Anda di halaman 1dari 17

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Pengertian Batubara

Batu bara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah batuan sedimen
yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan
dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon,
hydrogen dan oksigen.Batu bara juga adalah batuan organik yang memiliki sifat-sifat fisika
dan kimia yang kompleks yang dapat ditemui dalam berbagai bentuk.Analisis unsur
memberikan rumus formula empiris seperti C137H97O9NS untuk bituminus dan
C240H90O4NS untuk antrasit.

Gambar 2.1 Rumus bangun batubara (USGS, 2012)

Reaksi pembentukan batubara dapat diperlihatkan sebagai berikut :


5(C6H10O5)
Cellulosa

C20H22O4 + 3CH4 + 8H2O + 6CO2 + CO


lignit

gas metana air

(Sukandarrumidi,2006)
Universitas Sumatera Utara

Pembentukan batu bara memerlukan kondisi-kondisi tertentu dan hanya terjadi


pada era-era tertentu sepanjang sejarah geologi. Zaman Karbon, kira-kira 340 juta tahun
yang lalu (jtl), adalah masa pembentukan batu bara yang paling produktif dimana hampir
seluruh deposit batu bara (black coal) yang ekonomis di belahan bumi bagian utara
terbentuk.

Pada Zaman Permian, kira-kira 270 jtl, juga terbentuk endapan-endapan batu bara
yang ekonomis di belahan bumi bagian selatan, seperti Australia, dan berlangsung terus
hingga ke Zaman Tersier (70 - 13 jtl) di berbagai belahan bumi lain.
(Krevelen ,1993)

Coal gasification adalah sebuah proses untuk mengubah batu bara padat menjadi
gas batu bara yang mudah terbakar (combustible gases), setelah proses pemurnian gas-gas
ini karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), hydrogen (H), metan (CH4), dan
nitrogen (N2) dapat digunakan sebagai bahan bakar. hanya menggunakan udara dan uap
air sebagai reacting-gas kemudian menghasilkan water gas atau coal gas, gasifikasi secara
nyata mempunyai tingkat emisi udara, kotoran padat dan limbah terendah.

Tetapi, batu bara bukanlah bahan bakar yang sempurna. Terikat di dalamnya adalah
sulfur dan nitrogen, bila batu bara ini terbakar kotoran-kotoran ini akan dilepaskan ke
udara, bila mengapung di udara zat kimia ini dapat menggabung dengan uap air (seperti
contoh kabut) dan tetesan yang jatuh ke tanah seburuk bentuk asam sulfurik dan nitrit,
disebut sebagai hujan asam. Disini juga ada noda mineral kecil, termasuk kotoran yang
umum tercampur dengan batu bara, partikel kecil ini tidak terbakar dan membuat debu
yang tertinggal di coal combustor, beberapa partikel kecil ini juga tertangkap di putaran
combustion gases bersama dengan uap air, dari asap yang keluar dari cerobong beberapa
partikel kecil ini adalah sangat kecil setara dengan rambut manusia.

Sulfur adalah zat kimia kekuningan yang ada sedikit di batu bara, pada beberapa
batu bara yang ditemukan di Ohio, Pennsylvania, West Virginia dan eastern states lainnya,
sulfur terdiri dari 3 sampai 10 % dari berat batu bara, beberapa batu bara yang ditemukan
di Wyoming, Montana dan negara-negara bagian sebelah barat lainnya sulfur hanya sekitar
1/100ths (lebih kecil dari 1%) dari berat batu bara. Penting bahwa sebagian besar sulfur ini
dibuang sbelum mencapai cerobong asap.

Satu cara untuk membersihkan batu bara adalah dengan cara mudah memecah batu
Universitas Sumatera Utara

bara ke bongkahan yang lebih kecil dan mencucinya. Beberapa sulfur yang ada sebagai

bintik kecil di batu bara disebut sebagai "pyritic sulfur " karena ini dikombinasikan dengan
besi menjadi bentuk iron pyrite, selain itu dikenal sebagai "fool's gold dapat dipisahkan
dari batu bara. Secara khusus pada proses satu kali, bongkahan batu bara dimasukkan ke
dalam tangki besar yang terisi air , batu bara mengambang ke permukaan ketika kotoran
sulfur tenggelam. Fasilitas pencucian ini dinamakan "coal preparation plants" yang
membersihkan batu bara dari pengotor-pengotornya. (Geankoplis,2003)

Tidak semua sulfur bisa dibersihkan dengan cara ini, bagaimanapun sulfur pada
batu bara adalah secara kimia benar-benar terikat dengan molekul karbonnya, tipe sulfur
ini disebut "organic sulfur," dan pencucian tak akan menghilangkannya. Beberapa proses
telah dicoba untuk mencampur batu bara dengan bahan kimia yang membebaskan sulfur
pergi dari molekul batu bara, tetapi kebanyakan proses ini sudah terbukti terlalu mahal,
ilmuan masih bekerja untuk mengurangi biaya dari prose pencucian kimia ini.

Kebanyakan pembangkit tenaga listrik modern dan semua fasilitas yang dibangun
setelah 1978 telah diwajibkan untuk mempunyai alat khusus yang dipasang untuk
membuang sulfur dari gas hasil pembakaran batu bara sebelum gas ini naik menuju
cerobong asap. Alat ini sebenarnya adalah "flue gas desulfurization units," tetapi banyak
orang menyebutnya "scrubbers" karena mereka men-scrub (menggosok) sulfur keluar
dari asap yang dikeluarkan oleh tungku pembakar batu bara. (Smith,1959)

2.1.1

Materi pembentuk batu bara

Hampir seluruh pembentuk batu bara berasal dari tumbuhan. Jenis-jenis tumbuhan
pembentuk batu bara dan umurnya menurut Diessel (1981) adalah sebagai berikut:
a. Alga, dari Zaman Pre-kambrium hingga Ordovisium dan bersel tunggal. Sangat
sedikit endapan batu bara dari perioda ini.
b. Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon Tengah, merupakan turunan dari alga.
Sedikit endapan batu bara dari perioda ini.
c. Pteridofita, umur Devon Atas hingga Karbon Atas. Materi utama pembentuk batu
bara berumur Karbon di Eropa dan Amerika utara. Tetumbuhan tanpa bunga dan
biji, berkembang biak dengan spora dan tumbuh di iklim hangat.
d. Gimnospermae, kurun waktu mulai dari Zaman Permian hingga Kapur Tengah.
Tumbuhan heteroseksual, biji terbungkus dalam buah, semisal pinus, mengandung
kadar getah (resin) tinggi. Jenis Pteridospermae seperti gangamopteris dan
glossopteris adalah penyusun utama batu bara Permian seperti di Australia, India
dan Afrika.

Universitas Sumatera Utara

e. Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga kini. Jenis tumbuhan modern, buah
yang menutupi biji, jantan dan betina dalam satu bunga, kurang bergetah dibanding
gimnospermae

sehingga,

secara

umum,

kurang

dapat

terawetkan.

(Wahyudiono,2003)

2.2 Batu bara di Indonesia

Di Indonesia, endapan batu bara yang bernilai ekonomis terdapat di cekungan Tersier,
yang terletak di bagian barat Paparan Sunda (termasuk Pulau Sumatera dan Kalimantan),
pada umumnya endapan batu bara ekonomis tersebut dapat dikelompokkan sebagai batu
bara berumur Eosen atau sekitar Tersier Bawah, kira-kira 45 juta tahun yang lalu dan
Miosen atau sekitar Tersier Atas, kira-kira 20 juta tahun yang lalu menurut Skala waktu
geologi.

Batu bara ini terbentuk dari endapan sisa tumbuhan dan fosil pada iklim purba
sekitar khatulistiwa yang mirip dengan kondisi kini. Beberapa diantaranya tegolong kubah
gambut yang terbentuk di atas muka air tanah rata-rata pada iklim basah sepanjang tahun.
Dengan kata lain, kubah gambut ini terbentuk pada kondisi dimana mineral-mineral
anorganik yang terbawa air dapat masuk ke dalam sistem dan membentuk lapisan batu bara
yang berkadar abu dan sulfur rendah dan menebal secara lokal. Hal ini sangat umum
dijumpai pada batu bara Miosen. Sebaliknya, endapan batu bara Eosen umumnya lebih
tipis, berkadar abu dan sulfur tinggi. Kedua umur endapan batu bara ini terbentuk pada
lingkungan lakustrin, dataran pantai atau delta, mirip dengan daerah pembentukan gambut
yang

terjadi

saat

ini

di

daerah

timur

Sumatera

dan

sebagian

besar

Kalimantan.(Sukandarrumidi,2006)

Kualitas batubara adalah sifat fisika dan kimia dari batubara yang mempengaruhi
potensi kegunaannya. Kualitas batubara ditentukan oleh maseral dan mineral matter
penyusunnya, serta oleh derajat coalification (rank).

Umumnya, untuk menentukan kualitas batubara dilakukan analisa kimia pada


batubara yang diantaranya berupa analisis proksimat dan analisis ultimat. Analisis
proksimat dilakukan untuk menentukan jumlah air (moisture), zat terbang (volatile matter),
karbon padat (fixed carbon), dan kadar abu (ash), sedangkan analisis ultimat dilakukan
untuk menentukan kandungan unsur kimia pada batubara seperti : karbon, hidrogen,
oksigen, nitrogen, sulfur, unsur tambahan dan juga unsur jarang.
Universitas Sumatera Utara

Kualitas batubara ditentukan dengan analisis batubara di laboraturium, diantaranya


adalah analisis proksimat dan analisis ultimat. Analisis proksimat dilakukan untuk
menentukan jumlah air, zat terbang, karbon padat, dan kadar abu, sedangkan analisis
ultimat dilakukan untuk menentukan kandungan unsur kimia pada batubara seperti :
karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, unsur tambahan dan juga unsur jarang.
Kualitas batubara ini diperlukan untuk menentukan apakah batubara tersebut
menguntungkan untuk ditambang selain dilihat dari besarnya cadangan batubara di daerah
penelitian.

2.3

Sumberdaya batu bara

Potensi sumberdaya batu bara di Indonesia sangat melimpah, terutama di Pulau


Kalimantan dan Pulau Sumatera , sedangkan di daerah lainnya dapat dijumpai batu bara
walaupun dalam jumlah kecil dan belum dapat ditentukan keekonomisannya, seperti di
Jawa Barat, JawaTengah , Papua, dan Sulawesi.

Di Indonesia, batu bara merupakan bahan bakar utama selain solar (diesel fuel)
yang telah umum digunakan pada banyak industri, dari segi ekonomis batu bara jauh lebih
hemat dibandingkan solar, dengan perbandingan sebagai berikut: Solar Rp 0,74/kilokalori
sedangkan batu bara hanya Rp 0,09/kilokalori, (berdasarkan harga solar industri Rp.
6.200/liter).

Dari segi kuantitas batu bara termasuk cadangan energi fosil terpenting bagi
Indonesia. Jumlahnya sangat berlimpah, mencapai puluhan milyar ton. Jumlah ini
sebenarnya cukup untuk memasok kebutuhan energi listrik hingga ratusan tahun ke depan.
Sayangnya, Indonesia tidak mungkin membakar habis batu bara dan mengubahnya
menjadi energis listrik melalui PLTU. Selain mengotori lingkungan melalui polutan CO2,
SO2, NOx dan CxHy cara ini dinilai kurang efisien dan kurang memberi nilai tambah tinggi.
Batu bara sebaiknya tidak langsung dibakar, akan lebih bermakna dan efisien jika
dikonversi menjadi migas sintetis, atau bahan petrokimia lain yang bernilai ekonomi
tinggi. Dua cara yang dipertimbangkan dalam hal ini adalah likuifikasi (pencairan) dan
grasifikasi (penyubliman) batu bara.

Membakar batu bara secara langsung (direct burning) telah dikembangkan


teknologinya secara continue, yang bertujuan untuk mencapai efisiensi pembakaran yang
Universitas Sumatera Utara

maksimum, cara-cara pembakaran langsung seperti: fixed grate, chain grate, fluidized bed,

pulverized, dan lain-lain, masing-masing mempunyai kelebihan dan kelemahannya.


(Sukandarrumidi,2006)

2.4

Jenis-jenis Batubara

Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan, panas dan
waktu, batu bara umumnya dibagi dalam lima kelas: antrasit, bituminus, sub-bituminus,
lignit dan gambut.
a) Antrasit adalah kelas batu bara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan (luster)
metalik, mengandung antara 86% - 98% unsur Karbon (C) dengan kadar air kurang dari
8%.

Gambar 2.1 Batubara Jenis Antrasit


b) Bituminous mengandung 68 - 86% unsur Karbon (C) dan berkadar air 8-10% dari
beratnya. Kelas batu bara yang paling banyak ditambang di Indonesia, tersebar di pulau
sumatera, kalimantan dan sulawesi.

Gambar 2.2 Batubara Jenis Bituminous


c) Sub-bituminus mengandung sedikit Karbon dan banyak air, dan oleh karenanya
menjadi sumber panas yang kurang efisien dibandingkan dengan bituminus.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.3 Batubara Jenis Sub-bituminous


d) Lignit atau batu bara coklat adalah batu bara yang sangat lunak yang mengandung air
35-75% dari beratnya.

Gambar 2.4 Batubara Jenis Lignit


e) Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang paling
rendah.

Gambar 2.5 Batubara Jenis Gambut


2.5

Kualitas batubara

Batubara yang diperoleh dari penambangan pasti mengandung pengotor (impurities) .


Keberadaan pengotor ini diperparah dengan kenyataan bahwa tidak mungkin memilih
batubara yang bersih dan terbebas dari mineral. Penambangan dalam jumlah besar selalu
menggunakan alat-alat berat seperti bulldoser,backhole,tractor,dan lainnya.

Impurities terbagi menjadi dua jenis yaitu :

Universitas Sumatera Utara

1. Inherent Impurities
Merupakan pengotor bawaan yang terdapat pada batubara. Batubara yang sudah
dicuci (washing) yang di kecilkan ukuran butirannya (crushing) kemudian dibakar dan
menyisakan abu. Pengotor ini merupakan pengotor bawaan pada saat pembentukan
batubara, pengotor tersebut dapat berupa gipsum (CaSO42H2O), anhidrit (CaSO4) , pirit
(FeS2), silika (SiO2) dapat pula berbentuk tulang-tulang binatang (diketahui dari senyawasenyawa fosfor dari analisis abu) . Pengotor bawaan ini tidak mungkin dihilangkan sama
sekali , tetapi dapat dikurangi dengan cara pembersihan . Proses ini dikenal dengan
tenologi batubara bersih.
2. External impurities
Merupakan pengotor yang berasal dari luar , timbul pada saat proses penambangan
Dalam menentukan mutu / kualitas batubara perlu diperhatikan beberapa hal :
a) Heating Value (HV) ( Calorific Value / Nilai kalor)
Dinyatakan dengan kkal/Kg , banyaknya jumlah kalori yang dihasilkan
batubara tiap satuan berat (dalam kilogram).
b) Moisture Content (kandungan lengas / air)
Batubara dengan jumlah lengas tinggi akan memerlukan lebih banyak udara
primer untuk mengeringkan batubara tersebut agar suhu batubara pada saat keluar
dari gilingan tetap, sehingga hasilnya memiliki kualitas yang terjamin. Jenis air
sulit untuk dilepaskan tetapi dapat dikurangi, dengan cara memperkecil ukuran
butir batubara (Wahyudiono,2006).

c) Ash Content (Kandungan abu)


Komposisi batubara bersifat heterogen ,apabila batubara dibakar maka
senyawa organik yang ada akan di ubah menjadi senyawa oksida yang berukuran
butiran dalam bentuk abu. Abu dari sisa pembakaran inilah yang dikenal sebagai
ash content. Abu ini merupakan kumpulan dari bahan bahan pembentuk batubara
yang tidak dapat terbakar, atau yang di oksidasi oleh oksigen . Bahan sisa dalam
bentuk padatan ini antara lain senyawa SiO2 , Al2O3, TiO2 , Mn3O4 , CaO, Fe2O3 ,
MgO , K2O , Na2O, P2O, SO3 dan oksida unsur lainnya.
d) Sulfur Content (kandungan belerang)
Belerang yang terdapat pada batubara dalam bentuk senyawa organik dan
arorganik, dalam senyawa anorganik dapat dijumpai dalam bentuk mineral pirit
(FeS2 bentuk kristal kubus) , markasit (FeS2 bentuk kristal orthorombik) atau dalam
bentuk sulfat. Sedangkan belerang organik terbentuk selama terjadinya proses
coalification . (Krevelen, 1993)

Universitas Sumatera Utara

e) Volatile matter ( bahan mudah menguap )


Kandungan Volatile matter mempengaruhi kesempurnaan pembakaran dan
intensitas nyala api.
f) Fixed Carbon
Didevinisikan sebagai material yang tersisa , setelah berkurangnya moisture
, volatile matter dan ash. Hubungan ketiganya sebagai berikut:
Fixed Carbon (%) = 100% - Moisture Content Ash Content
Fixed Carbon = 100 Volatile Matter (%)
g) Hardgrove Grindability Index (HGI)
Suatu bilangan yang menunjukkan mudah atau sukarnya batubara di giling
atau di gerus menjadi bentuk serbuk. Butiran paling halus < 3 mm sedangkan yang
paling kasar sampai 50 mm.
h) Ash Fusion Character of coal
Kualitas batubara adalah sifat fisika dan kimia dari batubara yang
mempengaruhi potensi kegunaannya. Kualitas batubara ditentukan oleh maseral
dan mineral matter penyusunnya, serta oleh derajat coalification (rank).
Umumnya, untuk menentukan kualitas batubara dilakukan analisa kimia
pada batubara yang diantaranya berupa analisis proksimat dan analisis ultimat.
Analisis proksimat dilakukan untuk menentukan jumlah air (moisture), zat terbang
(volatile matter), karbon padat (fixed carbon), dan kadar abu (ash), sedangkan
analisis ultimat dilakukan untuk menentukan kandungan unsur kimia pada batubara
seperti : karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, unsur tambahan dan juga unsur
jarang.

Kualitas batubara ditentukan dengan analisis batubara di laboraturium,


diantaranya adalah analisis proksimat dan analisis ultimat. Analisis proksimat
dilakukan untuk menentukan jumlah air, zat terbang, karbon padat, dan kadar abu,
sedangkan analisis ultimat dilakukan untuk menentukan kandungan unsur kimia
pada batubara seperti : karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, unsur tambahan
dan juga unsur jarang.

Kualitas batubara ini diperlukan untuk menentukan apakah batubara


tersebut menguntungkan untuk ditambang selain dilihat dari besarnya cadangan
batubara di daerah penelitian.

Untuk menentukan jenis batubara, digunakan klasifikasi American Society


Universitas Sumatera Utara

for Testing and Material (ASTM, 1981, op cit Wood et al., 1983)(Tabel 5.2).

Klasifikasi ini dibuat berdasarkan jumlah karbon padat dan nilai kalori dalam basis
dry, mineral matter free (dmmf). Untuk mengubah basis air dried (adb) menjadi
dry, mineral matter free (dmmf) maka digunakan Parr Formulas (ASTM, 1981, op
cit Wood et al., 1983) :
dimana :
FC = % karbon padat (adb)
VM = % zat terbang (adb)
M = % air total (adb)
A = % Abu (adb)
S = % sulfur (adb)
Btu = british termal unit = 1,8185*CV adb
2.6

Nilai Kalori Batubara

Kalor adalah suatu bentuk energi yang diterima oleh suatu benda yang menyebabkan benda
tersebut berubah suhu atau wujud bentuknya. Kalor berbeda dengan suhu, karena suhu
adalah ukuran dalam satuan derajat panas. Kalor merupakan suatu kuantitas atau jumlah
panas baik yang diserap maupun dilepaskan oleh suatu benda.

Dari sisi sejarah kalor merupakan asal kata caloric ditemukan oleh ahli kimia
perancis yang bernama Antonnie laurent lavoiser (1743 - 1794). Kalor memiliki satuan
Kalori (kal) dan Kilokalori (Kkal). 1 Kalori sama dengan jumlah panas yang dibutuhkan
untuk memanaskan 1 gram air naik 1 derajat celcius.
(http://organisasi.org/pengertian_definisi_kalor_dan_teori_kalor_umum_dasar_kuantitas_j
umlah_panas_pendidikan_ilmu_sains_fisika_via_internet_gratis)

2.7

Metode Standar Analisis Batubara

Metode standar adalah suatu cara analisis dan pengujian baik dari ketelitian, kesederhanaan
peralatan , maupun dari aspek-aspek lainnya. Metode ini kemudian dibakukan untuk
digunakan sebagai pedoman atau standar analisis dan pengujian. Prosedur baku ini
disesuaikan dengan keadaan dan sifat batubara di negara yang bersangutan. Oleh karena
cara analisis yang berbeda-beda , maka International Organization for Standardization
(ISO) telah berusaha mengembangkan cara yang dapat dipakai di seluruh dunia.

Di dunia perbatubaraan, pada dasarnya terdapat dua jenis standar, yakni standar
nasional dan standar international.
Universitas Sumatera Utara

2.7.1 Standar Internasional

Standar internasional dikeluarkan oleh International Organization for Standardization


(ISO) , yang tujuannya menggantikan standar nasional yang ada. Dalam standar ISO sudah
tercantum prosedur penentuan standar tersebut, apakah untuk hard coal, coal, brown coal
and lignites, atau untuk bahan bakar secara umum (fuel).
Beberapa standar ISO untuk batubara :
ISO 589-1981

Hard Coal Determination of total moisture

ISO 501-1981

Coal Determination of the crucible swelling number

ISO 1015-1975

Brown Coals and Lignites- Determination of moisture content:


Direct volumetric method

ISO 1015-1976

Solid mineral fuels Determination of gross calorific value


by the calorimeter bomb method, and calculation of net calorific
value.

2.7.2 Standar Nasional Indonesia (SNI)

Sampai saat ini telah dikeluarkan beberapa standar untuk penentuan parameter batubara
Indonesia. Standar tersebut dikeluarkan oleh Dewan Standar Nasional dengan nama
Standar Nasional Indonesia (SNI) .Standar yang dibuat dengan mnterjemahkan standarstandar ISO. (Bayuseno,2005)

2.8 Klasifikasi batubara


a. Jenis anthrancite :
Warna hitam , sangat mengkilat ,kompak, kandungan karbon sangat tinggi , nilai
kalori sangat tinggi, kandungan air , abu dan sulfur sangat sedikit.
b. Jenis bituminous / subbituminous coal :
Warna hitam mengkilat, kurang kompak, kandungan karbon relatif tinggi, nilai
kalori tinggi, kandungan air, abu, sulfur sedikit.
c. Jenis Lignite (brown coal) :
Warna hitam , sangat rapuh, kandungan karbon sedikit, nilai kalori rendah ,
kandungan air, abu, dan sulfur tinggi.

2.8.1

Universitas Sumatera Utara

Klasifikasi Batubara berdasarkan nilai kalorinya :

a. Batubara tingkat tinggi (high rank),meliputi meta anthracite, anthracite


dan semi anthracite
b. Batubara tingkat menengah (moderate rank) meliputi low volatile ,
bituminos coal, high volatile coal.
c. Batubara tingkat rendah (low rank) meliputi sub bituminous coal lignite.

2.9 Analisis Batubara

Pada prinsipnya dikenal dua jenis pengujian analisis buntuk kualitas batubara yaitu
Analisis

Prosikmat

(Proximate

analysis)

dan

Analisis

Ultimate

(Ultimate

Analysis/Elemental Analysis)
1.

Analysis Proksimat , meliputi analisis

a.

Moisture Content

b.

Ash Content

c.

Volatile Metter

d.

Fixed Carbon

e.

Total Sulfur

f.

Gross Calorific Value

g.

Hardgrove Grindability Index

2.

Analisis Ultimat , meliputi analisis

a.

Carbon Content

b.

Hidrogen Content

c.

Oxygen Content

d.

Nitrogen Content

e.

Sulfur Content

3.

Analisis Steaming Coal

a.

Niai Kalori

b.

Ash Content

2.10

Pengertian Boiler

Boiler adalah bejana tertutup dimana panas pembakaran dialirkan ke air sampai terbentuk
air panas atau steam. Air panas atau steam pada tekanan tertentu kemudian digunakan
untuk mengalirkan panas ke suatu proses. Air

adalah

media

yang

berguna

dan

Universitas Sumatera Utara

murah untuk mengalirkan panas ke suatu proses. Jika air dididihkan sampai menjadi

steam, volumnya akan meningkat sekitar 1.600 kali, menghasilkan tenaga yang
menyerupai bubuk mesiu yang mudah meledak, sehingga boiler merupakan peralatan
yang harus dikelola dan dijaga dengan sangat baik.
Sistem boiler terdiri dari: sistem air umpan, sistem steam dan sistem bahan bakar.
Sistem air umpan menyediakan air untuk boiler secara otomatis sesuai dengan
kebutuhan steam. Berbagai

kran

disediakan

untuk

keperluan

perawatan

dan

perbaikan. Sistem steam mengumpulkan dan mengontrol produksi steam dalam boiler.
Steam dialirkan melalui sistem pemipaan ke titik pengguna.
Pada keseluruhan sistem, tekanan steam diatur menggunakan kran dan dipantau
dengan alat pemantau tekanan. Sistem bahan bakar adalah semua peralatan yang
digunakan untuk menyediakan bahan bakar untuk menghasilkan panas yang dibutuhkan.
Peralatan yang diperlukan pada sistem bahan bakar tergantung pada jenis bahan bakar
yang digunakan pada sistem.Air yang disuplai ke boiler untuk dirubah menjadi steam
disebut air umpan.
Dua sumber air umpan adalah: (1) Kondensat atau steam yang mengembun yang
kembali dari proses dan (2) Air makeup (air baku yang sudah diolah) yang harus
diumpankan dari lua r ruang boiler dan plant proses. Untuk mendapatkan efisiensi boiler
yang lebih tinggi, digunakan

economizer untuk memanaskan awal air umpan

menggunakan limbah panas pada gas buang.


Sampai dengan saat ini secara umum dikenal dua macam jenis boiler yaitu Fire
Tube Boiler (Boiler Tabung Api) dan Water Tube Boiler (Boiler Tabung Air). Water tube
boiler mempunyai efisiensi yang lebih tinggi daripada fire tube boiler, khususnya yang
membutuhkan panas tinggi atau tekanan tinggi, oleh karena itu boiler jenis ini banyak
digunakan oleh industri yang dalam prosesnya membutuhkan tekanan tinggi.(Elonka,1982)
2.11

Nilai Steam Boiler

Steam boiler adalah peralatan yang sangat umum dalam industri, terutama karena daya
uapnya

sangat berguna. Biasanya digunakan untuk uap dalam industri termasuk

melakukan kerja mekanik (misalnya mesin uap menggerakan semacam mesin), pemanas,
menghasilkan Vacuums (melalui penggunaan "eductors uap"), dan peningkatan proses
kimia (misalnya menubah gas alam menjadi hidrogen dan karbon dioksida).Proses
mengubah air menjadi uap sangat sederhana, memanaskan air sampai mendidih. Siapa pun
yang pernah rebus sepanci air untuk memasak tahu bagaimana proses ini bekerja. Membuat
uap terus-menerus, bagaimanapun, adalah sedikit lebih rumit. Variabel penting untuk
mengukur dan pengendalian dalam boiler kontinu adalah level air di dalam "uap drum" (di
atas vessel dalam tabung air boiler). Dalam rangka keamanan dan efisiensi untuk
Universitas Sumatera Utara

menghasilkan aliran kontinu uap, kita harus memastikan drum uap tidak berjalan pada air

yang terlalu rendah atau terlalu tinggi. Jika tidak ada cukup air dalam drum, tabung air
berjalan dalam keadaan kering dan terbakar oleh api. Jika terlalu banyak air dalam drum,
air cair dapat terbawa bersama dengan aliran uap, menyebabkan masalah penurunan uap.
Nilai steam ini dikenal dengan satuan Bar.
(http://instrumentasi-a-kontrol/industrial-instrumentation/69-example-steamboilerpart1.html)

2.12

Dasar Teori Boiler


1. Boiling
Proses pemanasan air untuk mendapatkan steam merupakan proses yang
sangat umum dilakukan oleh manusia. Secara termodinamika, cukup dengan
menaikkan suhu air tersebut hingga mencapai titik yang diinginkan, hal ini
dibutuhkan energy untuk menaikkan suhu atau merubah fase dari fase liquid
menjadi fase gas. Contoh yang sederhana mengenai ini adalah alat kettle boiler.
Faktor teknis dan ekonomi yang sangat diperhatikan untuk menghasilkan steam
dengan tekanan yang diinginkan adalah seberapa kecil energi yang dibutuhkan
untuk mendapatkan steam yang sesuai.

2. Pressure (Tekanan)
Tekanan merupakan faktor penting dalam proses boiler. Tekanan proses
yang diinginkan harus dijaga untuk menjamin kebutuhan steam sesuai tekanan
yang dibutuhkan.
3. Temperature (Suhu)
Temperatur adalah panas kerja dalam boiler. Temperatur ini berbanding
lurus dengan tekanan yang dihasilkan. Temperatur dan tekanan ini juga yang
mencerminkan steam yang dihasilkan. Secara umum ada dua jenis steam yang
dihasilkan: Saturated steam Temperature yang dihasilkan segaris dengan tekanan
Superheated steam Temperatur yang dihasilkan sesuai dengan design yang
direncanakan pada boiler.
4. Kapasitas
Kapasitas adalah kemampuan boiler untuk menghasilkan uap dalam satuan
berat per waktu. Untuk mendapatkan kapasitas boiler, harus mengetahui effisiensi
dari boiler dan jumlah bahan bakar yang digunakan.

Kalor yang diberikan bahan bakar x effisiensi = Kalor yang diterima fluida
untuk menjadi uap

Universitas Sumatera Utara

M DH = h (W) HV
Keterangan:
M = Kapasitas, Kg/Jam
DH = Perbedaan entalphy keluar dan masuk, Kcal/Kg
h = Effisiensi, %
W = Berat Bahan Bakar, Kg/Jam
HV = Heating Value, Kcal/Kg
untuk fiber : 2340 Kcal/kg
untuk shell : 3480 Kcal/kg
5 Efisiensi
Efisiensi merupakan suatu ukuran efektifitas panas, suatu ukuran persentase
berapa banyak steam yang dihasilkan dalam setiap jumlah bahan bakar yang
terbakar (Loucks, 1942).

2.13

Water Tube Boiler

Pada water tube boiler, air umpan boiler mengalir melalui pipa-pipa masuk
kedalam drum. Air yang tersirkulasi dipanaskan oleh gas pembakar membentuk steam
pada daerah uap dalam drum. Boiler ini dipilih jika kebutuhan steam dan tekanan steam
sangat tinggi seperti pada kasus boiler untuk pembangkit tenaga.

Water tube boiler yang sangat modern dirancang dengan kapasitas steam antara
4.500-12.000 kg/jam, dengan tekanan sangat tinggi. Banyak water tube boilers yang
dikonstruksi secara paket jika digunakan bahan bakar minyak bakar dan gas. Untuk water
tube yang menggunakan bahan bakar padat, tidak umum dirancang secara paket.
2.13.1 Karakteristik water tube boilers sebagai berikut :

a. Forced, induced dan balanced draft membantu untuk meningkatkan


Efisiensi pembakaran
b. Kurang toleran terhadap kualitas air yang dihasilkan dari plant pengolahan air.
c. Memungkinkan untuk tingkat efisiensi panas yang lebih tinggi.

2.14

Paket Boiler

Universitas Sumatera Utara

Disebut boiler paket sebab sudah tersedia sebagai paket yang lengkap. Pada saat dikirim
ke

pabrik, hanya memerlukan pipa steam, pipa air, suplai

bahan

bakar dan

sambungan listrik untuk dapat beroperasi. Paket boiler biasanya merupakan tipe shell and
tube dengan rancangan fire tube dengan transfer panas baik radiasi maupun konveksi
yang tinggi. (Jhon,W 1918)

Gambar 2.6 Jenis Paket Boiler


(Spirax Sarco)

Ciri-ciri dari packaged boilers adalah:


a. Kecilnya

ruang

pembakaran

dan

tingginya

panas

yang

dilepas

menghasilkan penguapan yang lebih cepat.


b . Banyaknya jumlah pipa yang berdiameter kecil membuatnya memiliki
perpindahan panas konvektif yang baik

2.15

Neraca Panas

Proses dalam boiler tidak lepas dari penyusunan neraca panas. Proses pembakaran dalam
boiler dapat digambarkan dalam gambar neraca energi. Energi masuk dari proses
pembakaran bahan bakar diubah menjadi energi yang bisa digunakan untuk untuk berbagai
kebutuhan. Dalam proses ini pasti ada kehilangan energi.

Neraca panas merupakan keseimbangan energi masuk dan yang keluar. Berikut
ilustrasi proses termodinamika.

Universitas Sumatera Utara

Sebagai contoh, berikut gambaran kehilangan energi yang mungkin dalam proses
boiler dengan menggunakan bahan bakar batu bara.

Kehilangan energi dalam proses bisa dikategorikan kehilangan yang bisa dihindari
dan yang tidak dapat dihindari. Pengkajian energi harus mengurangi kehilangan yang dapat
dihindari, dengan meningkatkan efisiensi energi. Kehilangan dapat diminimalisasi:
a)

Kehilangan panas di gas cerobong. Udara berlebih diturunkan hingga batas udara
minimum dibutuhkan. Suhu gas cerobong dioptimalkan dengan pemeliharaan yang
baik, teknologi boiler yang baik ,dan lain-lain.

b)

Kehilangan karena bahan bakar yang tidak terbakar dalam ruang pembakaran,
mengoptimalkan operasi dan pemeliharaan.

c)

Kehilangan waktu blowdown, pengolahan air umpan yang baik dan daur ulang
kondensat.

d)

Kehilangan kondensat.

e)

Kehilangan konveksi dan radiasi ke lingkungan, dikurangi dengan mengisolasi


boiler dengan baik.(Reklaitis,G.V 1942)

2.16

Pengolahan Air Umpan Boiler

Memproduksi steam yang berkualitas tergantung pada pengolahan air yang benar untuk
mengendalikan kemurnian steam, endapan dan korosi. Sebuah boiler merupakan bagian
dari sistim boiler, yang menerima semua bahan pencemar dari sistim didepannya. Kinerja
boiler, efisiensi, dan umur layanan merupakan hasil langsung dari pemilihan dan
pengendalian air umpan yang digunakan dalam boiler.

Jika air umpan masuk ke boiler, kenaikan suhu dan tekanan menyebabkan
komponen air memiliki sifat yang berbeda. Hampir semua komponen dalam air umpan
dalam keadaan terlarut. Walau demik ian, dibawah kondisi panas dan tekanan hampir
seluruh komponen terlarut keluar dari larutan sebagai padatan partikuat, kadang-kadang
dalam bentuk Kristal dan pada waktu yang lain sebagai bentuk amorph. Jika kelarutan
komponen spesifik dalam air terlewati, maka akan terjadi pembentukan kerak dan
endapan. Air boiler harus cukup bebas dari pembentukan endapan padat supaya terjadi
perpindahan panas yang cepat dan efisien dan harus tidak korosif terhadap logam boiler.
(Elonka,1982)
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai