Anda di halaman 1dari 120

Hasil

Penjaminan
Kualitas

Terhadap
Kajian Lingkungan Hidup Strategis
Pengelolaan Dan Pelestarian
Sumber Daya Air Provinsi Bali

Hasil Penjaminan Kualitas


Terhadap
Kajian Lingkungan Hidup Strategis
Pengelolaan Dan Pelestarian
Sumber Daya Air Provinsi Bali

Asiten Deputi Urusan Kajian Kebijakan Wilayah dan Sektor


Deputi Bidang Tata Lingkungan
Kementerian Lingkungan Hidup
2012

Hasil Penjaminan Kualitas Terhadap Kajian Lingkungan Hidup Strategis


Pengelolaan Dan Pelestarian Sumber Daya Air Provinsi Bali
Pengarah
Imam Hendargo Abu Ismoyo
Deputi Menteri Lingkungan Hidup Bidang Tata Lingkungan
Ketua Tim
Drs. Heru Waluyo, M.Com.
Asisten Kajian Kebijakan Wilayah dan Sektor
Narasumber dan Tim Penyusun
Martin Smutny, PhD (International Specialist for SEA Guidance, Capacity Building and
Application), Prof. Dr. Bakti Setiawan, Prof. Dr. Kukuh Murtilaksono, Dr. Kabul Sarwoto
Tim Editor
Qurie Purnamasari, Indra Soekarjono, Inge Retnowati, Rifan Asnanto, Tria Yuliati
dan Erlina Daniati
Apresiasi:
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Danish International Development Agency
(DANIDA) melalui Environmental Support Programme (ESP) Phase 2
Grafis dan Foto:
Agus Wiyono

ii

Hasil Penjaminan Kualitas Terhadap Kajian Lingkungan Hidup Strategis


Pengelolaan Dan Pelestarian Sumber Daya Air Provinsi Bali

SAMBUTAN
DEPUTI MENLH BIDANG TATA LINGKUNGAN

engan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan


dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPPLH), pemerintah dan pemerintah daerah wajib
melaksanakan Kajian Lingkungan Hidup Strategis
(KLHS) dalam penyusunan atau evaluasi rencana tata
ruang wilayah beserta rencana rincinya. Sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 15 ayat (1) UUPPLH, kewajiban pemerintah dan pemerintah daerah melaksanakan KLHS adalah untuk memastikan bahwa
prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi
dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu
wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program.
Tujuan dari KLHS umumnya dipahami sebagai
memastikan bahwa isu-isu pembangunan yang berkelanjutan termasuk pertimbangan-pertimbangan
lingkungan menjadi landasan dan diintegrasikan di
dalam pengambilan keputusan strategis untuk mendukung pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Definisi tersebut juga sejalan
dengan ketentuan yang terkait dalam Undang-Undang No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang menetap-kan bahwa tujuan keseluruhan dari KLHS adalah untuk
memastikan bahwa prinsip pembangunan yang
berkelanjutan telah menjadi dasar dan diintegrasikan dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau
Kebijakan, Rencana dan/atau Program.
Dengan mempertimbangkan hal tersebut di atas,
efektivitas KLHS dapat dievaluasi terutama dalam
kaitannya dengan sejauh mana temuan-temuan
KLHS tersebut diintegrasikan dalam Kebijakan, Ren-

cana dan/atau program (selanjutnya disebut KRP)


dan proses pengambilan keputusan terkait yakni sejauh mana rekomendasi dari KLHS tersebut dipertimbangkan dalam penyusunan, persetujuan dan/atau
pelaksanaan kebijakan, rencana atau program. Oleh
karena itu diperlukan penjaminan kualitas terhadap
kajian lingkungan hidup strategis dalam kebijakan,
rencana dan/atau progam pembangunan. Dalam hal
ini KLH mencoba melakukan penjaminan kualitas
terhadap Kajian Lingkungan Hidup Strategis Pengelolaan dan Pelestarian Sumber Daya Air di
Provinsi Bali.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima
kasih kepada jajaran Asdep Kajian Kebijakan Wilayah
dan Sektor Kementerian Lingkungan Hidup, ESP 2
DANIDA serta seluruh pihak yang telah mendukung
terlaksananya laporan penjaminan kualitas KLHS
Pengelolaan dan Pelestarian Sumber Daya Air di
Provinsi Bali. Semoga penjaminan kualitas ini bisa
bermanfaat sebagai masukan terhadap Pembuat
KRP maupun Pelaksana KLHS serta referensi bagi
para pembuat Kebijakan, Rencana dan/atau Program
lainnya .

Jakarta, Oktober 2012


Deputi MENLH
Bidang Tata Lingkungan,

Imam Hendargo Abu Ismoyo

iii

KATA PENGANTAR

uji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan


Yang Maha Kuasa, karena atas berkah dan
rahmat-Nya salah satu uji coba penjaminan
kualitas untuk Kajian Lingkungan Hidup
Strategis Pengelolaan dan Pelestarian Sumber Daya Air di Provinsi Bali ini telah dapat
diselesaikan. Tentunya pelaksanaan penjaminan kualitas KLHS ini tidak dapat terlaksana
tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak.
Pelaksanaan penjaminan kualitas Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) ini merupakan salah satu
upaya Kementerian Lingkungan Hidup untuk melaksanakan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup Pasal 15-19 UUPPLH serta Peraturan Menteri
LH No. 9 tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian
Lingkungan Hidup Strategis. Sebagaimana dipahami
bahwa penjaminan kualitas KLHS merupakan sebuah
upaya untuk memastikan bahwa proses KLHS sudah
dilaksanakan sesuai dengan mekanisme atau tahapannya, termasuk substansi hasil KLHS telah direkomendasikan. Pelaksanaan penjaminan kualitas menjadi tanggung jawab pembuat kebijakan, rencana,
dan/atau program itu sendiri. Publik dan pihak lain
yang berkepentingan dapat melakukan penilaian
kualitas KLHS. Oleh karena itu Kementerian Lingkungan Hidup mencoba melakukan penjaminan kualitas
Kajian Lingkungan Hidup Strategis Pengelolaan
dan Pelestarian Sumber Daya Air di Provinsi Bali
yang telah dilaksanakan oleh Pemda Provinsi Bali sebagai pilot project dalam mengembangkan pedoman
penjaminan kualitas KLHS.
Penjaminan kualitas yang dilakukan ini terutama
didasarkan pada informasi yang termuat dalam doku-

iv

men KLHS yang tersedia. Hasil dari tinjauan kualitas


ini juga sudah disampaikan dan didiskusikan kepada
pihak terkait, khususnya tim penyusun KLHS, Pemerintah Provinsi Bali dan Kemendagri melalui sebuah
workshop penjaminan kualitas di Denpasar Bali pada
tanggal 29 Februari 2012.
Kami mengucapkan terima kasih atas dukungan
semua sektor terkait, Bappenas, Kementerian PU,
Kementerian Dalam Negeri maupun YIPD dan ESP 2
DANIDA serta seluruh pihak yang telah mendukung
terlaksananya laporan penjaminan kualitas KLHS ini.
Apa yang kami lakukan adalah sebagai upaya maksimal dengan berbagai keterbatasan yang ada sebagai bahan pembelajaran bersaama. Oleh karena
itu, kami mohon maaf apabila terdapat kekurangan
dalam pelaksanaan laporan ini. Apabila ada saran,
masukan dan kritik yang membangun maupun pertanyaan dengan senang hati dapat disampaikan
melalui email qurie30@yahoo.com cc. inge_retnowati@yahoo.com untuk memperkaya penyempurnaan
dan pengembangan KLHS di Indonesia.
Akhir kata, semoga hasil penjaminan kualitas
KLHS ini dapat bermanfaat dalam upaya mengembangkan pedoman Penjaminan Kualitas KLHS serta
menghasilkan kualitas KLHS dan kebijakan, rencana
dan/atau program yang lebih baik.
Jakarta,
2012
Asisten Deputi
Urusan Kajian Kebijakan Wilayah dan Sektor,

Drs. Heru Waluyo, M.Com

Hasil Penjaminan Kualitas Terhadap Kajian Lingkungan Hidup Strategis


Pengelolaan Dan Pelestarian Sumber Daya Air Provinsi Bali

DAFTAR ISI

Sambutan Deputi Bidang Tata Lingkungan KLH .................................................................................................. iii


Kata Pengantar Asisten Deputi Urusan Kajian Kebijakan Wilayah dan Sektor.............................................iv
1. Pendahuluan...............................................................................................................................................................1
1.1 Latar belakang.................................................................................................................................................1
1.2 Pendekatan Penjaminan Kualitas KLHS..................................................................................................1
2. Hasil Evaluasi Umum................................................................................................................................................1
3. Rekomendasi untuk Perbaikan Pelaksanaan KLHS.......................................................................................3
4. Hasil Penjaminan Kualitas KHLS...........................................................................................................................4
Lampiran
Dokumentasi KLHS Pengelolaan dan Pelestarian Sumber Daya Air di Provinsi Bali................................ 25
EXECUTIVE SUMMARY ........................................................................................................................................ 26
BAB I

Pendahuluan...................................................................................................................................... 39

BAB II

Pendekatan, Proses dan Metodologi Penyempurnaan Pelingkupan............................. 41

BAB III Profil Singkat Provinsi Bali.............................................................................................................. 45


BAB IV Tinjauan Hasil Pelingkupan pada Workshop I........................................................................ 65
BAB V

Hasil Penyempurnaan Pelingkupan Serta Rumusan Sub-Tujuan dan Program Pembangunan Prioritas Pada Workshop II....................................................................................... 69

BAB VI Keterkaitan Isu Strategis Prioritas dengan Rpjpd, Rtrw dan Program Instansi Terkait
pada Workshop III............................................................................................................................. 91
BAB VII Prioritas Pembangunan.................................................................................................................. 99
BAB VIII Manajemen Dampak Dan Mitigasi...........................................................................................103
BAB IX Indikator Dan Monitoring............................................................................................................107
BAB X Rekomendasi....................................................................................................................................111

vi

Hasil Penjaminan Kualitas Terhadap Kajian Lingkungan Hidup Strategis


Pengelolaan Dan Pelestarian Sumber Daya Air Provinsi Bali

1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Penjaminan kualitas ini dilakukan untuk Pengelolaan dan Pelestarian Sumber Daya Air di Provinsi Bali
pada tahun 2010 selanjutnya disebut KLHS Bali. KLHS
ini dilakukan dengan dukungan dari Kementerian
Dalam Negeri (Kemendagri) pada tahun 2011. Penjaminan kualitas ini dilakukan berdasarkan kriteria
penjaminan kualitas yang disarankan dalam Panduan Penjaminan Kualitas12.
Tujuan dilakukannya penjaminan kualitas ini adalah untuk mencermati kualitas proses pelaksanaan
KLHS Pengelolaan dan Pelestarian Sumber Daya Air
di Provinsi Bali dan mengujicobakan draft Panduan
Penjaminan Kualitas. Kesimpulan penjaminan kualitas ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak
terkait untuk menyempurnakan draft Panduan Penjaminan Kualitas dan memperhatikan lebih cermat lagi
proses pelaksanaan KLHS di masa datang dengan
memperhatikan kriteria penjaminan kualitas dalam
memastikan agar prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam KRP
yang dikaji serta dalam pengambilan keputusan
strategis untuk mendukung pembangunan yang
berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.
1.2. Pendekatan Penjaminan Kualitas KLHS
Laporan penjaminan kualitas ini didasarkan terutama kepada informasi yang tersedia dalam dokumentasi KLHS sebagaimana terlampir. Hasil dari penjaminan kualitas ini telah dibahas dalam Workshop
Penjaminan Kualitas KLHS di Denpasar, Bali pada
tanggal 29 Februari 2012.

12 Draft Panduan Penjaminan Kualitas per 24 Februari


2012

2. Hasil Evaluasi Umum


Pelaksanaan KLHS
Hasil evaluasi umum terhadap KLHS Pengelolaan
dan Pelestarian Sumber Daya Air (selanjutnya disebut
juga KLHS Bali) adalah sebagai berikut:
KLHS Bali menyajikan pendekatan yang menarik,
namun demikian dapat dipahami bahwa yang
tertuang adalah sebuah kajian lingkungan semata, dan belum merupakan kajian stratejik terhadap sebuah kebijakan, rencana dan/atau program (KRP) yang akan ditetapkan. Dengan kata
lain, KLHS Bali tidak melekat pada KRP tertentu.
KLHS Bali juga dapat dipahami sebagai sebuah
latihan penentuan ruang lingkup yang menjadi
dasar untuk evaluasi lebih lanjut, artinya dampak
dari KRP di masa depan terhadap isu-isu utama
dan tujuan-tujuan yang dikembangkan melalui
KLHS Bali dapat dievaluasi.
Meskipun persetujuan informal telah dibuat di
antara lembaga perencanaan dan Kemendagri
bahwa hasil-hasil dan kesimpulan dari KLHS
tersebut akan digunakan dalam penyusunan
lebih lanjut KRP provinsi dan dipromosikan di
tingkat kabupaten, saat ini tidak jelas apakah dan
bagaimana gagasan tersebut dapat diikuti dalam
prakteknya.
KLHS Bali telah direncanakan dengan baik sebelum proses tersebut diluncurkan; dan Kemendagri
telah membahas pendekatan tersebut dengan
pemerintah provinsi dan pemangku kepentingan
lainnya.
KLHS Bali telah secara tepat menyoroti tidak
hanya isu-isu lingkungan, tetapi juga mempertimbangkan isu-isu berkelanjutan yang lebih luas
(contohnya pertumbuhan penduduk, peningkatan kesadaran, kerjasama antar daerah hulu-hilir,

dll.).
KLHS Bali melibatkan sejumlah pemangku kepentingan termasuk perwakilan pemerintah
provinsi dan lembaga-lembaga masyarakat
terkait (khususnya peran serta lembaga perencanaan dapat dianggap sangat penting).
KLHS Bali dilakukan dalam jangka waktu yang
singkat (kurang lebih 3 bulan), sehingga menyisakan hanya sedikit waktu untuk langkah-langkah
akhir dari kajian tersebut (perumusan rekomendasi dll.).

KLHS Bali tidak meliputi keseluruhan dampak


yang mungkin timbul; karena fokus utamanya kepada dampak-dampak yang terkait dengan sumber daya air, contohnya dampak terhadap kesehatan masyarakat, dampak yang mungkin timbul
akibat perubahan iklim tetap tidak terjawab.

KLHS Bali semata-mata didasarkan pada konsultasi dengan para pemangku kepentingan, yakni
proses tersebut dilakukan melalui suatu rangkaian
yang terdiri dari tiga lokakarya (dan focus group
discussion internal dalam lingkup tim KLHS). Proses KLHS dalam yang tertuang dokumentasi KLHS
dibahas dalam lokakarya-lokakarya tersebut.
Karena pendekatan tersebut, dapat disimpulkan
bahwa KLHS Bali sampai taraf tertentu kekurangan analisis dan substansi, yang artinya kesimpulan dan rekomendasi didasarkan hanya pada
pendapat para pemangku keputusan dan tidak
didukung dengan data dan informasi terkait.

Walaupun dokumentasi KLHS tersebut memberikan gambaran umum tentang pendekatan dan
metodologi (namun demikian, sebagian besar
metode ditujukan kepada pemberian kemudahan
untuk pembahasan dan pengorganisasian masukan dari para pemangku kepentingan), tidak jelas
bagaimana metode-metode tertentu digunakan
(contohnya, disebutkan dalam dokumentasi KLHS
tersebut bahwa lembaran peta digunakan untuk
perumusan sub-tujuan dan prioritas pembangunan, tetapi tidak dijelaskan lebih jauh bagaimana
tepatnya metode tersebut dimanfaatkan dan apa
saja hasil-hasil utamanya).

Informasi dasar terbatas pada penjelasan tentang keadaan aktual di provinsi tersebut untuk
isu-isu yang terkait dengan sumber daya air (artinya tanpa informasi tentang kecenderungan dan
data time series), merupakan satu-satunya bagian
dari KLHS Bali, yang disusun oleh para ahli KLHS,
semua bagian lainnya mencerminkan hasil-hasil
dari pembahasan dengan para pemangku kepentingan.

KLHS Bali secara jelas melimpahkan tanggung


jawab atas pengelolaan dan mitigasi dampak
terkait kepada masing-masing kelompok (cluster)
dari prioritas pembangunan (yang mencerminkan langkah-langkah mitigasi).

Peta-peta yang digunakan dalam dokumentasi


KLHS tersebut mengilustrasikan dengan baik
keadaan di provinsi tersebut terkait dengan isuisu yang disoroti dalam lingkup KLHS Bali.
Dengan mempertimbangkan fokus utama KLHS
Bali, informasi yang lebih tentang Kualitas air,
sumber-sumber pencemaran air, pemakaian air
dan tentang keadaan kesehatan dan keanekaragaman hutan seharusnya diberikan dalam dokumentasi KLHS. Dokumentasi KLHS seharusnya
juga menggambarkan aspek-aspek utama dari
kesehatan masyarakat (contohnya, status penyakit-penyakit yang menyebar melalui air dll.) dan
pertumbuhan penduduk.
KLHS Bali secara tepat menyoroti bukan hanya
dampak-dampak langsung, tetapi juga dampak-

dampak sekunder dan tidak langsung (contohnya


isu kesadaran masyarakat, penegakan hukum,
pembagian insentif ), walaupun hanya terfokus
kepada dampak-dampak negatif yang mungkin
timbul.

KLHS Bali mendefinisikan prioritas-prioritas pembangunan untuk masing-masing isu strategis prioritas, yang dapat dipahami sebagai suatu bentuk
mitigasi tertentu. Sifat dari langkah-langkah mitigasi yang disarankan lebih umum dan terutama
dirumuskan sebagai tujuan-tujuan (contohnya
menambah ruang terbuka hijau atau memperbanyak penggunaan pupuk dan pestisida
organik), dan instruksi serta aktivitas yang lebih
spesifik tidak tersedia. Akan tetapi, hal tersebut
tampaknya sejalan dengan pendekatan keseluruhan terhadap KLHS Bali. Sebagaimana disebutkan
sebelumnya, tujuan utama adalah untuk menyarankan prioritas dan tujuan untuk pengelolaan
dan pelestarian sumber daya air.
Dokumentasi KLHS tersebut mudah dibaca dalam
hal penggunaan bahasa; akan tetapi, struktur dan
logika internal dari dokumen, terutama mengikuti lokakarya-lokakarya yang diselenggarakan dalam lingkup proses KLHS dan mencampuraduk-

Hasil Penjaminan Kualitas Terhadap Kajian Lingkungan Hidup Strategis


Pengelolaan Dan Pelestarian Sumber Daya Air Provinsi Bali

kannya dengan bab-bab lain. Contohnya,


kurang jelas metode apa yang digunakan
untuk pemilihan akhir isu-isu strategis prioritas, mengapa hanya tiga isu strategis prioritas
dianalisis, dan dokumentasi KLHS tidak memberikan petunjuk yang jelas apakah semua
isu yang semula disarankan diterima dan apa
mekanisme pemilihan isu-isu untuk daftar
akhir dll.
Indikator-indikator didefinisikan untuk masing-masing isu prioritas strategis.
Sebagaimana disebutkan sebelumnya, KLHS
Bali semata-mata didasarkan pada konsultasi
dengan para pemangku kepentingan; akan
tetapi, dokumentasi KLHS tersebut tidak
memberikan informasi apapun tentang para
pemangku kepentingan yang terlibat dalam
proses tersebut dan identifikasi mereka, tidak
mencakup rangkuman komentar yang diutarakan selama proses tersebut, tidak menunjukkan apakah dan bagaimana komentar-komentar tersebut digunakan dalam KLHS.

3. Rekomendasi
untuk Perbaikan
Pelaksanaan KLHS
Dengan mempertimbangkan hasil evaluasi
umum, beberapa hal berikut ini adalah rekomendasi untuk peningkatan kualitas pelaksanaan KLHS di masa datang:
KLHS harus terfokus secara jelas pada suatu
KRP tertentu. Hanya beberapa masukan dari
KLHS yang tertuang dalam dokumentasi
KLHS dapat memberikan masukan ke dalam
proses-proses perencanaan dan pengambilan keputusan.
KLHS pada dasarnya harus mengevaluasi
dampak-dampak yang mungkin timbul (yang
disebabkan oleh pembangunan yang diusulkan dalam KRP) dan berdasarkan evaluasi
tersebut, KLHS harus menyarankan langkahlangkah terkait yang relevan untuk memitigasi dampak-dampak merugikan dan meningkatkan dampak-dampak positif ).
KLHS tidak boleh dipersepsikan hanya sebagai proses konsultasi. Meskipun konsultasi
dan peran serta para pemangku kepentin-

gan mencerminkan bagian yang penting dan


tak terpisahkan dari proses KLHS, KLHS juga
harus mencakup pekerjaan analisis tertentu,
yang seharusnya dilakukan oleh KLHS dan
dengan demikian memberikan latar belakang
untuk pembahasan dengan para pemangku
kepentingan.
KLHS harus menyoroti berbagai isu lingkungan dan keberlanjutan, artinya tidak boleh
terbatas kepada sumber daya air saja. Kumpulan isu yang akan disoroti dalam KLHS
tertentu harus ditentukan dalam tahap penentuan ruang lingkup (dan diuraikan lebih
lanjut serta dipertajam dalam langkah-langkah berikut ini).
Sebaiknya dilakukan perancangan pelaksanaan KLHS yang memberikan tahapan yang
akan dilakukan secara yang jelas, termasuk
analisis yang akan dilakukan, pengidentifikasian masyarakat dan pemangku kepentingan
lainnya dll.
Di awal KLHS, sebuah pernyataan tertulis informal dapat dipersiapkan oleh pembuat KRP
bekerjasama dengan pihak-pihak terkait yang
menentukan bagaimana hasil-hasil KLHS
akan dipertimbangkan baik dalam proses
perencanaan maupun dalam pengambilan
keputusan. Pernyataan tersebut dapat dilampirkan dalam dokumentasi KLHS, yang dapat
digunakan untuk memantau bagaimana implementasi dari komitmen-komitmen yang
telah disepakati.
Proses KLHS harus mencakup unsur-unsur
atau tahap-tahap dalam mekanisme KLHS,
sebagai berikut:
o Kajian pengaruh KRP terhadap kondisi
lingkungan hidup di wilayah yang akan
dikaji;
o Alternatif penyempurnaan KRP; dan
o Rekomendasi perbaikan KRP.
Konsultasi dengan para pemangku kepentingan serta keterlibatan mereka harus dilakukan sebagai bagian yang tidak terpisahkan
dari langkah-langkah tersebut di atas.
Semua kesimpulan dan hasil yang diberikan
oleh KLHS harus didukung dengan bukti, sebaiknya dengan data atau informasi terkait
dan kepustakaan atau pendapat ahli. Akan
tetapi, harus jelas apa dasar dari pernyataan-

pernyataan dalam proses dan tahapan KLHS.


Rekomendasi dan kesimpulan yang diberikan
oleh KLHS harus sespesifik mungkin. Logika umumnya adalah mulai dari isu-isu umum lalu beralih ke isu-isu yang lebih rinci. Misalnya apabila air
merupakan isu umum, maka analisis dasar harus
mengidentifikasikan kecenderungan dan permasalahan utama, seperti pencemaran udara dari
pertanian. Dampak KRP terhadap permasalahan
tersebut harus dievaluasi dan dapat menjadi bahan rekomendasi, misalnya, memberikan spesifikasi tentang daerah-daerah di mana ekstensifikasi pertanian harus dibatasi karena kurangnya
sumber daya air.
Semua hasil dari setiap tahapan dan proses KLHS
harus dikonsultasikan dengan masyarakat dan
pemangku kepentingan lain yang relevan, untuk
mendapatkan persetujuan bersama yang akan
diajukan untuk penyempurnaan KRP. Tahapan
dan proses tersebut harus dirangkum dalam dokumentasi KLHS. Dokumentasi KLHS juga harus
memuat catatan-catatan kendala yang dihadapi
untuk memberikan gambaran yang jelas terkait
dengan rekomendasi.
Upaya untuk membuka proses KLHS kepada
masyarakat dan pemangku kepentingan secara
luas, perlu dipertimbangkan. Konsultasi dengan
para pemangku kepentingan tidak boleh terbatas hanya dalam penyelenggaraan lokakarya.
Rancangan dokumen (contohnya ruang lingkup
yang disarankan untuk KLHS atau rancangan dokumentasi KLHS) dapat dipublikasikan dan disebarluaskan dalam rangka mendapatkan umpan
balik dan membiasakan para pemangku kepentingan dengan informasi tersebut sebelum rapat
atau lokakarya.

Keterlibatan para pemangku kepentingan harus


direncanakan dengan seksama (sebaiknya sebelum KLHS dirilis). Dari awal proses tersebut harus
jelas bagaimana para pemangku kepentingan
akan diidentifikasi, media apa yang akan digunakan untuk memastikan peran serta mereka yang
efisien, dan kesimpulan-kesimpulan utama seperti apa yang diharapkan dari proses konsultasi
tersebut.
Konsultasi dengan para pemangku kepentingan
harus didokumentsaikan dengan baik, antara
lain rangkuman tentang semua komentar dan
pendapat yang diutarakan dalam lingkup proses
KLHS, serta bagaimana mengakomodasi masukan-masukan tersebut dalam proses KLHS yang
dilaksanakan. Sebagai salah satu prasyarat utama
untuk keterlibatan para pemangku kepentingan
yang efisien, para pemangku kepentingan harus
memperoleh kesempatan untuk meninjau kembali apa tindak lanjut dari masukan-masukan
mereka. Apabila tidak diperhatikan, mereka dapat merasa bahwa peran serta mereka tidak dianggap serius dan kesediaan mereka untuk berperan serta dalam proses KLHS berikutnya dapat
berkurang.

4. Hasil Penjaminan
Kualitas KLHS
Tabel 1 menyajikan hasil penjaminan kualitas KLHS
berdasarkan kriteria kualitas yang dituangkan dalam
bentuk pertanyaan-pertanyaan.

Hasil Penjaminan Kualitas Terhadap Kajian Lingkungan Hidup Strategis


Pengelolaan Dan Pelestarian Sumber Daya Air Provinsi Bali

Tabel 1
Hasil Penjaminan kualitas KLHS
Komentar
No.

Pertanyaan untuk
Penjaminan kualitas

Evaluasi Deskriptif

Setiapkomentar yang relevan


denganevaluasi-misalnyasaran
untuk perbaikanlaporan,tindakan
yang harusdilakukan,dll.

BAGIAN 1: PENGKAJIAN PENGARUH KRP


Pengkajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Wilayah Perencanaan, dilaksanakan melalui
tahapan sebagai berikut.
1.1

PERANCANGAN PROSES KLHS

1.1.1

Apakah ada penjelasan


mengenai maksud dan
tujuan KLHS?

1.1.2

Apakah mekanisme
pelaksanaan KLHS telah
direncanakan dan
dirancang sesuai dengan
KRP?

Proses KLHS tersebut telah direncanakan sebelum


KLHS diluncurkan; kesimpulan-kesimpulan dari
pembahasan di antara Kemendagri dan
pemerintah provinsi Bali telah digunakan dalam
KAK. Dengan demikian, penyusunan KAK
benar-benar berfungsi sebagai landasan untuk
pembahasan tentang maksud dan tujuan KLHS.
KAK menentukan maksud-maksud dari KLHS
serta target dan hasil-hasil. KAK secara jelas
menyatakan bahwa salah satu targetnya adalah
untuk merumuskan rekomendasi untuk
penyempurnaan KRP dan pengambilan keputusan
terkait yang akan mengintegrasikan prinsip
pembangunan yang berkelanjutan.

Selain tujuan dan target, KAK


sebaiknya juga memberikan
instruksi-instruksi yang jelas untuk
KLHS yakni untuk mendefinisikan
langkah-langkah dan tahapan dari
proses, analisis yang akan dilakukan, identifikasi para pemangku
kepentingan utama, dll.

1.1.3

Apakah proses
perencanaan KRP
dipertimbangkan ketika
merancang proses KLHS?

Tidak ada proses perencanaan tertentu yang harus


dipertimbangkan dan diikuti oleh KLHS. Kenyataan
tersebut dapat dilihat sebagai salah satu tantangan
utama dari pendekatan tersebut, karena tidak ada
keterkaitan yang jelas kepada pengambilan
keputusan terkait dan dengan demikian
kesimpulan dan saran dari KLHS tetap tidak
tersoroti oleh para pengambil keputusan.

Meskipun KLHS seharusnya menyoroti lebih dari satu dokumen


strategis, harus diperjelas, proses
pengambilan keputusan mana
dan para pengambil keputusan
mana yang harus
memperhitungkan kesimpulan
dan hasil-hasil KLHS. Apabila
tidak, besar risikonya bahwa
KLHS tidak akan berdampak
nyata pada keputusan(keputusan) tentang
pembangunan lebih lanjut.

Menurut Undang-Undang no. 32/2009 tentang


Perlindungan Lingkungan Hidup, dokumentasi
KLHS pada umumnya menyatakan, bahwa KLHS
dilakukan dalam rangka memastikan bahwa
prinsip prinsip pembangunan yang berkelanjutan
diintegrasikan dalam pembangunan provinsi dan
dokumen-dokumen strategis terkait. Sebagaimana
jelas terlihat dalam dokumentasi KLHS tersebut,
tujuan utama KLHS tersebut adalah untuk
mendefinisikan isu-isu strategis utama, tujuan dan
prioritas program untuk pengelolaan dan
pelestarian sumber daya air.

Komentar
No.

Pertanyaan untuk
Penjaminan kualitas

Evaluasi Deskriptif

Setiapkomentar yang relevan


denganevaluasi-misalnyasaran
untuk perbaikanlaporan,tindakan
yang harusdilakukan,dll.

1.1.4

Apakah KLHS dilakukan


sebagai bagian integral
dari proses penyusunan
KRP?

Tidak lihat di atas.

1.1.5

Jika pelaksanaan proses


KLHS sebagai bagian
integral dari proses
penyusunan KRP tidak
terjadi, maka apakah ada
penjelasan interaksi
antara proses
penyusunan KRP dan
KLHS?

Tidak lihat di atas.


Akan tetapi, terdapat pernyataan umum informal
yang diberikan oleh para perwakilan Bappeda,
bahwa hasil-hasil KLHS akan digunakan dalam
penyusunan rencana-rencana provinsi di masa
depan dan akan dipromosikan untuk
dipertimbangkan dalam proses perencanaan di
tingkat kabupaten dalam lingkup provinsi
tersebut.

1.2

IDENTIFIKASI DAN PELIBATAN MASYARAKAT DAN PEMANGKU KEPENTINGAN LAINNYA

1.2.1

Apakah pemangku
kepentingan yang akan
dilibatkan dalam KLHS
diidentifikasikan pada
permulaan proses KLHS?

Daftar awal dari para pemangku kepentingan


disusun oleh para ahli KLHS di awal proses tersebut
dan disetujui oleh perwakilan dari pemerintah
provinsi, yang menyebarkan undangan untuk
lokakarya pertama. Berbagai pemangku
kepentingan dibahas dalam setiap lokakarya, yang
hasilnya adalah undangan bagi para pemangku
kepentigan lain untuk rapat berikutnya.

1.2.2

Apakah rencana
konsultasi dan partisipasi
dibuat?

Karena KLHS Bali dilakukan semata-mata melalui


konsultasi dengan para pemangku kepentingan,
pendekatan terhadap KLHS juga mencerminkan
rencana konsultasi, artinya sebuah gambaran
tentang agenda untuk masing-masing lokakarya
dan hasil-hasil yang diharapkan telah disusun
sebelum proses KLHS dirilis.

1.2.3

Apakah dijelaskan juga


representasi pemangku
kepentingan yang
dilibatkan, termasuk
pembuat KRP?

Dokumentasi KLHSmenyebutkanbahwa wakilwakilmasyarakat terlibat dalamKLHStermasuk


pengusaha pariwisatadan industri, pekerja pertaniandan kelompokkomunikasi umum, namun
dokumentasi KLHStidak memberikandaftar
orang-orangdan / atau lembaga yang berpartisipasidalam prosesKLHS.

1.2.4

Apakah undangan, daftar Tidak dapat dievaluasi-perludidiskusikan


hadir, notulensi atau
dengantimKemendagri.
berita acara, dari kegiatan
diskusi terbuka untuk
pemangku kepentingan
yang relevan?

Pernyataan tertulis informal dapat


dipersiapkan oleh lembaga perencanaan bekerja sama dengan tim
KLHS di awal proses KLHS yang
menentukan bagaimana hasilhasil KLHS akan dipertimbangkan
baik dalam proses perencanaan
maupun dalam pengambilan
keputusan. Pernyataan tersebut
dapat dilampirkan dalam dokumentasi KLHS, yang memungkinkan untuk memantau
bagaimana komitmen-komitmen
yang pada awalnya diterima
sudah dipenuhi.

Hal ini dapatdirekomendasikanuntuk menyertakandalam


dokumentasi KLHS (misalnya
dalam bentuk lampiran)
gambaran dari semuastakeholder
yang terlibat dalamprosesKLHS.

Hasil Penjaminan Kualitas Terhadap Kajian Lingkungan Hidup Strategis


Pengelolaan Dan Pelestarian Sumber Daya Air Provinsi Bali

Komentar
No.

Pertanyaan untuk
Penjaminan kualitas

Evaluasi Deskriptif

1.2.5

Apakah partisipasi dan


konsultasi dengan
pemangku kepentingan
dalam pelaksanaan
proses KLHS dilakukan
bersama-sama dengan
pelaksanaan proses
penyiapan KRP?

Tidak ada proses perencanaan yang kepadanya


KLHS dapat dilekatkan, oleh karena itu, konsultasi
tersebut diselenggarakan hanya dalam lingkup
proses KLHS.

1.2.6

Apakah lingkup KLHS


didiskusikan dengan
pembuat KRP dan
pemangku kepentingan?

Sebagaimana yang dapat disimpulkan dari


dokumentasi KLHS tersebut para pemangku
kepentingan dilibatkan pada semua tahap pada
kenyataannya KLHS tersebut dilakukan hanya
semata-mata melalui konsultasi dengan para
pemangku kepentingan.

1.2.7

Apakah pemangku
kepentingan dikonsultasikan dengan cara dan
pada waktu yang
memberikan mereka
kesempatan awal dan
efektif dalam kerangka
waktu yang sesuai untuk
menyampaikan pendapat
mereka terhadap draf KRP
dan dokumentasi KLHS?

Para pemangku kepentingan dilibatkan pada


semua tahap KLHS, oleh karena itu mereka
mendapatkan kesempatan untuk menyatakan
komentar-komentar mereka secara langsung
dalam lokakarya-lokakarya yang diselenggarakan
dalam lingkup KLHS. Tidak ada kemungkinan
lainnya (misalnya mempublikasikan rancangan
kesimpulan untuk mendapatkan umpan balik
tertulis).

1.2.8

Apakah semua pemangku


kepentingan yang relevan
mempunyai kesempatan
untuk memberikan
komentar dan masukan
selama proses KLHS?

Seperti telahdijelaskan di atas-pemangku kepentinganterlibat dalamsemua tahapKLHS,maka


mereka memilikikesempatan untuk mengekspresikankomentar merekalangsung diworkshopyang
diselenggarakan dalamKLHS.Tidak adakemungkinan lain (misalnyamenerbitkankesimpulandraft
untukumpan baliktertulis)bagi para pemangku
kepentingantidak diundanguntuk memberikan
komentar danmasukan untukKLHS.

1.2.9

Apakah informasi dan


Tidak relevankarena pendekatankhususterhadap
dokumentasi KLHS yang KLHSuntuk Bali.
relevan (mulainya proses
KLHS, pelingkupan, pertemuan, laporan, rekomendasi, persetujuan, dll)
terbuka untuk publik?
Jelaskan juga apakah
informasi/dokumen
dapat diakses melalui
media masa?

Setiapkomentar yang relevan


denganevaluasi-misalnyasaran
untuk perbaikanlaporan,tindakan
yang harusdilakukan,dll.

Dapat dipertimbangkan untuk


membuka proses KLHS di masa
depan misalnya dengan
mempublikasikan hasil-hasil
rancangan kerja dari KLHS
(contohnya ruang lingkup kajian
yang disarankan, rekomendasi
rancangan) dan memungkinkan
komentar-komentar untuk
dinyatakan secara tertulis (tidak
hanya dalam lokakarya).

Komentar
No.

Pertanyaan untuk
Penjaminan kualitas

Evaluasi Deskriptif

1.2.10

Apakah pemrakarsa KRP Perlu dibicarakandengan timKemendagri.


melakukan konferensi
pers dan/atau
pengumuman untuk
mensosialisasikan atau
mengumumkan hasil
KLHS kepada publik untuk
mendapatkan komentar?

1.3

IDENTIFIKASI ISU PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

1.3.1

Apakah isu-isu strategis


lingkungan hidup / pembangunan berkelanjutan
yang akan ditangani KLHS
diidentifikasikan dengan
jelas (seperti sebab dan
akibat, tingkat keseriusan
dan lokasinya)? Jika
demikian, jelaskan.

KLHS tersebut terutama terfokus kepada


pengelolaan dan pelestarian sumber daya air, akan
tetapi tidak dari segi evaluasi terhadap dampakdampak yang mungkin timbul terhadap isu
tersebut yang dihasilkan oleh KRP, melainkan lebih
dari segi definisi dari prioritas dan tujuan yang
akan diikuti dalam bidang sumber daya air. Untuk
tujuan tersebut, KLHS tersebut menentukan isu-isu
strategis prioritas (yang menyoroti karakteristik
fisika-kimiawi, keanekaragaman hayati, isu-isu
sosial dan budaya serta isu-isu ekonomi) untuk
masing-masing isu strategi, penyebab terkait
diidentifikasi dan sub-tujuan serta prioritas
pembangunan didefinisikan.

1.3.2

Apakah ruang lingkup


wilayah KLHS (yaitu
kawasan yang mungkin
akan terkena pengaruh
KRP) termasuk lokasi di
luar batas administratif
didefinisikan?

KLHS tersebut terfokus kepada keseluruhan


wilayah pulau Bali. Akan tetapi, ruang lingkup
wilayah tersebut secara alami diambil dari
perbatasan administratif dan geografis (karena
KLHS dilakukan untuk provinsi Bali, yang meliputi
seluruh pulau) dan tidak berdasakan evaluasi
pendahuluan terhadapa dampak-dampak yang
mungkin ditimbulkan (karena KLHS tidak terfokus
pada evaluasi dampak). KLHS tersebut
mendefinisikan sub-tujuan untuk masing-masing
isu strategis prioritas.

Setiapkomentar yang relevan


denganevaluasi-misalnyasaran
untuk perbaikanlaporan,tindakan
yang harusdilakukan,dll.

KLHS seharusnya mengevaluasi


dokumen strategis dari sudut
pandang dampak yang mungkin
ditimbulkan. KLHS untuk Bali,
meskipun demikian, tidak
menyoroti baik KLHS tertentu
maupun dampak-dampaknya.
Dengan demikian, KLHS tersebut
dapat dipersepsikan lebih sebagai
sebuah perencanaan lingkungan
hidup (yang tidak diragukan lagi
dapat menjadi proses yang
bermanfaat) dan evaluasi dari
dampak-dampak yang mungkin
ditimbulkan terhadap sumber
daya air yang dihasilkan oleh
pembangunan yang direncanakan
tersebut sangat terbatas. Dengan
mempertimbangkan fokus utama
dari KLHS untuk Bali, dapat
direkomendasikan bahwa isu-isu
lain yang juga berdampak
terhadap sumber daya air
seharusnya dicakup contohnya
pembangunan pertanian.

Hasil Penjaminan Kualitas Terhadap Kajian Lingkungan Hidup Strategis


Pengelolaan Dan Pelestarian Sumber Daya Air Provinsi Bali

Komentar
No.

Pertanyaan untuk
Penjaminan kualitas

Evaluasi Deskriptif

1.3.3

Apakah deskripsi isu


strategis lingkungan
hidup / pembangunan
berkelanjutan telah
didukung oleh data,
informasi dan analisis
yang sesuai?

KLHSterutamadifokuskan padapengelolaan
sumber daya air dan konservasi, sertamembuat
sebuah daftarisuprioritas strategisdijabarkanke
dalam sub-sasarandan prioritas pembangunan.
Dokumentasi KLHSmenyediakan profil dari
Provinsi Bali (BabIII),yang selaininformasi
dasartentang administrasi pulau inimenyajikan
jugafakta tentangtopografi, morfologi, struktur
geologi,jenis tanah, iklim(termasukdata tentang
curah hujandan suhuudara), hidrologi danpotensi
sumber dayaair (dengangambaran rinci tentang
sungai, danau, kolam,waduk dan mata air) dan
kawasan hutan.Namun, mengingatfokus utama
dariKLHS, informasilebih rinci tentangkualitas air,
sumber-sumberpencemaran air, konsumsiair
sertamengenai statuskesehatandan keragaman
hutanseharusnya diberikan. KLHS juga
harustelah menggambarkanaspekutama dari
kesehatan masyarakat(misalnyastatuspenyakit
yang terbawa air,dll.)dan pertumbuhan
penduduk.

1.3.4

Apakah diterangkan
dengan jelas bagaimana
isu strategis telah
didefinisikan?

KLHSterutamadifokuskan padapengelolaan
sumber daya air dan konservasi, sertamembuat
sebuah daftarisuprioritas strategisdijabarkanke
dalam sub-sasarandan prioritas pembangunan.
Dokumentasi KLHS menjelaskan bahwasatu setisu
prioritasstrategisdikembangkan melaluikonsultasi dengan pihak terkait(dalambentukserangkaian lokakarya),namun tidak memberikanindikasi
yang jelasjikasemua isuyang awalnya disarankandapat diterimadan apamekanismeuntuk
seleksiisuke daftarakhir.

1.3.5

Apakah tujuan yang


relevan untuk isu-isu
strategis pembangunan
berkelanjutan
diidentifikasi dan
dijelaskan?

KLHS tersebut mendefinisikan sub-tujuan untuk


masing-masing isu strategis prioritas.

Setiapkomentar yang relevan


denganevaluasi-misalnyasaran
untuk perbaikanlaporan,tindakan
yang harusdilakukan,dll.

Komentar
No.

10

Pertanyaan untuk
Penjaminan kualitas

Evaluasi Deskriptif

1.3.6

Jika ada isu tertentu yang


diabaikan dalam
pelaksanaan KLHS,
apakah diberikan dan
dijelaskan alasannya?

Sebagaimana telah digambarkan, KLHS tersebut


terutama terfokus pada pengelolaan dan
pelestarian sumber daya air, dan mendefinisikan
sebuah daftar isu-isu strategis prioritas yang
diuraikan ke dalam sub-tujuan dan prioritas
pembangunan. Dokumentasi KLHS tersebut
menjelaskan bahwa sekumpulan isu strategis
prioritas dikembangkan melalui konsultasi dengan
para pemangku kepentingan terkait (dalam bentuk
serangkaian lokakarya), akan tetapi, laporan
tersebut tidak memberikan petunjuk yang jelas
apakah semua isu yang pada awalnya disarankan
diterima dan mekanisme apa yang digunakan
untuk memilih isu-isu untuk daftar akhir.

1.4

IDENTIFIKASI KRP

1.4.1

Apakah subyek dari kajian KLHSini difokuskan padapengelolaan sumber


(yaitu KRP) didefinisikan
daya airdantidak terkait denganKRPtertentu
dengan jelas?
-karenapendekatan inisubjek
penilaiantidakdidefinisikan.

1.4.2

Apakah maksud dan


tujuan dari KRP yang
ditelaah dikemukakan
dengan jelas?

1.4.3

Apakah ada penjelasan


mengenai proses KRP?

KLHS tersebut tidak terkait dengan suatu KRP


tertentu.

As obvious from the ToR and the KLHS report, the


KLHS was designed with primary focus on
development of priorities and objectives of water
resources management and conservation rather
than on evaluating a particular strategic
document. Thus the KLHS process wasnt attached
to any specific planning process.

Setiapkomentar yang relevan


denganevaluasi-misalnyasaran
untuk perbaikanlaporan,tindakan
yang harusdilakukan,dll.

TPembahasan tentang isu-isu


strategis utama dapat didasarkan
kepada daftar panjang isu-isu
umum (mulai dari komponen
lingkungan hidup contohnya
udara, iklim, keanekaragaman
hayati, dll. Sampai isu-isu yang
lebih luas pertanian yang
berkelanjutan, penghidupan
penduduk asli, dll.) yang disusun
oleh tim KLHS dan dibagikan
kepada para pemangku
kepentingan terkait. Proses
selanjutnya harus terfokus kepada
kekhususan dari isu-isu umum
(contohnya keanekaragaman
hayati hutan di daerah
pegunungan, Kualitas udara di
daerah perkotaan) yang
mencerminkan karakteristik
utama dari wilayah yang diliputi
oleh KRP (keadaan lingkungan,
permasalahan sosial yang ada, dll.)
dan sifat serta isi yang diharapkan
dari KRP. Keseluruhan proses
pendefinisian isu-isu utama harus
didokumentasikan secara jelas
dalam dokumentasi KLHS.

Hasil Penjaminan Kualitas Terhadap Kajian Lingkungan Hidup Strategis


Pengelolaan Dan Pelestarian Sumber Daya Air Provinsi Bali

Komentar
No.

Pertanyaan untuk
Penjaminan kualitas

Evaluasi Deskriptif

Setiapkomentar yang relevan


denganevaluasi-misalnyasaran
untuk perbaikanlaporan,tindakan
yang harusdilakukan,dll.

1.4.4

Apakah bagian-bagian
KLHS tersebut tidak terkait dengan suatu KRP
dari KRP yang mempunyai tertentu.
dampak strategis
lingkungan hidup
diidentifikasikan dan
dijelaskan.

1.5

TELAAHAN PENGARUH KRP TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DI SUATU WILAYAH

1.5.1

Apakah aspek berikut


Seperti telahdisebutkan di atasKLHSituterutama
ditangani dalam evaluasi? difokuskan padapengelolaan sumber dayaair,
sehinggaaspekbawah tercantumtidak secara
khususdievaluasi.Namun,consdiering
analisisdilakukan, dapatdisimpulkanbahwa
KLHSditangani (sampai batastertentu)aspek
berikut:
a. kapasitas daya
dukung dan daya
tampung lingkungan
hidup untuk
pembangunan

X -ketersediaan (dan kurangpotensial)sumber


daya airdapat dianggapsebagai bagian daridaya
dukung.

b. perkiraan mengenai
dampak dan risiko
lingkungan hidup
c. kinerja layanan/jasa
ekosistem

X -sistem airdapat dianggap sebagaisalah satu


layananekosistem.

d. efisiensi pemanfaatan X-sumber daya air danmanajemen merekaadalah


sumber daya alam
salah satusumber daya alam
e. tingkat kerentanan
dan kapasitas adaptasi
terhadap perubahan
iklim
f. tingkat ketahanan dan X -keanekaragaman hayatidan
potensi
degradasihutanpenurunandimasukkanantara
keanekaragaman
isu-isustrategisdibahas dalamKLHS
hayati
g. aspek lain (harap
dijelaskan)

X -KLHSditanganisejumlah aspekdalam
bentukisustategic

11

Komentar
No.

12

Pertanyaan untuk
Penjaminan kualitas

Evaluasi Deskriptif

Setiapkomentar yang relevan


denganevaluasi-misalnyasaran
untuk perbaikanlaporan,tindakan
yang harusdilakukan,dll.

1.5.2

Apakah kondisi awal dari


isu strategis
pembangunan
berkelanjutan dijelaskan?

Dokumentasi KLHS tersebut memuat profil


Provinsi Bali (Bab III), yang di samping informasi
dasar tentang pemerintahan di pulau tersebut,
juga menyajikan fakta-fakta tentang topografi,
morfologi, struktur geologi, jenis tanah, iklim
(termasuk data tentang curah hujan dan suhu
udara), hidrologi dan sumber daya air yang
mungkin ada (dengan gambaran umum dari
sungai, danau, kolam, waduk dan mata air) serta
daerah hutan. Akan tetapi, dengan
mempertimbangkan fokus utama KLHS, informasi
yang lebih tentang Kualitas air, sumber-sumber
pencemaran air, pemakaian air, dan yang terkait
dengan status kesehatan dan keanekaragaman
hutan seharusnya diberikan. KLHS juga seharusnya
menggambarkan aspek-aspek utama kesehatan
masyarakat (contohnya keadaan penyakit-penyakit
yang menyebar melalui air dll.) dan pertumbuhan
penduduk.

Analisis dasar sebaiknya harus


mengikuti isu-isu utama yang
didefinisikan dalam tahap
penentuan ruang lingkup dari
KLHS dan mengarah kepada
spesifikasi yang lebih tepat dari
permasalahan utama yang akan
disoroti.

1.5.3

Apakah perkembangan
kecenderungan pada
masa lalu hingga saat ini
dianalisis untuk isu-isu
strategis?

Tidak, dokumentasi KLHS tersebut hanya terfokus


kepada gambaran dari
keadaan saat ini.

Analisis dari kecenderungan


historis menjadi dasar untuk
perkiraan dari kemungkinan
perkembangan masa depan. KLHS
untuk Bali seharusnya
menggambarkan, contohnya,
evolusi potensi air, data tentang
curah hujan di tahun-tahun
sebelumnya (hanya data dari
tahun 2008 dan 2009 saja yang
dicakup dalam laporan tersebut),
pengembangan kawasan hutan,
dll.

1.5.4

Jika hal tersebut di atas


dilakukan, apakah
penggerak utama (yaitu
faktor yang
mempengaruhi
kecenderungan)
diidentifikasi?

Meskipun kecenderungan tidak digambarkan,


untuk masing-masing isu strategis prioritas
penyebab-penyebab yang terkait digambarkan
(contohnya, intrusi air laut disebabkan oleh
ekspolitasi air tanah yang berlebihan) dalam
dokumentasi KLHS tersebut. Akan tetapi,
penyebab penyebab yang digambarkan tidak
didukung dengan data dan informasi (contohnya,
kerusakan hutan disebutkan sebagai salah satu
penyebab penurunan debit air permukaan, tetapi
dokumentasi KLHS tersebut tidak memberikan
rincian apapun tentang degradasi hutan,
perusakan hutan, dll.) dan dengan demikian
keabsahan dari pernyataan-pernyataan tersebut
tidak dapat dibuktikan.

Hasil Penjaminan Kualitas Terhadap Kajian Lingkungan Hidup Strategis


Pengelolaan Dan Pelestarian Sumber Daya Air Provinsi Bali

Komentar
No.

Pertanyaan untuk
Penjaminan kualitas

Evaluasi Deskriptif

1.5.5

Tanpa diterapkannya
suatu KRP, apakah
kecenderungan isu-isu
strategis pada masa
depan dianalisis?

Tidak dokumentasi KLHS tersebut tidak


menggambarkan perkembangan
yang mungkin terjadi di masa depan.

1.5.6

Apakah wilayah yang


lebih luas daripada
batas-batas administrasi
atau fisik dari wilayah
pengaruh KRP
dipertimbangkan dalam
analisis?

Tidak, daerah tersebut terbatas kepada wilayah


pulau Bali.

1.5.7

Apakah hal-hal dan


masalah utama yang
berkaitan dengan isu-isu
strategis dinyatakan
dengan jelas?

Seperti telahdijelaskan,KLHSterutamadifokuskan
pada pengelolaan sumber daya airdan konservasi,
sertamembuat sebuah daftarisustrategis
prioritasdijabarkanke dalam sub-sasarandan
prioritaspembangunan. Prioritasisu strategisdapat dipahami sebagaimenyajikan masalah
utama lingkungan.Untuk setiapisu strategislokasi, faktor penyebab, dan dampak
/implikasi/konsekuensi didefinisikanmelalui
konsultasidengan para pemangku kepentingan
yang relevan(dalambentukserangkaian
lokakarya).

1.5.8

Bila demikian, apakah


dijelaskan jika hal-hal dan
masalah utama tersebut
dapat dipengaruhi oleh
KRP?

Dokumentasi KLHS tersebut memberikan daftar


dampak / implikasi untuk masing-masing isu
strategis prioritas (lihat Table 11 dan 17), juga
dampak-dampak yang mungkin timbul disebutkan
dalam lokakarya yang diselenggarakan dalam
lingkup proses KLHS (sebagaimana jelas terlihat
dalam Bab V).

1.5.9

Apakah KLHS dari KRP


mempertimbangkan data
dan informasi dari KRP
lain yang terkait (dan
KLHS-nya)?

Lokakarya ketiga yang diselenggarakan dalam


lingkup KLHS tersebut didedikasikan kepada
pembahasan tentang keterkaitan di antara
berbagai KRP provinsi dan bidang pengelolaan
dan pelestarian sumber daya air. Sinergi di antara
rencana pembangunan provinsi, rencana tata
ruang provinsi, Kebijakan Bali Bersih dan Hijau dan
lembaga-lembaga pertanian, juga keterkaitan di
antara rencana pembangunan provinsi, prioritas
tata ruang dan isu-isu strategis (yang didefinisikan
oleh KLHS tersebut) dibahas (lihat Tabel 23 dan 24
dalam dokumentasi KLHS tersebut), akan tetapi,
dalam dokumentasi KLHS tersebut tidak
sepenuhnya jelas bagaimana kesimpulankesimpulan dari pelaksanaan tersebut digunakan
dalam langkah-langkah KLHS selanjutnya.

Setiapkomentar yang relevan


denganevaluasi-misalnyasaran
untuk perbaikanlaporan,tindakan
yang harusdilakukan,dll.

Dampak yang mungkin timbul


terhadap laut (khususnya yang
terkait dengan pembuangan air
limbah ke laut) sebenarnya dapat
dipertimbangkan dalam KLHS.

13

Komentar
No.

14

Pertanyaan untuk
Penjaminan kualitas

Evaluasi Deskriptif

Setiapkomentar yang relevan


denganevaluasi-misalnyasaran
untuk perbaikanlaporan,tindakan
yang harusdilakukan,dll.

1.5.10

Apakah konflik antara


sasaran pengelolaan
lingkungan hidup
terhadap isu-isu strategis
dan tujuan KRP
diidentifikasi dan
dijelaskan?

Tidak dikarenakan tidak adanya KRP tunggal


untuk disoroti oleh KLHS tersebut. Akan tetapi,
tampaknya dalam lingkup pembahasan tentang
keterkaitan di antara isu-isu strategis prioritas dan
KRP provinsi, pertentangan dan sinergi yang
mungkin timbul di antara tujuan-tujuan KRP juga
disoroti, walaupun kesimpulan-kesimpulannya
tidak digambarkan secara jelas dalam dokumentasi
KLHS tersebut.

1.5.11

Apakah dalam analisis


KLHS dijelaskan
mengenai kemungkinan
keterbatasan data dan
informasi yang tersedia
dan mengenai potensi
yang terkait dengan
ketidakpastian?

Tidak, dokumentasi KLHS tersebut tidak


menyebutkan permasalahan apapun terkait
dengan kurangnya informasi atau data.

Dalam dokumentasi KLHS


tersebut tidak jelas apakah
informasi yang diberikan dalam
Bab III (Profil singkat dari Provinsi
Bali) terbatas dikarenakan
ketidaktersediaan data (atau
ketiadaan data) atau apakah
pendekatan yang dipilih untuk
KLHS tidak mempersyaratkan
analisis yang lebih .

1.5.12

Apakah seluruh dampak


KRP terhadap isu-isu
penting lingkungan
hidup / pembangunan
berkelanjutan dievaluasi
dalam pengkajian?

Ada dampak-dampak yang secara singkat


digambarkan untuk masing-masing isu strategis
prioritas dalam dokumentasi KLHS tersebut, akan
tetapi, gambaran tersebut sebenarnya menyoroti
bagaiman isu strategis prioritas tersebut
berdampak terhadap keadaan, artinya gambaran
tersebut tidak memberikan informasi tentang
bagaimana isu strategis tersebut dapat terkena
dampak dari pembangunan yang diusulkan atau
diharapkan (yang tercermin dalam bagian
penyebab-penyebab).

KLHS harus mengevaluasi


dampak-dampak yang mungkin
timbul, artinya bagaiman
pembangunan yang diusulkan
dapat mempengaruhi isu-isu
lingkungan dan/atau
berkelanjutan utama,
permasalahan, kekhawatiran.

Hasil Penjaminan Kualitas Terhadap Kajian Lingkungan Hidup Strategis


Pengelolaan Dan Pelestarian Sumber Daya Air Provinsi Bali

Komentar
No.

Pertanyaan untuk
Penjaminan kualitas

Evaluasi Deskriptif

1.5.13

Apakah ada dampak dari


isu lingkungan hidup /
pembangunan
berkelanjutan yang
ditiadakan dari evaluasi?

KLHS tersebut tidak meliputi keseluruhan dari


dampak yang mungkin timbul; karena pembatasannya terhadap implikasi-implikasi yang terkait
dengan sumber daya air, oleh karena itu, misalnya,
dampak-dampak yang mungkin timbul terhadap
kesehatan masyarakat, dampak yang mungkin
timbul dari perubahan iklim tetapi tidak terjawab.
Jelas terlihat juga bahwa dampak-dampak yang
digambarkan untuk masing-masing isu strategis
prioritas telah diperluas, karena prioritas pembangunan (yang secara logika harus mencerminkan dampak-dampak yang diidentifikasi) meliputi
cakupan isu dan permasalahan yang jauh lebih
luas daripada yang disajikan dalam gambaran
dampak
(contohnya, tidak ada dampak maupun penyebab
yang didefinisikan untuk penurunan Kualitas air
permukaan ... yang menyebutkan pencemaran
dari pertanian, akan tetapi, beberapa prioritas
pembangunan terfokus kepada pengurangan
pencemaran air yang disebabkan oleh pertanian.

1.5.14

Jika demikian, apakah


diberikan alasannya?

Meskipun tidak dinyatakan secara jelas dalam


dokumentasi KLHS tersebut, jelas terlihat bahwa
fokus utama kepada sumber daya air disebabkan
oleh orientasi keseluruhan dari KLHS untuk Bali.

1.5.15

Apakah dampak positif


dan negatif keduanya
dipertimbangkan?

KLHS tersebut terutama hanya menyoroti dampakdampak negatif, artinya berdasarkan pembahasan
tentang permasalahan utama yang terkait dengan
pengelolaan dan pelestarian sumber daya air,
dokumentasi KLHS tersebut menyarankan prioritas
dan tujuan yang dimaksudkan untuk memperbaiki
keadaan saat ini.

1.5.16

Apakah dampak sekunder


atau turunan
dipertimbangkan dalam
pengkajian?

Meskipun tidak dinyatakan secara jelas dalam


dokumentasi KLHS tersebut, kajian tersebut jelas
secara parsial mempertimbangkan implikasiimplikasi sekunder dan tidak langsung (contohnya
yang terkait dengan kesadaran masyarakat,
penegakan hukum).

Setiapkomentar yang relevan


denganevaluasi-misalnyasaran
untuk perbaikanlaporan,tindakan
yang harusdilakukan,dll.

Ada dampak-dampak yang terkait


dengan sumber daya air, yang
sebenarnya dapat
dipertimbangkan untuk dicakup
dalam kajian tersebut, contohnya
kesehatan masyarakat, dampakdampak dari perubahan iklim
terhadap sumber daya air,
degradasi daerah pesisir,
pencemaran air laut, dll.

Dapat direkomendasikan bahwa


KLHS berikutnya di provinsi Bali
harus memperhitungkan juga
dampak-dampak positif yang
mungkin timbul yang dihasilkan
oleh pembangunan yang
direncanakan dalam rangka
memperkuat kinerja positif dari
KRP (dan dengan demikian
memberikan bantuan kepada
lembaga perencanaan dalam
mencapai KRP yang lebih baik dan
lebih efisien).

15

Komentar
No.

16

Pertanyaan untuk
Penjaminan kualitas

Evaluasi Deskriptif

1.5.17

Apakah dampak
kumulatif
dipertimbangkan dalam
pengkajian?

Tidak dampak-dampak digambarkan untuk


masing-masing isu strategis prioritas secara
terpisah. Akan tetapi, ada keterkaitan di antara isu
strategis prioritas dan dampak serta penyebab
terkait sebagaiman jelas terlihat dalam Tabel 17
(contohnya, isu prioritas tingginya tingkat
eksploitasi air tanah merupakan penyebab bagi
intrusi air laut).

1.5.18

Apakah karakteristik
dampak (keadaan,
signifikansi, probabilitas,
lingkup dan jangkauan,
frekuensi dan durasi,
keterbalikkan/
reversibility) dijelaskan?

Tidak dokumentasi KLHS tersebut hanya secara


singkat menggambarkan dampak dari masingmasing isu strategis prioritas.

1.5.19

Apakah dampak
dikuantifikasikan jika
mungkin?

Tidak kajian tersebut hanya dilakukan atas dasar


kualitatif.

1.5.20

Apakah pengkajian dampak didukung oleh perhitungan, contoh, referensi kepada kepustakaan
nasional dan internasional
dll.?

Tidak kajian tersebut didasarkan terutama pada


pembahasan dengan para pemangku
kepentingan, artinya masukan diberikan dalam
bentuk lokakarya dan focused group discussions.

Setiapkomentar yang relevan


denganevaluasi-misalnyasaran
untuk perbaikanlaporan,tindakan
yang harusdilakukan,dll.

Karena data tertentu tentang


sumber daya air dan isu-isu terkait
jelas tersedia (curah hujan, potensi sumber daya air, dll.), KLHS
sebenarnya dapat melakukan
sekurang-kurangnya kuantifikasi
umum dan kerangka dari dampak-dampak yang mungkin timbul (contohnya perkiraan kecenderungan di masa depan dalam
pemakaian air yang disebabkan
oleh pertumbuhan penduduk,
kecenderungan di masa depan
dari produksi air limbah dengan
mempertimbangkan pertumbuhan penduduk, dll.). Ini akan
membantu menyarankan
prioritas-prioritas pembangunan
yang lebih tepat dan rekomendasi
untuk pembangunan di masa
depan.

Hasil Penjaminan Kualitas Terhadap Kajian Lingkungan Hidup Strategis


Pengelolaan Dan Pelestarian Sumber Daya Air Provinsi Bali

Komentar
No.

Pertanyaan untuk
Penjaminan kualitas

Evaluasi Deskriptif

1.5.21

Apakah metode yang


digunakan untuk
mengkaji dampak
dijelaskan?

Karena KLHS tersebut tidak sepenuhnya menyoroti


evaluasi dampak, gambaran dari metode dan
perangkat tidak diberikan. Meskipun dokumentasi
KLHS tersebut memberikan gambaran umum dari
pendekatan dan metodologi (meskipun sebagian
besar ditujukan untuk memudahkan pembahasan
dan mengatur masukan dari para pemangku
kepentingan), tidak jelas bagaimana metodemetode tertentu digunakan (contohnya,
disebutkan dalam dokumentasi KLHS tersebut
bahwa pelapisan (overlay) peta digunakan untuk
perumusan sub-tujuan dan prioritas
pembangunan (hal. 7), tetapi selanjutnya tidak
jelas bagaimana tepatnya metode tersebut
digunakan dan hasil-hasil apa yang diberikan).

1.5.22

Apakah potensi
ketidakpastian dalam
pengkajian dampak
dijelaskan?

Tidak.

Setiapkomentar yang relevan


denganevaluasi-misalnyasaran
untuk perbaikanlaporan,tindakan
yang harusdilakukan,dll.

BAGIAN 2: PERUMUSAN ALTERNATIF PENYEMPURNAAN KRP


2.1

Apakah semua alternatif Tidak tidak ada alternatif yang disarankan / dikaji,
yang diusulkan oleh KRP karena KLHS tidak melekat kepada suatu KRP
dikaji berdasarkan analisis tertentu.
dampak dari KLHS?

2.2

Apakah potensi
timbulnya dampak dari
setiap alternatif
dideskripsikan dengan
jelas?

Tidak tidak ada alternatif yang disarankan / dikaji,


karena KLHS tidak melekat kepada suatu KRP
tertentu.

2.3

Apakah diberikan
peringkat alternatif (bila
disarankan oleh KRP)?

Tidak tidak ada alternatif yang disarankan / dikaji,


karena KLHS tersebut tidak melekat kepada suatu
KRP tertentu.

2.4

Apakah KLHS
merekomendasikan
alternatif dengan kinerja
lingkungan hidup /
pembangunan
berkelanjutan yang lebih
baik dibandingkan
dengan alternatif yang
disarankan oleh KRP?

Tidak tidak ada alternatif yang disarankan / dikaji,


karena KLHS tidak melekat kepada suatu KRP
tertentu.

2.5

Apakah ada alasan


mengenai alternatif yang
diabaikan atau yang
dipilih?

Tidak tidak ada alternatif yang disarankan / dikaji,


karena KLHS tidak melekat kepada suatu KRP
tertentu.

17

Komentar
No.

2.6

Pertanyaan untuk
Penjaminan kualitas

Evaluasi Deskriptif

Setiapkomentar yang relevan


denganevaluasi-misalnyasaran
untuk perbaikanlaporan,tindakan
yang harusdilakukan,dll.

Apakah dalam
Tidak -tidak adaalternatifyang disarankan/ dinilai,
membangun alternatif
karenaKLHS tidakterikat padaKRPtertentu.
diberikan arahan atau
rambu-rambu mitigasi;
penyesuaian ukuran,
skala, dan lokasi;
penundaan, perbaikan
urutan; pengubahan KRP?
BAGIAN 3: REKOMENDASI PERBAIKAN KRP DAN PENGINTEGRASIAN HASIL KLHS

18

3.1

Apakah rekomendasi
Tidak -tidak adaalternatifyang disarankan/ dinilai,
didasarkan pada alternatif karenaKLHS tidakterikat padaKRPtertentu.
KRP?

3.2

Apakah ada penjelasan


yang rasional dalam
penyusunan
rekomendasi?

3.3

Apakah rekomendasi
Tidak dapat dievaluasi-perludidiskusikan
KLHS didiskusikan
dengantimKemendagri.
dengan pembuat KRP dari
sudut pandang
sumberdaya yang ada?
Jika demikian, apakah
hasil diskusi ini
diintegrasikan dalam
kesimpulan KLHS?

3.4

Apakah rekomendasi
KLHSinitidak terikat padaKRPtertentu, sehingga
dalam bentuk perbaikan rekomendasi yang dirumuskan olehKLHStidak
rumusan dan/atau isi dan/ terkait denganKRP.
atau substansi dari KRP?

3.5

Apakah kesimpulan dan


rekomendasi yang
diberikan oleh KLHS
dideskripsikan secara
eksplisit?

Rekomendasi yang dikembangkanoleh KLHS


dirumuskanatas dasarisu-isu strategisdan
prioritas pembangunan-sebagai hasil daridiskusi
denganpemangku kepentingan.

KLHS tersebut menghasilkan sebuah daftar


rekomendasi (Bab X dari dokumentasi KLHS
tersebut), yang dirumuskan dalam bentuk tujuan
dan prioritas pembangunan (yang sesuai dengan
pendekatan keseluruhan terhadap KLHS untuk
Bali). Akan tetapi, dalam laporan tersebut tidak
jelas, bagaimana rekomendasi yang diusulkan
seharusnya digunakan dalam pembangunan
selanjutnya, dalam KRP, dalam proses pengambilan
keputusan terkait.

Hasil Penjaminan Kualitas Terhadap Kajian Lingkungan Hidup Strategis


Pengelolaan Dan Pelestarian Sumber Daya Air Provinsi Bali

Komentar
No.

Pertanyaan untuk
Penjaminan kualitas

Evaluasi Deskriptif

3.6

Apakah tindakan yang


disarankan oleh KLHS
untuk mencegah,
mengurangi dan/atau
mengimbangi dampak
negatif yang signifikan
untuk semua dampak
utama diidentifikasi?

Karena KLHS tersebut tidak terfokus pada evaluasi


dampak, dokumentasi KLHS tersebut tidak
memberikan langkah-langkah mitigasi yang
didefinisikan secara jelas. Akan tetapi, prioritas
pembangunan yang diusulkan untuk masingmasing isu strategis prioritas (dan kemudian
dikelompokkan) dapat dipahami sebagai suatu
bentuk mitigasi tertentu, karena prioritas
pembangunan bertujuan memperbaiki keadaan
saat ini. Sifat dari langkah-langkah mitigasi yang
disarankan lebih umum dan dirumuskan sebagai
tujuan-tujuan (misalnya,menambah ruang
terbuka hijau atau memperbanyak penggunaan
pupuk dan pestisida organik), yang sejalan
dengan pendekatan keseluruhan terhadap KLHS
tersebut.

3.7

Apakah institusi yang


bertanggungjawab untuk
melaksanakan tindakan
mitigasi ditetapkan?

Dokumentasi KLHS tersebut secara jelas


menggambarkan tanggung jawab atas
pengelolaan dan mitigasi dampak (Bab VIII) yang
terkait dengan masing-masing kelompok (cluster)
dari prioritas pembangunan (yang mencerminkan
langkah-langkah mitigasi).

3.8

Apakah dokumen KLHS


atau KRP menjelaskan
status mengenai saran
dan rekomendasi KLHS
yang mana yang telah
terintegrasi dalam KRP
(dalam hal KRP berubah
karena KLHS)?

Tidak dikarenakan fakta bahwa KLHS tidak


melekat kepada suatu
KRP tertentu.

Setiapkomentar yang relevan


denganevaluasi-misalnyasaran
untuk perbaikanlaporan,tindakan
yang harusdilakukan,dll.

KLHS berikutnya dapat mempertimbangkan (apabila sifat dari KRP


dan ketersediaan data memungkinkan) untuk merumuskan
langkah-langkah mitigasi yang
lebih dan spesifik, yang tidak
hanya menyajikan tujuan tetapi
juga akan mencakup kegiatan
kegiatan spesifik tentang
bagaimana tujuan-tujuan tersebut
dapat terpenuhi (contohnya,
dokumentasi KLHS tersebut
mendefinisikan
menyempurnakan pelestarian
sumber daya air. Tetapi tidak jelas
oleh siapa, bagaimana, dimana,
dll. hal tersebut harus dilakukan.
Sebaiknya, langkah umum
tertentu diikuti dengan instruksiinstruksi yang lebih spesifik,
contohnya membentuk daerah
perlindungan air di DAS XY atau
mengambil langkah-langkah
teknis dalam rangka mengurangi
erosi air di sepanjang hulu sungai
XY).

Meskipun KLHS tersebut


menyoroti sejumlah KRP provinsi,
KLHS dapat menentukan secara
lebih seksama KRP mana yang
seharusnya mengintegrasikan
rekomendasi yang diberikan
dalam KLHS.

19

Komentar
No.

20

Pertanyaan untuk
Penjaminan kualitas

Evaluasi Deskriptif

3.9

Apakah kesimpulan dan


rekomendasi yang
diberikan oleh KLHS
dipertimbangkan dalam
proses pengambilan
keputusan KRP?

Karena KLHS tersebut tidak melekat pada KRP


manapun, tidak ada proses pengambilan
keputusan yang terkait. Sebuah kesepakatan
umum informal telah dicapai di antara Kemendagri
dan Bappeda bahwa hasil-hasil dan rekomendasi
KLHS akan digunakan dalam perencanaan lebih
lanjut di tingkat provinsi (RTRW dan RPJM provinsi)
dan dipromosikan untuk digunakan di tingkat
kabupaten.

3.10

Jika beberapa
rekomendasi dan saran
belum terintegrasi,
apakah dalam keputusan
persetujuan terhadap
rancangan akhir KRP
diberikan penjelasan?

Tidak relevan karena pendekatan yang spesifik


terhadap KLHS untuk Bali.

3.11

Apakah KLHS
menyarankan indikatorindikator untuk
pemantauan dampak
terhadap lingkungan
hidup?

Ya

3.12

Jika demikian, apakah


indikator-indikator
tersebut berdasarkan
informasi kondisi awal,
indikator dan tujuan dari
KRP dan/atau KLHS?

Untuk masing-masing isu prioritas strategis


terdapat indikator, dan evaluasi tentang indikatorindikator tersebut digambarkan dalam
dokumentasi KLHS tersebut (Bab IX).
Keterkaitannnya dengan kecenderungan kondisi
awal (baseline) tidak dapat dievaluasi, karena
informasi kondisi awal tidak dianalisis dalam KLHS
tersebut.

3.13

Ketika pemantauan
mungkin mengungkapkan pengaruh buruk yang
signifikan,, apakah KLHS
menunjukkan tindakantindakan yang perlu
dilakukan untuk
menanggulangi
pengaruh buruk ini?

Dokumentasi KLHS tersebut tidak secara jelas


melimpahkan tanggungjawab atas pemantauan
dan atas kegiatan-kegiatan terkait (sebagai
tanggapan terhadap hasil-hasil pemantauan), akan
tetapi, diasumsikan bahwa hal tersebut seharusnya
merupakan peran dari otoritas yang terdaftar
dalam Tabel 25 (Bab VIII) untuk masingmasing
kelompok (cluster) dari prioritas pembangunan.

Setiapkomentar yang relevan


denganevaluasi-misalnyasaran
untuk perbaikanlaporan,tindakan
yang harusdilakukan,dll.

Sebagaimana telah disebutkan


sebelumnya, sebuah pernyataan
tertulis informal dapat disusun
oleh lembaga perencanaan
tersebut di awal proses KLHS
berikutnya yang menentukan
bagaimana hasil-hasil KLHS akan
dipertimbangkan baik dalam
proses perencanaan maupun
dalam pengambilan keputusan.
Pernyataan tersebut dapat
dilampirkan dalam dokumentasi
KLHS, yang memungkinkan untuk
memantau bagaimana komitmenkomitmen yang pada awalnya
diterima sudah dipenuhi.

Hasil Penjaminan Kualitas Terhadap Kajian Lingkungan Hidup Strategis


Pengelolaan Dan Pelestarian Sumber Daya Air Provinsi Bali

Komentar
No.

Pertanyaan untuk
Penjaminan kualitas

Evaluasi Deskriptif

Setiapkomentar yang relevan


denganevaluasi-misalnyasaran
untuk perbaikanlaporan,tindakan
yang harusdilakukan,dll.

BAGIAN 4: DOKUMENTASI KLHS DAN AKSES PUBLIK


4.1

Apakah dokumentasi
KLHS jelas dan ringkas
dalam tataletak dan
penyajiannya?

Logika internal dari dokumentasi KLHS tersebut


masih dapat diperbaiki laporan tersebut disusun
sejalan dengan lokakarya-lokakarya yang
diselenggarakan dalam lingkup proses KLHS, tetapi
tercampur dengan bagian-bagian lain (contohnya,
Bab III Profil singkat dari Provinsi Bali diikuti oleh
bab IV yang didedikasikan kepada tinjauan dari
Penentuan Ruang Lingkup lokakarya I) tanpa
keterkaitan yang jelas di antara bab-bab tersebut
(contohnya, bagaimana informasi dalam gambaran
keadaan (Bab III) digunakan dalam langkahlangkah selanjutnya, lokakarya dan pembahasan),
tidak selalu jelas apa tujuan utama dari suatu
langkah KLHS tertentu (apa hasil-hasil utama dari
pembahasan tentang keterkaitan di antara isu-isu
strategis prioritas dan KRP provinsi).

4.2

Apakah dokumentasi
KLHS menggunakan
bahasa yang mudah dan
jelas dan menghindari
atau menjelaskan istilah
teknis?

Versi Bahasa Inggris dari dokumentasi KLHS


tersebut dapat dibaca dengan mudah dari segi
bahasa; akan tetapi, struktur dan logika internal
dari dokumen tersebut dapat diperbaiki (misalnya,
tidak sepenuhnya jelas metode-metode apa yang
digunakan untuk pemilihan akhir isu-isu strategis
prioritas, mengapa hanya tiga isu strategis prioritas
yang dianalisis dalam Tabel 24, dll.).

Isu-isu berikut ini dapat dipertimbangkan dalam KLHS berikutnya:


Dokumentasi KLHS harus diawali dengan sebuah rangkuman non-teknis yang terfokus khususnya pada temuantemuan dan kesimpulan utama
Daftar singkatan dan akronim
harus tercakup
Dokumentasi KLHS harus
secara jelas menggambarkan
apa yang mencerminkan latar
belakang dari tiap-tiap langkah
dalam KLHS (data, informasi,
pendapat para pemangku
kepentingan, dll.) dan bagaimana kesimpulan-kesimpulan
akhir didukung (data, pendapat
ahli, dll.)
Daftar acuan, kepustakaan dn
sumbersumber informasi harus
tercakup
Gambaran umum dari semua
komentar yang diutarakan oleh
para pemangku kepentingan
bersama dengan penjelasan
bagaimana komentar-komentar tersebut telah dipertimbangkan dalam KLHS harus
dilampirkan dalam laporan
tersebut.

21

Komentar
No.

22

Pertanyaan untuk
Penjaminan kualitas

Evaluasi Deskriptif

4.3

Apakah dokumentasi
KLHS berisikan ringkasan
non-teknis?

Tidak

4.4

Apakah dokumentasi
KLHS menggunakan peta
dan ilustrasi lainnya, bila
diperlukan?

Dalam dokumentasi KLHS tersebut, peta


digunakan untuk menggambarkan keadaan saat
ini di Provinsi Bali dan memberikan gambaran
umum tentang aspek-aspek wilayah yang terkait
dengan isu-isu strategis prioritas.

4.5

Apakah dokumentasi
KLHS memuat hasil
pelaksanaan penapisan,
apabila dilakukan (untuk
KRP yang bukan wajib
melakukan KLHS)?

Penapisantidak dilakukan.

4.6

Apakah dokumentasi
KLHS memuat hasil
identifikasi pemangku
kepentingan?

Tidak

4.7

Apakah dokumentasi
KLHS memuat hasil
identifikasi isu strategis
pembangunan
berkelanjutan?

Ya -proses mendefinisikanisu strategissertadaftar


akhirdari isutermasuk dalamdokumentasi KLHS.

4.8

Apakah dokumentasi
KLHS memuat hasil
pengkajian pengaruh KRP
yang signifikan terhadap
isu strategis?

KarenaKLHStersebut tidakdifokuskan pada


evaluasi dampak, tidakada hasil penilaiandampakdijelaskanataupunlangkah-langkah mitigasi
yang jelasdalam dokumentasi KLHS.

4.9

Apakah dokumentasi
KLHS memuat rumusan
tindakan mitigasi?

KarenaKLHStersebut tidakdifokuskan padaevaluasidampak, tidakada hasil penilaiandampakdijelaskanataupunlangkah-langkah mitigasiyang


jelasdalam dokumentasi KLHS.

4.10

Apakah dokumentasi
Tidak -KLHStidak terikat padaKRP tertentu.
KLHS memuat rumusan
alternatif penyempurnaan
KRP?

4.11

Apakah dokumentasi
KLHS memuat
rekomendasi perbaikan
untuk pengambilan
keputusan KRP?

Tidak -KLHStidak terikat padaKRP tertentu.

4.12

Apakah dokumentasi
KLHS menjelaskan
pendekatan menyeluruh
terhadap KLHS?

Dokumentasi KLHS tersebut menggambarkan


pendekatan dan langkah-langkah prosedural
dalam Bab II.

Setiapkomentar yang relevan


denganevaluasi-misalnyasaran
untuk perbaikanlaporan,tindakan
yang harusdilakukan,dll.

Hasil Penjaminan Kualitas Terhadap Kajian Lingkungan Hidup Strategis


Pengelolaan Dan Pelestarian Sumber Daya Air Provinsi Bali

Komentar
No.

Pertanyaan untuk
Penjaminan kualitas

Evaluasi Deskriptif

4.13

Apakah dokumentasi
KLHS memuat rangkaian
urutan tahapan
pelaksanaan KLHS yang
dikerjakan?

Ya, dokumentasi KLHSjelas menggambarkantahapanKLHS (yaitu serangkaian pertemuandan


diskusi denganpemangku kepentingan).

4.14

Apakah dokumentasi
KLHS menjelaskan
metodologi yang
digunakan dalam
analisis-analisis?

Dokumentasi KLHS menggambarkan langkahlangkah prosedural dan gambaran umum


tentang metode dan perangkat dalam Bab III.

4.15

Apakah dokumentasi
KLHS mengidentifikasi
sumber informasi,
termasuk pendapat dan
penilaian ahli?

Hanya sebagian Bab III Profil singkat Provinsi


Bali menyebutkan sumber-sumber informasi, akan
tetapi, bab-bab selanjutnya tidak menyebutkan
sumber-sumber tersebut sebagian besar temuan,
kesimpulan jelas didasarkan pada pembahasan di
antara para pemangku kepentingan dan dalam
dokumentasi KLHS tersebut tidak sepenuhnya jelas
apa saja masukan para ahli tersebut (misalnya dari
tim KLHS atau dari para ahli lainnya yang terlibat).

4.16

Apakah dokumentasi
KLHS menjelaskan siapa
yang dikonsultasikan,
metode apa yang
digunakan dalam
kegiatan konsultasi, dan
bagaimana kesimpulan
dari konsultasi telah
dipertimbangkan dalam
KLHS dan/atau KRP?

Pendekatan terhadap KLHS untuk Bali sematamata didasarkan kepada konsultasi dan
kesimpulan dari pembahasan yang menyajikan
masukan-masukan utama untuk kajian tersebut
(dan pada kenyataannya menyajikan kajian itu
sendiri). Dokumentasi KLHS tersebut menyajikan
metode-metode dan perangkat yang digunakan
dalam proses KLHS dalam Bab II, akan tetapi, tidak
ditunjukkan secara jelas bagaimana komentarkomentar dan pendapat-pendapat yang diajukan
oleh para pemangku kepentingan digunakan
(apakah semuanya digunakan atau bagaimana
pemilihan / pengelompokan (clustering) dilakukan,
dll.). Dokumentasi KLHS tersebut tidak
memberikan informasi apapun tentang para
pemangku kepentingan yang terlibat para
pemangku kepentingan mana saja yang berperan
serta, bagaimana mereka diidentifikasi, dll.

Setiapkomentar yang relevan


denganevaluasi-misalnyasaran
untuk perbaikanlaporan,tindakan
yang harusdilakukan,dll.

Dengan mempertimbangkan
pendekatan terhadap KLHS untuk
Bali, yang terutama didasarkan
pada keterlibatan para pemangku
kepentingan, dapat direkomendasikan bahwa informasi yang
lebih spesifik tentang konsultasi
dengan para pemangku kepentingan seharusnya diberikan
dalam dokumentasi KLHS tersebut
khususnya yang terkait dengan
komentar-komentar dan pendapat-pendapat yang diutarakan
dan cara mengintegrasikan /
menggunakannya dalam kajian
tersebut.

23

Komentar
No.

24

Pertanyaan untuk
Penjaminan kualitas

Evaluasi Deskriptif

4.17

Apakah kesimpulan dari


komunikasi dalam
interaksi antara proses
penyiapan KRP dan KLHS
(jika ada)
didokumentasikan
dengan jelas dalam
dokumentasi KLHS?

Dokumentasi KLHS tersebut tidak menyediakan


informasi apapun tentang
isu tersebut.

4.18

Apakah dokumentasi
KLHS mendeskripsikan
kesulitan teknis,
prosedural dan lainnya?

No.

4.19

Apakah dokumentasi
KLHS memuat laporan
pelaksanaan, metode dan
kesimpulan dari setiap
pembahasan dan
konsultasi publik (yaitu
undangan, daftar hadir,
notulen atau berita
acara)?

Dokumentasi KLHShanya menyediakankesimpulan daripertemuan dan diskusiyang diselenggarakan dalamprosesKLHS,tetapi tidak ada
dokumentasidalam bentukundangan, risalahdari
pertemuan,dll. yang terlampirpada dokumentasi
KLHS.

4.20

Apakah dokumen KLHS


Perlu dibicarakandengan timKemendagri.
diberikan juga kepada
institusi lingkungan hidup
untuk referensi?

Setiapkomentar yang relevan


denganevaluasi-misalnyasaran
untuk perbaikanlaporan,tindakan
yang harusdilakukan,dll.

Dokumentasi KLHS tersebut harus


secara jelas menggambarkan
komunikasi dan konsultasi
apapun di antara tim KLHS dan
lembaga perencanaan paling
tidak dalam bentuk risalah rapat,
gambaran umum tentang semua
komentar yang diutarakan dan
menunjukkan apakah dan
bagaimana komentar-komentar
tersebut telah dipertimbangkan
dalam KLHS.

Hasil Penjaminan Kualitas Terhadap Kajian Lingkungan Hidup Strategis


Pengelolaan Dan Pelestarian Sumber Daya Air Provinsi Bali

Lampiran

Dokumentasi KLHS
Pengelolaan dan Pelestarian
Sumber Daya Air di Provinsi Bali

25

EXECUTIVE SUMMARY

Environmental problems are increasingly widespread and complex today, suspected of planning
stems from a bias between the priority of economic
growth rather than ecology. So it accumulates in the
form of an environmental crisis environmental disaster, increasing the rate of natural resource degradation and environmental pollution. As a result, the cost
(cost) of environmental impacts that must be borne
by society and government is much greater than the
benefits (benefits) gained economies.
One of the problems faced by the Bali Regional
sustainable development that includes three policy
scope of the sustainability of economic development, social and cultural development and environmental protection are water resources. Water
resource problems are not just about the nature of
scarcity and uneven distribution in terms of quantity,
but there has been a tendency for the available water
resources are inadequate to be utilized for the benefit of humans and other living things because it has
been a decline in water quality due to contaminated
or polluted by a number of materials and / or substance destructive power of water.
In an effort to ensure that the principles of sustainable development has become a fundamental
and integrated in the development of an area and /
or policies, plans, and / or program the Government
is obliged to implement the Regional Strategic Environmental Assessment (KLHS) into the formulation
or evaluation of spatial plans (Spatial ) along with
detailed plans, long-term development plan (RPJP),
and medium term development plan (Development
Plan) and district / city; and policies, plans, and / or
program (KRP) that could potentially impact and /
or environmental risk Provincial Government Bali in
2010 was implementing KLHS through the facilita-

26

tion of Regional Development Bureau, Ministry of


Home Affairs has passed all phases of Stage Screening (screening), Scoping Phase (scoping), Phase Formulation of Sub-Objectives, Priorities and Development Program Phase Phase Recommendations. The
results of screening (screening) KLHS implementation
in the province of Bali have agreed on the need for
an alternative formulation of refinement KRP at provincial and district level as mandated by the City of
Article 15 paragraph (2) of Law no. 32 Know 2009.
Central theme in the implementation KLHS agreed in
Bali province is supporting the Sustainable Management of Water Resources of Bali as the Green Province (Green Bali Province).
In the process KLHS Water Resources in the province of Bali, the formulation of strategic issues, the
analysis of mitigation, monitoring and evaluation to
policy recommendations, plans and programs (KRP)
is based on the flow of logical framework, using data
and scientific information, as well as by utilizing the
analytical models relevant.
Participatory Approach in Water Resources KLHS
scoping process in the province of Bali is the process
of involving community participation, particularly
related to efforts to ensure the representation of
community input to produce a decision (alternative
recommendation KRP). This is in line planning of environmental management principles such as by involving the participation of local communities and other
stakeholders to raise peoples aspirations. Article 18
paragraph (1) of Law no. 32 of 2009 on the Control
and Management of Environment also mandates
that KLHS implemented by involving communities
and stakeholders. Involving the community based on
norms, standards and guidelines through I-III Workshop, Focus Group Discussion (FGD) and seminars.

Hasil Penjaminan Kualitas Terhadap Kajian Lingkungan Hidup Strategis


Pengelolaan Dan Pelestarian Sumber Daya Air Provinsi Bali

Completion of scoping in KLHS Water Resources


in the Province of Bali using several methods:
1) Method of brainstorming.
Method of exchanging thoughts with a lot of
people in a meeting to listen to various types
of information / alternatives related to the
topics discussed. Each participant discussed,
based on the principles of equality, openness
and democratic facilitated to freely voice
their opinions and proposals / suggestions in
discussing a particular topic. Brainstorming
methods used in the refinement process is used
at all stages of scoping activities.
2) Method of meta-plan
Meta-plan method in the refinement process
in the province of Bali KLHS scoping is used
on the stages of identification or mapping of
water resource issues, environmental issues
and sustainable development issues in the
FGD. Each participant wrote down or pour
opinion discussion about water resource
issues, environmental issues and sustainable
development issues within a few sheets of
paper. Each issue is written on a piece of paper.
The issues raised in any subsequent sheets are
grouped, categorized and paired with each
other and built up a deal to produce a set of
water resource issues, environmental issues
and sustainable development issues. The use
of meta-plan method in this scoping process to
reduce barriers to verbal communication in the
discussion process.
3) Overlay Method
Ride-overlay method that is overlaid on the
map to see some trends. Technically using a

number of thematic maps of physiographic


and other geophysical Privinsi Bali region,
the regions ecosystems, hydrology, land use
and spatial planning, as well as some aspects
of socio-economic, social and cultural rights.
Overlay method was used in the formulation
of sub-goals and priorities of development
programs.
4) Method of Matrix
Matrix method is used to look at the
relationship between one component to
another component. Matrix method in the
process of scoping KLHS refinement is used
to finalize the priority strategic issues, the
formulation of sub-goals and priorities of
development programs.
5) Method of Network / Flowchart
Methods of network / flowchart to see the
influence of one component to another
component either directly or indirectly. This
method is used in finalizing the priority
strategic issues, the formulation of sub-goals
and priorities of development programs.
6) Method of Analogy
Analogy is a forecasting method based
on similar conditions that occur in places
/ different times. Analogy method in the
refinement process is used in the identification
scoping additional water resource issues /
environmental issues and the formulation of
strategic issues and priorities.
Description of priority strategic issues of water resources, environment and sustainable development
in the province of Bali that have been agreed upon,
are presented in Table A.

27

Table A.
Description of Strategic Priority Issues Agreements Workshop I
No Priority Strategic
Issues
A

FIELD OF PHYSICAL-CHEMICAL

The decline in surface


water discharge

B.
1

C.
1

28

Location

Causes

Springs, rivers, lakes, ponds and The destruction of


reservoirs in Bali
forests, land use change,
sedimentation, reduced
water catchment area
The decline in the
All rivers and lakes in Bali
The low public awareness,
quality of surface
law enforcement is still
water from pollution
weak, limited waste
(solid waste and liquid
disposal site
waste)
The high land use from Throughout the District / City
The high rate of
agricultural to non
in Bali
population growth,
agricultural
investment pressure,
control of space utilization
is still weak, there is no
land policy
The high level
The whole Denpasar, Badung
The limited capacity of
of groundwater
South Central Badung,
public water supply, the
exploitation
Karangasem Area tourism,
price / cost of making
Lovina and Singaraja city,
cheaper groundwater,
Kec. Melaya, Kec.Negara and
groundwater quality is still
Kec. Jembrana, Chedi, Ubud,
good
Sukawati, Gianyar, Blahbatuh
Sea water intrusion in South Denpasar, Kuta, Legian,
Excessive exploitation of
some areas in Bali
Seminyak, Nusa Dua, Tanjung
groundwater
Benoa, Jimbaran, Canggu,
Seseh, Cemagi, More, the city
of Singaraja, Lovina, Perancak,
Loloan, Gilimanuk
FIELD BIOLOGY / bio
The still high level
Kec. Rendang and Strait,
Economic pressure,
of destruction /
Kintamani, Sukasada, Gerokgak, investment and lack of
disturbance of forests Melaya, Belimbingsari, Nusasari, alternative livelihoods
(state forests and
Pupuan, Baturiti, Jatiluwih,
community forests)
evening, around the landfill
Suwung and TNBB
Decreased levels of
Entire District / City in Bali
Agricultural land
biodiversity
use, deforestation,
environmental pollution

SOCIAL AND CULTURAL AFFAIRS


Still weak law
Throughout the District / City
enforcement in natural in Bali
resource management

Low law enforcement


discipline, commitment,
not optimal law
enforcement system

Impact / Implications /
Konskuensi
Water shortages during
the dry season

Decreased use of
water resources, the
emergence of disease,
floods, disruption of
water biota
Open space becomes
narrow, reduced
water catchment
areas, decreasing the
carrying capacity of the
environment
Hazard reduction in
the groundwater, soil
subsidence occurs

Groundwater quality to
decline

Damage to the
hydrological system,
biodiversity decline

The reduced food


resources, disruption
of ecosystem balance,
reduced economic
opportunities
The number of violations,
there is no deterrent
effect

Hasil Penjaminan Kualitas Terhadap Kajian Lingkungan Hidup Strategis


Pengelolaan Dan Pelestarian Sumber Daya Air Provinsi Bali

Not to unequal
distribution and public
access to natural
resources

Conflicts of interest
utilization of water
resources

Balis high population Entire District / City in Bali


growth rate resulted in
a decreased carrying
capacity of the SD
nature, infrastructure
and facilities
Still lack of
Entire District / City in Bali
information,
communication and
education about the
environment

D.
1.

ECONOMIC AFFAIRS
Not optimal incentive
and disincentive
programs for the
region upstream

Badung: Hill, Pecatu,


evening; Buleleng: Gerokgak,
Kubutambahan; Bangli:
Kintamani; Karangasem: Kubu,
Abang the western, eastern
Karangasem, Klungkung: Nusa
Penida; Gianyar: Village Kertha
(Payangan)
Throughout the District / City
in Bali

Kab. Bangli, Badung, Tabanan,


Karangasem, Buleleng

Development priorities are summarized in the


workshop II related strategic issues and priorities of
each sub objectives presented quite detailed with
many different kinds, so it needs to be done groupings (clusters). In this case the grouping is done by
putting it in sub-groups (sub-group response) then
dipayungi by the group (the response). Given this response group the similar activities will be more easily
managed. Programnyapun can be further simplified
in it though coverage varied but will be more focused
to achieve subtujuan contained in the priority strategic issues that exist. The response group is consistent
with that presented in the following description.
A.1 The issue of declining surface water discharge
has a group of eight subgroups response and the
response in its development priorities, namely:
Conservation of water resources
1. Forest and land rehabilitation of critical
2. Conservation of water resources and soil

No source of water,
topography, infrastructure
and distribution network
of water reservoirs is still
lacking,

Have not been optimally


met the basic needs
of the community,
disruption of public
health, intractable
poverty, economic
growth declined

Competition for limited


water utilization,
distribution system are
not clear, control of water
resources unilaterally
The high birth rate and
population migration to
Bali

Public unrest occurs,


security is compromised,
the destruction of water
resources

Less optimal functioning


of facilities and IEC
lines (communication,
information and
education) for the
environment for the
community

The low public


awareness of
environmental

The reduced carrying


capacity of the SD
nature, infrastructure
and facilities available

Regulation policies are not Accumulated damage to


yet available
upstream areas

3. Supervision and Control of land use of the


upstream
4. Community empowerment and local wisdom
in managing water resources
5. Intensification of land for plantations
6. Research and Development of Water Resources
7. Water Resources Management Legislation
8. Efficiency of water utilization
A.2 The issue of declining quality of surface water
from pollution (solid and liquid wastes) has three
groups and each response between two to three
subgroups of the response in its development
priorities, namely:
Improved management of wastewater and waste
1. Control of water pollution by waste water,
waste and B3
2. Revitalization of existing landfill facilities and
infrastructure
Empowerment of communities and law

29

enforcement in the management of waste water


and garbage
1. Increased awareness and public
participation
2. Increased law enforcement
3. Waste Management Legislation
Integration of waste management and waste
water with spatial
1. Development of city water front
2. Development of a regional landfill
A.3 The issue of high land conversion from
agricultural to non-farm has three groups of
responses and each with two to three subgroups
of the response in its development priorities,
namely:
Conservation of agricultural land
1. Incentives farm
2. Agricultural land conservation legislation
Control of space utilization
1. Control of green belt
2. Control of the area woke up on agricultural
land
Development agropolitan
1. Development of rural infrastructure that
supports agriculture
2. intensification of agriculture to commodity
3. Subsidies of agricultural production
facilities and infrastructure
A.4 The issue of high levels of ground water
exploitation has one response group and
the three subgroups of the response in its
development priorities, namely:
Pengendaalian utilization of ground water in an
integrated
1. Improved facilities and public water services
infrastructure (piping)
2. Pengendaalian Soil water use
3. Increased production capacity of raw water
A.5 The issue of sea water intrusion in some areas
in Bali have two groups of responses and each
of the three subgroups of the response in its
development priorities, namely:
Integrated coastal management
1. Coast Rehabilitation
2. Handling coast guard
3. Control of beach material mining
Pengendaalian utilization of ground water in an

30

integrated
1. Control and efficiency of utilization of
ground water
2. Enhancement of green open space
3. Conservation of water resources and soil
B.1 The issue of continued high destruction /
disturbance of forests has one response group
and the three subgroups of the response in its
development priorities, namely:
Protection and maintenance of forest
1. Forest and land rehabilitation of critical
2. Development of community forestry
3. Increased surveillance and law enforcement
B.2 The issues of declining biodiversity has one
response group and six subgroups of the
response in its development priorities, namely:
Conservation of biodiversity
1. Controlling the use of fertilizers and
pesticides
2. Breeding species and germplasm protection
3. Supervision and law enforcement use and
distribution of biodiversity are protected
4. Development of biodiversity data base
5. Increasing diversification of food
6. Increase in organic farming
C.1 The issue of law enforcement is still weak in water
resources management and protection in a broad
sense Subak has one response group and four
subgroups of the response in its development
priorities, namely:
Law enforcement in an integrated
1. Increased institutional capacity of law
enforcement
2. Compliance with the implementation of
spatial
3. Increased awareness and empowerment
4. The application of sanctions law firm and
consistent
C.2 The issue of inequality in the distribution and
not yet public access to water resources have
a response groups and seven subgroups of the
response in its development priorities, namely:
Increased public water service
1. Improved facilities and public water services
infrastructure (piping)
2. Increased production capacity of raw water

Hasil Penjaminan Kualitas Terhadap Kajian Lingkungan Hidup Strategis


Pengelolaan Dan Pelestarian Sumber Daya Air Provinsi Bali

3. Minimum of public water service


improvement
4. PDAM Restructuring
5. Development Cooperation Private Party
(PPP)
6. Community empowerment and local
wisdom in managing water resources
7. Efficiency of water utilization
C.3 The issue of conflict of interest utilization of water
resources has one response group and four
subgroups of the response in its development
priorities, namely:
Development of water resource management
partnerships
1. Technical Development Water Needs
Planning (Master Plan)
2. Cooperation Pattern Water Utilization
3. Improved facilities and public water services
infrastructure (piping)
4. Community empowerment and local
wisdom in managing water resources
C.4 The issue of high population growth rate resulted
in a decreased carrying capacity of Balinese water
resources, infrastructure and facilities have two
groups of responses and each with one to two
subgroups of the response in its development
priorities, namely:
Empowerment of rural communities
1. Increased employment opportunities and
rural
Increased population administration system
1. Increased population administration
2. Improved family planning program

C.5 The issue is still a lack of information,


communication and education about the
environment has one of three subgroups of
the group response and the response in its
development priorities, namely:
Development of Information-EducationCommunication (IEC)
1. Increased socialization environment
2. Development of environmental information
3. The development of formal environmental
education, informal and cultural arts
D.1 The issue of non optimal program of incentives
and disincentives for the upstream region has
one of three subgroups of the group response
and the response in its development priorities,
namely:
Bali an island ecosystem management
1. Development of water resources
management cooperation across the region
2. Legislation incentives for upstream
3. Development of upland utilization
disincentive
In each group the response contained in the response field should be managed and mitigated its
impact. Therefore, each group discussed the response
associated with any agency that became the leading
sector, then what is done by each agency that coordinates the functions and institutions which are its
supporters. The following functions are described in
Table B the relevant agencies in relation to the response contained in the response and the response
subgroups.

31

Table B.
The linkage between the response to the management and impact mitigation
RESPONSE

MANAGEMENT IMPACTS AND MITIGATION

Conservation of water resources


1. Forest and land rehabilitation of critical
2. Conservation of water resources and soil

Leading Agency: Department of Public Works, in charge


of:

3.

Supervision and Control of land use of the upstream

4.
5.
6.

Community empowerment and local wisdom in


managing water resources
Intensification of land for plantations
Research and Development of Water Resources

7.
8.

Water Resources Management Legislation


Efficiency of water utilization

Planning, Implementation, Control, Monitoring and


Evaluation
Supported by:
Bappeda: planning and monitoring and evaluation
Environment Agency: empowering the community.
Forestry: afforestation and forest reboiasi
Department of Agriculture: setting the cropping pattern,
soil conservation and community empowerment.
Plantation Office: intensification of plantation land,
community empowerment

Department of Culture: strengthening the application of


local wisdom
Pengendaalian utilization of ground water in an integrated Leading Institution: District Office of Public Works / City,
the following duties:
1. Improved facilities and public water services
Planning, Implementation, Control, Monitoring and
infrastructure (piping)
Evaluation
2. Pengendaalian Soil water use
3.

Increased production capacity of raw water

Supported by:
Environment Agency: information, communication and
education

Integrated coastal management


1. Coast Rehabilitation
2. Handling coast guard
3. Control of beach material mining

Dispenda help M & E


Leading Agency: Department of Public Works, in charge
of:
Planning, Implementation, Control, Monitoring and
Evaluation

Pengendaalian utilization of ground water in an integrated Supported by:


1.
2.

Control and efficiency of utilization of ground water


Enhancement of green open space

3.

Conservation of water resources and soil

Environment Agency: information, communication and


education
Forest Service: coastal forest rehabilitation and
reforestation beach
DKP: management of coastal ecosystems
Tourism: tourism business control in coastal areas
Public Health: measuring the quality of ground water

32

Hasil Penjaminan Kualitas Terhadap Kajian Lingkungan Hidup Strategis


Pengelolaan Dan Pelestarian Sumber Daya Air Provinsi Bali

Increased public water service


1. Improved facilities and public water services
infrastructure (piping)
2. Increased production capacity of raw water
3. Minimum of public water service improvement
4. PDAM Restructuring
5. Development Cooperation Private Party (PPP)
6. Community empowerment and local wisdom in
managing water resources
7. Efficiency of water utilization

Leading Agency: Department of Public Works, in charge


of:
Planning, Implementation, Control, Monitoring and
Evaluation
Supported by:
Department of Agriculture and Food plants: coaching
subak
Ministry: coaching industry

Tourism: tourism development of water use


Development of water resource management partnerships Leading Agency: Department of Public Works, in charge of:
1.
2.
3.
4.

Technical Development Water Needs Planning


(Master Plan)
Cooperation Pattern Water Utilization
Improved facilities and public water services
infrastructure (piping)
Community empowerment and local wisdom in
managing water resources

Planning, Implementation, Control, Monitoring and


Evaluation
Supported by:
Department of Culture: the socialization of water utilization
Environment Agency: information, communication and
education
Department of Agriculture: coaching subak
Ministry: coaching industry
Tourism: tourism development of water use

Protection and maintenance of forest


1.
2.
3.

Forest and land rehabilitation of critical


Development of community forestry
Increased surveillance and law enforcement

District / town: mediating the conflict resolution


Leading Agency: Forest Service, in charge of:
Planning, Implementation, Control, Monitoring and
Evaluation
supported by:
Police areas: law enforcement
Environment Agency: information, communication and
education
Government districts / cities: the empowerment of
communities around the forest
BPMD: empowering communities surrounding the forest
BPN: policing the boundaries of state land

33

Conservation of biodiversity
1.
2.

Controlling the use of fertilizers and pesticides


Breeding species and germplasm protection

Planning, Implementation, Control, Monitoring and


Evaluation

3.

Supervision and law enforcement use and


distribution of biodiversity are protected

Supported by:

4.

Development of biodiversity data base

5.

Increasing diversification of food

6.

Increase in organic farming

Law enforcement in an integrated


1. Increased institutional capacity of law enforcement
2.
3.

Compliance with the implementation of spatial


Increased awareness and empowerment

4.

The application of sanctions law firm and consistent

Development of IEC
1.

Increased socialization environment

2.
3.

Development of environmental information


The development of formal environmental
education, informal and cultural arts
Bali an island ecosystem management
1.
2.
3.

Development of water resources management


cooperation across the region
Legislation incentives for upstream
Development of upland utilization disincentive

Improved management of wastewater and waste


1.

Control of water pollution by waste water, waste and


B3
2. Revitalization of existing landfill facilities and
infrastructure
Empowerment of communities and law enforcement in the
management of waste water and garbage
1.

Increased awareness and public participation

2. Increased law enforcement


3. Waste Management Legislation
Integration of waste management and waste water with
spatial
1. Development of city water front
2.

34

Leading Agency: Forest Service, in charge of:

Development of a regional landfill

Agriculture Department crop: conservation of biodiversity


on farms
DKP: conservation of biodiversity in aquatic
BLH: conservation of biodiversity, including rare, precarious
and needs upakara
Development District / City: conservation of biodiversity of
flora and fauna of the regions mascot
Animal Husbandry Department: conservation of livestock
biodiversity (nuftah plasma typical of the region)
Leading institutions: an integrated team (attorney, police,
BLH) malakukan sanctions investigation
Supported by: BLH provides socialization, Prosecution and
the police conduct fingerprint and lidik

Leading Institution: Diskominfo in coordinating media


Supported by: BLH for socialization materials, curriculum
issues Disdik

Leading Institution: Bappeda to plan and coordinate


Supported by: Bureau in coordinating financial incentives
and disincentives

Leading Institution: BLH in conducting water quality testing


Supported by: DKP for handling waste, coordinating waste
BLH

Leading Institution: BLH in coordinating law enforcement


team
Supported by: Satpol PP in doing action

Leading Institution: Bappeda in coordinating


Supported by: Public Works in order procurement of
infrastructure

Hasil Penjaminan Kualitas Terhadap Kajian Lingkungan Hidup Strategis


Pengelolaan Dan Pelestarian Sumber Daya Air Provinsi Bali

Conservation of agricultural land


1.

Incentives farm

2. Agricultural land conservation legislation


Control of space utilization
1.

Control of green belt

2.

Control of the area woke up on agricultural land

Development agropolitan
1. Development of rural infrastructure that supports
agriculture
2. Intensification of agriculture to commodity
3. Subsidies of agricultural production facilities and
infrastructure
Empowerment of rural communities
1.

Increased employment opportunities and rural

Increased population administration system


1.

Increased population administration

2.

Improved family planning program

To be able to know whether subtujuan can be


achieved with either, so the issue of strategic priorities to be lost and not become an issue again after
the recommendation is executed, it is necessary
measurement indicators and program monitoring to

Leading Agency: Department of Agriculture to provide


extension
Supported by: Office of plantations in providing counseling
Leading Institution: Bappeda in law enforcement
Supported by: Public Works building on issues of border
violations and BLH
Leading Institution: Bappeda in planning
Supported by: Department of Agriculture as an extension
field

Leading Agency: Department of Population and Family


Planning in providing counseling
Supported by: Disperindag in providing training, service
cooperative in assisting capital
Leading Agency: Department of Population and manpower
in the inventory
Supported by: regency regency town in recording

clear. Thus the results of monitoring indicators which


will be determined can be taken further steps to subtujuan can be achieved effectively and efficiently. As
for indicators and monitoring are described in Table
C below.

35

Table C.
Monitoring and evaluation indicators
Priority strategic issues

Sub-goals

The decline in surface water


discharge

Conserving catchment areas and water sources


to inadequate water needs of the community,
agriculture, and tourism and the prevention of
flood hazard

Monitoring and evaluation

Monitoring Indicators:
Discharge of river water and springs, the
lake water surface level
Period: 3 months
Continuous measurements of rainfall
Period: every day
Evaluation:
Discharge data of river water and
springs surface of the lake water level
and rainfall data
(Ecological water balance)
The high level of
Control of groundwater exploitation in order
Monitoring Indicators:
groundwater exploitation
to prevent sea water intrusion, degradation of
Measurements of groundwater levels in
land which later can prevent degradation of land
test wells
surface hydrological cycle as well as keeping in
Installation of water meters AT
line with efforts to improve effesiensi water use,
Water level measurements in wells
performance improvements and optimizing PDAM Evaluation:
utilization of surface water
Groundwater level data and data
extraction of ground
Sea water intrusion in some Carry out planning, controlling and monitoring
Monitoring Indicators:
areas in Bali
the utilization of ground water by improving water Measurement of groundwater quality in
infrastructure development in a fair and equitable test wells
Period: 1 month
Population of well water quality
measurements
Period: 6 months
Measurement of soil surface elevation
Period: 1 year
Evaluation:
Groundwater quality data (an indicator
of seawater intrusion)
Ground surface elevation data
Not to unequal distribution Equitable distribution of and access to primary
Monitoring Indicators:
and public access to the SD water to prevent conflicts among communities,
Coverage of water services
Air
increasing degree of life, economic enterprise
Period: 1 year
development, food availability through the
Water Production
preservation of the ecosystem balance is
Period: 1 month
maintained so that Subak
Water needs
Period: 1 year
Evaluation:
Data coverage of water services
Data production and distribution
Water demand data
Conflicts of interest
Prevention of conflicts of interest of Water
Monitoring Indicators:
utilization of water resources Resources through equitable distribution of water, The intensity of the conflict and the
conservation of water resources, preservation of
conflict pihak2
infrastructure and facilities so that the creation of
Period: 6 months
harmony among water users in accordance with
Evaluation:
the rules / by-laws applicable
Data pihak2 many conflicts and
conflicting

36

Hasil Penjaminan Kualitas Terhadap Kajian Lingkungan Hidup Strategis


Pengelolaan Dan Pelestarian Sumber Daya Air Provinsi Bali

The still high level of


destruction / disturbance
of forests (state forests and
community forests)

Improve the hydrologic system that is more


optimal water storage and land damage caused
can be minimized through local wisdom, law
enforcement based on existing laws

Monitoring Indicators:
Violations of forest
Period: 1 month
Evaluation:
Data breach forest
Monitoring Indicators:
Population levels and biodiversity of
flora and fauna
Period: 1 year
Evaluation:
Data populations of flora and fauna
biodiversity

Decreased levels of
biodiversity

Conserving biodiversity to maintain ecosystem


balance, conservation of germplasm so as to
improve the structure, texture, soil fertility
and water quality so as to increase agricultural
productivity, food supply, improvement of
nutrition and the need upakara

Still weak law enforcement


in the management
and protection of Water
Resources in a broad sense
subak

Improve the protection of water resources through Monitoring Indicators:


Spatial Planning, community participation based
Violations in the utilization of water
Tri Hita Karana and orderly in their utilization
every six months
Evaluation: the number of violations

Still lack of information,


communication and
education about the
environment

Improving dissemination to the public through


print, electronic, formal education, and utilization
of local culture (puppets, bondres, drama gong) in
environmental conservation

Monitoring Indicators:
The intensity of negative news about
the environment conducted at least
every month
Evaluation: the amount of coverage

Not optimal incentive and


Coordinate (Improved cooperation) between
disincentive programs for the upstream and downstream through the
region upstream
establishment of policies or cross-subsidies in order
to preserve the headwaters of that it becomes a
hydrological unity of Bali can be maintained
The decline in the quality of Maintaining and improving water quality in
surface water from pollution a sustainable manner through the efforts of
(solid waste and liquid
law enforcement, industrial restructuring and
waste)
environmental sanitation to improve the usability
of water

Monitoring Indicators:
Public complaints about the incentives
of upstream regions
Evaluation: The number of public
complaints
Monitoring Indicators:
The results of water quality test
performed at least once every 6 months
Evaluation: Data quality of surface water
(rivers and lakes)

The high land use from


agricultural to non
agricultural

Control of land use to maintain the primary


water conservation and catchment areas so as to
prevent natural disasters, erosion and biodiversity
can maintain the balance that will improve food
security through enforcement of existing spatial

Monitoring Indicators:
Widespread conversion of agricultural
land into non-agricultural every once
a year
Evaluation: data area land use

The high rate of population


growth in Bali resulted
in a decreased carrying
capacity of natural resources,
infrastructure and facilities

Pressing urbanization by creating employment,


independent business, farm / agricultural
commodities that have high economic value in
accordance with the conditions of rural land

Monitoring Indicators:
Bali population growth rate is held
every year
Evaluation: Population data

Recommendation
To be able to preserve existing water resources in
the province of Bali so that utilization can be distributed evenly to all corners of the island of Bali for the
Bali Green Province as well as to dampen the thirteen
priority strategic issues that have been agreed then
presented the following recommendations:
1. In order to overcome the decrease in surface
water discharge to inadequate water needs
of the community it is necessary to increase

conservation of water resources in an integrated


and sustainable.
2. Malarang people dispose of solid and liquid
wastes into the environment, while employers
are required to manage their wastes before
discharge into the environment
3. Agropolitan
system
development
by
establishing conservation and utilization of
space
4. The high level of extraction of ground urged

37

for controlled integrated with improving public


water facilities, increase production capacity
of raw water sourced from surface water and
underground water restriction decision that
should not be> 2 l / sec per 1 point of decision
5. Sea water intrusion is controlled through
restrictions on the extraction of ground
which is supported by an integrated coastal
management.
6. The high level of damage / disturbance of
forests, as the protection and sustainable forest
maintenance as a strategic region.
7. In order to preserve the biological resources
in order to maintain the balance of ecosystem
and conservation of germplasm, required
increased efforts in an integrated biodiversity
conservation.
8. And strengthening law enforcement in the
management of water resources and protection
in a broad sense subak
9. For equitable distribution and access to water
resources, especially in areas prone to water,
the necessary search for sources of water,
peningakatan production capacity of raw water
and water infrastructure in vulnerable areas.
10. Conflicts of interest utilization of water resources
need to be discontinued with the development
cooperation / partnership in the utilization of
water and involve the community since the
beginning of the planning.
11. Controlling population growth rate through
the mechanism of population in an integrated
12. Improved dissemination of environmental
information through socialization and
educational environment
13. The preparation of regulations requiring the

38

downstream areas provide incentives for


upstream
14. HR certification of law enforcement, so
law enforcement carried out according to
regulations
15. Increasing the participation of village Pekraman
in handling environmental issues, including
increasing the performance of government
officials and establish institutions that manage
environmental services in strategic areas (highvalue view, has a cultural heritage, landscape
beauty, including the gap)
16. Improving coordination between sectors,
between regions (districts / cities) also between
government, private and community, including
traditional institutions.
17. Monitoring and evaluation of the quality and
quantity of water as well as violations of spatial
minimum of 6 months.
18. It is necessary zoning bodies of water (drinking
water, irrigation, tourism, energy, etc.) as well as
protecting the water catchment area including
the intensive greening.
19. Attempt at least 30% of forests in watershed
areas and in urban areas 40% of green open
space
20. Required to make bio-infiltration wells and pit
pores for all components of society

Hasil Penjaminan Kualitas Terhadap Kajian Lingkungan Hidup Strategis


Pengelolaan Dan Pelestarian Sumber Daya Air Provinsi Bali

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Permasalahan lingkungan yang semakin meluas
dan semakin kompleks dewasa ini, ditengarai
diantaranya karena bermula dari perencanaan
pembangunan yang bias pertumbuhan ekonomi
ketimbang ekologi. Sehingga sebagai akumulasinya
dalam dekade terakhir ini terjadi krisis lingkungan
berupa bencana lingkungan, peningkatan laju
kerusakan sumberdaya alam dan pencemaran
lingkungan. Sebagai akibatnya, biaya (cost) dampak
lingkungan hidup yang harus ditanggung oleh
masyarakat dan pemerintah jauh lebih besar
ketimbang manfaat (benefit) ekonomi yang
diperoleh.
Pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan
sebagai landasan operasional
pelaksanaan
pembangunan sebagaimana tertuang dalam UUD
dan Undang-Undang seyogyanya ditempatkan
sejak awal proses penetapan strategi pembangunan
baik pada perencanaan pembangunan berjangka,
penataan ruang maupun pembangunan sektoral.
Hal ini diperlukan untuk memastikan bahwa bahwa
prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi
dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu
wilayah dan atau kebijakan, rencana dan/atau
program.
Daerah Provinsi Bali merupakan satu kesatuan
ruang dan satu kesatuan ekosistem pulau kecil. Bali
secara kewilayahan relatif kecil dan tidak memiliki
sumber daya alam yang melimpah, namun memiliki
keunggulan komparatif dari segi keunikan budaya
dan keindahan alam. Perpaduan yang harmonis
antara potensi kebudayaan yang bercorak agraris
dan sumberdaya manusia yang kreatif dengan
dukungan keindahan alam merupakan modal dasar
untuk menopang keunggulan kompetitif daerah Bali

sebagai daerah tujuan wisata. Berangkat dari potensi


di atas, pembangunan Daerah Bali ditumpukan pada
keunggulan sektor pertanian, pariwisata dan industri
kerajinan.
Salah satu permasalahan yang dihadapi
Daerah Bali dalam mewujudkan pembangunan
berkelanjutan yang mencakup tiga lingkup
kebijakan yaitu keberlanjutan pembangunan
ekonomi, pembangunan sosial dan budaya serta
perlindungan lingkungan adalah sumberdaya
air. Masalah sumberdaya air kini tidak hanya
menyangkut sifat kelangkaan dari segi kuantitas
dan ketidakmerataan distribusinya.
Terjadi
kecenderungan bahwa sumberdaya air yang
tersedia tidak memadai untuk dimanfaatkan bagi
kepentingan manusia dan makhluk hidup lainnya
karena telah terjadi penurunan kualitas air sebagai
akibat terkontaminasi atau tercemar oleh sejumlah
bahan dan/atau zat perusak daya air.
Dalam upaya mewujudkan kemanfaatan
sumberdaya air yang berkelanjutan untuk sebesarbesar kemakmuran rakyat maka sumberdaya air
perlu dikelola secara menyeluruh, terpadu, dan
berwawasan lingkungan hidup. Menurut UndangUndang Nomor 4 Tahun 2007 tentang Sumberdaya
Air, pengelolaan sumber daya air adalah upaya
merencanakan, melaksanakan, memantau, dan
mengevaluasi penyelenggaraan konservasi sumber
daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan
pengendalian daya rusak air.
Dalam upaya untuk memastikan bahwa prinsip
pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar
dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah
dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program
maka Pemerintah Daerah wajib melaksanakan
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) kedalam

39

penyusunan atau evaluasi rencana tata ruang


wilayah (RTRW) beserta rencana rincinya, rencana
pembangunan jangka panjang (RPJP), dan rencana
pembangunan jangka menengah (RPJM) provinsi
dan kabupaten/kota; dan kebijakan, rencana, dan/
atau program (KRP) yang berpotensi menimbulkan
dampak dan/atau risiko lingkungan hidup,
sebagaimana diamantkan UU No. 32 Tahun 2009.
Pemerintah Provinsi Bali tahun 2010 ini
melaksanakan KLHS melalui fasilitasi Biro Bina
Pembangunan Daerah, Kementerian Dalam Negeri
telah melewati dua tahapan yaitu Tahap Penapisan
(screening) dan Tahap Pelingkupan (scoping). Hasil
penapisan (screening) pelaksanaan KLHS di Provinsi
Bali telah menyepakati perlunya perumusan
alternatif penyempurnaan KRP di tingkat Provinsi dan
Kabupaten Kota sesuai amanat Pasal 15 ayat (2) UU
No. 32 Tahu 2009. Tema sentral yang disepakati dalam
pelaksanaan KLHS di Provinsi Bali adalah Pengelolaan
Sumberdaya Air Berkelanjutan mendukung Bali
sebagai Provinsi Hijau (Bali Green Province).
Sedangkan hasil pelingkupan telah menyepakati
beberapa materi yaitu (1) Isu-Isu Strategis Prioritas;
(2) Sasaran KLHS; (3) Jangka Waktu KLHS dan (4)
Cakupan Wilayah Kajian.
1.2. Maksud dan Tujuan
1.2.1. Maksud
Workshop II Kajian Lingkungan Hidup Strategis
(KLHS) dimaksudkan sebagai penyempurnakan
pelaksanaan proses pelingkupan dalam KLHS dengan
melibatkan cakupan stakeholder yang lebih luas.

40

1.2.2. Tujuan
Workshop II Kajian Lingkungan Hidup Strategis
(KLHS) merupakan penyempurnaan tahap pelingkupan dari proses KLHS Sumberdaya Air di Provinsi Bali
bertujuan untuk:
1. Mengidentifikasi isu-isu strategis prioritas tambahan pembangunan berkelanjutan berkaitan
dengan pengelolaan sumberdaya air serta
dampak penting yang perlu dikaji dan menjadi
pertimbangan dalam studi KLHS;
2. Merumuskan beberapa sub-tujuan KLHS pengelolaan sumberdaya air Provinsi Bali berdasarkan isu-isu strategis prioritas yang disepakati.
3. Menyusun daftar program pembangunan prioritas pada masing-masing isu strategis prioritas dan sub-tujuan.
1.3. Sasaran dan Output
1.3.1. Sasaran
Sasaran Workshop II Kajian Lingkungan Hidup
Strategis (KLHS) Sumberdaya Air di Provinsi Bali
adalah disepakatinya isu-isu strategis prioritas yang
disertai dengan masing-masing sub-tujuan dan program prioritas pembangunan sumberdaya air dalam
rangka pembangunan berkelanjutan yang harus
dikaji dan dipertimbangkan dalam kebijakan, rencana dan program (KRP).
1.3.1. Output
Output dari pelaksanaan Workshop II KLHS Sumberdaya Air Provinsi Bali adalah Laporan Penyempurnaan Pelingkupan KLHS Pengelolaan Sumberdaya
Air Provinsi Bali.

Hasil Penjaminan Kualitas Terhadap Kajian Lingkungan Hidup Strategis


Pengelolaan Dan Pelestarian Sumber Daya Air Provinsi Bali

BAB II

PENDEKATAN, PROSES DAN METODOLOGI


PENYEMPURNAAN PELINGKUPAN

1.1. Pendekatan
Pendekatan yang digunakan dalam proses penyempurnaan pelingkungan KLHS Sumberdaya Air
di Provinsi Bali sama dengan pendekatan yang digunakan pada Workshop I, yaitu merupakan pengkombinasian dari pendekatan pendekatan teknokratik
dan pendekatan partisipatif.
A.

Pendekatan Teknokratik
Pendekatan teknokratik dalm proses pelingkupan KLHS Sumberdaya Air di Provinsi Bali dilaksanakan dengan menggunakan metode dan kerangka
berpikir ilmiah. Integrasi antara ilmu pengetahuan
dan prinsip-prinsip pengelolaan sumberdaya air secara terpadu di Bali sebagai satu kesatuan ekosistem
pulau kecil didasarkan pada input data dan informasi ilmiah yang valid untuk memberikan berbagai
alternatif dan rekomendasi bagi pengambil putusan
dengan mempertimbangkan kondisi dan karakteristik sosial, budaya, ekonomi, kelembagaan dan biogeofisik lingkungan hidup.
Dalam proses KLHS Sumberdaya Air di Provinsi

Bali, perumusan isu-isu strategis, analisis dan


penilaian daya dukung hingga rekomendasi
alternatif kebijakan, rencana dan program (KRP)
dilakukan berdasarkan alur kerangka logis,
menggunakan data dan informasi ilmiah, serta
dengan memanfaatkan model-model analisis yang
relevan.

a.

B.
Pendekatan Partisipatif
Pendekatan partisipatif dalam proses pelingkupan KLHS Sumberdaya Air di Provinsi Bali ini adalah
proses pelibatan peran serta masyarakat, khususnya terkait upaya menjamin adanya representasi
masukan masyarakat untuk menghasilkan suatu
keputusan (alternatif rekomendasi KRP). Hal ini sejalan prinsip perencanaan pengelolaan lingkungan
hidup diantaranya dengan melibatkan peran serta
masyarakat setempat dan pemangku kepentingan
lainnya untuk menggalang aspirasi masyarakat.
Pasal 18 ayat (1) UU No. 32 Tahun 2009 tentang Pengendalian dan Pengelolaan Lingkungan Hidup juga
mengamanatkan bahwa KLHS dilaksanakan dengan
melibatkan masyarakat dan pemangku kepentingan.

41

Pelibatan masyarakat berdasarkan norma, standar,


dan pedoman dilakukan melalui Workshop, Focus
Group Discussion (FGD) dan seminar.
1.2. Proses Penyempurnaan Pelingkupan dan
Perumusan Sub-Tujuan serta Program Prioritas
Pembangunan
Proses pelingkupan KLHS Sumberdaya Air di
Provinsi Bali pada Workshop II mengikuti tahapan
secara skematik seperti disajikan pada Gambar 1,
sebagai berikut:
1) Tahap I:
Penjaringan Isu-isu Strategis
Sumberdaya Air, Isu-Isu LH dan Isu-Isu
Pembangunan Berkelanjutan
Penjaringan isu-isu Focus Group Discussion (FGD)
diawali dengan pemaparan singkat mengenai pelaksanaan KLHS di Provinsi Bali. Peserta FGD seluruhnya merupakan peserta dari masyarakat (komponen
pengusaha pariwisata dan industri, komponen pertanian dan komponen masyarakat umum) di luar
stakeholder yang ikut terlibat dalam Workshop I.
Masing-masing komponen (group) masyarakat dipandu dan difasilitasi untuk mendiskusikan masalah
sumberdaya air, lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan di Bali serta mengidentikasi isuisu strategis sumberdaya air, lingkungan hidup dan
pembangunan berkelanjutan. Pada Tahap FGD ini
diharapkan dihasilkan isu-isu strategis baru yang
tidak teridentifikasi pada Tahap Pelingkupan Workshop I. Output dari tahapan ini adalah kumpulan isuisu strategis masing-masing komponen masyarakat
sebagai hasil FGD.
2) Tahap II: Sistesis dan Finalisasi Isu-Isu
Strategis Prioritas
Kumpulan isu-isu strategis dihasilkan dari pelaksanaan FGD selanjutnya disintesis dengan isu-isu strategis prioritas yang telah disepakati pada Workshop

42

I. Pelaksanaan sintesis ini dilakukan melalui forum


diskusi stakeholder yang pesertanya sama dengan
Workshop I. Tujuan dari tahapan ini adalah untuk
menyempurnakan atau menambah isu-isu strategis
prioritas berdasarkan masukan dari FGD. Outputnya
adalah berupa Rumusan Isu-Isu Strategis Prioritas
yang bersifat final yang akan menjadi pertimbangan
dalam proses KLHS berikutnya.
3) Tahap III: Perumusan Sub-Tujuan
Masing-masing isu-isu strategis prioritas yang
bersifat final sebagai hasil sintesis FGD dan Workshop I selanjutnya ditentukan masing-masing subtujuannya. Perumusan sub-tujuan masing-masing
isu-isu strategis prioritas bertujuan untuk menentukan analisis arah kebijakan dan/atau rencana dan/
atau program pembangunan dalam tahapan KLHS
selanjutnya .
Pelaksanaan Tahap III ini dilakukan melalui diskusi kelompok yang dikemudian dimusyawarahkan
dalam diskusi fanel untuk menyepakati sub-tujuan
masing-masing isu-isu strategis. Output dari tahapan
ini adalah Rumusan Sub-tujuan masing-masing isu
strategis.
4) Tahap IV: Perumusan Program Pembangunan
Prioritas
Masing-masing sub-tujuan dari masing-masing
isu-isu strategis prioritas yang telah disepakati pada
Tahap III dilanjutkan dengan melakukan perumusan
program pembangunan prioritas.
Pelaksanaan Tahap IV ini dilakukan melalui diskusi
kelompok yang dikemudian dimusyawarahkan dalam diskusi fanel untuk menyepakati program prioritas masing-masing isu-isu strategis dan masing-masing sub-tujuannya. Output dari tahapan ini adalah
Rumusan Program Pembangunan Prioritas masingmasing isu strategis dan sub-tujuannya.

Hasil Penjaminan Kualitas Terhadap Kajian Lingkungan Hidup Strategis


Pengelolaan Dan Pelestarian Sumber Daya Air Provinsi Bali

Gambar 1.
Proses Penyempurnaan Pelingkupan, Perumusan Sub-Tujuan dan Program
Pembangunan Prioritas dalam KLHS Sumberdaya Air di Provinsi Bali
PROSES

INPUT

PEMBEKALAN MATERI KLHS


OLEH KONSULTAN

OUTPUT

Tahap I

Identifikasi Isu-Isu
Strategis Tambahan dari
Komponen-Komponen
Masyarakat

Kumpulan Isu-Isu Strategis


SD Air, LH dan PB (hasil FGD)

FGD

ISU-ISU STRATEGIS
PRIORITAS KESEPAKATAN
WORKSHOP I

Tahap II
Sisntesis dan
Finaslisasi Isu-Isu
Strategis Prioritas

DESKRIPSI ISU-ISU

STRATEGIS PRIORITAS
FINAL
SASARAN KLHS
CAKUPAN WILAYAH
KAJIAN
JANGKA WAKTU KAJIAN

Diskusi
Stakeholder

Tahap III

Perumusan Subtujuan masingmasing Isu


Strategis Prioritas

Rumusan Sub-tujuan
masing-masing Isu
Strategis Prioritas

Diskusi
Kelompok &
Panel

DESKRIPSI ISU-ISU

STRATEGIS PRIORITAS
FINAL
SASARAN KLHS
CAKUPAN WILAYAH
KAJIAN
JANGKA WAKTU KAJIAN
SUB-TUJUAN MASINGMASING ISU STRATEGIS

Deskripsi Isu-Isu Strategis


Prioritas Final

Tahap IV
Perumusan
Program Prioritas

Rumusan Program
Pembangunan Prioritas
masing-masing Sub-Tujuan
dan Isu Strategis

Diskusi
Kelompok &
Panel

1.3. Metodologi
Penyempurnaan pelingkupan dalam KLHS Sumberdaya Air di Provinsi Bali menggunakan beberapa
metode yaitu:

menyuarakan pendapat dan usulan/saran dalam


mendiskusikan suatu topik tertentu. Metode
brainstorming digunakan pada proses penyempurnaan pelingkupan digunakan pada seluruh
tahapan kegiatan.

1. Metode brainstorming.
Metode bertukar fikiran dengan banyak orang
dalam suatu pertemuan untuk menyimak berbagai jenis informasi/alternatif terkait dengan topik
yang didiskusikan. Setiap peserta diskusikan, berdasarkan prinsip-prinsip kesetaraan, keterbukaan
dan demokratis difasilitasi untuk secara leluasa

2. Metode meta plan


Metode meta plan pada proses penyempurnaan
pelingkupan KLHS di Provinsi Bali digunakan
pada tahapan identifikasi atau pemetaan isu-isu
sumberdaya air, isu-isu lingkungan dan isu-isu
pembangunan berkelanjutan pada FGD. Setiap

43

peserta diskusi menuliskan atau menuangkan


pendapatnya tentang isu-isu sumberdaya air,
isu-isu lingkungan dan isu-isu pembangunan
berkelanjutan di dalam beberapa lembar kertas.
Setiap isu ditulis dalam selembar kertas. Isu-isu
yang dimunculkan dalam setiap lembar kertas selanjutnya dikelompokkan, dikategorisasikan dan
dipadankan satu sama lainnya dan dibangun kesepakatan untuk menghasilkan sekumpulan isuisu sumberdaya air, isu-isu lingkungan dan isuisu pembangunan berkelanjutan. Penggunakan
metode meta plan dalam proses pelingkupan ini
untuk mengurangi hambatan komunikasi verbal
dalam proses diskusi.
3. Metode Overlay
Metode overlay yaitu menumpang-tindihkan
beberapa peta untuk melihat kecenderungan
yang terjadi. Teknisnya dengan menggunakan
sejumlah peta-peta tematik tentang fisiografi
dan geofisik lainnya di wilayah Privinsi Bali, ekosistem wilayah, hidrologi, penggunaan lahan dan
rencana tata ruang, serta beberapa aspek sosialekonomi, dan sosial budaya. Metode overlay ini
digunakan dalam perumusan sub-tujuan dan
program pembangunan prioritas.

44

4. Metode Matrik
Metode matrik digunakan untuk melihat hubungan antara satu komponen dengan komponen
lain. Metode matrik dalam proses penyempurnaan pelingkupan KLHS ini digunakan pada finalisasi isu-isu strategis prioritas, perumusan subtujuan dan program pembangunan prioritas.
5. Metode Network/Flowchart
Metode network/flowchart untuk melihat pengaruh satu komponen terhadap komponen yang
lain baik langsung maupun tidak langsung. Metode ini digunakan dalam finalisasi isu-isu strategis prioritas, perumusan sub-tujuan dan program
pembangunan prioritas.
6. Metode Analogi
Metode analogi merupakan peramalan berdasarkan atas kondisi sejenis yang terjadi di tempat/
waktu yang berbeda. Metode analogi dalam
proses penyempurnaan pelingkupan ini digunakan pada identifikasi tambahan isu-isu sumberdaya air/isu-isu lingkungan dan perumusan isuisu strategis dan prioritas.

Hasil Penjaminan Kualitas Terhadap Kajian Lingkungan Hidup Strategis


Pengelolaan Dan Pelestarian Sumber Daya Air Provinsi Bali

BAB III

PROFIL SINGKAT PROVINSI BALI

Berdasarkan hasil pemaparan para Narasumber


pada proses Pelingkupan KLHS Sumberdaya Air di
Provinsi Bali (Workshop I), dapat dijabarkan profil
singkat Provinsi Bali terkait dengan sumberdaya lahan, iklim, hidrologi dan hutan.
1.1 Luas Wilayah dan Administrasi
Provinsi Bali merupakan salah satu Provinsi di
Indonesia yang ditetapkan berdasarkan UndangUndang Nomor 64 tahun 1958.
Secara geografis, Provinsi Bali berada di wilayah Indonesia bagian tengah
pada posisi 8o.03.40 LS - 8o.50.48 LS dan 114o.25.53
BT - 115o.42.40 BT. Letak wilayah Provinsi Bali sebagai bagian dari Negara Kesatuan RI. Sedangkan
batas-batas wilayah Provinsi Bali adalah sebagai berikut:
Sebelah utara : Laut Jawa
Sebelah timur : Selat Lombok

Sebelah selatan : Samudera Hindia


Sebelah barat : Selat Bali.

Provinsi Bali terdiri atas Pulau Bali sebagai pulau


utama dan beberapa pulau kecil berpenghuni yaitu
Nusa Penida, Nusa Lembongan, Nusa Ceningan, dan
Pulau Serangan serta pulau tidak berpenghuni yaitu
Pulau Menjangan. Luas wilayah Provinsi Bali adalah
563.666 ha (0,29% dari luas Indonesia).
Secara administratif wilayah Provinsi Bali terbagi
atas 8 (delapan) kabupaten dan satu kota, 57 kecamatan dan 713 desa/kelurahan. Jumlah kecamatan
tiap Kabupaten/Kota berkisar 4 10 kecamatan. Kabupaten/Kota di Provinsi Bali seperti disajikan pada
Gambar 2, yaitu Kabupaten Jembrana, Kabupaten
Tabanan, Kabupaten Badung, Kabupaten Gianyar,
Kabupaten Klungkung, Kabupaten Bangli, Kabupaten Karangasem, Kabupaten Buleleng dan Kota Denpasar.

45

Gambar 2
Luas Wilayah, Jumlah Kecamatan dan Jumlah Desa/Kelurahan di
Provinsi Bali menurut Kabupaten/Kota

Sumber: BPS Provinsi Bali (2009)

1.2. Fisiografi
1.2.1 Topografi
Rilief Pulau Bali merupakan rantai pegunungan
yang memanjang dari Barat ke Timur. Di antara pegunungan tersebut terdapat gunung berapi yang
masih aktif yaitu Gunung Batur (1.717 m) dan Gunung Agung (3.142 m). Rantai pegunungan yang
membentang di sepanjang Pulau Bali menyebabkan
morfologi wilayah Pulau Bali terbagi menjadi beber-

apa unit topografi dan fisiografi yang berbeda, yaitu


daerah pegunungan di bagian tengah Pulau Bali yang
terbentang dari barat sampai timur, dataran rendah
dan landai yang relatif luas di wilayah bagian selatan,
dataran rendah yang sempit dari kaki perbukitan dan
pegunungan di bagian utara, serta daerah perbukitan di ujung selatan Pulau Bali dan pulau-pulau kecil
(Nusa Penida, Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan)
(Gambar 3).

Gambar 3
Peta Topografi Wilayah Provinsi Bali

Diolah dari Peta Rupa Bumi Indonesia (1993)

46

Hasil Penjaminan Kualitas Terhadap Kajian Lingkungan Hidup Strategis


Pengelolaan Dan Pelestarian Sumber Daya Air Provinsi Bali

1.2.2. Morfologi
Konsekuensi dari pola rantai pegunungan dan
perbukitan yang membenrtang di Pulau Bali adalah
kemiringan lahan didominasi oleh kemiringan lereng diatas 15%. Lahan dengan kemiringan antara
15 - 40% luasnya mencapai 171.932 ha atau 30,50%
dari luas wilayah dan kemiringan diatas 40% luasnya 160.908 ha (28,55%). Kemiringan lahan 15 - 40%
dominan terdapat di wilayah bagian tengah Pulau
Bali meliputi deretan pegunungan yang membentang dari arah barat ke timur, yaitu Kabupaten Jembrana, Tabanan, Klungkung, Bangli dan Karangasem.
Kemiringan melebihi 40% merupakan daerah perbukitan dan sebagian Pulau Nusa Penida. Sedang
kan lahan dengan kemiringan 0 - 2% luasnya hanya
106.775 ha (18,94% dan kemiringan 2 - 15% luasnya
124.051 ha (22,01%). Lahan yang didominasi oleh
kemiringan lahan kurang dari 15% adalah Kota Denpasar, Kabupaten Gianyar dan Badung (Gambar 4).

mukaan laut. Bersamaan dengan pengangkatan terjadi pergeseran yang menyebabkan berbagai bagian
tersesarkan satu terhadap yang lainnya. Umumnya
sesar ini terbenam oleh batuan organik atau endapan
yang lebih muda. Dalam hal ini selama masa Pliosin
di lautan sebelah utaranya terjadi endapan berupa
bahan yang berasal dari endapan yang kemudian
menghasilkan Formasi Asah. Di barat laut setidaknya
sebagian dari batuan muncul di atas permukaan laut.
Sementara itu, semakin ke barat pengendapan batuan karbonat semakin dominan. Seluruh jalur itu pada
akhir masa Pleosin terangkat dan tersesarkan terjadi
pengangkatan. Kegiatan gunung api lebih banyak
terjadi di daratan yang menghasilkan gunung api
dari barat ke timur. Seirama dengan terjadinya dua
kaldera yaitu mula-mula kaldera Buyan-Beratan dan
kemudian kaldera Batur. Pulau Bali masih mengalami
gerakan yang menyebabkan pengankatan di bagian
utara. Akibat Formasi Palasari terangkat ke atas per-

Gambar 4
Peta Kemiringan Lahan Wilayah Provinsi Bali

Diolah dari sumber: Bappeda Provinsi Bali (2006)

1.1.1. 1.2.3. Struktur Geologi


Struktur geologi regional Bali dimulai dengan
adanya kegiatan di lautan selama Miosin Bawah yang
menghasilkan batuan lava bantal dan breksi yang
disisipi oleh batu gamping. Di bagian selatan terjadi pengendapan oleh batu gamping yang kemudian membentuk Formasi Selatan. Di jalur yang berbatasan dengan tepi utaranya terjadi pengendapan
sedimen yang lebih halus. Pada akhir Kala Pleitosen
seluruh daerah pengendapan itu muncul di atas per-

mukaan laut dan Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang utara selatan yang tidak simetris,
di bagian selatan lebih landai daripada bagian utara.
Keadaan geologi Bali disajikan pada Gambar 5.
Stratigrafi regional berdasarkan Peta Geologi Bali
(Purbo-Hadiwidjojo, 1971) dalam Bappeda Provinsi
Bali (2006), geologi Bali tergolong masih muda. Ba
tuan tertua kemungkinan berumur Miosen Tengah.
Stratigrafi Bali menurut kala Geologi adalah sebagai
berikut:

47

Kwarter, penyebarannya meliputi Pulau Bali


bagian selatan, bagian utara dan bagian tengah,
formasi ini terbentuk dari:
- Tufa dan endapan lahan Buyan-Beratan dan
Batur.
- Batuan gunung api G. Batukaru.
- Batuan gunung api G. Batur.
- Batuan gunung api G. Agung.
- Batuan gunung api dari kerucut-kerucut

batu pasir gampingan dan napal.


- Batuan Gunung Api Pulaki : lava dan breksi.
- Formasi Sorga: tufa, napal dan batu pasir.
- Formasi Asah yang terdiri dari lava, breksi,
tufa, batu apung dengan isian rekahan yang
bersifat gampingan.
Miosen-Pliosen, meliputi: Formasi Selatan:
terutama batu gamping
Miosen Tengah-Atas, meliputi: Formasi Sorga:

Gambar 5
Peta Geologi Provinsi Bali

Diolah dari sumber: Bappeda Provinsi Bali (2006)

48

subresen G. Pohen, G. Sangiang, G. Lesung.


- Lava dari G. Pawon
- Endapan alluvium terutama di sepanjang
pantai, tepi Danau Buyan, Danau Beratan
dan Danau Batur.
Kwarter Bawah, penyebarannya meliputi Pulau
Bali bagian barat. Formasi ini terdiri dari:
- Batuan Gunung Api Jembrana: lava, breksi
dan tufa dari G. Klatakan, G. Merbuk, G. Patas
dan batuan yang tergabung..
- Formasi Palasari : konglomerat: batu pasir,
batu gamping terumbu.
- Batuan Gunung Api G. Seraya.
Pliosen, terdapat di sepanjang pantai utara dari
Temukus sampai Tanjung Pulaki, dan sebagian
daerah Buleleng bagian timur. Formasi ini
meliputi :
- Formasi Prapat Agung terdiri batu gamping,

tufa, nafal, batu pasir.


Miosen Bawah-Atas, meliputi: Formasi Ulakan:
breksi gunung api, lava, tufa dengan sisipan
batuan gampingan.

1.2.4. Jenis Tanah


Ada lima jenis tanah utama yang tersebar di
wilayah Provinsi Bali menurut Peta Tanah Tinjau Bali
(1970). Kelima jenis tanah tersebut adalah (Gambar
6):
1) Aluvial, terdiri atas Aluvial Hidromorf dan Aluvial
Coklat Kelabu. Luas jenis tanah ini adalah 27.456
ha (4,8%), tersebar di Kabupaten Jembrana,
Klungkung, Buleleng dan Karangasem.
2) Regosol, terdiri atas Regosol Coklat Kelabu,
Regosol Kelabu, Regosol Coklat dan Regosol
Berhumus. Luas jenis tanah ini adalah 224.869 ha
(39,9%), tersebar di Kabupaten Badung, Denpasar,

Hasil Penjaminan Kualitas Terhadap Kajian Lingkungan Hidup Strategis


Pengelolaan Dan Pelestarian Sumber Daya Air Provinsi Bali

Gambar 6
Peta Jenis Tanah di Provinsi Bali

Diolah dari sumber: Bappeda Provinsi Bali (2006)

Gianyar, dan Jembrana.


3) Andosol Coklat Kelabu, luasnya 22.976 ha (4,1%)
tersebar di Kabupaten Buleleng, Tabanan dan
Badung.
4) Latosol, terdiri atas Latosol Coklat Kekuningan,
Latosal Coklat, Latosol Coklat Kemerahan dan
Litosol. Jenis tanah ini mendominasi wilayah Bali

dengan luas 251.185 ha (44,6%) yang terdapat di


Kabupaten Buleleng, Tabanan, Badung, Denpasar,
Jembrana, dan Klungkung.
5) Mediteran, terdiri atas Mediteran Coklat dan
Mediteran Coklat Merah. Luasnya mencapai
37.180 ha (6,6%), tersebar di Kabupaten Jembrana,
Badung dan Klungkung.

Gambar 7
Peta Tipe Iklim Klasifikasi Schmidt-Ferguson di Provinsi Bali

Sumber: Bappeda Provinsi Bali (2006)

49

1.3. Iklim
1.3.1. Tipe Iklim
Secara umum kondisi cuaca dan iklim daerah Bali
sangat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti: interakti laut-atmosfer, aktivitas konvergensi, pertemuan
massa udara dari belahan bumi utara dan selatan,
tumbuhnya pusat tekanan rendah dan pengaruh
kondisi lokal setempat. Berdasarkan data rata-rata
curah hujan bulanan, daerah Bali memiliki pola curah
hujan monsun. Pola monsum terjadi akibat proses
sirkulasi udara yang berganti arah setiap enam bulan sekali yang melintas di wilayah Indonesia, yang
dikenal dengan monsun barat dan monsun timur.
Monsun barat umumnya menimbulkan banyak hujan (musim hujan) yang terjadi sekitar bulan Januari, monsun timur umumnya menyebabkan kondisi
kurang hujan (musim kemarau) yang terjadi sekitar
bulan Agustus.

1.3.2. Curah Hujan


Curah hujan tahunan rata-rata di Bali selama tahun 2008 adalah 1.956,04 mm. Sedangkan curah
hujan tahunan rata-rata menurut Kabupaten/Kota
berkisar 1.660,42 - 2.436,56 mm, dimana curah hujan
tertinggi terjadi di Kabupaten Tabanan dan terencah
di Kabupaten Klungkung (Gambar 8).
Curah hujan bulanan rata-rata di Bali berkisar
6,04 406,54 mm, dimana bulan paling basah terjadi
pada Februari dan bulan paling kering terjadi pada
Juli. Bulan basah yaitu curah hujan dalam sebulan
di atas 100 mm di Bali tahun 2008 berlangsung selama 6 bulan yaitu pada bulan Januari, Februari,
Maret, Oktober, November dan Desember (Gambar
9). Kabupaten Jembrana, Tabanan, Karangasem dan
Kota Denpasar mengalami 7 bulan basah sedangkan
kabupaten lainnya mengalami 6 bulan basah selama

Gambar 8.
Curah Hujan Tahunan Rata-Rata menurut Kab/Kota di Provinsi
Bali Tahun 2008

Diolah dari sumber: BBMKG Wilayah III Denpasar (2009)

Berdasarkan klasifkasi Schmidt-Ferguson, daerah


Bali mempunyai sebaran tipe iklim dati tipe iklim C
sampai F seperti ditunjukkan pada Gambar 7. Tipe
iklim F umumnya tersebar di wilayah pesisir Bali
utara dan timur, sebagian kecil wilayah perbukitan
Bali selatan dan Nusa Penida. Sedangkan tipe iklim
C terdapat di bagian tengah Pulau Bali dan tipe D di
bagian tengah dan barat Pulau Bali.

50

tahun 2008.
1.3.3. Suhu Udara
Suhu rata-rata bulanan di Provinsi Bali pada tahun
2008 berkisar 25,0 27,1 oC. Suhu rata-rata bulanan
tertinggi terjadi pada Oktober dan terendah pada
bulan Juli (Gambar 10). Bulan Oktober merupakan
suhu rata-rata bulanan tertinggi di seluruh wilayah
Kabupaten/Kota, dimana pada bulan tersebut rata-

Hasil Penjaminan Kualitas Terhadap Kajian Lingkungan Hidup Strategis


Pengelolaan Dan Pelestarian Sumber Daya Air Provinsi Bali

Gambar 9
Curah Hujan Rata-Rata Bulanan di Provinsi Bali Tahun 2008

Diolah dari sumber: BBMKG Wilayah III Denpasar (2009)

rata suhu bulanan menurut Kabupaten/Kota berkisar


20,1 28,6 oC, tertinggi di Kabupaten Buleleng dan
terendah di Kabupaten Tabanan. Pada bulan Juli, di
seluruh Bali terjadi suhu rendah dengan suhu ratarata bulanan menurut Kabupaten/Kota berkisar 18,0
26,3 oC, tertinggi di Kabupaten Buleleng dan terendah di Kabupaten Tabanan. Kabupaten Tabanan
memiliki suhu rata-rata bulanan yang relatif lebih
rendah sepanjang tahun dibandingkan kabupaten/
kota lainnya, yaitu berkisar 18,0 20,1 oC. Sedangkan
Kabupaten Buleleng memiliki suhu rata-rata bulanan
yang relatif lebih tinggi sepanjang tahun dengan
suhu rata-rata bulanan berkisar 26,1 28,6 oC (Gambar 11).

1.4. Hidrologi dan Potensi Sumberdaya Air


1.4.1. Sungai
Di Provinsi Bali tercatat 401 batang sungai dimana
162 sungai bermuara di laut. Dari 162 sungai tersebut
hanya 11 sungai yang memiliki daerah aliran sungai
lebih dari 100 km2. Karakteristik aliran-aliran sungai
yang ada sebagian besar merupakan sungai intermitten dan annual. Sehingga pemanfaatan sumber air
dari sungai-sungai ini tidak dapat diharapkan sepanjang tahun. Hanya kurang dari 11% sungai yang
memiliki debit aliran pada musim kemarau.
Sistem sungai di Bali mengalir dari utara atau selatan sebagai akibat dari terbaginya Pulau Bali oleh
pegunungan yang membentang dari barat - timur di
pulau ini. Sungai-sungai yang ada di sebelah selatan
pegunungan mengalir ke arah selatan yang umum-

Gambar 10
Suhu Rata-Rata Bulanan di Provinsi Bali Tahun 2008

Diolah dari sumber: BBMKG Wilayah III Denpasar (2009)

51

Gambar 11
Suhu Rata-Rata Bulanan Terendah dan Tertinggi menurut
Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 2008

26,1
27,9

26,2
28,1

25,9
28,1

25,5
28,0

26,1
28,6

26,1
28,2

20

Tertinggi

26,0
27,6

25

18,0
20,1

30

24,4
27,4

Suhu (derajat Celsius)

Terendah
35

Bad

Gia

Klu

Bang

Kar

Bul

Den

15
10
5
0
Jem

Tab

Diolah dari sumber: BBMKG Wilayah III Denpasar (2009)

nya memiliki panjang dua kali lipat dibandingkan


sungai yang mengalir ke utara di belahan utara pegunungan.
Daerah Aliran Sungai (DAS) menjadi dasar dari
pengelolaan ekosistem sungai dan sumberdaya air
permukaan. DAS didefinisikan sebagai suatu daerah
yang dibatasi oleh topografi alami, dimana semua air
hujan yang jatuh didalamnya akan mengalir melalui
suatu sungai dan keluar melalui suatu outlet pada
sungai tersebut, atau merupakan satuan hidrologi
yang menggambarkan dan menggunakan satuan
fisik-biologi dan satuan kegiatan sosial ekonomi
untuk perencanaan dan pengelolaan sumber daya
alam. Gabungan dari beberapa DAS menjadi Satuan

Wilayah Sungai. Pentingnya posisi DAS sebagai unit


perencanaan yang utuh merupakan konsekuensi
logis untuk menjaga kesinambungan pemanfaatan
sumberdaya hutan, tanah, dan air.
Sistem sungai yang ada di Indonesia terbagi
menjadi 90 Satuan Wilayah Sungai (SWS) menurut
Peraturan Menteri PU No. 39/PRT/1989 yang meliputi lebih dari 5.590 DAS. Sungai-sungai yang ada di
wilayah Provinsi Bali secara keseluruhan membentuk satu Satuan Wilayah Sungai (SWS) atau Regional
River Unit, yaitu Wilayah Sungai Bali-Penida dengan kode SWS 03.01. Sungai-sungai yang terdapat
pada Wilayah Sungai Bali-Penida dikelompokkan lagi
kedalam 20 sub SWS, yaitu (Gambar 12):

Gambar 12
Peta Sungai dan Sub Satuan Wilayah Sungai di Provinsi Bali

Peraturan Menteri PU No. 39/PRT/1989

52

Hasil Penjaminan Kualitas Terhadap Kajian Lingkungan Hidup Strategis


Pengelolaan Dan Pelestarian Sumber Daya Air Provinsi Bali

1) Sub SWS 03.01.01. Meliputi Kota Denpasar,


Kabupaten Badung, Tabanan, Gianyar dan
Buleleng, dengan luas 555,64 km2. Sebagian
besar sungai-sungai yang masuk dalam Sub SWS
ini merupakan tipe sungai parennial, kecuali
sungai-sungai yang terdapat di daerah Bukit
(Kecamatan Kuta Selatan). Daerah Aliran Sungai
terbesar atau mendominasi pada Sub SWS ini
adalah DAS Ayung. Luas DAS Ayung 288,37
km2 yang melintas di tiga Kabupaten Badung,
Kota Denpasar dan Kabupaten Gianyar. Curah
hujan tahunan rata-rata pada DAS ini cukup
tinggi, mencapai 2000 mm per tahun.
2) Sub SWS 03.01.02. Meliputi Kabupaten Badung,
Tabanan dan Buleleng dengan luas 601,75 km2.
Sungai-sungai di Sub SWS ini sebagian besar tipe
parennial. Wilayah sungai ini didominasi oleh
DAS Tukad Yeh Empas dengan luas 100,82 km2
dan DAS Tukad Yeh Ho dengan luas 135,76 km2,
dimana terletak di Kabupaten Tabanan. Kondisi
aliran sungai kontinyu sepanjang tahun, dengan
curah hujan sekitar 2.200 mm per tahun. Daerah
aliran sungai besar lainnya di wilayah sungai ini
adalah Tukad Yeh Penet yang daerah alirannya
meliputi Kabupaten Tabanan dan Kabupaten
Badung.
3) Sub SWS 03.01.03. Meliputi Kabupaten Tabanan
dengan luas 288,34 km2. Wilayah sungai ini
didominasi DAS Tukad Balian dengan luas 152,9
km2. Kondisi aliran sungai kontinyu sepanjang
tahun, dengan curah hujan sekitar 2.000 mm
per tahun. Selain Tukad Balian, sungai-sungai
yang masuk dalam Sub SWS 03.01.03 antara lain
Tk. Yeh Otan, Tk. Putrina, Tk. Timus, Tk. Pedungan,
Tk. Payang, Tk. Gayam, Tk. Yeh Matan, Tk. Yeh
Putek dan Tk. Mluang.
4) Sub SWS 03.01.04. Meliputi Kabupaten Tabanan
dan Jembrana dengan luas 392,37 km2. Sungaisungai di wilayah sungai ini merupakan sungai
parennial, meliputi Tk. Selabih, Tk. Yeh Leh, Tk.
Yeh Sumbul, Tk. Yeh Satang,Tk. Gumbrih, Tk.
Pengyangan, Tk. Bakung, Tk. Pulukan, Tk. Kayu,
Tk. Medewi dan Tk. Lebah. Sungai-sungai ini
sebagian besar alirannya melewati kawasan
hutan terutama di bagian tengah dan hulu
sedangkan lahan persawahan hanya terdapat di
bagian hilir.
5) Sub SWS 03.01.05. Meliputi Kabupaten
Jembrana dengan luas 158,92 km2. Sungai-sungai
utama pada Sub SWS ini adalah Tk. Yeh Embang,

Tk. Bilokpoh dan Tk. Buah, yang merupakan


sungai bertipe parennial. Bagian hulu sungai
ini merupakan kawasan hutan lindung, bagian
pertengahan melewati lahan perkebunan dan
bagian hilir merupakan lahan persawahan.
6) Sub SWS 03.01.06. Meliputi Kabupaten
Jembrana dengan luas 228,44 km2. Wilayah
sungai ini didominasi oleh DAS Tukad Sowan
dengan luas 135,32 km2. Curah hujan di wilayah
DAS ini sekitar 1.900 mm per tahun dengan
kondisi aliran sungai tidak sepanjang tahun atau
semi permanen. Pada musim penghujan daerah
ini sering terjadi banjir. Sungai-sungai lainnya
pada Sub SWS ini adalah Tk. Titis, Tk. Mendoyo
dan Tk. Dalem. Bagian hulu sungai-sungai pada
wilayah sungai ini merupakan kawasan hutan
lindung, bagian pertengahan melewati lahan
perkebunan dan bagian hilir merupakan lahan
persawahan dan permukiman.
7) Sub SWS 03.01.07. Meliputi Kabupaten
Jembrana dengan luas 243,52 km2. Wilayah
sungai ini didominasi oleh DAS Tukad Daya Barat.
Sungai lainnya antara lain Tk. Sangyiang Gede,
Tk. Melaya, Tk. Sari Kuning, Tk. Klatakan. Kondisi
aliran Tukad Daya Barat, Tukad Sanghyang Gede
dan Tukad Melaya tidak sepanjang tahun atau
semi permanen, sedangkan Tukad Klatakan
bertipe aliran intermitten. Pola pemanfaatan
lahan pada bagian hulu berupa hutan dan bagian
tengah sampai hilir merupakan lahan pertanian
semusim lahan kering.
8) Sub SWS 03.01.08. Meliputi Kabupaten Buleleng
dengan luas 367,22 km2. Sungai-sungai yang
terdapat pada wilayah sungai ini merupakan
sungai intermitten yang relatif pendek, dimana
alirannya melewati daerah perbukitan dan
sebagian besar merupakan lahan kritis di
Kecamatan Gerokgak, sehingga kondisi DAS
tergolong kritis. Sungai-sungainya antara lain Tk.
Sumaga, Tk. Gerokgak, Tk. Musi, Tk. Tinga-tinga,
Tk. Yeh Biu, Tk. Banyupoh, Tk. Pengunbahan
dan Tk. Pule. Pemanfaatan lahan di bagian
hulu berupa kawasan hutan sedangkan bagian
hilirnya pertanian semusim lahan kering.
9) Sub SWS 03.01.09. Meliputi Kabupaten Buleleng
dengan luas 222,39 km2. Wilayah sungai ini
didominasi oleh DAS Tukad Saba dengan luas
130,09 km2. Sungai lainnya pada wilayah sungai
ini yaitu Tukad Banyuraras dan Tukad Gemgem.
10) Sub SWS 03.01.10. Meliputi Kabupaten

53

Buleleng dengan luas 114,24 km2. Sungai-sungai


yang terdapat di wilayah sungai ini umumnya
merupakan sungai semi permanen dan
intermitten. Adapun sungai-sungai pada Sub SWS
03.01.10 antara lain Tk. Manuk, Tk. Bengkala, Tk.
Jebol, Tk. Tampekan, Tk. Binong, Tk. Mendaum,
Tk. Langking dan Tk. Anakan. Pemanfaatan lahan
di wilayah sungai ini didominasi oleh pertanian
semusim lahan kering.
11) Sub SWS 03.01.11. Meliputi Kabupaten
Buleleng dengan luas 243,48 km2. Sungaisungai yang masuk kedalam Sub SWS ini antara
lain Tk Tengah, Tk. Batupulu, Tk, Serumbung,
Tk. Asangan, Tk. Buleleng, Tk. Banyumala, Tk.
Baas, Tk. Penarukan, Tk. Yeh Taluh, Tk. Buus, Tk.
Munduk, Tk. Sangsit, Tk. Pengong dan Tk. Taluk.
Sungai-sungai tersebut umumnya merupakan
sungai semi permanen. Penggunaan lahan
pada wilayah sungai ini di bagian hulu adalah
hutan dan bagian hilir merupakan kawasan
permukiman padat penduduk Kota Singaraja
dan lahan sawah.
12) Sub SWS 03.01.12. Meliputi Kabupaten
Buleleng dengan luas 311,65 km2. Wilayah
sungai ini didominasi oleh DAS Tukad Daya
Sawan dengan luas 107,25 km2 Penggunaan
lahan di bagian hulu DAS ini adalah hutan dan
dibagian tengah sampai hilir didominasi oleh
pertanian lahan basah dan perkebunan. Tingkat
erosi pada permulaan awal musim hujan relatif
tinggi mengingat tumbuhan penutup di awal
musim penghujan belum secara efektif berfungsi
menahan aliran air pemukaan.
13) Sub SWS 03.01.13. Meliputi Kabupaten
Buleleng, Karangasem dan Bangli dengan
luas 357,14 km2. Sungai-sungai pada wilayah
sungai ini umumnya merupakan sungai kecil
dan pendek karena daerah alirannya melewati
daerah perbukitan yang dekat dengan daerah
pantai. Pola penggunaan lahan bagian hulu
adalah hutan dan bagian pertengahan hingga
hilir didominasi oleh lahan krisis dan pertanian
lahan kering. Sungai-sungai tersebut sebagian
besar bertipe intermitten. Sungai-sungai di Sub
SWS 03.01.13 antara lain Tk. Batang, Tk. Bangka,
Tk. Ketungan, Tk. Puan, Tk. Sumegen, Tk. Baturiti,
Tk. Linggah, Tk. Tutung, Tk. Abu, Tk. Maong, Tk.
Dalam, Tk. Pangandangan, Tk. Lebahcelagi, Tk.
Sapta, Tk. Trukuk, Tk. Cili, Tk. Sayung, Tk. Batang,
Tk. Bakalan, Tk. Nusu, Tk. Pale, Tk. Embahapi, Tk.

54

Dadak, Tk. Melaka, Tk. Grembeng, Tk. Dalem,


Tk. Pilian, Tk. Sringin, Tk. Daya, Tk. Bumbung,
Tk. Timbul, Tk. Santer, Tk. Karanganyar, Tk.
Karobelahan, Tk. Legawa, Tk. Bungbung, Tk.
Telaga, Tk. Selahu, Tk. Jaka,Tk. Luwah, Tk. Gelar,
Tk. Sidepana, Tk. Yeh Bau, Tk. Bonriu, Tk. Tembok,
Tk. Bulakan.
14) Sub SWS 03.01.14. Meliputi Kabupaten
Karangasem dengan luas 295,38 km2. Sungaisungai pada Sub SWS ini antara lain Tk. Mantri,
Tk. Seraya, Tk. Pitpitan, Tk. Bangas, Tk. Bunutan,
Tk. Tibidalem, Tk. Belong, Tk. Itam, Tk Buah, Tk.
Pangkuh. Tk Titis, Tk. Kutumanak, Tk. Kusambi,
Tk. Batukeseni, Tk. Bluhu, Tk. Desa, Tk Pangkung
dan Tk. Aya. Sungai-sungai tersebut sebagian
besar bertipe intermitten dan melewati lahan
kritis di kawasan Gunung Seraya. Pemanfaatan
lahan didominasi oleh lahan kritis dan pertanian
semusim lahan kering.
15) Sub SWS 03.01.15. Meliputi Kabupaten
Karangasem dengan luas 272,53 km2. Sungaisungai pada wilayah sungai ini memiliki aliran
sepanjang tahun dan daerah alirannya didominasi
lahan persawahan. Tiga sungai utama pada Sub
SWS 03.01.15 yaitu Tk. Pedih, Tk. Bangka dan Tk.
Nyuling. Sungai lainnya yang bertipe intermitten
yaitu Tk. Ringuang. Kondisi DAS ini tergolong
kritis dan pola pemanfaatan lahan didominasi
oleh pertanian semusim lahan kering.
16) Sub SWS 03.01.16. Meliputi Kabupaten
Karangasem dengan luas 342,08 km2. Wilayah
sungai ini didominasi oleh DAS Tukad Jangga
dengan luas 70,125 km2. Pemanfaatan lahan
didominasi oleh lahan persawahan. Kondisi
sungai-sungai di wilayah ini berada pada daerah
aliran lahar Gunung Agung, terutama Tukad
Jangga. Sungai-sungai yang termasuk dalam
Sub SWS 03.01.15 antara lain Tk. Prakpak,
Tk. Buwatan, Tk. Mengereng, Tk. Jangga, TK.
Telincicing, Tk. Tanahampo, Tk. Buhu, Tk.
Sampiang, Tk. Karangan dan Tk. Alas.
17) Sub SWS 03.01.17. Meliputi Kabupaten
Karangasem, Bangli dan Klungkung dengan luas
257,78 km2. Wilayah sungai ini didominasi oleh
DAS Tukad Unda dengan luas 220,52 km2. Sungai
lainnya adalah Tk. Bugbugan, Tk. Paang, Tk. Cau,
Tk. Betel, Tk. Unda, Tk. Lombok, Tk. Pegatepan.
Curang hujan di wilayah sungai ini relatif cukup
tinggi mencapai 3000 mm per tahun. Sungai-sungai
tersebut memiliki aliran kontinyu sepanjang

Hasil Penjaminan Kualitas Terhadap Kajian Lingkungan Hidup Strategis


Pengelolaan Dan Pelestarian Sumber Daya Air Provinsi Bali

tahun, dengan penggunaan lahan didominasi


oleh pertanian lahan basah sedangkan daerah
hulunya merupakan kawasan hutan. Kondisi
sungai di daerah ini sebagian besar merupakan
alur dari lahar Gunung Agung. Tingkat
sedimentasi akibat material sisa letusan Gunung
Agung masih mendominasi kondisi aliran sungai
di DAS Tukad Unda. Disamping curah hujan
cukup tinggi, di DAS Tukad Unda juga banyak
bermunculan sumber-sumber mata air, dan
yang memiliki potensi cukup besar adalah mata
air Telaga Waja, Surya, Arca, Tirta Gangga, dan
lain-lain.
18) Sub SWS 03.01.18. Meliputi Kabupaten Gianyar,
Bangli, Karangasem dan Klungkung dengan
luas 48,84 km2. Sungai utama di wilayah sungai
ini yaitu Tk. Jinah, Tk. Melangit, Tk. Bubuh,
Tk. Sangsang dan Tk. Pakerisan, yang bertipe
parennial dimana sebagian besar daerah
alirannya merupakan lahan persawahan.
19) Sub SWS 03.01.19. Meliputi Kabupaten Gianyar,

yang terdapat di Pulau Nusa Penida seluruhnya


merupakan sungai tipe intermitten, yaitu sungai
yang alirannya hanya ada pada saat hujan,
satu jam setelah hujan alirannya berhenti.
Pola pemanfaatan lahan di wilayah sungai
ini didominasi oleh pertanian semusim lahan
kering.
1.4.2. Danau, Waduk dan Embung
Provinsi Bali memiliki empat buah danau yaitu
Danau Batur di Kabupaten Bangli, Danau Beratan di Kabupaten Tabanan, Danau Buyan dan Danau Tamblingan di Kabupaten Buleleng (Tabel 2
dan Gambar 12). Danau Batur merupakan danau
terbesar di Bali dengan luas permukaan 16,05 km2.
Danau-danau yang terdapat di Bali merupakan danau vulkanik yang semuanya berada pada rantai
pegunungan dengan ketinggian 1000 1200 m dpl.
Dengan posisinya yang demikian, keempat danau
ini merupakan penyangga tata air di daerah hilir dan
sekitarnya.

Tabel 2.
Karakteristik Danau di Bali
No
1
2
3
4

Nama
Danau
Batur
Beratan
Buyan
Tamblingan
Jumlah

Kab/
Kota
Bangli
Tabanan
Buleleng
Buleleng

Daerah
Luas
Tangkapan Permukaan
(km2)
(km2)
105,35
16,05
13,4
4,38
24,1
3,67
9,2
1,15

Kedalaman
Rata-Rata
(m)
50,8
12,8
31,7
23,5

Panjang
(km)

Lebar
(km)

7,7
2,0
3,7
1,8

2,7
2,0
1,5
0,9

Vol Air
(juta m3)
815,38
49,22
116,25
27,00
1.007,85

Sumber: Bappeda Provinsi Bali (2009)

Bangli, Badung dan Denpasar dengan luas


102,19 km2. Wilayah sungai ini didominasi oleh
daerah aliran sungai Tukad Oos dengan luas DAS
116,52 km2. Sungai lainnya meliputi Tk. Sangku,
Tk. Kutul, Tk. Petanu, Tk. Singapadu, Tk. Jerem, Tk.
Blahbatuh dan Tk. Sekatu. Kondisi aliran sungaisungai tersebut kontinyu sepanjang tahun
dengan pola penggunaan lahan di daerah ini
didominasi oleh lahan pertanian lahan basah.
Kondisi sungai di daerah ini memiliki tebing
yang tinggi dengan alur yang panjang, dimana
tingkat erosi vertikal di semua sungainya cukup
tinggi.
20) Sub SWS 03.01.20. Berada di Pulau Nusa
Penida dengan luas 208,87 km2. Sungai-sungai

Waduk dan embung merupakan danau buatan


(man made lake) yang dibuat untuk berbagai kepentingan, seperti penyediaan air irigasi, air baku
air bersih pengendalian banjir dan lain sebagainya.
Di Provinsi Bali terdapat lima waduk/embung yaitu
Waduk Palasari dengan luas 87 ha berlokasi di Kabupaten Jembrana, Waduk Gerokgak dengan 350
ha berlokasi di Kabupaten Buleleng, Waduk Telaga
Tunjung dengan luas 17 ha berlokasi di Kabupaten
Tabanan, Waduk Muara dengan luas 35 ha berlokasi
di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung, dan Embung Seraya dengan luas 2 ha berlokasi di Kabupaten Karangasem (Dinas PU Provinsi Bali, 2008) (Tabel
3 dan Gambar 13).

55

Tabel 3.
Karakteristik Waduk dan Embung di Provinsi Bali
No
1
2
3
4
5

Nama Waduk/
Embung

Kabupaten/
Kota

Waduk Palasari
Waduk Gerokgak
Waduk Telaga Tunjung
Waduk Muara
Embung Seraya
Jumlah

Jembrana
Buleleng
Tabanan
Denpasar
Karangasem

Daerah
Tangkapan
(km2)
4.230
2.850
950
2.255
250

Luas
Permukaan
(ha)
87
350
17
35
2

Kedalaman
(m)

Vol Air
(juta m3)

29
42
33
2
4

8,00
3,75
1,26
0,42
0,10
13,53

Sumber: Bappeda Provinsi Bali (2009)

Gambar 13
Peta Danau, Waduk dan Embung di Provinsi
Bali

1.4.3. Mata Air


Mata air adalah aliran air tanah yang muncul
di permukaan tanah secara alami, yang disebabkan oleh terpotongnya aliran air tanah oleh bentuk
topografi setempat dan keluar dari batuan. Pada umumnya mata air muncul di daerah kaki perbukitan
atau bagian lereng, lembah perbukitan dan di daerah
dataran. Mata air yang muncul ke permukaan tanah
kebanyakan karena perubahan topografi dan dipengaruhi oleh perbedaan lapisan permeabel gunung
api dengan lapisan impermeabel (lava bongkah)
dengan tipe seepage (rembesan). Menurut Prastowo
dalam Arsyad dan Rustiadi (2008), pada umumnya
ketersediaan mata air dipengaruhi oleh faktor-faktor
geologi seperti kondisi morfologi, litologi, struktur
geologi dan tata guna lahan setempat.

56

Berdasarkan laporan JICA (2005) dalam Bappeda


Provinsi Bali (2009), di Provinsi Bali terdapat 1.273
buah mata air (Tabel 4). Jumlah mata air terbanyak
terdapat di Kabupaten Bangli yaitu 423 buah, disusul Kabupaten Buleleng 327 buah, Kabupaten Tabanan 177 buah dan Kabupaten Karangasem 138
buah. Kabupaten dengan wilayah dataran rendah
relatif sedikit terdapat mata air, seperti di Kabupaten Jembrana 61 buah, Kabupaten Badung 30 buah,
Kabupaten Gianyar 79 buah, Kabupaten Klungkung
38 buah termasuk di Nusa Penida sebanyak 9 buah.
Sebaran beberapa mata air di Provinsi Bali disajikan
pada Gambar 14.
Dari 1.273 buah mata air tersebut debitnya sangat
bervariasi muali dari satu liter/detik sampai beberapa ratus liter/detik. Total debit air mata air di seluruh

Hasil Penjaminan Kualitas Terhadap Kajian Lingkungan Hidup Strategis


Pengelolaan Dan Pelestarian Sumber Daya Air Provinsi Bali

Tabel 4.
Kondisi Mata Air di Provinsi Bali
No
1
2
3
4
5
6
7
8

Kabupaten/
Kota
Jembrana
Tabanan
Badung
Gianyar
Klungkung (daratan)
Klungkung (Nusa Penida)
Bangli
Karangasem
Buleleng
Jumlah

Jumlah Mata
Air
(buah)
61
177
30
79
29
9
423
138
327
1.273

Debit Total
(liter/detik)
85,1
3.080
1.291
2.981
202
522
2.736
9.808
6.603
27.063

Debit
Rata-Rata
(liter/detik)
17,0
73,2
184,4
56,2
40,4
104,1
48,0
102,3
71,3
75,4

Sumber:JICA (2005) dalam Bappeda Provinsi Bali (2006)

Gambar 14
Peta Sebaran Beberapa Mata Air di Provinsi Bali

Sumber: BLH Provinsi Bali (2009)

Bali adalah 27.063 liter/detik dengan debit rata-rata


75,4 liter/detik (Tabel 4).
1.4.4. Cekungan Air Tanah (CAT)
Air tanah (ground water) adalah air yang terdapat
dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah. Air tanah ditemukan pada akifer. Karakteristik utama yang membedakan air tanah dengan
dari air permukaan adalah pergerakan yang sangat
lambat dan waktu tinggal yang sangat lama, dapat
mencapai puluhan bahkan ratusan tahun. Karena

pergerakan yang sangat lambat dan waktu tinggal


yang alam maka air tanah akan sulit untuk pulih kembali jika mengalami pencemaran.
Kondisi air tanah di Provinsi Bali sangat tergantung pada kondisi geologinya. Cekungan adalah
wadah tempat terdapatnya air tanah dibentuk oleh
proses geologi, yang dibatasi oleh batas-batas hidrogeologi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Departemen ESDM (2005) cekungan air tanah
di Provinsi Bali terbagi kedalam 8 cekungan sebagaimana terlihat pada Tabel 5.

57

Tabel 5.
Potensi Air Tanah pada Cekungan Air Tanah di Provinsi Bali
No

Cadangan Air
Tanah (CAT)

Hujan (mm)

Tak-tertekan
(juta m3/thn)

Tertekan (juta
m3/thn)

Denpasar-Tabanan

208.000

1500 - 3500

894

2
3

Gilimanuk

13.130

1000 - 1500

30

Negara

41.850

1500 - 2000

73

Singaraja

50.520

1000 - 2500

215

Danau Batur

75.050

500 - 2000

188

Amlapura

19.982

1000 - 2000

60

Nusa Dua

9.911

1500 - 2000

38

Nusa Penida

19.790

500 - 1000

79

Jumlah
% thd Bali

Luas (Ha)

438.233

1.577,00

21

77,75

Sumber : KonservasiSumber:
Air Tanah
Prov. Bali, Ditjen Geologi dan SDM, Dep. ESDM, 2005
Departemen ESDM (2005) dalam Bappeda Provinsi Bali (2009)

1.4.5. Potensi Sumberdaya Air


Potensi air sungai menurut Sub Satuan Wilayah
Sungai di Bali adalah 196,4 m3/detik atau 6.195,3 juta
m3/tahun. Potensi air tertinggi terdapat pada Sub
SWS 03.01.02 yaitu 29,09 m3/detik (Tabel 6).
Total volume air danau di seluruh Bali adalah
1.007,85 juta m3, dimana 80,9% terdapat di Danau
Batur, 11,5% di Danau Buyan, 4,9% di Danau Beratan

dan 2,7% di Danau Tamblingan (Tabel 2).


Total volume air waduk dan embung di Bali adalah 13,53 juta m3 yang terdiri dari Waduk Palasari 8,00
juta m3, Waduk Gerokgak 3,75 juta m3, Waduk Telaga
Tunjung 1,26 juta m3, Waduk Muara 0,42 juta m3, dan
Embung Seraya 0,10 juta m3 (Tabel 3).
Dari 1.273 buah mata air tersebut debitnya sangat
bervariasi muali dari satu liter/detik sampai bebera-

Tabel 6.
Potensi Air Sungai menurut Sub Satuan Wilayah Sungai di Provinsi Bali
No

Sub SWS

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

03.01.01
03.01.02
03.01.03
03.01.04
03.01.05
03.01.06
03.01.07
03.01.08
03.01.09
03.01.10
03.01.11
03.01.12
03.01.13
03.01.14
03.01.15
03.01.16
03.01.17
03.01.18
03.01.19
03.01.20
Total/average

Catchment
Area
(km2)
555,64
601,75
288,34
392,37
158,92
228,44
243,52
367,22
222,39
114,24
243,48
311,65
357,14
295,38
272,53
342,08
257,78
48,84
102,19
208,87
5612,77

Average
Rainfall
(mm/year)
2.078
2.450
2.582
2.360
2.112
1.978
1.583
1.365
2.096
1.704
2.005
1.792
1.798
1.911
1.629
2.237
2.337
2.700
1.809
1.079
1.980

Annual Runoff of All the River Basins


Total
Runoff Depth
(mil. m3)
(m3/sec)
(mm)
718,5
22,78
1.293
917,4
29,09
1.525
501,7
15,91
1.740
406,5
12,89
1.036
198,7
6,30
1.250
278,2
8,82
1.218
237,2
7,52
974
328,8
10,42
895
305,8
9,70
1.375
169,5
5,37
1.484
383,1
12,15
1.574
255,7
8,11
820
164,6
5,22
461
144,7
4,59
490
276,2
8,76
1.013
476,0
15,09
1.392
374,9
11,89
1.454
57,8
1,83
277
6.195,3
196,42
1.014

Sumber: Bappeda Provinsi Bali (2009)

58

Hasil Penjaminan Kualitas Terhadap Kajian Lingkungan Hidup Strategis


Pengelolaan Dan Pelestarian Sumber Daya Air Provinsi Bali

pa ratus liter/detik. Total debit air mata air di seluruh


Bali adalah 27.063 liter/detik dengan debit rata-rata
75,4 liter/detik (Tabel 4).
Potensi air tanah tak-tertekan pada cekungan air
tanah di Provinsi Bali adalah 1.577,00 juta m3/tahun
dan air tanah tertekan 21 juta m3/tahun.
1.5. Kawasan Hutan
1.5.1. Luas dan Sebaran Kawasan Hutan
Luas kawasan hutan di Bali pada tahun 2008 adalah 130.686,01 ha atau 23,19% dari luas wilayah. Luas
kawasan hutan di Bali masih belum mencapai luas
ideal untuk optimalisasi manfaat lingkungan yaitu
minimal 30% dari luas pulau menurut Pasal 18 ayat
(2) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan. Sebaran kawasan hutan di Bali disajikan
pada Tabel 7.

meliputi Buleleng dan Jembrana yaitu 62% dari luas


kawasan hutan secara keseluruhan. Beberapa kawasan hutan yang luasnya di atas seribu hektar yaitu
Gunung Batukau, Gunung Abang, Gunung Agung,
Penulisan-Kintamani, Yeh Leh-Yeh Lebah, Gunung
Batur Bukit Payang, Prapat Benoa, Gunung Mungsu,
dan Gunung Seraya.
1.5.2. Hutan Menurut Fungsinya
Berdasarkan fungsinya hutan mempunyai 3 (tiga)
fungsi yaitu fungsi lindung, fungsi konservasi, dan
fungsi produksi. Berdasarkan atas fungsi hutan tersebut di atas, kawasan hutan dapat dibedakan atas hutan lindung, hutan konservasi dan hutan produksi.
1) Hutan Lindung: kawasan hutan yang
mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan
sistem penyangga kehidupan untuk mengatur

Tabel 7
Luas Kawasan Hutan dan Persentase Luas Kawasan Hutan terhadap Luas Wilayah
menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 2009
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Kabupaten/
Kota
Jembrana
Buleleng
Tabanan
Badung
Denpasar
Gianyar
Bangli
Klungkung
Karangasem
Provinsi Bali

Luas
Wilayah
(Ha)
84.180
136.588
83.933
41.852
12.778
36.800
52.081
31.500
83.954
563.666

Luas
Persentase (%) Luas Kawasan Hutan terhadap
Kawasan
Luas Kawasan
Luas Wil
Luas Wil
Hutan
Hutan
Kab/Kota
Provinsi
(Ha)
Provinsi
42.156,27
50,08
7,48
32,26
51.436,21
37,66
9,13
39,36
9.969,15
11,88
1,77
7,63
1.779,87
4,25
0,32
1,36
734,5
5,75
0,13
0,56
9.341,28
17,94
1,66
7,15
1.048,50
3,33
0,19
0,80
14.220,23
16,94
2,52
10,88
130.686,01
23,19
23,19
100,00

Sumber: Dinas Kehutanan Provinsi Bali (2010)

Sebaran kawasan hutan di Bali tidak merata menurut kabupaten/kota, bahkan di Kabupaten Gianyar
tidak terdapat kawasan hutan penetapan. Kawasan
hutan terluas terdapat di Kabupaten Buleleng, akan
tetapi persentase tertinggi luas kawasan hutan terhadap luas wilayah terdapat di Kabupaten Jembrana.
Persentase luas kawasan hutan terhadap luas wilayah
kabupaten/kota yang telah memenuhi luas kawasan
hutan yang harus dipertahankan minimal 30% hanya
terdapat di Kabupaten Jembrana dan Buleleng.
Hutan negara yang terdapat di Provinsi Bali tersebar pada 22 kawasan hutan (Tabel 8). Kawasan hutan
terluas di Bali adalah kawasan Hutan Bali Barat yang

tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi,


mencegah intrusi air laut, dan memelihara
kesuburan tanah.
2) Hutan Konservasi: kawasan hutan dengan ciri
khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok
pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan
satwa serta ekosistemnya. Hutan Konservasi
terdiri atas Hutan Suaka Alam, Hutan Pelestarian
Alam dan Taman Buru. Kawasan Hutan Suaka
Alam dibagi menjadi Kawasan Cagar Alam dan
Kawasan Suaka Margasatwa. Sedangkan Kawasan
Pelestarian Alam dibagi menjadi Kawasan Taman
Nasional, Kawasan Taman Hutan Raya dan

59

Tabel 8
Luas Kawasan Hutan di Bali pada Tahun 2009
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22

Kawasan Hutan

RTK

Puncak Landep
Gunung Mungsu
Gunung Silangjana
Gunung Batukau
Munduk Pengajaran
Gn. Batur Bkt. Payang
Gunung Abang Agung
Gunung Seraya
Prapat Benoa
Yeh Ayah
Yeh Leh-Yeh Lebah
Bali Barat
Penulisan-Kintamani
Sangeh
Nusa Lembongan
Bunutan
Bukit Gumang
Bukit Pawon
Kondangdia
Tanjung Bakung
Suana
Sakti
Jumlah

1
2
3
4
5
7
8
9
10
11
12
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29

Kabupaten/
Kota
Buleleng
Buleleng
Buleleng
Buleleng-Tabanan-Badung
Bangli
Bangli
Bangli-Karangasem
Karangasem
Badung-Denpasar
Tabanan
Tabanan-Jembrana-Buleleng
Buleleng-Jembrana
Bangli-Buleleng
Badung
Klungkung
Karangasem
Karangasem
Karangasem
Karangasem
Klungkung
Klungkung
Klungkung

Luas

Persentase

(Ha)
590,00
1.134,00
415,00
15.153,28
613,00
2.528,00
14.817,01
1.111,00
1.373,50
575,73
4195,30
80.995,27
5.849,25
13,97
202,00
126,70
22,00
35,00
89,50
244,00
329,50
273,00
130.686,01

(%)
0,45
0,87
0,32
11,60
0,47
1,93
11,34
0,85
1,05
0,44
3,21
61,98
4,48
0,01
0,15
0,10
0,02
0,03
0,07
0,19
0,25
0,21
100,00

Sumber: Dinas Kehutanan Provinsi Bali (2010)

Kawasan Taman Wisata Alam.


3) Hutan Produksi: kawasan hutan yang
mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil
hutan. Hutan Produksi terdiri atas Kawasan Hutan

Produksi Terbatas dan Kawasan Hutan Produksi


Tetap.
Berdasarkan atas fungsi hutan tersebut di atas, kawasan hutan di Bali terdiri atas hutan lindung, hutan

Tabel 9
Luas Hutan Berdasarkan Fungsinya menurut Kabupaten/Kota di Bali Tahun 2009
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Kab/

Hutan

Kota

Lindung

Jembrana
Buleleng
Tabanan
Badung
Denpasar
Gianyar
Bangli
Klungkung
Karangasem
Bali
Persentasse (%)

32.974,97
31.936,32
8.668,24
1.126,90
6.239,01
804,50
14.016,12
95.766,06
73,28

Hutan
Produksi
Terbatas
2.610,20
3.207,95
453,00
244,00
204,11
6.719,26
5,14

Hutan
Produksi
Tetap
383,10
1.524,00
1.907,10
1,46

Taman

Cagar
Alam

Nasional

1.004,40
758,40
1.762,80
1,35

6.188,00
12.814,89
19.002,89
14,54

Sumber: Dinas Kehutanan Provinsi Bali (2010)

60

TWA

Tahura

Jumlah

948,65
542,51
3,97
2.649,27
4.154,40
3,18

639,00
734,50
1.373,50
1,05

42.156,27
51.436,21
9.969,15
1.779,87
734,50
9.341,28
1.048,50
14.220,23
130.686,01
100,00

Hasil Penjaminan Kualitas Terhadap Kajian Lingkungan Hidup Strategis


Pengelolaan Dan Pelestarian Sumber Daya Air Provinsi Bali

Gambar 15
Peta Kawasan Hutan menurut Fungsi di Provinsi Bali Tahun 2009

Sumber: Dinas Kehutanan Provinsi Bali (2010)

konservasi meliputi kawasan Cagar Alam, kawasan


Taman Nasional, kawasan Taman Wisata Alam
(TWA), kawasan Taman Hutan Raya (Tahura), dan
kawasan Hutan Produksi meliputi kawasan Hutan
Produksi Terbatas dan kawasan Hutan Produksi
Tetap.
Luas kawasan hutan berdasarkan fungsinya
menurut kabupaten/kota disajikan pada Tabel 9 dan
Gambar 15, serta luas kawasan hutan berdasarkan
fungsinya menurut kawasan hutan disajikan pada
Tabel 10.
Berdasarkan fungsinya, kawasan hutan di Bali
terdiri atas hutan lindung seluas 95.766,06 ha atau
73,28% dari luas total kawasan hutan, hutan produksi
seluas 8.626,36 ha atau 6,60% dan hutan konservasi
seluas 26.293,59 ha (20,12%). Hutan lindung terluas
terdapat di Kabupaten Jembrana dan Buleleng, sedangkan di Kota Denpasar dan Kabupaten Gianyar
tidak terdapat hutan lindung.

Beberapa kawasan hutan mengemban tiga fungsi


sekaligus (fungsi lindung, fungsi produksi dan fungsi
konservasi) yaitu kawasan hutan Gunung AbangAgung (hutan lindung, hutan produksi terbatas dan
taman wisata alam); dan kawasan hutan Bali Barat (hutan lindung, hutan produksi terbatas, hutan
produksi tetap dan Taman Nasional.

Kawasan hutan yang mengemban fungsi lindung


dan fungsi konservasi yaitu kawasan hutan Gunung
Batukau (hutan lindung, Taman Wisata Alam dan Cagar Alam). Kawasan hutan yang hanya mengemban
fungsi lindung yaitu kawasan hutan Puncak Landep, Gunung Mungsu, Gunung Silangjana, Munduk
Pengajaran, Gunung Seraya, Yeh Ayah, Yeh Leh-Yeh
Lebah, Nusa Lembongan, Bunutan, Bukit Gumang,
Puncak Pawon, Kondangdia, Suana dan Sakti. Sedangkan kawasan hutan yang tidak mengemban
fungsi lindung yaitu kawasan hutan Gunung BaturBukit Payang (hutan produksi terbatas dan Taman
Wisata Alam), Prapat Benoa (Taman Hutan Raya),
Sangeh (Taman Wisata Alam), dan Tanjung Bakung
(hutan produksi terbatas) (Tabel 10).

Hutan Lindung
Luas kawasan hutan lindung di Bali pada tahun
2008 adalah 95.766,06 ha atau 73,28% dari luas total
kawasan hutan. Rincian luas dan lokasi tiap kawasan
hutan lindung adalah sebagai berikut:
1) Hutan lindung Puncak Landep seluas 590 ha,
berlokasi di Kabupaten Buleleng (Kecamatan
Sukasada).
2) Hutan lindung Gunung Mungsu seluas 1.134 ha,
berlokasi Kabupaten Buleleng (yaitu Kecamatan
Sukasada dan Banjar).
3) Hutan lindung Gunung Silangjana, mencakup

61

Tabel 10
Luas Kawasan Hutan Berdasarkan Fungsi menurut Kawasan Hutan
di Provinsi Bali Tahun 2009
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22

Kawasan Hutan
Puncak Landep
Gunung Mungsu
Gn. Silangjana
Gunung Batukau
Munduk Pengajaran
Gn.Batur Bkt Payang
Gunung
Abang
Agung
Gunung Seraya
Prapat Benoa
Yeh Ayah
Yeh Leh-Yeh Lebah
Bali Barat
Penulisan-Kintamani
Sangeh
Nusa Lembongan
Bunutan
Bukit Gumang
Bukit Pawon
Kondangdia
Tanjung Bakung
Suana
Sakti
Jumlah

590,00
1.134,00
415,00
11.899,32
613,00
14.038,63

Hutan
Produksi
Tetap
-

Hutan
Produksi
Terbatas
453,00
204,11

1.111,00
575,73
4.195,30
54.452,68
5.663,70
202,00
126,70
22,00
35,00
89,50
329,50
273,00
95.766,06

1.907,10
1.907,10

1.373,50
5.632,60
19.002,89
185,55
13,97
244,00
6.719,26 1.762,80 19.002,89 4.154,40 1.373,50

Hutan
Lindung

Cagar
Alam

Taman
Nasional*

TWA

Tahura

1.762,80
-

1.491,16
2.075,00
574,27

Jumlah
590,00
1.134,00
415,00
15.153,28
613,00
2.528,00
14.817,01
1.111,00
1.373,50
575,73
4.195,30
80.995,27
5.849,25
13,97
202,00
126,70
22,00
35,00
89,50
244,00
329,50
273,00
130.686,01

*) Termasuk perairan seluas 3.145 ha


Sumber: Dinas Kehutanan Provinsi Bali (2010)

4)

5)

6)

7)

62

areal seluas 415 ha, berlokasi di Kabupaten


Buleleng (yaitu Kecamatan Sawan dan
Sukasada)
Hutan lindung Gunung Batukau, mencakup
luas areal 11.899,32 ha, berlokasi di Kabupaten
Buleleng (Kecamatan Sawan, Kubutambahan,
Banjar dan Sukasada), Kabupaten Tabanan
(Kecamatan Selemadeg, Penebel, Baturiti dan
Pupuan), dan Kabupaten Badung (Kecamatan
Petang).
Hutan lindung Munduk Pengejaran, meliputi
areal seluas 613 ha berlokasi di Kabupaten Bangli
(Kecamatan Kintamani).
Hutan lindung Gunung Abang, Gunung Agung,
meliputi areal seluas 14.038,63 ha berlokasi di
Kabupaten Bangli (Kecamatan Kintamani) dan
Kabupaten Karangasem (Kecamatan Abang,
Kubu, Bebandem, Rendang dan Selat).
Hutan lindung Yeh Ayah, meliputi areal seluas
575,73 ha berlokasi di Kabupaten Tabanan

(Kecamatan Penebel).
8) Hutan lindung Gunung Seraya seluas 1.111,00 ha,
berlokasi di Kabupaten Karangasem (Kecamatan
Karangasem).
9) Hutan lindung Bukit Gumang, mencakup areal
seluas 22 ha, berlokasi di Kabupaten Karangasem
(Kecamatan Bebandem).
10) Hutan lindung Bukit Pawon, mencakup areal
seluas 35 ha berlokasi di Kabupaten Karangasem
(Kecamatan Bebandem).
11) Hutan lindung Kondangdia, mencakup areal
seluas 89,5 ha berlokasi di Kabupaten Karangasem
(Kecamatan Abang).
12) Hutan lindung Bunutan, meliputi areal seluas
126,70 ha, berlokasi di Kabupaten Karangasem
(Kecamatan Abang).
13) Hutan lindung Yeh Leh-Yeh Lebah, mencakup
areal seluas 4.195,30 ha, berlokasi di Kabupaten
Tabanan (Kecamatan Selemadeg, Pupuan),
Kabupaten Buleleng (Kecamatan Busungbiu) dan

Hasil Penjaminan Kualitas Terhadap Kajian Lingkungan Hidup Strategis


Pengelolaan Dan Pelestarian Sumber Daya Air Provinsi Bali

Kabupaten Jembrana (Kecamatan Pekutatan).


14) Hutan lindung Bali Barat, meliputi areal seluas
54.452,68 ha berlokasi di Kabupaten Jembrana
(Kecamatan Melaya, Mendoyo dan Pekutatan)
dan Kabupaten Buleleng (Kecamatan Gerokgak,
Seririt, dan Busungbiu).
15) Hutan lindung Penulisan Kintamani, mencakup
areal seluas 5.663,70 ha berlokasi di Kabupaten
Buleleng (Kecamatan Tejakula) dan Kabupaten
Bangli (Kecamatan Kintamani).
16) Hutan lindung Nusa Lembongan, merupakan
hutan payau (mangrove) mencakup areal seluas
202 ha berlokasi di Kabupaten Klungkung (Nusa
Lembongan, Kecamatan Nusa Penida).
17) Hutan lindung Suana meliputi areal seluas
329,50 ha dan hutan lindung Sakti seluas 273 ha,
keduanya berlokasi di Kecamatan Nusa Penida
Kabupaten Klungkung.
Hutan produksi
Luas hutan produksi di Bali pada tahun 2008 adalah 8.626,36 ha (6,60%), terdiri dari hutan produksi
tetap seluas 1.907,10 ha dan hutan produksi terbatas
seluas 6.719,26 ha. Hutan produksi tetap terdapat di
kawasan hutan Bali Barat yang termasuk dalam Kabupaten Buleleng (Kecamatan Gerokgak dan Seririt)
seluas 1.524,00 ha dan Kabupaten Jembrana (Kecamatan Melaya) seluas 383,10 ha. Sedangkan hutan
produksi terbatas terdapat di kawasan hutan Bali
Barat seluas 5.632,60 ha (83,93 %) meliputi wilayah
Kabupaten Jembrana (Kecamatan Melaya) seluas
2.610,2 ha dan Kabupaten Buleleng (Kecamatan
Gerokgak dan Seririt) seluas 3.022,4 ha. Selebihnya,
hutan produksi terdapat di kawasan hutan Gunung
Batur Bukit Payang seluas 453,00 ha berlokasi di Kecamatan Kintamani (Bangli), kawasan hutan Gunung
Abang Agung seluas 204,11 ha berlokasi di Kecamatan Kubu (Karangasem), kawasan hutan PenulisanKintamani seluas 185,55 ha berlokasi di Kecamatan
Tejakula (Buleleng), dan kawasan hutan Tanjung
Bakung seluas 244 ha berlokasi di Kecamatan Nusa

Penida (Klungkung).
Hutan Cagar Alam
Hutan cagar alam hanya terdapat di kawasan
hutan Gunung Batukau seluas 1.762,80 ha yang termasuk dalam Kabupaten Buleleng (Kecamatan Banjar dan Sukasada) seluas 1.004,4 ha, dan Kabupaten
Tabanan (Kecamatan Baturiti dan Penebel) seluas
758,40 ha.
Hutan Taman Nasional
Taman Nasional di Bali luasnya adalah 19.002,89
ha, termasuk perairan seluas 3.415 ha, yang terletak
pada kawasan hutan Bali Barat meliputi Kabupaten
Jembrana (Kecamatan Melaya) seluas 6.188,00 ha
dan Kabupaten Buleleng (Kecamatan Kecamatan
Gerokgak) seluas 12.814,89 ha.
Taman Wisata Alam
Taman Wisata Alam di Bali luasnya 4154,4 ha, yang
tersebar pada beberapa kawasan hutan yaitu:
1) Taman Wisata Alam Danau Buyan-Danau
Tamblingan mencakup areal seluas 1.491,16
ha, berlokasi di Kecamatan Banjar seluas 442,35
ha, Kecamatan Sukasada seluas 506,3 ha, dan
Kecamatan Baturiti seluas 542,51 ha.
2) Taman Wisata Alam Gunung Batur Bukit
Payang seluas 2.075 ha berlokasi di Kecamatan
Kintamani;
3) Taman Wisata Alam Penelokan di kawasan hutan
Gunung Abang Agung meliputi areal seluas
574,27 ha berlokasi di Kecamatan Kintamani;
4) Taman Wisata Alam Sangeh seluas 13,97 ha
berlokasi di Kecamatan Abiansemal Kabupaten
Badung.
Taman Hutan Raya (Tahura)
Taman Hutan Raya satu-satunya terdapat di kawasan hutan Prapat Benoa seluas 1.373,5 ha, dimana
seluas 734,5 ha berlokasi di Kecamatan Denpasar Selatan dan 639 ha berada di Kecamatan Kuta dan Kuta
Selatan. Kawasan hutan ini berupa hutan mangrove.

63

64

Hasil Penjaminan Kualitas Terhadap Kajian Lingkungan Hidup Strategis


Pengelolaan Dan Pelestarian Sumber Daya Air Provinsi Bali

BAB IV

TINJAUAN HASIL PELINGKUPAN


PADA WORKSHOP I

Workshop I KLHS Sumberdaya Air di Provinsi Bali


telah menyepakati beberapa rumusan yang menjadi
bahan acuan dalam proses KLHS selanjutnya. Hasilhasil rumusan kesepakatan Workshop I sebagai berikut:

4.1. Deskripsi Isu Strategis Prioritas


Deskripsi isu strategis prioritas sumberdaya air,
lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan
di Provinsi Bali disajikan pada Tabel 11.

65

Tabel 11.
Deskripsi Isu-Isu Strategis Prioritas Kesepakatan Workshop I
No

Lokasi

BIDANG FISIK-KIMIA

Menurunnya debit air


permukaan

Menurunnya kualitas
Seluruh sungai dan danau yang
air permukaan akibat
ada di Bali
pencemaran (limbah
padat dan limbah cair)
Tingginya alih fungsi
Seluruh Kabupaten/Kota di Bali
lahan dari pertanian ke
non pertanian

Mata air, sungai, danau, embung


dan waduk yang ada di Bali

Tingginya tingkat
eksploitasi air tanah

Intrusi air laut di


beberapa kawasan di
Bali

B.

BIDANG BIOLOGI/HAYATI

Masih tingginya
tingkat perusakan/
gangguan hutan
(hutan negara dan
hutan rakyat)

C.

BIDANG SOSIAL DAN BUDAYA

Masih lemahnya
penegakan hukum
dalam pengelolaan
SDA
Belum meratanya
distribusi dan akses
masyarakat terhadap
SDA

66

Isu Strategis
Prioritas

Konflik kepentingan
pemanfaatan
sumberdaya air

D.

BIDANG EKONOMI

Faktor Penyebab

Perusakan hutan, perubahan


tata guna lahan, sedimentasi,
berkurangnya areal resapan air
Rendahnya kesadaran
masyarakat, penegakan
hukum masih lemah, lokasi
pembuangan sampah terbatas
Tingginya tingkat pertumbuhan
penduduk, desakan investasi,
pengendalian pemanfaatan
ruang masih lemah, land policy
tidak ada
Terbatasnya kapasitas
penyediaan air publik, harga/
biaya pengambilan air tanah
lebih murah, kualitas air tanah
masih baik

Seluruh Denpasar, Badung


Selatan, Badung Tengah, Kawasan
pariwisata di Karangasem, Lovina
dan Kota Singaraja, Kec. Melaya,
Kec.Negara dan Kec. Jembrana,
Payangan, ubud, Sukawati, Gianyar,
Blahbatuh
Denpasar Selatan, Kuta, Legian,
Eksploitasi air tanah berlebihan
Seminyak, Nusa Dua, Tanjung
Benoa, Jimbaran, Canggu, Seseh,
Cemagi, Lebih, Kota Singaraja,
Lovina, Perancak, Loloan,
Gilimanuk

Kec. Rendang dan Selat, Kintamani, Desakan ekonomi, investasi


Sukasada, Gerokgak, Melaya,
dan kurangnya alternatif mata
Belimbingsari, Nusasari, Pupuan,
pencaharian
Baturiti, Jatiluwih, Petang, sekitar
TPA Suwung dan TNBB

Seluruh Kabupaten/Kota di Bali

Rendahnya disiplin penegak


hukum, komitmen, belum
optimalnya sistem penegakan
hukum
Badung : Bukit, Pecatu,
Tidak ada sumber air, topografi,
Petang; Buleleng : Gerokgak,
infrastruktur jaringan distribusi
Kubutambahan; Bangli : Kintamani; dan penampungan air masih
Karangasem : Kubu, Abang bagian kurang,
barat, Karangasem bagian timur,
Klungkung : Nusa Penida; Gianyar :
Desa Kertha (Payangan)
Seluruh Kabupaten/Kota di Bali
Kompetisi terhadap
pemanfaatan air yang terbatas,
sistem distribusi yang tidak
jelas, penguasaan terhadap
sumber air secara sepihak

Dampak/Implikasi/
Konskuensi
Kekurangan air pada musim
kemarau
Menurunnya daya guna air,
munculnya penyakit, banjir,
terganggunya kehidupan
biota air
Ruang terbuka menjadi
sempit, berkurangnya
daerah resapan air,
menurunnya daya dukung
lingkungan
Bahaya penurunan muka
air tanah, terjadi amblesan
lapisan tanah

Kualitas air tanah menurun

Rusaknya tata
hidrologi, menurunnya
keanekaragaman hayati

Banyaknya pelanggaran,
tidak ada efek jera

Belum terpenuhinya secara


optimal kebutuhan dasar
masyarakat, terganggunya
kesehatan masyarakat,
kemiskinan sulit diatasi,
pertumbuhan ekonomi
menurun
Terjadi keresahan
masyarakat, keamanan
terganggu, perusakan
sumber daya air

Hasil Penjaminan Kualitas Terhadap Kajian Lingkungan Hidup Strategis


Pengelolaan Dan Pelestarian Sumber Daya Air Provinsi Bali

No
1.

Isu Strategis
Prioritas

Lokasi

Belum optimalnya
Kab. Bangli, Badung, Tabanan,
program insentif dan
Karangasem, Buleleng
disinsentif bagi daerah
hulu

4.2. Sasaran KLHS Sumberdaya Air Provinsi


Bali
Sasaran KLHS Sumberdaya Air di Provinsi Bali adalah terjaganya kelestarian sumberdaya air bagi pembangunan Bali yang berkelanjutan dan mendukung
Bali sebagai Provinsi Hijau.
4.3. Lingkup Wilayah Kajian
Cakupan wilayah Kajian Lingkungan Hidup Strategis Sumberdaya Air di Provinsi Bali meliputi seluruh

Faktor Penyebab

Dampak/Implikasi/
Konskuensi

Regulasi kebijakan yang belum


tersedia

Akumulasi kerusakan daerah


hulu

Kabupaten/Kota di Provinsi Bali, yaitu: Kabupaten


Jembrana, Tabanan, Badung, Gianyar, Klungkung,
Karangasem, Bangli, Buleleng dan Kota Denpasar
(Gambar 16).
4.4. Jangka Waktu Kajian
Jangka waktu KLHS Sumberdaya Air di Provinsi
Bali disesuaikan dengan perencanaan pembangunan jangka panjang dan penataan ruang wilayah
yaitu berlaku untuk 20 (dua puluh) tahun.

Gambar 16
Cakupan Wilayah Kajian Lingkungan Strategis Sumberdaya Air
Provinsi Bali

67

68

Hasil Penjaminan Kualitas Terhadap Kajian Lingkungan Hidup Strategis


Pengelolaan Dan Pelestarian Sumber Daya Air Provinsi Bali

BAB V

HASIL PENYEMPURNAAN PELINGKUPAN


SERTA RUMUSAN SUB-TUJUAN DAN PROGRAM
PEMBANGUNAN PRIORITAS PADA WORKSHOP II

5.1. Hasil Identifikasi Isu-isu Sumberdaya Air


dan Lingkungan Hidup Hasil FGD
Pelaksanaan FGD dengan melibatkan komponen
masyarakat pengusaha pariwisata dan pertanian,

pertanian dan masyarakat umum menghasilkan sekumpulan isu-isu strategis masing-masing kelompok
(group) seperti disajikan pada Tabel 12.

69

Tabel 12.
Kumpulan Isu-Isu Strategis Kelompok Pengusaha Pariwisata, Pertanian dan
Masyarakat Umum
Kelompok Pariwisata & Industri
1

Infrastruktur PDAM belum siap


ketika pemerintah menaikkan
pajak ABT

Pengenaan biaya oleh BU PAL


2
kepada hotel hotel sebesar Rp
100.000/bulan setiap kamar hotel
dipandang mahal

Menurunnya kualitas air sungai

Adanya penguasaan sepihak


atau monopoli sumber mata air/
sumber air oleh perusahaan air
kemasan
Adanya konflik kepentingan
pengggunaan air antara
masyarakat dan hotel

Menurunya kualitas air tanah di


pesisir akibat penggunaan ABT
berlebihan

Berkurangnya air bersih di


perkotaan

Tingginya angka kenaikan pajak


ABT yaitu mencapai 1000%

Timbulnya banjir akibat


pembabatan hutan di hulu

Kurang ketatnya pemberian ijin


6
pembangunan hotel dikawasan
Denpasar & Badung
Kurang adanya pemeliharaan
7
saluran drainase di Kuta sehingga
pada musim hujan menyebabkan
banjir
Kurangnya luasan kebun dan
8
jumlah sumur resapan/biopori
pada hotel-hotel

Minimnya konservasi sumber daya 6


air

Rendahnya pasokan PDAM


sehingga penggunaan ABT
meningkat

10

Belum adanya mekanisme


pengenaan pajak air limbah bagi
pengusaha yang membuang
limbah ke lingkungan
Kualitas air yang semakin
menurun

10

Kurangnya pelayanan informasi


tentang cuaca kepada
perusahaan pemakai air (rafting)

12

11

12

Kelompok Pertanian

Menurunnya kuantitas dan


kualitas sumber-sumber air
(sungai dan danau)

70

Kelompok Umum

11

Kurang meratanya distribusi air


bersih bagi masyarakat.

Kurangnya lahan terbuka hijau


sebagai kawasan resapan air

Minimnya penghargaan terhadap


tradisi & kearifan lokal masyarakat
Bali yang terkait dengan
pengelolaan lingkungan
Kurangnya keterlibatan semua
unsur masyarakat (adat dan
tradisional bali) dlm pelindungan
dan pengelolaan lingkungan
Belum maksimalnya transparansi
dan ketebukaan dlm perlindungan
dan pengelolaan lingkungan baik
antara pemerintah dan investor
dgn masyarakat Bali
Terjadinya eksploitasi air tanah
yang berlebihan untuk industri
pariwisata

10

11

12

Sulitnya penanganan
penyelamatan hutan dari gangguan
(pembabatan/pembalakan/
perambahan)
Terbatasnya kemampuan (dana/
sdm) dalam adaptasi dan
mitigasi pemanasan global yang
mengakibatkan penurunan
cadangan air
Tingginya laju pertumbuhan
penduduk Bali mengakibatkan
menurunnya daya dukung SD alam,
prasarana dan sarana
Lemahnya pengendalian
pemanfaatan ruang yang
disebabkan lemahnya kapasitas
aparatur pemerintah
Tingginya pencemaran pupuk
kimia dan populasi tumbuhan
air mengakibatkan terjadinya
sedimentasi di danau
Berubah fungsinya kantongkantong banjir mengakibatkan
beban sungai meningkat
Belum optimalnya kontribusi
pemakai jasa air untuk pengelolaan
DAS
Lemahnya pengendalian mutu air
akibat SDM, biaya dan laboratorium
(B3 dan bahan-bahan kimia
tertentu)
Belum adanya payung hukum yang
khusus untuk memproteksi alih
fungsi lahan subak
Rendahnya kesadaran masyarakat
dalam konservasi, pemanfaatan sd
air dan pengendalian pencemaran
air
Lemahnya pengawasan perijinan
penggunaan sda (air permukaan
dan air bawah tanah)

Menurunnya tingkat
keanekaragaman hayati

Hasil Penjaminan Kualitas Terhadap Kajian Lingkungan Hidup Strategis


Pengelolaan Dan Pelestarian Sumber Daya Air Provinsi Bali

Kelompok Pariwisata & Industri

Kelompok Umum

13

Kurangnya pembuatan resevoire


sebagai penampung air hujan

13

14

Kurangnya infrastruktur PDAM


dalam upaya mengurangi
penggunaan ABT

14

15

Hasil olahan DSDP belum


maksimal

15

16

Kurang optimalnya keterlibatan


masyarakat adat dalam
pengelolaan sampah

16

17

Belum adanya perubahan


17
paradigma dalam cara
pembuangan sampah upacara
ke laut dan sungai dengan
memanfaatkan TPA (dengan
memberi tirta / air pemusnah
kepada sampah upacara oleh
tokoh agama / bendesa adat)
Masih lemahnya pengawasan
18
oleh pemerintah terhadap usaha/
kegiatan yang membuang
sampah/ limbah ke media
lingkungan

18

Kelompok Pertanian

Menurunnya kualitas air sungai


akibat penambangan galian C di
badan sungai
Menurunya kualitas lingkungan
dan penurunan permukaan
tanah akibat penggunaan ABT
berlebihan
Kurangnya pelestarian sumber
daya alam untuk kepentingan
upacara (tanaman/buah-buahan)
Kurangnya kepedulian masyarakat
dalam pengelolaan sampah/
limbah cair yg berdampak pada
kualitas air
Minimnya pendidikan lingkungan
di tingkat masyarakat dan sekolah.

Masih kurangnya informasi,


komunikasi dan edukasi tentang
lingkungan hidup

5.2. Sintesis Isu-Isu Sumberdaya Air dan Lingkungan Hidup (Hasil FGD) dengan Isu-Isu Strategis Prioritas (Hasil Workshop I) dan Finalisasi
Isu-Isu Strategis
Kumpulan isu-isu sumberdaya air dan isu-isu lingkungan hidup hasil FGD disintesis dengan isu-isu
strategis prioritas hasil kesepakatan Workshop I untuk menghasilkan isu-isu strategis yang bersifat final.

Sebagian besar isu-isu sumberdaya air dan lingkungan hidup yang teridentifikasi pada FGD telah terakomodasi pada isu-isu strategis prioritas hasil kesepakatan Workshop I. Hasil sintesis tersebut disajikan
pada Tabel 13, 14 dan 15. Berdasarkan hasil sintesis
tersebut, disepakati tiga isu strategis baru yang yang
akan dipetimbangkan dalam tahapan kajian berikutnya, seperti pada Tabel 16.

71

Tabel 13
Sintesis Isu-Isu Sumberdaya Air dan Lingkungan Hidup Kelompok Pengusaha
Pariwisata dan Industri
Sintesis dan Penilaian Stakeholder
Mengacu pada Isu Strategis Prioritas (Hasil
Workshop I)
Infrastruktur PDAM belum siap ketika pemerintah Tidak termasuk isu yang strategis
menaikkan pajak ABT
Pengenaan biaya oleh BU PAL kepada hotel hotel sebesar Tidak termasuk isu yang strategis
Rp 100.000/bulan setiap kamar hotel dipandang mahal
Adanya penguasaan sepihak atau monopoli sumber Terakomodasi pada Isu C.3.
mata air/sumber air oleh perusahaan air kemasan
Adanya konflik kepentingan pengggunaan air antara Terakomodasi pada Isu C.3.
masyarakat dan hotel
Tingginya angka kenaikan pajak ABT yaitu mencapai Tidak termasuk isu yang strategis
1000%
Kurang ketatnya pemberian ijin pembangunan hotel Tidak termasuk isu yang strategis
dikawasan Denpasar & Badung
Kurang adanya pemeliharaan saluran drainase di Kuta Tidak termasuk isu yang strategis
sehingga pada musim hujan menyebabkan banjir
Kurangnya luasan kebun dan jumlah sumur resapan/ Terakomodasi pada Isu A.3.
biopori pada hotel-hotel
Rendahnya pasokan PDAM sehingga penggunaan ABT Terakomodasi pada Isu A.4.
meningkat
Belum adanya mekanisme pengenaan pajak air limbah Terakomodasi pada Isu A.2.
bagi pengusaha yang membuang limbah ke lingkungan
Kualitas air yang semakin menurun
Terakomodasi pada Isu A.2.
Kurangnya pelayanan informasi tentang cuaca kepada Tidak termasuk isu yang strategis
perusahaan pemakai air (rafting)
Kurangnya pembuatan resevoire sebagai penampung air Terakomodasi pada Isu A.1.
hujan
Kurangnya infrastruktur PDAM dalam upaya mengurangi Terakomodasi pada Isu A.4.
penggunaan ABT
Hasil olahan DSDP belum maksimal
Terakomodasi pada Isu A.2.
Kurang optimalnya keterlibatan masyarakat adat dalam Terakomodasi pada Isu A.2.
pengelolaan sampah
Belum adanya perubahan paradigma dalam cara Terakomodasi pada Isu A.2.
pembuangan sampah upacara ke laut dan sungai
dengan memanfaatkan TPA (dengan memberi tirta / air
pemusnah kepada sampah upacara oleh tokoh agama /
bendesa adat)
Masih lemahnya pengawasan oleh pemerintah terhadap Terakomodasi pada Isu A.2.
usaha/kegiatan yang membuang sampah/limbah ke
media lingkungan
Isu-Isu Kelompok Pariwisata & Industri

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

18

72

Hasil Penjaminan Kualitas Terhadap Kajian Lingkungan Hidup Strategis


Pengelolaan Dan Pelestarian Sumber Daya Air Provinsi Bali

Tabel 14
Sintesis Isu-Isu Sumberdaya Air dan Lingkungan Hidup Kelompok Umum
Sintesis dan Penilaian Stakeholder
Mengacu pada Isu Strategis Prioritas (Hasil
Workshop I)
Menurunnya kuantitas dan kualitas sumber-sumber air Terakomodasi pada Isu A.2.
(sungai dan danau)
Menurunnya kualitas air sungai
Terakomodasi pada Isu A.2.
Menurunya kualitas air tanah di pesisir akibat penggunaan Terakomodasi pada Isu A.4.
ABT berlebihan
Berkurangnya air bersih di perkotaan
Terakomodasi pada Isu C.2.
Timbulnya banjir akibat pembabatan hutan di hulu
Terakomodasi pada Isu B.1.
Minimnya konservasi sumber daya air
Terakomodasi pada Isu A.1.
Kurang meratanya distribusi air bersih bagi masyarakat. Terakomodasi pada Isu C.2.
Kurangnya lahan terbuka hijau sebagai kawasan resapan Terakomodasi pada Isu A.3.
air
Minimnya penghargaan terhadap tradisi & kearifan Tidak termasuk isu yang strategis
lokal masyarakat Bali yang terkait dengan pengelolaan
lingkungan
Kurangnya keterlibatan semua unsur masyarakat (adat Tidak termasuk isu yang strategis
dan tradisional bali) dlm pelindungan dan pengelolaan
lingkungan
Belum maksimalnya transparansi dan ketebukaan dlm Tidak termasuk isu yang strategis
perlindungan dan pengelolaan lingkungan baik antara
pemerintah dan investor dgn masyarakat Bali
Terjadinya eksploitasi air tanah yang berlebihan untuk Terakomodasi pada Isu A.4.
industri pariwisata
Menurunnya kualitas air sungai akibat penambangan Terakomodasi pada Isu A.2.
galian C di badan sungai
Menurunya kualitas lingkungan dan penurunan Terakomodasi pada Isu A.4.
permukaan tanah akibat penggunaan ABT berlebihan
Kurangnya pelestarian sumber daya alam
untuk Terakomodasi pada Isu A.1.
kepentingan upacara (tanaman/buah-buahan)
Kurangnya kepedulian masyarakat dalam pengelolaan Terakomodasi pada Isu A.2.
sampah/limbah cair yg berdampak pada kualitas air
Minimnya pendidikan lingkungan di tingkat masyarakat Terakomodasi pada Isu A.2.
dan sekolah.
Masih kurangnya informasi, komunikasi dan edukasi Disepakati sebagai isu strategis tambahan (baru)
tentang lingkungan hidup
di bidang Sosial dan Budaya
Isu-Isu Kelompok Umum

1
2
3
4
5
6
7
8
9

10

11

12
13
14
15
16
17
18

73

Tabel 15
Sintesis Isu-Isu Sumberdaya Air dan Lingkungan Hidup Kelompok Pertanian
Isu-Isu Kelompok Pertanian
1
2

4
5

6
7
8
9
10
11
12

Sulitnya penanganan penyelamatan hutan dari


gangguan (pembabatan/pembalakan/perambahan)
Terbatasnya kemampuan (dana/sdm) dalam adaptasi
dan mitigasi pemanasan global yang mengakibatkan
penurunan cadangan air
Tingginya laju pertumbuhan penduduk Bali
mengakibatkan menurunnya daya dukung SD alam,
prasarana dan sarana
Lemahnya pengendalian pemanfaatan ruang yang
disebabkan lemahnya kapasitas aparatur pemerintah
Tingginya pencemaran pupuk kimia dan populasi
tumbuhan air mengakibatkan terjadinya sedimentasi di
danau
Berubah fungsinya kantong-kantong banjir
mengakibatkan beban sungai meningkat
Belum optimalnya kontribusi pemakai jasa air untuk
pengelolaan DAS
Lemahnya pengendalian mutu air akibat SDM, biaya dan
laboratorium (B3 dan bahan-bahan kimia tertentu)
Belum adanya payung hukum yang khusus untuk
memproteksi alih fungsi lahan subak
Rendahnya kesadaran masyarakat dalam konservasi,
pemanfaatan SD air dan pengendalian pencemaran air
Lemahnya pengawasan perijinan penggunaan SD Air
(air permukaan dan air bawah tanah)
Menurunnya tingkat keanekaragaman hayati

Sintesis dan Penilaian Stakeholder


Mengacu pada Isu Strategis Prioritas (Hasil
Workshop I)
Terakomodasi pada Isu B.1.
Terakomodasi pada Isu A.1.

Dipertimbangkan sebagai isu strategis


tambahan (baru) pada bidang Sosial dan
Budaya
Terakomodasi pada Isu C.1.
Terakomodasi pada Isu A.2.

Terakomodasi pada Isu A.3.


Terakomodasi pada Isu D.1.
Terakomodasi pada Isu A.2.
Terakomodasi pada Isu A.3.
Terakomodasi pada Isu A.2.
Terakomodasi pada Isu C.1.
Dipertimbangkan sebagai isu strategis
tambahan (baru) pada bidang Biologi/Hayati

Tabel 16
Deskripsi Isu-Strategis Tambahan hasil Sintesis antara hasil FGD dengan hasil Workshop I
No.

Lokasi

Menurunnya tingkat
keanekaragaman hayati

Seluruh Kab/Kota
di Bali

Tingginya laju
pertumbuhan penduduk
Bali mengakibatkan
menurunnya daya dukung
SD alam, prasarana dan
sarana
Masih kurangnya informasi,
komunikasi dan edukasi
tentang lingkungan hidup

Seluruh Kab/Kota
di Bali

74

Isu Strategis Tambahan

Seluruh Kab/Kota
di Bali

Dampak/Implikasi/
Konsekuensi
Alih fungsi lahan pertanian, Berkurangnya sumber
perusakan hutan,
pangan, terganggunya
pencemaran lingkungan
keseimbangan ekosistem,
berkurangnya peluangpeluang ekonomi
Tingginya angka kelahiran Menurunnya daya dukung
dan migrasi masuk
SD alam, prasarana dan
penduduk ke Bali
sarana yang tersedia
Faktor Penyebab

Kurang optimalnya fungsi Masih rendahnya kesadaran


sarana dan saluran KIE
masyarakat terhadap
(komunikasi, informasi dan lingkungan hidup
edukasi) bagi lingkungan
hidup bagi masyarakat

Hasil Penjaminan Kualitas Terhadap Kajian Lingkungan Hidup Strategis


Pengelolaan Dan Pelestarian Sumber Daya Air Provinsi Bali

Berdasarkan hasil sintesis di atas dan kesepakatan


tentang isu strategis tambahan maka disepakati isu-

isu strategis prioritas final sebagai hasil penyempurnaan pelingkungan disajikan pada Tabel 17.

Tabel 17
Isu-Isu Strategis Prioritas Final hasil Pelingkupan KLHS Sumberdaya Air di Provinsi Bali
No

Isu Strategis Prioritas

BIDANG FISIK-KIMIA

Menurunnya debit air


permukaan

Lokasi

Faktor Penyebab

Mata air, sungai, danau, embung


dan waduk yang ada di Bali

Perusakan hutan, perubahan


tata guna lahan, sedimentasi,
berkurangnya areal resapan air
Menurunnya kualitas
Seluruh sungai dan danau yang
Rendahnya kesadaran
air permukaan akibat
ada di Bali
masyarakat, penegakan
pencemaran (limbah padat
hukum masih lemah, lokasi
dan limbah cair)
pembuangan sampah terbatas
Tingginya alih fungsi lahan Seluruh Kabupaten/Kota di Bali
Tingginya tingkat pertumbuhan
dari pertanian ke non
penduduk, desakan investasi,
pertanian
pengendalian pemanfaatan
ruang masih lemah, land policy
tidak ada
Tingginya tingkat eksploitasi Seluruh Denpasar, Badung
Terbatasnya kapasitas
air tanah
Selatan, Badung Tengah, Kawasan penyediaan air publik, harga/
pariwisata di Karangasem, Lovina biaya pengambilan air tanah
dan Kota Singaraja, Kec. Melaya, lebih murah, kualitas air tanah
Kec.Negara dan Kec. Jembrana,
masih baik
Payangan, ubud, Sukawati,
Gianyar, Blahbatuh
Intrusi air laut di beberapa
Denpasar Selatan, Kuta, Legian,
Eksploitasi air tanah berlebihan
kawasan di Bali
Seminyak, Nusa Dua, Tanjung
Benoa, Jimbaran, Canggu, Seseh,
Cemagi, Lebih, Kota Singaraja,
Lovina, Perancak, Loloan,
Gilimanuk

B.

BIDANG BIOLOGI/HAYATI

Masih tingginya tingkat


perusakan/gangguan hutan
(hutan negara dan hutan
rakyat)

Menurunnya tingkat
keanekaragaman hayati

C.

BIDANG SOSIAL DAN BUDAYA

Masih lemahnya penegakan Seluruh Kabupaten/Kota di Bali


hukum dalam pengelolaan
SDA

Kec. Rendang dan Selat,


Kintamani, Sukasada, Gerokgak,
Melaya, Belimbingsari, Nusasari,
Pupuan, Baturiti, Jatiluwih,
Petang, sekitar TPA Suwung dan
TNBB
Seluruh Kab/Kota di Bali

Dampak/Implikasi/
Konskuensi
Kekurangan air pada
musim kemarau
Menurunnya daya guna
air, munculnya penyakit,
banjir, terganggunya
kehidupan biota air
Ruang terbuka menjadi
sempit, berkurangnya
daerah resapan air,
menurunnya daya
dukung lingkungan
Bahaya penurunan
muka air tanah, terjadi
amblesan lapisan tanah

Kualitas air tanah


menurun

Desakan ekonomi, investasi


dan kurangnya alternatif mata
pencaharian

Rusaknya tata
hidrologi, menurunnya
keanekaragaman hayati

Alih fungsi lahan pertanian,


perusakan hutan, pencemaran
lingkungan

Berkurangnya sumber
pangan, terganggunya
keseimbangan
ekosistem, berkurangnya
peluang-peluang
ekonomi

Rendahnya disiplin penegak


hukum, komitmen, belum
optimalnya sistem penegakan
hukum

Banyaknya pelanggaran,
tidak ada efek jera

75

No

Isu Strategis Prioritas

Belum meratanya distribusi


dan akses masyarakat
terhadap SDA

Konflik kepentingan
pemanfaatan sumberdaya
air

Tingginya laju
pertumbuhan penduduk
Bali mengakibatkan
menurunnya daya dukung
SD alam, prasarana dan
sarana
Masih kurangnya informasi,
komunikasi dan edukasi
tentang lingkungan hidup

D.

BIDANG EKONOMI

1.

Belum optimalnya program


insentif dan disinsentif bagi
daerah hulu

Dampak/Implikasi/
Konskuensi
Badung : Bukit, Pecatu,
Tidak ada sumber air, topografi, Belum terpenuhinya
Petang; Buleleng : Gerokgak,
infrastruktur jaringan distribusi secara optimal
Kubutambahan; Bangli :
dan penampungan air masih
kebutuhan dasar
Kintamani; Karangasem : Kubu,
kurang,
masyarakat,
Abang bagian barat, Karangasem
terganggunya
bagian timur, Klungkung : Nusa
kesehatan masyarakat,
Penida; Gianyar : Desa Kertha
kemiskinan sulit diatasi,
(Payangan)
pertumbuhan ekonomi
menurun
Seluruh Kabupaten/Kota di Bali
Kompetisi terhadap
Terjadi keresahan
pemanfaatan air yang terbatas, masyarakat, keamanan
sistem distribusi yang tidak jelas, terganggu, perusakan
penguasaan terhadap sumber
sumber daya air
air secara sepihak
Seluruh Kab/Kota di Bali
Tingginya angka kelahiran dan Menurunnya daya
migrasi masuk penduduk ke Bali dukung SD alam,
prasarana dan sarana
yang tersedia
Lokasi

Faktor Penyebab

Seluruh Kab/Kota di Bali

Kurang optimalnya fungsi


sarana dan saluran KIE
(komunikasi, informasi dan
edukasi) bagi lingkungan hidup
bagi masyarakat

Masih rendahnya
kesadaran masyarakat
terhadap lingkungan
hidup

Kab. Bangli, Badung, Tabanan,


Karangasem, Buleleng

Regulasi kebijakan yang belum


tersedia

Akumulasi kerusakan
daerah hulu

Berdasarkan deskripsi isu-isu strategis prioritas final sebagaimana disajikan pada Tabel 17, maka dapat

digambarkan flowchart tketrkaitan antar isu strategis


tersebut seperti pada Gambar 17.

Gambar 17
Flowchart Hubungan antar Isu Strategis Sumberdaya Air di Bali

76

Hasil Penjaminan Kualitas Terhadap Kajian Lingkungan Hidup Strategis


Pengelolaan Dan Pelestarian Sumber Daya Air Provinsi Bali

5.3. Hasil Rumusan Sub-Tujuan dan Program


Pembangunan Prioritas
Rumusan sub-tujuan masing-masing isu strategis
prioritas dan program pembangunan prioritas disajikan pada Tabel 18, Tabel 19, Tabel 20 dan Tabel
21.

Tabel 18
Rumusan Sub-Tujuan dan Program Pembangunan Prioritas Bidang Fisik-Kimia
Isu Strategis Prioritas
A.1
Lokasi

Faktor Penyebab
Dampak/Implikasi/
Konsekwensi
Sub-Tujuan

Menurunnya debit air permukaan


Seluruh sungai dan danau yang ada di Bali

Perusakan hutan, perubahan tata guna lahan, sedimentasi, berkurangnya areal resapan air
Kekurangan air pada musim kemarau
Melestarikan daerah tangkapan dan sumber air untuk tercukupinya kebutuhan air masyarakat,
pertanian, dan pariwisata serta pencegahan bahaya banjir

77

Prioritas Pembangunan

Isu Strategis Prioritas


A.2
Lokasi

Faktor Penyebab

78

-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-

Penghijauan pada lahanlahan pertanian


Rehabilitasi pada lahan kritis
Sejuta biopori untuk meningkatkan resapan
Penghijauan di sekitar mata air
Pembuatan embung dan DAM baru di pertengahan aliran sungai
Menjaga kelestarian daerah tangkapan air
Penegakan hukum yang lebih tegas terhadap peraturan di daerah hulu
Optimalisasi pemanfaatan resoarvoar/bak-bak penampung air yang ada
Pembuatan Perda perlindungan Sumber air baku
Rehabilitasi saluran irigasi
Gerakan penanaman pohon berbasis keluarga One man one tree
Setiap ijin yang dikeluarkan dibarengi dengan penyiapan pohon oleh swasta
Penggunaan pupuk organic dalam rangka perbaikan tekstur tanah
Pengendalian erosi
Perlu dibuatkan bangun2an check DAM di sekitar sungai rawan banjir
Pengembangan system terrasering dan penghijauan di daerah rawan erosi
Monitoring daerah aliran sungai melalui pengembangan stasiun2 monitoring
Pengembangan system tumpangsari tanaman semusim dengan tanaman tahunan
Mengembangkan mental spiritual dalam pelestarian lingkungan
Reboisasi kawasan hutan2 yang gundul
Pengawasan terhadap pemanfaatan lahan masyarakat di daerah hulu
Pemberdayaan masyarakat di sekitar kawasan hutan
Insentif bagi daerah hulu dalam rangka pelestarian sumberdaya air
Penerapan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air pada daerah yang mempunyai bentuk
wilayah yang berbukit dan bergunung
- Effisiensi pemanfaatan air
- Melaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap sumberdaya air (termasuk penelitianpenelitian)
Menurunnya kualitas air permukaan akibat pencemaran (limbah padat dan limbah cair)
Seluruh sungai dan danau yang ada di Bali

Rendahnya kesadaran masyarakat, penegakan hukum masih lemah, lokasi pembuangan sampah
terbatas

Hasil Penjaminan Kualitas Terhadap Kajian Lingkungan Hidup Strategis


Pengelolaan Dan Pelestarian Sumber Daya Air Provinsi Bali

Dampak/Implikasi/
Konsekwensi
Sub-Tujuan
Prioritas Pembangunan

Isu Strategis Prioritas


A.3
Lokasi

Menurunnya daya guna air, munculnya penyakit, banjir, terganggunya kehidupan biota air
Menjaga dan meningkatkan kualitas air secara berkelanjutan melalui upaya penegakan hukum,
penataan kawasan industri dan sanitasi lingkungan untuk meningkatkan daya guna air
- Mengurangi penggunaan pupuk kimia/an organik dan mengoptimalkan penggunaan pupuk
organik
- Setiap kegiatan yang menghasilkan limbah wajib dilengkapi dengan IPAL untuk mencegah
pembuangan limbah ke badan air
- Menambah pengembangan TPA baru (terutama daerah2 yang tidak ikut Sarbagita)
- Sosialisasi dan penyadaran pada masyarakat tentang pentingnya pelestarian lingkungan dan
pola hidup sehat
- Peningkatan pengawasan pembuangan limbah
- Pengembangan IPAL komunal untuk dometisk/RT dan home industry (termasuk sosialisasi
kepada home industry)
- Meningkatkan Sanimas di sepanjang daerah permukiman di sepanjang sungai yang
penduduknya padat
- Pengelolaan limbah B3
- Pengembangan water front city (river front city)
- Peningkatan kapasitas laboratorium kualitas air di kab/kota (fasilitas, SDM, status)
- Penegakan hukum (pemberian sanksi) terhadap peraturan mengenai pembuangan sampah
dan limbah
- Peningkatan peran serta masyarakat di sepanjang sungai
- Pemasangan papan larangan pembuangan sampah
- Mempertahankan sempadan sungai dan jurang
- Mengoptimalkan penggunaan pestisida nabati dan meminimalkan penggunaan pestisida
kimia
- Peningkatan sarana dan prasarana pengelolaan sampah
- Mendorong percepatan Perda ttg sampah
- Pengawasan terhadap kinerja IPAL
- Penggunaan teknologi yang ramah lingkungan untuk pemanfaatan kembali limbah
Tingginya alih fungsi lahan dari pertanian ke non pertanian
Seluruh Kabupaten/Kota di Bali

79

Faktor Penyebab
Dampak/Implikasi/
Konsekwensi
Sub-Tujuan

Prioritas Pembangunan

Isu Strategis Prioritas


A4
Lokasi

Faktor Penyebab
Dampak/Implikasi/
Konsekwensi
Sub-Tujuan

80

Tingginya tingkat pertumbuhan penduduk, desakan investasi, pengendalian pemanfaatan ruang


masih lemah, land policy tidak ada
Ruang terbuka menjadi sempit, berkurangnya daerah resapan air, menurunnya daya dukung
lingkungan
Pengendalian alih fungsi lahan untuk menjaga pelestarian SD Air dan daerah resapan sehingga
dapat mencegah bencana alam, erosi serta dapat menjaga keseimbangan keanekaragaman hayati
yang nantinya dapat meningkatkan ketahanan pangan melalui penegakan tata ruang yang ada
- Insentif buat petani dalam bentuk pupuk organic,bibit, dll
- Insentif untuk lahan pertanian (pengurangan pajak)
- Pengendalian jalur hijau
- Pembuatan perda/pergub/perbup tentang sawah abadi
- Mendorong lahirnya manajemen pengelolaan dan perlindungan subak se-Bali
- Menekan pertumbuhan/sarana pariwisata
- Menjaga hasil pertanian pada waktu musim panen
- Pengendalian investasi pembangunan pada daerah cepat tumbuh dan berkembang
- Pemerataan pembangunan infrastruktur pedesaan yang mendukung sector pertanian,
ekonomi dan pariwisata
- Perlu dilakukan intensifikasi produksi pertanian dari 70 kg/are menjadi 90 kg/are
- Subsidi sarana dan prasarana produksi pertanian
- Pengendalian harga pasar
- Pengendalian pembangunan yang tidak sesuai dengan kesesuaian lahan
Tingginya tingkat eksploitasi air tanah
Seluruh Denpasar, Badung Selatan, Badung Tengah, Kawasan pariwisata di Karangasem, Lovina
dan Kota Singaraja, Kec. Melaya, Kec.Negara dan Kec. Jembrana, Payangan, ubud, Sukawati,
Gianyar, Blahbatuh

Terbatasnya kapasitas penyediaan air publik, harga/biaya pengambilan air tanah lebih murah,
kualitas air tanah masih baik
Bahaya penurunan muka air tanah, terjadi amblesan lapisan tanah
Pengendalian eksploitasi air tanah guna pencegahan intrusi air laut, degradasi tanah yang
nantinya dapat mencegah penurunan permukaan tanah serta menjaga siklus hidrologi sejalan
dengan upaya untuk meningkatkan effesiensi penggunaan air, peningkatan kinerja PDAM dan
mengoptimalkan pemanfaatan air permukaan

Hasil Penjaminan Kualitas Terhadap Kajian Lingkungan Hidup Strategis


Pengelolaan Dan Pelestarian Sumber Daya Air Provinsi Bali

Prioritas Pembangunan

-
-
-
-
-
-
-
-
-
-

Isu Strategis Prioritas


A5
Lokasi

Faktor Penyebab
Dampak/Implikasi/
Konsekwensi
Sub-Tujuan
Prioritas Pembangunan

Memperbanyak daerah2 resapan air


Memperbanyak sarana dan prasarana PDAM atas peruntukan air bagi masyarakat
Pemantapan dan pengawasan water meter bagi pengguna air tanah
Menaikan tarif air tanah secara transparansi dalam upaya untuk meningkatkan efesiensi
penggunaan air tanah
Memperketat aturan perijinan tentang pemanfaatan air tanah
Penerapan pajak air tanah progresif terhadap ABT secara transparansi di daerah industri dan
pariwisata
Peningkatan jaringan pelayanan air bersih oleh PDAM dan swasta
Pembatasan pembuatan lapangan golf yang baru yang memanfaatkan air tanah
Mendorong penghematan penggunaan air di hotel2 berbintang
Penambahan kapasitas produksi air PDAM
Intrusi air laut di beberapa kawasan di Bali

Denpasar Selatan, Kuta, Legian, Seminyak, Nusa Dua, Tanjung Benoa, Jimbaran, Canggu, Seseh,
Cemagi, Lebih, Kota Singaraja, Lovina, Perancak, Loloan, Gilimanuk

Eksploitasi air tanah berlebihan


Kualitas air tanah menurun
Melaksanakan perencanaan, pengendalian dan pengawasan pemanfaatan air tanah dengan
meningkatkan pembangunan infrastruktur air minum secara adil dan merata
- Meningkatkan ruang terbuka hijau
- Penataan kota yang memenuhi kaedah tata ruang
- Pengendalian dan efisiensi pemanfaatan air tanah
- Penanaman mangrove didaerah2 pesisir yang sesuai
- Penghentian pengambilan air tanah didaerah yang telah terinterusi air laut
- Perlu dibuatkan kawasan/daerah resapan dan memperbanyak biopori
- Program penanganan pengamanan pantai
- Pelarangan terhadap penambangan pasir/batu sikat di pantai
- Idem dengan yang A-4 (ABT)

81

Tabel 19
Rumusan Sub-Tujuan dan Program Pembangunan Prioritas Bidang Biologi/Hayati
Isu Strategis Prioritas
B.1
Lokasi

Faktor Penyebab
Dampak/Implikasi/
Konsekwensi
Sub-Tujuan

Prioritas Pembangunan

82

Masih tingginya tingkat perusakan/gangguan hutan (hutan negara dan hutan rakyat)
Kec. Rendang dan Selat, Kintamani, Sukasada, Gerokgak, Melaya, Belimbingsari, Nusasari, Pupuan,
Baturiti, Jatiluwih, Petang, sekitar TPA Suwung dan TNBB

Desakan ekonomi, investasi dan kurangnya alternatif mata pencaharian


Rusaknya tata hidrologi, menurunnya keanekaragaman hayati
Meningkatkan tata hidrologi sehingga penyimpanan air lebih optimal dan kerusakan lahan yang
ditimbulkan dapat diminimalkan melalui kearifan lokal, penegakan hukum berdasarkan UU yang
berlaku
- Pos-pos pemantauan hutan di perbanyak dengan menempatkan personil yang
bertanggungjawab (Polhut)
- Pelatihan ketrampilan untuk menciptakan lapangan kerja di luar kawasan hutan
- Rehabilitasi hutan dan lahan
- Menerapkan konsep kearifan local disekitar kawasan hutan untuk mendukung terwujudnya
hutan yang lestari
- Menanam tanaman produktif di daerah hutan rakyat
- Mendororng pelaksanaan hutan desa
- Penegakan hukum terhadap oknum-oknum yang merusak hutan

Hasil Penjaminan Kualitas Terhadap Kajian Lingkungan Hidup Strategis


Pengelolaan Dan Pelestarian Sumber Daya Air Provinsi Bali

Isu Strategis Prioritas


B.2
Lokasi

Faktor Penyebab
Dampak/Implikasi/
Konsekwensi
Sub-Tujuan

Prioritas Pembangunan

Menurunnya tingkat keanekaragaman hayati


Seluruh Kabupaten/Kota di Bali

Alih fungsi lahan pertanian, perusakan hutan, pencemaran lingkungan


Berkurangnya sumber pangan, terganggunya keseimbangan ekosistem, berkurangnya peluangpeluang ekonomi
Menjaga kelestarian keanekaragaman hayati untuk mempertahankan keseimbang ekosistem,
pelestarian plasma nutfah sehingga dapat memperbaiki struktur, tekstur, kesuburan tanah
serta kualitas air sehingga dapat meningkatkan produktivitas pertanian, cadangan pangan,
peningkatan gizi dan kebutuhan upakara
- Meningkatkan penggunaan pupuk dan pestisida organic
- Meningkatkan penangkaran dan pengembanagn plasma nutfah
- Melakukan pengawasan dan penegakan hukum terkait dengan pemburuan binatang dan
tanaman langka dilindungi
- Meningkatan pengawasan kualitas air dan tanah melalui pemeriksaan laborotirum
lingkungan
- Sosialisasi penggunaan bahan kimia yang ramah lingkungan
- Melakukan inventarisasi dan identifikasi mengenai keanekaragaman hayati
- Adanya perda yang mengatur dan melindungi tentang flora dan fauna
- Meningkatkan upaya konservasi sumberdaya air
- Meningkatkan diversifikasi pangan
- Mengurangi penggunaan pestisida kimia
- Pembuatann biopori
- Penanaman tanaman tahunan untuk menjaga kelembaban
- Subsidi pupuk organik

83

Tabel 20
Rumusan Sub-Tujuan dan Program Pembangunan Prioritas Bidang Sosial dan Budaya
Isu Strategis Prioritas
C.1
Lokasi

Masih lemahnya penegakan hukum dalam pengelolaan SDA dan perlindungan subak
dalam arti luas
Seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Bali

Faktor Penyebab
Dampak/Implikasi/

Rendahnya disiplin penegak hukum, komitmen, belum optimalnya sistem penegakan hokum
Banyaknya pelanggaran, tidak ada efek jera

Konsekwensi
Sub-Tujuan
Prioritas Pembangunan

84

Meningkatkan perlindungan terhadap sumber daya air melalui Penataan Ruang, peran serta
masyarakat berlandaskan Tri Hita Karana dan tertib dalam pemanfaatannya
- Mengintegrasikan awig-awig kedalam perda
- Meningkatkan kader PPNS dan PPLHD di kab/kota
- Adanya dana abadi dalam pelestarian lingkungan
- Penegasan pelaksanaan peraturan tata ruang
- Perlunya sosialisasi tentang pengelolaan sumberdaya air
- Adanya kontribusi pemda ke lembaga subak abian
- Pembangunan dan rehabilitasi jaringan irigasi subak sampai ke tingkat tersier dan kwarter
tanpa membatasi luasannya
- Melaksanakan pengawasan dan penegakan hukum bagi perusak sumberdaya air
- Melaksanakan sosialisasi dan perlindungan sumberdaya air
- Peningkatan peran serta masyarakat untuk melaporkan kerusakan lingkungan pada P3SLH

Hasil Penjaminan Kualitas Terhadap Kajian Lingkungan Hidup Strategis


Pengelolaan Dan Pelestarian Sumber Daya Air Provinsi Bali

Isu Strategis Prioritas


C.2
Lokasi

Faktor Penyebab
Dampak/Implikasi/
Konsekwensi
Sub-Tujuan

Prioritas Pembangunan

Belum meratanya distribusi dan akses masyarakat terhadap SD Air


Badung : Bukit, Pecatu, Petang; Buleleng : Gerokgak, Kubutambahan; Bangli : Kintamani; Karangasem
: Kubu, Abang bagian barat, Karangasem bagian timur, Klungkung : Nusa Penida; Gianyar : Desa
Kertha (Payangan)

Tidak ada sumber air, topografi, infrastruktur jaringan distribusi dan penampungan air masih
kurang,
Belum terpenuhinya secara optimal kebutuhan dasar masyarakat, terganggunya kesehatan
masyarakat, kemiskinan sulit diatasi, pertumbuhan ekonomi menurun
Pemerataan distribusi dan akses SD air untuk mencegah konflik di kalangan masyarakat, peningkatan
derajat hidup, pengembangan usaha ekonomi, ketersediaan pangan melalui pelestarian subak
sehingga terjaganya Keseimbangan ekosistem
- Pembangunan infrastruktur sumberd aya air
- Peningkatan kualitas dan kuantitas sumber2 air baku
- Pengawasan dan penegakan hukum bagi pelanggar pengguna sumber2 air sesuai dengan
peraturan yang berlaku
- Penyesuaian tariff air sesuai dengan peruntukan
- Meningkatkan kinerja PDAM dan swasta untuk menyediakan air sampai ke tempat tujuan
- Pembuatan embung/waduk
- Mengoptimalkan peranserta masyarakat dalam menjaga sumberdaya air
- Pengembangan dalam pendistribusian daerah yang terbatas air
- Perlunya pemberian insentif daerah hulu
- Pembangunan dan pengembangan jalan2 subak pada daerah2 yang terisolir
- Sosialisasi penggunaan air secara efisiensi kepada masyarakat sampai ke tingkat banjar

85

Isu Strategis Prioritas


C.3
Lokasi

Faktor Penyebab
Dampak/Implikasi/
Konsekwensi
Sub-Tujuan

Prioritas Pembangunan

86

Konflik kepentingan pemanfaatan sumberdaya air


Seluruh Kabupaten/Kota di Bali

Kompetisi terhadap pemanfaatan air yang terbatas, sistem distribusi yang tidak jelas, penguasaan
terhadap sumber air secara sepihak
Terjadi keresahan masyarakat, keamanan terganggu, perusakan sumber daya air
Pencegahan konflik kepentingan Sumber Daya Air melalui pendistribusian air secara adil, pelestarian
sumber-sumber air, terjaganya sarana dan prasarana sehingga terciptanya keharmonisan antar
pengguna air sesuai dengan peraturan/per-UU yang berlaku
- Pembuatan masterplan sumberdaya air provinsi bali yang dalam penyusunan melibatkan
seluruh komponen pemerintah, swasta, dan masyarakat sehingga nantinya sebagai dasar
pelaksanaan pemanfaatan sumberd aya air
- Membuat peraturan tentang proporsi pemanfaatan sumber daya air oleh irigasi, air ,minum
dan pariwisata
- Peningkatan sosialisasi tentang sumberdaya air kepada seluruh lapisan masyarakat
bekerjasama dengan perangkat desa /kelurahan dan subak
- Pemantapan pelaksanaan otonomi daerah yang didukung oleh kerjasama antar daerah
yang saling menguntungkan guna memantapkan kemandirian daerah
- Melaksanakan persamaan persepsi dan sikap dalam mengelola kawasan hulu dan hilir
- Memperbanyak pembangunan infrastruktur sumberdaya air
- Membangun embung, waduk dan cubang untuk menampung air hujan di daerah2 yang
krisis air
- Peningkatan peran desa adat dalam pemanfaatan sumberdaya air

Hasil Penjaminan Kualitas Terhadap Kajian Lingkungan Hidup Strategis


Pengelolaan Dan Pelestarian Sumber Daya Air Provinsi Bali

Isu Strategis Prioritas Tingginya Laju pertumbuhan penduduk Bali mengakibatkan menurunnya daya dukung
C.4
SDA, prasarana dan sarana
Lokasi
Seluruh Kabupaten/Kota di Bali

Faktor Penyebab
Dampak/Implikasi/
Konsekwensi
Sub-Tujuan
Prioritas Pembangunan

Tingginya angka kelahiran dan migrasi masuk penduduk ke Bali


Menurunnya daya dukung SD alam, prasarana dan sarana yang tersedia
Menekan urbanisasi dengan menciptakan lapangan kerja, usaha mandiri, usaha tani/komoditas
pertanian yang mempunyai nilai ekonomi tinggi sesuai dengan kondisi lahan di perdesaan
- Menciptakan dan pemerataan lapangan kerja di daerah perdesaan
- Mendorong kegiatan usaha mandiri di perdesaan
- Menanam komoditas pertanian yang memiliki nilai ekonomi tinggi sesuai dengan kelas
kemampuan dan kesesuaian lahannya
- Sosialisasi mengenai penghematan penggunaan air dengan menggunakan beberapa
media local
- Pengawasan urbanisasi sebagai control terhadap laju pertumbuhan penduduk sehingga
terkendali
- Program KB agar ditingkatkan
- Peningkatan sumberdaya air melalui pengawasan dan pelestarian daerah hulu sebagai
sumber resapan air
- Penanganan masalah kependudukan khususnya penduduk pendatang secara holistic,
komprehensif, dan terintegrasi antara desa pekraman dan pemerintah
- Peningkatan sarana dan prasarana desa untuk lebih memacu pertumbuhan ekonomi
- Merangsang pertumbuhan home industry dengan melaksanakan pelatihan-pelatihan
keterampilan untuk menekan urbanisasi

87

Isu Strategis Prioritas


C.5
Lokasi

Faktor Penyebab
Dampak/Implikasi/
Konsekwensi
Sub Tujuan

Prioritas Pembangunan

88

Masih kurangnya informasi, komunikasi dan edukasi tentang lingkungan hidup


Diseluruh Bali

Kurang optimalnya fungsi sarana dan saluran KIE (komunikasi, informasi dan edukasi) bagi
lingkungan hidup bagi masyarakat
Masih rendahnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan hidup
Meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat luas melalui media cetak, elektronik, pendidikan
formal, dan pemanfaatan budaya lokal (wayang, bondres, drama gong) dalam pelestarian
lingkungan
- Mengalakkan sosialisasi melalui media cetak, elektronik, pendidikan formal, media local
(wayang, bondres,drama gong) dalam pelestarian lingkungan
- Memaksimalkan tugas dan fungsi departemen informasi dan komunikasi di tingkat daerah
kab/kota
- Penambahan kurikulum mengenai LH dari tingkat TK-SMA
- Melakukan kegiatan-kegiatan bertema LH dengan melibatkan seluruh komponen
pemerintah dan masyarakat
- Kompetisi dan lomba-lomba mengenai LH
- Pemberdayaan komponen-komponen masyarakat seperti kelompok-kelompok sadar
lingkungan, PKK dan sekehe taruna/i

Hasil Penjaminan Kualitas Terhadap Kajian Lingkungan Hidup Strategis


Pengelolaan Dan Pelestarian Sumber Daya Air Provinsi Bali

Tabel 21
Rumusan Sub-Tujuan dan Program Pembangunan Prioritas Bidang Ekonomi
Isu Strategis Prioritas
D.1
Lokasi

Kab. Bangli, Badung, Tabanan, Karangasem, Buleleng

Faktor Penyebab
Dampak/Implikasi/

Regulasi kebijakan yang belum tersedia


Akumulasi kerusakan daerah hulu

Konsekwensi
Sub Tujuan

Prioritas Pembangunan

Belum optimalnya program insentif dan disinsentif bagi daerah hulu

Melakukan koordinasi (Peningkatan kerjasama) antar daerah hulu dan hilir melalui penetapan
kebijakan atau subsidi silang guna menjaga kelestarian daerah hulu sehingga menjadi satu
kesatuan hidrologis Provinsi Bali dapat dipertahankan
- Program sinergisasi mengenai insentif dan disinsentif antara kecamatan dan kab/kota
- Membuat perangkat hukum mengenai kebijakan subsidi silang insentif dan disinsentif
antara kecamatan dan kab/kota
- Sosialisasi program insentif dan disinsentif bagi masyarakat di daerah hulu dan hilir
- Perumusan kebijakan yang dituangkan dalam kontrak kerja bersama antara daerah hulu dan
hilir
- Kebijakan regulasi anggaran terhadap program insentif dan disinsentif secara khusus di
daerah hulu-hilir

89

90

Hasil Penjaminan Kualitas Terhadap Kajian Lingkungan Hidup Strategis


Pengelolaan Dan Pelestarian Sumber Daya Air Provinsi Bali

BAB VI

KETERKAITAN ISU STRATEGIS PRIORITAS


DENGAN RPJPD, RTRW DAN PROGRAM INSTANSI
TERKAIT PADA WORKSHOP III

6.1. Pemaparan Rencana Strategis, RPJPD dan


RTRW
Workshop III diawali dengan pemaparan rencana
strategis (renstra) dari instansi-instansi yang terkait
dengan sumberdaya air Provinsi Bali yaitu dari instansi kehutanan, pertanian, pariwisata, lingkungan
hidup, pekerjaan umum dan BP DAS Unda Anyar. Hal
ini dimaksudkan untuk melihat keterkaitan antara instansi dengan RPJP, RTRW serta isu-isu strategis hasil
workshop II KLHS Provinsi Bali. Pada sesi membedah
kata kunci dalam RPJPD,, peserta workshop dibagi

menjadi tiga kelompok yang masing-masing mencari kata kunci agar lebih mudah mensinergikan atau
melihat keterkaitannya. Dalam hal ini RPJPD yang
dikaji adalah Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 6
tahun 2009, Tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Bali Tahun 20052025.
Khususnya poin 4.2.5 yaitu Mewujudkan Pembangunan Bali yang Lestari, Handal dan Merata yang
terdiri dari sub poin a sampai z yang setara dengan
poin 1 sampai 26 pada Tabel 22. Adapun hasil dari
diskusi kata kunci tersebut adalah :

91

Tabel 22.
Hasil diskusi kata-kata kunci yang tertuang dalam RPJPD Provinsi Bali
No
1

92

Kelompok 1
Kebijakan Bali dalam
pembangunan LH sebagai
satu kesatuan ekosistem pulau
(one island, one plan, one
management)
Pengelolaan sumberdaya alam
dan LH

Kelompok 2
Pembangunan Bali yang berkelanjutan
dalam satu kesatuan ekosistem pulau

Arah kebijakan SDA dan LH yang ramah


lingkungan menuju Program Bali Hijau

Kelompok 3
Pembangunan SDA & LH, Kesatuan
Ekosistem Pulau, Pemberdayaan &
Partisipasi Masyarakat Lokal

Peningkatan pendidikan & kampanya


penyadaran, pengelolaan SDA & LH
berkelanjutan, etika lingkungan,
program Bali Hijau
Pengelolaan SDA
Pengelolaan SDA dan LH harus
pemanfatan & pengelolaan SDA
mempertimbangkan kearifan
partisipatif dengan memperhatikan
beprinsip konsevasi, kearifan local,
local
kearifan lokal serta prinsip-prinsif
penikatan partisipasi masyarakat,
konservasi dan kebijakan OTDA
ekosistem pulau
Pengelolaan SDA
Pembangunan ekonomi dalam
Pembangunan ramah lingkungan,
mempertimbangkan kearifan
memanfaatkan SDA dan jasa lingkungan, valuasi ekonomi, jasa lingkungan,
local
harus mengintegrasikan prinsip-prinsip
pembangunan berkelajutan
valuasi ekonomi ke dalam setiap
kebijakan .
Pembangunan yang ramah
Industri yang berbasis SDA harus tetap
Pemanfatan sumberdaya diarahkan
lingkungan, pengendalian dan
mempertahankan kualitas lingkungan.
utuk peningkatan nilai tambah,
pencemaran, meningkatkan daya
pemeliharaan SDA sekaligus
dukung
peningkatan keberlajutan
pembangunan, terbarukan, rasional,
optimal & efisien, Hasilnya pemulihan,
rehabilitasi & pencadangan
Efektivitas pemanfaatan SDA,
Pemanfaatan SDA terbarukan harus
Pemanfatan SDA terbarukan,
keseimbangan aspek ekonomi,
efisien dan berdaya saing yang didukung yang mempunyai potensi utk
lingkungan dan sosial dan
dengan kebijakan nasional dan daerah.
dikembangkan, Perlu dukungan
pemanfaatan SDA terbarukan,
kebijakan (Nasional maupun Daerah)
pemulihan kondisi kritis dan
rehabilitasi
Keseimbangan pemanfaatan
Pemanfaatan SDA yang tidak terbarukan Pemanfatan terhadap SDA yg tdk
darat dan laut, peningkatan
harus direklamasi dan mengupayakan
terbarukan disubsitusi dgn yg ramah
kapasitas SDM
sumber alternatif terbarukan.
lingkungan
Pengelolaan sumberdaya
Meningkatkan upaya rehabilitasi
Meningkatkan rehabilitasi dan
air diarahkan pada strategi
hutan dan reboisasi lahan kritis dalam
reboisasi lahan kritis kawasan hutan
pengelolaan DAS secara terpadu kawasan hutan untuk mencapai tutupan
lahan seluas 30%, disamping upaya
memperbaiki sistim pengelolaan hutan
dan DAS secara terpadu .
Meningkatkan kinerja lembaga
Meningkatkan kinerja lembaga
Pengawasan & penegakan hukum,
pengendali pemanfaatan ruang pengendalian pemanfaatan ruang, guna RTH Kota sebanyak 30% Konsevasi
dan menciptakan RTH dan
menciptakan ruang terbuka hijau kota
DAS & hutan 30%
konservasi kawasan DAS
sebanyak 30% dan konservasi kawasan
DAS minimal 30% melalui peningkatan
kualitas hutan sebanyak minimal 30%.

Hasil Penjaminan Kualitas Terhadap Kajian Lingkungan Hidup Strategis


Pengelolaan Dan Pelestarian Sumber Daya Air Provinsi Bali

No
10

11

12

13

14

Kelompok 1
Arah kebijakan pembangunan
kawasan pesisir mengatasi
bahaya intrusi air laut

Arah kebijakan pembangunan kawasan


pesisir diupayakan untuk mengatasi
bahaya intrusi air laut dengan cara
mengurangi dan mengendalikan
eksploitasi air tanah di pantai, dan
menerapkan sempadan pantai sesuai
peraturan daerah secara konsisten.
Kebijakan pemanfaatan air irigasi Petani pemakai air (subak) ditempatkan
sebagai pelaku utama dan pengambil
keputusan dalam setiap kegiatan
pengelolaan irigasi.
Kebijakan sumber-sumber
Pengelolaan sumber-sumber air
air yang diatur berdasarkan
berdasarkan konsep one island, one plan,
konsep one island, one plan, one one management dengan memperhatikan
management
kepentingan masyarakat di sepanjang
DAS, sedangkan pemanfaatan Air Tanah
dikelola dengan mempertimbangkan
daya dukung dan melaksanakan
penegakan hukum.
Melestarikan daerah tangkapan Pengembangan wilayah sungai, danau
air, menurunkan tingkat
dan DAS dilakukan dengan menurunkan
sedimentasi dan stabilitas
tingkat sedimentasi, menstabilkan
pengaliran air sungai
kapasitas pengaliran air sungai dan
bangunan pengendali banjir, mengurangi
perbedaan aliran air musiman, menjaga
dan menstabilkan kualitas dan kuantitas
air, melestarikan daerah tangkapan air,
menyediakan bangunan pengendali
sedimen, menyediakan waduk dan
embung pada daerah rawan kekeringan.
Melestarikan dan memelihara
Pengembangan sumberdaya air untuk
pembangunan sarana air
memenuhi kebutuhan minimal 50%
bersih yang telah dibangun,
masyarakat yang belum terlayani air
mengoptimlakan penggunaan
minum sampai tahun 2025 melalui
air permukaan untuk kebutuhan pengembangan penyediaan air baku
air minum
regional.

15

Penanganan sampah dengan


sistem sanitary landfill dapat
memperkecil pencemaran
lingkungan

16

Pengelolaan air limbah pada


daerah yang tidak terjangkau
dilakukan dengan sistem
komunal (setempat)
Penanganan pencemaran air
diarahkan pada peningkatan
kesadaran masyarakat, dan
penegakan hukum

17

Kelompok 2

Penanganan sampah di Provinsi Bali


diarahkan pada pola kerjasama secara
regional, dengan menggunakan sistim
sanitary landfill, dengan melibatkan
masyarakat dan swasta.
Pengelolaan air limbah yang tidak
terlayani sistim terpusat (offsite)
diarahkan menggunakan sistem setempat
(on site) berbasis masyarakat.
Penanganan pencemaran air, tanah dan
udara diarahkan pada upaya peningkatan
kesadaran masyarakat serta penegakan
hukum

Kelompok 3
Mencegah Intrusi air laut

Subak sbg pelaku utama pengelola


irigasi bersama pemerintah, Pemda &
Masayarakat
Perencanaan & Pengelolaan
sumber-sumber air secara terpadu,
Keseimbangan kepentingan antar
sector, instasi, wilayah Kab/Kota, &
wilayah sungai, Pemanfatan ABT
mempertimbangkan daya dukung &
penegakan hokum
Pengembangan wilayah danau, sungai
& DAS, Penyeimbangan fungsi air
sebagai social goods dan economic
goods

Meningkatkan cakupan pelayanan air


minum, Melestarikan & memelihara
sarana air bersih, Meningkatkan
ketersediaan air baku, Keseimbangan
pelayanan, Kerjasama secara regional
sering anggaran, Kerjasama dalam
pemecahan masalah air minum
Penangnan sampah dgn cara
Pola kerjasama secara regional &
pembinaan berkelanjutan kepada
masyarakat dgn pola 3R
Pengelolan air limbah diarahkan dgn
system On Site, IPAL Kumunal melalui
SANIMAS & DSDP
Penanganan pencemaran Air, Tanah,
Udara dgn upaya penegakan hokum

93

No
18

19

Kelompok 1

Kelompok 2

Mempertahankan kawasan
resapan air (catchment area),
Pembangunan drainase untuk
memperkecil potensi terjadinya
banjir, perlindungan sumber2 air
baku dari pencemaran limbah
padat dan cair
Kebijakan adaptasi dan mitigasi
terhadap perubahan iklim

Pembangunan drainase diarahkan


untuk memperkecil terjadinya banjir dan
genangan, menjaga serta melakukan
perlindungan terhadap sumber-sumber
air baku dari pencemaran limbah padat
dan cair serta memperkecil infiltrasi
toksin kedalam tanah
Arah kebijakan terhadap fenomena
perubahan iklim global dilaksanakan
dengan meningkatkan kesadaran dan
peran serta masyarakat untuk melakukan
adaptasi dan mitigasi terhadap
perubahan iklim dan revitalisasi kearifan
lingkungan.
Mitigasi bencana diarahkan pada
pembangunan infrastruktur untuk deteksi
dini dan tanggap darurat bencana

20

Sistem peringatan dini terhadap


bencana alam (tsunami)

21

Pembangunan energi yang


berkelanjutan dengan
membangun PLTA

22

23

Pembangunan pada
ketenagalistrikan diarahkan
pada tenaga2 yang handal dan
professional

24

25

26

6.2. Sinergi RPJP, RTRW, Bali Clean & Green


Dan Instansi Pertanian
Kelompok II yang mendiskusikan sinergi antara
RPJPD, RTRW, program di instansi pertanian dan Bali
green province mendapatkan hasil seperti pada Table
23 di bawah. Dari segi RTRW yang disinergikan adalah Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 16 Tahun
2009 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi

94

Kelompok 3
Pembangunan draenase utk
memperkecil terjadinya banjir,
perlindungan thd air baku, perbaikan
fungsi ekologis pada kawasan hulu,
mempertahankan daerah resapan

Peningkatan kesadaran & peran


masyarakat dalam adaptasi & mitigasi
perubahan iklim

Pembangunan infrastruktur utk


deteksi dini bencana dan tanggap
darurat thp bencana
Pembangunan energy diarahkan pada
penyediaan & pemanfatan SD Energi,
peningkatan Fungsi kelembagaan,
mutu SDM & penguasaan teknologi,
peran masyarakat, Deversifikasi dan
konsevasi energy
Pembangunan ketenagalistrikan
utk seluruh lapisan masyarakat dgn
merehabilitasi & repawery Penyediaan
tenaga listrik 2 GW pd 2025
Pembangunan trasportasi mulai
penambahan jaringan jalan
penghubung, pembangunan &
penataan simpul-simpul traspotasi
Pembangunan sarana prasarana
trspotasi terpadu antar wilayah sbg
satu-kesatuan jaringan pelayanan
traspotasi
Peningkatan disiplin lalulintas dgn
sosialisasi peraturan perUUan dan
penegakan hokum
Pembangunan telematika dlm
persaingan global yaitu Industri
penyiaran, konsep teknologi yg
reponsif, peningkatan pengetahuan
teknologi informasi berbasis teknologi

Bali Tahun 2009-2029, khususnya bagian Kebijakan


dan Strategi Pengembangan Struktur Ruang (Pasal
9), bagian Kebijakan dan Strategi Pengembangan
Kawasan Lindung (Pasal 11), bagian Kebijakan dan
Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya (Pasal
12) dan bagian Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Strategis (Pasal 13).

Hasil Penjaminan Kualitas Terhadap Kajian Lingkungan Hidup Strategis


Pengelolaan Dan Pelestarian Sumber Daya Air Provinsi Bali

Tabel 23.
Sinergi antara RPJP, RTRW, program instansi pertanian dan Bali green province
Nomor
RPJP
a

Kata Kunci RPJP

Pasal
RTRW

Pertanian

Green Province

- Pembangunan SDA & LH,


- kesatuan Ekosistem Pulau,

G
H

- Pemberdayaan & Partisipasi Masyarakat Lokal


- Peningkatan pendidikan & kampanya
penyadaran,
- pengelolaan SDA & LH berkelanjutan, etika
lingkungan, program bali hijau
Pemanfatan & pengelolaan SDA beprinsip
konsevasi, kearifan local, penikatan partisipasi
masyarakat, ekosistem pulau
Pembangunan ramah lingkungan, valuasi
ekonomi, jasa lingkungan, pembangunan
berkelajutan
Pemanfatan sumberdaya diarahkan utuk
peningkatan nilai tambah, pemeliharaan
SDA sekaligus peningkatan keberlajutan
pembangunan, terbarukan, rasional, optimal
& efisien, Hasilnya pemulihan, rehabilitasi &
pencadangan
Pemanfatan SDA terbarukan, yang mempunyai
potensi utk dikembangkan, Perlu dukungan
kebijakan (Nasional maupun Daerah)
Pemanfatan terhadap SDA yg tdk terbarukan
disubsitusi dgn yg ramah lingkungan
Meningkatkan rehabilitasi dan reboisasi lahan
kritis kawasan hutan

Pasal 13a
Pasal 11a

Pasal 13b

Green culture

Pasal 13e
Pasal 13c

Green ekonomi

Pasal 11a

Clean and green

Pasal 13c

Clean and green

Pasal 12a

Pasal 13 d

Clean and green

Pasal 13d
Pasal 11b
Pasal 12b

Pengawasan & penegakan hukum

Pemanfatan SD Air sesuai dgn daya dukung &


Kebutuhan
RTH Kota sebanyak 30%

Pasal12c

Konsevasi DAS & hutan 30%

Peningkatan
Clean and green
ketahanan pangan

Peningkatan
kesejahtraan
petani
J
K

Mencegah Intrusi air laut


Subak sbg pelaku utama pengelola irigasi
bersama pemerintah, Pemda & Masayarakat

Pasal 11b
Peningkatan
kesejahtraan
petani

Clean and green


Green culture

Agribisnis

Peningkatan
sarana & prasarana

95

Nomor
RPJP
L

Kata Kunci RPJP


Perencanaan & Pengelolaan sumber-sumber air
secara terpadu

Pasal
RTRW

Pertanian

Pasal 9c

Keseimbangan kepentingan antar sector, instasi,


wilayah Kab/Kota, & wilayah sungai

P
Q

Pemanfatan ABT mempertimbangkan daya


dukung & penegakan hokum
Pengembangan wilayah danau, sungai & DAS
Penyeimbangan fungsi air sebagai social goods
dan economic goods
Pembangunan trasportasi mulai penambahan
jaringan jalan penghubung, pembangunan &
penataan simpul-simpul traspotasi

Agribisnis
Ketahanan
pangan
Pasal 9c

Mewujudkan angkutan umum sebagai inti system


traspotasi kota
Pembangunan sarana prasarana trspotasi
Pasal 13f
terpadu antar wilayah sbg satu-kesatuan jaringan
Pasal 9c
pelayanan traspotasi
Pasal 9b
Peningkatan disiplin lalulintas dgn sosialisasi
Pasal 9c
peraturan perUUan dan penegakan hokum
Meningkatkan cakupan pelayanan air minum
Pasal 11b
Melestarikan & memelihara sarana air bersih
Meningkatkan ketersediaan air baku
Keseimbangan pelayanan
Kerjasama secara regional
Sering anggaran

96

Kerjasama dalam pemecahan masalah air minum


Penangnan sampah dgn cara Pola kerjasama
secara regional & pembinaan berkelanjutan
kepada masyarakat dgn pola 3R
Pengelolan air limbah diarahkan dgn system On
Site, IPAL Kumunal melalui SANIMAS & DSDP

Penanganan pencemaran Air, Tanah, Udara dgn


upaya penegakan hukum

Pembangunan draenase utk memperkecil


terjadinya banjir, perlindungan thd air baku,
perbaikan fungsi ekologis pada kawasan hulu,
mempertahankan daerah resapan
Pembangunan telematika dlm persaingan global
yaitu Industri penyiaran, konsep teknologi yg
reponsif, peningkatan pengetahuan teknologi
informasi berbasis teknologi

Pasal 11b
Pasal 9b
Pasal 9a
Pasal 11b
Pasal 9b
Pasal 9a
Pasal 11c
Pasal 11b
Pasal 9b
Pasal 11b

Green Province

Hasil Penjaminan Kualitas Terhadap Kajian Lingkungan Hidup Strategis


Pengelolaan Dan Pelestarian Sumber Daya Air Provinsi Bali

Nomor
RPJP
W

Kata Kunci RPJP

Pasal
RTRW

Pertanian

Green Province

Pembangunan energy diarahkan pada penyediaan Pasal 9c


& pemanfatan SD Energi
Peningkatan Fungsi kelembagaan, mutu SDM &
penguasaan teknologi, peran masyarakat

Y
Z

Deversifikasi dan konsevasi energi


Pembangunan ketenagalistrikan untuk seluruh
lapisan masyarakat dengan merehabilitasi &
repawery

Pasal 13d
Pasal 9c

Penyediaan tenaga listrik 2 GW pada 2025


Peningkatan kesadaran & peran masyarakat dalam
adaptasi & mitigasi perubahan iklim
Pembangunan infrastruktur utk deteksi dini
Pasal 11d
bencana dan tanggap darurat terhadap bencana

6.3. Beberapa Keterkaitan Antara RPJP, RTRW


Dan Isu Strategis Prioritas
Beberapa isu strategis prioritas yang didiskusikan
pada kelompok III memperlihatkan keterkaitannya
dengan RPJPD serta RTRW. Selanjutnya dicoba dicarikan alternative KRP (Kegiatan, Rencana dan Program)

untuk lebih memperkuat tercapainya subtujuan dalam setiap isu strategis yang didiskusikan. Dalam hal
ini dari 13 isu strategis yang telah disepakati, yang
sempat didiskusikan adalah hanya tiga isu dengan
hasil sesuai yang tersaji pada Tabel 24.

97

Tabel 24.
Keterkaitan antara RPJPD, RTRW dan isu strategis prioritas
No.
1

98

ISU STRATEGIS
PRIORITAS
Menurunnya kualitas
air permukaan akibat
pencemaran (limbah
padat dan limbah
cair)

Tingginya alih fungsi


lahan dari pertanian
ke non pertanian

Tingginya Laju
pertumbuhan
penduduk Bali
mengakibatkan
menurunnya daya
dukung SDA,
prasarana dan sarana

SUB-TUJUAN
Menjaga dan
meningkatkan kualitas
air secara berkelanjutan
melalui upaya penegakan
hukum, penataan
kawasan industri dan
sanitasi lingkungan untuk
meningkatkan daya guna
air

Pengendalian alih fungsi


lahan untuk menjaga
pelestarian SD Air dan
daerah resapan sehingga
dapat mencegah bencana
alam, erosi serta dapat
menjaga keseimbangan
keanekaragaman hayati
yang nantinya dapat
meningkatkan ketahanan
pangan melalui penegakan
tata ruang yang ada

Menekan urbanisasi
dengan menciptakan
lapangan kerja, usaha
mandiri, usaha tani/
komoditas pertanian yang
mempunyai nilai ekonomi
tinggi sesuai dengan
kondisi lahan di perdesaan

RPJP/RTRW
Pengelolaan air limbah
diarahkan menggunakan
system IPAL communal dan
sewerage system (s)

ALTERNATIF KRP
Pengelolaan air limbah
diarahkan menggunakan
system IPAL communal
dan sewerage system yang
didukung dengan perda
mengenai limbah cair

Penanganan sampah
diarahkan dengan kerjasama
secara regional antara
kabupaten/kota dengan
menggunakan sanitary
landfill dan pola 3 R (r)

Penanganan sampah
diarahkan dengan kerjasama
secara regional antara
kabupaten/kota menuju
penggunaan sampah sebagai
sumber energy, pupuk dan
produk daur ulang
Pemanfaatan ruang kawasan Pemanfaatan ruang kawasan
budidaya sesuai dengan
budidaya sesuai dengan
rencana tata ruang. (RPJP)
rencana tata ruang melalui
peningkatan penegakan
hukum

Kebijakan kawasan
budidaya mencakup a.
perwujudan keserasian
dan keterkaitan antar
budidaya b. pengendalian
kegiatan budidaya agar tidak
melampaui daya tampung
dan daya dukung (RTRW)
Meningkatkan pengelolaan
sumberdaya air dengan
pengelolaan das secara
terpadu dan pemanfaatan
sumberdaya air sesuai
dengan daya dukung dan
daya tampung

Kebijakan kawasan budidaya


agar dipertegas dengan
penetapan zoning-zoning
kawasan di masing-masing
kabupaten/kota

Memperketat ijin tinggal


bagi penduduk pendatang
di daerah yang daya dukung
airnya terlampaui

Hasil Penjaminan Kualitas Terhadap Kajian Lingkungan Hidup Strategis


Pengelolaan Dan Pelestarian Sumber Daya Air Provinsi Bali

BAB VII

PRIORITAS PEMBANGUNAN

7.1. Pengelompokan Prioritas Pembangunan


Prioritas pembangunan yang terangkum dalam
hasil workshop II halaman 53 66 tersaji cukup rinci
dan banyak jenisnya, sehingga perlu dilakukan pengelompokan (cluster). Dalam hal ini pengelompokan
dilakukan dengan memasukkannya ke dalam sub
kelompok (sub cluster) kemudian dipayungi oleh kelompok (cluster). Dengan adanya cluster-cluster ini
maka kegiatan-kegiatan yang sejenis akan lebih mudah dikelola. Programnyapun dapat lebih disederhanakan meskipun cakupan didalamnya beragam
tetapi akan lebih terarah untuk mencapai subtujuan
yang tertuang dalam isu-isu strategis prioritas yang
ada. Adapun cluster-cluster tersebut sesuai dengan
yang tersaji dalam uraian berikut.
A.1

Isu mengenai menurunnya debit air


permukaan memiliki satu cluster dan
delapan subcluster dalam prioritas
pembangunannya yaitu :
Konservasi sumberdaya air
1. Rehabilitasi hutan dan lahan kritis
2. Konservasi sumber daya air dan tanah
3. Pengawasan dan Pengendalian pemanfaatan
lahan kawasan hulu

4. Pemberdayaan masyarakat dan kearifan lokal


dalam pengelolaan sumber daya air
5. Intensifikasi lahan perkebunan
6. Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya
Air
7. Legislasi Pengelolaan Sumber Daya Air
8. Effisiensi pemanfaatan air
A.2

Isu mengenai menurunnya kualitas


air permukaan akibat pencemaran
(limbah padat dan cair) memiliki tiga
cluster dan masing-masing antara dua
sampai tiga subcluster dalam prioritas
pembangunannya yaitu :
Peningkatan pengelolaan air limbah dan sampah
1. Pengendalian pencemaran perairan oleh air
limbah, Sampah dan B3
2. Revitalisasi TPA yang telah ada serta sarana
dan prasarana
Pemberdayaan masyarakat dan penegakan
hukum dalam pengelolaan air limbah dan
sampah
1. Peningkatan kesadaran dan peran serta
masyarakat
2. Peningkatan penegakan hukum

99

3. Legislasi pengelolaan sampah


Integrasi pengelolaan sampah dan air limbah
dengan penataan ruang
1. Pengembangan water front city
2. Pengembangan TPA regional
A.3 Isu mengenai tingginya alih fungsi lahan
dari pertanian ke non pertanian memiliki
tiga cluster dan masing-masing dengan
dua sampai tiga subcluster dalam prioritas
pembangunannya yaitu :
Konservasi lahan pertanian
1. Insentif usaha tani
2. Legislasi konservasi lahan pertanian
Pengendalian pemanfaatan ruang
1. Pengendalian jalur hijau
2. Pengendalian kawasan terbangun pada lahan
pertanian
Pengembangan agropolitan
1. Pengembangan infrastruktur pedesaan yang
menunjang pertanian
2. intensifikasi pertanian untuk komoditi
unggulan
3. Subsidi sarana dan prasarana produksi
pertanian
A.4

Isu mengenai tingginya tingkat eksploitasi air tanah memiliki satu cluster
dan tiga subcluster dalam prioritas
pembangunannya yaitu :
Pengendaalian pemanfaatan air tanah secara
terpadu
1. Peningkatan sarana dan prasarana pelayanan
air publik (perpipaan)
2. Pengendaalian pemanfaatan air Tanah
3. Peningkatan kapasitas produksi air baku
A.5 Isu mengenai intrusi air laut di beberapa
kawasan di Bali memiliki dua cluster dan
masing-masing tiga subcluster dalam
prioritas pembangunannya yaitu :
Manajemen pantai terpadu
1. Rehabilitasi Pantai
2. Penanganan pengamanan pantai
3. Pengendalian penambangan material pantai
Pengendaalian pemanfaatan air tanah secara
terpadu
1. Pengendalian dan efisiensi pemanfaatan air
tanah
2. Peningkatan ruang terbuka hijau

100

3. Konservasi sumber daya air dan tanah


B.1 Isu mengenai masih tingginya perusakan/
gangguan hutan memiliki satu cluster
dan tiga subcluster dalam prioritas
pembangunannya yaitu :
Perlindungan dan pemeliharaan hutan
1. Rehabilitasi hutan dan lahan kritis
2. Pengembangan hutan kemasyarakatan
3. Peningkatan pengawasan dan penegakan
hukum
B.2 Isu mengenai menurunnya tingkat keanekaragaman hayati memiliki satu cluster
dan enam subcluster dalam prioritas
pembangunannya yaitu :
Konservasi keanekaragaman hayati
1. Pengendalian pengunaan pupuk dan
pestisida
2. Penangkaran jenis dan perlindungan plasma
nutfah
3. Pengawasan dan penegakan hukum pemanfaatan dan peredaran keanekaragaman hayati
yang dilindungi
4. Pengembangan data base keaneragaman
hayati
5. Meningkatkan diversifikasi pangan
6. Peningkatan pertanian organic
C.1 Isu mengenai masih lemahnya penegakan
hukum dalam pengelolaan sumberdaya air
dan perlindungan subak dalam arti luas
memiliki satu cluster dan empat subcluster
dalam prioritas pembangunannya yaitu :
Penegakan hukum secara terpadu
1. Peningkatan kapasitas kelembagaan penegakan hukum
2. Penaatan pelaksanaan tata ruang
3. Peningkatan kesadaran dan pemberdayaan
masyarakat
4. Penerapan sangsi hukum yang tegas dan
konsisten
C.2 Isu mengenai belum meratanya distribusi
dan akses masyarakat terhadap sumberdaya
air memiliki satu cluster dan tujuh subcluster
dalam prioritas pembangunannya yaitu :
Peningkatan pelayanan air publik
1. Peningkatan sarana dan prasarana pelayanan
air publik (perpipaan)

Hasil Penjaminan Kualitas Terhadap Kajian Lingkungan Hidup Strategis


Pengelolaan Dan Pelestarian Sumber Daya Air Provinsi Bali

2.
3.
4.
5.

Peningkatan kapasitas produksi air baku


Peningkatan pelayanan minimal air public
Penyehatan PDAM
Pengembangan Kerjasama Pihak Swasta
(PKPS)
6. Pemberdayaan masyarakat dan kearifan lokal
dalam pengelolaan sumber daya air
7. Effisiensi pemanfaatan air
C.3 Isu
mengenai
konflik
kepentingan
pemanfaatan sumberdaya air memiliki
satu cluster dan empat subcluster dalam
prioritas pembangunannya yaitu :
Pengembangan kemitraan pengelolaan sumberdaya air
1. Perencanaan Teknis Pengembangan Kebutuhan Air (Master Plan)
2. Pola Kerjasama Pemanfaatan Air
3. Peningkatan sarana dan prasarana pelayanan
air publik (perpipaan)
4. Pemberdayaan masyarakat dan kearifan lokal
dalam pengelolaan sumber daya air
C.4 Isu mengenai tingginya laju pertumbuhan
penduduk Bali mengakibatkan menurunnya
daya dukung sumberdaya air, prasarana dan
sarana memiliki dua cluster dan masingmasing dengan satu sampai dua subcluster
dalam prioritas pembangunannya yaitu :

Pemberdayaan masyarakat pedesaan


1. Peningkatan kesempatan berusaha dan
lapangan kerja pedesaan
Peningkatan sistem administrasi kependudukan
1. Peningkatan administrasi kependudukan
2. Peningkatan program KB
C.5 Isu mengenai masih kurangnya informasi,
komunikasi dan edukasi tentang lingkungan hidup memiliki satu cluster
dan tiga subcluster dalam prioritas
pembangunannya yaitu :
Pengembangan KIE
1. Peningkatan sosialisasi lingkungan hidup
2. Pengembangan informasi lingkungan hidup
3. Pengembangan pendidikan lingkungan
hidup formal, informal dan seni budaya
D.1 Isu mengenai belum optimalnya program
insentif dan disinsentif bagi daerah hulu
memiliki satu cluster dan tiga subcluster
dalam prioritas pembangunannya yaitu :
Bali satu manajemen ekosistem pulau
1. Pengembangan
kerjasama
pengelolaan
sumberdaya air lintas wilayah
2. Legislasi insentif bagi daerah hulu
3. Pengembangan disinsentif pemanfaatan
daerah hulu

101

102

Hasil Penjaminan Kualitas Terhadap Kajian Lingkungan Hidup Strategis


Pengelolaan Dan Pelestarian Sumber Daya Air Provinsi Bali

BAB VIII

MANAJEMEN DAMPAK DAN MITIGASI

Dalam setiap cluster yang terdapat pada kolom respon semestinya dikelola dan dimitigasi dampaknya.
Oleh karena itu setiap cluster di dalam kelompok respon didiskusikan terkait dengan instansi mana saja
yang menjadi leading sektornya, kemudian apa yang

dikerjakan oleh masing-masing instansi yang berfungsi mengkoordinir dan instansi mana saja yang
menjadi pendukungnya. Berikut pada Tabel 25 diuraikan fungsi instansi terkait sehubungan dengan
respon yang tertuang dalam cluster dan sub cluster.

Tabel 25.
Keterkaitan antara respon dengan manajemen dan mitigasi dampak
RESPON

MANAJEMEN DAMPAK DAN MITIGASI

Cluster : Konservasi sumberdaya air

Leading Instansi : Dinas PU, bertugas :

Rehabilitasi hutan dan lahan kritis

Perencanaan, Pelaksanaan, Pengendalian, monitoring dan


Evaluasi

Konservasi sumber daya air dan tanah

Didukung oleh :

Pengawasan dan Pengendalian pemanfaatan lahan kawasan


Bappeda : perencanaan dan monev
hulu
Pemberdayaan masyarakat dan kearifan lokal dalam
Badan Lingkungan Hidup : pemberdayaan masyarakat.
pengelolaan sumber daya air
Intensifikasi lahan perkebunan
Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
Legislasi Pengelolaan Sumber Daya Air

Kehutanan : penghijauan dan reboiasi hutan


Dinas Pertanian Tanaman Pangan : pengaturan pola tanam,
konservasi tanah dan pemberdayaan masyarakat.
Dinas Perkebunan : intensifikasi lahan perkebunan,
pemberdayaan masyarakat

103

Effisiensi pemanfaatan air

Dinas Kebudayaan : penguatan penerapan kearifan lokal

Cluster : Pengendaalian pemanfaatan air tanah secara

terpadu
Peningkatan sarana dan prasarana pelayanan air publik
Leading Instansi : Dinas PU Kab/Kota, bertugas :
(perpipaan)
Pengendaalian pemanfaatan air Tanah
Peningkatan kapasitas produksi air baku

Perencanaan, Pelaksanaan, Pengendalian, monitoring dan


Evaluasi

Didukung oleh :

Badan Lingkungan Hidup : informasi, komunikasi dan edukasi

Dispenda membantu monev

Cluster : Manajemen pantai terpadu

Leading Instansi : Dinas PU, bertugas :

Rehabilitasi Pantai

Perencanaan, Pelaksanaan, Pengendalian, monitoring dan


Evaluasi

Penanganan pengamanan pantai

Didukung oleh :

Pengendalian penambangan material pantai

Badan Lingkungan Hidup : informasi, komunikasi dan edukasi

Cluster : Pengendaalian pemanfaatan air tanah secara Dinas Kehutanan : rehabilitasi hutan pantai dan penghijauan
terpadu
pantai
Pengendalian dan efisiensi pemanfaatan air tanah

DKP : pengelolaan ekosistem pesisir

Peningkatan ruang terbuka hijau

Dinas Pariwisata : pengendalian usaha pariwisata di wilayah


pantai

Konservasi sumber daya air dan tanah

Dinas Kesehatan : pengukuran kualitas air tanah

Cluster : Peningkatan pelayanan air public

Leading Instansi : Dinas PU, bertugas :

Peningkatan sarana dan prasarana pelayanan air publik Perencanaan, Pelaksanaan, Pengendalian, monitoring dan
(perpipaan)
Evaluasi
Peningkatan kapasitas produksi air baku

didukung oleh :

Peningkatan pelayanan minimal air publik

Dinas Pertanian dan tanaman Pangan : pembinaan subak

Penyehatan PDAM

Deperindag : pembinaan industri

Pengembangan Kerjasama Pihak Swasta (PKPS)

Dinas Pariwisata : pembinaan penggunaan air pariwisata

Pemberdayaan masyarakat dan kearifan lokal dalam


pengelolaan sumber daya air
Effisiensi pemanfaatan air
Cluster : Pengembangan
sumberdaya air

kemitraan

pengelolaan

Leading Instansi : Dinas PU, bertugas :

Perencanaan Teknis Pengembangan Kebutuhan Air (Master Perencanaan, Pelaksanaan, Pengendalian, monitoring dan
Plan)
Evaluasi
Pola Kerjasama Pemanfaatan Air

didukung oleh :

Peningkatan sarana dan prasarana pelayanan air publik


Dinas Kebudayaan : sosialisasi pemanfaatan air
(perpipaan)
Pemberdayaan masyarakat dan kearifan lokal dalam
Badan Lingkungan Hidup : informasi, komunikasi dan edukasi
pengelolaan sumber daya air

104

Dinas Pertanian Tanaman Pangan : pembinaan subak

Deperindag : pembinaan industri

Dinas Pariwisata : pembinaan penggunaan air pariwisata

Pemerintah Kab/kota : memediasi penyelesaian konflik

Hasil Penjaminan Kualitas Terhadap Kajian Lingkungan Hidup Strategis


Pengelolaan Dan Pelestarian Sumber Daya Air Provinsi Bali

Cluster : Perlindungan dan pemeliharaan hutan

Leading Instansi : Dinas Kehutanan, bertugas :

Rehabilitasi hutan dan lahan kritis

Perencanaan, Pelaksanaan, Pengendalian, monitoring dan


Evaluasi

Pengembangan hutan kemasyarakatan

di dukung oleh :

Peningkatan pengawasan dan penegakan hokum

Kepolisian daerah : penegakan hukum

Badan Lingkungan Hidup : informasi, komunikasi dan edukasi

Pemerintah kab/kota : pemberdayaan masyarakat di sekitar


hutan

BPMD : pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan

BPN : penertiban tapal batas tanah negara

Cluster : Konservasi keanekaragaman hayati

Leading Instansi : Dinas Kehutanan, bertugas :

Pengendalian pengunaan pupuk dan pestisida

Perencanaan, Pelaksanaan, Pengendalian, monitoring dan


Evaluasi

Penangkaran jenis dan perlindungan plasma nutfah

didukung oleh :

Pengawasan dan penegakan hukum pemanfaatan dan Dinas Pertanian tanaman pangan : konservasi keanekaragaman
peredaran keanekaragaman hayati yang dilindungi
hayati di lahan pertanian
Pengembangan data base keaneragaman hayati

DKP : konservasi keanekaragaman hayati di perairan

Meningkatkan diversifikasi pangan

BLH : konservasi keanekaragaman hayati yang termasuk langka,


genting dan kebutuhan upakara

Peningkatan pertanian organik

Pem Kab/Kota : konservasi keanekaragaman hayati flora dan


fauna maskot daerah

Dinas Peternakan : konservasi keanekaragaman hayati ternak


(plasma nuftah khas daerah)

Cluster : Penegakan hukum secara terpadu

Leading Instansi : Tim terpadu (Kejaksaan, kepolisian, BLH)


malakukan penyidikan menjatuhkan sanksi

Peningkatan kapasitas kelembagaan penegakan hukum

didukung oleh : BLH memberikan sosialisasi, Kejaksaan dan


kepolisian melakukan sidik dan lidik

Penaatan pelaksanaan tata ruang

Peningkatan kesadaran dan pemberdayaan masyarakat

Penerapan sangsi hukum yang tegas dan konsisten

Cluster : Pengembangan KIE

Leading Instansi : Diskominfo dalam mengkoordinasikan


media

Peningkatan sosialisasi lingkungan hidup

didukung oleh : BLH untuk materi sosialisasi, Disdik masalah


kurikulum

Pengembangan informasi lingkungan hidup

Pengembangan pendidikan lingkungan hidup formal,

informal dan seni budaya


Cluster : Bali satu manajemen ekosistem pulau

Leading Instansi : Bappeda untuk merencanakan dan


mengkoordinasikan

Pengembangan kerjasama pengelolaan sumberdaya air didukung oleh : Biro keuangan dalam mengkoordinasikan
lintas wilayah
insentif dan disinsentif
Legislasi insentif bagi daerah hulu

105

Pengembangan disinsentif pemanfaatan daerah hulu

Cluster : Peningkatan pengelolaan air limbah dan


Leading Instansi : BLH dalam melakukan pengujian kualitas air
sampah
1. Pengendalian pencemaran perairan oleh air limbah,
Sampah dan B3

didukung oleh : DKP untuk penanganan sampah, BLH


mengkoordinasi persampahan

2. Revitalisasi TPA yang telah ada serta sarana dan


prasarana

Cluster : Pemberdayaan masyarakat dan penegakan Leading Instansi : BLH dalam mengkoordinasikan tim penegak
hukum dalam pengelolaan air limbah dan sampah
hukum
1. Peningkatan kesadaran dan peran serta masyarakat

didukung oleh : Satpol PP dalam melakukan penindakan

2. Peningkatan penegakan hukum

3. Legislasi pengelolaan sampah

Cluster : Integrasi pengelolaan sampah dan air limbah


Leading Instansi : Bappeda dalam mengkoordinasi
dengan penataan ruang
1. Pengembangan water front city

didukung oleh : PU dalam rangka pengadaan infrastruktur

2. Pengembangan TPA regional

Cluster : Konservasi lahan pertanian

Leading Instansi : Dinas Pertanian dalam memberikan


penyuluhan

1. Insentif usaha tani

didukung oleh : Dinas perkebunan dalam memberikan


penyuluhan

2. Legislasi konservasi lahan pertanian

Cluster : Pengendalian pemanfaatan ruang

Leading Instansi : Bappeda dalam penegakan hukum

1. Pengendalian jalur hijau

didukung oleh : PU dalam permasalahan bangunan dan BLH


pelanggaran sempadan

2. Pengendalian kawasan terbangun pada lahan


pertanian

Cluster : Pengembangan agropolitan

Leading Instansi : Bappeda dalam perencanaan

1. Pengembangan infrastruktur pedesaan yang


menunjang pertanian

didukung oleh : Dinas Pertanian sebagai penyuluh lapangan

2. intensifikasi pertanian untuk komoditi unggulan

3. Subsidi sarana dan prasarana produksi pertanian

Cluster : Pemberdayaan masyarakat pedesaan

Leading Instansi : Dinas Kependudukan dan KB dalam


memberikan penyuluhan

1. Peningkatan kesempatan berusaha dan lapangan kerja


pedesaan

didukung oleh : disperindag dalam memberikan pelatihanpelatihan, dinas koperasi dalam membantu permodalan

Cluster
:
Peningkatan
kependudukan

106

sistem

administrasi Leading Instansi : Dinas Kependudukan dan tenaga kerja dalam


menginventarisasi

1. Peningkatan administrasi kependudukan

didukung oleh : Pemkab kabupaten kota dalam pencatatan

2. Peningkatan program KB

Hasil Penjaminan Kualitas Terhadap Kajian Lingkungan Hidup Strategis


Pengelolaan Dan Pelestarian Sumber Daya Air Provinsi Bali

BAB IX

INDIKATOR DAN MONITORING

Untuk dapat mengetahui apakah subtujuan dapat tercapai dengan baik, sehingga isu strategis prioritasnya menjadi hilang dan tidak menjadi isu lagi
maka diperlukan adanya indikator-indikator pengukuran beserta program monitoring yang jelas. Den-

gan demikian dari hasil monitoring terhadap indicator-indikator yang ditentukan akan dapat diambil
langkah-langkah lebih lanjut agar subtujuan dapat
dicapai secara efektif dan efisien. Adapun indikator
dan monitoring tersebut diuraikan pada Table 26
berikut.

Tabel 26.
Indikator monitoring dan evaluasi
ISU STRATEGIS PRIORITAS
Menurunnya debit air
permukaan

SUB-TUJUAN

MONITORING DAN EVALUASI

Melestarikan daerah tangkapan dan


sumber air untuk tercukupinya kebutuhan
air masyarakat, pertanian, dan pariwisata
serta pencegahan bahaya banjir

Indikator Monitoring :
Debit air sungai dan mata air, level
permukaan air danau
Periode : 3 bulan sekali
Pengukuran curah hujan secara
berkelanjutan
Periode : setiap hari
Evaluasi :
Data debit air sungai dan mata air
level permukaan air danau dan data curah
hujan
(Neraca air ekologis)

107

ISU STRATEGIS PRIORITAS


Tingginya tingkat
eksploitasi air tanah

Intrusi air laut di beberapa


kawasan di Bali

Belum meratanya distribusi


dan akses masyarakat
terhadap SD Air

Konflik kepentingan
pemanfaatan sumberdaya
air

SUB-TUJUAN

MONITORING DAN EVALUASI

Pengendalian eksploitasi air tanah guna


pencegahan intrusi air laut, degradasi
tanah yang nantinya dapat mencegah
penurunan permukaan tanah serta
menjaga siklus hidrologi sejalan dengan
upaya untuk meningkatkan effesiensi
penggunaan air, peningkatan kinerja
PDAM dan mengoptimalkan pemanfaatan
air permukaan
Melaksanakan perencanaan, pengendalian
dan pengawasan pemanfaatan air tanah
dengan meningkatkan pembangunan
infrastruktur air minum secara adil dan
merata

Indikator Monitoring :
Pengukuran level air tanah pada sumur uji
Pemasangan water meter AT
Pengukuran level air pada sumur produksi
Evaluasi :
Data level air tanah dan data pengambilan
air tanah

Pemerataan distribusi dan akses SD air


untuk mencegah konflik di kalangan
masyarakat, peningkatan derajat
hidup, pengembangan usaha ekonomi,
ketersediaan pangan melalui pelestarian
subak sehingga terjaganya Keseimbangan
ekosistem

Pencegahan konflik kepentingan Sumber


Daya Air melalui pendistribusian air secara
adil, pelestarian sumber-sumber air,
terjaganya sarana dan prasarana sehingga
terciptanya keharmonisan antar pengguna
air sesuai dengan peraturan/per-UU yang
berlaku
Masih tingginya tingkat
Meningkatkan tata hidrologi sehingga
perusakan/gangguan hutan
penyimpanan air lebih optimal dan
(hutan negara dan hutan
kerusakan lahan yang ditimbulkan dapat
rakyat)
diminimalkan melalui kearifan lokal,

penegakan hukum berdasarkan UU yang

berlaku
Menurunnya tingkat
Menjaga kelestarian keanekaragaman
keanekaragaman hayati
hayati untuk mempertahankan
keseimbang ekosistem, pelestarian plasma
nutfah sehingga dapat memperbaiki
struktur, tekstur, kesuburan tanah serta
kualitas air sehingga dapat meningkatkan
produktivitas pertanian, cadangan pangan,
peningkatan gizi dan kebutuhan upakara

108

Indikator Monitoring :
Pengukuran kualitas air tanah pada sumur
uji
Periode : 1 bulan sekali
Pengukuran kualitas air sumur penduduk
Periode : 6 bulan sekali
Pengukuran elevasi permukaan tanah
Periode : 1 tahun sekali
Evaluasi :
Data kualitas air tanah (indikator intrusi air
laut )
Data elevasi permukaan tanah
Indikator Monitoring :
Cakupan pelayanan air bersih
Periode : 1 tahun sekali
Produksi air
Periode : 1 bulan sekali
Kebutuhan air
Periode : 1 tahun sekali
Evaluasi :
Data cakupan pelayanan air bersih
Data produksi dan distribusi
Data kebutuhan air
Indikator Monitoring :
Intensitas konflik yang terjadi dan pihak2
yang berkonflik
Periode : 6 bulan sekali
Evaluasi :
Data banyaknya terjadi konflik dan pihak2
yang berkonflik
Indikator Monitoring :
Pelanggaran hutan
Periode : 1 bulan sekali
Evaluasi :
Data pelanggaran hutan
Indikator Monitoring :
Tingkat populasi dan keanekaragaman
hayati flora dan fauna
Periode : 1 tahun sekali
Evaluasi :
Data populasi keanekaragaman hayati flora
dan fauna

Hasil Penjaminan Kualitas Terhadap Kajian Lingkungan Hidup Strategis


Pengelolaan Dan Pelestarian Sumber Daya Air Provinsi Bali

ISU STRATEGIS PRIORITAS


Masih lemahnya penegakan
hukum dalam pengelolaan
Sumber Daya Air dan
perlindungan subak dalam
arti luas
Masih kurangnya informasi,
komunikasi dan edukasi
tentang lingkungan hidup

SUB-TUJUAN

Meningkatkan perlindungan terhadap


sumber daya air melalui Penataan Ruang,
peran serta masyarakat berlandaskan
Tri Hita Karana dan tertib dalam
pemanfaatannya
Meningkatkan sosialisasi kepada
masyarakat luas melalui media cetak,
elektronik, pendidikan formal, dan
pemanfaatan budaya lokal (wayang,
bondres, drama gong) dalam pelestarian
lingkungan
Belum optimalnya program
Melakukan koordinasi (Peningkatan
insentif dan disinsentif bagi
kerjasama) antar daerah hulu dan hilir
daerah hulu
melalui penetapan kebijakan atau
subsidi silang guna menjaga kelestarian
daerah hulu sehingga menjadi satu
kesatuan hidrologis Provinsi Bali dapat
dipertahankan
Menurunnya kualitas
Menjaga dan meningkatkan kualitas
air permukaan akibat
air secara berkelanjutan melalui upaya
pencemaran (limbah padat
penegakan hukum, penataan kawasan
dan limbah cair)
industri dan sanitasi lingkungan untuk
meningkatkan daya guna air
Tingginya alih fungsi lahan
Pengendalian alih fungsi lahan untuk
dari pertanian ke non
menjaga pelestarian SD Air dan daerah
pertanian
resapan sehingga dapat mencegah
bencana alam, erosi serta dapat menjaga
keseimbangan keanekaragaman hayati
yang nantinya dapat meningkatkan
ketahanan pangan melalui penegakan tata
ruang yang ada
Tingginya Laju
Menekan urbanisasi dengan menciptakan
pertumbuhan penduduk
lapangan kerja, usaha mandiri, usaha tani/
Bali mengakibatkan
komoditas pertanian yang mempunyai
menurunnya daya dukung
nilai ekonomi tinggi sesuai dengan kondisi
SDA, prasarana dan sarana
lahan di perdesaan

MONITORING DAN EVALUASI


Indikator Monitoring :
Terjadinya pelanggaran dalam
pemanfaatan air setiap enam bulan sekali
Evaluasi : jumlah pelanggaran
Indikator Monitoring :
Intensitas pemberitaan negatif tentang
lingkungan hidup yang dilakukan minimal
setiap bulan
Evaluasi : jumlah pemberitaan

Indikator Monitoring :
Keluhan masyarakat daerah hulu tentang
insentif
Evaluasi : Jumlah pengaduan masyarakat

Indikator Monitoring :
Hasil uji kualitas air yang dilakukan minimal
setiap 6 bulan sekali
Evaluasi : Data kualitas air permukaan
(sungai dan danau)
Indikator Monitoring :
Luas alih fungsi lahan pertanian ke non
pertanian setiap setahun sekali
Evaluasi : data luas alih fungsi lahan

Indikator Monitoring :
Tingkat pertumbuhan penduduk bali yang
dilaksanakan setiap tahun
Evaluasi : Data kependudukan

109

110

Hasil Penjaminan Kualitas Terhadap Kajian Lingkungan Hidup Strategis


Pengelolaan Dan Pelestarian Sumber Daya Air Provinsi Bali

BAB X

REKOMENDASI

Untuk dapat melestarikan sumberdaya air yang


ada di Provinsi Bali sehingga pemanfaatannya dapat
terdistribusi secara merata ke seluruh pelosok Pulau
Bali guna menuju Bali Green Province sekaligus untuk meredam tiga belas isu strategis prioritas yang
telah disepakati maka disampaikan rekomendasi sebagai berikut :
1. Dalam rangka mengatasi penurunan debit
air permukaan guna tercukupinya kebutuhan
air masyarakat maka diperlukan peningkatan
konservasi sumber daya air secara terpadu dan
berkelanjutan.
2. Malarang masyarakat membuang limbah padat
dan cair ke lingkungan sedangkan pengusahan
diwajibkan mengelola limbahnya sebelum
dibuang ke lingkungan
3. Pengembangan sistem agropolitan dengan
memantapkan konservasi dan pemanfaatan
ruang
4. Tingginya tingkat pengambilan air tanah
mendesak untuk dikendalikan secara terpadu
dengan meningkatkan sarana dan prasarana air
publik, peningkatan kapasitas produksi air baku
bersumber air permukaan serta pembatasan

5.

6.

7.

8.

9.

10.

pengambilan air bawah tanah yang tidak boleh


> 2 lt/dtk per 1 titik pengambilan
Interusi air laut dikendalikan melalui pembatasan
pengambilan air tanah yang didukung dengan
pengelolaan pantai secara terpadu.
Tingginya tingkat kerusakan/gangguan hutan,
diperlukan perlindungan dan pemeliharaan
hutan secara berkelanjutan sebagai kawasan
strategis.
Guna menjaga kelestarian sumber daya hayati
dalam rangka mempertahankan keseimbang
ekosistem dan pelestarian plasma nutfah,
diperlukan peningkatan usaha-usaha konservasi
keanekaragaman hayati secara terpadu.
Penguatan dan penegakan hukum dalam
pengelolaan sumber daya air dan perlindungan
subak dalam arti luas
Untuk pemerataan distribusi dan akses sumber
daya air terutama di daerah rawan air, diperlukan
pencarian sumber-sumber air, peningakatan
kapasitas produksi air baku dan infrastruktur di
daerah rawan air.
Konflik kepentingan pemanfaatan sumber
daya air perlu segera dihentikan dengan

111

11.

12.

13.
14.

15.

112

pengembangan kerja sama/kemitraan dalam


pemanfaatan air serta melibatkan masyarakat
sejak awal perencanaan.
Pengendalian laju pertumbuhan penduduk
melalui mekanisme kependudukan secara
terpadu
Peningkatan penyebaran informasi lingkungan
melalui sosialisasi dan edukasi lingkungan
hidup
Penyusunan peraturan yang mewajibkan daerah
hilir memberikan insentif pada daerah hulu
Sertifikasi SDM penegak hukum, sehingga
penegakan hukum terlaksana sesuai peraturan
yang berlaku
Meningkatkan peran serta desa pekraman
dalam penanganan masalah lingkungan
hidup termasuk peningkatkan kinerja aparatur
pemerintah serta membentuk lembaga yang
mengelola jasa lingkungan pada daerah-daerah
strategis (bernilai view tinggi, memiliki warisan

16.

17.

18.

19.

20.

budaya, keasrian bentang alam termasuk


jurang)
Meningkatkan
koordinasi
antar
sektor,
antar wilayah (kabupaten/kota) juga antara
pemerintah, swasta dan masyarakat termasuk
lembaga tradisional.
Monitoring dan evaluasi terhadap kualitas
dan kuantitas air serta pelanggaran tata ruang
minimal 6 bulan sekali.
Diperlukan adanya zonasi pemanfaatan badan
sungai (air minum, irigasi, pariwisata, energi)
serta melakukan perlindungan areal tangkapan
air termasuk melakukan penghijauan yang
intensif.
Mengupayakan minimal 30% hutan dalam
wilayah DAS dan di perkotaan 40% ruang terbuka
hijau
Diwajibkan membuat sumur resapan dan lobang
bio pori bagi semua komponen masyarakat

Anda mungkin juga menyukai