Penjaminan
Kualitas
Terhadap
Kajian Lingkungan Hidup Strategis
Pengelolaan Dan Pelestarian
Sumber Daya Air Provinsi Bali
ii
SAMBUTAN
DEPUTI MENLH BIDANG TATA LINGKUNGAN
iii
KATA PENGANTAR
iv
DAFTAR ISI
Pendahuluan...................................................................................................................................... 39
BAB II
Hasil Penyempurnaan Pelingkupan Serta Rumusan Sub-Tujuan dan Program Pembangunan Prioritas Pada Workshop II....................................................................................... 69
BAB VI Keterkaitan Isu Strategis Prioritas dengan Rpjpd, Rtrw dan Program Instansi Terkait
pada Workshop III............................................................................................................................. 91
BAB VII Prioritas Pembangunan.................................................................................................................. 99
BAB VIII Manajemen Dampak Dan Mitigasi...........................................................................................103
BAB IX Indikator Dan Monitoring............................................................................................................107
BAB X Rekomendasi....................................................................................................................................111
vi
1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Penjaminan kualitas ini dilakukan untuk Pengelolaan dan Pelestarian Sumber Daya Air di Provinsi Bali
pada tahun 2010 selanjutnya disebut KLHS Bali. KLHS
ini dilakukan dengan dukungan dari Kementerian
Dalam Negeri (Kemendagri) pada tahun 2011. Penjaminan kualitas ini dilakukan berdasarkan kriteria
penjaminan kualitas yang disarankan dalam Panduan Penjaminan Kualitas12.
Tujuan dilakukannya penjaminan kualitas ini adalah untuk mencermati kualitas proses pelaksanaan
KLHS Pengelolaan dan Pelestarian Sumber Daya Air
di Provinsi Bali dan mengujicobakan draft Panduan
Penjaminan Kualitas. Kesimpulan penjaminan kualitas ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak
terkait untuk menyempurnakan draft Panduan Penjaminan Kualitas dan memperhatikan lebih cermat lagi
proses pelaksanaan KLHS di masa datang dengan
memperhatikan kriteria penjaminan kualitas dalam
memastikan agar prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam KRP
yang dikaji serta dalam pengambilan keputusan
strategis untuk mendukung pembangunan yang
berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.
1.2. Pendekatan Penjaminan Kualitas KLHS
Laporan penjaminan kualitas ini didasarkan terutama kepada informasi yang tersedia dalam dokumentasi KLHS sebagaimana terlampir. Hasil dari penjaminan kualitas ini telah dibahas dalam Workshop
Penjaminan Kualitas KLHS di Denpasar, Bali pada
tanggal 29 Februari 2012.
dll.).
KLHS Bali melibatkan sejumlah pemangku kepentingan termasuk perwakilan pemerintah
provinsi dan lembaga-lembaga masyarakat
terkait (khususnya peran serta lembaga perencanaan dapat dianggap sangat penting).
KLHS Bali dilakukan dalam jangka waktu yang
singkat (kurang lebih 3 bulan), sehingga menyisakan hanya sedikit waktu untuk langkah-langkah
akhir dari kajian tersebut (perumusan rekomendasi dll.).
KLHS Bali semata-mata didasarkan pada konsultasi dengan para pemangku kepentingan, yakni
proses tersebut dilakukan melalui suatu rangkaian
yang terdiri dari tiga lokakarya (dan focus group
discussion internal dalam lingkup tim KLHS). Proses KLHS dalam yang tertuang dokumentasi KLHS
dibahas dalam lokakarya-lokakarya tersebut.
Karena pendekatan tersebut, dapat disimpulkan
bahwa KLHS Bali sampai taraf tertentu kekurangan analisis dan substansi, yang artinya kesimpulan dan rekomendasi didasarkan hanya pada
pendapat para pemangku keputusan dan tidak
didukung dengan data dan informasi terkait.
Walaupun dokumentasi KLHS tersebut memberikan gambaran umum tentang pendekatan dan
metodologi (namun demikian, sebagian besar
metode ditujukan kepada pemberian kemudahan
untuk pembahasan dan pengorganisasian masukan dari para pemangku kepentingan), tidak jelas
bagaimana metode-metode tertentu digunakan
(contohnya, disebutkan dalam dokumentasi KLHS
tersebut bahwa lembaran peta digunakan untuk
perumusan sub-tujuan dan prioritas pembangunan, tetapi tidak dijelaskan lebih jauh bagaimana
tepatnya metode tersebut dimanfaatkan dan apa
saja hasil-hasil utamanya).
Informasi dasar terbatas pada penjelasan tentang keadaan aktual di provinsi tersebut untuk
isu-isu yang terkait dengan sumber daya air (artinya tanpa informasi tentang kecenderungan dan
data time series), merupakan satu-satunya bagian
dari KLHS Bali, yang disusun oleh para ahli KLHS,
semua bagian lainnya mencerminkan hasil-hasil
dari pembahasan dengan para pemangku kepentingan.
KLHS Bali mendefinisikan prioritas-prioritas pembangunan untuk masing-masing isu strategis prioritas, yang dapat dipahami sebagai suatu bentuk
mitigasi tertentu. Sifat dari langkah-langkah mitigasi yang disarankan lebih umum dan terutama
dirumuskan sebagai tujuan-tujuan (contohnya
menambah ruang terbuka hijau atau memperbanyak penggunaan pupuk dan pestisida
organik), dan instruksi serta aktivitas yang lebih
spesifik tidak tersedia. Akan tetapi, hal tersebut
tampaknya sejalan dengan pendekatan keseluruhan terhadap KLHS Bali. Sebagaimana disebutkan
sebelumnya, tujuan utama adalah untuk menyarankan prioritas dan tujuan untuk pengelolaan
dan pelestarian sumber daya air.
Dokumentasi KLHS tersebut mudah dibaca dalam
hal penggunaan bahasa; akan tetapi, struktur dan
logika internal dari dokumen, terutama mengikuti lokakarya-lokakarya yang diselenggarakan dalam lingkup proses KLHS dan mencampuraduk-
3. Rekomendasi
untuk Perbaikan
Pelaksanaan KLHS
Dengan mempertimbangkan hasil evaluasi
umum, beberapa hal berikut ini adalah rekomendasi untuk peningkatan kualitas pelaksanaan KLHS di masa datang:
KLHS harus terfokus secara jelas pada suatu
KRP tertentu. Hanya beberapa masukan dari
KLHS yang tertuang dalam dokumentasi
KLHS dapat memberikan masukan ke dalam
proses-proses perencanaan dan pengambilan keputusan.
KLHS pada dasarnya harus mengevaluasi
dampak-dampak yang mungkin timbul (yang
disebabkan oleh pembangunan yang diusulkan dalam KRP) dan berdasarkan evaluasi
tersebut, KLHS harus menyarankan langkahlangkah terkait yang relevan untuk memitigasi dampak-dampak merugikan dan meningkatkan dampak-dampak positif ).
KLHS tidak boleh dipersepsikan hanya sebagai proses konsultasi. Meskipun konsultasi
dan peran serta para pemangku kepentin-
4. Hasil Penjaminan
Kualitas KLHS
Tabel 1 menyajikan hasil penjaminan kualitas KLHS
berdasarkan kriteria kualitas yang dituangkan dalam
bentuk pertanyaan-pertanyaan.
Tabel 1
Hasil Penjaminan kualitas KLHS
Komentar
No.
Pertanyaan untuk
Penjaminan kualitas
Evaluasi Deskriptif
1.1.1
1.1.2
Apakah mekanisme
pelaksanaan KLHS telah
direncanakan dan
dirancang sesuai dengan
KRP?
1.1.3
Apakah proses
perencanaan KRP
dipertimbangkan ketika
merancang proses KLHS?
Komentar
No.
Pertanyaan untuk
Penjaminan kualitas
Evaluasi Deskriptif
1.1.4
1.1.5
1.2
1.2.1
Apakah pemangku
kepentingan yang akan
dilibatkan dalam KLHS
diidentifikasikan pada
permulaan proses KLHS?
1.2.2
Apakah rencana
konsultasi dan partisipasi
dibuat?
1.2.3
1.2.4
Komentar
No.
Pertanyaan untuk
Penjaminan kualitas
Evaluasi Deskriptif
1.2.5
1.2.6
1.2.7
Apakah pemangku
kepentingan dikonsultasikan dengan cara dan
pada waktu yang
memberikan mereka
kesempatan awal dan
efektif dalam kerangka
waktu yang sesuai untuk
menyampaikan pendapat
mereka terhadap draf KRP
dan dokumentasi KLHS?
1.2.8
1.2.9
Komentar
No.
Pertanyaan untuk
Penjaminan kualitas
Evaluasi Deskriptif
1.2.10
1.3
1.3.1
1.3.2
Komentar
No.
Pertanyaan untuk
Penjaminan kualitas
Evaluasi Deskriptif
1.3.3
KLHSterutamadifokuskan padapengelolaan
sumber daya air dan konservasi, sertamembuat
sebuah daftarisuprioritas strategisdijabarkanke
dalam sub-sasarandan prioritas pembangunan.
Dokumentasi KLHSmenyediakan profil dari
Provinsi Bali (BabIII),yang selaininformasi
dasartentang administrasi pulau inimenyajikan
jugafakta tentangtopografi, morfologi, struktur
geologi,jenis tanah, iklim(termasukdata tentang
curah hujandan suhuudara), hidrologi danpotensi
sumber dayaair (dengangambaran rinci tentang
sungai, danau, kolam,waduk dan mata air) dan
kawasan hutan.Namun, mengingatfokus utama
dariKLHS, informasilebih rinci tentangkualitas air,
sumber-sumberpencemaran air, konsumsiair
sertamengenai statuskesehatandan keragaman
hutanseharusnya diberikan. KLHS juga
harustelah menggambarkanaspekutama dari
kesehatan masyarakat(misalnyastatuspenyakit
yang terbawa air,dll.)dan pertumbuhan
penduduk.
1.3.4
Apakah diterangkan
dengan jelas bagaimana
isu strategis telah
didefinisikan?
KLHSterutamadifokuskan padapengelolaan
sumber daya air dan konservasi, sertamembuat
sebuah daftarisuprioritas strategisdijabarkanke
dalam sub-sasarandan prioritas pembangunan.
Dokumentasi KLHS menjelaskan bahwasatu setisu
prioritasstrategisdikembangkan melaluikonsultasi dengan pihak terkait(dalambentukserangkaian lokakarya),namun tidak memberikanindikasi
yang jelasjikasemua isuyang awalnya disarankandapat diterimadan apamekanismeuntuk
seleksiisuke daftarakhir.
1.3.5
Komentar
No.
10
Pertanyaan untuk
Penjaminan kualitas
Evaluasi Deskriptif
1.3.6
1.4
IDENTIFIKASI KRP
1.4.1
1.4.2
1.4.3
Komentar
No.
Pertanyaan untuk
Penjaminan kualitas
Evaluasi Deskriptif
1.4.4
Apakah bagian-bagian
KLHS tersebut tidak terkait dengan suatu KRP
dari KRP yang mempunyai tertentu.
dampak strategis
lingkungan hidup
diidentifikasikan dan
dijelaskan.
1.5
1.5.1
b. perkiraan mengenai
dampak dan risiko
lingkungan hidup
c. kinerja layanan/jasa
ekosistem
X -KLHSditanganisejumlah aspekdalam
bentukisustategic
11
Komentar
No.
12
Pertanyaan untuk
Penjaminan kualitas
Evaluasi Deskriptif
1.5.2
1.5.3
Apakah perkembangan
kecenderungan pada
masa lalu hingga saat ini
dianalisis untuk isu-isu
strategis?
1.5.4
Komentar
No.
Pertanyaan untuk
Penjaminan kualitas
Evaluasi Deskriptif
1.5.5
Tanpa diterapkannya
suatu KRP, apakah
kecenderungan isu-isu
strategis pada masa
depan dianalisis?
1.5.6
1.5.7
Seperti telahdijelaskan,KLHSterutamadifokuskan
pada pengelolaan sumber daya airdan konservasi,
sertamembuat sebuah daftarisustrategis
prioritasdijabarkanke dalam sub-sasarandan
prioritaspembangunan. Prioritasisu strategisdapat dipahami sebagaimenyajikan masalah
utama lingkungan.Untuk setiapisu strategislokasi, faktor penyebab, dan dampak
/implikasi/konsekuensi didefinisikanmelalui
konsultasidengan para pemangku kepentingan
yang relevan(dalambentukserangkaian
lokakarya).
1.5.8
1.5.9
13
Komentar
No.
14
Pertanyaan untuk
Penjaminan kualitas
Evaluasi Deskriptif
1.5.10
1.5.11
1.5.12
Komentar
No.
Pertanyaan untuk
Penjaminan kualitas
Evaluasi Deskriptif
1.5.13
1.5.14
1.5.15
KLHS tersebut terutama hanya menyoroti dampakdampak negatif, artinya berdasarkan pembahasan
tentang permasalahan utama yang terkait dengan
pengelolaan dan pelestarian sumber daya air,
dokumentasi KLHS tersebut menyarankan prioritas
dan tujuan yang dimaksudkan untuk memperbaiki
keadaan saat ini.
1.5.16
15
Komentar
No.
16
Pertanyaan untuk
Penjaminan kualitas
Evaluasi Deskriptif
1.5.17
Apakah dampak
kumulatif
dipertimbangkan dalam
pengkajian?
1.5.18
Apakah karakteristik
dampak (keadaan,
signifikansi, probabilitas,
lingkup dan jangkauan,
frekuensi dan durasi,
keterbalikkan/
reversibility) dijelaskan?
1.5.19
Apakah dampak
dikuantifikasikan jika
mungkin?
1.5.20
Apakah pengkajian dampak didukung oleh perhitungan, contoh, referensi kepada kepustakaan
nasional dan internasional
dll.?
Komentar
No.
Pertanyaan untuk
Penjaminan kualitas
Evaluasi Deskriptif
1.5.21
1.5.22
Apakah potensi
ketidakpastian dalam
pengkajian dampak
dijelaskan?
Tidak.
Apakah semua alternatif Tidak tidak ada alternatif yang disarankan / dikaji,
yang diusulkan oleh KRP karena KLHS tidak melekat kepada suatu KRP
dikaji berdasarkan analisis tertentu.
dampak dari KLHS?
2.2
Apakah potensi
timbulnya dampak dari
setiap alternatif
dideskripsikan dengan
jelas?
2.3
Apakah diberikan
peringkat alternatif (bila
disarankan oleh KRP)?
2.4
Apakah KLHS
merekomendasikan
alternatif dengan kinerja
lingkungan hidup /
pembangunan
berkelanjutan yang lebih
baik dibandingkan
dengan alternatif yang
disarankan oleh KRP?
2.5
17
Komentar
No.
2.6
Pertanyaan untuk
Penjaminan kualitas
Evaluasi Deskriptif
Apakah dalam
Tidak -tidak adaalternatifyang disarankan/ dinilai,
membangun alternatif
karenaKLHS tidakterikat padaKRPtertentu.
diberikan arahan atau
rambu-rambu mitigasi;
penyesuaian ukuran,
skala, dan lokasi;
penundaan, perbaikan
urutan; pengubahan KRP?
BAGIAN 3: REKOMENDASI PERBAIKAN KRP DAN PENGINTEGRASIAN HASIL KLHS
18
3.1
Apakah rekomendasi
Tidak -tidak adaalternatifyang disarankan/ dinilai,
didasarkan pada alternatif karenaKLHS tidakterikat padaKRPtertentu.
KRP?
3.2
3.3
Apakah rekomendasi
Tidak dapat dievaluasi-perludidiskusikan
KLHS didiskusikan
dengantimKemendagri.
dengan pembuat KRP dari
sudut pandang
sumberdaya yang ada?
Jika demikian, apakah
hasil diskusi ini
diintegrasikan dalam
kesimpulan KLHS?
3.4
Apakah rekomendasi
KLHSinitidak terikat padaKRPtertentu, sehingga
dalam bentuk perbaikan rekomendasi yang dirumuskan olehKLHStidak
rumusan dan/atau isi dan/ terkait denganKRP.
atau substansi dari KRP?
3.5
Komentar
No.
Pertanyaan untuk
Penjaminan kualitas
Evaluasi Deskriptif
3.6
3.7
3.8
19
Komentar
No.
20
Pertanyaan untuk
Penjaminan kualitas
Evaluasi Deskriptif
3.9
3.10
Jika beberapa
rekomendasi dan saran
belum terintegrasi,
apakah dalam keputusan
persetujuan terhadap
rancangan akhir KRP
diberikan penjelasan?
3.11
Apakah KLHS
menyarankan indikatorindikator untuk
pemantauan dampak
terhadap lingkungan
hidup?
Ya
3.12
3.13
Ketika pemantauan
mungkin mengungkapkan pengaruh buruk yang
signifikan,, apakah KLHS
menunjukkan tindakantindakan yang perlu
dilakukan untuk
menanggulangi
pengaruh buruk ini?
Komentar
No.
Pertanyaan untuk
Penjaminan kualitas
Evaluasi Deskriptif
Apakah dokumentasi
KLHS jelas dan ringkas
dalam tataletak dan
penyajiannya?
4.2
Apakah dokumentasi
KLHS menggunakan
bahasa yang mudah dan
jelas dan menghindari
atau menjelaskan istilah
teknis?
21
Komentar
No.
22
Pertanyaan untuk
Penjaminan kualitas
Evaluasi Deskriptif
4.3
Apakah dokumentasi
KLHS berisikan ringkasan
non-teknis?
Tidak
4.4
Apakah dokumentasi
KLHS menggunakan peta
dan ilustrasi lainnya, bila
diperlukan?
4.5
Apakah dokumentasi
KLHS memuat hasil
pelaksanaan penapisan,
apabila dilakukan (untuk
KRP yang bukan wajib
melakukan KLHS)?
Penapisantidak dilakukan.
4.6
Apakah dokumentasi
KLHS memuat hasil
identifikasi pemangku
kepentingan?
Tidak
4.7
Apakah dokumentasi
KLHS memuat hasil
identifikasi isu strategis
pembangunan
berkelanjutan?
4.8
Apakah dokumentasi
KLHS memuat hasil
pengkajian pengaruh KRP
yang signifikan terhadap
isu strategis?
4.9
Apakah dokumentasi
KLHS memuat rumusan
tindakan mitigasi?
4.10
Apakah dokumentasi
Tidak -KLHStidak terikat padaKRP tertentu.
KLHS memuat rumusan
alternatif penyempurnaan
KRP?
4.11
Apakah dokumentasi
KLHS memuat
rekomendasi perbaikan
untuk pengambilan
keputusan KRP?
4.12
Apakah dokumentasi
KLHS menjelaskan
pendekatan menyeluruh
terhadap KLHS?
Komentar
No.
Pertanyaan untuk
Penjaminan kualitas
Evaluasi Deskriptif
4.13
Apakah dokumentasi
KLHS memuat rangkaian
urutan tahapan
pelaksanaan KLHS yang
dikerjakan?
4.14
Apakah dokumentasi
KLHS menjelaskan
metodologi yang
digunakan dalam
analisis-analisis?
4.15
Apakah dokumentasi
KLHS mengidentifikasi
sumber informasi,
termasuk pendapat dan
penilaian ahli?
4.16
Apakah dokumentasi
KLHS menjelaskan siapa
yang dikonsultasikan,
metode apa yang
digunakan dalam
kegiatan konsultasi, dan
bagaimana kesimpulan
dari konsultasi telah
dipertimbangkan dalam
KLHS dan/atau KRP?
Pendekatan terhadap KLHS untuk Bali sematamata didasarkan kepada konsultasi dan
kesimpulan dari pembahasan yang menyajikan
masukan-masukan utama untuk kajian tersebut
(dan pada kenyataannya menyajikan kajian itu
sendiri). Dokumentasi KLHS tersebut menyajikan
metode-metode dan perangkat yang digunakan
dalam proses KLHS dalam Bab II, akan tetapi, tidak
ditunjukkan secara jelas bagaimana komentarkomentar dan pendapat-pendapat yang diajukan
oleh para pemangku kepentingan digunakan
(apakah semuanya digunakan atau bagaimana
pemilihan / pengelompokan (clustering) dilakukan,
dll.). Dokumentasi KLHS tersebut tidak
memberikan informasi apapun tentang para
pemangku kepentingan yang terlibat para
pemangku kepentingan mana saja yang berperan
serta, bagaimana mereka diidentifikasi, dll.
Dengan mempertimbangkan
pendekatan terhadap KLHS untuk
Bali, yang terutama didasarkan
pada keterlibatan para pemangku
kepentingan, dapat direkomendasikan bahwa informasi yang
lebih spesifik tentang konsultasi
dengan para pemangku kepentingan seharusnya diberikan
dalam dokumentasi KLHS tersebut
khususnya yang terkait dengan
komentar-komentar dan pendapat-pendapat yang diutarakan
dan cara mengintegrasikan /
menggunakannya dalam kajian
tersebut.
23
Komentar
No.
24
Pertanyaan untuk
Penjaminan kualitas
Evaluasi Deskriptif
4.17
4.18
Apakah dokumentasi
KLHS mendeskripsikan
kesulitan teknis,
prosedural dan lainnya?
No.
4.19
Apakah dokumentasi
KLHS memuat laporan
pelaksanaan, metode dan
kesimpulan dari setiap
pembahasan dan
konsultasi publik (yaitu
undangan, daftar hadir,
notulen atau berita
acara)?
Dokumentasi KLHShanya menyediakankesimpulan daripertemuan dan diskusiyang diselenggarakan dalamprosesKLHS,tetapi tidak ada
dokumentasidalam bentukundangan, risalahdari
pertemuan,dll. yang terlampirpada dokumentasi
KLHS.
4.20
Lampiran
Dokumentasi KLHS
Pengelolaan dan Pelestarian
Sumber Daya Air di Provinsi Bali
25
EXECUTIVE SUMMARY
Environmental problems are increasingly widespread and complex today, suspected of planning
stems from a bias between the priority of economic
growth rather than ecology. So it accumulates in the
form of an environmental crisis environmental disaster, increasing the rate of natural resource degradation and environmental pollution. As a result, the cost
(cost) of environmental impacts that must be borne
by society and government is much greater than the
benefits (benefits) gained economies.
One of the problems faced by the Bali Regional
sustainable development that includes three policy
scope of the sustainability of economic development, social and cultural development and environmental protection are water resources. Water
resource problems are not just about the nature of
scarcity and uneven distribution in terms of quantity,
but there has been a tendency for the available water
resources are inadequate to be utilized for the benefit of humans and other living things because it has
been a decline in water quality due to contaminated
or polluted by a number of materials and / or substance destructive power of water.
In an effort to ensure that the principles of sustainable development has become a fundamental
and integrated in the development of an area and /
or policies, plans, and / or program the Government
is obliged to implement the Regional Strategic Environmental Assessment (KLHS) into the formulation
or evaluation of spatial plans (Spatial ) along with
detailed plans, long-term development plan (RPJP),
and medium term development plan (Development
Plan) and district / city; and policies, plans, and / or
program (KRP) that could potentially impact and /
or environmental risk Provincial Government Bali in
2010 was implementing KLHS through the facilita-
26
27
Table A.
Description of Strategic Priority Issues Agreements Workshop I
No Priority Strategic
Issues
A
FIELD OF PHYSICAL-CHEMICAL
B.
1
C.
1
28
Location
Causes
Impact / Implications /
Konskuensi
Water shortages during
the dry season
Decreased use of
water resources, the
emergence of disease,
floods, disruption of
water biota
Open space becomes
narrow, reduced
water catchment
areas, decreasing the
carrying capacity of the
environment
Hazard reduction in
the groundwater, soil
subsidence occurs
Groundwater quality to
decline
Damage to the
hydrological system,
biodiversity decline
Not to unequal
distribution and public
access to natural
resources
Conflicts of interest
utilization of water
resources
D.
1.
ECONOMIC AFFAIRS
Not optimal incentive
and disincentive
programs for the
region upstream
No source of water,
topography, infrastructure
and distribution network
of water reservoirs is still
lacking,
29
30
integrated
1. Control and efficiency of utilization of
ground water
2. Enhancement of green open space
3. Conservation of water resources and soil
B.1 The issue of continued high destruction /
disturbance of forests has one response group
and the three subgroups of the response in its
development priorities, namely:
Protection and maintenance of forest
1. Forest and land rehabilitation of critical
2. Development of community forestry
3. Increased surveillance and law enforcement
B.2 The issues of declining biodiversity has one
response group and six subgroups of the
response in its development priorities, namely:
Conservation of biodiversity
1. Controlling the use of fertilizers and
pesticides
2. Breeding species and germplasm protection
3. Supervision and law enforcement use and
distribution of biodiversity are protected
4. Development of biodiversity data base
5. Increasing diversification of food
6. Increase in organic farming
C.1 The issue of law enforcement is still weak in water
resources management and protection in a broad
sense Subak has one response group and four
subgroups of the response in its development
priorities, namely:
Law enforcement in an integrated
1. Increased institutional capacity of law
enforcement
2. Compliance with the implementation of
spatial
3. Increased awareness and empowerment
4. The application of sanctions law firm and
consistent
C.2 The issue of inequality in the distribution and
not yet public access to water resources have
a response groups and seven subgroups of the
response in its development priorities, namely:
Increased public water service
1. Improved facilities and public water services
infrastructure (piping)
2. Increased production capacity of raw water
31
Table B.
The linkage between the response to the management and impact mitigation
RESPONSE
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Supported by:
Environment Agency: information, communication and
education
3.
32
33
Conservation of biodiversity
1.
2.
3.
Supported by:
4.
5.
6.
4.
Development of IEC
1.
2.
3.
34
Incentives farm
2.
Development agropolitan
1. Development of rural infrastructure that supports
agriculture
2. Intensification of agriculture to commodity
3. Subsidies of agricultural production facilities and
infrastructure
Empowerment of rural communities
1.
2.
35
Table C.
Monitoring and evaluation indicators
Priority strategic issues
Sub-goals
Monitoring Indicators:
Discharge of river water and springs, the
lake water surface level
Period: 3 months
Continuous measurements of rainfall
Period: every day
Evaluation:
Discharge data of river water and
springs surface of the lake water level
and rainfall data
(Ecological water balance)
The high level of
Control of groundwater exploitation in order
Monitoring Indicators:
groundwater exploitation
to prevent sea water intrusion, degradation of
Measurements of groundwater levels in
land which later can prevent degradation of land
test wells
surface hydrological cycle as well as keeping in
Installation of water meters AT
line with efforts to improve effesiensi water use,
Water level measurements in wells
performance improvements and optimizing PDAM Evaluation:
utilization of surface water
Groundwater level data and data
extraction of ground
Sea water intrusion in some Carry out planning, controlling and monitoring
Monitoring Indicators:
areas in Bali
the utilization of ground water by improving water Measurement of groundwater quality in
infrastructure development in a fair and equitable test wells
Period: 1 month
Population of well water quality
measurements
Period: 6 months
Measurement of soil surface elevation
Period: 1 year
Evaluation:
Groundwater quality data (an indicator
of seawater intrusion)
Ground surface elevation data
Not to unequal distribution Equitable distribution of and access to primary
Monitoring Indicators:
and public access to the SD water to prevent conflicts among communities,
Coverage of water services
Air
increasing degree of life, economic enterprise
Period: 1 year
development, food availability through the
Water Production
preservation of the ecosystem balance is
Period: 1 month
maintained so that Subak
Water needs
Period: 1 year
Evaluation:
Data coverage of water services
Data production and distribution
Water demand data
Conflicts of interest
Prevention of conflicts of interest of Water
Monitoring Indicators:
utilization of water resources Resources through equitable distribution of water, The intensity of the conflict and the
conservation of water resources, preservation of
conflict pihak2
infrastructure and facilities so that the creation of
Period: 6 months
harmony among water users in accordance with
Evaluation:
the rules / by-laws applicable
Data pihak2 many conflicts and
conflicting
36
Monitoring Indicators:
Violations of forest
Period: 1 month
Evaluation:
Data breach forest
Monitoring Indicators:
Population levels and biodiversity of
flora and fauna
Period: 1 year
Evaluation:
Data populations of flora and fauna
biodiversity
Decreased levels of
biodiversity
Monitoring Indicators:
The intensity of negative news about
the environment conducted at least
every month
Evaluation: the amount of coverage
Monitoring Indicators:
Public complaints about the incentives
of upstream regions
Evaluation: The number of public
complaints
Monitoring Indicators:
The results of water quality test
performed at least once every 6 months
Evaluation: Data quality of surface water
(rivers and lakes)
Monitoring Indicators:
Widespread conversion of agricultural
land into non-agricultural every once
a year
Evaluation: data area land use
Monitoring Indicators:
Bali population growth rate is held
every year
Evaluation: Population data
Recommendation
To be able to preserve existing water resources in
the province of Bali so that utilization can be distributed evenly to all corners of the island of Bali for the
Bali Green Province as well as to dampen the thirteen
priority strategic issues that have been agreed then
presented the following recommendations:
1. In order to overcome the decrease in surface
water discharge to inadequate water needs
of the community it is necessary to increase
37
38
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Permasalahan lingkungan yang semakin meluas
dan semakin kompleks dewasa ini, ditengarai
diantaranya karena bermula dari perencanaan
pembangunan yang bias pertumbuhan ekonomi
ketimbang ekologi. Sehingga sebagai akumulasinya
dalam dekade terakhir ini terjadi krisis lingkungan
berupa bencana lingkungan, peningkatan laju
kerusakan sumberdaya alam dan pencemaran
lingkungan. Sebagai akibatnya, biaya (cost) dampak
lingkungan hidup yang harus ditanggung oleh
masyarakat dan pemerintah jauh lebih besar
ketimbang manfaat (benefit) ekonomi yang
diperoleh.
Pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan
sebagai landasan operasional
pelaksanaan
pembangunan sebagaimana tertuang dalam UUD
dan Undang-Undang seyogyanya ditempatkan
sejak awal proses penetapan strategi pembangunan
baik pada perencanaan pembangunan berjangka,
penataan ruang maupun pembangunan sektoral.
Hal ini diperlukan untuk memastikan bahwa bahwa
prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi
dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu
wilayah dan atau kebijakan, rencana dan/atau
program.
Daerah Provinsi Bali merupakan satu kesatuan
ruang dan satu kesatuan ekosistem pulau kecil. Bali
secara kewilayahan relatif kecil dan tidak memiliki
sumber daya alam yang melimpah, namun memiliki
keunggulan komparatif dari segi keunikan budaya
dan keindahan alam. Perpaduan yang harmonis
antara potensi kebudayaan yang bercorak agraris
dan sumberdaya manusia yang kreatif dengan
dukungan keindahan alam merupakan modal dasar
untuk menopang keunggulan kompetitif daerah Bali
39
40
1.2.2. Tujuan
Workshop II Kajian Lingkungan Hidup Strategis
(KLHS) merupakan penyempurnaan tahap pelingkupan dari proses KLHS Sumberdaya Air di Provinsi Bali
bertujuan untuk:
1. Mengidentifikasi isu-isu strategis prioritas tambahan pembangunan berkelanjutan berkaitan
dengan pengelolaan sumberdaya air serta
dampak penting yang perlu dikaji dan menjadi
pertimbangan dalam studi KLHS;
2. Merumuskan beberapa sub-tujuan KLHS pengelolaan sumberdaya air Provinsi Bali berdasarkan isu-isu strategis prioritas yang disepakati.
3. Menyusun daftar program pembangunan prioritas pada masing-masing isu strategis prioritas dan sub-tujuan.
1.3. Sasaran dan Output
1.3.1. Sasaran
Sasaran Workshop II Kajian Lingkungan Hidup
Strategis (KLHS) Sumberdaya Air di Provinsi Bali
adalah disepakatinya isu-isu strategis prioritas yang
disertai dengan masing-masing sub-tujuan dan program prioritas pembangunan sumberdaya air dalam
rangka pembangunan berkelanjutan yang harus
dikaji dan dipertimbangkan dalam kebijakan, rencana dan program (KRP).
1.3.1. Output
Output dari pelaksanaan Workshop II KLHS Sumberdaya Air Provinsi Bali adalah Laporan Penyempurnaan Pelingkupan KLHS Pengelolaan Sumberdaya
Air Provinsi Bali.
BAB II
1.1. Pendekatan
Pendekatan yang digunakan dalam proses penyempurnaan pelingkungan KLHS Sumberdaya Air
di Provinsi Bali sama dengan pendekatan yang digunakan pada Workshop I, yaitu merupakan pengkombinasian dari pendekatan pendekatan teknokratik
dan pendekatan partisipatif.
A.
Pendekatan Teknokratik
Pendekatan teknokratik dalm proses pelingkupan KLHS Sumberdaya Air di Provinsi Bali dilaksanakan dengan menggunakan metode dan kerangka
berpikir ilmiah. Integrasi antara ilmu pengetahuan
dan prinsip-prinsip pengelolaan sumberdaya air secara terpadu di Bali sebagai satu kesatuan ekosistem
pulau kecil didasarkan pada input data dan informasi ilmiah yang valid untuk memberikan berbagai
alternatif dan rekomendasi bagi pengambil putusan
dengan mempertimbangkan kondisi dan karakteristik sosial, budaya, ekonomi, kelembagaan dan biogeofisik lingkungan hidup.
Dalam proses KLHS Sumberdaya Air di Provinsi
a.
B.
Pendekatan Partisipatif
Pendekatan partisipatif dalam proses pelingkupan KLHS Sumberdaya Air di Provinsi Bali ini adalah
proses pelibatan peran serta masyarakat, khususnya terkait upaya menjamin adanya representasi
masukan masyarakat untuk menghasilkan suatu
keputusan (alternatif rekomendasi KRP). Hal ini sejalan prinsip perencanaan pengelolaan lingkungan
hidup diantaranya dengan melibatkan peran serta
masyarakat setempat dan pemangku kepentingan
lainnya untuk menggalang aspirasi masyarakat.
Pasal 18 ayat (1) UU No. 32 Tahun 2009 tentang Pengendalian dan Pengelolaan Lingkungan Hidup juga
mengamanatkan bahwa KLHS dilaksanakan dengan
melibatkan masyarakat dan pemangku kepentingan.
41
42
Gambar 1.
Proses Penyempurnaan Pelingkupan, Perumusan Sub-Tujuan dan Program
Pembangunan Prioritas dalam KLHS Sumberdaya Air di Provinsi Bali
PROSES
INPUT
OUTPUT
Tahap I
Identifikasi Isu-Isu
Strategis Tambahan dari
Komponen-Komponen
Masyarakat
FGD
ISU-ISU STRATEGIS
PRIORITAS KESEPAKATAN
WORKSHOP I
Tahap II
Sisntesis dan
Finaslisasi Isu-Isu
Strategis Prioritas
DESKRIPSI ISU-ISU
STRATEGIS PRIORITAS
FINAL
SASARAN KLHS
CAKUPAN WILAYAH
KAJIAN
JANGKA WAKTU KAJIAN
Diskusi
Stakeholder
Tahap III
Rumusan Sub-tujuan
masing-masing Isu
Strategis Prioritas
Diskusi
Kelompok &
Panel
DESKRIPSI ISU-ISU
STRATEGIS PRIORITAS
FINAL
SASARAN KLHS
CAKUPAN WILAYAH
KAJIAN
JANGKA WAKTU KAJIAN
SUB-TUJUAN MASINGMASING ISU STRATEGIS
Tahap IV
Perumusan
Program Prioritas
Rumusan Program
Pembangunan Prioritas
masing-masing Sub-Tujuan
dan Isu Strategis
Diskusi
Kelompok &
Panel
1.3. Metodologi
Penyempurnaan pelingkupan dalam KLHS Sumberdaya Air di Provinsi Bali menggunakan beberapa
metode yaitu:
1. Metode brainstorming.
Metode bertukar fikiran dengan banyak orang
dalam suatu pertemuan untuk menyimak berbagai jenis informasi/alternatif terkait dengan topik
yang didiskusikan. Setiap peserta diskusikan, berdasarkan prinsip-prinsip kesetaraan, keterbukaan
dan demokratis difasilitasi untuk secara leluasa
43
44
4. Metode Matrik
Metode matrik digunakan untuk melihat hubungan antara satu komponen dengan komponen
lain. Metode matrik dalam proses penyempurnaan pelingkupan KLHS ini digunakan pada finalisasi isu-isu strategis prioritas, perumusan subtujuan dan program pembangunan prioritas.
5. Metode Network/Flowchart
Metode network/flowchart untuk melihat pengaruh satu komponen terhadap komponen yang
lain baik langsung maupun tidak langsung. Metode ini digunakan dalam finalisasi isu-isu strategis prioritas, perumusan sub-tujuan dan program
pembangunan prioritas.
6. Metode Analogi
Metode analogi merupakan peramalan berdasarkan atas kondisi sejenis yang terjadi di tempat/
waktu yang berbeda. Metode analogi dalam
proses penyempurnaan pelingkupan ini digunakan pada identifikasi tambahan isu-isu sumberdaya air/isu-isu lingkungan dan perumusan isuisu strategis dan prioritas.
BAB III
45
Gambar 2
Luas Wilayah, Jumlah Kecamatan dan Jumlah Desa/Kelurahan di
Provinsi Bali menurut Kabupaten/Kota
1.2. Fisiografi
1.2.1 Topografi
Rilief Pulau Bali merupakan rantai pegunungan
yang memanjang dari Barat ke Timur. Di antara pegunungan tersebut terdapat gunung berapi yang
masih aktif yaitu Gunung Batur (1.717 m) dan Gunung Agung (3.142 m). Rantai pegunungan yang
membentang di sepanjang Pulau Bali menyebabkan
morfologi wilayah Pulau Bali terbagi menjadi beber-
Gambar 3
Peta Topografi Wilayah Provinsi Bali
46
1.2.2. Morfologi
Konsekuensi dari pola rantai pegunungan dan
perbukitan yang membenrtang di Pulau Bali adalah
kemiringan lahan didominasi oleh kemiringan lereng diatas 15%. Lahan dengan kemiringan antara
15 - 40% luasnya mencapai 171.932 ha atau 30,50%
dari luas wilayah dan kemiringan diatas 40% luasnya 160.908 ha (28,55%). Kemiringan lahan 15 - 40%
dominan terdapat di wilayah bagian tengah Pulau
Bali meliputi deretan pegunungan yang membentang dari arah barat ke timur, yaitu Kabupaten Jembrana, Tabanan, Klungkung, Bangli dan Karangasem.
Kemiringan melebihi 40% merupakan daerah perbukitan dan sebagian Pulau Nusa Penida. Sedang
kan lahan dengan kemiringan 0 - 2% luasnya hanya
106.775 ha (18,94% dan kemiringan 2 - 15% luasnya
124.051 ha (22,01%). Lahan yang didominasi oleh
kemiringan lahan kurang dari 15% adalah Kota Denpasar, Kabupaten Gianyar dan Badung (Gambar 4).
mukaan laut. Bersamaan dengan pengangkatan terjadi pergeseran yang menyebabkan berbagai bagian
tersesarkan satu terhadap yang lainnya. Umumnya
sesar ini terbenam oleh batuan organik atau endapan
yang lebih muda. Dalam hal ini selama masa Pliosin
di lautan sebelah utaranya terjadi endapan berupa
bahan yang berasal dari endapan yang kemudian
menghasilkan Formasi Asah. Di barat laut setidaknya
sebagian dari batuan muncul di atas permukaan laut.
Sementara itu, semakin ke barat pengendapan batuan karbonat semakin dominan. Seluruh jalur itu pada
akhir masa Pleosin terangkat dan tersesarkan terjadi
pengangkatan. Kegiatan gunung api lebih banyak
terjadi di daratan yang menghasilkan gunung api
dari barat ke timur. Seirama dengan terjadinya dua
kaldera yaitu mula-mula kaldera Buyan-Beratan dan
kemudian kaldera Batur. Pulau Bali masih mengalami
gerakan yang menyebabkan pengankatan di bagian
utara. Akibat Formasi Palasari terangkat ke atas per-
Gambar 4
Peta Kemiringan Lahan Wilayah Provinsi Bali
mukaan laut dan Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang utara selatan yang tidak simetris,
di bagian selatan lebih landai daripada bagian utara.
Keadaan geologi Bali disajikan pada Gambar 5.
Stratigrafi regional berdasarkan Peta Geologi Bali
(Purbo-Hadiwidjojo, 1971) dalam Bappeda Provinsi
Bali (2006), geologi Bali tergolong masih muda. Ba
tuan tertua kemungkinan berumur Miosen Tengah.
Stratigrafi Bali menurut kala Geologi adalah sebagai
berikut:
47
Gambar 5
Peta Geologi Provinsi Bali
48
Gambar 6
Peta Jenis Tanah di Provinsi Bali
Gambar 7
Peta Tipe Iklim Klasifikasi Schmidt-Ferguson di Provinsi Bali
49
1.3. Iklim
1.3.1. Tipe Iklim
Secara umum kondisi cuaca dan iklim daerah Bali
sangat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti: interakti laut-atmosfer, aktivitas konvergensi, pertemuan
massa udara dari belahan bumi utara dan selatan,
tumbuhnya pusat tekanan rendah dan pengaruh
kondisi lokal setempat. Berdasarkan data rata-rata
curah hujan bulanan, daerah Bali memiliki pola curah
hujan monsun. Pola monsum terjadi akibat proses
sirkulasi udara yang berganti arah setiap enam bulan sekali yang melintas di wilayah Indonesia, yang
dikenal dengan monsun barat dan monsun timur.
Monsun barat umumnya menimbulkan banyak hujan (musim hujan) yang terjadi sekitar bulan Januari, monsun timur umumnya menyebabkan kondisi
kurang hujan (musim kemarau) yang terjadi sekitar
bulan Agustus.
Gambar 8.
Curah Hujan Tahunan Rata-Rata menurut Kab/Kota di Provinsi
Bali Tahun 2008
50
tahun 2008.
1.3.3. Suhu Udara
Suhu rata-rata bulanan di Provinsi Bali pada tahun
2008 berkisar 25,0 27,1 oC. Suhu rata-rata bulanan
tertinggi terjadi pada Oktober dan terendah pada
bulan Juli (Gambar 10). Bulan Oktober merupakan
suhu rata-rata bulanan tertinggi di seluruh wilayah
Kabupaten/Kota, dimana pada bulan tersebut rata-
Gambar 9
Curah Hujan Rata-Rata Bulanan di Provinsi Bali Tahun 2008
Gambar 10
Suhu Rata-Rata Bulanan di Provinsi Bali Tahun 2008
51
Gambar 11
Suhu Rata-Rata Bulanan Terendah dan Tertinggi menurut
Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 2008
26,1
27,9
26,2
28,1
25,9
28,1
25,5
28,0
26,1
28,6
26,1
28,2
20
Tertinggi
26,0
27,6
25
18,0
20,1
30
24,4
27,4
Terendah
35
Bad
Gia
Klu
Bang
Kar
Bul
Den
15
10
5
0
Jem
Tab
Gambar 12
Peta Sungai dan Sub Satuan Wilayah Sungai di Provinsi Bali
52
53
54
Tabel 2.
Karakteristik Danau di Bali
No
1
2
3
4
Nama
Danau
Batur
Beratan
Buyan
Tamblingan
Jumlah
Kab/
Kota
Bangli
Tabanan
Buleleng
Buleleng
Daerah
Luas
Tangkapan Permukaan
(km2)
(km2)
105,35
16,05
13,4
4,38
24,1
3,67
9,2
1,15
Kedalaman
Rata-Rata
(m)
50,8
12,8
31,7
23,5
Panjang
(km)
Lebar
(km)
7,7
2,0
3,7
1,8
2,7
2,0
1,5
0,9
Vol Air
(juta m3)
815,38
49,22
116,25
27,00
1.007,85
55
Tabel 3.
Karakteristik Waduk dan Embung di Provinsi Bali
No
1
2
3
4
5
Nama Waduk/
Embung
Kabupaten/
Kota
Waduk Palasari
Waduk Gerokgak
Waduk Telaga Tunjung
Waduk Muara
Embung Seraya
Jumlah
Jembrana
Buleleng
Tabanan
Denpasar
Karangasem
Daerah
Tangkapan
(km2)
4.230
2.850
950
2.255
250
Luas
Permukaan
(ha)
87
350
17
35
2
Kedalaman
(m)
Vol Air
(juta m3)
29
42
33
2
4
8,00
3,75
1,26
0,42
0,10
13,53
Gambar 13
Peta Danau, Waduk dan Embung di Provinsi
Bali
56
Tabel 4.
Kondisi Mata Air di Provinsi Bali
No
1
2
3
4
5
6
7
8
Kabupaten/
Kota
Jembrana
Tabanan
Badung
Gianyar
Klungkung (daratan)
Klungkung (Nusa Penida)
Bangli
Karangasem
Buleleng
Jumlah
Jumlah Mata
Air
(buah)
61
177
30
79
29
9
423
138
327
1.273
Debit Total
(liter/detik)
85,1
3.080
1.291
2.981
202
522
2.736
9.808
6.603
27.063
Debit
Rata-Rata
(liter/detik)
17,0
73,2
184,4
56,2
40,4
104,1
48,0
102,3
71,3
75,4
Gambar 14
Peta Sebaran Beberapa Mata Air di Provinsi Bali
57
Tabel 5.
Potensi Air Tanah pada Cekungan Air Tanah di Provinsi Bali
No
Cadangan Air
Tanah (CAT)
Hujan (mm)
Tak-tertekan
(juta m3/thn)
Tertekan (juta
m3/thn)
Denpasar-Tabanan
208.000
1500 - 3500
894
2
3
Gilimanuk
13.130
1000 - 1500
30
Negara
41.850
1500 - 2000
73
Singaraja
50.520
1000 - 2500
215
Danau Batur
75.050
500 - 2000
188
Amlapura
19.982
1000 - 2000
60
Nusa Dua
9.911
1500 - 2000
38
Nusa Penida
19.790
500 - 1000
79
Jumlah
% thd Bali
Luas (Ha)
438.233
1.577,00
21
77,75
Sumber : KonservasiSumber:
Air Tanah
Prov. Bali, Ditjen Geologi dan SDM, Dep. ESDM, 2005
Departemen ESDM (2005) dalam Bappeda Provinsi Bali (2009)
Tabel 6.
Potensi Air Sungai menurut Sub Satuan Wilayah Sungai di Provinsi Bali
No
Sub SWS
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
03.01.01
03.01.02
03.01.03
03.01.04
03.01.05
03.01.06
03.01.07
03.01.08
03.01.09
03.01.10
03.01.11
03.01.12
03.01.13
03.01.14
03.01.15
03.01.16
03.01.17
03.01.18
03.01.19
03.01.20
Total/average
Catchment
Area
(km2)
555,64
601,75
288,34
392,37
158,92
228,44
243,52
367,22
222,39
114,24
243,48
311,65
357,14
295,38
272,53
342,08
257,78
48,84
102,19
208,87
5612,77
Average
Rainfall
(mm/year)
2.078
2.450
2.582
2.360
2.112
1.978
1.583
1.365
2.096
1.704
2.005
1.792
1.798
1.911
1.629
2.237
2.337
2.700
1.809
1.079
1.980
58
Tabel 7
Luas Kawasan Hutan dan Persentase Luas Kawasan Hutan terhadap Luas Wilayah
menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 2009
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Kabupaten/
Kota
Jembrana
Buleleng
Tabanan
Badung
Denpasar
Gianyar
Bangli
Klungkung
Karangasem
Provinsi Bali
Luas
Wilayah
(Ha)
84.180
136.588
83.933
41.852
12.778
36.800
52.081
31.500
83.954
563.666
Luas
Persentase (%) Luas Kawasan Hutan terhadap
Kawasan
Luas Kawasan
Luas Wil
Luas Wil
Hutan
Hutan
Kab/Kota
Provinsi
(Ha)
Provinsi
42.156,27
50,08
7,48
32,26
51.436,21
37,66
9,13
39,36
9.969,15
11,88
1,77
7,63
1.779,87
4,25
0,32
1,36
734,5
5,75
0,13
0,56
9.341,28
17,94
1,66
7,15
1.048,50
3,33
0,19
0,80
14.220,23
16,94
2,52
10,88
130.686,01
23,19
23,19
100,00
Sebaran kawasan hutan di Bali tidak merata menurut kabupaten/kota, bahkan di Kabupaten Gianyar
tidak terdapat kawasan hutan penetapan. Kawasan
hutan terluas terdapat di Kabupaten Buleleng, akan
tetapi persentase tertinggi luas kawasan hutan terhadap luas wilayah terdapat di Kabupaten Jembrana.
Persentase luas kawasan hutan terhadap luas wilayah
kabupaten/kota yang telah memenuhi luas kawasan
hutan yang harus dipertahankan minimal 30% hanya
terdapat di Kabupaten Jembrana dan Buleleng.
Hutan negara yang terdapat di Provinsi Bali tersebar pada 22 kawasan hutan (Tabel 8). Kawasan hutan
terluas di Bali adalah kawasan Hutan Bali Barat yang
59
Tabel 8
Luas Kawasan Hutan di Bali pada Tahun 2009
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Kawasan Hutan
RTK
Puncak Landep
Gunung Mungsu
Gunung Silangjana
Gunung Batukau
Munduk Pengajaran
Gn. Batur Bkt. Payang
Gunung Abang Agung
Gunung Seraya
Prapat Benoa
Yeh Ayah
Yeh Leh-Yeh Lebah
Bali Barat
Penulisan-Kintamani
Sangeh
Nusa Lembongan
Bunutan
Bukit Gumang
Bukit Pawon
Kondangdia
Tanjung Bakung
Suana
Sakti
Jumlah
1
2
3
4
5
7
8
9
10
11
12
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
Kabupaten/
Kota
Buleleng
Buleleng
Buleleng
Buleleng-Tabanan-Badung
Bangli
Bangli
Bangli-Karangasem
Karangasem
Badung-Denpasar
Tabanan
Tabanan-Jembrana-Buleleng
Buleleng-Jembrana
Bangli-Buleleng
Badung
Klungkung
Karangasem
Karangasem
Karangasem
Karangasem
Klungkung
Klungkung
Klungkung
Luas
Persentase
(Ha)
590,00
1.134,00
415,00
15.153,28
613,00
2.528,00
14.817,01
1.111,00
1.373,50
575,73
4195,30
80.995,27
5.849,25
13,97
202,00
126,70
22,00
35,00
89,50
244,00
329,50
273,00
130.686,01
(%)
0,45
0,87
0,32
11,60
0,47
1,93
11,34
0,85
1,05
0,44
3,21
61,98
4,48
0,01
0,15
0,10
0,02
0,03
0,07
0,19
0,25
0,21
100,00
Tabel 9
Luas Hutan Berdasarkan Fungsinya menurut Kabupaten/Kota di Bali Tahun 2009
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Kab/
Hutan
Kota
Lindung
Jembrana
Buleleng
Tabanan
Badung
Denpasar
Gianyar
Bangli
Klungkung
Karangasem
Bali
Persentasse (%)
32.974,97
31.936,32
8.668,24
1.126,90
6.239,01
804,50
14.016,12
95.766,06
73,28
Hutan
Produksi
Terbatas
2.610,20
3.207,95
453,00
244,00
204,11
6.719,26
5,14
Hutan
Produksi
Tetap
383,10
1.524,00
1.907,10
1,46
Taman
Cagar
Alam
Nasional
1.004,40
758,40
1.762,80
1,35
6.188,00
12.814,89
19.002,89
14,54
60
TWA
Tahura
Jumlah
948,65
542,51
3,97
2.649,27
4.154,40
3,18
639,00
734,50
1.373,50
1,05
42.156,27
51.436,21
9.969,15
1.779,87
734,50
9.341,28
1.048,50
14.220,23
130.686,01
100,00
Gambar 15
Peta Kawasan Hutan menurut Fungsi di Provinsi Bali Tahun 2009
Hutan Lindung
Luas kawasan hutan lindung di Bali pada tahun
2008 adalah 95.766,06 ha atau 73,28% dari luas total
kawasan hutan. Rincian luas dan lokasi tiap kawasan
hutan lindung adalah sebagai berikut:
1) Hutan lindung Puncak Landep seluas 590 ha,
berlokasi di Kabupaten Buleleng (Kecamatan
Sukasada).
2) Hutan lindung Gunung Mungsu seluas 1.134 ha,
berlokasi Kabupaten Buleleng (yaitu Kecamatan
Sukasada dan Banjar).
3) Hutan lindung Gunung Silangjana, mencakup
61
Tabel 10
Luas Kawasan Hutan Berdasarkan Fungsi menurut Kawasan Hutan
di Provinsi Bali Tahun 2009
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Kawasan Hutan
Puncak Landep
Gunung Mungsu
Gn. Silangjana
Gunung Batukau
Munduk Pengajaran
Gn.Batur Bkt Payang
Gunung
Abang
Agung
Gunung Seraya
Prapat Benoa
Yeh Ayah
Yeh Leh-Yeh Lebah
Bali Barat
Penulisan-Kintamani
Sangeh
Nusa Lembongan
Bunutan
Bukit Gumang
Bukit Pawon
Kondangdia
Tanjung Bakung
Suana
Sakti
Jumlah
590,00
1.134,00
415,00
11.899,32
613,00
14.038,63
Hutan
Produksi
Tetap
-
Hutan
Produksi
Terbatas
453,00
204,11
1.111,00
575,73
4.195,30
54.452,68
5.663,70
202,00
126,70
22,00
35,00
89,50
329,50
273,00
95.766,06
1.907,10
1.907,10
1.373,50
5.632,60
19.002,89
185,55
13,97
244,00
6.719,26 1.762,80 19.002,89 4.154,40 1.373,50
Hutan
Lindung
Cagar
Alam
Taman
Nasional*
TWA
Tahura
1.762,80
-
1.491,16
2.075,00
574,27
Jumlah
590,00
1.134,00
415,00
15.153,28
613,00
2.528,00
14.817,01
1.111,00
1.373,50
575,73
4.195,30
80.995,27
5.849,25
13,97
202,00
126,70
22,00
35,00
89,50
244,00
329,50
273,00
130.686,01
4)
5)
6)
7)
62
(Kecamatan Penebel).
8) Hutan lindung Gunung Seraya seluas 1.111,00 ha,
berlokasi di Kabupaten Karangasem (Kecamatan
Karangasem).
9) Hutan lindung Bukit Gumang, mencakup areal
seluas 22 ha, berlokasi di Kabupaten Karangasem
(Kecamatan Bebandem).
10) Hutan lindung Bukit Pawon, mencakup areal
seluas 35 ha berlokasi di Kabupaten Karangasem
(Kecamatan Bebandem).
11) Hutan lindung Kondangdia, mencakup areal
seluas 89,5 ha berlokasi di Kabupaten Karangasem
(Kecamatan Abang).
12) Hutan lindung Bunutan, meliputi areal seluas
126,70 ha, berlokasi di Kabupaten Karangasem
(Kecamatan Abang).
13) Hutan lindung Yeh Leh-Yeh Lebah, mencakup
areal seluas 4.195,30 ha, berlokasi di Kabupaten
Tabanan (Kecamatan Selemadeg, Pupuan),
Kabupaten Buleleng (Kecamatan Busungbiu) dan
Penida (Klungkung).
Hutan Cagar Alam
Hutan cagar alam hanya terdapat di kawasan
hutan Gunung Batukau seluas 1.762,80 ha yang termasuk dalam Kabupaten Buleleng (Kecamatan Banjar dan Sukasada) seluas 1.004,4 ha, dan Kabupaten
Tabanan (Kecamatan Baturiti dan Penebel) seluas
758,40 ha.
Hutan Taman Nasional
Taman Nasional di Bali luasnya adalah 19.002,89
ha, termasuk perairan seluas 3.415 ha, yang terletak
pada kawasan hutan Bali Barat meliputi Kabupaten
Jembrana (Kecamatan Melaya) seluas 6.188,00 ha
dan Kabupaten Buleleng (Kecamatan Kecamatan
Gerokgak) seluas 12.814,89 ha.
Taman Wisata Alam
Taman Wisata Alam di Bali luasnya 4154,4 ha, yang
tersebar pada beberapa kawasan hutan yaitu:
1) Taman Wisata Alam Danau Buyan-Danau
Tamblingan mencakup areal seluas 1.491,16
ha, berlokasi di Kecamatan Banjar seluas 442,35
ha, Kecamatan Sukasada seluas 506,3 ha, dan
Kecamatan Baturiti seluas 542,51 ha.
2) Taman Wisata Alam Gunung Batur Bukit
Payang seluas 2.075 ha berlokasi di Kecamatan
Kintamani;
3) Taman Wisata Alam Penelokan di kawasan hutan
Gunung Abang Agung meliputi areal seluas
574,27 ha berlokasi di Kecamatan Kintamani;
4) Taman Wisata Alam Sangeh seluas 13,97 ha
berlokasi di Kecamatan Abiansemal Kabupaten
Badung.
Taman Hutan Raya (Tahura)
Taman Hutan Raya satu-satunya terdapat di kawasan hutan Prapat Benoa seluas 1.373,5 ha, dimana
seluas 734,5 ha berlokasi di Kecamatan Denpasar Selatan dan 639 ha berada di Kecamatan Kuta dan Kuta
Selatan. Kawasan hutan ini berupa hutan mangrove.
63
64
BAB IV
65
Tabel 11.
Deskripsi Isu-Isu Strategis Prioritas Kesepakatan Workshop I
No
Lokasi
BIDANG FISIK-KIMIA
Menurunnya kualitas
Seluruh sungai dan danau yang
air permukaan akibat
ada di Bali
pencemaran (limbah
padat dan limbah cair)
Tingginya alih fungsi
Seluruh Kabupaten/Kota di Bali
lahan dari pertanian ke
non pertanian
Tingginya tingkat
eksploitasi air tanah
B.
BIDANG BIOLOGI/HAYATI
Masih tingginya
tingkat perusakan/
gangguan hutan
(hutan negara dan
hutan rakyat)
C.
Masih lemahnya
penegakan hukum
dalam pengelolaan
SDA
Belum meratanya
distribusi dan akses
masyarakat terhadap
SDA
66
Isu Strategis
Prioritas
Konflik kepentingan
pemanfaatan
sumberdaya air
D.
BIDANG EKONOMI
Faktor Penyebab
Dampak/Implikasi/
Konskuensi
Kekurangan air pada musim
kemarau
Menurunnya daya guna air,
munculnya penyakit, banjir,
terganggunya kehidupan
biota air
Ruang terbuka menjadi
sempit, berkurangnya
daerah resapan air,
menurunnya daya dukung
lingkungan
Bahaya penurunan muka
air tanah, terjadi amblesan
lapisan tanah
Rusaknya tata
hidrologi, menurunnya
keanekaragaman hayati
Banyaknya pelanggaran,
tidak ada efek jera
No
1.
Isu Strategis
Prioritas
Lokasi
Belum optimalnya
Kab. Bangli, Badung, Tabanan,
program insentif dan
Karangasem, Buleleng
disinsentif bagi daerah
hulu
Faktor Penyebab
Dampak/Implikasi/
Konskuensi
Gambar 16
Cakupan Wilayah Kajian Lingkungan Strategis Sumberdaya Air
Provinsi Bali
67
68
BAB V
pertanian dan masyarakat umum menghasilkan sekumpulan isu-isu strategis masing-masing kelompok
(group) seperti disajikan pada Tabel 12.
69
Tabel 12.
Kumpulan Isu-Isu Strategis Kelompok Pengusaha Pariwisata, Pertanian dan
Masyarakat Umum
Kelompok Pariwisata & Industri
1
10
10
12
11
12
Kelompok Pertanian
70
Kelompok Umum
11
10
11
12
Sulitnya penanganan
penyelamatan hutan dari gangguan
(pembabatan/pembalakan/
perambahan)
Terbatasnya kemampuan (dana/
sdm) dalam adaptasi dan
mitigasi pemanasan global yang
mengakibatkan penurunan
cadangan air
Tingginya laju pertumbuhan
penduduk Bali mengakibatkan
menurunnya daya dukung SD alam,
prasarana dan sarana
Lemahnya pengendalian
pemanfaatan ruang yang
disebabkan lemahnya kapasitas
aparatur pemerintah
Tingginya pencemaran pupuk
kimia dan populasi tumbuhan
air mengakibatkan terjadinya
sedimentasi di danau
Berubah fungsinya kantongkantong banjir mengakibatkan
beban sungai meningkat
Belum optimalnya kontribusi
pemakai jasa air untuk pengelolaan
DAS
Lemahnya pengendalian mutu air
akibat SDM, biaya dan laboratorium
(B3 dan bahan-bahan kimia
tertentu)
Belum adanya payung hukum yang
khusus untuk memproteksi alih
fungsi lahan subak
Rendahnya kesadaran masyarakat
dalam konservasi, pemanfaatan sd
air dan pengendalian pencemaran
air
Lemahnya pengawasan perijinan
penggunaan sda (air permukaan
dan air bawah tanah)
Menurunnya tingkat
keanekaragaman hayati
Kelompok Umum
13
13
14
14
15
15
16
16
17
18
Kelompok Pertanian
5.2. Sintesis Isu-Isu Sumberdaya Air dan Lingkungan Hidup (Hasil FGD) dengan Isu-Isu Strategis Prioritas (Hasil Workshop I) dan Finalisasi
Isu-Isu Strategis
Kumpulan isu-isu sumberdaya air dan isu-isu lingkungan hidup hasil FGD disintesis dengan isu-isu
strategis prioritas hasil kesepakatan Workshop I untuk menghasilkan isu-isu strategis yang bersifat final.
Sebagian besar isu-isu sumberdaya air dan lingkungan hidup yang teridentifikasi pada FGD telah terakomodasi pada isu-isu strategis prioritas hasil kesepakatan Workshop I. Hasil sintesis tersebut disajikan
pada Tabel 13, 14 dan 15. Berdasarkan hasil sintesis
tersebut, disepakati tiga isu strategis baru yang yang
akan dipetimbangkan dalam tahapan kajian berikutnya, seperti pada Tabel 16.
71
Tabel 13
Sintesis Isu-Isu Sumberdaya Air dan Lingkungan Hidup Kelompok Pengusaha
Pariwisata dan Industri
Sintesis dan Penilaian Stakeholder
Mengacu pada Isu Strategis Prioritas (Hasil
Workshop I)
Infrastruktur PDAM belum siap ketika pemerintah Tidak termasuk isu yang strategis
menaikkan pajak ABT
Pengenaan biaya oleh BU PAL kepada hotel hotel sebesar Tidak termasuk isu yang strategis
Rp 100.000/bulan setiap kamar hotel dipandang mahal
Adanya penguasaan sepihak atau monopoli sumber Terakomodasi pada Isu C.3.
mata air/sumber air oleh perusahaan air kemasan
Adanya konflik kepentingan pengggunaan air antara Terakomodasi pada Isu C.3.
masyarakat dan hotel
Tingginya angka kenaikan pajak ABT yaitu mencapai Tidak termasuk isu yang strategis
1000%
Kurang ketatnya pemberian ijin pembangunan hotel Tidak termasuk isu yang strategis
dikawasan Denpasar & Badung
Kurang adanya pemeliharaan saluran drainase di Kuta Tidak termasuk isu yang strategis
sehingga pada musim hujan menyebabkan banjir
Kurangnya luasan kebun dan jumlah sumur resapan/ Terakomodasi pada Isu A.3.
biopori pada hotel-hotel
Rendahnya pasokan PDAM sehingga penggunaan ABT Terakomodasi pada Isu A.4.
meningkat
Belum adanya mekanisme pengenaan pajak air limbah Terakomodasi pada Isu A.2.
bagi pengusaha yang membuang limbah ke lingkungan
Kualitas air yang semakin menurun
Terakomodasi pada Isu A.2.
Kurangnya pelayanan informasi tentang cuaca kepada Tidak termasuk isu yang strategis
perusahaan pemakai air (rafting)
Kurangnya pembuatan resevoire sebagai penampung air Terakomodasi pada Isu A.1.
hujan
Kurangnya infrastruktur PDAM dalam upaya mengurangi Terakomodasi pada Isu A.4.
penggunaan ABT
Hasil olahan DSDP belum maksimal
Terakomodasi pada Isu A.2.
Kurang optimalnya keterlibatan masyarakat adat dalam Terakomodasi pada Isu A.2.
pengelolaan sampah
Belum adanya perubahan paradigma dalam cara Terakomodasi pada Isu A.2.
pembuangan sampah upacara ke laut dan sungai
dengan memanfaatkan TPA (dengan memberi tirta / air
pemusnah kepada sampah upacara oleh tokoh agama /
bendesa adat)
Masih lemahnya pengawasan oleh pemerintah terhadap Terakomodasi pada Isu A.2.
usaha/kegiatan yang membuang sampah/limbah ke
media lingkungan
Isu-Isu Kelompok Pariwisata & Industri
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
72
Tabel 14
Sintesis Isu-Isu Sumberdaya Air dan Lingkungan Hidup Kelompok Umum
Sintesis dan Penilaian Stakeholder
Mengacu pada Isu Strategis Prioritas (Hasil
Workshop I)
Menurunnya kuantitas dan kualitas sumber-sumber air Terakomodasi pada Isu A.2.
(sungai dan danau)
Menurunnya kualitas air sungai
Terakomodasi pada Isu A.2.
Menurunya kualitas air tanah di pesisir akibat penggunaan Terakomodasi pada Isu A.4.
ABT berlebihan
Berkurangnya air bersih di perkotaan
Terakomodasi pada Isu C.2.
Timbulnya banjir akibat pembabatan hutan di hulu
Terakomodasi pada Isu B.1.
Minimnya konservasi sumber daya air
Terakomodasi pada Isu A.1.
Kurang meratanya distribusi air bersih bagi masyarakat. Terakomodasi pada Isu C.2.
Kurangnya lahan terbuka hijau sebagai kawasan resapan Terakomodasi pada Isu A.3.
air
Minimnya penghargaan terhadap tradisi & kearifan Tidak termasuk isu yang strategis
lokal masyarakat Bali yang terkait dengan pengelolaan
lingkungan
Kurangnya keterlibatan semua unsur masyarakat (adat Tidak termasuk isu yang strategis
dan tradisional bali) dlm pelindungan dan pengelolaan
lingkungan
Belum maksimalnya transparansi dan ketebukaan dlm Tidak termasuk isu yang strategis
perlindungan dan pengelolaan lingkungan baik antara
pemerintah dan investor dgn masyarakat Bali
Terjadinya eksploitasi air tanah yang berlebihan untuk Terakomodasi pada Isu A.4.
industri pariwisata
Menurunnya kualitas air sungai akibat penambangan Terakomodasi pada Isu A.2.
galian C di badan sungai
Menurunya kualitas lingkungan dan penurunan Terakomodasi pada Isu A.4.
permukaan tanah akibat penggunaan ABT berlebihan
Kurangnya pelestarian sumber daya alam
untuk Terakomodasi pada Isu A.1.
kepentingan upacara (tanaman/buah-buahan)
Kurangnya kepedulian masyarakat dalam pengelolaan Terakomodasi pada Isu A.2.
sampah/limbah cair yg berdampak pada kualitas air
Minimnya pendidikan lingkungan di tingkat masyarakat Terakomodasi pada Isu A.2.
dan sekolah.
Masih kurangnya informasi, komunikasi dan edukasi Disepakati sebagai isu strategis tambahan (baru)
tentang lingkungan hidup
di bidang Sosial dan Budaya
Isu-Isu Kelompok Umum
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
73
Tabel 15
Sintesis Isu-Isu Sumberdaya Air dan Lingkungan Hidup Kelompok Pertanian
Isu-Isu Kelompok Pertanian
1
2
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Tabel 16
Deskripsi Isu-Strategis Tambahan hasil Sintesis antara hasil FGD dengan hasil Workshop I
No.
Lokasi
Menurunnya tingkat
keanekaragaman hayati
Seluruh Kab/Kota
di Bali
Tingginya laju
pertumbuhan penduduk
Bali mengakibatkan
menurunnya daya dukung
SD alam, prasarana dan
sarana
Masih kurangnya informasi,
komunikasi dan edukasi
tentang lingkungan hidup
Seluruh Kab/Kota
di Bali
74
Seluruh Kab/Kota
di Bali
Dampak/Implikasi/
Konsekuensi
Alih fungsi lahan pertanian, Berkurangnya sumber
perusakan hutan,
pangan, terganggunya
pencemaran lingkungan
keseimbangan ekosistem,
berkurangnya peluangpeluang ekonomi
Tingginya angka kelahiran Menurunnya daya dukung
dan migrasi masuk
SD alam, prasarana dan
penduduk ke Bali
sarana yang tersedia
Faktor Penyebab
isu strategis prioritas final sebagai hasil penyempurnaan pelingkungan disajikan pada Tabel 17.
Tabel 17
Isu-Isu Strategis Prioritas Final hasil Pelingkupan KLHS Sumberdaya Air di Provinsi Bali
No
BIDANG FISIK-KIMIA
Lokasi
Faktor Penyebab
B.
BIDANG BIOLOGI/HAYATI
Menurunnya tingkat
keanekaragaman hayati
C.
Dampak/Implikasi/
Konskuensi
Kekurangan air pada
musim kemarau
Menurunnya daya guna
air, munculnya penyakit,
banjir, terganggunya
kehidupan biota air
Ruang terbuka menjadi
sempit, berkurangnya
daerah resapan air,
menurunnya daya
dukung lingkungan
Bahaya penurunan
muka air tanah, terjadi
amblesan lapisan tanah
Rusaknya tata
hidrologi, menurunnya
keanekaragaman hayati
Berkurangnya sumber
pangan, terganggunya
keseimbangan
ekosistem, berkurangnya
peluang-peluang
ekonomi
Banyaknya pelanggaran,
tidak ada efek jera
75
No
Konflik kepentingan
pemanfaatan sumberdaya
air
Tingginya laju
pertumbuhan penduduk
Bali mengakibatkan
menurunnya daya dukung
SD alam, prasarana dan
sarana
Masih kurangnya informasi,
komunikasi dan edukasi
tentang lingkungan hidup
D.
BIDANG EKONOMI
1.
Dampak/Implikasi/
Konskuensi
Badung : Bukit, Pecatu,
Tidak ada sumber air, topografi, Belum terpenuhinya
Petang; Buleleng : Gerokgak,
infrastruktur jaringan distribusi secara optimal
Kubutambahan; Bangli :
dan penampungan air masih
kebutuhan dasar
Kintamani; Karangasem : Kubu,
kurang,
masyarakat,
Abang bagian barat, Karangasem
terganggunya
bagian timur, Klungkung : Nusa
kesehatan masyarakat,
Penida; Gianyar : Desa Kertha
kemiskinan sulit diatasi,
(Payangan)
pertumbuhan ekonomi
menurun
Seluruh Kabupaten/Kota di Bali
Kompetisi terhadap
Terjadi keresahan
pemanfaatan air yang terbatas, masyarakat, keamanan
sistem distribusi yang tidak jelas, terganggu, perusakan
penguasaan terhadap sumber
sumber daya air
air secara sepihak
Seluruh Kab/Kota di Bali
Tingginya angka kelahiran dan Menurunnya daya
migrasi masuk penduduk ke Bali dukung SD alam,
prasarana dan sarana
yang tersedia
Lokasi
Faktor Penyebab
Masih rendahnya
kesadaran masyarakat
terhadap lingkungan
hidup
Akumulasi kerusakan
daerah hulu
Berdasarkan deskripsi isu-isu strategis prioritas final sebagaimana disajikan pada Tabel 17, maka dapat
Gambar 17
Flowchart Hubungan antar Isu Strategis Sumberdaya Air di Bali
76
Tabel 18
Rumusan Sub-Tujuan dan Program Pembangunan Prioritas Bidang Fisik-Kimia
Isu Strategis Prioritas
A.1
Lokasi
Faktor Penyebab
Dampak/Implikasi/
Konsekwensi
Sub-Tujuan
Perusakan hutan, perubahan tata guna lahan, sedimentasi, berkurangnya areal resapan air
Kekurangan air pada musim kemarau
Melestarikan daerah tangkapan dan sumber air untuk tercukupinya kebutuhan air masyarakat,
pertanian, dan pariwisata serta pencegahan bahaya banjir
77
Prioritas Pembangunan
Faktor Penyebab
78
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Rendahnya kesadaran masyarakat, penegakan hukum masih lemah, lokasi pembuangan sampah
terbatas
Dampak/Implikasi/
Konsekwensi
Sub-Tujuan
Prioritas Pembangunan
Menurunnya daya guna air, munculnya penyakit, banjir, terganggunya kehidupan biota air
Menjaga dan meningkatkan kualitas air secara berkelanjutan melalui upaya penegakan hukum,
penataan kawasan industri dan sanitasi lingkungan untuk meningkatkan daya guna air
- Mengurangi penggunaan pupuk kimia/an organik dan mengoptimalkan penggunaan pupuk
organik
- Setiap kegiatan yang menghasilkan limbah wajib dilengkapi dengan IPAL untuk mencegah
pembuangan limbah ke badan air
- Menambah pengembangan TPA baru (terutama daerah2 yang tidak ikut Sarbagita)
- Sosialisasi dan penyadaran pada masyarakat tentang pentingnya pelestarian lingkungan dan
pola hidup sehat
- Peningkatan pengawasan pembuangan limbah
- Pengembangan IPAL komunal untuk dometisk/RT dan home industry (termasuk sosialisasi
kepada home industry)
- Meningkatkan Sanimas di sepanjang daerah permukiman di sepanjang sungai yang
penduduknya padat
- Pengelolaan limbah B3
- Pengembangan water front city (river front city)
- Peningkatan kapasitas laboratorium kualitas air di kab/kota (fasilitas, SDM, status)
- Penegakan hukum (pemberian sanksi) terhadap peraturan mengenai pembuangan sampah
dan limbah
- Peningkatan peran serta masyarakat di sepanjang sungai
- Pemasangan papan larangan pembuangan sampah
- Mempertahankan sempadan sungai dan jurang
- Mengoptimalkan penggunaan pestisida nabati dan meminimalkan penggunaan pestisida
kimia
- Peningkatan sarana dan prasarana pengelolaan sampah
- Mendorong percepatan Perda ttg sampah
- Pengawasan terhadap kinerja IPAL
- Penggunaan teknologi yang ramah lingkungan untuk pemanfaatan kembali limbah
Tingginya alih fungsi lahan dari pertanian ke non pertanian
Seluruh Kabupaten/Kota di Bali
79
Faktor Penyebab
Dampak/Implikasi/
Konsekwensi
Sub-Tujuan
Prioritas Pembangunan
Faktor Penyebab
Dampak/Implikasi/
Konsekwensi
Sub-Tujuan
80
Terbatasnya kapasitas penyediaan air publik, harga/biaya pengambilan air tanah lebih murah,
kualitas air tanah masih baik
Bahaya penurunan muka air tanah, terjadi amblesan lapisan tanah
Pengendalian eksploitasi air tanah guna pencegahan intrusi air laut, degradasi tanah yang
nantinya dapat mencegah penurunan permukaan tanah serta menjaga siklus hidrologi sejalan
dengan upaya untuk meningkatkan effesiensi penggunaan air, peningkatan kinerja PDAM dan
mengoptimalkan pemanfaatan air permukaan
Prioritas Pembangunan
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Faktor Penyebab
Dampak/Implikasi/
Konsekwensi
Sub-Tujuan
Prioritas Pembangunan
Denpasar Selatan, Kuta, Legian, Seminyak, Nusa Dua, Tanjung Benoa, Jimbaran, Canggu, Seseh,
Cemagi, Lebih, Kota Singaraja, Lovina, Perancak, Loloan, Gilimanuk
81
Tabel 19
Rumusan Sub-Tujuan dan Program Pembangunan Prioritas Bidang Biologi/Hayati
Isu Strategis Prioritas
B.1
Lokasi
Faktor Penyebab
Dampak/Implikasi/
Konsekwensi
Sub-Tujuan
Prioritas Pembangunan
82
Masih tingginya tingkat perusakan/gangguan hutan (hutan negara dan hutan rakyat)
Kec. Rendang dan Selat, Kintamani, Sukasada, Gerokgak, Melaya, Belimbingsari, Nusasari, Pupuan,
Baturiti, Jatiluwih, Petang, sekitar TPA Suwung dan TNBB
Faktor Penyebab
Dampak/Implikasi/
Konsekwensi
Sub-Tujuan
Prioritas Pembangunan
83
Tabel 20
Rumusan Sub-Tujuan dan Program Pembangunan Prioritas Bidang Sosial dan Budaya
Isu Strategis Prioritas
C.1
Lokasi
Masih lemahnya penegakan hukum dalam pengelolaan SDA dan perlindungan subak
dalam arti luas
Seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Bali
Faktor Penyebab
Dampak/Implikasi/
Rendahnya disiplin penegak hukum, komitmen, belum optimalnya sistem penegakan hokum
Banyaknya pelanggaran, tidak ada efek jera
Konsekwensi
Sub-Tujuan
Prioritas Pembangunan
84
Meningkatkan perlindungan terhadap sumber daya air melalui Penataan Ruang, peran serta
masyarakat berlandaskan Tri Hita Karana dan tertib dalam pemanfaatannya
- Mengintegrasikan awig-awig kedalam perda
- Meningkatkan kader PPNS dan PPLHD di kab/kota
- Adanya dana abadi dalam pelestarian lingkungan
- Penegasan pelaksanaan peraturan tata ruang
- Perlunya sosialisasi tentang pengelolaan sumberdaya air
- Adanya kontribusi pemda ke lembaga subak abian
- Pembangunan dan rehabilitasi jaringan irigasi subak sampai ke tingkat tersier dan kwarter
tanpa membatasi luasannya
- Melaksanakan pengawasan dan penegakan hukum bagi perusak sumberdaya air
- Melaksanakan sosialisasi dan perlindungan sumberdaya air
- Peningkatan peran serta masyarakat untuk melaporkan kerusakan lingkungan pada P3SLH
Faktor Penyebab
Dampak/Implikasi/
Konsekwensi
Sub-Tujuan
Prioritas Pembangunan
Tidak ada sumber air, topografi, infrastruktur jaringan distribusi dan penampungan air masih
kurang,
Belum terpenuhinya secara optimal kebutuhan dasar masyarakat, terganggunya kesehatan
masyarakat, kemiskinan sulit diatasi, pertumbuhan ekonomi menurun
Pemerataan distribusi dan akses SD air untuk mencegah konflik di kalangan masyarakat, peningkatan
derajat hidup, pengembangan usaha ekonomi, ketersediaan pangan melalui pelestarian subak
sehingga terjaganya Keseimbangan ekosistem
- Pembangunan infrastruktur sumberd aya air
- Peningkatan kualitas dan kuantitas sumber2 air baku
- Pengawasan dan penegakan hukum bagi pelanggar pengguna sumber2 air sesuai dengan
peraturan yang berlaku
- Penyesuaian tariff air sesuai dengan peruntukan
- Meningkatkan kinerja PDAM dan swasta untuk menyediakan air sampai ke tempat tujuan
- Pembuatan embung/waduk
- Mengoptimalkan peranserta masyarakat dalam menjaga sumberdaya air
- Pengembangan dalam pendistribusian daerah yang terbatas air
- Perlunya pemberian insentif daerah hulu
- Pembangunan dan pengembangan jalan2 subak pada daerah2 yang terisolir
- Sosialisasi penggunaan air secara efisiensi kepada masyarakat sampai ke tingkat banjar
85
Faktor Penyebab
Dampak/Implikasi/
Konsekwensi
Sub-Tujuan
Prioritas Pembangunan
86
Kompetisi terhadap pemanfaatan air yang terbatas, sistem distribusi yang tidak jelas, penguasaan
terhadap sumber air secara sepihak
Terjadi keresahan masyarakat, keamanan terganggu, perusakan sumber daya air
Pencegahan konflik kepentingan Sumber Daya Air melalui pendistribusian air secara adil, pelestarian
sumber-sumber air, terjaganya sarana dan prasarana sehingga terciptanya keharmonisan antar
pengguna air sesuai dengan peraturan/per-UU yang berlaku
- Pembuatan masterplan sumberdaya air provinsi bali yang dalam penyusunan melibatkan
seluruh komponen pemerintah, swasta, dan masyarakat sehingga nantinya sebagai dasar
pelaksanaan pemanfaatan sumberd aya air
- Membuat peraturan tentang proporsi pemanfaatan sumber daya air oleh irigasi, air ,minum
dan pariwisata
- Peningkatan sosialisasi tentang sumberdaya air kepada seluruh lapisan masyarakat
bekerjasama dengan perangkat desa /kelurahan dan subak
- Pemantapan pelaksanaan otonomi daerah yang didukung oleh kerjasama antar daerah
yang saling menguntungkan guna memantapkan kemandirian daerah
- Melaksanakan persamaan persepsi dan sikap dalam mengelola kawasan hulu dan hilir
- Memperbanyak pembangunan infrastruktur sumberdaya air
- Membangun embung, waduk dan cubang untuk menampung air hujan di daerah2 yang
krisis air
- Peningkatan peran desa adat dalam pemanfaatan sumberdaya air
Isu Strategis Prioritas Tingginya Laju pertumbuhan penduduk Bali mengakibatkan menurunnya daya dukung
C.4
SDA, prasarana dan sarana
Lokasi
Seluruh Kabupaten/Kota di Bali
Faktor Penyebab
Dampak/Implikasi/
Konsekwensi
Sub-Tujuan
Prioritas Pembangunan
87
Faktor Penyebab
Dampak/Implikasi/
Konsekwensi
Sub Tujuan
Prioritas Pembangunan
88
Kurang optimalnya fungsi sarana dan saluran KIE (komunikasi, informasi dan edukasi) bagi
lingkungan hidup bagi masyarakat
Masih rendahnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan hidup
Meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat luas melalui media cetak, elektronik, pendidikan
formal, dan pemanfaatan budaya lokal (wayang, bondres, drama gong) dalam pelestarian
lingkungan
- Mengalakkan sosialisasi melalui media cetak, elektronik, pendidikan formal, media local
(wayang, bondres,drama gong) dalam pelestarian lingkungan
- Memaksimalkan tugas dan fungsi departemen informasi dan komunikasi di tingkat daerah
kab/kota
- Penambahan kurikulum mengenai LH dari tingkat TK-SMA
- Melakukan kegiatan-kegiatan bertema LH dengan melibatkan seluruh komponen
pemerintah dan masyarakat
- Kompetisi dan lomba-lomba mengenai LH
- Pemberdayaan komponen-komponen masyarakat seperti kelompok-kelompok sadar
lingkungan, PKK dan sekehe taruna/i
Tabel 21
Rumusan Sub-Tujuan dan Program Pembangunan Prioritas Bidang Ekonomi
Isu Strategis Prioritas
D.1
Lokasi
Faktor Penyebab
Dampak/Implikasi/
Konsekwensi
Sub Tujuan
Prioritas Pembangunan
Melakukan koordinasi (Peningkatan kerjasama) antar daerah hulu dan hilir melalui penetapan
kebijakan atau subsidi silang guna menjaga kelestarian daerah hulu sehingga menjadi satu
kesatuan hidrologis Provinsi Bali dapat dipertahankan
- Program sinergisasi mengenai insentif dan disinsentif antara kecamatan dan kab/kota
- Membuat perangkat hukum mengenai kebijakan subsidi silang insentif dan disinsentif
antara kecamatan dan kab/kota
- Sosialisasi program insentif dan disinsentif bagi masyarakat di daerah hulu dan hilir
- Perumusan kebijakan yang dituangkan dalam kontrak kerja bersama antara daerah hulu dan
hilir
- Kebijakan regulasi anggaran terhadap program insentif dan disinsentif secara khusus di
daerah hulu-hilir
89
90
BAB VI
menjadi tiga kelompok yang masing-masing mencari kata kunci agar lebih mudah mensinergikan atau
melihat keterkaitannya. Dalam hal ini RPJPD yang
dikaji adalah Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 6
tahun 2009, Tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Bali Tahun 20052025.
Khususnya poin 4.2.5 yaitu Mewujudkan Pembangunan Bali yang Lestari, Handal dan Merata yang
terdiri dari sub poin a sampai z yang setara dengan
poin 1 sampai 26 pada Tabel 22. Adapun hasil dari
diskusi kata kunci tersebut adalah :
91
Tabel 22.
Hasil diskusi kata-kata kunci yang tertuang dalam RPJPD Provinsi Bali
No
1
92
Kelompok 1
Kebijakan Bali dalam
pembangunan LH sebagai
satu kesatuan ekosistem pulau
(one island, one plan, one
management)
Pengelolaan sumberdaya alam
dan LH
Kelompok 2
Pembangunan Bali yang berkelanjutan
dalam satu kesatuan ekosistem pulau
Kelompok 3
Pembangunan SDA & LH, Kesatuan
Ekosistem Pulau, Pemberdayaan &
Partisipasi Masyarakat Lokal
No
10
11
12
13
14
Kelompok 1
Arah kebijakan pembangunan
kawasan pesisir mengatasi
bahaya intrusi air laut
15
16
17
Kelompok 2
Kelompok 3
Mencegah Intrusi air laut
93
No
18
19
Kelompok 1
Kelompok 2
Mempertahankan kawasan
resapan air (catchment area),
Pembangunan drainase untuk
memperkecil potensi terjadinya
banjir, perlindungan sumber2 air
baku dari pencemaran limbah
padat dan cair
Kebijakan adaptasi dan mitigasi
terhadap perubahan iklim
20
21
22
23
Pembangunan pada
ketenagalistrikan diarahkan
pada tenaga2 yang handal dan
professional
24
25
26
94
Kelompok 3
Pembangunan draenase utk
memperkecil terjadinya banjir,
perlindungan thd air baku, perbaikan
fungsi ekologis pada kawasan hulu,
mempertahankan daerah resapan
Tabel 23.
Sinergi antara RPJP, RTRW, program instansi pertanian dan Bali green province
Nomor
RPJP
a
Pasal
RTRW
Pertanian
Green Province
G
H
Pasal 13a
Pasal 11a
Pasal 13b
Green culture
Pasal 13e
Pasal 13c
Green ekonomi
Pasal 11a
Pasal 13c
Pasal 12a
Pasal 13 d
Pasal 13d
Pasal 11b
Pasal 12b
Pasal12c
Peningkatan
Clean and green
ketahanan pangan
Peningkatan
kesejahtraan
petani
J
K
Pasal 11b
Peningkatan
kesejahtraan
petani
Agribisnis
Peningkatan
sarana & prasarana
95
Nomor
RPJP
L
Pasal
RTRW
Pertanian
Pasal 9c
P
Q
Agribisnis
Ketahanan
pangan
Pasal 9c
96
Pasal 11b
Pasal 9b
Pasal 9a
Pasal 11b
Pasal 9b
Pasal 9a
Pasal 11c
Pasal 11b
Pasal 9b
Pasal 11b
Green Province
Nomor
RPJP
W
Pasal
RTRW
Pertanian
Green Province
Y
Z
Pasal 13d
Pasal 9c
untuk lebih memperkuat tercapainya subtujuan dalam setiap isu strategis yang didiskusikan. Dalam hal
ini dari 13 isu strategis yang telah disepakati, yang
sempat didiskusikan adalah hanya tiga isu dengan
hasil sesuai yang tersaji pada Tabel 24.
97
Tabel 24.
Keterkaitan antara RPJPD, RTRW dan isu strategis prioritas
No.
1
98
ISU STRATEGIS
PRIORITAS
Menurunnya kualitas
air permukaan akibat
pencemaran (limbah
padat dan limbah
cair)
Tingginya Laju
pertumbuhan
penduduk Bali
mengakibatkan
menurunnya daya
dukung SDA,
prasarana dan sarana
SUB-TUJUAN
Menjaga dan
meningkatkan kualitas
air secara berkelanjutan
melalui upaya penegakan
hukum, penataan
kawasan industri dan
sanitasi lingkungan untuk
meningkatkan daya guna
air
Menekan urbanisasi
dengan menciptakan
lapangan kerja, usaha
mandiri, usaha tani/
komoditas pertanian yang
mempunyai nilai ekonomi
tinggi sesuai dengan
kondisi lahan di perdesaan
RPJP/RTRW
Pengelolaan air limbah
diarahkan menggunakan
system IPAL communal dan
sewerage system (s)
ALTERNATIF KRP
Pengelolaan air limbah
diarahkan menggunakan
system IPAL communal
dan sewerage system yang
didukung dengan perda
mengenai limbah cair
Penanganan sampah
diarahkan dengan kerjasama
secara regional antara
kabupaten/kota dengan
menggunakan sanitary
landfill dan pola 3 R (r)
Penanganan sampah
diarahkan dengan kerjasama
secara regional antara
kabupaten/kota menuju
penggunaan sampah sebagai
sumber energy, pupuk dan
produk daur ulang
Pemanfaatan ruang kawasan Pemanfaatan ruang kawasan
budidaya sesuai dengan
budidaya sesuai dengan
rencana tata ruang. (RPJP)
rencana tata ruang melalui
peningkatan penegakan
hukum
Kebijakan kawasan
budidaya mencakup a.
perwujudan keserasian
dan keterkaitan antar
budidaya b. pengendalian
kegiatan budidaya agar tidak
melampaui daya tampung
dan daya dukung (RTRW)
Meningkatkan pengelolaan
sumberdaya air dengan
pengelolaan das secara
terpadu dan pemanfaatan
sumberdaya air sesuai
dengan daya dukung dan
daya tampung
BAB VII
PRIORITAS PEMBANGUNAN
99
Isu mengenai tingginya tingkat eksploitasi air tanah memiliki satu cluster
dan tiga subcluster dalam prioritas
pembangunannya yaitu :
Pengendaalian pemanfaatan air tanah secara
terpadu
1. Peningkatan sarana dan prasarana pelayanan
air publik (perpipaan)
2. Pengendaalian pemanfaatan air Tanah
3. Peningkatan kapasitas produksi air baku
A.5 Isu mengenai intrusi air laut di beberapa
kawasan di Bali memiliki dua cluster dan
masing-masing tiga subcluster dalam
prioritas pembangunannya yaitu :
Manajemen pantai terpadu
1. Rehabilitasi Pantai
2. Penanganan pengamanan pantai
3. Pengendalian penambangan material pantai
Pengendaalian pemanfaatan air tanah secara
terpadu
1. Pengendalian dan efisiensi pemanfaatan air
tanah
2. Peningkatan ruang terbuka hijau
100
2.
3.
4.
5.
101
102
BAB VIII
Dalam setiap cluster yang terdapat pada kolom respon semestinya dikelola dan dimitigasi dampaknya.
Oleh karena itu setiap cluster di dalam kelompok respon didiskusikan terkait dengan instansi mana saja
yang menjadi leading sektornya, kemudian apa yang
dikerjakan oleh masing-masing instansi yang berfungsi mengkoordinir dan instansi mana saja yang
menjadi pendukungnya. Berikut pada Tabel 25 diuraikan fungsi instansi terkait sehubungan dengan
respon yang tertuang dalam cluster dan sub cluster.
Tabel 25.
Keterkaitan antara respon dengan manajemen dan mitigasi dampak
RESPON
Didukung oleh :
103
terpadu
Peningkatan sarana dan prasarana pelayanan air publik
Leading Instansi : Dinas PU Kab/Kota, bertugas :
(perpipaan)
Pengendaalian pemanfaatan air Tanah
Peningkatan kapasitas produksi air baku
Didukung oleh :
Rehabilitasi Pantai
Didukung oleh :
Cluster : Pengendaalian pemanfaatan air tanah secara Dinas Kehutanan : rehabilitasi hutan pantai dan penghijauan
terpadu
pantai
Pengendalian dan efisiensi pemanfaatan air tanah
Peningkatan sarana dan prasarana pelayanan air publik Perencanaan, Pelaksanaan, Pengendalian, monitoring dan
(perpipaan)
Evaluasi
Peningkatan kapasitas produksi air baku
didukung oleh :
Penyehatan PDAM
kemitraan
pengelolaan
Perencanaan Teknis Pengembangan Kebutuhan Air (Master Perencanaan, Pelaksanaan, Pengendalian, monitoring dan
Plan)
Evaluasi
Pola Kerjasama Pemanfaatan Air
didukung oleh :
104
di dukung oleh :
didukung oleh :
Pengawasan dan penegakan hukum pemanfaatan dan Dinas Pertanian tanaman pangan : konservasi keanekaragaman
peredaran keanekaragaman hayati yang dilindungi
hayati di lahan pertanian
Pengembangan data base keaneragaman hayati
Pengembangan kerjasama pengelolaan sumberdaya air didukung oleh : Biro keuangan dalam mengkoordinasikan
lintas wilayah
insentif dan disinsentif
Legislasi insentif bagi daerah hulu
105
Cluster : Pemberdayaan masyarakat dan penegakan Leading Instansi : BLH dalam mengkoordinasikan tim penegak
hukum dalam pengelolaan air limbah dan sampah
hukum
1. Peningkatan kesadaran dan peran serta masyarakat
didukung oleh : disperindag dalam memberikan pelatihanpelatihan, dinas koperasi dalam membantu permodalan
Cluster
:
Peningkatan
kependudukan
106
sistem
2. Peningkatan program KB
BAB IX
Untuk dapat mengetahui apakah subtujuan dapat tercapai dengan baik, sehingga isu strategis prioritasnya menjadi hilang dan tidak menjadi isu lagi
maka diperlukan adanya indikator-indikator pengukuran beserta program monitoring yang jelas. Den-
gan demikian dari hasil monitoring terhadap indicator-indikator yang ditentukan akan dapat diambil
langkah-langkah lebih lanjut agar subtujuan dapat
dicapai secara efektif dan efisien. Adapun indikator
dan monitoring tersebut diuraikan pada Table 26
berikut.
Tabel 26.
Indikator monitoring dan evaluasi
ISU STRATEGIS PRIORITAS
Menurunnya debit air
permukaan
SUB-TUJUAN
Indikator Monitoring :
Debit air sungai dan mata air, level
permukaan air danau
Periode : 3 bulan sekali
Pengukuran curah hujan secara
berkelanjutan
Periode : setiap hari
Evaluasi :
Data debit air sungai dan mata air
level permukaan air danau dan data curah
hujan
(Neraca air ekologis)
107
Konflik kepentingan
pemanfaatan sumberdaya
air
SUB-TUJUAN
Indikator Monitoring :
Pengukuran level air tanah pada sumur uji
Pemasangan water meter AT
Pengukuran level air pada sumur produksi
Evaluasi :
Data level air tanah dan data pengambilan
air tanah
berlaku
Menurunnya tingkat
Menjaga kelestarian keanekaragaman
keanekaragaman hayati
hayati untuk mempertahankan
keseimbang ekosistem, pelestarian plasma
nutfah sehingga dapat memperbaiki
struktur, tekstur, kesuburan tanah serta
kualitas air sehingga dapat meningkatkan
produktivitas pertanian, cadangan pangan,
peningkatan gizi dan kebutuhan upakara
108
Indikator Monitoring :
Pengukuran kualitas air tanah pada sumur
uji
Periode : 1 bulan sekali
Pengukuran kualitas air sumur penduduk
Periode : 6 bulan sekali
Pengukuran elevasi permukaan tanah
Periode : 1 tahun sekali
Evaluasi :
Data kualitas air tanah (indikator intrusi air
laut )
Data elevasi permukaan tanah
Indikator Monitoring :
Cakupan pelayanan air bersih
Periode : 1 tahun sekali
Produksi air
Periode : 1 bulan sekali
Kebutuhan air
Periode : 1 tahun sekali
Evaluasi :
Data cakupan pelayanan air bersih
Data produksi dan distribusi
Data kebutuhan air
Indikator Monitoring :
Intensitas konflik yang terjadi dan pihak2
yang berkonflik
Periode : 6 bulan sekali
Evaluasi :
Data banyaknya terjadi konflik dan pihak2
yang berkonflik
Indikator Monitoring :
Pelanggaran hutan
Periode : 1 bulan sekali
Evaluasi :
Data pelanggaran hutan
Indikator Monitoring :
Tingkat populasi dan keanekaragaman
hayati flora dan fauna
Periode : 1 tahun sekali
Evaluasi :
Data populasi keanekaragaman hayati flora
dan fauna
SUB-TUJUAN
Indikator Monitoring :
Keluhan masyarakat daerah hulu tentang
insentif
Evaluasi : Jumlah pengaduan masyarakat
Indikator Monitoring :
Hasil uji kualitas air yang dilakukan minimal
setiap 6 bulan sekali
Evaluasi : Data kualitas air permukaan
(sungai dan danau)
Indikator Monitoring :
Luas alih fungsi lahan pertanian ke non
pertanian setiap setahun sekali
Evaluasi : data luas alih fungsi lahan
Indikator Monitoring :
Tingkat pertumbuhan penduduk bali yang
dilaksanakan setiap tahun
Evaluasi : Data kependudukan
109
110
BAB X
REKOMENDASI
5.
6.
7.
8.
9.
10.
111
11.
12.
13.
14.
15.
112
16.
17.
18.
19.
20.