalam menentukan perlakuan akuntansi yang tepat atas
Lease.
Masing-masing variable ini didefinisikan sebagai berikut:
1. Ketentuan Pembatalan. Sifat tidak dapat dibatalkan mengacu pada kontrak Lease yang
ketentuan serta sanksi pembatalannya sangat mahal bagi Lesse sehingga dalam keadaan
bagaimanapun tidak dilakukan pembatalan. Hanya Lease yang tidak dapat dibatalkan yang
dapat dikapitalisasi.
2. Periode Lease. Salah satu variable penting dalam perjanjian Lease adalah Periode Lease-nya:
yaitu, periode waktu mulai dari awal hingga ahir Lease, Tanggal pemrakasaan Lease
didefinisikan sebagai tanggal perjanjian Lease, atau tanggal komitmen tertulis paling awal jika
semua ketentuan pokok telah dinegosiasikan. Permulaan Periode Lease terjadi pada saat
perjanjian Lease mulai berlaku, yaitu apabila harta yang dilease telah diserahkan kepada Lease.
3. Ahir Jangka Lease Adalah ahir periode yang ditetapkan dimana pembatalan tidak boleh
dilakukan ditambah semua periode, jika ada, yang diliput opsi pembaharuan dengan harga
murah ,atau ketentuan lain bahwa, pada tanggal terjadinya lease sudah ada indikasi kuat bahwa
lease itu diperbarui. Jika opsi pembelian dengan harga murah dimasukkan dalam kontrak lease,
sebagaimana didefinisikan dalam subbab berikut, maka periode lease meliputi semua periode
pembaharuan sebelum tanggal opsi pembelian dengan harga murah tiba. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa periode lease tidak akan pernah melampui tanggal opsi pembelian
dengan harga murah
4. Opsi Pembelian Dengan Harga Murah.
Lease kerap kali mengandung ketentuan yang memberi hak kepada lesse untuk membeli harta
yang dilease pada suatu hari dimasa depan. Harga beli yang pasti harga opsi yang ditetapkan, meskipun
dalam beberapa kasus harga tersebut dinyatakan sebagai nilai pasar wajar pada tanggal ,opsi
dimanfaatkan. Jika harga opsi telah ditetapkan ini diperkirakan jauh lebih kecil dibandingkan dengan
harga atau nilai pasar wajar pada tanggal pemanfaatan opsi pembelian, maka dalam hal ini sudah
tersirat opsi pembelian dengan harga muarah
5. Nilai Sisa Atau Residu. adalah Nilai pasar harta yang dilease pada ahir periode lease.
Dalam beberapa lease, periode lease melampi umur ekonomi aktiva, atau periode
dimana aktiva tersebut tetap produktif, dan kadang-kadang masih ada nilai sisa . Dalam lease
lainnya, periode lease lebih singkat, dan nilai residu tidak ada. Jika lease dapat membeli aktiva
itu pada ahir periode lease dengan harga murah sudah ada, dan dapat diandaikan bahwa lesse

akan melaksanakan opsi ini dan dapat membeli aktiva tersebut.


Beberapa kontrak lease mewajibkan lesse, atau pihak ketiga yang ditunjuk, untuk
menjamin nilai residu aktiva. Jika nilai pasar wajar pada ahir periode lease turun dibawah nilai
residu yang dijamin, maka lesse atau pihak ketiga harus membayar selisih tersebut. Ketentuan
ini melindungi lessor dari kerugian akibat penurunan yang tidak diperkirakan dalam nilai pasar
aktiva.
6. Pembayaran Lease Minimum. Pembayaran sewa yang diminta selama periode lease ditambah
dengan jumlah yang harus dibayar untuk nilai residu, entah melalui opsi pembelian dengan
harga murah atau penjaminan nilai sisa, disebut sebagai Pembayaran Lease Minimum. Jika
semua pembayaran ini dilakukan dengan lease saja, maka pembayaran lease minimum akan
sama bagi lesse dan lessor. Akan tetapi, jika pihak ketiga menjamin nilai residu, maka si lesse
tidak boleh memasukkan jaminan ini sebagai bagian dari pembaayaran lease minimum, tetapi
lessor akan memasukkannya.
Pembayaran sewa kadang-kadang mencakup beban untuk hal-hal seperti assuransi,
pemeliharaan, dan pajak yang timbu atas harta yang dilease. Perngeluaran ini disebut Biaya
Eksekutori.(Executory Cost). Dan tidak dimasukkan beban untuk penyisihan dari pembayaran
lease minimum. Jika lessor memasukkan beban untuk penyisihan labanya didalam biaya ini,
maka laba tersebut juga harus dianggap sebagai biaya eksekutori.
Contoh :
1. Olaf Leasing Co melease peralatan pembangunan jalan raya selama tiga tahun dengan
pembayaran $3.000 per bulan. Di dalam pembayaran sewa ini termasuk biaya eksekutori $500
per bulan untuk menutup asuransi dan pemeliharaan peralatan tersebut. Pada ahir tahun ketiga,
nilai residu bagi Olaf dijamin oleh lesse sebesar $10.000.
PembayaranLease minimum :
Pembayaran sewa tanpa biaya eksekutori ($2.500 X 36) $ 90.000
Nilai Residu yang dijamin $ 10.000
Total pembayaran lease minimum $ 100.000
Karena pembayaran lease minimum baru akan dilakukan pada periode mendatang, maka nilai
sekarang dari pembayaran ini perlu dibukukan sebagai lease yang dikapitalisai. Dua suku bunga
yang berbeda harus dipertimbangkan dalam menghitung nilai sekarang pembayaran lease
minimum ini, yaitu : suku bunga pinjaman incremental dari lease dan suku bunga implicit dari
lessor.
Suku Bunga Pinjaman Inkremental (Incremental Borrowing Rate) adalah Suku bunga yang akan
ditanggung lease jika ia meminjam sejumlah uang yang diperlukan untuk membeli aktiva yang
dilease, dan didalamnya diperhitungkan keadaan keuangan lesse dan kondisi yang berlaku di
pasar.
Suku Bunga Implisit (Implicit Interest Rate) adalah Suku bunga yang akan digunakan untuk
mendiskontokan pembayaran lease minimum ke nilai pasar wajar aktiva pada saat lease terjadi.
Lessor menggunakan menggunakan suku bunga implisit dalam menentukan nilai sekarang
pembayaran lease minimum. Akan tetapi, lesse menggunakan suku bunga implisit atau suku
bunga pinjaman inkremental, mana yang lebih rendah. Jika lesse tidak mengetahui suku bumga
implisit tersebut, dia harus menggunakn suku bunga pinjaman incremental.
Contoh : Olaf Leasing Co. misalkan bahwa pembayaran sewa $3.000 kepada Olaf Dilakukan
pada awal setiap bulan, suku bunga implisit dalam kontrak lease adalah 12% per tahun, dan
suku bunga pinjaman inkremental bagi lesse adalah 14%. Dengan memisalkan bahwa lesse
mengetahui suku bunga implicit tersebut, maka baik lessor maupun lesse akan mendiskontokan
atau menghitung nilai sekarang pembayaran lease minimum itu dengan menggunakan suku
bunga 12%. Nilai sekarang dari pembayaran lease minimum sebesar $100.000 akan menjadi :

Nilai sekarang dari 36 pembayaran sebesar $2.500


($3.000 dikurangi biaya eksekutori $500) $ 76.022
Nilai sekarang dari nilai residu yang dijamin sebesar $ 10.000
Pada ahir 3 tahun $ 7.118
Nilai sekarang pembayaran lease minimum .$ 83.140
Nilai sekarang sebesar $ 83.140 adalah harga jual atau nilai pasar wajar aktiva pada saat
lease terjadi.

D. KRITERIA PENGGOLONGAN LEASE


Keempat kriteria berikut berlaku baik bagi Lesse maupun Lessor. Jika lease mmenuhi salah satu
kriteria, maka lease tersebut digolongkan sebagai lease modal oleh Lesse dan Lessor, dengan
mengasumsikan bahwa kedua kriteri lain bagi lessor terpenuhi.
Kriteria yang berlaku baik bagi lesse maupun lessor :
Lease tersebut mengalihklan pemilikan harta kepada lesse pada ahir periode lease.
Lease tersebut memuat opsi pembelian dengan harga murah.
Jangka Lease sama dengan atau lebih dari 75% taksiran umur ekonomis harta yang lease.
Nilai sekarang pembayaran Lease mnimum, tidak termasuk bagian yang merupakan biaya
eksekutori, sama dengan atau lebih besar daripada 90% nilai pasar wajar harta.
Kriteria tambahan yangh berlaku bagi lessor :
1. Ketertagihan(collectibility)pembayaran lease minimum cukup dapat diramalkan.
2.Biaya yang masih akan dikeluarkan oleh lessor telah diketahui. Pengujian ini harus dilakukan pada
tanggal pemrakasaan lease.
1.
2.
3.
4.

E. AKUNTANSI LEASING
Ada dua pihak yang terkait langsung dalam transaksi leasing yaitu, pihak penyewa guna
usaha (lesse) dan perusahaan sewa guna usaha (lessor). Oleh karena itu berikut dibahas
mengenai akuntansi leasing pada pihak penyewa dan pada pihak perusahaan Sewa Guna Usaha.
1. Pencatatan Transaksi Leasing Pada Penyewa (lesse)
a. Operating Lease
Dalam hal sewa guna usaha diperlakukan sebagai operating lease, trasansi leasing oleh pihak
penyewadicatat sebagai transaksi sewa-menyewa biasa. Dengan demikian pembayaran sewa
berkala dicatat debet akun Beban Sewa, dan kredit akun Kas. Apabila dalam perjanjian sewa
guna usaha ditetapkan pembayaran berkala dalam jumlah yang berbeda, beban sewa untuk
setiap periode dihitung dengan menggunakan metode Garis Lurus (Straight Line Method).
Contoh :
PT. SAMUDRA menyewa peralatan pabrik dari PT. SAKURA untuk masa sewa 5 tahun dengan
syarat sebagai berikut :
1. Sewa dibayar dimuka tiap tgl 2 Januari. Untuk tahun pertama jatuh pada tanggal 2
Januari 2001.
2. Jumlah sewa tahun pertama dan kedua masing-masing sebesar Rp. 30.000.000,00.
Sementara untuk tahun ketiga , keempat dan kelima masing-masing Rp. 20.000.000,00.
Dari data contoh diatas, jumlah sewa untuk masa 5 tahun adalah 2 X Rp. 30.000.000,00 + 3 X
Rp.20.000.000,00. Dengan menggunakan metode garis lurus, jumlah sewa tiap tahun adalah

Rp.120.000.000,00.: 5 = Rp 24.000.000,00
Pembayaran sewa untuk tahun 2001 sebesar Rp. 30.000.000,00. dicatat dengan jurnal
sebagai berikut.
Jan. 2 Beban Sewa Rp. 24.000.000,00 Sewa Dibayar Dimuka Rp. 6.000.000,00 Kas - Rp. 30.000.00,00
Pembayaran sewa untuk tahun 2002 sebesar Rp. 30.000.000,00. dicatat dengan jurnal sebagai
berikut.
Jan. 2 Beban sewa Rp. 24.000.000,00 Sewa dibayar Dimuka Rp. 6.000.000,00 Kas - Rp. 30.000.000,00
Pembayaran sewa untuk tahun 2003 (tahun ketiga) sebesar Rp. 20.000.000,00. dicatat
dengan jurnal sebagai berikut:
Jan. 2 Beban sewa Rp. 24.000.000,00 Sewa dibayar Dimuka - Rp. 4.000.000,00
Kas - Rp. 20.000.000,00
Demikian pula untuk pembayaran sewa tahun keempat dan kelima, dicatat dengan jurnal seperti ada
pembayaran sewa tahun ketiga diatas, sehingga akun Sewa Dibayar Dimuka selama masa sewa guna
usaha(secara keseluruhan) akan tampak seperti dibawah ini
Sewa Dibayar Dimuka
Jan. 2, 2001 Rp. 6.000.000,00 Jan. 2, 2003 Rp. 4.000.000,00
Jan. 2, 2002 Rp. 6.000.000,00 Jan. 2, 2004 Rp. 4.000.000,00
Jan. 2, 2005 Rp. 4.000.000,00
Pada ahir masa guna, akun Sewa Diby\ayar Dimuka tidak mempunyai saldo. Ada
kalanya sewa pada tahun-tahun pertama lebih kecil daripada sewa tahun-tahun terahir. Misalnya
: dari data contoh dimuka, sewa pada tahun pertama, kedua dan ketiga masing-masing sebesar
Rp.20.000.000,00. Sementara sewa untuk tahun keempat dan kalimat masing-masing
Rp.30.000.000,00. Dalam hak demikian, pembayaran sewa untuk pertama, kedua dan ketiga,
masing-masing dicatat dalam jurnal berikut :
Jan. 2 Beban sewa Rp. 24.000.000,00 Hutang Sewa - Rp. 4.000.000,00
Kas - Rp. 20.000.000,00
Pembayaran sewa untuk tahun keempat dan kelima, masing-masing dicatat dengan jurnal
sebagai berikut :
Jan. 2 Beban sewa Rp. 24.000.000,00 Hutang Sewa Rp. 6.000.000,00 Kas - Rp. 30.000.000,00
Dalam hal jatuh tempo pembayaran sewa pada saat periode akuntansi sedang berjalan, misalnya
dari data pada contoh dimuka, pembayaran sewa untuk tahun 2001 jatuh pada tgl 1 April 2001.
Dalam hal demikian pada ahir periode harus dibuat penyesuaian. Jurnal penyesiaian yang dibuat
31 Desember 2001, sebagai berikut :
Des.31 Sewa Dibayar Dimuka Rp. 6.000.000,00 -

Beban Sewa - Rp. 6.000.000,00


(mencatat sewa bulan Januari, Februari dan Maret 2002 yang telah dibayar tahun 2001)
Sehubungan dengan Pos jurnal penyesuaian di atas, pada awal
Sehubungan dengan Pos jurnal penyesuaian di atas, pada awal periode tahun 2002,
dibuat jurnal pembalik sebagai berikut :
Jan. 2 Beban Sewa Rp. 6.000.000,00 Sewa Dibayar Dimuka - Rp. 6.000.000,00
b.Lease Modal (Capital Lease)
Apabila suatu sewa guna usaha memenuhi criteria untuk di perlakukan sebagai capital lease,
transaksi leasing dicatat oleh pihak penyewa sebagai suatu transaksi pembelian aktiva tetap
dengan syarat kredit jangka panjang. Dengan demikian dicatat debet pada akun Aktiva Sewa
Guna Usha dan kredit akun hutang.
Aktiva sewa guna asaha dinilai berdasarkan harga terendah antara harga pasar wajar, dengan
jumlah sewa terendah yang dibayar selama masa sewa guna usaha, ditambah dengan harga beli
atau nilai residu aktiva yang bersangkutan pada ahir masa sewa yang telah disepakati bersama.
Aktiva sewa guna uasaha olek pihak penyewa harus disusutkan dengan menerapkan metode
penyusutan yang biasa digunakan. Apabila kontrak sewa guna usaha mencantumkan adanya
pengalihan hak milik, atau adanya hak bagi penyewa untuk membeli aktiva sewa guna usahaa
dan ahir masa sewa, maka usia ekonomis aktiva yang bersangkutan dijadikan dasar untuk
menentukan besarnya penyusutan. Sementara jika dalam kontrak sewa guna usaha tidak
menyebutkabn dua kriteria tersebut diatas, untuk menentukan jumlah penyusutan digunakan
masa sewa guna usaha sebagai usia penggunaan aktiva tetap yang bersangkutan.
Didalam jumlah sewa yang dibayar secara berkala, mengandung unsur harga aktiva sewa guna
usaha dan beban bunga. Oleh karena itu setiap pembayaran sewa, dipisahkan menjadi jumlah
pembayaran hutang yang merupakan sewa terendah, dan jumlah pembayaran beban bunga.
Sebagai ilustrasi pencatatan sewa guna usaha yang diperlakukan sebagai capitral lease pada
pihak penyewa, misalkan PT. GIONI menyewa peralatan dari PT> JAYA SARANA. Ketentuan
sewa guna usaha, sebagai berikut :
1. Masa sewa guna usaha selama 5 tahun, dengan syarat tidak dapat dibatalkan.
2. Sewa tiap tahun Rp. 20.000.000,00. dibayar dimuka tiap tgl 1 Januari. Sewa tahun pertama jatuh
pada tgl 1 januari 2000.
3. Biaya pelaksanaan selam masa sewa (executory Cost) dibayar oleh penyewa.
4. Tidak mada ketentuan yang menyebutkan adanya pengalihan hak milik dan hak bagi penyewa
untuk membeli pada ahir masa sewa.
Data lain sehubungan dengan transaksi leasing di atas adalah sebagai berikut :
1. Harga pasar wajar peralatan yang disewa sebesar Rp. 82.000.000,00
2. Usia ekonomis peralatan yang bersangkutan selama 5 tahun.
3. PT. JAYA SARANA memperhitungkan bunga 122% setahun.
4. PT. GIONI menyusutkan aktiva tetap dengan metode Garis Lurus.
Untuk menentukan nilai sewa guna uasah harus dihitung dulu nilai tunai untuk tingkat
bunga 12%, masa sewa 5 tahun dengan pembayaran dimuka yaitu 4,03733. Dengan deimkian
nilai tunai sewa terendah dari data contoh diatas adalah 4,03733 X Rp. 20.000.000,00 =
Rp.80.746.600,00. Jumlah tersebut lebih besar dbanding 90% X Rp. 82.000.000,00 (harga pasar
wajar aktiva yang bersangkutan)
Hasil perhitungan diatas dijadikan dasar untuk memberlakukan sewa guna usaha pada
contoh diatas sebagai capital lease. Dengan nilai Rp. 80.746.600,00. Jumlah ini dicatat debet
pada akun Peralatan Sewa dari Lease Modal. Selanjutnya setiap ahir periode disusutkamn

(didepresiasi) dengan metode garis lurus.


2. Pencatatan Transaksi Leasing Pada Perusahaan Sewa Guna Usaha
a. Operating Lease
Suatu sewa guna usaha tidak memenuhi kriteria untuk diperlakukan sebagai Sewa
Guna Usaha Pembelanjaan ( Finance Lease ), Transaksi leasing oleh perusahaan sewa
guna usaha (Lessor) dicatat sebagai transaksi sewa-menyewa biasa (Operating Lease).
Oleh karena itu dicatat sebagai harta dan di informasikan dalam Neraca Sebagai aktriva
yng disewa guna ushakan
Contoh : 1 Januari 2000 PT. ZODIAC menyewakan sebuah gedung untuk masa 10 Th.
Pembayaran sewa tiap 1 Januari, dengan ketentuan 5 Th pertama masing-masing Rp.
24.000.000,00 dan 5 Th terahir masing-masing Rp. 20.000.000,00. Sewa dibayar di muka
dan dimulai 1 Januari 2000, Biaya komisi, biaya layanan hukum dan biaya langsung
lainnya sebesar Rp. 10.000.000,00, dibayar oleh PT> ZODIAC. Harga perolehan gedung
Rp. 360.000.000,00. usia ekonomis 25 Th tanpa niali residu. Gedung yang bersangkutan
disusutkan dengan metode Garis Lurus. Sementara biaya langsung pertama amortisasi
selama 10 th..
Masa sewa yang dari 75% dari taksiran usia ekonomis aktiva sewa guna usaha,
sewa guna diatas tidak memenuhi kriteria untuk diperlakukan sebagai Finance Leasing
diatas, sebagai berikut :
1.Mencatat biaya langsung pertama untuk gedung yang disewa gunakan :
Jan 1 Biaya Langsung Pertama Yang ditangguhkan Rp. 10.000.000,00 2000 Kas - Rp 10.000.000,00
2.Mencatat penerimaan sewa untuk tahun pertama (2000)
Jan 1 Kas Rp 24.000.000,00 2000 Sewa diterima dimuka - Rp 2.000.000,00
Pendapatan Sewa - Rp.22.000.000,00
Pendapatan sewa dicatat menurut metode garis lurus, sehingga pendapatan sewa tiap
bulan dihitung sebagai berikut :
(5 X Rp. 24.000.000,00) + (5 X RP. 20.000.000,00) = Rp. 22.000.000,00
10
Kelebihan yang diterima dari jumlah diatas, yaitu sebesar Rp. 2.000.000,00. Dicatat
kredit pada akun sewa Diterima dimuka.
3.Mencatat beban penyusutan gedung yang disewa guna usahakan dan amotisasi Biaya
Langsung Pertama
Des 31 Beban penyusutan Gedung Disewakan Rp 14.400.000,00 2000 Akum Penyusutan Gedung yang disewakan - Rp 14.400.000,00
(Penyusutan Gedung Rp.360.000.000,00 : 25)
Des 31 Beban Amortisasi Biaya Langsung Pertama Rp 1.000.000,00 2000 Biaya Langsung Pertama yang ditangguhkan - Rp 1.000.000,00
(Amortisasi Biaya Langsung Pertama Rp 10.000.000,00 : 10)
Jurnal yang terahir diatas akan dibuat pada setiap ahir tahun sampai dengan ahir
tahun kesepuluh, sehingga pada ahir masa sewa akun Biaya Langsung Pertama yang
Ditangguhkan tidak mempunyai saldo.

4.Mencatat penerimaan sewa untuk tahun keenam sampai dengan tahun kesepuluh
Penerimaan sewa untuk tahun keenam sampai dengan tahun kesepuluh, masing-masing
dicatat dengan jurnal sebagai berikut :
Jan. 1 Kas Rp 20.000.000,00 Sewa Diterima Dimuka Rp. 2.000.000,00 Pendapatan sewa - Rp 22.000.000,00
Dengan pos jurnal diatas, pada ahir masa sewa akun Sewa Diterima Dimuka akan
menunujukan saldo nol (tidak bersaldo)
b. Sewa Guna Usaha Pembiayaan Langsung ( Direct Financing Lease)
Sewa Guna Usaha Pembiayaan Langsung Adalah apabila perusahaan sewa guna
uasaha (Lessor) menyediakan atau membeli lebih dahulu aktiva sewa guna usaha yang
dipesan oleh penyewa (Lesse).
Sewa guna usaha yang diperlukan sebagai Sewa Guna Usaha Pembiayaan
Langsung, dalam neraca ihak lessor diinformasikan sebagai Piutang Pembayaran Lease,
sebesar jumlah pembayaran sewa terendah ditambah nilai residu tidak terjamin. Nilai
residu tidak terjamin adalah nilai sisa aktiva yang disewakan pada ahir masa sewa,
dengan tidak ada persetujuan yang menimbulkan hak bagi penyewa untuk membeli
nilai sisa aktin\va yang bersangkutan.
Jumlah pembayaraan sewa terendah ditambah nilai residu tidak terjamin yang dicatat
sebagai Piutang Pembayran Lease, Merupakan investasi bruto.
Selisih antara investasi bruto dengan niali buku (harga perolehan dikurangi akumulasi
penyusutan) aktiva yang disewakan, dicatat sebagai Pendapatan Bunga yang
Ditangguhkan yang selanjutnya diamortisasi selama masa sewa menurut metode bunga
efektif.
Contoh :
1. PT. BIMA PERKASA pada 25 Des 2000 membeli peralatan pabrik untuk disewa guna
usahakan kepada PT PANDAWA, Harga perolehan termasuk biaya langsung pertama
berjumlah Rp. 40.373.000,00. Usia ekonomis ditaksir 5 tahun, tanpa nilai residu.
Ketentuan sewa usaha antara lain sebagai berikut :
1.Masa sewa selama 5 tahun, dengan syarat tidak dapat dibatalkan.
2.Sewa dibayar tiap tgl 31 Des, masing-masing sebesar Rp.10.000.000,00 dimulai tgl 31
Des 2000
3..Biaya pelaksanaan seperti biaya asuransi, pajak dan pemeliharaan ditanggung oleh
pihak penyewa.
Informasi lain sehubungan dengan sewa guna asaha diats sebagai berikut :
a.Tidak ada ketentuan mengenai perpanjangan masa sewa
b.Harga perolehan aktiva sewa guna asaha sama dengan harga pasar wajar.
c.PT BIMA PERKASA memperhitungkan bunga implicit sebesar.
3. Penyajian Lease Pembiayaan Langsung Dalam Neraca
Lease pembiayaan langsung dalam buku besar dicatat sebagai Piutang Pembayaran
laese
Sementara bunga efektif yang terkandung didalam sewa terendah dicatat kredit pada
akun Pendapatan Bunga yang Ditangguhkan
Selisih antara saldo akun Piutang Pembayaran Lease (Investasi Bruto) dan saldo akun
Pendapatan Bunga yang Ditangguhkan adalah sebagai investasi saldo
Dengan demikian nilai lease pembiayaan langsung dalam neraca adalah sebesar investasi

neto
Investasi neto dari lease pembiayaan langsung yang jatuh tempo tidak lebih dari satu
tahun sejak tanggal neraca, harus diinformasikan sebagai aktiva lancar,. Sementara
investasi neto yang jatuh tempo lebih dari satu tahun sejak tgl neraca , harus
diinformasikan sebagai investasi jangka panjang.
Contoh : Setelah sewa untuk tahun 2001 diterma pada tgl 31 Des 2000, dalam buku besar
akan menunjukan data sebagai berikut :
Saldo akun Piutang Pembayaran Lease Rp 40.000.000,00
Saldo akun Pendapatan Bunga yang Ditangguhkan Rp 9.627.000,00
Dengan demikian Investasi neto pada 31 Des 2000 Rp. 30.373.000,00
Dari jumlah diatas, akan diterima (jatuh tempo) pada tgl 31 Des 2001 sebesar Rp.
6.355.240,00. Jumlah tersebut dalam neraca 31 Des 2000 diinformasikan dalam
kelompok aktiva lancar. Selebihnya sebesar Rp. 24.017.760,00 (lihat table),
diinformasiukan dalam kelompok Investasi Jangka Panjang.
Dari uraian diatas, investasi neto dalam sewa guna usaha disajikan dalam neraca 31
Des 2000 sebagai berikut :
PT. BIMA PERKASA
NERACA
31 DESEMBER 2000
AKTIVA
Aktiva Lancar :
Investasi Neto Dalam
Lease Rp. 6.355.240,00
Investasi Jangka Panjang
Investasi Neto Dalam
Lease Rp.24.017.760,00

Anda mungkin juga menyukai