PENDAHULUAN
1.1
penanganan secara serius atas masalah etika medis cukuplah mendesak.Dewasa ini, semakin
disadari bahwa etika medis tidak bisa begitu saja dikesampingkan atau dianggap sebagai embelembel saja.Dalam hal ini penulis membagi dua pekerjaan medis yaitu dokter dan perawat.
Oath
merupakan
dokumen
paling
penting
dari
saya, atau sekalipun tidak berhubungan dengannya, saya melihat dan mendengar,
kehidupan seseorang tidak boleh dibicarakan keluar, saya tidak akan menceritakannya
dan semuanya harus tetap dirahasiakan. Bila saya memegang teguh janji ini dan tidak
mengingkarinya, semoga saya mendapatkan pahala dan dapat menikmati hidup bahagia
dan menjalankan praktek kedokteran saya, dihormati semua orang, sepanjang waktu, dan
sebaliknya apabila saya melalaikan dan mengingkari janji ini semoga sebaliknya yang
saya peroleh.
Hippocrates
mengungkapkan
bahwa
seorang
dokter
harus
kelihatan
sopan.Badannyabersih dan berpakaian rapi.Harus tetap tenang dan sikapnya harus dapat
menimbulkankepercayaan penderita terhadapnya.
semata
tetapi
juga
dengan
mempertimbangkan
etika.
Etika adalah peraturan atau norma yang dapat digunakan sebagai acuan bagi perilaku
seseorang yang berkaitan dengan tindakan yang baik dan buruk yang dilakukan seseorang
dan merupakan suatu kewajiban dan tanggungjawab moral.
1.2
usaha suatu kelompok masyarakat untuk memperoleh pengawasan atassumber daya yang
berhubungan dengan suatu bidang pekerjaan, maka terdapatperkembangan-perkembangan dalam
profosi tersebut seperti :
teknologi
pada
umumnya.Masyarakat
menghadapi
masalah
BAB II
ETIKA PROFESI
2.1 Pengertian Etika
Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos(bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak
kesusilaan atau adat. Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang dimiliki
oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah
dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik.Menurut Martin [1993], etika didefinisikan
sebagai the discipline which can act as the performance index or reference for our control
system.
Etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan self control, karena segala
sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok social (profesi) itu
sendiri.Kehadiran organisasi profesi dengan perangkat built-in mechanism berupa kode etik
profesi dalam hal ini jelas akan diperlukan untuk menjaga martabat serta kehormatan profesi, dan
di sisi lain melindungi masyarakat dari segala bentuk penyimpangan maupun penyalah-gunaan
keahlian (Wignjosoebroto, 1999).
Sebuah profesi hanya dapat memperoleh kepercayaan dari masyarakat, bilamana dalam
diri para elit profesional tersebut ada kesadaran kuat untuk mengindahkan etika profesi pada saat
mereka
ingin
memberikan
jasa
keahlian
profesi
kepada
masyarakat
yang
memerlukannya.Menurut Bertens (1994) ada tiga arti etika yang dipakai dalam arti :
1
Nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok
dalam
mengatur
tingkah
lakunya
perorangan/bermasyakat)
2
(sistem
nilai
dalam
hidup
manusia
Etika umum, yaitu etika tentang kondisi-kondisi dasar dan umum, bagaimana manusia
harus bertindak secara etis.
Etika khusus, yaitu penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan
khusus.
Etika dan etiket menyangkut perilaku manusia. Istilah tersebut dipakai mengenai
manusia tidak mengenai binatang karena binatang tidak mengenal etika maupun
etiket.
Kedua-duanya mengatur perilaku manusia secara normatif artinya memberi
normabagi perilaku manusia dan dengan demikian menyatakan apa yag harus
dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Justru karena sifatnya normatif
maka kedua istilah tersebut sering dicampuradukkan.
1. Etiket menyangkut cara melakukan perbuatan manusia. Etiket menunjukkan cara yang
tepat artinya cara yang diharapkan serta ditentukan dalam sebuah kalangan tertentu.Etika
tidak terbatas pada cara melakukan sebuah perbuatan, etika memberi norma tentang
perbuatan itu sendiri. Etika menyangkut masalah apakah sebuah perbuatan boleh
dilakukan atau tidak boleh dilakukan.
2. Etiket hanya berlaku untuk pergaulan.Etika selalu berlaku walaupun tidak ada orang
lain. Barang yang dipinjam harus dikembalikan walaupun pemiliknya sudah lupa.
3. Etiket bersifat relatif. Yang dianggap tidak sopan dalam sebuah kebudayaan, dapat saja
dianggap sopan dalam kebudayaan lain.Etika jauh lebih absolut.Perintah seperti jangan
berbohong, jangan mencuri merupakan prinsip etika yang tidak dapat ditawar-tawar.
4. Etiket hanya memadang manusia dari segi lahiriah saja sedangkan etika memandang
manusia dari segi dalam. Penipu misalnya tutur katanya lembut, memegang etiket namun
menipu.Orang dapat memegang etiket namun munafik sebaliknya seseorang yang
berpegang pada etika tidak mungkin munafik karena seandainya dia munafik maka dia
tidak bersikap etis.Orang yang bersikap etis adalah orang yang sungguh-sungguh baik.
Rasional berarti mendasarkan diri pada rasio atau nalar, pada argumentasi yang
bersedia untuk dipersoalkan tanpa perkecualian.Kritis berarti filsafat ingin mengerti
sebuah masalah sampai ke akar-akarnya, tidak puas dengan pengertian dangkal.Sistematis
artinya membahas langkah demi langkah.Normatif menyelidiki bagaimana pandangan
moral yang seharusnya.
Moralitas
Ajaran moral memuat pandangan tentang nilai dan norma moral yang terdapat di
antara sekelompok manusia. Adapun nilai moral adalah kebaikan manusia sebagai
manusia.
Norma moral adalah tentang bagaimana manusia harus hidup supaya menjadi baik
sebagai
manusia.Ada
perbedaan
antara
kebaikan
moral
dan
kebaikan
pada
Etika tidak dapat menggantikan agama.Agama merupakan hal yang tepat untuk
memberikan orientasi moral.Pemeluk agama menemukan orientasi dasar kehidupan
dalam agamanya.Akan tetapi agama itu memerlukan ketrampilan etika agar dapat
memberikan orientasi, bukan sekadar indoktrinasi. Hal ini disebabkan empat alasan
sebagai berikut :
1
agama.
Seringkali ajaran moral yang termuat dalam wahyu mengizinkan interpretasi yang
dalam wahyu. Misalnya bayi tabung, reproduksi manusia dengan gen yang sama.
Adanya perbedaan antara etika dan ajaran moral. Etika mendasarkan diri pada
argumentasi rasional semata-mata sedangkan agama pada wahyunya sendiri. Oleh
karena itu ajaran agama hanya terbuka pada mereka yang mengakuinya
sedangkan etika terbuka bagi setiap orang dari semua agama dan pandangan
dunia.
2.2
Pengertian Profesi
Menurut De George, profesi adalah pekerjaan yg dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk
menghasilkan nafkah hidup dan mengandalkan suatu keahlian. Secara umum, ada beberapa sifat
yang melekat pada profesi, yaitu : adanya pengetahuan khusus, adanya kaidah dan standar moral
yang tinggi, dan mengabdi pada kepentingan masyarakat.
Profesi merupakan kelompok lapangan kerja yang khusus melaksanakan kegiatan yang
memerlukan ketrampilan dan keahlian tinggi guna memenuhi kebutuhan yang rumit dari
manusia, di dalamnya pemakaian dengan cara yang benar akan ketrampilan dan keahlian tinggi,
hanya dapat dicapai dengan dimilikinya penguasaan pengetahuan dengan ruang lingkup yang
luas, mencakup sifat manusia, kecenderungan sejarah dan lingkungan hidupnya; serta adanya
disiplin etika yang dikembangkan dan diterapkan oleh kelompok anggota yang menyandang
profesi tersebut.
Kode etik profesi memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip
bersangkutan ;
Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang
hubungan etika dalam keanggotaan profesi
Tujuan dari etika profesi dokter adalah untuk mengantisipasi atau mencegah
terjadinya perkembangan yang buruk terhadap profesi dokter dan mencegah agar dokter
dalam menjalani profesinya dapat bersikap professional maka perlu kiranya membentuk
kode etik profesi kedokteran untuk mengawal sang dokter dalam menjalankan profesinya
tersebut agar sesuai dengan tuntutan ideal. Tunutakn tersebut kita kenal dengan kode etik
profesi dokter.
Pasal-Pasal Kode Etik Kedokteran Indonesia
Pasal 1
Sumpah dokter di Indonesia telah diakui dalam PP No. 26 Tahun 1960.Lafal initerus
disempurnakan sesuai dengan dinamika perkembangan internal dan eksternal profesi
kedokteran baik dalam lingkup nasional maupun internasional. Penyempurnaan dilakukan
pada Musyawarah Kerja Nasional Etik Kedokteran II, tahun l98l, pada Rapat Kerja
Nasional Majelis Kehormatan Etika Kedokteran (MKEK) dan Majelis Pembinaan dan
Pembelaan Anggota (MP2A), tahun 1993, dan pada Musyawarah Kerja Nasional Etik
Kedokteran III, tahun 2001.
Pasal 2
Yang dimaksud dengan ukuran tertinggi dalam melakukan protesi kedokteran mutakhir,
yaitu yang sesuai dengan perkembangan IPTEK Kedokteran, etika umum, etika
kedokteran, hukum dan agama, sesuai tingkat/jenjang pelayanan kesehatan, serta kondisi
dan situasi setempat.
Pasal 3
Perbuatan berikut dipandang bertentangan dengan etik :
1. Secara sendiri atau bersama-sama menerapkan pengetahuan dan ketrampilan
kedokteran dalam segala bentuk.
2. Menerima imbalan selain dan pada yang layak, sesuai dengan jasanya, kecuali dengan
keikhlasan dan pengetahuan dan atau kehendak pasien.
3. Membuat ikatan atau menerima imbalan dan perusahaan farmasi/obat, perusahaan alat
kesehatan/kedokteran atau badan lain yang dapat mempengaruhi pekerjaan dokter.
4. Melibatkan diri secara langsung atau tidak langsung untuk mempromosikan obat, alat
atau bahan lain guna kepentingan dan keuntungan pribadi dokter.
Pasal 4
Seorang dokter harus sadar bahwa pengetahuan dan ketrampilan profesi yang dimilikinya
adalah karena karunia dan kemurahan Tuhan Yang Maha Esa semata. Dengan demikian
imbalan jasa yang diminta harus didalam batas batas yang wajar. Hal-hal berikut
merupakan contoh yang dipandang bertentangan dengan Etik :
1. Menggunakan gelar yang tidak menjadi haknya.
2. Mengiklankan kemampuan, atau kelebihan-kelebihan yang dimilikinya baik lisan
maupun dalam tulisan.
Pasal 5
Sebagaimana contoh, tindakan pembedahan pada waktu operasi adalah tindakan demi kepentingan
pasien.
Pasal 6
Yang dimaksud dengan mengumumkan ialah menyebarluaskan baik secara lisan, tulisan
maupun melalui cara lainnya kepada orang lain atau masyarakat.
Pasal 10
Dokter yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut adalah dokter yang mempunyai
kompetensi keahlian di bidang tertentu menurut dokter yang waktu itu sedang menangani
pasien.
Pasal 15
Secara etik seharusnya bila seorang dokter didatangi oleh seorang pasien yang diketahui
telah ditangani oleh dokter lain, maka ia segera memberitahu dokter yang telah terlebih
dahulu melayani pasien tersebut. Hubungan dokter-pasien terputus bila pasien memutuskan
hubungan tersebut. Dalam hal ini dokter yang bersangkutan seyogyanya tetap
memperhatikan kesehatan pasien yang bersangkutan sampai dengan saat pasien telah
ditangani oleh dokter lain.
menunjukkan
bahwa
profesi
dokter
sejak
perintisannya
telah
membuktikan sebagai profesi yang luhur dan mulia. Keluhuran dan kemuliaan ini
ditunjukkan oleh 6 sifat dasar yang harus ditunjukkan oleh setiap dokter yaitu :
1. Sifat ketuhanan.
2. Kemurnian niat.
3. Keluhuran budi
4. Kerendahan hati.
5. Kesungguhan kerja.
6. Integritas ilmiah dan sosial.
Dalam mengamalkan profesinya, setiap dokter akan berhubungan dengan manusia
yang sedang mengharapkan pertolongan dalam suatu hubungan kesepakatan terapeutik.
Agar dalam hubungan tersebut keenam sifat dasar di atas dapat tetap terjaga, maka disusun
Kode Etik Kedokteran Indonesia yang merupakan kesepakatan dokter Indonesia bagi
pedoman pelaksanaan profesi. Kode Etik Kedokteran Indonesia didasarkan pada asas-asas
hidup bermasyarakat, yaitu Pancasila yang telah sama-sama diakui oleh Bangsa Indonesia
sebagai falsafah hidup bangsa.
Pelanggaran etik murni
Pelanggaran terhadap butir-butir LSDI dan/atau KODEKI ada yang merupakan
pelanggaran etik murni, dan ada pula yang merupakan pelanggaran etikolegal.Pelanggaran
etik tidak selalu merupakan pelanggaran hukum, dan sebaliknya, pelanggaran hukum tidak
selalu berarti pelanggaran etik.
Yang termasuk pelanggaran etik murni antara lain :
1. Menarik imbalan jasa yang tidak wajar dari klien / pasien atau menarik imbalan jasa
dari sejawat dokter dan dokter gigi beserta keluarga kandungnya.
2. Mengambil alih pasien tanpa persetujuan sejawatnya.
3. Memuji diri sendiri di depan pasien, keluarga atau masyarakat.
4. Pelayanan kedokteran yang diskriminatif.
5. Kolusi dengan perusahaan farmasi atau apotik.
6. Tidak pernah mengikuti pendidikan kedokteran berkesinambungan.
7. Dokter mengabaikan kesehatannya sendiri.
Perilaku dokter tersebut di atas tidak dapat dituntut secara hukum tetapi perlu mendapat
nasihat / teguran dari organisasi profesi atau atasannya.
juga
berhadapan
dengan
undang-undang
hukum
pidana
atau
perdata
(KUHP/KUHAP).Misalnya :
1. Pelayanan kedokteran di bawah standar (malpraktek)
2. Menerbitkan surat keterangan palsu.
3. Membocorkan rahasia pekerjaan / jabatan dokter.
4. Pelecehan seksual.
Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan dalam Obstetri Ginekologi
Masalah-masalah yang berhubungan dengan reproduksi manusia merupakan
masalah yang sangat khusus dan paling rumit ditinjau dari segi etik, agama, hukum dan
sosial, terlebih dengan begitu pesatnya perkembangan dalam bidang obstetri ginekologi
dalam tiga dekade terakhir ini.
Masalah-masalah aborsi, teknologi reproduksi buatan, dan sebagainya, memerlukan
perhatian penuh pihak profesi kedokteran, hukum, agama dan masyarakat luas.
1
Abortus Provokatus
Masalah aborsi telah dibahas di berbagai pertemuan ilmiah dalam lebih dari 3
dekade terakhir ini, baik di tingkat nasional maupun regional, namun hingga waktu ini
Rancangan Pengaturan Pengguguran berdasarkan Pertimbangan Kesehatan belum
terwujud. Secara umum hal ini telah dicantumkan dalam undang-undang kesehatan, namun
penjabarannya belum selesai juga. Kehampaan hukum itu menyangkut pula tindakan
abortus provokatus pada kasus-kasus kehamilan karena perkosaan, kehamilan pada usia
remaja putri (usia kurang dari 16 tahun, yang belum mempunyai hak untuk menikah),
kehamilan pada wanita dengan gangguan jiwa, kegagalan kontrasepsi dan wanita dengan
grande multipara.
memerlukan biaya yang besar, keberhasilan take home baby yang rendah dan
menyebabkan distres pada pasutri yang bersangkutan. Selain cara FIV dan PE telah
dikembangkan pula teknologi reproduksi buatan lainnya seperti Tandur Alih Gamet atau
Embrio Intra Tuba dan Suntikan Sperma Intra Sitoplasmik.
Dari segi hukum, di Indonesia telah terdapat peraturan perundang-undangan
tentang kehamilan di luar cara alami itu, yaitu bahwa cara tersebut hanya dapat dilakukan
pada pasangan suami istri yang sah, dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai
keahlian dan kewenangan untuk itu, dan pada sarana kesehatan yang memenuhi syarat
(UU Kesehatan, pasal 16). Dengan demikian, masalah donasi oosit, sperma dan embrio,
masalah ibu pengganti adalah bertentangan dengan hukum yang berlaku dan juga etik
kedokteran.
Dalam pasal 82 ayat (2) UU Kesehatan tersebut dinyatakan bahwa Barang siapa
melakukan upaya kehamilan di luar cara alami yang tidak sesuai dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling banyak Rp.100.000.000,- (seratus juta
rupiah).
Abortus / Terminasi Kehamilan atas Indikasi Non-Medik
Alasan-alasan untuk permintaan terminasi kehamilanadalah :
1. Kehamilan akibat perkosaan
2. Janin yang telah terbukti memiliki defek yang berat
3. Ibu yang dalam riwayatnya selalu menyiksa anak-anaknya
4. Tiap kehamilan yang menyebabkan emosional distress pada wanita, atau akan
mengakibatkan ketidakmampuan atau akan mempersulit kehidupan anak yang akan
dilahirkan
dari
pelayanan
kesehatan,
didasarkan
pada
ilmu
dan
kiat
dan
tatanan
kesehatan
lainnya,
dengan
menggunakan
pendekatan
Kabupaten/Kotakepada
perawat
yang
akan
menjalankan
KB,
kegiatan fungsional dalam bidang pelayanan gizi, makanan dan dietetik baik di
masyarakat, individu atau rumah sakit.
Di Indonesia masalah gizi utama masih didominasi oleh masalah gizi Kurang
Energi Protein (KEP), masalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), dan
masalah Kekurangan Vitamin (KVA) dan mulai meningkatnya masalah obesitas terutama
di kota-kota besar. Disamping itu, diduga ada masalah gizi mikro lainnya seperti
defisiensi zinc yang sampai saat ini belum terungkapkan karena adanya keterbatasan ilmu
pengetahuan dan teknologi di bidang gizi.Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi di berbagai bidang pembangunan dan makin berkembangnya paradigma
pembangunan nasional yang berwawasan sumber daya manusia (SDM), maka upaya
untuk meningkatkan status gizi masyarakat dan penanggulangan permasalahannya
(masalah gizi) makin mendapat prioritas dalam strategi pembangunan nasional.Keadaan
gizi masyarakat umum dan individu khususnya mempunyai dampak terhadap
pembangunan negara secara umum dan khusus berdampak pada pertumbuhan fisik,
mental dan kecerdasan serta produktivitas manusia.Oleh karena itu, pemecahan masalah
gizi ditempatkan sebagai ujung tombak paradigma sehat untuk mencapai Indonesia sehat
pada masa mendatang. Ciri-ciri dari profesi gizi, yaitu:
1. Mengembangkan pelayanan yang unik kepada masyarakat.
2. Anggota-anggotanya dipersiapkan melalui suatu program pendidikan.
3. Memiliki serangkaian pengetahuan ilmiah.
4. Anggota-anggotanya menjalankan tugas profesinya sesuai kode etik yang berlaku.
5. Anggota-anggotanya bebas mengambil keputusan dalam menjalankan profesinya.
6. Anggota-anggotanya wajar menerima imbalan jasa atas pelayanan yang diberikan.
7. Memiliki suatu organisasi profesi yang senantiasa meningkatkan kualitas pelayanan
yang diberikan kepada masyarakat oleh anggotanya.
8. Pekerjaan/sumber utama seumur hidup.
9. Berorientasi pada pelayanan dan kebutuhan obyektif.
10. Otonomi dalam melakukan tindakan.
11. Melakukan ikatan profesi, lisensi jalur karir.
12. Mempunyai kekuatan dan status dalam pengetahuan spesifik.
13. Alturism.
serta Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Persatuan Ahli Gizi Indonesia serta
etik profesi, baik dalam hubungan dengan pemerintah bangsa, negara, masyarakat,
profesi maupun dengan diri sendiri.
Dengan melihat cakupan dan kode etik tersebut, disimpulkan bahwa profesi gizi
berperan dalam kebijakan sistem pelayanan kesehatan, mendidik dan mengintervensi
individu, kelompok, masyarakat serta meneliti dan mengembangkan demi menjaga mutu
pelayanan. Oleh karena itu, perlu disusun standar kompetensi ahli gizi dan ahli madya
gizi Indonesia yang dilandasi dengan peran-peran ahli gizi dan ahli madya gizi sebagai
pelaksana, pengelola, pendidik, penyelia, pemasar, anggota tim dan pelaku praktek
kegizian yang bekerja secara profesional dan etis.
Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya tahan psikis maupun
fisik hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien, setelah memperoleh
persetujuan pasien.
Pasal 6
Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan dan menerapkan
setiap penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya dan halhal yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat.
Pasal 7
Seorang dokter hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah diperiksa
sendiri kebenarannya.
Pasal 7a
Seorang dokter harus, dalam setiap praktik medisnya, memberikan pelayanan
medis yang kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai
rasa kasih sayang (compassion) dan penghormatan atas martabat manusia.
Pasal 7b
Seorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan
sejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkan sejawatnya yang dia ketahui
memiliki kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang melakukan
penipuan atau penggelapan, dalam menangani pasien
Pasal 7c
Seorang dokter harus menghormati hak-hak pasien, hak-hak sejawatnya, dan hak
tenaga kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan pasien.
Pasal 7d
Setiap dokten harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup
makhluk insani.
Pasal 8
Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter harus memperhatikan kepentingan
masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan yang menyeluruh
(promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif), baik fisik maupun psiko-sosial, serta
berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenar-benarnya.
Pasal 9
Setiap dokter dalam bekerja sama dengan para pejabat di bidang kesehatan dan bidang
lainnya serta masyarakat, harus saling menghormati.
Kewajiban Dokter Terhadap Pasien
Pasal 10
Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan
ketrampilannya untuk kepentingan pasien. Dalam hal ini ia tidak mampu melakukan
suatu pemeriksaan atau pengobatan, maka atas persetujuan pasien,ia wajib menujuk
pasien kepada dokter yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut.
Pasal 11
Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa dapat
berhubungan dengan keluarga dan penasehatnya dalam beribadat dan atau dalam
masalah lainnya.
Pasal 12
Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang
pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.
Pasal 13
Setiap
dokter
wajib
melakukan
pertolongan
darurat
sebagai
suatu
tugas
perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu
memberikannya.
Pasal 5
Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya tahan psikis maupun
fisik hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien, setelah memperoleh
persetujuan pasien. Penjelasan dan pedoman pelaksanaannya :
Seorang dokter berusaha menyembuhkan pasien dan penyakitnya dan memulihkan
kembali kesehatannya. Hubungan fisik dan psikis/mental seseorang adalah erat.
Pasal 6
Setiap dokter senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan dan menerapkan setiap
penemuan tehnik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya serta hal-hal
yang dapat menimbulkan keresahan di masyarakat.
Pasal 7
Seorang dokter hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah diperiksa
sendiri kebenarannya.
Kewajiban Umum
1. Ahli Gizi berperan meningkatkan keadaan gizi dan kesehatan serta berperan
dalammeningkatkan kecerdasan dan kesejahteraan rakyat
2. Ahli Gizi berkewajiban menjunjung tinggi nama baik profesi gizi dengan menunjukkan
sikap, perilaku, dan budi luhur serta tidak mementingkan diri sendiri
3. Ahli Gizi berkewajiban senantiasa menjalankan profesinya menurut standar profesi
yang telah ditetapkan.
4. Ahli Gizi berkewajiban senantiasa menjalankan profesinya bersikap jujur, tulus dan
adil.
5. Ahli Gizi berkewajiban menjalankan profesinya berdasarkan prinsip keilmuan,
informasi terkini, dan dalam menginterpretasikan informasi hendaknya objektif tanpa
membedakan individu dan dapat menunjukkan sumber rujukan yang benar.
6. Ahli Gizi berkewajiban senantiasa mengenal dan memahami keterbatasannya sehingga
dapat bekerjasama dengan fihak lain atau membuat rujukan bila diperlukan.
7. Ahli Gizi dalam melakukan profesinya mengutamakan kepentingan masyarakat dan
berkewajiban senantiasa berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang
sebenarnya.
8. Ahli Gizi dalam berkerjasama dengan para profesional lain di bidang kesehatan
maupun lainnya berkewajiban senantiasa memelihara pengertian yang sebaik-baiknya.
Kewajiban Terhadap Klien
1. Ahli Gizi berkewajiban sepanjang waktu senantiasa berusaha memelihara dan
meningkatkan status gizi klien baik dalam lingkup institusi pelayanan gizi atau di
masyarakat umum.
2. Ahli Gizi berkewajiban senantiasa menjaga kerahasiaan klien atau masyarakat yang
dilayaninya baik pada saat klien masih atau sudah tidak dalam pelayanannya, bahkan juga
setelah klien meninggal dunia kecuali bila diperlukan untuk keperluan kesaksian hukum.
3. Ahli Gizi dalam menjalankan profesinya senantiasa menghormati dan menghargai
kebutuhan unik setiap klien yang dilayani dan peka terhadap perbedaan budaya, dan tidak
melakukan diskriminasi dalam hal suku, agama, ras, status sosial, jenis kelamin, usia dan
tidak menunjukkan pelecehan seksual.
4. Ahli Gizi berkewajiban senantiasa memberikan pelayanan gizi prima, cepat, dan
akurat.
5. Ahli Gizi berkewajiban memberikan informasi kepada klien dengan tepat dan jelas,
sehingga memungkinkan klien mengerti dan mau memutuskan sendiri berdasarkan
informasi tersebut.
6. Ahli Gizi dalam melakukan tugasnya, apabila mengalami keraguan dalam memberikan
pelayanan berkewajiban senantiasa berkonsultasi dan merujuk kepada ahli gizi lain yang
mempunyai keahlian.
Kewajiban terhadap Masyarakat
1. Ahli Gizi berkewajiban melindungi masyarakat umum khususnya tentang
penyalahgunaan pelayanan, informasi yang salah dan praktek yang tidak etis berkaitan
dengan gizi, pangan termasuk makanan dan terapi gizi/diet.ahli gizi hendaknya senantiasa
memberikan pelayanannya sesuai dengan informasi faktual, akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
2. Ahli Gizi senantiasa melakukan kegiatan pengawasan pangan dan gizi sehingga dapat
mencegah masalah gizi di masyarakat.
3. Ahli Gizi berkewajiban senantiasa peka terhadap status gizi masyarakat untuk
mencegah terjadinya masalah gizi dan meningkatkan status gizi masyarakat.
4. Ahli Gizi berkewajiban memberi contoh hidup sehat dengan pola makan dan aktifitas
fisik yang seimbang sesuai dengan nilai paktek gizi individu yang baik.
5. Dalam bekerja sama dengan profesional lain di masyarakat, Ahli Gizi berkewajiban
hendaknya senantiasa berusaha memberikan dorongan, dukungan, inisiatif, dan bantuan
lain dengan sungguh-sungguh demi tercapainya status gizi dan kesehatan optimal di
masyarakat.
6. Ahli Gizi dalam mempromosikan atau mengesahkan produk makanan tertentu
berkewajiban senantiasa tidak dengan cara yang salah atau, menyebabkan salah
interpretasi atau menyesatkan masyarakat
Kewajiban terhadap Teman Seprofesi dan Mitra Kerja
1. Ahli Gizi dalam bekerja melakukan promosi gizi, memelihara dan meningkatkan status
gizi masyarakat secara optimal, berkewajiban senantiasa bekerjasama dan menghargai
berbagai disiplin ilmu sebagai mitra kerja di masyarakat.
2. Ahli Gizi berkewajiban senantiasa memelihara hubungan persahabatan yang harmonis
dengan semua organisasi atau disiplin ilmu/profesional yang terkait dalam upaya
meningkatkan status gizi, kesehatan, kecerdasan dan kesejahteraan rakyat.
3. Ahli Gizi berkewajiban selalu menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan keterampilan
terbaru kepada sesama profesi dan mitra kerja.
Kewajiban Terhadap Profesi dan Diri Sendiri
1. Ahli Gizi berkewajiban mentaati, melindungi dan menjunjung tinggi ketentuan yang
dicanangkan oleh profesi.
2. Ahli Gizi berkewajiban senantiasa memajukan dan memperkaya pengetahuan dan
keahlian yang diperlukan dalam menjalankan profesinya sesuai perkembangan ilmu dan
teknologi terkini serta peka terhadap perubahan lingkungan.
3. Ahli Gizi harus menunjukan sikap percaya diri, berpengetahuan luas, dan berani
mengemukakan pendapat serta senantiasa menunjukan kerendahan hati dan mau
menerima pendapat orang lain yang benar.
4. Ahli Gizi dalam menjalankan profesinya berkewajiban untuk tidak boleh dipengaruhi
oleh kepentingan pribadi termasuk menerima uang selain imbalan yang layak sesuai
dengan jasanya, meskipun dengan pengetahuan klien/masyarakat (tempat dimana ahli gizi
diperkerjakan).
5. Ahli Gizi berkewajiban tidak melakukan perbuatan yang melawan hukum, dan
memaksa orang lain untuk melawan hukum.
6. Ahli Gizi berkewajiban memelihara kesehatan dan keadaan gizinya agar dapat bekerja
dengan baik.
7. Ahli Gizi berkewajiban melayani masyarakat umum tanpa memandang keuntungan
perseorangan atau kebesaran seseorang.
8. Ahli Gizi berkewajiban selalu menjaga nama baik profesi dan mengharumkan
organisasi profesi.
KESIMPULAN
1.
Setiap profesi pasti memiliki sebuah etika atau aturan untuk bekerja atau
mengambil keputusan.
aturan tersebut.
2. Profesi kedokteran adalah profesi kemanusiaan, oleh karena itu etika kedokteran
harus memegang peranan sentral bagi para dokter dalam menjalankan tugas-tugas
pengabdiannya untuk kepentingan masyarakat.
3. Profesi di bidang kesehatan sangat mulia karena dokter atau perawat hakikatnya
bekerja sebagai pengabdi untuk masyarakat.
Saran
1. Masih ada dokter yang tidak mau merawat seorang pasien hanya karena faktor
finansial. Seharusnya itu tidak bisa dilakukan karena seorang dokter adalah
pengabdi bagi masyarakat.
2.
Dokter dan perawat harus memahami etika pada bidang kesehatan dan