TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Batubara
Batu bara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah batuan sedimen
yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan
dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon,
hydrogen dan oksigen.Batu bara juga adalah batuan organik yang memiliki sifat-sifat fisika
dan kimia yang kompleks yang dapat ditemui dalam berbagai bentuk.Analisis unsur
memberikan rumus formula empiris seperti C137H97O9NS untuk bituminus dan
C240H90O4NS untuk antrasit.
(Sukandarrumidi,2006)
Universitas Sumatera Utara
Pada Zaman Permian, kira-kira 270 jtl, juga terbentuk endapan-endapan batu bara
yang ekonomis di belahan bumi bagian selatan, seperti Australia, dan berlangsung terus
hingga ke Zaman Tersier (70 - 13 jtl) di berbagai belahan bumi lain.
(Krevelen ,1993)
Coal gasification adalah sebuah proses untuk mengubah batu bara padat menjadi
gas batu bara yang mudah terbakar (combustible gases), setelah proses pemurnian gas-gas
ini karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), hydrogen (H), metan (CH4), dan
nitrogen (N2) dapat digunakan sebagai bahan bakar. hanya menggunakan udara dan uap
air sebagai reacting-gas kemudian menghasilkan water gas atau coal gas, gasifikasi secara
nyata mempunyai tingkat emisi udara, kotoran padat dan limbah terendah.
Tetapi, batu bara bukanlah bahan bakar yang sempurna. Terikat di dalamnya adalah
sulfur dan nitrogen, bila batu bara ini terbakar kotoran-kotoran ini akan dilepaskan ke
udara, bila mengapung di udara zat kimia ini dapat menggabung dengan uap air (seperti
contoh kabut) dan tetesan yang jatuh ke tanah seburuk bentuk asam sulfurik dan nitrit,
disebut sebagai hujan asam. Disini juga ada noda mineral kecil, termasuk kotoran yang
umum tercampur dengan batu bara, partikel kecil ini tidak terbakar dan membuat debu
yang tertinggal di coal combustor, beberapa partikel kecil ini juga tertangkap di putaran
combustion gases bersama dengan uap air, dari asap yang keluar dari cerobong beberapa
partikel kecil ini adalah sangat kecil setara dengan rambut manusia.
Sulfur adalah zat kimia kekuningan yang ada sedikit di batu bara, pada beberapa
batu bara yang ditemukan di Ohio, Pennsylvania, West Virginia dan eastern states lainnya,
sulfur terdiri dari 3 sampai 10 % dari berat batu bara, beberapa batu bara yang ditemukan
di Wyoming, Montana dan negara-negara bagian sebelah barat lainnya sulfur hanya sekitar
1/100ths (lebih kecil dari 1%) dari berat batu bara. Penting bahwa sebagian besar sulfur ini
dibuang sbelum mencapai cerobong asap.
Satu cara untuk membersihkan batu bara adalah dengan cara mudah memecah batu
Universitas Sumatera Utara
bara ke bongkahan yang lebih kecil dan mencucinya. Beberapa sulfur yang ada sebagai
bintik kecil di batu bara disebut sebagai "pyritic sulfur " karena ini dikombinasikan dengan
besi menjadi bentuk iron pyrite, selain itu dikenal sebagai "fool's gold dapat dipisahkan
dari batu bara. Secara khusus pada proses satu kali, bongkahan batu bara dimasukkan ke
dalam tangki besar yang terisi air , batu bara mengambang ke permukaan ketika kotoran
sulfur tenggelam. Fasilitas pencucian ini dinamakan "coal preparation plants" yang
membersihkan batu bara dari pengotor-pengotornya. (Geankoplis,2003)
Tidak semua sulfur bisa dibersihkan dengan cara ini, bagaimanapun sulfur pada
batu bara adalah secara kimia benar-benar terikat dengan molekul karbonnya, tipe sulfur
ini disebut "organic sulfur," dan pencucian tak akan menghilangkannya. Beberapa proses
telah dicoba untuk mencampur batu bara dengan bahan kimia yang membebaskan sulfur
pergi dari molekul batu bara, tetapi kebanyakan proses ini sudah terbukti terlalu mahal,
ilmuan masih bekerja untuk mengurangi biaya dari prose pencucian kimia ini.
Kebanyakan pembangkit tenaga listrik modern dan semua fasilitas yang dibangun
setelah 1978 telah diwajibkan untuk mempunyai alat khusus yang dipasang untuk
membuang sulfur dari gas hasil pembakaran batu bara sebelum gas ini naik menuju
cerobong asap. Alat ini sebenarnya adalah "flue gas desulfurization units," tetapi banyak
orang menyebutnya "scrubbers" karena mereka men-scrub (menggosok) sulfur keluar
dari asap yang dikeluarkan oleh tungku pembakar batu bara. (Smith,1959)
2.1.1
Hampir seluruh pembentuk batu bara berasal dari tumbuhan. Jenis-jenis tumbuhan
pembentuk batu bara dan umurnya menurut Diessel (1981) adalah sebagai berikut:
a. Alga, dari Zaman Pre-kambrium hingga Ordovisium dan bersel tunggal. Sangat
sedikit endapan batu bara dari perioda ini.
b. Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon Tengah, merupakan turunan dari alga.
Sedikit endapan batu bara dari perioda ini.
c. Pteridofita, umur Devon Atas hingga Karbon Atas. Materi utama pembentuk batu
bara berumur Karbon di Eropa dan Amerika utara. Tetumbuhan tanpa bunga dan
biji, berkembang biak dengan spora dan tumbuh di iklim hangat.
d. Gimnospermae, kurun waktu mulai dari Zaman Permian hingga Kapur Tengah.
Tumbuhan heteroseksual, biji terbungkus dalam buah, semisal pinus, mengandung
kadar getah (resin) tinggi. Jenis Pteridospermae seperti gangamopteris dan
glossopteris adalah penyusun utama batu bara Permian seperti di Australia, India
dan Afrika.
e. Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga kini. Jenis tumbuhan modern, buah
yang menutupi biji, jantan dan betina dalam satu bunga, kurang bergetah dibanding
gimnospermae
sehingga,
secara
umum,
kurang
dapat
terawetkan.
(Wahyudiono,2003)
Di Indonesia, endapan batu bara yang bernilai ekonomis terdapat di cekungan Tersier,
yang terletak di bagian barat Paparan Sunda (termasuk Pulau Sumatera dan Kalimantan),
pada umumnya endapan batu bara ekonomis tersebut dapat dikelompokkan sebagai batu
bara berumur Eosen atau sekitar Tersier Bawah, kira-kira 45 juta tahun yang lalu dan
Miosen atau sekitar Tersier Atas, kira-kira 20 juta tahun yang lalu menurut Skala waktu
geologi.
Batu bara ini terbentuk dari endapan sisa tumbuhan dan fosil pada iklim purba
sekitar khatulistiwa yang mirip dengan kondisi kini. Beberapa diantaranya tegolong kubah
gambut yang terbentuk di atas muka air tanah rata-rata pada iklim basah sepanjang tahun.
Dengan kata lain, kubah gambut ini terbentuk pada kondisi dimana mineral-mineral
anorganik yang terbawa air dapat masuk ke dalam sistem dan membentuk lapisan batu bara
yang berkadar abu dan sulfur rendah dan menebal secara lokal. Hal ini sangat umum
dijumpai pada batu bara Miosen. Sebaliknya, endapan batu bara Eosen umumnya lebih
tipis, berkadar abu dan sulfur tinggi. Kedua umur endapan batu bara ini terbentuk pada
lingkungan lakustrin, dataran pantai atau delta, mirip dengan daerah pembentukan gambut
yang
terjadi
saat
ini
di
daerah
timur
Sumatera
dan
sebagian
besar
Kalimantan.(Sukandarrumidi,2006)
Kualitas batubara adalah sifat fisika dan kimia dari batubara yang mempengaruhi
potensi kegunaannya. Kualitas batubara ditentukan oleh maseral dan mineral matter
penyusunnya, serta oleh derajat coalification (rank).
2.3
Di Indonesia, batu bara merupakan bahan bakar utama selain solar (diesel fuel)
yang telah umum digunakan pada banyak industri, dari segi ekonomis batu bara jauh lebih
hemat dibandingkan solar, dengan perbandingan sebagai berikut: Solar Rp 0,74/kilokalori
sedangkan batu bara hanya Rp 0,09/kilokalori, (berdasarkan harga solar industri Rp.
6.200/liter).
Dari segi kuantitas batu bara termasuk cadangan energi fosil terpenting bagi
Indonesia. Jumlahnya sangat berlimpah, mencapai puluhan milyar ton. Jumlah ini
sebenarnya cukup untuk memasok kebutuhan energi listrik hingga ratusan tahun ke depan.
Sayangnya, Indonesia tidak mungkin membakar habis batu bara dan mengubahnya
menjadi energis listrik melalui PLTU. Selain mengotori lingkungan melalui polutan CO2,
SO2, NOx dan CxHy cara ini dinilai kurang efisien dan kurang memberi nilai tambah tinggi.
Batu bara sebaiknya tidak langsung dibakar, akan lebih bermakna dan efisien jika
dikonversi menjadi migas sintetis, atau bahan petrokimia lain yang bernilai ekonomi
tinggi. Dua cara yang dipertimbangkan dalam hal ini adalah likuifikasi (pencairan) dan
grasifikasi (penyubliman) batu bara.
maksimum, cara-cara pembakaran langsung seperti: fixed grate, chain grate, fluidized bed,
2.4
Jenis-jenis Batubara
Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan, panas dan
waktu, batu bara umumnya dibagi dalam lima kelas: antrasit, bituminus, sub-bituminus,
lignit dan gambut.
a) Antrasit adalah kelas batu bara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan (luster)
metalik, mengandung antara 86% - 98% unsur Karbon (C) dengan kadar air kurang dari
8%.
Kualitas batubara
1. Inherent Impurities
Merupakan pengotor bawaan yang terdapat pada batubara. Batubara yang sudah
dicuci (washing) yang di kecilkan ukuran butirannya (crushing) kemudian dibakar dan
menyisakan abu. Pengotor ini merupakan pengotor bawaan pada saat pembentukan
batubara, pengotor tersebut dapat berupa gipsum (CaSO42H2O), anhidrit (CaSO4) , pirit
(FeS2), silika (SiO2) dapat pula berbentuk tulang-tulang binatang (diketahui dari senyawasenyawa fosfor dari analisis abu) . Pengotor bawaan ini tidak mungkin dihilangkan sama
sekali , tetapi dapat dikurangi dengan cara pembersihan . Proses ini dikenal dengan
tenologi batubara bersih.
2. External impurities
Merupakan pengotor yang berasal dari luar , timbul pada saat proses penambangan
Dalam menentukan mutu / kualitas batubara perlu diperhatikan beberapa hal :
a) Heating Value (HV) ( Calorific Value / Nilai kalor)
Dinyatakan dengan kkal/Kg , banyaknya jumlah kalori yang dihasilkan
batubara tiap satuan berat (dalam kilogram).
b) Moisture Content (kandungan lengas / air)
Batubara dengan jumlah lengas tinggi akan memerlukan lebih banyak udara
primer untuk mengeringkan batubara tersebut agar suhu batubara pada saat keluar
dari gilingan tetap, sehingga hasilnya memiliki kualitas yang terjamin. Jenis air
sulit untuk dilepaskan tetapi dapat dikurangi, dengan cara memperkecil ukuran
butir batubara (Wahyudiono,2006).
for Testing and Material (ASTM, 1981, op cit Wood et al., 1983)(Tabel 5.2).
Klasifikasi ini dibuat berdasarkan jumlah karbon padat dan nilai kalori dalam basis
dry, mineral matter free (dmmf). Untuk mengubah basis air dried (adb) menjadi
dry, mineral matter free (dmmf) maka digunakan Parr Formulas (ASTM, 1981, op
cit Wood et al., 1983) :
dimana :
FC = % karbon padat (adb)
VM = % zat terbang (adb)
M = % air total (adb)
A = % Abu (adb)
S = % sulfur (adb)
Btu = british termal unit = 1,8185*CV adb
2.6
Kalor adalah suatu bentuk energi yang diterima oleh suatu benda yang menyebabkan benda
tersebut berubah suhu atau wujud bentuknya. Kalor berbeda dengan suhu, karena suhu
adalah ukuran dalam satuan derajat panas. Kalor merupakan suatu kuantitas atau jumlah
panas baik yang diserap maupun dilepaskan oleh suatu benda.
Dari sisi sejarah kalor merupakan asal kata caloric ditemukan oleh ahli kimia
perancis yang bernama Antonnie laurent lavoiser (1743 - 1794). Kalor memiliki satuan
Kalori (kal) dan Kilokalori (Kkal). 1 Kalori sama dengan jumlah panas yang dibutuhkan
untuk memanaskan 1 gram air naik 1 derajat celcius.
(http://organisasi.org/pengertian_definisi_kalor_dan_teori_kalor_umum_dasar_kuantitas_j
umlah_panas_pendidikan_ilmu_sains_fisika_via_internet_gratis)
2.7
Metode standar adalah suatu cara analisis dan pengujian baik dari ketelitian, kesederhanaan
peralatan , maupun dari aspek-aspek lainnya. Metode ini kemudian dibakukan untuk
digunakan sebagai pedoman atau standar analisis dan pengujian. Prosedur baku ini
disesuaikan dengan keadaan dan sifat batubara di negara yang bersangutan. Oleh karena
cara analisis yang berbeda-beda , maka International Organization for Standardization
(ISO) telah berusaha mengembangkan cara yang dapat dipakai di seluruh dunia.
Di dunia perbatubaraan, pada dasarnya terdapat dua jenis standar, yakni standar
nasional dan standar international.
Universitas Sumatera Utara
ISO 501-1981
ISO 1015-1975
ISO 1015-1976
Sampai saat ini telah dikeluarkan beberapa standar untuk penentuan parameter batubara
Indonesia. Standar tersebut dikeluarkan oleh Dewan Standar Nasional dengan nama
Standar Nasional Indonesia (SNI) .Standar yang dibuat dengan mnterjemahkan standarstandar ISO. (Bayuseno,2005)
2.8.1
Pada prinsipnya dikenal dua jenis pengujian analisis buntuk kualitas batubara yaitu
Analisis
Prosikmat
(Proximate
analysis)
dan
Analisis
Ultimate
(Ultimate
Analysis/Elemental Analysis)
1.
a.
Moisture Content
b.
Ash Content
c.
Volatile Metter
d.
Fixed Carbon
e.
Total Sulfur
f.
g.
2.
a.
Carbon Content
b.
Hidrogen Content
c.
Oxygen Content
d.
Nitrogen Content
e.
Sulfur Content
3.
a.
Niai Kalori
b.
Ash Content
2.10
Pengertian Boiler
Boiler adalah bejana tertutup dimana panas pembakaran dialirkan ke air sampai terbentuk
air panas atau steam. Air panas atau steam pada tekanan tertentu kemudian digunakan
untuk mengalirkan panas ke suatu proses. Air
adalah
media
yang
berguna
dan
murah untuk mengalirkan panas ke suatu proses. Jika air dididihkan sampai menjadi
steam, volumnya akan meningkat sekitar 1.600 kali, menghasilkan tenaga yang
menyerupai bubuk mesiu yang mudah meledak, sehingga boiler merupakan peralatan
yang harus dikelola dan dijaga dengan sangat baik.
Sistem boiler terdiri dari: sistem air umpan, sistem steam dan sistem bahan bakar.
Sistem air umpan menyediakan air untuk boiler secara otomatis sesuai dengan
kebutuhan steam. Berbagai
kran
disediakan
untuk
keperluan
perawatan
dan
perbaikan. Sistem steam mengumpulkan dan mengontrol produksi steam dalam boiler.
Steam dialirkan melalui sistem pemipaan ke titik pengguna.
Pada keseluruhan sistem, tekanan steam diatur menggunakan kran dan dipantau
dengan alat pemantau tekanan. Sistem bahan bakar adalah semua peralatan yang
digunakan untuk menyediakan bahan bakar untuk menghasilkan panas yang dibutuhkan.
Peralatan yang diperlukan pada sistem bahan bakar tergantung pada jenis bahan bakar
yang digunakan pada sistem.Air yang disuplai ke boiler untuk dirubah menjadi steam
disebut air umpan.
Dua sumber air umpan adalah: (1) Kondensat atau steam yang mengembun yang
kembali dari proses dan (2) Air makeup (air baku yang sudah diolah) yang harus
diumpankan dari lua r ruang boiler dan plant proses. Untuk mendapatkan efisiensi boiler
yang lebih tinggi, digunakan
Steam boiler adalah peralatan yang sangat umum dalam industri, terutama karena daya
uapnya
melakukan kerja mekanik (misalnya mesin uap menggerakan semacam mesin), pemanas,
menghasilkan Vacuums (melalui penggunaan "eductors uap"), dan peningkatan proses
kimia (misalnya menubah gas alam menjadi hidrogen dan karbon dioksida).Proses
mengubah air menjadi uap sangat sederhana, memanaskan air sampai mendidih. Siapa pun
yang pernah rebus sepanci air untuk memasak tahu bagaimana proses ini bekerja. Membuat
uap terus-menerus, bagaimanapun, adalah sedikit lebih rumit. Variabel penting untuk
mengukur dan pengendalian dalam boiler kontinu adalah level air di dalam "uap drum" (di
atas vessel dalam tabung air boiler). Dalam rangka keamanan dan efisiensi untuk
Universitas Sumatera Utara
menghasilkan aliran kontinu uap, kita harus memastikan drum uap tidak berjalan pada air
yang terlalu rendah atau terlalu tinggi. Jika tidak ada cukup air dalam drum, tabung air
berjalan dalam keadaan kering dan terbakar oleh api. Jika terlalu banyak air dalam drum,
air cair dapat terbawa bersama dengan aliran uap, menyebabkan masalah penurunan uap.
Nilai steam ini dikenal dengan satuan Bar.
(http://instrumentasi-a-kontrol/industrial-instrumentation/69-example-steamboilerpart1.html)
2.12
2. Pressure (Tekanan)
Tekanan merupakan faktor penting dalam proses boiler. Tekanan proses
yang diinginkan harus dijaga untuk menjamin kebutuhan steam sesuai tekanan
yang dibutuhkan.
3. Temperature (Suhu)
Temperatur adalah panas kerja dalam boiler. Temperatur ini berbanding
lurus dengan tekanan yang dihasilkan. Temperatur dan tekanan ini juga yang
mencerminkan steam yang dihasilkan. Secara umum ada dua jenis steam yang
dihasilkan: Saturated steam Temperature yang dihasilkan segaris dengan tekanan
Superheated steam Temperatur yang dihasilkan sesuai dengan design yang
direncanakan pada boiler.
4. Kapasitas
Kapasitas adalah kemampuan boiler untuk menghasilkan uap dalam satuan
berat per waktu. Untuk mendapatkan kapasitas boiler, harus mengetahui effisiensi
dari boiler dan jumlah bahan bakar yang digunakan.
Kalor yang diberikan bahan bakar x effisiensi = Kalor yang diterima fluida
untuk menjadi uap
M DH = h (W) HV
Keterangan:
M = Kapasitas, Kg/Jam
DH = Perbedaan entalphy keluar dan masuk, Kcal/Kg
h = Effisiensi, %
W = Berat Bahan Bakar, Kg/Jam
HV = Heating Value, Kcal/Kg
untuk fiber : 2340 Kcal/kg
untuk shell : 3480 Kcal/kg
5 Efisiensi
Efisiensi merupakan suatu ukuran efektifitas panas, suatu ukuran persentase
berapa banyak steam yang dihasilkan dalam setiap jumlah bahan bakar yang
terbakar (Loucks, 1942).
2.13
Pada water tube boiler, air umpan boiler mengalir melalui pipa-pipa masuk
kedalam drum. Air yang tersirkulasi dipanaskan oleh gas pembakar membentuk steam
pada daerah uap dalam drum. Boiler ini dipilih jika kebutuhan steam dan tekanan steam
sangat tinggi seperti pada kasus boiler untuk pembangkit tenaga.
Water tube boiler yang sangat modern dirancang dengan kapasitas steam antara
4.500-12.000 kg/jam, dengan tekanan sangat tinggi. Banyak water tube boilers yang
dikonstruksi secara paket jika digunakan bahan bakar minyak bakar dan gas. Untuk water
tube yang menggunakan bahan bakar padat, tidak umum dirancang secara paket.
2.13.1 Karakteristik water tube boilers sebagai berikut :
2.14
Paket Boiler
Disebut boiler paket sebab sudah tersedia sebagai paket yang lengkap. Pada saat dikirim
ke
bahan
bakar dan
sambungan listrik untuk dapat beroperasi. Paket boiler biasanya merupakan tipe shell and
tube dengan rancangan fire tube dengan transfer panas baik radiasi maupun konveksi
yang tinggi. (Jhon,W 1918)
ruang
pembakaran
dan
tingginya
panas
yang
dilepas
2.15
Neraca Panas
Proses dalam boiler tidak lepas dari penyusunan neraca panas. Proses pembakaran dalam
boiler dapat digambarkan dalam gambar neraca energi. Energi masuk dari proses
pembakaran bahan bakar diubah menjadi energi yang bisa digunakan untuk untuk berbagai
kebutuhan. Dalam proses ini pasti ada kehilangan energi.
Neraca panas merupakan keseimbangan energi masuk dan yang keluar. Berikut
ilustrasi proses termodinamika.
Sebagai contoh, berikut gambaran kehilangan energi yang mungkin dalam proses
boiler dengan menggunakan bahan bakar batu bara.
Kehilangan energi dalam proses bisa dikategorikan kehilangan yang bisa dihindari
dan yang tidak dapat dihindari. Pengkajian energi harus mengurangi kehilangan yang dapat
dihindari, dengan meningkatkan efisiensi energi. Kehilangan dapat diminimalisasi:
a)
Kehilangan panas di gas cerobong. Udara berlebih diturunkan hingga batas udara
minimum dibutuhkan. Suhu gas cerobong dioptimalkan dengan pemeliharaan yang
baik, teknologi boiler yang baik ,dan lain-lain.
b)
Kehilangan karena bahan bakar yang tidak terbakar dalam ruang pembakaran,
mengoptimalkan operasi dan pemeliharaan.
c)
Kehilangan waktu blowdown, pengolahan air umpan yang baik dan daur ulang
kondensat.
d)
Kehilangan kondensat.
e)
2.16
Memproduksi steam yang berkualitas tergantung pada pengolahan air yang benar untuk
mengendalikan kemurnian steam, endapan dan korosi. Sebuah boiler merupakan bagian
dari sistim boiler, yang menerima semua bahan pencemar dari sistim didepannya. Kinerja
boiler, efisiensi, dan umur layanan merupakan hasil langsung dari pemilihan dan
pengendalian air umpan yang digunakan dalam boiler.
Jika air umpan masuk ke boiler, kenaikan suhu dan tekanan menyebabkan
komponen air memiliki sifat yang berbeda. Hampir semua komponen dalam air umpan
dalam keadaan terlarut. Walau demik ian, dibawah kondisi panas dan tekanan hampir
seluruh komponen terlarut keluar dari larutan sebagai padatan partikuat, kadang-kadang
dalam bentuk Kristal dan pada waktu yang lain sebagai bentuk amorph. Jika kelarutan
komponen spesifik dalam air terlewati, maka akan terjadi pembentukan kerak dan
endapan. Air boiler harus cukup bebas dari pembentukan endapan padat supaya terjadi
perpindahan panas yang cepat dan efisien dan harus tidak korosif terhadap logam boiler.
(Elonka,1982)
Universitas Sumatera Utara