BAB II Fix Agi
BAB II Fix Agi
BAB II
KARAKTERISTIK RESERVOIR
Reservoir merupakan suatu tempat terakumulasinya fluida hidrokarbon,
gas dan air. Proses akumulasi minyak bumi di bawah permukaan haruslah
memenuhi beberapa syarat, yang merupakan unsur-unsur suatu reservoir minyak
bumi. Unsur-unsur yang menyusun reservoir adalah sebagai berikut :
1. Batuan reservoir, sebagai wadah yang diisi dan dijenuhi oleh minyak bumi, gas
bumi atau keduanya. Biasanya batuan reservoir berupa lapisan batuan yang
porous dan permeable.
2. Lapisan penutup (cap rock), yaitu suatu lapisan batuan yang bersifat
impermeable, yang terdapat pada bagian atas suatu reservoir, sehingga
berfungsi sebagai penyekat fluida reservoir.
3. Perangkap reservoir (reservoir trap), merupakan suatu unsur pembentuk
reservoir yang mempunyai bentuk sedemikian rupa sehingga lapisan beserta
penutupnya merupakan bentuk konkav ke bawah dan dan menyebabkan
minyak dan gas bumi berada dibagian teratas reservoir.
Karakteristik suatu reservoir sangat dipengaruhi oleh karakteristik batuan
penyusunnya, fluida reservoir yang menempatinya dan kondisi reservoir itu
sendiri, yang satu sama lain akan saling berkaitan. Ketiga faktor itulah yang akan
kita bahas dalam mempelajari karakteristik reservoir.
2.1. Karakteristik Batuan Reservoir
Batuan adalah kumpulan dari mineral-mineral, sedangkan suatu mineral
dibentuk dari beberapa ikatan kimia. Komposisi kimia dan jenis mineral yang
menyusunnya akan menentukan jenis batuan yang terbentuk.
Batuan reservoir umumnya terdiri dari batuan sedimen, yang berupa
batupasir dan karbonat (sedimen klastik) serta batuan shale (sedimen nonklastik) atau kadang-kadang volkanik. Masing-masing batuan tersebut
mempunyai komposisi kimia yang berbeda, demikian juga dengan sifat
S a n d s to n e
100 %
L im y
S a n d s to n e
S h a ly
S a n d s to n e
Sa n d y
L im e s to n e
L im e s to n e
100 %
Sa n d y
S h a le
S h a ly
L im e s to n e
L im y
S h a le
S h a le
100 %
Orthoquartzites
Orthoquartzites merupakan jenis batuan sedimen yang terbentuk
dari proses sedimentasi yang menghasilkan unsur silika yang tinggi,
tanpa mengalami metaformosa dan pemadatan, terutama terdiri atas
mineral kwarsa (quartz) dan mineral lainnya yang stabil. Proses
metamorfosa adalah proses perubahan mineral batuan, karena adanya
kondisi yang berbeda dengan kondisi awal. Material pengikatnya
(semen) terutama terdiri atas karbonat dan silika. Orthoquartzites
merupakan jenis batuan sedimen yang relatif bersih yaitu bebas dari
kandungan shale dan clay. Komposisi kimia dari orthoquarzite dapat
dilihat pada Tabel II.1.
Tabel II.1Komposisi Kimia Batupasir Orthoquartzites 3)
MIN.
SiO2
TiO2
Al2O3
Fe2O3
FeO
MgO
CaO
Na2O
K2O
H2O +
H2O CO2
Total
A.
B.
C.
D.
E.
95,32
....
2,85
0,05
....
0,04
T
99,45
....
....
97,80
....
0,90
0,85
....
0,15
0,10
99,39
0,03
0,30
0,12
....
None
0,29
93,13
....
3,86
0,11
0,54
0,25
0,19
....
0,40
....
....
61,70
....
0,31
0,24
....
....
21,00
0,17
....
99,58
....
0,31
1,20
....
0,10
0,14
0,10
0,03
93,16
0,03
1,28
0,30
98,87
....
0,41
0,08
0,11
0,04
....
0,80
0,15
1,44a)
....
0,17
....
0,17
1,43a)
....
0,03a)
0,65
....
100
....
99,88
....
99,91
....
100,2
....
100,3
....
99,51
16,10
99,52
....
99,6b)
2,01
101,1
0,30
T
0,13
Lorrain (Huronian)
St. Peter (Ordovician)
Mesnard (Preeambrian)
Tuscarora (Silurian)
Oriskany ( Devonian)
F. Berea (Mississippian)
G. Crystalline Sandstone, Fontainebleau
H. Sioux (Preeambrian)
I. Average of A H, inclusive.
a)
. Loss of ignition
b)
. Includes SO3, 0,13 %.
0,43
0,07
3,12
0,39
Pada Tabel II.1 diatas dapat dilihat bahwa unsur silika merupakan unsur
penyusun orthoquarzites dengan prosentase yang sangat tinggi jika
dibandingkan dengan unsur-unsur yang lain. Komposisi unsur silika (SiO2)
berkisar antara 61,7 % sampai dengan 99,58 %, sedangkan sisanya adalah
unsur penyusun yang lain, seperti TiO2, Al2O3, Fe2O3, FeO, MgO, CaO, Na2O,
K2O, H2O+, H2O- dan CO2.
2. Graywacke
Graywacke merupakan jenis batupasir yang tersusun dari unsur-unsur
mineral yang berbutir besar, yaitu kwarsa, clay, mika flake {KAl 2(OH)2
AlSi3O10}, magnesite (MgCO3), fragmen phillite, fragmen batuan beku,
feldspar dan mineral lainnya. Indikator yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi batuan jenis ini adalah adanya mineral illite. Sortasi
(pemilahan) butir pada graywacke tidak bagus karena adanya matriks-matriks
batuan. Hal ini juga menyebabkan berkurangnya porositas batuannya. Material
pengikatnya adalah clay dan karbonat. Secara lengkap mineral-mineral
penyusun graywacke terlihat pada Tabel II.2.
Tabel II-2Komposisi Mineral Graywacke 3)
MINERAL
Chert
Feldspar
Hornblende
Rock Fragments
Carbonate
Chloride-Sericite
45,6
1,1
16,7
....
6,7
4,6
25,0
46,0
7,0
20,0
....
. . . .a
2,0
22,5
24,6
....
32,1
....
23,0
....
20,0b
9,0
....
44,0
3,0
9,0
....
25,0
tr
....
29,9
10,5
13,4
....
46,2d
34,7
....
29,7
....
....
5,3
23,3
T o t a l
99,7
97,5
99,7
90,0
100,0
96,0
Quartz
Komposisi kimia graywacke tersusun dari unsur silika dengan kadar lebih
rendah dibandingkan dengan rata-rata batupasir, dan kebanyakan silika yang
ada bercampur dengan silikat.
Keterangan secara terperinci komposisi kimia graywacke dapat dilihat
pada Tabel II.3.
Tabel II.3Komposisi Kimia Graywacke 3)
MINERAL
SiO2
TiO2
Al2O3
Fe2O3
FeO
MnO
MgO
CaO
Na2O
P2O3
SO3
CO2
H2O +
H2O
S
T o t a l
68,20
0,31
16,63
0,04
3,24
0,30
1,30
2,45
2,43
0,23
0,13
0,50
1,75
0,55
....
63,67
....
19,43
3,07
3,51
....
0,84
3,18
2,73
....
....
....
....
62,40
0,50
15,20
0,57
4,61
....
3,52
4,59
2,68
....
....
1,30
1,56
0,07
....
61,52
0,62
13,42
1,72
4,45
....
3,39
3,56
3,73
....
....
3,04
2,33
0,06
....
69,69
0,40
13,43
0,74
3,10
0,01
2,00
1,95
4,21
0,10
....
0,23
2,08
0,26
....
60,51
0,87
15,36
0,76
7,63
0,16
3,39
2,14
2,50
0,27
....
1,01
3,38
0,15
0,42
99,84
100,06
99,57
100,01
100,01
100,24
2,36
A. Average of 23 graywackes
B. Average of 30 graywackes, after Tyrrell (1933).
C.Average of 2 parts avrg. Shale and 1 part avrg. Arkose.
a)
. Probably in error; Fe2O3 probably should be 1,4 and the total 100,0
3.
Arkose
Arkose merupakan jenis batupasir yang tersusun dari kuarsa sebagai
mineral yang dominan, dan feldspar (MgAlSi3O8). Selain dua mineral utama
tersebut, arkose juga mengandung mineral-mineral yang bersifat kurang stabil,
seperti
clay
{Al4Si4O10(OH)8},
microline
(KAlSi3O8),
biotite
D a)
E a)
F a)
57
24
6
3
9
51
30
11
1
7
60
34
....
....
....
57
35
28
48
35 b)
59 b)
64
43
....
....
c)
....
....
....
8 e)
2
8
c)
....
....
2
4 e)
....
c)
d)
e)
c)
c)
c)
A
69,94
....
13,15
0,70
T
3,09
3,30
5,43
B
82,14
....
9,75
1,23
....
....
0,19
0,15
0,50
5,27
1,01
0,64 a
....
....
99,1
0,12
0,19
100,18
2,48
C
75,57
0,42
11,38
0,82
1,63
0,05
0,72
1,69
2,45
3,35
1,06
0,05
0,30
0,51
100
D
73,32
....
11,31
3,54
0,72
T
0,24
1,53
2,34
6,16
E
80,89
0,40
7,57
2,90
1,30
....
0,04
0,04
0,63
4,75
F
76,37
0,41
10,63
2,12
1,22
0,25
0,23
1,30
1,84
4,99
0,30 a
1,11
0,83
....
0,92
100,2
....
....
99,63
0,21
0,54
100,9
10
adalah
mineral dolomite.
Tabel II.6.Komposisi Kimia Limestone 3)
MINERAL
Si O2
Ti O2
Al2 O3
Fe2 O3
Fe O
Mn O
Mg O
Ca O
Na2 O
K2 O
H2 O +
H2 O
P 2 O3
C O2
S
Li2 O
Organic
T o t a l
A
5,19
0,06
0,81
0,54
0,05
7,90
42,61
0,05
0,33
0,56
0,21
0,04
41,58
0,09
T
....
100,09
B
0,70
....
0,68
0,08
....
....
0,59
54,54
0,16
None
....
....
....
42,90
0,25
....
T
99,96
C
7,41
0,14
1,55
0,70
1,20
0,15
2,70
45,44
0,15
0,25
0,38
0,30
0,16
39,27
0,25
....
0,29
100,16
D
2,55
0,02
0,23
0,02
0,28
0,04
7,07
45,65
0,01
0,03
0,05
0,18
0,04
43,60
0,30
....
0,40
100,04
E
1,15
....
0,45
....
0,26
....
0,56
53,80
0,07
0,69
0,23
....
42,69
....
....
....
99,9
F
0,09
....
0,11
....
0,35
55,37
....
0,04
0,32
....
43,11
....
....
0,17
100,1
1. Limestone
Komposisi kimia limestone dapat menggambarkan adanya sifat dari
komposisi mineralnya yang cukup padat, karena pada limestone sebagian
besar terbentuk dari calcite, bahkan jumlahnya bisa mencapai lebih dari 95%.
11
Unsur lainnya yang dianggap penting adalah MgO, bila jumlahnya lebih dari
1% atau 2%, maka menunjukkan adanya mineral dolomite. Komposisi kimia
limestone secara lengkap dapat dilihat pada Tabel II.6 diatas.
2. Dolomite
Dolomite adalah jenis batuan yang merupakan variasi dari limestone yang
mengandung unsur carbonate lebih besar dari 50 %, sedangkan untuk batuanbatuan yang mempunyai komposisi pertengahan antara limestone dan
dolomite akan mempunyai nama yang bermacam-macam tergantung dari
unsur yang dikandungnya. Batuan yang unsur calcite-nya melebihi dolomite
disebut dolomite limestone, dan yang unsur dolomite-nya melebihi calcite
disebut dengan limy, calcitic, calciferous atau calcitic dolomite. Komposisi
kimia dolomite pada dasarnya hampir mirip dengan limestone, kecuali unsur
MgO merupakan unsur yang penting dan jumlahnya cukup besar. Tabel II.7
menunjukkan komposisi kimia unsur penyusun dari dolomite.
Tabel II.7.Komposisi Kimia Dolomite 3)
M INERAL
Si O2
Ti O2
Al2 O3
Fe2 O3
Fe O
Mn O
Mg O
Ca O
Na2 O
K2 O
H2 O +
H2 O
P2 O3
C O2
S
Sr O
Organic
T o t a l
....
....
....
....
....
....
21,90
30,40
....
....
....
....
....
47,7
....
....
....
2,55
0,02
0,23
0,02
0,18
0,04
7,07
45,65
0,01
0,03
0,05
0,18
0,04
43,60
0,30
0,01
0,04
7,96
0,12
1,97
0,14
0,56
0,07
19,46
26,72
0,42
0,12
0,33
0,30
0,91
41,13
0,19
none
....
3,24
....
0,17
0,17
0,06
....
20,84
29,56
....
....
....
43,54
....
....
....
24,92
0,18
1,82
0,66
0,40
0,11
14,70
22,32
0,03
0,04
0,42
0,36
0,01
33,82
0,16
none
0,08
0,73
....
0,20
....
1,03
....
20,48
30,97
....
....
....
....
0,05
47,51
....
....
....
100
100,06
100,40
99,90
100,04
100,9
0,30
D. Knox Dolomite
E. Cherty-Dolomite
F. Randville Dolomite
12
Pada umumnya unsur penyusun shale ini terdiri dari lebih kurang 58
% silicon dioxide (SiO2), 15 % alumunium oxide (Al2O3), 6 % iron oxide
(FeO) dan Fe2O3. 2 % magnesium oxide (MgO), 3 % calcium oxide
(CaO), 3 % potasium oxide (K2), 1 % sodium oxide (Na2), dan 5 % air
(H2O). Sisanya adalah metal oxide dan anion seperti terlihat pada Tabel
II.8.
Tabel II.8. Komposisi Kimia Shale 3)
MINERAL
Si O2
Ti O2
Al2 O3
Fe2 O3
Fe O
Mn O
Mg O
Ca O
Na2 O
K2 O
H2 O +
H2 O
P 2 O3
C O2
S O3
Organic
Misc.
T o t a l
A
58,10
0,54
15,40
4,02
2,45
....
2,44
3,11
1,30
3,24
5,00
0,17
2,63
0,64
0,80 a
....
99,95
B
55,43
0,46
13,84
4,00
1,74
T
2,67
5,96
1,80
2,67
3,45
2,11
0,20
4,62
0,78
0,69 a
0,06 b
100,84
C
60,15
0,76
16,45
4,04
2,90
T
2,32
1,41
1,01
3,60
3,82
0,89
0,15
1,46
0,58
0,88 a
0,04 b
100,46
D
60,64
0,73
17,32
2,25
3,66
....
2,60
1,54
1,19
3,69
3,51
0,62
....
1,47
....
....
0,38 c
99,60
E
56,30
0,77
17,24
3,83
5,09
0,10
2,54
1,00
1,23
3,79
3,31
0,38
0,14
0,84
0,28
1,18 a
1,98 c
100,00
F
69,96
0,59
10,52
3,47
0,06
1,41
2,17
1,51
2,30
1,96
3,78
0,18
1,40
0,03
0,66
0,32
100,62
13
Vb Vs Vp
................................................................................. (2-1)
Vb
Vb
dimana :
Vb = volume batuan total (bulk volume)
Vs = volume padatan batuan total (volume grain)
Vp = volume ruang pori-pori batuan.
Porositas batuan reservoir dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
1. Porositas absolut, adalah perbandingan antara volume pori total terhadap
volume batuan total yang dinyatakan dalam persen, atau secara matematik
dapat ditulis sesuai persamaan sebagai berikut :
........................................................ (2-2)
............................ (2-3)
14
C o n n e c te d o r
E ff e c t iv e
P o r o s i ty
To t a l
P o r o s it y
Is o la te d o r
N o n - E ff e c tiv e
P o r o s i ty
15
90
90
90
a . C u b ic (p o ro s ity = 4 7 , 6 % )
90
90
90o
b . R h o m b o h e d ra l (p o ro s it y = 2 5 , 9 6 % )
Gambar 2.3. Pengaruh Susunan Butir terhadap Porositas Batuan 2)
P1
V1 .................................................................... (2-4)
P2
dimana:
Vs
16
Setelah volume bulk batuan (Vb) diketahui, maka volume pori (Vp) dapat
dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
Vp = Vb Vs .................................................................................. (2-5)
Untuk mendapatkan harga volume bulk (Vb) dapat dilakukan dengan :
1. Mengukur dimensi sampel core untuk bentuk sampel batuan yang teratur.
2. Menggunakan piknometer Hg terkalibrasi untuk sampel batuan yang tak
beraturan.
Besarnya porositas () ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut :
=
Vp
Vb
...................................................................................... (2-6)
2. Metode Desaturasi
Dalam metode desaturasi, volume pori (Vp) diukur secara gravimetri, yaitu
dengan jalan menjenuhi core dengan fluida yang telah diketahui berat jenisnya.
Kemudian core ditimbang, baik dalam keadaan kering maupun dalam kondisi
jenuh fluida. Volume pori (Vp) dihitung dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut:
Vp
ws wd
................................................................................ (2-7)
f
dimana:
ws = berat sampel dalam keadaan jenuh fluida, gr
wd = berat sampel dalam keadaan kering, gr
f = berat jenis fluida penjenuh pori, gr/cc
Porositas core dihitung dengan Persamaan (2-6).
2.1.2.2. Permeabilitas
Permeabilitas didefinisikan sebagai suatu bilangan yang menunjukkan
kemampuan dari suatu batuan untuk mengalirkan fluida. Definisi kwantitatif
permeabilitas pertama-tama dikembangkan oleh Henry Darcy (1856)2) dalam
hubungan empiris dengan bentuk differensial sebagai berikut :
17
dP
................................................................................ (2-8)
dL
dimana :
v
bertambah dalam satu arah, maka arah alirannya berlawanan dengan arah
pertambahan tekanan tersebut. Asumsi-asumsi yang digunakan dalam Persamaan
2-8 adalah:
1. Alirannya mantap (steady state),
2. Fluida yang mengalir satu fasa,
3. Viskositas fluida yang mengalir konstan ,
4. Kondisi aliran isothermal, dan
5. Formasinya homogen dan arah alirannya horizontal.
6. Fluidanya incompressible.
Berdasarkan jumlah fasa yang mengalir dalam batuan reservoir,
permeabilitas dibedakan menjadi tiga, yaitu :
dilakukan oleh Henry Darcy., seperti yang terlihat pada Gambar 2.4, berikut ini.
18
h1 - h2
Q
A
h1
h2
Q..L
............................................................................ (2-9)
A . (P1 P2 )
19
k rg
kg
k
k
k rw w . ......................................... (2-11)
k
Qo . o . L
.......................................................................... (2-12)
A . (P1 P2 )
kw
Qw . w . L
.......................................................................... (2-13)
A . ( P1 P2 )
ko akan turun dengan cepat jika Sw bertambah dari nol, demikian juga kw akan
turun dengan cepat jika Sw berkurang dari satu, sehingga dapat dikatakan
untuk So yang kecil akan mengurangi laju aliran minyak karena k o-nya yang
kecil, demikian pula untuk air.
ko akan turun menjadi nol, dimana masih ada saturasi minyak dalam batuan
(titik C) atau disebut Residual Oil Saturation (S or), demikian juga untuk air
yaitu (Swr).
Harga ko dan kw selalu lebih kecil dari harga k, kecuali pada titik A dan B,
sehingga diperoleh persamaan :
ko kw 1
............................................................................... (2-14)
20
E f f e c t iv e P e r m e a b ility t o W a t e r, k w
0
0
1
E f f e c t iv e P e rm e a b ility to O il, k o
O il S a tu ra t io n , S o
W a te r S a tu ra tio n , S w
0
1
0
Jika harga kro dan krw diplot terhadap saturasi fluida So dan Sw, maka akan
didapat kurva seperti Gambar 2.6.
Harga kro dan krw berkisar antara 0 sampai 1, sehingga diperoleh persamaan :
k ro k rw 1 ................................................................................. (2-15)
Untuk sistem gas dan air, harga Krg dan Krw selalu lebih kecil dari satu atau :
.................................................................................. (2-16)
k ro
te
r
o il
wa
kr
E f f e c t iv e P e r m e a b ility t o O il, k o
E f f e c tiv e P e rm e a b ility t o W a t e r, k w
k rg k rw 1
0
0
O i l S a tu ra t io n , S o
21
Porositas
Apabila porositas semakin besar, maka permeabilitas juga akan semakin besar,
L o g (p e rm e a b ility )
P o ro s ity
Gambar 2.7Grafik Hubungan antara Porositas dan Permeabilitas 2).
2.
Saturasi
Seperti terlihat pada Gambar 2.5. dan Gambar 2.6. menyatakan bahwa
terdapat hubungan antara saturasi dengan permeabilitas. Apabila saturasi
minyak bertambah, maka permeabilitas efektif dan permeabilitas relatif
minyak akan bertambah pula, demikian juga halnya dengan air.
3.
4.
Geometri Aliran
Permeabilitas akan bervariasi pada setiap bentuk aliran dan kondisi
lapisan. Untuk menentukan permeabilitas pada setiap kondisi yang berbeda,
digunakan rumus yang berbeda pula.
a.
22
Q
Q
P1
P2
k1
k2
h1
h2
k3
h3
j1
n
kj hj
j1
b.
................................................................ (2-17)
hj
P2
P1
k1
Q
w
k2
k3
P1 P2
P3
L1
L3
L2
L
L
Lj
j 1K j
....................................................................... (2-18)
23
2 Q 2 L P2
A P1 P2
......................................................... (2-19)
dimana :
K
= panjang core, cm
= viskositas fluida, cp
(P12 P22)
6
5
Q b Pb / A
4
3
2
1
0
0 ,2
0 ,4
0 ,6
0 ,8
1 ,0
(P 1 - P 2 ) / 2 L
Gambar 2.10.Grafik Hasil Percobaan Perhitungan Permeabilitas
Dengan k =
2 Q 2 L P2
A P1 P2
2)
24
Jika udara atau gas digunakan dalam pengujian, maka terjadi efek slip gas
(efek Klinkenberg), akibat dari aliran turbulen, pada dinding pori-pori core. Efek
slip gas menyebabkan harga permeabilitas terukur (kg) lebih besar daripada
permeabilitas cairan (kL) yang sebenarnya.
Besarnya permeabilitas cairan (kL) dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
b
k g k L 1 ................................................................................. (2-20)
Pm
dimana :
kg = permeabilitas udara/gas, Darcy
kL = permeabilitas cairan, Darcy
b
= konstanta Klinkenberg
wo
so
cos
so sw
wo
sw
O il
W a te r
S o li d
25
= 30o
Is o - O c t a n e
= 83o
= 158
Is o - O c t a n e +
Is o - Q u in o li n e
5 , 7 % Is o - Q u in o l in e
= 35o
N a p h th e n ic
A c id
26
= 30
Is o - O c t a n e
= 48
= 54
Is o - O c t a n e +
Is o - Q u in o li n e
5 , 7 % Is o - Q u in o l in e
= 106
N a p h th e n ic
A c id
Pada umumnya reservoir bersifat water wet, sehingga air cenderung untuk
melekat pada permukaan batuan sedangkan minyak akan terletak diantara fasa air.
Jadi minyak tidak mempunyai gaya tarik-menarik dengan batuan dan akan lebih
mudah mengalir.
Pada waktu reservoir mulai diproduksikan, dimana harga saturasi minyak
cukup tinggi dan air hanya merupakan cincin-cincin yang melekat pada batuan
formasi, butiran-butiran air tidak dapat bergerak atau bersifat immobile, dan
saturasi air yang demikian disebut residual water saturation. Pada saat yang
demikian minyak merupakan fasa yang kontinyu dan bersifat mobile.
Setelah produksi mulai berjalan, minyak akan terus berkurang digantikan
oleh air. Saturasi minyak akan semakin berkurang dan saturasi air akan terus
bertambah, sampai pada saat tertentu saturasi air akan menjadi fasa kontinyu, dan
minyak merupakan cincin-cincin. Pada saat ini, air bersifat mobile dan akan
bergerak bersama-sama minyak. Gambaran tentang water wet dan oil wet
ditunjukkan pada Gambar 2.14, yaitu pembasahan fluida dalam pori-pori batuan.
Fluida yang membasahi akan cenderung menempati pori-pori batuan yang lebih
kecil, sedangkan fluida tidak membasahi cenderung menempati pori-pori batuan
yang lebih besar.
27
a . O il W e t
b . W a te r W e t
P o re s p a c e o c c u p ie d b y H O
R o c k m a tri x
P o re s p a c e o c c u p ie d b y O il
cos wo PTwo oa
...................................... (2-22)
cos oa PToa wo
P
Two
oa
Contact Angle = cos wo P
.......................................... (2-23)
Toa
wo
dimana :
Cos wo = sudut kontak air dengan minyak dalam inti batuan
Cos oa = sudut kontak minyak dengan udara dalam inti batuan (=1)
PTwo
PToa
wo
oa
28
T h re s h o ld P re s s u re , m m H g
1000
500
300
100
50
30
10
0 .1
0 .3 0 .5 1 .0
10
30 50 100
300
1000
P e rm e a b ility , m D (a t a tm o s p h e r ic p r e s s u r e )
Gambar 2.15.Tekanan Threshold sebagai Fungsi dari Permeabilitas dan Wetabilitas 3)
81
18
140
72
10 m d
21
160
50 m d
24
63
120
54
100
45
80
36
60
27
40
18
20
15
12
9
6
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
A ir- W a te r C a p illa r y P r e s s u r e , p s i
( la b o r a to r y d a ta )
180
100 m d
27
200 m d
90
500 m d
200
900 m d
30
H ig h A b o v e Z e r o C a p illa r y P r e s s u r e , f t
O il- W a t e r C a p illa r y P r e s s u r e , p s i
(r e s e r v o ir c o n d itio n s )
29
W a t e r S a tu ra t io n , %
2.
Pa
h
Pa
Pw
Po b
B
B
a ir
h
Po a
w a te r
a . A ir - W a te r
Pw b
A
Pw a
B
B
O il
w a te r
b . O il - W a te r
Berdasarkan pada Gambar 2.17., sebuah pipa kapiler dalam suatu bejana
terlihat bahwa air naik ke atas di dalam pipa akibat gaya adhesi antara air dan
dinding pipa yang arah resultannya ke atas.
Gaya-gaya yang bekerja pada sistem tersebut adalah :
30
1.
Besar gaya tarik keatas adalah 2 rAT, dimana r adalah jari-jari pipa
kapiler.
2.
dengan gaya ke bawah yang menahannya yaitu gaya berat cairan. Secara
matematis dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut :
2 r A T r 2 h g ( w o ) ................................................. (2-23)
atau :
h
2 AT
r ( w o ) g
..................................................................... (2-24)
dimana :
h
2 cos
................................................................................ (2-26)
r
dimana :
Pc = tekanan kapiler
= tegangan permukaan minyak-air
31
dan jari-jari lengkungan bidang antar muka, dan dapat dinyatakan dengan
persamaan :
1
1
R2
R1
P c
.......................................................................... (2-27)
dimana :
R1 dan R2 = jari-jari kelengkungan konvek dan konkaf, inch
Rm
rt
R1 R 2
...................................... (2-28)
R1
R2
32
............... (2-29)
......................... (2-30)
........................ (2-31)
Saturasi fluida akan bervariasi dari satu tempat ke tempat lain dalam reservoir,
saturasi air cenderung untuk lebih besar dalam bagian batuan yang kurang
porous. Bagian struktur reservoir yang lebih rendah relatif akan mempunyai
Sw yang tinggi dan Sg yang relatip rendah, demikian juga untuk bagian atas
dari struktur reservoir berlaku sebaliknya. Hal ini disebabkan oleh adanya
perbedaan densitas dari masing-masing fluida.
33
Saturasi minyak dan saturasi gas sering dinyatakan dalam istilah pori-pori
yang diisi oleh hidrokarbon. Jika volume batuan adalah V, ruang pori-porinya
adalah .V, maka ruang pori-pori yang diisi oleh hidrokarbon adalah :
So V + Sg V = (1 Sw ) V .............................................. (2-34)
Pengukuran saturasi fluida dapat dilakukan dengan menggunakan metode
Vw
Vp
..................................................................................... (2-35)
So
Vo
Vp
...................................................................................... (2-36)
dimana:
Sw = saturasi air, fraksi
So = saturasi minyak, fraksi
Vw = volume air hasil kondensasi, cm3
Vo = volume minyak hasil kondensasi, cm3
2. Metode Distilasi
34
Dalam metode ini, core yang dianalisa ditimbang kemudian ditempatkan pada
timble yang diketahui beratnya dan dimasukkan dalam labu yang berisi cairan
toluena bertitik didih 112 oC. Pemanasan dilakukan untuk menguapkan air dan
toluena, selanjutnya uap yang terjadi dikondensasikan dan cairan yang
diperoleh dicatat volumenya. Pemanasan terus dilakukan sampai cairan yang
terkumpul dalam water trap konstan. Kemudian core diambil, dikeringkan dan
ditimbang. Saturasi fluida dapat dihitung sebagai berikut:
wt = wo ww ............................................................................ (2-37)
ww = Vw w ............................................................................. (2-38)
Vo
Vw
wo ww ww
.................................................................. (2-39)
wo ww wo
w
................................................................... (2-40)
dimana:
wt = berat total yang hilang, gr
ww = berat air, gr
wo = berat minyak, gr
Vw = volume air, cm3
Vo = volume minyak, cm3
w = berat jenis air, (= 1 gr/cc)
o = berat jenis minyak, gr/cc
Besarnya saturasi fluida dihitung dengan Persamaan (2-35) dan Persamaan
(2-36).
2.1.2.6. Kompressibilitas
Pada formasi batuan kedalaman tertentu terdapat dua gaya yang bekerja
padanya, yaitu gaya akibat beban batuan diatasnya (overburden) dan gaya yang
timbul akibat adanya fluida yang terkandung dalam pori-pori batuan tersebut.
35
Pada keadaan statik, kedua gaya berada dalam keadaan setimbang. Bila tekanan
reservoir berkurang akibat pengosongan fluida, maka kesetimbangan gaya ini
terganggu, akibatnya terjadi penyesuaian dalam bentuk volume pori-pori,
perubahan batuan dan
Menurut Geerstma (1957)
2)
1 dVr
.
.............................................................................. (2-41)
Vr
dP
36
Cp
dVp
1
.
Vp
dP *
............................................................................ (2-42)
dimana :
Vr = volume padatan batuan (grains)
Vp = volume pori-pori batuan
P = tekanan hidrostatik fluida di dalam batuan
P* = tekanan luar (tekanan overburden).
Hall (1953)2) memeriksa kompresibilitas pori, Cp, pada tekanan
overburden yang konstan, yang kemudian disebut kompresibilitas batuan efektif
dan dihubungkan dengan porositas, seperti terlihat pada Gambar 2.19. Dimana
kompresibilitas turun dengan naiknya porositas.
Terjadinya kompresibilitas batuan total maupun efektif karena dua faktor
yang terpisah. Kompressibilitas total terbentuk dari pengembangan butir - butir
batuan sebagai akibat menurunnya tekanan fluida yang mengelilinginya.
Sedangkan kompressibilitas effektif terjadi karena kompaksi batuan dimana fluida
reservoir menjadi kurang efektif menahan beban di atasnya (overburden). Kedua
faktor ini cenderung akan memperkecil porositas.