Embriologi
Embriologi jaringan okuler:
1. Neural ectoderm (Optik cup)
2. Neural Crest (Jaringan ikat)
3. Surface ectoderm
4. Mesoderm (Otot dan endotel vaskuler)
1. Neural ectoderm (optik cup)
- Neural retina
- Epitel pigmen retina
- Epitel posterior iris
- Spingter dan dilator pupil
- Bilayered ciliary epithelium
- N. Optikus
Embriologi
Embriologi jaringan okuler:
2. Neural Crest (jaringan ikat)
- Trabekular meshwork
- Stroma iris, badan silier, koroid dan sklera
- Otot silier
- Keratosit stroma kornea dan endotel kornea
- Jaringan ikat perivaskuler dan sel otot polos
- Meningen N.optikus
- Kartilago dan tulang orbita
- Jaringan ikat otot okuler ekstrinsik
Embriologi
Embriologi jaringan okuler:
Perkembangan
Postnatal
Perkembangan
Postnatal
Perkembangan
Postnatal
Perkembangan
Postnatal
Perkembangan
Postnatal
Perkembangan
Postnatal
Konjungtiva:
Berasal dari beberapa pita jaringan mesenchym
limbal (sel neural crest); bertanggung jawab
pembentukan sklera, episklera, dan kapsul
tenons.
Pada anak lebih banyak sel epitel, lebih tebal
dan lebih keras dari pada orang dewasa.
Ukuran fornik konjungtiva anak; horizontal: 18
mm, vertikal: 15 mm, dewasa; horizontal: 25
mm, vertikal: 29 mm.
Sakus konjungtiva pada bayi baru lahir
biasanya steril, 5 hari kehidupan bakteri flora
sama pada org. dewasa
Perkembangan
Postnatal
Kornea:
Perubahan pada ukuran dan bentuk (pembesaran,
pendataran, penipisan dan bertambah transparan)
selama tahun pertama kehidupan.
Diameter horizontal pada bayi: 9,8 mm (rata-rata;
9 10,5 mm), diameter vertikal: 10,4 mm.
Diameter kornea; < 9 mm dan > 11 mm
abnormal.
Diameter kornea berhubungan dengan berat
badan bayi:
Diameter kornea = 0,0015 x BB (gram) + 6,3
Diameter horizontal bertambah sampai 11 atau 12
mm.
Perkembangan
Postnatal
Kornea:
Pembesaran kornea; bertambahnya area
permukaan dari 102 mm2 saat lahir menjadi 130
mm2 saat 20 bln.
Kornea juga mendatar dari 51,2 dioptri saat
lahir menjadi 45,2 dioptri pada umur 6 bln.
Tebal sentral kornea saat lahir 0,96 mm dan
periper kornea 1,2 mm, penipisan kornea
perlahan diatas 6 bln kehidupan dimana tebal
sentral kornea 0,52 mm.
Transparansi kornea timbul diatas beberapa
bulan pertama kehidupan, karena terjadi
penipisan.
Perkembangan
Postnatal
Perkembangan
Postnatal
Perkembangan
Postnatal
Perkembangan
Postnatal
Perkembangan
Postnatal
Tekanan intraokuler:
Perkembangan
Postnatal
Perkembangan
Postnatal
Kesalahan refraksi
Refraksi mata tergantung; panjang aksial dan
kekuatan refraksi kornea dan lensa.
Panjang aksial; lahir: 16,8 mm, dewasa: 23,6
mm.
Power refraksi; lahir: kornea (51,2 D), lensa
(34,4 D), dewasa: kornea (43,5 D), lensa (18,8 D).
Saat lahir biasanya hiperopik, dg kesalahan
refraksi; + 0,62 D 2,24 D [75% hiperopik; +1
sampai +12 D, 25% miopik; -1 sampai 12 D]
50% bayi hiperopik; kesalahan refraksi > +3 D.
Miopik shift terjadi sampai masa dewasa, karena
bertambah panjang aksial.
Disgenesis okuler
Cyclopia dan Synophthalmia;
Pbentuk satu median bola mata (cyclopia) atau
dua median bola mata, tdk lengkap dan bola
mata menyatu (synophthalmia).
Mikroftalmia;
Akibat terpapar teratogen selama perkembangan
Microphthalmia & Anophthalmia stage
ptumbuh
awal stage gastrulasi defisiensi neural plate
ukuran vesikel optik microphthalmia (bhub.
dg disgenesis segmen anterior, katarak, vitreus
primer persisten)
Disgenesis okuler
Anoftalmos = tidak ada jaringan okuler
abnormal otak depan primitif, stage sebelum
pembentukan sulkus optik
Mikroftalmia kolobomatus dg sind kiste kelopak
mata;
Unilateral atau bilateral,
Kiste berisi vitreus primitif fisura optik tidak
menutup
Anomali penutupan fisura optik (koloboma)
Koloboma = tdk ada jaringan, abnormal fusi
fisura optik (normal menutup 4 5 mgg gestasi)
Dapat mengenai iris, koroid, makula, N. optik.
Disgenesis okuler
Sindroma yg bhub dg koloboma uvea;
* CHARGE syndrome: mikroftalmia kolobomatus,
defek jantung, atresia choanal, ptumbuh lambat,
hipoplasia genital, anomali telinga (tuli)
* Meckels syndrome: mikroftalmia kolobomatus,
ensefalokel occipital, defek jantung, penyakit ginjal
dan hepatik.
* Lenzs syndrome: mikroftalmia kolobomatus.
* Rubenstein-Taybi syndrome: koloboma, katarak,
ptosis, reterdasi mental, jari tangan dan jari kaki
besar, pendek, anomali jantung dan ginjal.
Disgenesis okuler
Sindroma yg bhub dg koloboma uvea;
* Basal cell nevus syndrome: koloboma iris, katarak,
hypertelorism, nevus sel basal dibadan, reterdasi
mental.
* Cats Eye syndrome: mikroftalmia kolobomatus,
preauricular skin tags, abnormal kromosom 22,
atresia ani.
* Trisomi 13 (Patau syndrome): mikroftalmia, cleft
lip/palate, dan polydactyly, wajah dg dahi miring,
hidung bulat, malformasi kardiovaskuler dan sistem
saraf pusat
Disgenesis okuler
Cryptophthalmos:
kongenital, gagal pemisahan kelopak mata.
Cryptophthalmos incomplete koloboma kelopak
mata menyatu dengan kornea periper dan/atau
konjungtiva.
Cryptophthalmos complete total tidak ada
kelopak mata dan lipatan kelopak mata dg mata
ditutupi oleh kulit dg abnormal kornea (tipis, jar
fibrovaskuler), abnormal segmen anterior (kecil
atau tidak ada lensa), anomali iris dan badan
silier.
herediter, autosomal resesif, reterdasi mental,
bibir/palatum sumbing, anomali jantung,
abnormal genitourinari.
Disgenesis okuler
Dermoid dan Dermolipoma
Choristoma
ditemukan jaringan epidermal dan jaringan ikat
(surface ectoderm & sel neural crest) selama
penutupan fetal cleft.
di; - limbus limbal dermoid
- konjungtiva dermolipoma
- subkutaneus sekitar orbita (superotemporal
dan
superonasal).
biasanya menempel ditulang (sutura kranial)
Disgenesis okuler
Disgenesis segment anterior;
* Posterior embryotoxon (anterior displacement of
Schwalbes line); garis putih di kornea, dekat
limbus,
dan iris periper, 8% - 15% normal, autosomal
dominan
* Axenfelds anomaly (anterior displacement of
Schwalbes line; iris periper sp Schwalbes line)
* Peters anomaly (kekeruhan sentral kornea dg tdk
ada membran descemet dan endotelium pada
daerah yang keruh)
* Riegers anomaly/syndrome (hipoplasi stroma iris
dg pseudopolycoria, iridocorneal attachment).
Malformasi kraniofacial
Malformasi struktur kraniofacial anomali okuler.
Perubahan patologi okuler:
1. Patologi okuler intrinsik
2. Komplikasi okuler sekunder
Patologi okuler intrinsik (primer, genetik/lingkungan);
- miopia & perubahan patologi retina (Stickler synd).
- Anomali segmen anterior bhub dg anomali
sistemik,
fetal alcohol syndrome, anomali kromosom.
- Koloboma okuler & anomali posisi atau ukuran otot
okuler (craniosynostosis syndrome).
- Keterlibatan motilitas saraf kranial/okuler (Mobius
syndrome, thalidomide embriopati, Duane synd dg
abnormal sistemik)
Malformasi kraniofacial
Komplikasi okuler sekunder:
perubahan ukuran, bentuk, atau posisi tulang dan
jaringn lunak strukur orbita gangguan / deformasi
selama perkembangan/ didapat setelah lahir.
Dapat terjadi beberapa macam sindrom.
Kornea terpapar proptosis, defek kelopak mata
Kesalahan refraksi anomali jaringan lunak
kelopak mata dan adneksa.
deviasi gerak okuler abnormal posisi/bentuk
orbita
Papiledema atau atropi optik sekunder tekanan
intrakranial atau faktor lokal (kraniosinostosis)
Anomali okuler faktor lingkungan selama
embriogenesis (kekeruhan kornea& koloboma
kelopak mata sindroma amniotic band)
Sindroma kraniofacial
Craniosinostosis:
Penutupan sebelum waktunya satu/lebih sutura
kranial pada periode embrionik atau awal masa
anak-anak luas spektrum bentuk tengkorak
reterdasi mental, brp pasien intelektual normal.
- Plagiosephaly = penutupan unilateral sutura
coronal
tengkorak asimetris.
- Brachycephaly = penutupan bilateral sutura
coronal
tengkorak pendek, lebar.
- Scaphocephaly = penutupan sebelum waktunya
sutura sagital tengkorak panjang, mengecil.
Sindroma kraniofacial
Craniosinostosis:
- Hypertelorism = M pemisahan tulang orbita
bagian sindroma kraniofacial atau defek midline.
- Telecanthus = M jarak antara kantus medial
sekunder hypertelorism, abnormal jaringan lunak
primer.
Anomali primer, atau malformasi sistemik (penyakit
metabolik, anomali kromosom, faktor nutrisi,
sindroma genetik)
autosomal dominan (Sindroma Apert, Crouzon,
Pfeiffer Saethre-Chotzen).
autosomal resesif (sindroma Marshall).
Mutasi reseptor faktor pertumbuhan fibroblast.
Sindroma kraniofacial
Craniosinostosis:
Gambaran sistemik; abnormal bentuk
tengkorak, hipoplasia midfacial, hipertelorism,
masalah mulut dan gigi, dan kesulitan bernafas.
Syndactily Sindroma Apert, Saethre-Chotzen,
dan Pfeiffer.
Komplikasi okuler; visus jelek, strabismus,
ambliopia, katarak, perubahan pigmen retina,
keratokonus, ptosis, proptosis (m volume
ruang tulang orbita), kornea terpapar (keratitis,
perforasi), papiledema, atropi optik
Terapi; Kornea terpapar salep lubrikasi
Bedah rekonstruksi
Sindroma kraniofacial
Crouzon syndrome;
Penutupan sebelum waktunya satu/lebih sutura
metopik, sagital, atau lambdoidal.
Tengkorak brachycephalic penutupan sutura
koronal bilateral.
Orbita dangkal, proptosis, hipoplasia midface.
Apert syndrome;
Displasia kartilago pada dasar kranial
prematur penutupan struktur midline tengkorak
anterior sampai posterior
Syndactyly komplek pada tangan & kaki,
disertai abnormal siku dan bahu.
Sindroma kraniofacial
Pfeiffer syndrome;
Lebih jarang dari pada Crouzon dan Apert
syndrome
Biasanya berhubungan dengan ibu jari yang
besar dan jari kaki besar dan kadang dengan
syndactyly pada satu atau kedua tangan.
Waardenburg syndrome;
Autosomal dominan
Terdapat; pergeseran ke lateral katal bagian
dalam dan pungtum lakrimal, bertemunya alis
mata, heterochromia iridis, tuli neurosensoris
bilateral kongenital, fundus hipopigmentasi
Sindroma kraniofacial
Hemifacial microsomia;
= hemifacial hypoplasia, oculoauriculovertebral
dysplasia, arch syndrome, dan Goldenhar
syndrome
Klinis: mikrotia, makrostomia, anomali
mandibuler, anomali telinga bagian dalam,
anomali vertebra (kadang pengaruhi sistem
saraf pusat), manifestasi okuler: anoftalmos,
fisura minor asimetris
Unilateral (70% - 80% kasus)
Sindroma kraniofacial
Goldenhar synd (Oculoauriculovertebral dysplasia);
Kelompok mikrosomia hemifasial.
Khas: dermoid/lipodermoid epibulber (quadran
inferotemporal), dermoid limbal > lipodermoid
(bilateral; 25% kasus),
aksis visual tajam penglihatan (astigmatisma &
predisposisi strabismus [anisometropik ambliopia]),
koloboma kelopak mata atas, sensitivitas kornea,
katarak, dan abnormal iris (jarang)
dilaporkan pada beberapa penderita Duane
syndrome
Sindroma kraniofacial
Hallermann-Streiff syndrome;
= Oculomandibulofacial dyscephaly
Khas; hipoplasi mandibula, hidung paruh, dan
katarak bilateral sering berhubungan dengan
mikroftalmos, mikrokornea, atau keduanya.
penyerapan lensa spontan (sering) aphakia
kongenital.
klinik; glaukoma (komplikasi), atropi kulit
wajah,, hypotrichosis, dan dwarfism dg
abnormal gigi dan gusi.
Sebab tidak diketahui.
Sindroma kraniofacial
Pierre Robin sequence (anomali, deformitas);
Khas; micrognathia, glossoptosis, dan palatum
terbelah terjadi bermacam sindroma.
Anomali okuler; retinal detachment (ablasio
retina), microphthalmos, glaukoma kongenital,
katarak, dan miopia tinggi.
Sering ditemukan pada Stickler syndrome.
Sindroma kraniofacial
Mandibulofacial dysostosis (Treacher CollinsFranceschetti syndrome);
Khas; bilateral melibatkan struktur facial
hipoplasia molar dan mandibula, microstomia,
koloboma 1/3 luar kelopak mata bawah, dan
anomali telinga eksternal dan tengah.
Tulang zigomatik belum berkembang / tidak ada,
fisura pada maksila, defek tepi bawah orbita
(sering), hipoplasia rima supraorbita.
50% kantus lateral bergeser kebawah
(antimongoloid)
Autosomal dominan.
Sindroma kraniofacial
Fetal Alcohol syndrome;
Anak lahir dg riwayat ibu alkohol berat selama hamil.
fetal alcohol syndrome;
- abnormal facial (fisura palpebra pendek, batas
merah terang tipis diatas bibir & lipatan epikantus).
- RM, BB lahir kecil dan tinggi lambat (postnatal)
- abnormal kardiovaskuler & sistem tulang.
Hipoplasia N. optik & vaskuler retina tortuos,
anomali disk optik; >48% (kecil, tepi ireguler,
uni/bilateral)
Fundus: anomali diskus optikus + pembuluh retina
fetal alcohol syndrome.
Sindroma kraniofacial
Fetal Hydantoin syndrome;
riwayat ibu terapi dengan hydantoin (+).
performance mental, malformasi sistemik,
okuler abnormal; jarang (strabismus, ptosis,
hypertelorism, hipoplasia N.optik, dan lipatan
epikantal, microcephaly dan nasal bridge lebar.
4% - 5% pada ibu epilepsi tanpa obat anti
kejang (2% - 3% pada ibu normal)
m 6% - 11% pada ibu memakai obat anti
kejang